Tawaf Bersama Rembulan

Pada pertengahan Agustus lalu beredar viral di laman media sosial, yakniFacebook. Pesannya sangat menarik sekaligus membuat terkejut.

Isi pesan yang beredar tersebut sebagian di antaranya begini:

Asslm.Wr.Wb.,
Malam ini Jam 03.25 MMT (Mecca Mean Time) waktu Mecca, Bulan akan mengelilingi (Tawaaf) Ka’bbah. Ini terjadi dalam 100,000 TAHUN sekali.
Sky will be light blue, this ia a moment of acceptance and this moment comes after every 100 Thousand Years, you can ask ALLAH SWT what ever you want to ask.

Pesan ini tersebar dan meluas. Dari sambutan yang terekam dalam medsos tersebut, terlihat betapa antusiasnya publik menanggapi. Semuanya terkesan bahagia dan takjub.

Namun sayangnya, ketika pesan ini ditelusuri, pesan tersebut ternyata hoax. Sebab, kemudian muncul temuan bahwa berdasarkan penelusuran pada arsip-arsip internet menunjukkan bila pesan ini sudah beredar sejak tahun 2011-an di Malaysia dengan versi yang senada atau mirip.

Meski begitu, apa pun isi pesannya, bagi yang kebetulan pernah menikmati pancaran rembulan purnama dekat Ka’bah, maka pengalaman tersebut tetap menggairahkan dan tak terlupakan. Wajah bulan yang penuh di atas langit Ka’bah sungguh terasa eksotis sekaligus mengharukan.

Apalagi kalau paham bahwa semua unsur di alam semesta ini pada dasarnya melakukan gerak memutar (tawaf) seperti bulan itu, baik itu atom, hingga bumi, planet-planet di tata surya, bahkan matahari juga memutari orbitnya.

Subhanallah.Allahu Akbar!

 

Sayangnya, semakin lama, menikmati suasana syahdu di Baitullah menjadi sebuah kerinduan yang kian langka. Cahaya lampu kompleksMasjidil Haram yang luar biasa kuat menjadikan sinar bulan terasa samar dan sayup. Apalagi jamaah umrah dan haji kini sangat meluap sehingga suasana pun terasa ingar-bingar.

Wajah rembulan purnama yang elok kini baru bisa dinikmati dengan lebih leluasa bila dilihat dari atap bangunan Masjidil Haram. Di lantai atas itu pemandangan akan terasa luar biasa karena sekaligus juga bisa melihat langsung ke bawah, yakni ke arah Ka’bah yang selalu dipenuhi begitu orang yang lagi melakukan tawaf.

Dan, pada titik pandang yang lain, pemandangan rembulan purnama bersanding dengan Ka’bah akan terasa mencengangkan bila dilihat dari arah luar Kota Makkah. Dari kejauhan tampak puncak menara yang berwarna terang kebiruan lengkap dengan sosok jam raksasanya, dan bulan di dekatnya. Pemandangan ini mulai terlihat jelas dari jarak yang cukup jauh, yakni sekitar 6-7 kilometer. Menara, jam, dan rembulan purnama tampak dalam satu peraduan.

Namun, apakah pemandangan mencengangkan itu mampu disadari semua orang yang tengah berada di Makkah–terutama para jamaah haji? Semua yakin banyak juga jamaah yang menyadarinya, tetapi banyak juga yang tak mengacuhkannya atau alpa terhadap pemandangan yang melankonis seperti itu.

Mengapa demikian? Tampaknya karena dari sebagian jamaah ketika tiba di Makkah–terutama yang banyak uang–lebih memilih menyibukkan diri melakukan belanja di berbagai gerai di mal megah yang ada di seputaran Masjidil Haram. Barang-barang khas Timur Tengah seperti karpet menjadi incaran utama sebagian jamaah yang kaya raya ini.

Apalagi karpetnya memang sangat memikat mulai dari karpet buatan Belgia, Mesir, Turki, hingga Suriah. Barang-barang ini lazimnya mereka borong begitu sampai di Makkah dan langsung dikirimkan ke Tanah Air melalui jasa pengiriman kargo. Sebagian jamaah kaya yang lain memborong karpet itu dengan maksud akan menjualnya kembali ketika sudah berada di kampung halaman.

Alhasil, harapannya mudah-mudahan para jamaah haji mau menikmati tawaf dan pemandangan rembulan di atas Ka’bah. Sebab, yakinlah situasi ini menakjubkan. Bila ini dihayati maka para jamaah yang ketagihan belanja di berbagai mal di seputaran Ka’bah akan meninggalkan perilaku yang tak terpujinya itu. Melakukan tawaf sangat bernilai bila dibandingkan sekadar belanja barang remeh-temeh di toko pakaian, perhiasan, atau karpet.

Lalu, apakah kalian tak iri karena rembulan pun tawaf di Ka’bah?

 

sumber: Republika Online