Heboh Video Buat Netizen di Dunia Ingin Mengenal Islam

Video ini hanya berdurasi 5 menit, namun efeknya membuat banyak non muslim terbuka pikirannya terhadap Islam.

Dream – Ramadan telah berlalu, namun cerita dibalik bulan Suci ini masih mengalir. Salah satunya adalah tayangan streaming mecca_live yang menghebohkan netizen.

Tak hanya muslim, video tentang kehidupan di dalam kota suci Mekah selama Ramadan ini membuat takjub netizen non muslim. Umumnya mereka menyatakan kekagumannya.

Video berdurasi sekitar 5 menit ini disebar lewat snapchat pada 13 Juli lalu. Namun respon netizen sampai saat ini masih terus mengalir.

Laman BBC melaporkan, sebelum video ini diunggah, banyak muslim khawatir kesakralan Mekah akan ternoda. Namun kekhawatiran itu mendadak sirna.

Ribuan orang mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada video tersebut. Video yang tayang selama Ramadan ini dianggap telah menambah kekhusyuan Bulan Suci.

Bagi kalangan non muslim, video ini memberikan pengalaman spiritual yang berharga. Maklum, Mekah adalah kota terlarang bagi masyarakat non muslim. Mereka tak bisa leluasa melihat situasi dan ritual yang berlangsung di dalam kota tersebut.

“Saya mungkin bukan seorang muslim. Namun tayangan #Meccalive membuat saya terbawa emosi. Ini begitu indah ketika orang berbondong-bondong menjalankan agamanya,” kata seorang berakun @is_itsafe.

Tak hanya kagum, seorang netizen bahkan memutuskan untuk memeluk Islam usai menonton video tersebut.

“Saya bukan seorang muslim, namun melihat betapa indahnya #mecca_live membuat saya memutuskan untuk berpindah keyakinan. Saya akan mengucapkan syahadat besok! #allah #akbar #islam,” ujar Christoper Larson lewat akun @MisterShia.

Video ini juga sekaligus menghapus gambaran buruk Islam yang selama ini lebih banyak diperoleh dari media. Sejumlah netizen bahkan mengaku terbuka pikirannya terhadap Islam.

sumber: Dream.co

10 Keuntungan Tinggal di Arab Saudi

Arab Saudi kerap dicitrakan sebagai tempat yang mengekang kebebasan warganya terutama kaum wanita. Setidaknya, itu yang ada dalam pikiran saya sebelum ke sana, mengikuti suami yang mendapat kesempatan kerja di Kota Jeddah.

Walau ada beberapa hal yang memang benar, tidak sedikit hal-hal menyenangkan yang saya temukan setelah beberapa lama bermukim di Jeddah, Arab Saudi.

10 diantaranya :

1. Kemudahan untuk naik haji. Saya naik haji via Jeddah tahun 2012 . Tidak perlu mengantre bertahun-tahun untuk mendaftar. Hamla (biro haji) lokal cukup banyak. Saya dan suami baru mendaftar selepas Idul Fitri di tahun yang sama.

Biaya yang dikeluarkan tidak sebesar ongkos naik haji dari tanah air. Fasilitas yang dinikmati tergolong sangat baik. Tenda yang nyaman di Mina dan Arafah,  dilengkapi dengan kasur-bantal-selimut untuk tiap-tiap jamaah dengan pasokan makanan berlimpah serta kamar mandi bersih.

Perjalanan dari Mina menuju Arafah atau ke tempat melontar jumrah bisa ditempuh dengan menggunakan kereta listrik. Saat itu, fasilitas kereta masih terbatas dan hanya bisa dinikmati mayoritas oleh jemaah haji lokal asal Saudi. Ke depannya, angkutan kereta ini diharapkan bisa melayani seluruh jemaah dari berbagai penjuru dunia.

2. Saat Ka’bah hanya berjarak satu jam saja. Selain naik haji, ibadah umrah juga bukan hal yang mewah untuk para mukimin Jeddah. Mengemudi dengan jarak 70 km antara Jeddah-Mekkah ditambah dengan waktu untuk mencari parkiran dan berjalan dari tempat parkir hingga memasuki Masjidil Haram Mekkah hanya perlu sekitar satu jam saja.

Sesaat setelah Idul Fitri, visa umrah untuk jemaah asal luar negeri akan ditutup hingga menjelang musim haji. Saat itulah, kami, para mukimin Arab Saudi, bisa leluasa menikmati Masjidil Haram yang sepi dan lengang. Tak perlu berdesak-desakan.

3. Bensin murah. Arab Saudi, salah satu Negeri Petro Dolar karena limpahan sumber daya alam minyaknya. Satu liter bensin dengan kualitas setara Pertamax hanya dibandrol sekitar 2 ribu rupiah saja.

4. Harga barang pokok murah. Pemerintah Arab Saudi memberikan subsidi terhadap berbagai bahan pokok yang beredar di sana. Subsidi ini juga bisa dinikmati oleh para pendatang yang bukan warga asli Arab Saudi. Misalnya harga beras premium yang hampir sama dengan harga beras dengan kualitas yang sama di tanah air. Harga daging sapi saat itu malah lebih murah daripada harga di Indonesia.

5. Banyak pemukim asal Indonesia. Pemukim asal Indonesia mayoritas berprofesi sebagai tenaga kerja informal. Banyak juga dari mereka yang akhirnya sukses membuka usaha toko, rumah makan kecil-kecilan atau katering rumahan.

Saat tinggal di Jeddah, urusan perut bagi pribumi Indonesia nyaris tak ada masalah. Tidak seperti umumnya perantau di negara lain yang merindukan masakan khas tanah air. Tak sukar menemukan bumbu-bumbu/makanan  asal Indonesia, semisal : tempe, jengkol, pete, terasi, dsb.

Baik makanan jadi maupun bumbu-bumbu tadi bisa didapatkan dengan harga yang tidak terlalu mahal. Mungkin karena pasokannya banyak.

6. Menikmati penghasilan tanpa pajak sama sekali. Tidak hanya di Arab Saudi, negara-negara Timur Tengah pada umumnya tidak menerapkan pajak penghasilan kepada siapa pun yang bekerja di negaranya, termasuk para pendatang.

7. Restoran halal semua. Tidak perlu payah-payah mengecek sertifikasi halal setiap memasuki rumah makan atau restoran yang dibuka untuk publik di Arab Saudi.  Jaminan halal diberikan langsung oleh pemerintah secara resmi. Jadi, restoran mana pun yang hendak membuka usaha di ranah publik wajib mengikuti aturan soal makanan halal ini.

Kuliner yang ada di Kota Jeddah tidak terbatas cita rasa Timur Tengah saja. Makanan khas internasional lainnya juga banyak termasuk yang khas Oriental, Melayu, Latin, Eropa dsb. Mari berwisata kuliner sepuasnya di Kota Jeddah.

8. Umrah ramadanSaat bulan puasa di mana banyak jemaah dari luar negeri berlomba-lomba menuju tanah suci, pemukim Arab Saudi juga tetap leluasa mengunjungi Mekkah. Dalam sebulan bisa beberapa kali menghabiskan waktu di Masjidil Haram. Keistimewaan yang sukar dirasakan oleh jemaah muslim yang tinggal di negara lain, bukan?

9. Mudah mengunjungi Kota Nabi, Madinah. Jarak Madinah dari Jeddah memang cukup jauh, sekitar 400 km. Tapi infrastruktur jalanan di Arab Saudi sangat bagus. Rute Jeddah-Madinah keseluruhannya dihubungkan oleh jalan tol yang lebar dan mulus. Hanya perlu waktu s3-4 jam menyetir menuju Madinah dari Jeddah.

Kita juga leluasa mengunjungi tempat-tempat bersejarah lain di luar kota suci Mekkah dan Madinah. Misalnya ke Madain Saleh/Al Hijr, Padang Badar di Kota Badar, atau ke Kota Thaif.

10. Kesempatan menjamu tamu-tamu Allah. Saat berada di Jeddah, kami sering bertemu kerabat/saudara/teman yang sedang umrah atau naik haji. Kadang kami mengunjungi langsung ke kota suci atau mengundang mereka jalan-jalan ke Jeddah. Selain menjalin silaturahmi, menjadi ladang amal karena berkesempatan menjamu para tamu Allah yang sedang beribadah.

Hidup di mana pun tentu ada lebih kurangnya masing-masing. Mari bersabar terhadap segala kekurangan dan bersyukur atas setiap nikmat.

 

sumber: Jihan Davincka

Tersohor, Syekh Rasyid Tetap Hidup Sederhana

Rasyid pun mulai berdakwah. Kabar kehebatannya di dunia persyiaran Islam pun mendunia. Dia melakukan syiar hingga ke Hongkong. Bocah yang kini berjuluk Syekh Rasyid itu tampil mengaji di depan ribuan jamaah di Masjid Tsim Sha Tshui pada awal tahun 2015 ini.

Rasyid mampu melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan menirukan irama 15 Imam di dunia. Saat tampil di Hongkong itu pula, Rasyid melantunkan ayat suci Alquran dengan beberapa irama Imam dunia.

Para jamaah yang hadir tampak terkesima dengan kemerduan suara Rasyid. Banyak di antara jamaah yang mengabadikan penampilan bocah itu dengan kamera seluler mereka.

Rasyid juga memulai debutnya sebagai Da’i. Di tengah-tengah usaha menghafal seluruh ayat Kitab Suci, bocah yang pernah ikut ajang Hafiz Indonesia ini ikut kontes Dai Cilik yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta nasional. Bocah yang identik menggunakan sorban ini pun berhasil menjadi Yang Terbaik dalam ajang tersebut.

Dengan kesuksesan yang diperoleh ini, Yuli berharap Rasyid tetap menjadi anak yang rendah hati. Sang ibunda pun berencana menyekolahkan Rasyid ke Timur Tengah guna memperdalam ilmu agama.

“Sehebat apapun dia punya ilmu, fitrahnya dia anak-anak. Saya harap dia bisa mengemban ilmunya, tawaduk, rendah hati, dan bermanfaat bagi sesama,” tandasnya. (eh)

Syekh Rasyid, Pelajari Islam Secara Otodidak

Muhammad Abdul Rasyid, bocah asal Pekanbaru, Riau ini memang mencengangkan para penonton dan juri karena kemampuannya melantunkan ayat-ayat Alquran. Pada usia belia, ia juga sudah fasih berbahasa Arab.

Saat melihat kehebatan Rasyid, semua orang pasti bertanya-tanya di mana anak ini memperdalam ilmu agamanya. Dan, bagaimana cara orang itu mengajarkan ilmu agama seperti Alquran dan Hadis kepada bocah kecil seperti Rasyid.

Jawabannya: Rasyid mempelajari semua itu secara otodidak.

Kehadiran Rasyid di tengah keluarganya memang menjadi berkah tersendiri. Hal ini diakui Yuli Chaniago, ibunda Rasyid. Menurut Yuli, Rasyid memiliki keistimewaan yang telah ditunjukkan saat dirinya baru lahir. Bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang terbilang cepat dibandingkan anak-anak seusianya.

“Dia lahir hanya 8 bulan 6 hari di kandungan, satu-satunya yang menjalani operasi sesar. Saat usia satu minggu dia sudah tengkurap, umur 6 bulan sudah bisa jalan dan usia 7 bulan sudah bisa berbicara dengan menyebut kata pertamanya, yaitu “Allah”. Dia juga suka sekali azan, dan selalu membolak-balik Alquran. Umur 1 tahun sudah hafal surat pendek dengan lafal cadelnya,” cerita Yuli.

Awalnya, Yuli mengaku kaget dengan polah anaknya itu. Bahkan, dia sempat membawa Rasyid ke ustadz hingga orang pintar untuk mengetahui apa penyebab tingkah laku anaknya di luar kebiasaan teman seusianya.

“Anak-anak lain main boneka dan mobil-mobilan, dia (Rasyid) sibuk bolak-balik Alquran. Teman yang lain sibuk belajar, dia sibuk main puzzle Ka’bah,” tutur Yuli.

Belum bisa menerima kondisi anaknya, Yuli justru terus berupaya agar Rasyid bisa seperti anak-anak lainnya. Namun, Rasyid justru menolak.

“Saya bawa dia ke mal, tapi dia berontak,” kenangnya.

Upaya Yuli menjadikan Rasyid layaknya anak-anak lain disebabkan Rasyid cenderung kerap diejek.

“Rasyid sering di-bully. Disebut manusia aneh. Dijadikan bahan tertawaan karena dia senang menggunakan pakaian dan atribut ke-Arab-Arab-an,” gusar Yuli.

Atas perilaku yang didapatnya, Rasyid tetap bersabar meski hal ini membuat Yuli depresi. Namun, lama kelamaan, Yuli menyadari kehadiran Rasyid ini merupakan anugerah terbesar dalam hidupnya. Salah satu jalan yang diberikan Allah SWT kepada dirinya untuk lebih beriman dan taat.

“Rasyid lahir dari seorang ibu yang bisa dibilang Islam KTP. Saya pribadi yang tidak Islami, tomboi, dan keras. Namun, Rasyid membuat saya sadar dan banyak berubah. Saya dulu suka nongkrong, tetapi Rasyid mengajarkan saya hidup sederhana,” papar Yuli.

Yuli pun mulai memandang bahwa anak-anak tidak bisa disamakan. Untuk itu, dia mulai mengarahkan Rasyid kepada minat dan keinginannya. Alhasil, Rasyid tumbuh sebagai anak yang cerdas dan mampu menghafal Alquran dan Al Hadis serta memperdalam ilmu agama.

“Sekarang saya ikuti maunya dia. Saya tarik dari sekolah karena sekolah tidak menganggap dia. Banyak yang tidak bisa menerima perkataan Rasyid,” paparnya.

sumber: Dream.co

Syekh Rasyid, Bocah Penghafal Alquran Tanpa Guru

Mengenakan penutup kepala bermotif merah kotak ala kafieh Yasser Arafat, bocah itu melangkah tenang. “Assalamualaikum,” ujarnya lantang.

Geraknya begitu pasti. Ia juga mengenakan pakaian terusan seperti yang kerap dikenakan Imam Masjid di negara Timur Tengah. Sinar matanya terlihat benderang. Senyum simpul dan perawakannya yang mungil tak bisa menutupi usianya saat itu: 7 tahun.

Setelah bercakap dengan pembaca acara, bocah bernama Rasyid itu pun disuruh memilih surat yang akan dibacakan dalam lomba penghapal Alquran dalam acara Hafiz Cilik Indonesia itu. Ia memilih nomer dua. Di situ tertera surat Al Lail. Bocah itu  lalu mengatakan akan meniru lafal Imam Besar Masjid Kairo, Syekh Mahmoud Khalil al-Husairy, yang kondang dengan kemerduan suaranya.

Lalu mulailah bocah itu membaca. Tanpa melihat Alquran, mata bocah itu bersinar jernih menatap penonton. Dan mengalirlah lantunan ayat-ayat suci itu. Dan, Subhanallah, suara itu begitu mirip dengan Imam al-Husairy. Begitu merdu dan indah. Setelah bocah itu selesai membaca, tepuk tangan penonton segera memenuhi ruangan studio itu.

Tak berhenti di situ, ia pun mendapat tantangan kedua dari pembaca acara. Kali ini dia diminta membaca surat At-Takwir. Kepada pembaca acara ia mengatakan akan mengikuti langgam suara merdu Imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syekh Saad Al-Ghomidi. Dan,Subhanallah, suara bocah itu membuat bulu kuduk penonton merinding karena nadanya begitu jernih dan indah.

Tak heran, salah satu juri, Syekh Ali Jaber, Imam Masjid Nabawi Madinah, begitu terpana. Ia seolah kehilangan kata-kata. “Subhanallah, hanya itu yang bisa saya ucapkan,” ujar Syekh yang fasih berbahasa Indonesia itu.

Tak hanya itu. Imam Masjid Nabawi itu pun menyematkan panggilan Syekh pada Rasyid. Syekh Ali Jaber juga meminta pada orang tua dan penonton agar sejak saat itu bocah itu harus dipanggil Syekh Rasyid, sebuah penggilan kehormatan sebagai simbol kedekatan manusia dengan Allah.

Dan, ini yang lebih mengejutkan. Syekh Ali Jaber, Imam Masjid Madinah itu, berdiri saat Rasyid menghampiri. Ia pun mencium tangan Rasyid, bocah yang baru berumur 7 tahun itu, di depan semua pemirsa. Sebuah adegan penghormatan yang sungguh menggetarkan dan mengharukan…

 

sumber Dream.co

 

 

‘Dosa Koruptor tak Selesai dengan Umrah’

Milad Ke-13 Majelis Ta’lim Syakhshiyyah Islamiyyah Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), dihadiri oleh ratusan jamaah,  ikhwan dan akhwat, Sabtu (1/8). Sejak pukul 10.00 WIB,  jamaah sudah memadati Masjid Al Fajr-Cijagra Buah Batu Bandung.

Tabligh akbar tersebut, menghadirkan Ketua FUUI KH Athian Ali sebagai penceramah. Dalam ceramahnya, Athian Ali memaparkan tentang dosa penjinah dan koruptor.

Menurut Athian, dosa penjinah dan koruptor tak bisa selesai dengan bertaubat kepada Allah. Namun, penjinah harus dihukum rajam lalu bertaubat pada Allah. Begitu juga, dengan koruptor harus meminta maaf pada masyarakat.

“Dosa koruptor itu tak selesai dengan umrah,” katanya.

 

sumber: Republika Online

Bayi Tewas Terpanggang, Palestina Tuntut Israel ke Pengadilan Internasional

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Organisasi Pembebasan Palestina meminta pemerintah Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian bayi 18 bulan dalam serangan pembakaran di Tepi Barat. Organisasi ini akan mengajukan keluhan ke Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC).

Kematian bayi laki-laki pada Jumat (30/7) pagi itu dikutuk di seluruh dunia, termasuk oleh pemimpin Israel.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, ia telah memerintahkan Menteri Luar Negeri mengajukan keluhan di Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag.

“Kami ingin keadilan sejati, tapi aku ragu Israel akan memberikan itu,” katanya dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (1/8).

Pemerintah Hamas di Gaza juga telah mengutuk insiden tersebut. Mereka menyerukan hari kemarahan dalam menanggapi serangan zionis tanpa henti di Yerusalem dan pembunuhan balita Ali di Nablus.

Departemen Luar Negeri AS mengutuk serangan teroris keji itu dan mendesak Israel menangkap pelaku. AS juga menyerukan agar kedua belah pihak menghindari eskalasi ketegangan.

Sekjen PBB Kecam Pembunuhan Bayi Palestina

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon Jumat (31/7) mengutuk keras pembunuhan seorang bayi Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan, dan pada saat yang sama menyerukan agar pelaku aksi teroris itu diseret ke pengadilan.

Bayi yang berusia 18 bulan meninggal dan tiga orang lagi menderita luka kritis pada Jumat dini hari, setelah rumah mereka di satu desa di bagian utara Tepi Barat dibakar orang yang diduga sebagai pemukim Yahudi.

Rumah di desa Duma, dekat Kota Nablus, dibakar Jumat dini hari, saat anggota keluarga sedang tidur. Corat-coret dalam bahasa Ibrani tertulis di tembok luar mengenai “pembalasan.”

Kedua orang tua sang bayi tersebut dan kakaknya –yang baru berusia empat tahun– sama-sama terluka parah. Mereka diangkut dengan menggunakan helikopter untuk menjalani perawatan di rumah sakit Israel.

Peristiwa itu merupakan serangan terburuk oleh ekstrimis Israel sejak peristiwa pembakaran hidup-hidup seorang pemuda Palestina di Jerusalem satu tahun yang lalu. Para pelaku saat itu hendak membalas penculikan terhadap tiga pemuda Israel di Tepi Barat.

“Kegagalan terus-menerus untuk secara efektif menangani kekebalan hukum bagi pemukim yang berulangkali melakukan aksi kekerasan telah mengakibatkan peristiwa mengerikan yang melibatkan hilangnya nyawa anak yang tak berdosa,” demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Ban.

Sehubungan dengan itu, Ban mendesak Israel dan Palestina agar melakukan tindakan untuk kembali ke jalur perdamaian, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.

Ban menyatakan, “Tak-adanya proses politik dan kebijakan permukiman tidak sah Israel, serta praktek keras dan tak perlu berupa penghancuran rumah orang Palestina, telah meningkatkan ekstremisme di kedua

Rahasia Musa, Bocah ‘Ajaib’ yang Hafal 30 Juz Alquran

Aula itu rata benderang disiram cahaya lampu. Seorang remaja yang baru saja menjalani tes hafalan quran di depan para ulama tanah suci, bergegas turun dari bangku dan meninggalkan panggung. Seorang ulama yang menjadi juri kemudian memanggil “Musa Laudi Abu Hanafi min Indonesia…”

Seorang bocah langsung berjalan menuju panggung. Saat melihat Musa, bocah kecil itu, seorang panitia menghampiri dan menuntunnya dengan dua tangan, seolah takut bocah itu terjatuh.

Berjalan menuju deretan para juri yang sudah sepuh-sepuh, Musa tampak tegang. Dia menoleh ke belakang melihat ke arah deretan tamu. Seketika senyumnya mengembang. Senyum anak-anak.

Langkahnya lebih pasti. Dia ambil kertas di depan meja dan diserahkan ke juri. Sang panitia masih menuntunnya menuju kursi peserta lomba hafalan Quran dunia yang digelar di Jeddah, 2014 lalu.

Kaki kursi itu masih lebih tinggi ketimbang kaki Musa, yang usianya masih belum genap 6 tahun. Belum lagi jenak duduknya dia melirik lagi ke arah tamu mencari-cari.

Rupanya dia mencari ayahnya diantara deretan tamu. Sang ayah segera bergeser mencari tempat duduk yang bisa terlihat langsung dari tempat duduk Musa. “Saat itu tempat duduk saya terhalangi dekorasi panggung, jadi saya bergeser,” kata Hanafi, ayah Musa mengenang kejadian itu.

Dari kertas yang ada di tangan, juri membacakan sebuah penggalan ayat dari Kitab Suci Al Quran…, lalu berhenti. Musa diminta melanjutkan. Si bocah itu melanjutkan dengan suara cadelnya secara lancar. Juri kembali membacakan surat yang lain. Kali ini Musa pun bisa melanjutkan tanpa kesulitan.

Bukan cuma dua kali, beberapa surat dari juz yang berbeda ternyata bisa dilibas dengan aman oleh Musa. Juri terperangah. Kagum. Sedangkan penonton ada yang tersenyum manggut-manggut meresapi lantuan ayat-ayat Alquran yang dibacakan Musa. Juri tak ragu lagi. Bocah asal Bangka Belitung, Indonesia itu dipastikan hafal 30 juz dalam Al Quran tanpa terkecuali.

Dari jarak 50 meter di depan panggung, ayah Musa yang sehari-harinya menjadi petani, justru terlihat tegang saat penampilan putra sulungnya itu.

“Saat dipanggil maju memang gugup. Karena ia tidak bisa jauh dari saya. Ketika dituntun panitia ke panggung, ia selalu menengok melihat saya. Jadi saya berusaha agar terlihat dia terus. Agar dia tenang. Alhamdulillah, ia berhasil menyelesaikan hafalan dengan baik,” kata Hanafi menceritakan peristiwa membanggakan itu kepada Dream, Rabu 29 Juli 2015.

Juri sepakat memberikan nilai istimewa, 90.83 dari angka 100 yang menjadi nilai sempurna. Musa memang hanya menempati peringkat 12 diantara 25 remaja lain yang menjadi peserta. Menurut juri, Musa kalah dari sisi penilaian makhroj (lafal), karena masih cadel. Tapi dari segi hafalan, Musa memang istimewa.

Menurut sang ayah yang berprofesi sebagai petani, Musa saat tampil sedikit kelelahan, karena ia tetap menjalani puasa Ramadan. Sedangkan peserta lain rata-rata memilih tidak saum. “Tapi Musa tetap mau berpuasa. Jadi mungkin ia agak capek,” ujar Hanafi yang juga guru mengaji.

Kata Hanafi, putranya tidak rewel saat berada di Jeddah selama 12 hari. Meski sang ibu, Yulianti, tidak ikut mendampingi ke sana. Sebelum tanding, sulung dari tiga bersaudara ini terus latihan mengasah kemampuan hafalannya. Cuaca terik tak mengendurkan semangat Musa. Dan hasilnya, luar biasa!

Kemampuan ajaib Musa rupanya ‘menyihir’ para ulama Negeri Petro Dolar itu. Mereka sekeluarga diminta tetap tinggal di sana. Tetapi Hanafi menolak. Sebab, keluarga Musa lebih kerasan tinggal di negeri sendiri.

 

sumber: Dream.co.id

Otobiografi Malcolm X Inspirasi Remaja Amerika Ini Masuk Islam

Amina Cisse Muhammad lahir dalam sebuah keluarga Kristen keturunan Afrika-Amerika. Ia cucu seorang pendeta baptis. Oleh kedua orang tuanya yang taat, Amina diminta untuk menghadiri sekolah minggu dan kebantian di gereja setiap Ahad.

Dilansir dari onislam.net, Kamis (30/7), meski lahir di tengah pemeluk iman Kristiani yang taat, Amina selalu punya masalah dengan konsep trinitas. Ia merasa ambigu ketika Yesus diangkat menjadi anak Tuhan, bahkan menjadi tuhan.

Ia juga mengamati kemunafikan di kalangan anggota jemaat gereja karena masih melihat jelas penghinaan terhadap orang kulit hitam di tengah masyarakat yang mencita-citakan kesetaraan dan persaudaraan itu.

Saat ia belajar sosiologi di perguruan tinggi pada 1970-an, ia diminta untuk membaca otobiografi Malcolm X yang ditulis Alex Haley. Kecuali kesalahpahaman terhadap Islam yang menyebar di tengah masyarakat, pengetahuan Amina praktis nihil.

Buku itu memiliki dampak mendalam pada Amina, terutama beberapa bab terakhir. Malcolm adalah salah satu juru bicara untuk kaum minoritas Muslim kulit hitam yang tertindas. Lantaran ajaran-ajarannya, Malcolm dituduh menghasut kerusuhan di kalangan kulit hitam.

Sebelum dibunuh pada tahun 1965, ia menunaikan ibadah haji pada 1964 dan menyaksikan kesetaraan yang ia impikan di tengah-tengah umat Islam. Orang kulit hitam, kulit putih, semua menyatu di Masjidil Haram. Selepas ibadah haji, Malcolm berganti nama menjadi Al Hajj Malik Al Shabazz.

Amina menemukan jawaban atas berbagai realita dan permasalahan sosial lewat perjalanan hidup Malcolm. Cerita Malcolm, bersama peristiwa hidup yang ia alami, mendorongnya untuk mencari sebuah sistem kepercayaan yang relevan. Sebuah keyakinan atas dasar persatuan, cinta, dan persaudaraan.

Ia memulai pencarian agamanya dengan menelusuri kembali iman Kristiani. Amina membaca Alkitab secara teliti dari depan sampai belakang, pergi ke gereja, bahkan mengunjungi Perkumpulan Saksi Yehovah di Greensboro, New York.

Namun, keraguan Amina mengenai agama Kristen tidak mereda. Kekosongan dalam hidupnya tetap tak terpenuhi. Ia pun hanya bisa mencurahkan isi hati dan meminta-Nya membimbing ke arah yang tepat.

Sekitar waktu yang sama, Amina bertemu seorang pria yang kemudian menjadi suaminya. Mereka berdua bertemu di kelas filsafat. Pria itu sudah memeluk Islam, dan Amina merasa ada ketertarikan yang tak dapat ia jelaskan terhadap pria itu.

Seiring berjalannya waktu, pria itu mulai bercerita tentang Islam. Amina pun hanyut dalam kisah dan penjelasan kawan sekelasnya. Ia nyaris tak mengalami pergolakan atau kebingungan dalam waktu lama seperti sebagian mualaf lain.

Sampai suatu malam, Amina menulis surat pada kedua orang tuanya. Ia menyatakan diri ingin masuk Islam. Amina menekankan bahwa keputusan itu sudah ia pikirkan masak-masak.

Meski mereka sempat menolak dan mencoba mengkonversinya kembali ke Kristen, keluarga Amina akhirnya bisa menerima. Pada usia ke-24 tahun, gadis keturunan Afro-Amerika itu pun menyatakan keislamannya.

 

sumber: RepublikaOnline