Rasul: Kebanyakan Penghuni Neraka dari Kaum Wanita

UKHTI Karimah yang kucintai karena Allah. Sesungguhnya Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam telah bersabda:

“Aku melihat surga, maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah para faqir dan aku melihat neraka, maka aku lihat kebanyakan penghuninya dari kaum wanita”. (HR. Imam Bukhari)

Dan beliau juga bersabda:

“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya mereka memukuli manusia dan wanita-wanita yang berpakaian, hakikatnya telanjang (karena ketat atau tipisnya pakaian tersebut, pent), mereka berlenggak-lenggok dan menampakkan kecondongan kepada orang lain, rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR Imam Muslim)

Catatan: Berita dari Nabi kita bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kaum wanita. Sebuah berita yang harus diterima. Yang demikian karena jauhnya mereka dari agama Allah, suka kufur kepada suami, mengumbar aurat, suka menggosip dsb.

2. Besarnya dosa seorang wanita yang berpakaian namun membentukkan auratnya. Wanita yang demikian hakikatnya adalah telanjang.

3. Tidak diperbolehkan bagi kaum wanita melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan fitnah/godaan bagi kaum lelaki, baik dengan penampilan, gerak-geriknya dsb.

4. Bagi seorang wanita yang takut dari api neraka, agar mengikuti jalan Allah yang lurus walaupun yang menjalankannya sedikit dan jangan sekali-kali dia mengikuti jalan kebanyakan wanita. Karena mayoritas penghuni neraka adalah dari kaum wanita.

Saudariku Muslimah ingatlah bahwa satu hari dalam api neraka bagaikan 50 ribu tahun di dunia, dan sebagian harinya yang lain seperti seribu tahun di dunia.

Sedang penghuni neraka yang ringan siksaannya adalah seorang hamba yang diletakkan dua bara-api di bawah kakinya, lantas mendidih otaknya.

Bukankah waktu kematian kita telah divonis semenjak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi? Saudariku, ingatlah bahwa kematian merupakan sesuatu yang pasti, selalu menghantui, namun tidak dapat diprediksi. [Farhan Bin Ramli Bin Ahmad]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371933/rasul-kebanyakan-penghuni-neraka-dari-kaum-wanita#sthash.UhDjh2fG.dpuf

Cara Mengobati Lintasan Pikiran ketika Salat

DALAM hadis dari Utsman bin Abil Ash radhiallahu anhu, Beliau mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mengadukan gangguan yang dia alami ketika salat. Kemudian, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Itu adalah setan. Namanya Khinzib. Jika kamu merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya dan meludahlah ke kiri tiga kali.” Kata Utsman, “Aku pun melakukannya, kemudian Allah menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim 2203)

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita dua cara untuk menghilangkan gangguan setan dalam salat:
– Memohon perlindungan kepada Allah, dengan membaca taawudz (audzu billahi minas syaithanir rajim). Bacaan ini dilafalkan, bukan di batin. Ini hukumnya diperbolehkan dan tidak membatalkan salat.
– Meludah ringan ke kiri, dengan cara meniupkan udara yang mengandung sedikit air ludah. Ini diperbolehkan, dengan syarat tidak mengganggu orang yang berada di sebelah kirinya dan tidak mengotori masjid.

 

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372162/cara-mengobati-lintasan-pikiran-ketika-salat#sthash.1Tn7EjuE.dpuf

Pikiran Kotor dalam Hati Membatalkan Salat?

DARI Aisyah radhiyallahu anha, beliau menceritakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah salat dengan memakai baju bergaris. Di tengah salat, beliau melihat corak garis itu. Setelah salam, beliau bersabda, “Berikan bajuku ini ke Abu Jahm, dan bawakan aku baju Ambijaniyah. Karena barusan, baju ini telah mengganggu kekhusyuanku ketika salat.” (HR. Bukhari 373 & Muslim 556).

Dari Uqbah bin al-Harits radhiyallahu anhu, beliau menceritakan, “Saya pernah menjadi makmum di belakang Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada saat salat asar. Ketika beliau salam, beliau langsung berdiri dan masuk ke rumah salah satu istrinya. Kemudian beliau keluar, dan terlihat di wajah para sahabat suasana keheranan karena beliau buru-buru. Beliau bersabda, “Ketika saya salat, saya teringat seonggok emas yang kami miliki. Saya tidak ingin emas itu menetap di rumah kami malam ini, sehingga aku perintahkan agar dibagikan.” (HR. Ahmad 16151 & Bukhari 1221)

Hadis ini menjadi dalil bahwa bisikan hati tidak membatalkan salat. Karena salat 100% khusyu, hampir tidak mungkin dilakukan manusia. Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang selesai salat, sementara pahala yang dia dapatkan hanya sepersepuluh salatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, dan setengahnya.” (HR. Ahmad 18894, Abu Daud 796, dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).

Bagaimana Jika yang Terlintas adalah Pikiran Kotor?

An-Nawawi (w. 676 H) mengatakan, “Dianjurkan untuk khusyu, tunduk, dan merenungi bacaan alquran serta zikir yang dibaca ketika salat. Dan berusaha berpaling dari lintasan pikiran yang tidak ada hubungannya dengan salat. Memikirkan yang lain ketika salat dan banyak lintasan pikiran, tidak membatalkan salat, namun statusnya makruh. Baik yang dipikirkan masalah yang mubah atau masalah yang haram, seperti minum khamr. dan terdapat keterangan adanya ijma ulama bahwa lintasan semacam ini tidak membatalkan salat. Sedangkan hukum makruh, ini disepakati ulama.” (al-Majmu Syarh Muhadzab, 4/102)

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372161/pikiran-kotor-dalam-hati-membatalkan-salat#sthash.XAXavUTR.dpuf

Tips Sederhana Menikmati Salat Khusyuk (bagian 2)

DALAM buku “Memahami Makna Bacaan Shalat: Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi” yang disusun oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah, terdapat bebarapa tips agar kita mampu untuk khusyu’ dalam shalat, diantaranya:

4. Selalu meningkatkan ilmu yang bermanfaat

Semakin seseorang berilmu, semakin tinggi perasaan takutnya kepada Allah. Perasaan takut yang diiringi pengetahuan tentang pengagungan Dzat yang ditakuti. Semakin bertambah keilmuan seseorang, semakin kokoh ketauhidannya terhadap Allah.

Hal itu akan semakin membuatnya khusyu di dalam shalat. Ilmu yang bermanfaat hanya bisa didapatkan jika bersumber dari Al-Quran dan as-Sunnah yang shahih dengan pemahaman para Sahabat Nabi ridlwaanullahi alaihim ajmain.

“orang-orang yang takut (khosy-yah) kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS Faathir ayat 28).

5. Menghayati dan meyakini bahwa setiap kita berdzikir (di dalam atau di luar shalat), kita sedang berdialog dengan Allah. Allah menjawab bacaan kita dengan jawaban yang sesuai (HR at-Tirmidzi no 3352)

Iringi juga dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat gerak-gerik kita dalam shalat (QS asy-Syuaraa ayat 219-220)

6. Meminta tolong kepada Allah agar kita bisa mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada-Nya, kemudian bertawakkal (berserah diri) hanya kepada Allah.

Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam adalah:

“Ya Allah tolonglah saya untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan mempersembahkan ibadah yang (ter)baik untuk-Mu.” (HR Abu Dawud, an-Nasaai, Ahmad)

Permohonan tolong kepada Allah ini bisa jadi adalah bagian terpenting, karena tanpa pertolongan Allah, kita tidak akan bisa khusyu dalam shalat. Termasuk bentuk permohonan pertolongan dalam hal ini adalah berlindung dari godaan syaitan yang akan selalu berusaha mengganggu dalam shalat. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371931/tips-sederhana-menikmati-salat-khusyuk-bagian-2#sthash.ze4P8vTf.dpuf

Tips Sederhana Menikmati Salat Khusyuk (bagian 1)

DALAM buku “Memahami Makna Bacaan Shalat: Sebuah Upaya Menikmati Indahnya Dialog Suci dengan Ilahi” yang disusun oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah, terdapat bebarapa tips agar kita mampu untuk khusyu’ dalam shalat, diantaranya:

1. Memahami makna bacaan yang kita baca

Sesungguhnya kadar pahala kita dalam shalat sangat ditentukan oleh seberapa persen kita ingat kepada Allah, menghadirkan hati, menghayati ucapan dan gerakan dalam shalat.

Sahabat Nabi Ammar bin Yasir menyatakan, “Tidaklah dicatat (sebagai pahala) dalam shalat seseorang ketika ia lalai” (diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud no riwayat 1300)

2. Banyak berdzikir kepada Allah

Kadang orang sulit untuk mengingat Allah dalam shalat, karena ia tidak terbiasa. Ia terbiasa lalai dari mengingat Allah. Pada saat datang waktu shalat, maka ia baru berjuang mengingat Allah. Bagi orang yang banyak berdzikir, baik di luar maupun di dalam shalat, ketika datang panggilan shalat, lebih mudah baginya untuk menata hati menghadap Allah karena ia telah terbiasa dengan dzikir, sedangkan shalat pada hakikatnya adalah untuk mengingat (berdzikir) kepada Allah.

“Dan tunaikanlah shalat untuk mengingatKu(QS Thaha ayat 14)

3. Menjadikan dunia di tangan kita, bukan di hati kita

Seorang menjadikan “dunia” di tangannya jika ia jadikan seluruh aktifitas kehidupannya, seperti bekerja untuk menghidupi keluarga sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Jika ia menjadikan ibadah kepada Allah sebagai tujuan utama, jika ia yakin bahwa ia akan bertemu dengan Allah dan dikembalikan kepada-Nya, maka ia tidak akan mudah larut memikirkan urusan dunia.

Sebaliknya, jika dunia telah merasuk dalam hatinya, atau bahkan menjadi prioritas utama, jika ia temui permasalahan-permasalahan terkait pekerjaan menjadikan ia susah tidur, selalu memikirkan hal itu setiap waktu, termasuk ketika ia berada dalam shalat, pikiran-pikiran itu akan menyesaki hati dan otaknya.

“Dan minta tolonglah (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya itu adalah berat kecuali bagi orang yang khusyu. Yaitu orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Rabb mereka dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” (QS Al-Baqarah ayat 45-46)

 

[bersambung]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371928/tips-sederhana-menikmati-salat-khusyuk-bagian-1#sthash.ORUKy9eR.dpuf

Akidah Islam Menolak Isa Disalib, Dia Masih Hidup

ALLAH telah menjelaskan dalam Alquran bahwa orang Yahudi tidak membunuh Nabi Isa ‘alaihi salam. Beliau tidak disalilb. Namun orang lain, yang Allah serupakan dengan Nabi Isa, itulah yang disalib.

Meskipun demikian, Yahudi tetap mengklaim bahwa Nabi Isa telah disalib, dan anehnya, orang nasrani membenarkannya tanpa ada rasa permusuhan terhadap mereka.

Allah jelaskan dalam Alquran:

“Di antara penyebab Yahudi kafir adalah klaim mereka bahwa kami telah membunuh Nabi Isa bin Maryam, sang utusan Allah. Padahal mereka tidaklah membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An-Nisa: 157)

Aqidah kaum muslimin, bahwa Nabi Isa alaihis salam masih hidup dan belum mati. Beliau diangkat oleh Allah jasad dan ruhnya. Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya:

“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 158)

Dua ayat di atas dengan tegas menjelaskan bahwa Nabi Isa tidak dibunuh, tidak disalib, tapi Allah selamatkan jasad dan ruhnya, dengan Allah angkat ke langit. Kemudian di akhir zaman, nabi Isa akan Allah turunkan untuk membunuh Dajjal.

Kehadiran beliau bukan membawa syariat baru, tapi mengikuti syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Barulah setelah itu, beliau wafat dan dimakamkan di bumi. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis: dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Saya orang yang paling berhak untuk memuliakan Isa bin Maryam, karena tidak ada nabi antara zamanku dengan zaman beliau(kemudian beliau menjelaskan turunnya Nabi Isa, dan melanjutkan sabdanya), Nabi Isa tinggal di bumi dalam kurun waktu sesuai yang dikehendaki Allah, kemudian beliau wafat dan disalati oleh kaum muslimin, lalu mereka memakamkan beliau.” (HR. Ahmad 9349 dan dishahihkan Al-Albani)

Ibnu Athiyah (w. 542 H) beliau mengatakan dalam tafsirnya Al-Muharrar Al-Wajiz:

Umat Islam sepakat untuk mengimani kandungan hadis yang mutawatir bahwa Nabi Isa hidup di langit. Beliau akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, menegakkan keadilan, agama Nabi Muhammad menjadi menang bersama beliau, Nabi Isa juga berhaji” (Al-Muharrar Al-Wajiz, 3:143)

 

 

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372443/akidah-islam-menolak-isa-disalib-dia-masih-hidup#sthash.N2bRvymp.dpuf

Bertobat Sebelum Umrah dan Haji

Bertobat sebelum melaksanakan ibadah haji sangat disarankan bagi setiap calon jamaah haji. Bahkan bertobat sebelum berangkat ke Tanah Suci boleh dikatakan merupakan keharusan.

Dai dan penceramah, KH Muhammad Rusli Amin MA mengungkapkan pada prinsipnya orang yang akan menunaikan ibadah haji memang sebaiknya melakukan tobat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. ”Tobat akan memperlancar kita melaksanakan ibadah di Tanah Suci dan niscaya akan menjadi jalan bagi kita untuk menggapai kemabruran haji yang diharapkan,” ujarnya.

Karena Allah SWT merupakan Dzat yang Mahasuci, lanjut Rusli, maka kita harus datang memenuhi panggilan-Nya dalam keadaan suci. ”Kita juga akan melaksanakan ibadah di Tanah Suci, Allah hanya menerima segala sesuatu yang suci. Setelah melaksanakan tobat dengan sungguh-sungguh, diharapkan kontak spiritual kita dengan Allah SWT pun akan berjalan dengan lebih baik,” katanya.

Menurut Rusli, salah satu keinginan terbesar orang yang berangkat ke Tanah Suci adalah untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Apabila kita masih memiliki dosa kepada Allah, dosa kita tersebut akan menghalangi kita mendapatkan apa yang kita inginkan. ”Dosa akan selalu menjadi penghalang terijabahnya doa-doa kita. Oleh sebab itu, penting sekali melakukan pertobatan sebelum kita memanjatkan  doa kepada Allah, terlebih lagi ketika kita akan berangkat haji,” jelas Rusli.

Terdapat beberapa cara, lanjutnya, yang dapat kita lakukan untuk melakukan tobat kepada Allah SWT. Misalnya, dengan memperbanyak istighfar, melakukan shalat sunnah taubat dua rakaat, melengkapi shalat fardhu yang selama ini belum lengkap dilakukan, dan memperbanyak sedekah.

”Semua hal tersebut merupakan sarana yang dapat kita lakukan untuk menggugurkan segala dosa yang telah kita laksanakan selama ini yang bersifat hablumminallah (antara manusia dan Allah SWT). Ada pula pertobatan yang perlu dilakukan dan bersifat hablumminannas (antarsesama manusia),” ungkap Rusli. Untuk hubungan antarmanusia, yang banyak dilakukan oleh sesama Muslim ketika akan berangkat haji adalah meminta maaf sebelum waktu keberangkatan haji.

Senada dengan Rusli, anggota Pengajian Manasik Ikatan Haji Indonesia (PMIHI), Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ustadz Matyoto Fahruri mengungkapkan pentingnya melakukan tobat dengan sungguh-sungguh kepada Allah sebelum pergi melaksanakan ibadah haji. ”Inti dari pelaksanaan ibadah haji sebenarnya adalah bertobat dan menyucikan diri. Oleh karena itu, melakukan tobat sebelum berangkat menunaikan ibadah haji merupakan hal yang harus dilakukan,” tuturnya.

Menurut Fahruri, alasan sebagian orang untuk menunda keberangkatannya berhaji karena merasa masih belum melaksanakan tobat secara sungguh-sungguh bukanlah hal yang tepat. ”Allah SWT justru sangat senang apabila ada hamba-Nya yang datang memenuhi panggilan untuk berhaji dan masih memiliki banyak dosa. Allah itu Maha Pengampun, Dia pasti akan mengampuni seluruh dosa hamba-Nya,” paparnya.

Kapankah saat yang tepat bagi kita untuk mulai meminta tobat kepada Allah dan datang memohon maaf kepada sesama saudara Muslim sebelum berangkat haji? Menurut Fahruri, idealnya setiap saat selama hidup kita, kita senantiasa melakukan tobat. ”Tapi, apabila kita hendak berangkat menunaikan ibadah haji, bertobat dapat dilakukan semenjak kita memiliki niat untuk berangkat ke Tanah Suci,” tandasnya.

 

IHRAM

“Mandikanlah Jenazah Orangtuamu Sendiri!”, Kenapa?

SAHABAT yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, ketahuilah bahwa 99% lebih orang yang beragama islam ketika meninggal dunia, jenazah mereka tidak diurus oleh anak-anak mereka melainkan oleh orang lain dikarenakan buta syariat. Berdasarkan syariat yang berhak mengurus jenazah seorang muslim adalah sebagai berikut:

1. Muslim berakal

2. Sesuai wasiat dari si mayit
a. Jika si mayit telah mewasiatkan kepada seseorang tertentu untuk memandikan jenazahnya maka orang itulah yang berhak memandikan
b. Jika si mayit tidak mewasiatkan kepada siapapun maka yang berhak adalah ayahnya atau kakek-kakeknya, kemudian anak laki-lakinya atau cucu-cucunya yang laki-laki.
c. Jika tidak ada yang mampu, keluarga mayit boleh menunjuk orang yang amanah lagi terpercaya untuk memandikannya. Atau orang yang paling mengusai fikih tentang perawatan jenazah sesuai syariat
d. Demikian pula halnya jika si mayit adalah seorang wanita. (yaitu sesuai dengan wasiatnya jika ada, jika tidak ada maka ibunya atau nenek-neneknya, kemudian anak perempuannya atau cucu-cucunya yang perempuan. Jika tidak ada maka keluarganya boleh menunjuk seorang wanita yang amanah lagi terpercaya untuk memandikannya)

3. Sama jenis kelaminnya, artinya bila yang meninggal wanita maka yang memandikan wanita juga, demikian sebaliknya. Kecuali suami istri, untuk anak-anak yang masih dibawah 7 tahun, atau keadaan darurat lainnya yang membolehkan untuk memandikan jenazah beda jenis kelamin dengan yang memandikan.

4. Dianjurkan agar yang memandikan jenazah tersebut memilih dua orang dari keluarga si mayit. Seorang diantaranya yang terlihat tanda-tanda ketaatan pada wajahnya agar dapat memberikan pengarahan ketika memandikan jenazah tersebut. Seorang lagi yang tampak tanda-tanda maksiat dan dosa pada dirinya sehingga ia dapat menyaksikan jenazah dimandikan dan dibolakbalikkan, mudah-mudahan pemandangan seperti itu menjadi pelajaran baginya dan membuatnya terhenyak lalu sadar dan bertobat kepada Allah Ta’ala. “Bukankah kematian sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita?”

5. Tidak diperbolehkan masuk ke tempat memandikan jenazah tersebut lebih dari tiga orang. Karena hal itu tidak disukai.

Selanjutnya, izin kan saya mengajak sahabat sekalian mengulas masa lalu ketika kita baru saja dilahirkan dalam keadaan lemah, saat itu orang tua kita berusaha mengurus kita, mereka memandikan kita dengan sabun terbaik, mereka memakaikan pakaian terbaik kepada kita, mereka memberikan minyak-minyakkan mulai dari minyak wangi, minyak kayu putih, minyak rambut, bedak, dan lain sebagainya agar kita bersih, wangi dan rapi. Semua yang terbaik untuk kita, sang buah hati.

Lalu orangtua kita membawa kita jalan-jalan sore atau jalan-jalan pagi sambil menimang dan memberikan kita makanan terbaik, susu terbaik, dan menghalau segala apapun yang mungkin dapat menyakiti kita, baik berupa perkataan karena adanya kekurangan kita saat dilahirkan, perbuatan yang tidak baik kepada kita, atau hewan kecil yang mungkin mengganggu kita, bahkan menghalau roh halus yang mungkin datang mengganggu dengan membacakan ayat-ayat pengusir jin di dekat kita.

Mereka ajak kita bicara seraya mengajarkan berbagai kalimat yang baik agar kelak kita mampu bertutur kata yang baik. Dan masih banyak lagi yang mereka lakukan karena cintanya kepada kita yang tak mungkin saya sebutkan satu per satu dalam artikel sederhana ini. Namun dalam tulisan ini saya ingin bertanya suatu hal, yaitu: “Tidak inginkah kita membalas budi baik orangtua kita dengan mengantarkan kepulangannya menuju RABBUL ‘IZZATI?”

Tidak kah kamu mengetahui wahai sahabat ku yang semoga Allah Ta’ala muliakan kamu, bahwa seseorang yang sakratul maut sangat membutuhkan tuntunan dalam melafalkan SYAHADAT agar kepulangannya dalam keadaan khusnul khotimah? Tidak kah kamu mengetahui bahwa seseorang yang sakratul maut mendapatkan godaan dari setan, sedangkan ia berusaha mempertahankan iman dalam dadanya, tidak kah kamu ingin menghalau gangguan tersebut dengan membacakan Kalamullah di dekat kedua orangtuamu sebagaimana mereka melakukannya di kala kamu balita?

Wahai saudara ku yang semoga kamu dimuliakan Allah Ta’ala, sahabatku mungkin saja orangtua kita merahasiakan kekurangan pada fisiknya rapat-rapat karena mereka sangat malu jika diketahui oleh orang lain, seumur hidupnya. Tidak kah kita ingin menjaga kehormatan mereka dengan memandikan mereka untuk yang terakhir kalinya seperti mereka memandikan kita di saat balita? Jangan sampai akhirnya orang mengetahui rahasia fisik yang selama hidup orangtua kita tutupi karena malu hanya dengan ketidakpahaman kita dalam memandikan jenazah.

Wahai saudara ku yang semoga Allah Ta’ala muliakan, nasihat ini berlaku juga untuk diri saya yang kurang ilmu. Saya tidak bermaksud menasihati sahabat yang berumur melebihi umur saya, sebelumnya saya mohon maaf atas nasihat saya di bawah ini. Ada baiknya bapak-ibu yang kini sudah memiliki anak, lengkapi mereka dengan keilmuan syariat dan sampaikan kepada anak-anak bapak-ibu dengan sebuah pertanyaan dan pernyataan sebagai berikut:

Tanyakan kepada anak-anak bapak-ibu, “Tidak kah kamu ingin mengurusi dan mengiringi kepulangan kami ke akhirat menuju janji Allah Ta’ala? Lengkapi dirimu dengan keilmuan syariat karena kami ingin anak kami yang berperan penting dalam proses mengurus kepulangan kami.”

Nyatakan kepada mereka, “Bantulah kami menjaga kehormatan kami hingga kamu yakin kami telah dikebumikan, jangan biarkan aurat kami dilihat oleh orang lain di hari kepulangan kami hanya karena engkau buta syariat, iringilah kepulangan kami dari dunia menuju alam akhirat sebagaimana kami iringi kedatangan kamu ke dunia dari alam rahim.” Semoga Allah Ta’ala muliakan kita dalam proses kepulangan kita dengan diiringi dengan anak-anak yang SALEH, demi Allah sungguh kita dalam keberuntungan yang berlipat-lipat jika itu terjadi. Insya Allah.

[Oleh: Maulana ishak, S.Pi alumni MSP IPB angkatan 43, Relationship Management Rumah Zakat, EX Staff Khsusu Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2359506/mandikanlah-jenazah-orangtuamu-sendiri-kenapa#sthash.6B0Qb9op.dpuf

Anda belum Punya Anak? Inilah Penyebabnya

PERNAH ditanyakan pada Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, “Ada seorang wanita terus gelisah karena ia tak kunjung hamil. Kadang ia terus-terusan menangis dan banyak berpikir dan ingin berpaling dari kehidupan dunia ini. Apa hukumnya? Dan apa nasihat padanya?”

Jawab para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah, “Tidak pantas bagi wanita semacam ini untuk gelisah dan banyak menangis karena tak kunjung hamil. Karena memiliki keturunan pada pasangan laki-laki dan perempuan yaitu mendapatkan anak laki-laki saja atau perempuan saja atau mendapatkan anak laki-laki dan perempuan, begitu pula tidak memiliki keturunan, itu semua sudah menjadi takdir Allah. Allah Taala berfirman, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy Syura: 49-50).

Allahlah yang lebih tahu siapa yang berhak mendapat bagian-bagian tadi. Allah pula yang mampu menentukan manusia itu bervariasi (bertingkat-tingkat). Cobalah yang bertanya melihat pada kisah Yahya bin Zakariya dan Isa bin Maryam alaihimash sholaatu was salaam. Kedua orangtuanya belum memiliki anak sebelumnya. Maka bagi wanita yang bertanya hendaklah pun ia rida pada ketentuan Allah dan hendaklah ia banyak meminta akan hajatnya pada Allah. Di balik ketentuan Allah itu ada hikmah yang besar dan ketentuan yang tiada disangka.

Tidak terlarang jika wanita tersebut datang kepada dokter wanita spesialis untuk bertanya perihal kehamilan, atau ia datang pada dokter laki-laki spesialis jika tidak mendapati keberadaan dokter wanita. Moga saja dengan konsultasi semacam itu, ia mendapatkan solusi untuk mendapatkan keturunan ketika sebelumnya tak kunjung hamil. Begitu pula untuk sang suami, hendaklah ia pun mendatangi dokter laki-laki spesialis agar mendapatkan jalan keluar karena boleh jadi masalahnya adalah pada diri suami.

Wa billahit taufiq, selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyyah wal Ifta, fatwa no. 8844. Ditandatangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz selaku ketua dan Syaikh Abdullah bin Ghudayan sebagai anggota. []

Sumber : Al Fatawa Al Mutaalliqoh bith Thib wa Ahkamil Marodh, terbitan Darul Ifta Al Lajnah Ad Daimah, hal. 309.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371910/anda-belum-punya-anak-inilah-penyebabnya#sthash.btTObwU5.dpuf

Tobatnya Dzul Kala

Dzul Kala adalah seorang raja di Kota Tahaif. Rasulullah SAW mengutus Jabir untuk menemui dan mengajaknya masuk Islam. Dzul Kala dikenal sebagai raja yang ditaati rakyatnya. Bahkan, ia mengaku dirinya sebagai Tuhan. Hingga Rasulullah wafat, Nabi belum berhasil mengajaknya untuk memeluk agama Islam.

Ketika Khalifah Umar bin Khattab berkuasa, barulah Dzul Kala tertarik pada Islam. Ia lalu mengirim seorang utusan yang didampingi 8.000 orang untuk menemui Umar. Hingga akhirnya, sang raja itu masuk Islam dan membebaskan 4.000 budak.

Umar berkata, “Hai Dzul Kala, juallah kepadaku sisa budak yang ada di bawah kekuasaanmu! Aku akan bayar sepertiga dengan uang kontan di sini, sepertiga dengan negeri Yaman, dan sepertiga dengan Syam.”

Dzul Kala menjawab, “Beri aku kesempatan hari ini untuk berpikir.” Ia lalu pulang ke istananya. Sampai di kediamannya, semua budaknya dimerdekakan. Besoknya, ia menemui khalifah. “Bagaimana dengan ucapanku kemarin untuk membeli budak?” tanya Khalifah Umar.

“Allah telah memberi kebaikan kepadaku dan kebaikan kepada mereka daripada apa yang kamu tawarkan,” papar Dzul Kala. “Apa itu?” tanya Umar. “Mereka semua aku sudah merdekakan karena Allah,” ucap Dzul Kala. “Benarkah itu?” tanya Umar penasaran.

“Umar, aku mempunyai dosa. Aku kira Allah tidak mengampuniku,” ucap Dzul Kala. “Apa itu?” tanya Khalifah. “Aku telah menyuruh orang supaya menyembahku. Dari tempat yang tinggi aku awasi mereka. Beribu-ribu manusia sujud kepadaku.”

Umar pun berpesan, “Bertobatlah dengan ikhlas. Kembalilah kepada Allah dengan meninggalkan semuanya. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah.” Dzul Kala pun bertobat dengan sebenar-benarnya tobat.

 

REPUBLIKAONLINE