Bulughul Maram – Adab: Adab Bersin dan Hukum Minum Sambil Berdiri

Islam telah mengajarkan adab bersin. Dalam hadits diajarkan pula hukum minum sambil berdiri.

Hadits #1456

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ اَلنَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: – إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ يَرْحَمُكَ اَللَّهُ, فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اَللَّهُ, فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ, وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ – أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah ALHAMDULILLAH (segala puji bagi Allah). Hendaklah saudaranya mengucapkan YARHAMUKALLAH (semoga Allah merahmatimu). Jika ia mengucapkan YARHAMUKALLAH, ucapkanlah YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BAALAKUM (semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6224]

 

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab Bab “Jika ada yang bersin, lalu ia ucapkan alhamdulillah, apa balasannya”, dari jalur ‘Abdullah bin Dinar, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu disebutkanlah hadits di atas.

 

Kosakata Hadits

“اَلْحَمْدُ لِلَّهِ”: Alhamdulillah artinya mengakui pada yang dipuji yaitu Allah yang memiliki sifat yang sempurna dengan kecintaan dan pengagungan. Dan Allah memang berhak untuk dipuji. Allah sendiri berarti al-ma’luuh (yang disembah).

“أَخُوهُ”: Saudaranya artinya saudara se-Islam.

“يَرْحَمُكَ اَللَّهُ”: Yarhamukallah artinya semoga Allah merahmatimu yaitu doa dalam bentuk rahmat.

“يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ”: Yahdikumullah artinya semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian pada apa yang Allah cintai dan Allah ridhai, juga semoga Allah menguatkan, menunjukkan pada jalan yang lurus, serta memberi pertolongan.

“وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ”: Wa yushlih baalakum artinya semoga Allah memperbaiki keadaan dan urusanmu.

 

Faedah Hadits

Pertama: Orang yang bersin diperintahkan mengucapkan “alhamdulillah” karena bersin sebenarnya adalah nikmat dari Allah, sebab ada sesuatu yang tertahan akhirnya bisa keluar. Alasan lainnya, bersin adalah nikmat dikarenakan anggota badan tetap seperti keadaannya. Selain itu, dibuktikan pula setelah bersin, keadaan seseorang jadi lebih semangat.

Kedua: Alasan lainnya kenapa bersin diperintahkan mengucapkan “alhamdulillah”. Jawabnya, karena bersin disukai oleh Allah. Haditsnya adalah sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari, no. 6223 dan Muslim, no. 2994). Dalil ini sebagai tanda orang yang bersin tanda semangat, sedangkan orang yang menguap tanda malas.

Ketiga: Mengucapkan “alhamdulillah” untuk orang yang bersin adalah sunnah (mustahab, dianjurkan). Ada kata sepakat ulama dalam pernyataan dianjurkannya hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullah sebagaimana dalam kitab beliau Al-Adzkar.

Keempat: Bagi yang mendengar yang bersin mengucapkan “alhamdulillah”, hendaklah ia mengucapkan “yarhamukallah”. Perintah mengucapkan yarhamukallah ini ada yang menyatakan wajib ‘ain, ada yang mengatakan wajib kifayah, dan ada lagi ulama yang menyatakan sunnah (dianjurkan).

Kelima: Hendaklah orang yang bersin mengucapkan doa hidayah dan perbaikan keadaan setelah adanya doa rahmat sebelumnya.

Keenam: Jika ada yang tidak mengucapkan alhamdulillah saat bersin, maka tidak balas doa yarhamukallah.

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدِ اللَّهَ فَلاَ تُشَمِّتُوهُ

Jika salah seorang di antara kalian bersin lantas memuji Allah (mengucapkan alhamdulillah), maka balaslah dengan mengucapkan yarhamukallah (tasymit). Jika ia tidak mengucapkan alhamdulillah, maka tidak perlu mengucapkan yarhamukallah.” (HR. Muslim, no. 2992)

Ketujuh: Doa dari yang mendengar bersin adalah dengan “yarhamukallah” dengan mendoakan kamu (pada satu orang), sedangkan yang bersin mengucapkan doa balasan lagi dalam bentuk jamak pada kalimat “yahdikumullah wa yushlih baalakum”. Apa sebabnya demikian? Jawabnya, doa rahmat itu pada yang bersin. Sedangkan doa hidayah adalah untuk seluruh kaum mukminin, makanya diucapkan dalam bentuk jamak.

 

Hadits #1457

وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا – أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2026]

 

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan dalam Bab “Dilarang (Makruh) Minum Sambil Berdiri” dari jalur ‘Umar bin Hamzah, dikabarkan dari Abu Ghathfan Al-Mari, ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hadits ini.

 

Faedah Hadits

Imam Nawawi membawakan judul bab tentang masalah ini dalam Riyadh Ash-Shalihin “Bolehnya minum sambil berdiri dan penjelasan bahwa yang lebih sempurna dan lebih utama adalah minum sambil duduk.”

Dalil-dalil yang membolehkan minum sambil berdiri adalah sebagai berikut, disebutkan pula oleh Imam Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ قَائِمًا

“Aku memberi minum kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari air zam-zam, lalu beliau minum sambil berdiri.” (HR. Bukhari, no. 1637 dan Muslim, no. 2027)

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata,

كُنَّا نَأْكُلُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَمْشِى وَنَشْرَبُ وَنَحْنُ قِيَامٌ

“Kami dahulu pernah makan di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berjalan dan kami minum sambil berdiri.” (HR. Tirmidzi, no. 1880 dan Ibnu Majah, no. 3301. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَشْرَبُ قَائِمًا وَقَاعِدًا

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum sambil berdiri, begitu pula pernah dalam keadaan duduk.” (HR. Tirmidzi, no. 1883 dan beliau mengatakan hadits ini hasan shahih)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan,

وَالصَّوَاب فِيهَا أَنَّ النَّهْي فِيهَا مَحْمُول عَلَى كَرَاهَة التَّنْزِيه . وَأَمَّا شُرْبه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَبَيَان لِلْجَوَازِ ، فَلَا إِشْكَال وَلَا تَعَارُض

“Yang tepat dalam masalah ini, larangan minum sambil berdiri dibawa ke makna makruh tanzih (bukan haram). Adapun hadits yang menunjukkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum sambil berdiri, itu menunjukkan bolehnya. Sehingga tidak ada kerancuan dan pertentangan sama sekali antara dalil-dalil yang ada.” (Syarh Shahih Muslim, 13:195)

Semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

 

Referensi:

  1. Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Riyadh Ash-Shalihin. Imam Nawawi.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/19104-bulughul-maram-adab-adab-bersin-dan-hukum-minum-sambil-berdiri.html

Patuhi Bahas Penyelenggaraan Ibadah Haji

Pihak pertama yang ditemui Patuhi setelah tiba di Saudi adalah Konsul Haji bidang Kabid Haji Dr Endang Jumalih. Di kantor Endang, Patuhi melaporkan maksud dan tujuan kedatangannya.

“Targetnya adalah kita sampaikan dalam rangka persiapan haji dan ketemua pihak-pihak terkait dalam hal ini muasasah di sana,” kata Artha saat dihubungi Ihram, Rabu (13/3).

Bersama Konsul dan Kabid Haji itu,  Sapuhi juga berbicara banyak tentang  pelaksanaan haji yang lalu. Apa dan bagaimana yang bisa diperbuat bersama antara asosiasi dan pemerintah.

“Dan Alhamdulilla beliau sangat perhatian untuk suksekan penyelenggaraan haji pada tahun ini,” katanya.

Artha memastikan pembicaran antara tim Patuhi dengam Kabid Haji Endang Jumalih berlangsung hangat. Atas kedekatan itulah Endang menyampaikan punya tugas besar untuk menyelesaikam persiapan atau pelaksanaan haji reguler.

“Kita diperkenalkan dengan semua jajaran beliau dengan harapan bahwa komunikasi koordinasi kedepan akan jauh lebih baik,” katanya.

Selain membahas persiapan haji reguler, kata Arta, Endang juga sempat memberikan masukan-masukan kepada Patuhi terkait pelaksanaan umrah. Meski tugasnya bidang perhajian, persoalan umrah tidak lepas dari perhatian pihak Konsul Haji.

Karena, kata Artha, seperti yang disampaikan Endang, papun yang terjadi pada jamaah umrah Saudi di Makah dan Madinah yang paling lebih dulu dihubungi oleh negara pihak konsul.

“Kalau ada apa-apa jadi pihak yang akan dihubungi  dimintai follow up yang lebih lanjut. Padahal beliau hanya konsentrasi kepada haji namanya juga konsul haji,” katanya.

Menurut Artha seperti yang disampaikan Endang, setiap hari selalu aja ada laporan terkait masalah penyelenggaran umrah yang diterima pihak konsul. Masalahnya kata dia, macam-macam. Mulai dari ada yang tidak bisa pulang pada waktunya,  juga ada jamaah yang terlantar.

“Terkait persoalan itu selain urusan kerja segala macam masalah,” katanya.

Akhirnya dalam perbincangan itu kata Artha, Patuhi dan Konsul Haji sepakat, bahwa kedepannya akan saling koordinasi dan berbagi informasi terkait umrah. Komitmen untuk saling berbagi infomasi itu akan dibentuk grup WhatsApp.

“Supaya kita juga bisa memberikan masukan kesana, infomasi kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di Saudi untuk umrah,” katanya.

Setelah menemui Konsul Haji, Patuhi bertemu dengan rekan kerja asosiasi. Di dalam pertemuan itu bagaiman jalan keluar untuk mengurangi anterian panjang haji.

Untuk itu perlu ada terobosan terkait masalah haji. Karena kata Artha jika tidak ada terobosan baru dari pemerintah dalam menangai anterian panjang, maka pemerintah akan kerepotan.

“Efeknya bukan ke jamaah tapi juga kita sebagai penyelenggara haji khusus PIHK,” katanya.

Untuk itu, Patuhi bersama tim kerjanya di Saudi berdiskusi untuk mencari solusi dengan menemui pihak-pihak yang punya otoritaas dan punya wewenanga tentang urusan-urusan haji.

“Kita juga ketemu dengan muasasah wakili oleh pihak yang ditunjuk oleh pihak muasasah di sanah untuk kita berbincang terkait persiapan haji khusus,” katanya.

 

Ihram.co.id

Amalan Agar Bertemu Rasulullah

BERJUMPA dan berbicara dengan Rasulullah adalah keinginan hampir setiap muslim di dunia. Siapa yang tidak ingin berjumpa dengan manusia paling mulia sepanjang sejarah manusia?

Namun hal itu sepertinya mustahil dilakukan mengingat Rasulullah SAW telah wafat berabab-abad yang lalu. Yang dimaksud dengan melihat di sini tentu saja dalam mimpi. Namun demikian, walaupun dalam mimpi, orang dalam mimpi tersebut adalah benar Rasulullah SAW. Hal ini bisa dipastikan karena tidak ada satu pun makhluk yang mampu menyerupai Rasulullah SAW.

Untuk bisa bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi, ada amalan-amalan yang bisa dilakukan. Imam Al Ghazali dalam kitabnya arifillah mengatakan bahwa barang siapa yang Istiqamah membaca salawat (di bawah) ini sehari semalam sebanyak lima ratus kali, ia takkan mati sebelum bertemu Nabi Saw dalam keadaan terjaga. Iya, walaupun antara Rasulullah SAW dan umatnya telah berbeda alam (barzah dan dunia), tapi Imam Ghazali mengatakan umatnya bisa saja bertemu Rasulullah dalam keadaan terjaga.

Bacaan shalat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Dalam kitab yang lain, Bustanul Fuqaraa, Imam Al Ghazali juga mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang bershalawat atasku pada hari Jumat sebanyak seribu kali yakni salawat:
maka dia akan melihat Tuhannya pada waktu malam atau nabinya atau tempat tinggalnya dalam surga. Jika tidak terlihat, maka hendaklah dia berbuat yang demikian dalam dua Jumat atau tiga atau hingga lima kali Jumat.

Selain kedua macam salawat di atas, ada juga amalan lain seperti disebutkan oleh Syeikh Abdul Qadir al Jailani dalam kitabnya Al Ghaniyah. Beliau mengatakan bahwa dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa salat dua rakaat pada malam Jumat, dalam setiap rakaat membaca al-Fatihah dan ayat kursi satu kali dan lima belas kali, kemudian pada akhir salat bershalawat seribu kali: Maka ia akan melihatku dalam mimpi sebelum datang Jumat yang lain. Dan barang siapa yang melihatku maka dia akan masuk surga dan diampuni segala dosanya yang telah lewat dan yang akan menyusul.

Itulah beberapa amalan yang bisa menjadi wasilah bertemunya kita dengan Rasulullah SAW. [Fimadani]

Tenangnya Hati Karena Ingat Akhirat

SIFAT dunia adalah fana, gemerlapnya bukan sumber ketenangan, banyaknya bukan pondasi kebahagiaan. Dunia, segala sisinya adalah kekeruhan, kecuali digunakan untuk ketaatan dan pengabdian kepada Allah Ta’ala.

Hanya agama (baca Islam) yang mampu memberikan uraian perihal hakikat dunia secara rasional dan empiris. Manusia yang kafir kepada ajaran Islam, tidak ada tujuan tertinggi dalam hidupnya, kecuali sumber dari kegelisahan itu sendiri, yakni segala macam capaian keduniaan, mulai dari harta hingga tahta.

Meski demikian, tidak berarti orang beriman lepas dari kegelisahan semacam itu. Kerapkali manusia enggan berpikir, sehingga dalam hidupnya, bahkan ada yang sepanjang hidup, hatinya selalu menjadi tempat kegelisahan demi kegelisahan. Di sini kita perlu terus membaca perihal apa itu dunia secara hakiki.

Jabir ibn ‘Awn al-Asadi berkata, “Dalam sambutan pertamanya sebagai khalifah pada masa Bani Umayyah (715-717)  Sulaiman ibn Abdul Malik mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan, menghilangkan, dan merendahkan sesuatu yang dikehendaki-Nya; memberi dan menghalangi siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Sesungguhnya dunia adalah negeri tipu daya, tempat kebathilan, dan perhiasan yang tidak stabil; sebentar tertawa kemudian menangis; sebentar menangis kemudian tertawa; sebentar menakutkan kemudian mengamankan; sebentar mengamankan kemudian menakutkan; mengubah orang yang kaya jadi fakir; dan mengubah orang fakir menjadi kaya.

Wahai hamba Allah jadikanlah kitab Allah Ta’ala sebagai imam, ridhailah, dan jadikanlah ia sebagai panutan. Ia menghapus (nasakh) kitab sebelumnya dan tidak akan ada kitab setelahnya yang menghapusnya.

Ketahuilah, wahai hamba Allah, Al-Qur’an ini dapat menyingsingkan tipu daya dan kedengkian setan laksana cahaya subuh ketika fajar menyingsing selepas malam yang meninggalkan gelapnya.”

Oleh karena itu, jangan pernah gelisah karena keadaan hidup kita di dunia. Sejauh yang kita miliki halal, walau pun sedikit, atau bahkan mungkin mengundang orang lain memandang kita dengan pandangan yang merendahkan, itu jauh lebih baik jika benar-benar halal dan tidak mengandung unsur yang mengundang murka Allah Ta’ala.

Sebaliknya, tidak perlu berbangga dengan apa yang berhasil dicapai dalam urusan duniawi. Sebab, belum tentu semua aset yang kita miliki benar-benar bersih dari unsur yang dapat memberatkan hisab kita di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, menarik kita simak nasihat Ali bin Abi Thalib kepada Salman Al-Farisi.

“Dunia laksana ular. Siapapun yang memegangnya bakal dibinasakan dengan bisanya.

Berpalinglah dari barang-barang dunia yang menakjubkanmu karena bagian dunia yang bisa kamu dapatkan hanya sedikit. Jangan gelisah karena dunia lantaran jelas-jelas kamu bakal meninggalkannya.

Jadikanlah sesuatu yang membuatmu bahagia di dunia adalah hal yang paling ditakuti olehnya. Setiap kali budak dunia merasa damai dan mendapatkan kebahagiaan, setiap kali itu pula ada ketidaknyamanan yang mengganggunya.”

Demikianlah dunia yang dibanggakan oleh sebagian manusia dan digelisahkan oleh sebagian yang lain. Mereka benar-benar lupa bahwa dunia bukanlah tempat yang layak dibanggakan atau pun digelisahkan. Sebab dunia tidak diciptakan melainkan untuk menguji keimanan.

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menjadikan engkau semua sebagai khalifah di bumi itu. Maka Allah akan melihat bagaimana yang engkau lakukan. Oleh sebab itu, waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita. Karena awal fitnah bagi Bani Israil adalah wanita.” (HR. Muslim).

Selanjutnya kita dapat melihat hakikat dunia ini dari firman Allah Ta’ala.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 7).

Dengan demikian janganlah bersusah payah dalam kehidupan dunia ini kecuali pada apa yang dapat terus menemani kita hingga ke akhirat, yakni ilmu dan amal.

Gelisahlah jika tak memiliki ilmu sehingga merasa diri terus butuh terhadap ilmu. Gundahlah jika tak punya amal, sehingga harta di tangan tak sempat membuat hati sombong, karena harta itu akan binasa dan membinasakan, kecuali diinfakkan di jalan Allah Ta’ala.

Jika seseorang kegelisahan dan kegundahannya sudah pada tahap esensial seperti itu, perihal ilmu dan amal, insya Allah kebahagiaan dan ketenangan batin akan bersarang di dalam dadanya, bagaimanapun keadaannya. Sebab ia sadar, semua baik, jika menguatkan iman, menambah ilmu dan mendorong diri beramal.*/Imam Nawawi

HIDAYATULLAH

Belajar dari Tukang Parkir

TAK ada yang patut disembah selain Allah Swt. Tak ada yang bisa dimintai pertolongan selain Allah Swt. Hanya Allah yang kuasa menghidupkan dan mematikan kita. Hanya Allah yang kuasa memberikan rezeki kepada kita. Alhamdulillah. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, mari kita perhatikan seorang tukang parkir. Setiap hari hilir mudik silih berganti berbagai kendaraan yang parkir di tempatnya. Mulai dari mobil baru dan mahal, sampai motor lama yang ada penyok hampir di setiap sisinya.

Perhatikanlah bagaimana ekspresi tukang parkir itu manakala ada kendaraan datang dan ketika kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Sama sekali tak ada tanda-tanda berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali. Apalagi sikap penolakan, tak ada sama sekali. Mengapa ia bersikap demikian? Tiada lain jawabannya adalah karena kendaraan-kendaraan itu bukan miliknya, kecuali hanya titipan semata.

Begitulah dengan kita di dunia ini. Marilah kita ingat kembali bahwa kita lahir ke dunia dari rahim ibu kita, tanpa membawa sehelai benang pun. Bahkan kita tidak sanggup berbuat apa-apa selain hanya menangis.

Kemudian, Allah datangkan rezeki kepada kita lewat perantara ibu kita. Rezeki datang menghampiri kita padahal kita sama sekali belum bisa mengusahakannya. Datanglah air susu lewat ibu kita. Allah datangkan juga selimut hangat, minyak telon, sabun, air dan lain sebagainya dari berbagai arah kepada kita. Sehingga kebutuhan kita tercukupi dan kita pun bisa bertahan hidup.

Seiring bertambahnya waktu kita pun tumbuh. Kemudian, Allah datangkan berbagai perhiasan dunia kepada kita. Harta yang berkecukupan, pasangan, kendaraan, anak-anak, rumah dan lain sebagainya. Kita pun dikaruniai kedudukan, jabatan, sehingga kita memiliki nama baik di hadapan manusia.

Saudaraku, semua itu tiada lain adalah titipan dari Allah Swt kepada kita. Oleh karena itu, sebagaimana sikap seorang tukang parkir yang dititipi kendaraan, maka sepatutnya kita menjaga setiap titipan yang Allah amanahkan kepada kita. Allah Swt. berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?” (QS. Al Qiyaamah [75] : 36).

Tidak sedikit orang yang malah lupa dengan hakikat ini. Sehingga mereka terjangkit penyakit sombong dan riya. Harta berlimpah malah ia gunakan untuk bermaksiat dan pamer mencari kekaguman orang lain. Ilmu yang ia miliki pun hanya ia gunakan untuk memperkaya diri dan mengharap pujian orang lain. Demikian juga dengan jabatan yang ia duduki, hanya ia gunakan untuk menimbun kekayaan sesuai hawa nafsunya.

Bagi orang-orang yang demikian, harta, pangkat, jabatan akan menjadi sumber malapetaka baginya. Ketika semua itu raib, ia akan dilanda kepedihan dan putus asa. Sebaliknya, orang yang senantiasa sadar bahwa hakikat dari setiap perhiasan dunia adalah titipan Allah, maka ia akan mawas diri mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah ridhai.

Saudaraku, setiap yang kita miliki adalah titipan Allah Swt. dan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah Swt. yang terampil dan amanah mempergunakan setiap titipan itu di jalan-Nya. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Al Noor, Chistchurch, Kami Bersamamu

HARI Jumat adalah hari yang mulia dalam agama kita. Seluruh kaum muslimin di setiap penjuru dunia, menyambut dan merayakannya dengan berbagai ibadah yang telah agama syariatkan. Salah satunya adalah ibadah shalat Jumat.

Namun pada Jumat pertengahan Maret 2019 telah terjadi peristiwa yang menyedihkan seluruh kaum muslimin di dunia.Yakni adanya aksi terorisme terhadap jamaah Masjid Al Noor di Selandia Baru yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Sebagai sesama muslim, tentunya aneh bila kita tidak merasakan kesedihan yang teramat dalam. Mustahil pula bila kita tidak merasa marah terhadap pelakunya. Rasa itu semua disebabkan karena cinta kita kepada sesama muslim. Sebab sesama muslim adalah bersaudara

Nabi shallallahu alaihiwasallam bersabda dalam hadits yang dibawakan oleh an-Numan bin Basyirradhiyallahu anhu, “Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur. (HR Bukhari dan Muslim)

Sudah wajar dan sekaligus perintah agama pula untuk menunjukkan simpati dan kepedulian kita terhadap saudara yang terkena musibah. Maka kita harus bantu mereka sesuai dengan kemampuan kita. Dengan kemampuan yang pasti dimiliki setiap kita, kita dapat mendoakan saudara kita yang meninggal oleh aksi teroris tersebut, dimasukkan Allah kedalam Surga-Nya. Dan semoga seluruh kaum muslimin di Selandia Baru diberi kesabaran dan kekuatan oleh Allah.

INILAH MOZAIK

Jangan Namakan Hewan Anda dengan Nama Manusia, ini Alasannya

Penamaan binatang dengan nama manusia dianggap merusak kehormatan manusia.

Memiliki binatang peliharaan kesayangan, bagi sebagian orang tentu sangat menyenangkan. Berbagai cara dilakukan untuk menunjukkan ekspresi sayang terhadap binatangnya tersebut.

Salah satunya dengan memberikan nama terbaik bagi binatangnya itu. Tak jarang penamaan binatang kesayangan itu menggunakan nama-nama yang biasanya dipakai untuk manusia?

Menurut Lembaga Fatwa Mesir, Dar al-Ifta’, tidak boleh menamakan hewan dengan nama-nama manusia. Ini karena pada hakikatnya nama-nama manusia diperuntukkan untuk manusia yang sangat dimuliakan dan dihormati.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al-Isra’ [17: 70)

Namun berbeda dengan binatang, manusia boleh menggunakan nama-nama hewan atau benda-benda mati selama hal tersebut tidak merendahkan dan mengurangi kehormatan manusia.

Dalam tradisi bangsa Arab, nama-nama seperti Asad (singa), namir (macan), biasa digunakan. Jika nama-nama tersebut malah merendahkan martabat manusia, seperti nama babi, hal tersebut sama sekali tidak diperbolehkan.

Dalam banyak riwayat, Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya agar menggunakan nama-nama terbaik. Dengan nama-nama terbaik itulah kelak manusia akan dipanggil ketika dibangkitkan pada kiamat.

REPUBLIKA

Agar Tidak Terjerumus dalam Riba

Gencarnya media dalam menampilkan kehidupan yang serba mewah telah menimbulkan gaya hidup konsumsif dalam masyarakat kita. Tidak hanya terjadi di kota-kota besar, gaya hidup konsumtif pun mulai merambah ke pelosok-pelosok desa. Seiring dengan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan cara yang sangat mudah, masyarakat yang konsumtif jadi merasa mudah dalam membeli sesuatu untuk memenuhi hasratnya. Tinggal mengisi formulir pengajuan kredit, menandatanganinya, barang pun akan terbeli. Masalah bagaimana melunasinya urusan belakang. Yang penting menikmati dulu barangnya, menikmati rasa gengsi yang timbul karena membeli barang mahal. Apa manfaat dari barang yang dibeli seringkali justru menjadi pertimbangan kedua. Masalah mulai timbul ketika tagihan kredit datang di kemudian hari, yang ternyata jumlahnya membengkak akibat bunga berbunga yang diterapkan.

Intinya, masyarakat di zaman penuh ‘wah’ saat ini, untuk mendapatkan barang mewah mau saja terjun dalam praktek riba. Benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah). Tentu Allah tidak meridhoi hal ini, bahkan Allah murkai. Lalu bagaimana kiat agar kita tidak mudah terjerumus dalam praktek riba? Beberapa kiat tersebut akan penulis utarakan dalam tulisan sederhana berikut ini.

Kiat Pertama: Berilmu Dulu Sebelum Membeli

Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan berilmulah terlebih dahulu. Dalam masalah ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia. Dalam masalah muamalah pun demikian. Karena jika tidak diindahkan, malah bisa terjerumus dalam sesuatu yang diharamkan. Semisal seorang pedagang, hendaklah ia paham seputar hukum jual beli. Jika ia tidak memahaminya, bisa jadi ia memakan riba atau menikmati rizki dengan cara yang tidak halal. ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan,

مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ

“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.”

Lihatlah pula apa kata ‘Umar bin Khottob radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata,

لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا

Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba.” (Lihat Mughnil Muhtaj, 6: 310)

Hal di atas bukan hanya berlaku bagi penjual atau si pedagang, namun berlaku juga untuk pembeli. Pembeli pun harus tahu seluk beluk jual beli sebelum bertindak. Sedikit sekali nasabah perkreditan rumah, mobil atau motor yang mengetahui bagaimanakah hakekat sebenarnya jual beli kredit yang mereka lakukan. Awalnya rumah tersebut ditawarkan oleh pihak A, namun urusan pelunasan nantinya di Bank Perkreditan. Ini hakekatnya bisa jadi transaksi riba atau menjual barang yang belum dimiliki secara sempurna. Jika kita menilik transaksi tersebut, pihak perkreditan pada hakekatnya memberikan pinjaman kepada kita yang ingin membeli rumah, lalu mereka meminta kita mengembalikan pinjaman tadi secara berlebih. Padahal para ulama sepakat, “Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba”. Coba dari awal si nasabah atau si  pembeli tadi mengetahui pengertian riba dan berbagai macam bentuk riba. Dan saat ini perlu sekali setiap orang mendalami hakekat riba karena riba semakin diakal-akali dengan nama yang terlihat syar’i. Minimal, banyaklah bertanya pada para ulama yang lebih berilmu sehingga kita pun selamat dari riba sampai debu-debunya.

Kiat Kedua: Mengetahui Bahaya Riba

Setelah mengetahui definisi riba dan berbagai bentuknya, mengetahui bahaya riba akan semakin membuat seorang muslim menjauhinya transaksi haram tersebut. Karena dengan mengetahui ancaman-ancaman riba, tentu ia enggan terjerumus dalam riba. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً

Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali” (HR. Ahmad 5: 225. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1033).

Dalam hadits yang lain disebutkan,

الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّهُ وَإِنْ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ

Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).

Dosa riba bukan hanya berlaku bagi kreditur, pihak perkreditan atau bank, namun si nasabah atau debitur juga mendapatkan dosa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama (karena sama-sama melakukan yang haram)” (HR. Muslim no. 1598).

Kiat Ketiga: Tidak Bermudah-mudahan dalam Berutang

Islam menerangkan agar kita tidak terlalu bermudah-mudahan untuk berutang. Orang yang berutang dan ia enggan melunasinya –padahal ia mampu – sungguh sangat tercela.

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا

Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). Berhutanglah ketika perlu dan yakin mampu melunasinya! Karena kita pun tidak mengetahui kondisi kita nantinya, apakah kita bisa melunasi kreditan kita.

Kiat Keempat: Milikilah Sifat Qona’ah

Tidak merasa cukup, alias tidak memiliki sifat qona’ah, itulah yang membuat orang ingin hidup mewah-mewahan. Padahal penghasilannya biasa, namun karena ingin seperti orang kaya yang memiliki smart phone mahal, mobil mewah dan rumah layak istana, akhirnya jalan kreditlah yang ditempuh. Dan kebanyakan kredit yang ada tidak jauh-jauh dari riba, bahkan termasuk pula yang memakai istilah syar’i sekali pun seperti murabahah. Menggunakan handphone biasa asalkan bisa berkomunikasi, atau menggunakan motor yang memang lebih pas untuk keadaan jalan di negeri kita yang tidak terlalu lebar, atau hidup di rumah kontrakan, sebenarnya terasa lebih aman dan selamat dari riba untuk saat ini. Cobalah kita belajar untuk memiliki sifat qona’ah, selalu merasa cukup dengan rizki yang Allah anugerahkan, maka tentu kita tidak selalu melihat indahnya rumput di rumah tetangga karena taman di rumah kita pun masih terasa sejuk.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051). Kata para ulama, “Kaya hati adalah merasa cukup pada segala yang engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari, maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati), namun malah fakir (hati yang miskin)” (Lihat Fathul Bari, 11: 272).

Jika seorang muslim memperhatikan orang di bawahnya dalam hal dunia, itu pun akan membuat ia semakin bersyukur atas rizki Allah dan akan selalu merasa cukup. Berbeda halnya jika yang ia perhatikan selalu orang yang lebih dari dirinya dalam masalah harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963).

Orang yang memiliki sifat qona’ah sungguh terpuji. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya sifat qona’ah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya” (HR. Muslim no. 1054). Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sendiri selalu memohon kepada Allah agar dianugerahkan sifat qona’ah dalam do’anya,

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –terhindar dari yang haram- dan sifat ghina –selalu merasa cukup-).” (HR. Muslim no. 2721).

Kiat Kelima: Perbanyaklah Do’a

Kiat terakhir yang juga jangan terlupakan adalah memperbanyak do’a. Karena kita bisa terhindar dari yang haram, tentu saja dengan pertolongan Allah termasuk dalam masalah riba. Di antara do’a yang bisa kita panjatkan,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ

Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot, wa tarkal munkaroot” (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran) (HR. Tirmidzi no. 3233, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Juga perbanyaklah do’a agar bisa terbebas dari utang,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom” (Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari dosa dan terlilit utang). Dalam lanjutan hadits tersebut disebutkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa beliau banyak meminta perlindungan dari utang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ

Seseorang yang terlilit utang biasa akan sering berdusta jika berucap dan ketika berjanji sering diingkari” (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no. 589).

Ya Allah, berikanlah kepada kami sifat qona’ah, dijauhkan dari yang haram, serta dijauhkan dari riba dan debu-debunya. (*)

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/2274-agar-tidak-terjerumus-dalam-riba.html

Jejak Islam di Selandia Baru dan Populasi Muslim yang Tumbuh

Pertumbuhan populasi Muslim diperkirakan bertambah 100 ribu hingga 2030.

Islam di Selandia Baru mempunyai jejak yang cukup kuat. Islam eksis di negara sejak ratusan tahun lalu.

Dilansir di New Zealand Journal of Asian Studies VIII berjudul New Zealand’s Muslim and Their Organisations, William Shepard menyebutkan Muslim pertama di negara itu adalah 15 penambang emas Cina yang bekerja di Dunstan di Pulau Selatan pada 1874.

Sedangkan pedagang gujarat yang datang membuka toko kecil di kota Auckland sebelah selatan. Mereka menetap hingga saat ini.

Mayoritas populasi berasal dari imigrasi Inggris (Anglo-Celtic) yang dimulai pada 1820-an dan 1830-an dan berlanjut sampai sekarang, orang-orang ini, bersama dengan jumlah yang jauh lebih kecil dari yang lain (predo Miner Utara) negara-negara Eropa, yang biasa disebut ‘Pakeha untuk membedakan mereka dari suku Maori asli (orang Selandia Baru suka menyebut diri mereka sebagai orang Kiwi).

Ada juga sejumlah besar Kepulauan Pasifik (Samoa, Fiji, dll), terhitung sekitar 6 persen dari populasi.

Puluhan kelompok etnis lain pun ada, hanya saja jumlahnya tak terllau banyak. Kelompok-kelompok Asia terbesar adalah Cina, terdiri dari 2,7 persen dan Asia Selatan sekitar 1,8 persen.

Komunitas Muslim saat ini didominasi etnis India, imigran pada awal abad ke-20. Mereka juga berasal dari berbagai negara Arab, Malaysia, Indonesia, Iran, Somalia, Balkan, Afghanistan, dan beberapa Pakeha.

Namun pada 1920, pemerintah Selandia Baru memperketat masuknya imigran dengan membuat aturan pembatasan imigran.

Sehingga populasi umat Islam di Selandia setelah Perang Dunia II tidak kurang dari 100 orang.

Pada 1950, anak cucu mereka menikah dan menetap, hingga populasi Muslim di Selandia Baru mencapai 200 orang.

Pada pertengahan tahun 1960, kebijakan imigran mulai lebih longgar. Sehingga banyak tenaga kerja profesional dari berbagai negara Asia.

Mahasiswa Muslim juga banyak yang datang untuk melanjutkan pendidikan di universitas Selandia Baru. Sehingga tidak heran, jika jumlah Muslim di masa itu melunjak hingga 2.500 orang pada 1986.

Setelah 1986, imigran muslim semakin banyak berdatangan. Mereka banyak yang melihat kesuksesan imigran yang telah menetap di Selandia Baru.

Beberapa diantara mereka yang datang memiliki bebagai keahlian, namun banyak juga dari mereka yang tidak memiliki kemampuan apapun.

Seorang imigran Somalia mengatakan dia sebelumnya merupakan orang penting di desanya tetapi saat datang ke Selandia Baru dia tidak dapat mencari pekerjaan satupun.

Berbeda dengan wanita Muslim lokal, mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan meski hanya bekerja di pabrik. Namun wanita yang baru menikah tidak diprioritaskan karena kemampuan mereka yang menurun.

Terus tumbuh

Muslim di Selandia Baru akan terus tumbuh. Menurut sensus pemerintah Selandia Baru April 1874-an pada 1950 hanya 150 pengikut Islam. Sensus 1996 mencatat populasi Muslim kurang dari 14 ribu.

Tapi sejak 2001, populasi Muslim di Selandia Baru telah meningkat 52,6 persen.

Menurut sensus terakhir yang dilakukan pada 2006, ada 36.072 pengikut Islam, sebagian besar berasal dari Asia.

Pada 2030, sesuai data Pew Research center diperkirakan akan bertambah 100 ribu pemeluk Islam baru di Selandia Baru.

Peneliti dan Psikolog dari Universitas Victoria, Jaimee Stuart, mengatakan pemuda muslim ingin merasa berada di rumah sendiri ketika berada di Selandia Baru.

“Memiliki orang-orang muda merasa seolah-olah mereka diterima di masyarakat tempat mereka tinggal, gagasan bahwa mereka tinggal di tempat multikultural, benar-benar, sangat penting bagi mereka,” jelas dia dilansir di radionz.co.nz.

Untuk melakukan itu, Selandia Baru perlu menutup kesenjangan antara cita-cita simbolis multikulturalisme dan bagaimana berperilaku baik secara pribadi maupun sebagai negara.

“Ketika kami direpresentasikan sebagai orang gila di media, dan hanya ingin berteriak Allahu Akbar di jalan,” kata Hela Rahman, pemuda Muslim Selandia Baru.

“Itu menciptakan perpecahan antara Muslim dan komunitas umum Selandia Baru, antara pemuda Muslim dan komunitas pemuda umum,” katanya menambahkan.

REPUBLIKA