Ingatlah Janji-Janji Allah dan Bahagiakan Hatimu!

Allah Swt Berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS.Fathir:5)

Dan banyak pula ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu mengingatkan tentang kebenaran janji-janji Allah Swt.

Apabila janji Allah pasti benar, maka bersiaplah untuk menyambutnya ! Manfaatkan waktu berhargamu dengan amal kebaikan dan jangan sampai engkau mengikuti bisikan yang menyuruhmu berputus asa.

Renungkan kehidupanmu karena Allah tidak memberi janji kecuali agar hamba-Nya bisa berbahagia dan tenang hatinya.

(1). Bila engkau risau dengan banyaknya dosamu, sungguh Allah telah memberi janji dengan ampunan. Maka mintalah ampun kepada-Nya !

وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيم

“Dan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:268)

(2). Bila engkau takut dengan kemiskinan, sungguh Allah telah berjanji untuk memberimu rezeki dan mencukupi kehidupanmu, maka jangan gelisah !

وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS.Hud:6)

(3). Bila engkau dalam keadaan sulit, janganlah putus asa karena Allah menjanjikan akan datangnya kemudahan setelahnya.

سَيَجۡعَلُ ٱللَّهُ بَعۡدَ عُسۡرٖ يُسۡرٗا

“Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS.Ath-Thalaq:7)

(4) Allah Swt juga berjanji akan menolongmu bila engkau “menolong” agama-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS.Muhammad:7)

(5) Allah Swt juga berjanji akan memberi tambahan bila engkau bersyukur :

لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS.Ibrahim:7)

(6) Allah Swt berjanji akan mengingatmu bila engkau selalu mengingat-Nya.

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.” (QS.Al-Baqarah:152)

(7) Allah Swt berjanji akan mengkabulkan doa bila engkau memohon kepada-Nya.

ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” (QS.Ghafir:60)

(8) Allah Swt menjanjikanmu dengan kabar gembira bila engkau bersabar.

وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:155)

Itulah beberapa janji-janji Allah yang harus menjadi pegangan dalam hidup kita. Bila kita yakin janji-janji Allah itu benar, maka tak ada alasan lagi untuk hati kita menjadi risau dan gelisah.

Tenangkan hatimu karena janji Allah pasti akan datang !

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Janji Allah Pasti Benar, tapi Siapakah yang Akan Mempercayainya?

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang berisi tentang janji-janji Allah. Dan semua janji itu pasti benar, apakah itu tentang janji-janji dunia berupa pertolongan, ditambahnya rezeki atau dimudahkannya segala urusan. Begitupula dengan janji-janji di akhirat seperti Surga dengan segala kenikmatannya atau Nereka dengan bermacam siksanya.

Allah Swt Berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS.Fathir:5)

Ayat ini ingin mempertegas kembali tentang kepastian dan kebenaran janji Allah Swt. Tapi di akhir ayat digambarkan ada sekelompok manusia yang mendustakan janji Allah swt. Kecintaan terhadap dunia telah memperdaya mereka sehingga yang dipikirkan hanya gemerlap kelezatan dunia saja, seakan ia akan hidup selamanya.

Dan contoh yang paling kongkrit mengenai mereka para penyembah harta adalah oang-orang munafik. Mereka mendustakan janji-janji Allah dan menganggapnya hanya tipuan belaka. Allah Swt Berfirman :

وَإِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ مَّا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ إِلَّا غُرُورٗا

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.” (QS.Al-Ahzab:12)

Dan kebalikan dari kelompok ini adalah orang-orang yang beriman dan sangat yakin dengan semua janji Allah. Hati mereka selalu dipenuhi ketenangan karena keyakinan yang kuat bahwa janji-janji Allah pasti akan segera datang.

وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا

Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka. (QS.Al-Ahzab:22)

Maka lihatlah kepada diri kita masing-masing, dimanakah posisi kita dari dua kelompok di atas?

Apakah kita cenderung mirip dengan orang-orang munafik yang tidak mempercayai janji Allah atau kita termasuk mereka yang membenarkan dan meyakini semua janji-janjiNya?

Tingkat kepercayaan kita terhadap janji Allah bergantung pada keimanan kita. Ketika iman kita kuat maka kita akan percaya mutlak kepada janji Allah. Begitupula sebaliknya, bila iman kita lemah maka kepercayaan kita kepada janji Allah juga lemah.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Yang harus di hindari saat Beramal: Riya’

Dalam beralamat shaleh memiliki nilai pahala yang sangat besar , karena Allah SWT memang memerintahkan kita untuk saling membantu dan berbuat baik serta saling memberi kepada sesama umat manusia , namun ada beberapa sifat yang harus kita hindari dalam menyempurnakan amal yang kita lakukan , salah satunya adalah Riya’.

PENGERTIAN RIYA MENURUT BAHASA

Pengertian Riya menurut Bahasa: riya’ (الرياء) berasal dari kata الرؤية /ru’yah, yang artinya menampakkan Riya ’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.

PENGERTIAN RIYA MENURUT ISTILAH:

Pengertian Riya Menurut Istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”. Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.

JENIS-JENIS RIYA

Riya’ dibagi kedalam dua tingkatan:

1. riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia,

2. riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”. Riya’ bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah selesai dilakukan

Perbuatan riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:

1. Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud;

2. Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.

3. Riya dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli agama.

4. Riya dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.

5. Riya dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim. Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang telah sulit kita kumpulkan hilang tanpa arti dan berbuah keburukkan lantaran masih ada riya di hati kita.

Allah SWT mengingatkan dalam firmannya: “Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264) “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (Al Maa’uun 4-6) Maka dari itu marilah kita sucikan niat kita untuk beramal hanya karena Allah , jangan ada sedikitpun niatan untuk mendapat perhatian atau sanjungan dari orang lain. Agar apa yang kita kerjakan dana keluarkan menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT.

Artikel ini ditulis oleh

Didit, didit@lazharfa.org

LAZHARFA

T

Doa agar Mudah Melunasi Utang Sepenuh Gunung

اللَّهُمَّ اكْفِنِى 

ALLAHUMAK-FINII
“Ya Allah cukupkanlah aku

بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ

BI HALAALIKA ‘AN HAROOMIK
dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram

وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

WA AGH-NINIY BI FADHLIKA ‘AMMAN SIWAAK
dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu”

artinya:

“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram,
dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu”

(HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani)

YUFIDIA

Dalil-dalil Kenapa Poliandri Dilarang?

ADA seorang ikhwan bertanya apa dalil dilarangnya poliandri? Bolehkah itu dilakukan karena suami-suaminya ikhlas?

Untuk itu, ustaz menjawab sebagai berikut: Poliandri adalah pernikahan seorang perempuan dengan lebih dari satu suami. Hukum poliandri adalah haram berdasarkan Alquran dan Assunah. Dalil Alquran, adalah firman Allah SWT :

“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki.” (QS An-Nisaa` [4] : 24)

Ayat di atas yang berbunyi “wal muhshanaat min al-nisaa` illa maa malakat aymaanukum” menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram dinikahi oleh laki-laki, adalah wanita yang sudah bersuami, yang dalam ayat di atas disebut al-muhshanaat.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani berkata dalam an-Nizham al-Ijtimai fi al-Islam (Beirut : Darul Ummah, 2003) hal. 119 : “Diharamkan menikahi wanita-wanita yang bersuami. Allah menamakan mereka dengan al-muhshanaat karena mereka menjaga [ahshana] farji-farji (kemaluan) mereka dengan menikah.”

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Imam Syafii yang menyatakan bahwa kata muhshanaat yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah bermakna wanita merdeka (al-haraa`ir), tetapi wanita yang bersuami (dzawaatul azwaaj) (Al-Umm, Juz V/134).

Imam Syafii menafsirkan ayat di atas lebih jauh dengan mengatakan:

“Wanita-wanita yang bersuamibaik wanita merdeka atau budakdiharamkan atas selain suami-suami mereka, hingga suami-suami mereka berpisah dengan mereka karena kematian, cerai, atau fasakh nikah, kecuali as-sabaayaa (yaitu budak-budak perempuan yang dimiliki karena perang, yang suaminya tidak ikut tertawan bersamanya) (bi-anna dzawaat al-azwaaj min al-ahraar wa al-imaa` muharramaatun ala ghairi azwaajihinna hatta yufaariquhunna azwajuhunna bi-mautin aw furqati thalaaqin, aw faskhi nikahin illa as-sabaayaa) (Imam Syafii, Ahkamul Qur`an, Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1985, Juz I/184).

Jelaslah bahwa wanita yang bersuami, haram dinikahi oleh laki-laki lain. Dengan kata lain, ayat di atas merupakan dalil Alquran atas haramnya poliandri.

Adapun dalil Assunah, bahwa Nabi SAW telah bersabda :

“Siapa saja wanita yang dinikahkan oleh dua orang wali, maka [pernikahan yang sah] wanita itu adalah bagi [wali] yang pertama dari keduanya.” (ayyumaa `mra`atin zawwajahaa waliyaani fa-hiya lil al-awwali minhumaa) (HR Ahmad, dan dinilai hasan oleh Tirmidzi) (Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, hadis no. 2185; Imam Ash-Shanani, Subulus Salam, Juz III/123).

Hadis di atas secara manthuq (tersurat) menunjukkan bahwa jika dua orang wali menikahkan seorang wanita dengan dua orang laki-laki secara berurutan, maka yang dianggap sah adalah akad nikah yang dilakukan oleh wali yang pertama (Imam Ash-Shanani, Subulus Salam, Juz III/123).

Berdasarkan dalalatul iqtidha`1), hadis tersebut juga menunjukkan bahwa tidaklah sah pernikahan seorang wanita kecuali dengan satu orang suami saja.

Makna (dalalah) ini yakni tidak sahnya pernikahan seorang wanita kecuali dengan satu suami saja merupakan makna yang dituntut (iqtidha`) dari manthuq hadis, agar makna manthuq itu benar secara syara. Maka kami katakan bahwa dalalatul iqtidha` hadis di atas menunjukkan haramnya poliandri. Tak ada urusan dengan ikhlas atau tidak. []

INILAH MOZAIK


Inilah Aturan Masuk dan ke Luar dari Arab Saudi Saat Ini

Arab Saudi pada hari Selasa lalu memang mulai mengizinkan warga negara dan penduduk tertentu untuk masuk dan keluar negara itu. Kebijakan ini dikeluarkan setelah mencabut penangguhan semua perjalanan internasional yang diberlakukan pada awal Maret untuk menahan penyeran wabah virus corona.

Setelah 1 Januari 2021, semua warga negara dan penduduk negara itu akan diizinkan untuk bepergian.

Inilah yang perlu Anda ketahui tentang pembatasan dan pelonggaran regulasi tersebut:

Siapa yang dapat masuk dan keluar arab saudi mulai 15 September?

Warga GCC dan non-Saudi yang memiliki visa kerja, tempat tinggal, atau kunjungan yang sah, mengingat mereka mematuhi tindakan pencegahan kesehatan terkait virus corona.

Untuk warga negara Arab Saudi, hanya individu yang memenuhi setidaknya satu dari kriteria berikut yang dapat melakukan perjalanan ke dan dari Kerajaan:

1. – Pegawai pemerintah sipil dan militer yang ditugaskan untuk tugas resmi.

Karyawan diplomatik dan konsuler dalam misi di luar negeri dan atase asing serta individu yang bekerja untuk organisasi regional dan internasional. Anggota keluarga akan diizinkan untuk menemani para pekerja ini.

-Orang dalam pekerjaan yang membutuhkan perjalanan untuk bisnis komersial dan industri.

-Eksportir, pemasaran, dan manajer penjualan yang pekerjaannya mengharuskan klien mengunjungi luar negeri

-Pasien yang memerlukan perawatan di luar negeri jika memiliki laporan medis.

– Pelajar penerima beasiswa, pelajar yang membayar uang sekolah mereka sendiri, trainee dalam program beasiswa kedokteran, dan pelajar yang diwajibkan untuk bepergian ke luar negeri untuk studi atau pelatihan mereka.

-Kasus kemanusiaan, yang mencakup penyatuan kembali keluarga warga negara dengan kerabatnya di luar negeri, atau mereka yang perlu melakukan perjalanan setelah kematian suami, istri, orang tua, atau anak di luar negeri.

2. Persyaratan apa yang harus dipenuhi para pelancong sebelum melakukan perjalanan ke Arab Saudi?

Wisatawan harus memberikan tes virus corona negatif yang diambil dalam waktu 48 jam sebelum penerbangan mereka. Tes harus dilakukan di otoritas bersertifikat di luar kerajaan Saudi.

3. Bagaimana peraturan untuk penumpang yang datang?

Semua pelancong yang tiba di Arab Saudi harus menjalani tes virus corona pada saat kedatangan mereka.

Mereka harus dikarantina di rumah selama tiga hari setelah memasuki negara dan hanya dapat pergi setelah hasil tes mereka negatif.

 4. Bagaimana jika seorang pelancong dinyatakan positif mengidap virus corona setelah mereka tiba di Arab Saudi?

Jika seorang pelancong dinyatakan positif mengidap virus corona setelah mereka tiba di Arab Saudi, mereka harus mengisolasi diri di rumah selama 10 hari.

Jika mereka terus mengalami gejala bahkan setelah dikarantina, mereka harus tetap di rumah sampai gejala hilang.

Jika mereka tidak menunjukkan gejala, mereka harus mengisolasi diri di rumah selama tiga hari tambahan untuk memastikan mereka tidak menulari orang lain.

5. Bagaimana seorang pelancong mencegah infeksi selama perjalanan mereka ke, dan dari, Arab Saudi?

Otoritas Umum Penerbangan Sipil (GACA) mendesak warga dan penduduk untuk mematuhi semua tindakan pencegahan virus korona saat bepergian untuk melindungi diri dari infeksi.

Seorang pelancong dapat membatasi kemungkinan infeksi mereka dengan mengenakan masker setiap saat. Untuk tindakan pencegahan tambahan, penumpang dapat mengenakan sarung tangan atau menggunakan pembersih tangan setelah menyentuh benda.

 Menjaga jarak dua meter dengan orang lain di bandara juga dapat membantu mencegah penyebaran virus corona.

6. Kapan semua warga negara dan penduduk Arab Saudi diizinkan untuk bepergian?

Semua warga negara dan penduduk yang tidak termasuk dalam kategori yang disebutkan di atas akan diizinkan melakukan perjalanan internasional setelah 1 Januari 2021, menurut GACA.

Keputusan untuk mencabut pembatasan perjalanan sepenuhnya akan ditinjau 30 hari sebelum 1 Januari, kata GACA.

7. Kapan turis diizinkan mengunjungi Kerajaan?

Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk kembalinya wisatawan ke Arab Saudi, tetapi GACA telah mengumumkan bahwa pembatasan perjalanan akan dicabut pada awal 2021, menunggu tinjauan.

IHRAM



Pentingnya Pemahaman dalam Mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah

Di antara perkara penting dalam mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah “pemahaman” (al-fahmu). Yaitu, kita diberikan pemahaman tentang apa yang diinginkan oleh Allah Ta’ala dan juga apa yang diinginkan (dimaksudkan) oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini karena mayoritas manusia diberikan ilmu, namun tidak diberikan pemahaman (al-fahmu). Tidaklah cukup bagi seseorang kalau hanya menghapal Al-Qur’an dan menghapal hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mudah baginya, namun tidak memiliki pemahaman. Betapa banyak orang yang berdalil dengan ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Sehingga dengan itu, mereka pun terjatuh dalam kesesatan.

Salah dalam pemahaman itu lebih berbahaya

Oleh karena itu, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kesalahan dalam pemahaman itu lebih berbahaya daripada kejahilan (tidak berilmu sama sekali). Hal ini karena seseorang yang bodoh, kemudian terjatuh dalam kesalahan, dia tahu bahwa dia tidak berilmu (bodoh) sehingga hal itu mendorong dirinya untuk belajar.

Adapun orang yang salah dalam pemahaman, dia mengira bahwa dirinya orang yang berilmu. Dia juga mengira apa yang dia pahami itu adalah apa yang diinginkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Antara Nabi Dawud dan Sulaiman ‘alaihimassalaam

Allah Ta’ala berfirman,

وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلّاً آتَيْنَا حُكْماً وَعِلْماً وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian (pemahaman) kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). Dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 78-79)

Dalam masalah ini, Allah Ta’ala memberikan keutamaan lebih kepada Nabi Sulaiman ‘alahis salaam dibandingkan dengan Nabi Dawud ‘alaihis salaam, karena adanya pemahaman yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman ‘alahis salaam. Allah Ta’ala mengatakan,

فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ

“Maka Kami telah memberikan pengertian (pemahaman) kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat).”

Namun, hal itu bukanlah celaan terhadap ilmu Nabi Daud ‘alaihis salaam, karena Allah Ta’ala mengatakan,

وَكُلّاً آتَيْنَا حُكْماً وَعِلْماً

“Dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu.”

Perhatikanlah ayat ini, kita bisa melihat bagaimana Allah Ta’ala menyebutkan keutamaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman berupa pemahaman. Kemudian Allah Ta’ala sebutkan pula keutamaan Nabi Daud ‘alaihis salaam,

وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ

“Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud.”

Sehingga mereka pun saling mengungguli satu sama lain. Meskipun ada dua hal yang mereka berserikat (sama) di dalamnya, yaitu hikmah dan ilmu. Lalu Allah Ta’ala menyebutkan perkara yang membuat masing-masing dari mereka lebih unggul dari yang lain. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman (al-fahmu).

Contoh salah dalam pemahaman

Contoh dalam pemahaman adalah kasus semisal ini. Jika ada dua wadah, satu wadah berisi air hangat dan satu wadah berisi air dingin. Ketika itu sedang musim dingin, dan ada seseorang yang ingin mandi wajib (mandi janabah). Sebagian orang akan berkata bahwa yang lebih afdhal (lebih utama) adalah memakai air dingin, Karena jika memakai air dingin, kondisinya lebih berat (ada masyaqqah), sehingga lebih besar pahalanya. Kemudian di pun berdalil dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ

“Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan (dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, ”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat. Itulah kebaikan (yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)

Di manakah kesalahan dalam kasus ini?

Kesalahannya terletak dalam masalah pemahaman. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, 

إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ

”Menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan, “Pilihlah air dingin ketika wudhu.”

Dua ungkapan ini jelas sekali berbeda. Karena maksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah janganlah dinginnya air mencegah seseorang dari menyempurnakan wudhu. 

Selain itu, Allah Ta’ala menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (QS. Al Baqarah (2): 185)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ

“Sesungguhnya agama itu mudah.” (HR. Bukhari no. 39) 

Sangat jelas bahwa Allah Ta’ala menghendaki kemudahan kepada para hamba-Nya dan tidak menghendaki kesulitan.

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Ciri Orang Cerdas Menurut Rasulullah

Kematian bukan perkara yang ringan. Ia adalah pemutus kenikmatan, penghapus kebahagiaan, dan penyebab kesedihan. Seandainya manusia tidak memiliki masalah, musibah, atau cobaan selain kematian, sebenarnya hal itu sudah cukup untuk membuatnya bersedih, menangis, dan tidak dapat memikirkan apapun selain kematian.

Hamid Al-Qaishari berkata, “Setiap kita yakin dengan adanya kematian, namun kita tidak melakukan persiapan untuk menghadapinya. Setiap kita yakin dengan adanya surga, namun kita tidak melakukan amal kebaikan untuk mendapatkannya.

Setiap kita yakin dengan adanya neraka, namun kita tidak merasa takut terhadapnya. Lantas, apa yang membuat kalian merasa gembira? Apa yang kalian tunggu dan harapkan dari dunia? Kematian? Ia akan datang kepada kalian dengan membawa berita dari Allah; kebaikan ataupun keburukan. Wahai saudaraku, persiapkanlah perjalanan menghadap Allah dengan sebaik-baiknya.”

Ingatlah akan Kematian!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.”(HR. Ahmad, Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Manusia yang sedang berada dalam puncak kebahagiaannya, kemudian tiba-tiba seorang tentara memukulnya sebanyak lima kali dengan pukulan yang sangat keras, niscaya orang tersebut akan lupa dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang baru saja ia rasakan dan nikmati. Lantas bagaimana dengan kematian yang rasanya lebih pedih dari sayatan sembilu dan lebih sakit dari tebasan pedang? Adakah yang masih mampu tertawa dan berkata-kata ketika menghadapinya?

Ciri Orang Cerdas

Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

أَفْضَلُ الْمُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ أَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang yang berakal.” (HR. Ibnu Majah)

Orang-orang salih selalu memikirkan dan mempersiapkan kematian. Mereka bersungguh-sungguh ketika melakukan kebaikan seolah-olah mereka akan meninggal pada hari tersebut. Apabila tiba sore hari, mereka bersyukur atas kesempatan yang masih Allah berikan.

Mereka pun kembali bersungguh-sungguh melakukan kebaikan seolah-olah mereka akan meninggal pada malam tersebut. Bahkan diantara mereka ada yang selalu berpesan kepada istrinya, “Jika aku meninggal pada hari ini, tolong sampaikan kepada fulan agar berkenan untuk memandikan jenazahku, melakukan ini dan itu, dan tolong lakukan ini dan itu wahai istriku.” Setiap hari pesan tersebut selalu diulang-ulang dan disampaikan kepada istrinya.

Manfaatkan yang 5 Sebelum Datang yang 5

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok no. 7846)

Kematian tidak pernah hilang dari pikiran dan ingatan orang-orang yang shalih. Apabila disebutkan kematian, mereka langsung terdiam, tertunduk, tidak mampu berkata-kata, dan merasa seolah-olah merekalah yang sedang menghadapinya. Mereka mengeluhkan tentang kurangnya persiapan dan sedikitnya perbekalan.

Sebaliknya. Ada manusia yang diperintah untuk menyiapkan perbekalan sebelum tiba kematian, diajak untuk berjalan menuju Allah dengan melakukan ketaatan, dan dimotivasi untuk bersabar tidak bermaksiat di dunia demi mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih baik di akhirat, namun mereka justru duduk, diam, bermalas-malasan, bermain-main, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia ketimbang kehidupan akhirat. Aneh memang.

Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang melupakan kematian ya ukhti. []

Sumber: Bimbinganislam


Inilah 10 Doa Orangtua untuk Anak

Doa Orang Tua Agar Anak Menjadi Shalih Dan Shalihah

1. Doa Nabi Zakaria

رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

(Robbiy habliy mil ladunka dzurriyyatan thoyyibatan innaka sami’ud du’a’)

“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (Qs.ali-imran : 38)

2. Doa Nabi Ibrahim

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ

(Robbij’alniy muqimash sholati wa min dzurriyyati robbana wa taqobbal du’a’)

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” (Qs.Ibrahim : 40)

3. Doa Agar Anak Beriman Dan Bertakwa

رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

(Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama)

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (Qs.al-Furqon : 74)

4. Doa Agar Anak Menjadi Shalih Dan Shalihah

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوْلَادَنَا أَوْلَادًا صَالِحِيْنَ حَافِظِيْنَ لِلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ فُقَهَاءَ فِى الدِّيْنِ مُبَارَكًا حَيَاتُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

(Allahummaj ‘al awladana awladan sholihiin haafizhiina lil qur’ani wa sunnati fuqoha fid diin mubarokan hayatuhum fid dun-ya wal akhirah)Loading…

“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih sholihah, orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan Sunnah, orang-orang yang faham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka didunia dan di akhirat”

5. Doa Agar Anak Berbakti Kepada Orang Tua

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَوْلَادِي وَلَا تَضُرَّهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِطَاعَتِكَ وَارْزُقْنِي بِرَّهُمْ

(Allahumma barikliy fii awladiy, wa la tadhurruhum, wa waf fiqhum li tho’atik, war zuqniy birrohum)

“Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka”.

6. Doa Agar Anak Menjadi Pintar

اَللَّهُمَّ امْلَأْ قُلُوْبَ أَوْلَادِنَا نُوْرًا وَحِكْمَةً وَأَهْلِهِمْ لِقَبُوْلِ نِعْمَةٍ وَاَصْلِحْهُمْ وَاَصْلِحْ بِهِمُ الْأُمَّةَ

(Allaahummam-la’ quluuba aulaadinaa nuuron wa hik-matan wa ahlihim liqobuuli ni’matin wa ashlih-hum wa ashlih bihimul ummah)

“Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka.”

7. Doa Agar Anak Memiliki Pemahaman Agama Yang Benar

اَللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

(Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhut ta’wiila)

“Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil (tafsir ayat-ayat al-Qur’an)” (HR.Bukhari)

8. Doa Agar Anak Sehat, Cerdas Dan Bermanfaat Ilmunya

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً وَعَاقِلًا حَاذِقًا وَعَالِمًا عَامِلًا

(Allahummaj’alhu shohiihan kaamilan, wa ‘aqilan haadziqon, wa ‘aaliman ‘amilan)

“Ya Allah, jadikanlah ia anak yang sehat sempurna, berakal cerdas, dan berilmu lagi beramal”

9. Doa Agar Anak Diberikan Perlindungan Oleh Allah

أُعِيْذُهُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

(U’iidzu hu bikalimaatillahit taammati min kulli syaithoniw wahaammatiw wamin kulli ‘ainil laammah)

“Aku memohon perlindungan baginya (sebut nama anak) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk”. (HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani, diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Tirmidzi)

Doa ini adalah doa yang pernah Rosulullah gunakan untuk mendoakan cucuknya Hasan dan Husein

10. Doa Agar Anak Mendapat Keberkahan

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا فِي أَئِمَّتِنَا وَجَمَاعَتِنَا وَأَهْلِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَفِيمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

(Allahumma ashlih lana fi aimmatina wa jamaa’atina wa ahlina wadzurriyyatina wa amwaalina wafiimaa razaqtana wa baariklana fiihim fid dunya wal aakhiroh)

“Ya Alloh perbaikilah untuk kami di dalam imam-imam kami, jama’ah kami, keluarga kami, istri-istri kami, anak-anak turun kami, harta-harta kami dan di dalam apa-apa (rezeki) yang engkau berikan kepada kami dan berilah kami kebarokahan dalam urusan mereka di dunia dan akhirat”

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan keturunan kita anak-anak yang shalih dan shalihah. []

Sumber: Menitijalansalafushalih

RUANG MUSLIMAH


Anggapan Sial Karena Suatu Pertanda Adalah Kesyirikan

Jika anda merasa akan terjadi kesialan atau musibah karena adanya suatu pertanda, yang sebenarnya tidak ada hubungan sebab-akibat dengan kesialan atau musibah, ini disebut thiyarah. Dan thiyarah itu termasuk kesyirikan.

Definisi tathayyur

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، وما منا إلا ، ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan. Dan setiap kita pasti pernah mengalaminya. Namun Allah hilangkan itu dengan memberikan tawakkal (dalam hati)” (HR. Abu Daud no. 3910, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud). 

Ath thiyarah disebut juga at tathayyur. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan :

التطـيُّر: هو التشاؤم من الشيء المرئي أو المسموع

“at tathayyur artinya merasa sial karena suatu pertanda yang dilihat atau didengar” (Miftah Daris Sa’adah, 3/311).

Sebagian ulama membedakan ath thiyarah dengan at tathayyur. Al Qarafi rahimahullah mengatakan : 

فالتطير: هو الظن السيّئُ الكائن في القلب، والطِّـيَرة: هو الفعل المرتَّب على هذا الظن من فرار أو غيره

at tathayyur artinya sangkaan dalam hati bahwa akan terjadi kesialan. Sedangkan at thiyarah adalah perbuatan yang dihasilkan dari tathayyur, yaitu berupa lari atau perbuatan lainnya” (al Furuq, 4/1367).

Contoh tathayyur

Contohnya, jika seseorang ketika hendak pergi keluar rumah, lalu tiba-tiba ia kejatuhan cicak. Kemudian timbul dalam hatinya perasaan bahwa ia akan sial karena pertanda berupa kejatuhan cicak tersebut. Inilah tathayyur. Jika ia mengurungkan niatnya untuk pergi, inilah thiyarah. Ini semua adalah kesyirikan, sebagaimana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam katakan dalam hadits di atas.

Semua bentuk merasa sial yang muncul dalam sangkaan, sekedar melihat pertanda yang buruk juga, yang tidak ada hubungan sebab-akibat secara syar’i atau qadari (ilmiah), maka itu thiyarah. An Nawawi rahimahullah mengatakan :

والتطير: التشاؤم، وأصلُهُ الشيءُ المكروه من قول، أو فعل، أو مرئي

at tathayyur artinya merasa sial, dan landasannya pada perkara-perkara yang buruk, baik berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang dilihat” (Syarah Shahih Muslim, 4/2261).

Contoh lainnya:

  • Merasa akan ada yang mati karena ada burung gagak.
  • Merasa akan ada yang mati karena mata berkedut.
  • Merasa sedang digosipi oleh orang karena telinga berkedut.
  • Merasa akan sial karena gelas pecah .
  • Dll.

Tathayyur adalah kesyirikan

Selain merupakan kesyirikan, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, orang yang melakukan tathayyur juga dikatakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa ia bukan golongan Nabi. Dari Imran bin Hushain radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 ليس منا من تطيَّر أو تُطُيِّرَ له

“Bukan bagian dari kami orang yang melakukan tathayyur atau orang yang meminta dilakukan tathayyur untuknya” (HR. Al Bazzar no. 3578, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [6/311]).

Inilah bahaya dari tathayyur. Lalu, dimana sisi syirik dari tathayyur

Orang yang melakukan tathayyur menyandarkan kebaikan dan keburukan, untung dan sial, selamat dan bencana, kepada selain Allah. Padahal itu semua terjadi atas ketetapan Allah. Allah ta’ala berfirman :

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Jika datang kebaikan pada mereka, mereka berkata: ini karena kami. Jika datang keburukan pada mereka, , mereka ber-thiyarah dengan Musa dan kaumnya. Ketahuilah sesungguhnya yang menetapkan ini semua adalah Allah namun kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. Al A’raf: 131).

Yakinlah tathayyur tidak memberikan mudharat sama sekali

Adanya pertanda-pertanda tersebut (mata berkedut, burung gagak, dll) sama sekali tidak memberikan mudharat sama sekali. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ

“tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya) dan tidak ada pengaruh dari thiyarah” (HR. Al Bukhari 3/156, Muslim no. 2220).

Maka tidak perlu takut atau khawatir ketika melihat pertanda-pertanda tersebut, karena tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dan bertawakkal hanya kepada Allah. Inilah solusi dari tathayyur yang muncul dalam hati. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alahi wasallam bersabda:

الطِّيَرةُ شِركٌ. الطِّيَرةُ شِركٌ. الطِّيَرةُ شِركٌ. وما منَّا إلَّا ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتوكُّلِ

“thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik. Dan tidaklah seorang pun di antara kita kecuali pernah merasakannya, namun Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal” (HR. Abu Daud no. 3850, At Tirmidzi no. 1614, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Gantungkan hati kepada-Nya. Karena Allah lah yang menetapkan kebaikan atau keburukan. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan” (QS. An Nahl: 53).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ

“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).

Mintalah keselamatan dan perlindungan kepada Allah semata. Semoga Allah memberi taufik.

***

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id