Bukan Sekadar Pahlawan

Dari ribuan pahlawan kemerdekaan, hanya sedikit yang namanya terukir di buku-buku sejarah.

November kerap dikenang sebagai bulan pahlawan. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya menjadi momentum betapa bulan ini penuh dengan jejak darah para pejuang.

Teriakan takbir Allahuakbar dari suara Bung Tomo, seorang orator dari Gerakan Rakyat Baru, lewat gelombang radio menghidupkan asa arek-arek Suroboyo. Ancaman pasukan sekutu yang mengultimatum agar mereka menyerah sebelum 10 November 1945, pukul 06.00 WIB pagi, tak dihiraukan. Mereka lebih memilih bertempur dengan senapan dan bambu runcing menghadapi pesawat-pesawat tempur pasukan sekutu. 

Ribuan nyawa menjadi korban perang tak sebanding itu. Meski kalah dalam pertempuran tak seimbang, para pejuang tetap menegakkan kepala. Pasukan Inggris bahkan bisa dipukul mundur sementara.

Di sisi lain, pertempuran yang terjadi hanya tiga bulan setelah proklamasi memperlihatkan kepada dunia jika bangsa Indonesia ada. Dengan bekal Resolusi Jihad dari para kiai untuk melanjutkan perang fi sabilillah, kaum pejuang bertekad untuk melanjutkan perjuangan hingga tetes darah penghabisan.

Dari ribuan pahlawan kemerdekaan, hanya sedikit yang namanya terukir di buku-buku sejarah. Kementerian Sosial bahkan mencatat hanya 191 orang yang menyandang gelar pahlawan hingga 2020.

Tidak sedikit para pejuang yang bahkan memilih tidak dimakamkan di taman makam pahlawan. Bung Tomo dan Bung Hatta menjadi contoh tokoh pejuang yang berwasiat agar dimakamkan di tempat permakaman umum bersama rakyat yang mereka bela.

Wasiat dari mereka menandakan keikhlasan mendalam para pejuang akan baktinya. Di dalam sirah, kita juga saksikan betapa dalam ketawadhuan para mujahid yang berjuang hanya karena Allah SWT.

Salah satu contohnya adalah Abdullah Ibnu al-Mubarak, seorang ulama mujahid yang menampakkan keperwiraannya dengan wajah tertutup imamah. Keharuman nama Ibnu Mubarak, seorang ulama dan saudagar yang hidup pada 118 Hijriyah, terekam dalam kitab Siyar al-A’lam an-Nubala. Dalam kitab tersebut diceritakan sebuah peperangan antara kaum Muslimin melawan Romawi.

Enam mubariz (pasukan) Muslimin gugur di tangan seorang tentara Romawi bertubuh tinggi besar. Setelah itu tak ada lagi tentara Muslim yang berani menyambut tantangan pasukan dari Romawi itu.

Tiba-tiba di antara keheningan tersebut majulah salah seorang penunggang kuda dengan gagah perkasa menyambut tantangan sang jawara. Pertarungan satu lawan satu itu tampak tak seimbang.

Tentara Romawi dengan tubuhnya yang perkasa melawan seorang pasukan Muslimin dengan tubuh biasa-biasa saja. Meski demikian, kedigdayaan si penunggang kuda ternyata istimewa. Dia bisa menjatuhkan tentara Romawi itu dalam waktu singkat. Semangat juang pasukan Muslimin pun meningkat berkat si penunggang kuda nan misterius. 

Setelah tidak ada satu pun pasukan Romawi yang berani menghadapinya, dia kembali ke pasukan dengan memutar dan menghilang di antara pasukan. Tidak ada satu pasukan kaum Muslimin yang mengenalinya hingga dia mengatakan kepada Abdullah bin Sinan: “Wahai hamba Allah, jangan engkau ceritakan kejadian ini kepada seorang pun selama aku masih hidup.”

Sang penunggang kuda tersebut tak lain adalah sang alim Ibnu al-Mubarak, sosok yang wara’ dan amat menjauhi popularitas. 

Kisah kepahlawanan di atas menandakan betapa besar upaya para ulama dan pejuang untuk menjaga ketulusan niat berjuang karena Allah SWT. Apa yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadisnya dari Abu Hurairah dan diriwayatkan Imam Muslim, an-Nasa’i, Imam Ahmad, dan Baihaqi hendaknya bisa menjelaskan hal tersebut. 

Syahdan, seorang mujahid bersama alim dan dermawan dipanggil menghadap Allah. Orang yang merasa mati syahid pada saat hari perhitungan pun ditanya Allah SWT. “Apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid,” ujarnya.

Allah Ta’ala pun menyangkalnya, “Kau telah berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.”

Bukan surga yang diperoleh, mujahid itu justru diseret wajahnya dan dilempar ke neraka jahanam. Dia ditempatkan di neraka bersama sang alim dan dermawan tersebut karena amalnya dikotori oleh sifat riya yang menyelimuti hatinya. 

Mahabenar Allah Ta’ala yang firman-Nya dibacakan Abu Hurairah dalam awal hadis tersebut. Ayat ini seakan menjadi hikmah pelajaran atas kisah tersebut.

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Hud ayat 15-16).

Wallahu a’lam.

OLEH A SYALABY ICHSAN

KHAZANAHREPUBLIKA

Sebelum Berpikir Mengirimkan Orangtua ke Panti Jompo, Ingat Dulu Masa Kecil Kita!

Idealnya atau maunya kita sebagai orang yang akan melalui hari tua nantinya, sudah barang tentu, kita ingin tinggal bersama anak-anak dan cucu.

Melalui hari tua dengan penuh kedamaian, dan tak perlu lagi terpaksa keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Melalui hari-hari dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dan, tentu saja tak melupakan silaturahmi pada tetangga sekitar.

Itulah keinginan banyak orang di masa tuanya. Mungkin termasuk Anda?

Namun, terkadang apa yang kita inginkan jauh dari kenyataan.

Kesibukan anak-anak dengan pekerjaan dan keluarganya, acapkali membuat intensitas komunikasi dengan orang tua (kakek-nenek) semakin berkurang, bahkan bukan hanya satu bulan sekali, ketika lebaran pun belum tentu bisa saling bertemu. Lebih-lebih di masa pandemi seperti saat ini.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada keluarga yang kebetulan menampung kedua orangtuanya. Sekali lagi, karena kesibukan anak, sampai-sampai perhatian kepada orang tua pun terabaikan.

Mulailah timbul konflik-konflik kecil akibat adanya kesalahpengertian, yang membuat si anak merasa direpotkan dengan keberadaan orangtuanya di rumah. Dari situ, mulailah timbul pikiran untuk mengirimkan orangrtuanya ke panti jompo.

Pada dasarnya, alasan si anak mengirimkan orang tuanya ( ibu atau bapak) ke panti jompo karena mereka tak bisa sepenuhnya mengurusi kebutuhan sehari-hari orangtuanya di rumah.

Dengan tinggal di panti jompo, alasan si anak, orang tuanya akan lebih terurus. Selain itu, orangtuanya akan banyak memiliki teman seusianya, dan sehari-harinya pun selalu disuguhi berbagai kegiatan yang bermanfaat, sehingga mereka tidak akan merasa kesepian.

Alasan si anak tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Mereka ingin orangtuanya ada yang mengurus kebutuhan sehari-harinya.

Namun, orangtua pun punya pikiran dan kemauannya sendiri, dan si anak harus bisa memahami itu. Ibaratnya, ketika usia sudah lanjut, ada hal-hal lain atau pola pikir seperti yang dimiliki anak-anak. Kemauannya harus dituruti, manja, dan masih banyak lagi.

Kalau sudah demikian, sebagai anak, sebaiknya kita menoleh ke belakang. Kita mengingat kembali ketika usia kita 5-10 tahun. Ketika itu, kita begitu manja.

Jika minta sesuatu, harus dituruti. Ketika kita sakit, misalnya ibu yang selalu menjaga kita. Apa pun akan mereka lakukan untuk kita.

Lebih-lebih lagi jika kita mengetahui begitu besarnya pengorbanan ibu saat melahirkan kita, antara hidup dan mati. Kalau kita memahaminya, maka tak ada sesuatu yang kita lakukan bisa membalas apa yang orangtua berikan kepada kita.

Bagaimana menurut Anda? Jangan lalaikan nikmatnya surga, karena pintunya ada pada kedua orangtua kita.

KOMPASIANA

5 Perkara Perusak yang Binasakan Bangsa Menurut Rasulullah

Sebuah bangsa bisa binasa jika maksiat merajalela

Rasulullah ﷺ telah mewanti-wanti umatnya tentang lima perkara yang memiliki dampak besar hingga bisa menghancurkan suatu bangsa. Apa saja itu?

Pertama, khianat dengan melakukan tindak pidana korupsi. Bila praktik korupsi pada suatu bangsa telah merajalela maka bangsa tersebut akan dipenuhi dengan ketakutan akan masa depannya. Sebab masa depan bangsa itu berada diujung tanduk perpecahan, kemiskinan, krisis, perang sebagai akibat dari merajalelanya praktik korupsi. 

Kedua, merajalelanya perzinaan yang mendatangkan banyak kematian. Bila perzinaan sudah merajalela di suatu bangsa, bahkan praktik prostitusi dan penyimpangan seksual seperti LGBT terang-terangan dilakukan, maka bangsa tersebut akan mengalami lonjakan kematian.

Sebab perilaku perzinaan bisa menjadi latar belakang terjadinya pembunuhan. Belum lagi terjadinya aborsi yang juga membuat kematian. Lalu munculnya penyakit HIV AIDS. Juga konsumsi obat-obatan  yang membuat seseorang menjadi over dosis dan mengalami kematian.  

Ketiga, kecurangan dalam berbisnis yang mendatangkan kebangkrutan. Bila suatu bangsa curang dalam berbisnis, semisal mengurangi kualitas barang yang hendak di jualnya ke negara lain, atau mengurangi timbangannya maka bangsa tersebut tidak akan lagi dipercaya oleh negara lain dalam bisnis. Sehingga perlahan-lahan rezeki bagi bangsa itu akan tertutup dan mengalami kebangkrutan. 

Keempat, hukum yang tidak adil akan memunculkan pertumpahan darah. Bila hukum dalam suatu bangsa sudah tidak lagi menjunjung keadilan maka bangsa tersebut tengah berada dalam jurang perpecahan. Sebab karena hukum yang tidak adil akan muncul permusuhan hingga pertumpahan darah. 

Kelima, sesama anak bangsa saling ingkar janji. Bila sesama anak bangsa sudah saling ingkar janji, berkhianat maka bangsa tersebut sudah menampakan kelemahannya yang memudahkan bagi musuh untuk menghancurkan bangsa itu. Maka tidak heran banyak terjadi perang saudara di suatu negara lalu adanya pihak ketiga yang menunggangi sehingga semakin memburuk. Itu bermula disebabkan terjadinya pengkhianatan, ingkar janji di antara sesamanya sendiri.   

Hal-hal di atas merupakan uraian dari sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ yang dapat ditemukan dalam kitab At-Targib wa  at-Tarhib karya Imam Al Mundziri. Berikut redaksi haditsnya:  

قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : مَاظَهَرَالْغُلُوْلُ فِى قَوْمٍ اِلَّا اَلْقَى اللَّهُ فِى  قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ,  وَلَا فَشَاالزِّنَافِى قَوْمٍ اِلَّا كَثْرَفِيْهِمُ الْمَوْتُ وَلَا نَقَصَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِلَّا قَطَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرِّزْقَ وَلَا حَكَمَ قَوْمٌ بِغَيْرِحَقٍّ اِلَّا فَشَافِيْهِمُ الدَّمُ وَلَاخَتَرَقَوْمٌ بِالْعَهْدِاِلَّا سَلَّطَ عَلَيْهِمُ الْعَدُوُّ.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah tampak khianat (mengambil hak orang lain misalnya korupsi) di suatu kaum melainkan akan menjadikan Allah di hati kaum tersebut ketakutan. Dan tidaklah merajalela perizinan pada suatu kaum melainkan menjadi banyaknya kematian. Dan tidaklah suatu kaum mengurangi takaran, timbangan, melainkan akan memutus Allah dari rezeki bagi mereka. Dan tidaklah suatu kaum menghukumi dengan tidak benar, melainkan akan merajalela pertumpahan darah. Dan tidaklah suatu kaum saling mengingkari janji melainkan akan menguasai musuh pada kaum itu.” (HR Thabrani). 

KHAZANAH REPUBLIKA

Roehana Koeddoes Pendobrak Keterbelakangan, Jurnalis Muslimah Pertama Muncul di Doodle

Pahlawan Kemerdekaan tidak hanya yang turut mengangkat senjata, namun juga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan jurnalis, mengingat pada waktu zaman penjajahan akses pendidikan merupakan sesuatu yang sangat sulit, disamping itu anak-anak perempuan masih terkungkung hanya dalam rumah sehingga akses pendidikan hanya dirasakan oleh anak-anak para pembesar.

Kondisi keterbelakangan masyarakat serta akses pendidikan yang sulit bagi perempuan inilah yang menggerakkan Roehana Koeddoes untuk mendobrak nilai-nilai keterbelakangan dengan menulis, sehingga Roehana menjadi jurnalis perempuan pertama.

Dilansir dari laman republika.co.id, Google Doodle hari, Senin (8/11) merayakan pelopor jurnalis Indonesia Roehana Koeddoes. Pada tanggal ini, tahun 2019 lalu pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional.

Roehana Koeddoes adalah jurnalis Muslimah pertama di Minangkabau. Pemilik nama asli Siti Roehana ini lahir pada 20 Desember 1884.

Ia adalah putri dari Moehamad Rasjad Maharadja Soetan, saudara sebapak dengan Sutan Sjahrir. Ia tumbuh pada era dan lingkungan yang tidak mendukung perempuan berpendidikan, baik formal maupun informal.

Ia dikenal sebagai jurnalis wanita pertama yang mendobrak nilai-nilai yang mengekang perempuan pada masa itu. Terutama, dari sisi pendidikan dan akses pekerjaan.

Semasa hidupnya, Roehana telah menciptakan berbagai tulisan yang mengabadikan keresahannya atas nasib perempuan kala itu. Meskipun, sejak kecil ia selalu mendapatkan kebutuhan dirinya dengan layak, mengingat ia terlahir dalam keluarga yang terpandang saat itu.

Ayahandanya memiliki beragam buku, majalah, dan surat kabar. Dan, dengan izin dari ayahnya, Roehana pun membaca semua koleksi ayahnya. Keluarganya juga tidak membeda-bedakan pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan. Roehana tumbuh menjadi sosok Muslimah yang terpelajar.

ISLAM KAFFAH

Apakah Tubuh Kita Milik Kita?

Apakah tubuh kita adalah properti milik kita sendiri? Jawabnya: tidak. Tubuh kita dan semua bagian dari diri kita itu milik Allah. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Orang yang beriman adalah orang yang ketika ditimpa musibah mereka mengatakan: kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada Allah” (QS. Al Baqarah: 156).

As Sa’di rahimahullah menjelaskan:

أي: مملوكون لله, مدبرون تحت أمره وتصريفه, فليس لنا من أنفسنا وأموالنا شيء

“Maksudnya: kita adalah budak milik Allah, dan berada di bawah perintah Allah dan kehendak-Nya. Maka sedikit pun dari diri kita maupun harta kita, tidak ada yang milik kita” (Tafsir As Sa’di).

Al Baghawi rahimahullah menjelaskan:

{قالوا إنا لله} عبيداً وملكاً

“[Mereka mengatakan: kami adalah milik Allah] yaitu hamba Allah dan milik Allah” (Tafsir Al Baghawi).

Maka tubuh kita dan semua dari diri kita, adalah milik Allah. Sehingga kita pun tidak bisa seenaknya berbuat sesuatu pada tubuh kita, kecuali yang Allah izinkan. Oleh karena itu, kita dilarang membunuh bunuh diri sendiri. Seandainya tubuh kita adalah milik kita, maka boleh saja membunuh diri sendiri. Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).

Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

من قتل نفسه بشيء عذب به يوم القيامة

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat” (HR. Bukhari no. 6105, Muslim no. 110).

Tidak boleh sengaja melukai diri sendiri atau membunuh diri sendiri dengan alasan “ini kan badan milik saya, terserah saya dong”. Karena tubuh kita bukan milik kita.

Demikian juga, kita dilarang menyambung rambut, mengerok alis, mencukur jenggot, mentato, memotong rambut dengan model qaza’, dilarang membiarkan kumis dan kuku panjang tanpa dipotong, dilarang menampakkan aurat, dilarang mengebiri, dan beberapa adab lainnya yang terkait dengan tubuh kita. Dan semua larangan ini tentunya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Namun dari sini kita bisa lihat, bahwa kita tidak bisa berbuat seenak diri kita terhadap tubuh kita sendiri. Ini menunjukkan tubuh kita bukan milik kita, tapi milik Allah.

Bahkan kita diperintahkan untuk memberikan hak-hak badan. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa allam bersabda:

فإنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وإنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وإنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

“Sesungguhnya badanmu punya hak yang harus kau tunaikan, matamu punya hak yang harus kau tunaikan, istrimu punya hak yang harus kau tunaikan” (HR. Bukhari no. 5199, Muslim no.1159).

Andai badan ini milik kita, maka tentu ia tidak punya hak yang harus kita tunaikan. Bebas kita perlakukan seenak hati. Namun ternyata kata Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak demikian.

Sekali lagi, tubuh ini bukan milik kita, jangan seenaknya. Kita jaga tubuh ini agar terus berada dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, Dzat yang memiliki dan menciptakannya. Kita jaga tubuh ini sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemiliknya. Dengan menaati semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

***

Penulis: Yulian Purnama

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14167-apakah-tubuh-kita-milik-kita.html

Untukmu… Wahai Orangtua Pecinta Dunia Maya

Nasehat asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala

Segala puji hanyalah milik Allah yang menjadikan anak-anak shalih menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya yang shalih. Aku bersaksi tiada illah yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dialah wali bagi orang beriman. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Nabi yang paling utama di antara para nabi. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, serta orang yang mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.

Wahai manusia sekalian, perlu diketahui bahwa masyarakat yang baik dibangun di atas pergaulan dan rumah tangga yang baik. Sementara rumah tangga yang baik disokong oleh peran seorang istri yang shalihah. Untuk itu seorang laki-laki muslim wajib memilih istri yang shalihah. Sebagaimana wejangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Pilihlah wanita karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Wanita-wanita shalihah lagi bertakwa, menjaga diri saat ditinggal suaminya.” (QS an-Nisa’: 34) .

Hendaknya seorang laki-laki memilih istri yang shalihah karena dia adalah penopang rumah tangga, pendidik anak-anak sekaligus penjaga rahasia-rahasia suaminya. Adapun makna firman Allah Ta’ala,

[فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَات] yaitu wanita-wanita yang taat kepada Allah.

[حَافِظَاتٌ لِلْغَيْب] yaitu jika suami pergi meninggalkan istri maka sang istri berusaha menjaga dirinya, harta suami, dan anak-anaknya sampai suaminya kembali.

Wahai hamba-hamba ar-Rahman, diantara bentuk doa yang mereka panjatkan,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ

Wahai Rabb kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan pandangan.”

Dalam doa ini penyebutan istri didahulukan. Seorang penyair berkata,

الأم مدرسة إذا أعددتها *** اعتددت شعبا طيب الأعراق

Seorang ibu, madrasah bagi anaknya bila engkau menyiapkannya… (berarti) engkau turut memperhatikan bangsa yang baik generasinya.”

Seseorang yang dikarunia anak baik laki-laki ataupun perempuan, hendaknya ia mengutamakan pendidikan mereka sedari kecil, saling tolong menolong bersama sang ibu untuk mendidik mereka di atas kebaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لعَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِع

Perintahkanlah anak-anak kalian melaksanakan shalat saat umur 7 tahun. Dan pukullah (jika tidak mau shalat) saat umur 10 tahun serta pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud No. 495).

Inilah pendidikan bertahap yang dilakukan semenjak mereka kecil. Tidak diragukan lagi semua ini membutuhkan kesabaran dan keletihan, tetapi tentunya dalam rangka menaati Allah. Kesabaran yang lezat. Kesudahan yang baik bagi orang yang bertakwa.

Hendaknya ayah ibu saling membantu untuk mendidik anak-anaknya. Seorang ibu lebih banyak menyiapkan bekal pendidikan untuk putri-putrinya tentang akhlak yang luhur, menutup aurat, menanamkan rasa malu. Adapun sang ayah lebih banyak porsi pendidikan untuk putra-putranya semua hal tentang kelaki-lakian, adab seorang laki-laki hingga akhirnya ia tumbuh menjadi anak yang shalih bermanfaat bagi orang tuanya saat keduanya hidup ataupun setelah tiada. biidznillah.

Proses pendidikan anak dalam rangka perbaikan keturunan tidak akan tercapai kecuali dengan kelelahan. Mau tak mau harus dengan rasa letih, membutuhkan kesabaran, perencanaan dan pengawasan. Jika tidak demikian maka keluarga tersebut akan sia-sia seperti halnya yang terjadi pada sebagian besar rumah tangga kaum muslimin. Terlebih di zaman ini. Begitu banyak fitnah, berbagai macam keburukan dan pemalingan dari kebenaran.

Duhai dimanakah para ayah?
Dimanakah para ibu?

Para ayah sibuk dengan dunianya, membanting tulang bekerja siang dan malam. Mereka juga semangat berkumpul dengan temannya hanya untuk ngegosip hingga larut malam. Atau bahkan lebih parah dari itu. Para ibu sibuk berkeliaran di jalanan, seabrek jadwal meeting dengan dalih untuk belajar, penelitian atau pekerjaan.

Sementara sang anak dilemparkan (tanggung jawab pendidikan) kepada guru atau dimasukkan ke PAUD. Mereka tak ubahnya seperti anak-anak yatim, anak-anak jalanan yang tak mengenal siapa orangtuanya.

Aduhai di manakah amanah itu wahai manusia?
Di manakah gerangan amanah yang dipikulkan di atas pundak-pundak kalian?

Bertakwalah kalian kepada Allah. Anak-anak adalah amanah yang dipikul di atas pundak kalian. Kelak kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Merekalah bawahan yang menjadi tanggungjawab kalian.

الرَّجُلَ رَاعٍ في بَيْتِهِ، مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap laki-laki adalah pemimpin rumah tangganya kelak akan dimintai tanggungjawab tentang keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Orang yang menyia-nyiakan keluarganya akan mendapatkan ancaman keras kelak di hari kiamat. Sebagimana disebutkan dalam hadits shahih,

ما من راع يسترعيه الله رعية ثم يموت يوم يموت وهو غاش لرعيته إلا حرم الله عليه الجنة

Tidak ada seorangpun pemimpin dimana Allah mengikat dirinya dengan orang yang menjadi tanggungannya, kemudian ia mati dalam keadaan berbuat dzalim kepada mereka kecuali Allah haramkan baginya surga.” (HR. ath-Thabrani No. 533 dalam al-Mu’jamul Kabir, No. 4916 dan 8713 dalam al-Mu’jamul Ausath).

Takutlah wahai hamba Allah… Terlebih di zaman sekarang ini berbagai macam fitnah/ujian menggelora. Fitnah bermunculan di jalanan, di sekolah-sekolah, di rumah-rumah. Berbagai jenis fitnah masuk begitu mudahnya hanya melalui kontak dengan media. Sebut saja media internet, dengan hitungan menit seseorang bisa menjelajah kehidupan di Eropa, Amerika dan negara-negara kafir lainnya. Ironisnya media itu terpasang di rumah-rumah negeri kaum muslimin.

Tak terelakkan lagi, pengaruh negatif berdatangan dan masuk ke dalam rumahnya dalam format video, audio ataupun media cetak saat dia bersantai di atas kasurnya. Lebih parah lagi apabila istri-istri dan anak-anak perempuan sambil tiduran di atas kasurnya, engkau melihat mereka berada di dalam rumah, namun hakikatnya pikiran dan lamunannya berkelana keluar rumah hanya dengan media ini. Media yang telah memenuhi rumah-rumah kebanyakan kaum muslimin.

Inilah media yang menghantarkan kepada keburukan, kerusakan, kehancuran akal pikiran, akhlak, agama dan akidah sementara engkau tidak menyadarinya. Obsesi kalian hanyalah sebatas dunia saja, menghabiskan malam dengan kawan, jalan-jalan, dan yang lainnya. Atau terus berpacu tanpa henti menghitung-hitung barang dagangan, harta, kesehatan. Karena anak kalian sejatinya adalah berapa keuntungan.

Tatkala engkau melupakan anak-anakmu, maka ketika itu engkau telah menyia-nyiakan agama dan dunimu. Sehingga mereka hanya akan menjadi penyesalanmu di masa yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman,

فَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak. Itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. At Taubah:55).

Takutlah kalian wahai hamba Allah… Masalah ini benar-benar serius, bahayanya sangat dahsyat di zaman ini. Sementara kebanyakan kalian melalaikannya.

Awasilah anak kalian, perhatikanlah mereka… Ajaklah mereka ke masjid… Ajaklah mereka mendatangi majelis ilmu dan ceramah agama yang bermanfaat… Teruslah mengajaknya menghadiri pertemuaan kalian agar mereka terbiasa mendengarkan pembicaraan orang alim… Didiklah mereka hingga memiliki budi pekerti yang luhur…

Pendidikan tidak akan terwujud hanya dengan banyaknya harta dan anak… Pendidikan yang baik tidak akan berhasil dengan harta dan keturuanan yang banyak… Pendidikan tidak akan berhasil kecuali dengan keletihan, usaha keras dan kepayahan, akan tetapi buahnya sangatlah manis jika pendidikan yang baik bisa tercapai…

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

Setiap anak dilahirkan di atas fitrah.” Anak dilahirkan diatas fitrahnya yaitu di atas keselamatan, kebaikan seperti pendidikan yang baik nan subur. Namun terkadang ia dikuasai pendidikan buruk yang memalingkannya dari kebenaran hingga akhirnya merusaknya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi atau menjadikannya sebagai seorang Nasrani atau Majusi.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Inilah pendidikan yang buruk. Baik karena sebab kelalaian orang tuanya atau karena pengaruh negatif media perusak dari mulai video, audio sampai media cetak. Semua layanan negatif ini tersedia di HP, internet, Facebook sebagaimana yang mereka namakan dan nama lain yang aku sendiri tidak mengetahuinya.

Inilah media perusak dan penghancur rumah tangga, pergaulan dan tatanan kehidupan masyarakat. Kondisi inilah yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam. Musuh Islam tidaklah memerangi kalian dengan senjata namun menyerang kalian dengan ideologi buruk, menyerang kalian dengan alat-alat penghancur dengan media yang kalian miliki sendiri sementara kalian tidak menyadarinya.

Wahai hamba Allah bertakwalah kepada-Nya… Bertakwalah kalian tentang urusan rumah tangga kalian, tentang anak-anak kalian.

Lihatlah kisah Nuh ‘alaihissalam saat menaiki kapal bersama orang beriman, sementara anaknya tersesat dan tidak mau menaikinya. Nabi Nuh dengan lemah lembut mengajaknya,

يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِي

Wahai anakku naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir.” (QS. Hud: 42).

Sang anak malah menimpali,

سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنْ الْمَاء

Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” (QS. Hud: 43).

Sang ayah berkata,

لا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ

Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah kecuali Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” (QS. Hud: 43).

Allah lanjutkan firman-Nya,

وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنْ الْمُغْرَقِينَ

“Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 43).

Tatkala Nabiyullah Nuh ‘alaihissalam berlabuh di daratan beliau berkata,

رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَق

Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar.” (QS. Hud: 45).

Yaitu janji Allah untuk menyelamatkan Nabi Nuh bersama keluarganya. Allah Ta’ala menjawab,

يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِك

Wahai Nuh sesungguhnya anakmu bukanlah keluargamu.” (QS. Hud: 46).

Kenapa?

إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ

Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik.” (QS. Hud: 46).

Dalam qiro’ah lain berbunyi,

عَمَيل غَيْر صَالِحٍ فَلا تَسْأَلْنِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنْ الْجَاهِلِينَ* قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنْ الْخَاسِرِينَ

Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak mengetahui.. Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hud: 46-47).

Perhatikanlah, apa akibat perbuatan anak Nabi Nuh yang tidak patuh kepada ayahnya dan lebih memilih bersama orang kafir? Ya, ia tenggelam bersama orang-orang kafir sementara dia anak Nabi Nuh meski demikian kedudukan ayahnya tidak memberi manfaat padanya.

Takutlah kalian kepada Allah tentang urusan anak-anak kalian. Perbaikan tidak akan terwujud hanya dengan harta dan anak yang banyak namun tanpa kelelahan.

ومن طلب العلا من غير كدٍ *** فقد أضاع العمر في طلب المحالِ.

Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan tanpa ketekunan, maka sungguh dia hanya menyia-nyiakan umur tentang cita-citanya itu.”

Pendidikan tidak akan terwujud tanpa kesungguhan dan tanpa kelelahan… Maka bersabarlah… Mendidik anak termasuk jihad fi sabilillah bahkan jihad yang paling agung. Engkau berjihad mendidik anak-anakmu untuk taat kepada Allah, bersabar di atas penderitaan dan terus menerus istiqamah di atasnya sampai kalian ditakbirkan (disholatkan). Karena engkau kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka. Kelak di hari kiamat engkau akan ditanya Allah tentang anak-anakmu.

Ketahuilah, sekarang ini kalian seperti halnya penggembala kambing di lembah sarang binatang buas. Jika engkau lengah sedikit saja maka kambingmu diterkam.

ومن رعى غنماً في أرض مسبعةٍ *** ونام عنها تولى رعيها الأسدُ

Barangsiapa yang menggembala kambing di sarang binatang buas… Lalu dia terlelap, maka singa akan menguasai kambingnya.”

Demikian juga halnya anak-anak kalian. Engkau membiarkan anak-anak dikuasai oleh musuh kalian sendiri. Baik secara langsung dengan adanya guru pendidik yang jelek ataupun secara tidak langsung melalui media penghancur sementara kalian sendiri lalai darinya. Dada-dada anak kalian dipenuhi oleh pengaruh negatif media, begitu juga rumah-rumah mereka.

Takutlah kalian wahai hamba Allah… Bertakwalah kepada Allah… Sekarang lihatlah tempat tinggal kalian, lihatlah fitnah bertebaran di sekelilingmu di negerimu… Ia telah menghancurkan kalian hingga kebanyakan kelompok orang berpecah belah. Inilah hukuman dari Allah Subahanahu wa Ta’ala.

Berhati-hatilah jangan sampai apa yang telah menimpa tetangga kalian juga menimpa kalian.

وَمَا هِيَ مِنْ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ

Siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.”

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6).

Semoga Allah memberkahi diriku dan kalian dengan al-Qur’an yang agung. Semoga penjelasan al-Qur’an dan peringatan di dalamnya bermanfaat bagi kita. Aku katakan ini dengan sebenarnya. Dan semoga Allah mengampuniku, kalian dan seluruh kaum muslimin dari segala dosa. Minta ampunlah kepada-Nya, bertaubatlah kepada-Nya sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
—-

Diterjemahkan oleh: Ummu Fatimah Umi Farikhah

Pemuraja’ah: Ustadz Raehanul Bahraen

Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14982

Catatan tambahan dari Ustadz pemurojaah:
Internet bagaikan pedang bermata dua; ada yang bermanfaat dan ada yang mudharat. Sehingga kita sebagai kaum muslimin harus bijak menyikapinya.

Artikel Muslimah.Or.Id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6966-untukmu-wahai-orangtua-pecinta-dunia-maya.html

Rincian Nama-Nama Malaikat dari Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah

Malaikat yang kita ketahui namanya dari dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sebagai berikut.

Jibril

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ مَن كَانَ عَدُوّاً لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللّهِ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Katakanlah, ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’(QS. Al-Baqarah: 97)

Allah Ta’ala berfirman,

إِن تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِن تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan). Dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik. Dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.(QS. At-Tahrim: 4)

Dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadan ketika malaikat Jibril ‘alaihissalam menemuinya. Dan Jibril ‘alaihissalam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadan, di mana Jibril ‘alaihissalam mengajarkan Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh lebih lembut daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari no. 6)

Nama lain dari malaikat Jibril yang terdapat dalil dari Al-Qur’an adalah Ar-Ruuh, Ruhul Qudus, dan Ar-Ruuh Al-Amiin.

Allah Ta’ala berfirman,

فَاتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَاباً فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَراً سَوِيّاً

Maka dia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.(QS. Maryam: 17)

Allah Ta’ala berfirman,

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ

Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).(QS. Asy-Syu’ara’: 193)

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

Katakanlah, ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’(QS. An-Nahl: 102)

Malaikat Jibril ‘alaihissalam disebut dengan “ruh” karena malaikat Jibril bertugas membawa wahyu kepada para rasul dari kalangan manusia. Sedangkan wahyu adalah merupakan sumber hidupnya hati, sebagaimana roh adalah sebab hidupnya badan (manusia. (Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 301 karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah)

Mikail

Allah Ta’ala berfirman,

مَن كَانَ عَدُوّاً لِّلّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ

Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.(QS. Al-Baqarah: 98)

Dari Samurah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالاَ الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ

Aku bermimpi pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata, ‘Malaikat yang menyalakan api adalah Malik sebagai penunggu neraka, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mikail.’(HR. Bukhari no. 3236)

Israfil

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, beliau berkata, “Saya bertanya kepada ‘Aisyah Ummul mukminin, ‘Doa iftitah apakah yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membuka salat malamnya?’

‘Aisyah menjawab, ‘Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat malam, beliau membaca doa iftitah sebagai berikut,

اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

ALLAHUMMA RABBA JABRAA`IIL WA MIIKAA`IIL WA ISRAAFIIL FAATHIRAS SAMAAWAATI WAL ARDLI ‘AALIMAL GHAIBI WASY SYAHAADAH ANTA TAHKUMU BAINA ‘IBAADIKA FIIMAA KAANUU FIIHI YAKHTALIFUUN IHDINII LIMA UKHTULIFA FIIHI MINAL HAQQI BIIDZNIKA INNAKA TAHDII MAN TASYAA`U ILAA SHIRAATHIN MUSTAQIIM

(Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Maha Pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka perselisihkan, tunjukilah aku jalan keluar yang benar dari perselisihan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, bagi siapa yang Engkau kehendaki.)” (HR. Muslim no. 770)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pembesar malaikat ada tiga, yaitu malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda …. “ (kemudian beliau rahimahullah menyebutkan hadis di atas)

Ibnul Qayyim rahimahullah melanjutkan, “Maka dalam hadis tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertawassul dengan dengan sifat rububiyyah yang bersifat umum dan bersifat khusus berkaitan dengan tiga malaikat tersebut, yang diberi tugas mengurusi kehidupan.

Malaikat Jibril diberi tugas membawa wahyu yang merupakan sumber hidupnya hati dan roh manusia. Mikail diberi tugas mengatur hujan yang merupakan sumber hidupnya bumi, tumbuhan, dan hewan. Sedangkan Israfil diberi tugas meniup terompet (sangkakala) yang dengannya hiduplah manusia setelah kematian mereka. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada Allah Ta’ala dengan rububiyyah-Nya untuk memberikan petunjuk yang benar dari perkara yang diperselisihkan dengan seizin-Nya. Karena hal itu merupakan kehidupan yang bermanfaat.” (Ighatsatul Lahfan, 2: 829)

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah mengatakan, “Pembesar malaikat ada tiga, yaitu malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil yang diberi tugas mengurusi kehidupan. Malaikat Jibril diberi tugas membawa wahyu yang hati dan roh manusia menjadi hidup dengan wahyu tersebut. Mikail diberi tugas mengatur hujan yang bumi menjadi hidup dengannya. Sedangkan Israfil diberi tugas meniup trompet (sangkakala) yang dengannya hiduplah manusia setelah kematian mereka.” (Syarh Ath-Thahawiyyah, hal. 300)

Malik, malaikat penjaga neraka

Allah Ta’ala berfirman,

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ

Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).’(QS. Az-Zukhruf: 77)

Dari Samurah, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالاَ الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ

‘Aku bermimpi pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata, ‘Malaikat yang menyalakan api adalah Malik sebagai penunggu neraka, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mikail.’” (HR. Bukhari no. 3236)

Munkar dan Nakir

Dua malaikat ini adalah malaikat yang diberi tugas untuk menanyai manusia di dalam kubur. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قُبِرَ المَيِّتُ – أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ – أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ، يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ، وَلِلْآخَرِ: النَّكِيرُ

Jika salah seorang dari kalian dimakamkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam dan biru. Salah satunya bernama Munkar, dan yang lainnya bernama Nakir.(HR. Tirmidzi no. 1071, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Malaikat Maut (Malakul Maut)

Allah berfirman,

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

“Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.’” (QS. As-Sajdah: 11)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan proses kematian hamba yang beriman. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam  mengatakan,

ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ

“Kemudian datanglah Malaikat maut ‘alaihissalaam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan rida-Nya.’” (HR. Ahmad no. 18543 dan Abu Dawud no. 4753. Dinilai sahih oleh Syu’aib Al-Arnauth)

Harut dan Marut

Allah Ta’ala menurunkan malaikat Harut dan Marut sebagai ujian bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir.(QS. Al-Baqarah: 102)

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Tidak ada dosa berkaitan dengan diturunkannya sihir kepada dua malaikat tersebut. Demikian juga tidak ada dosa berkaitan dengan pengajaran malaikat kepada manusia yang belajar dari mereka berdua. Hal ini karena pengajaran kepada manusia tersebut berdasarkan izin dari Allah Ta’ala untuk mengajarkannya, setelah mereka mengabarkan bahwa mereka berdua itu adalah fitnah (ujian), dan setelah mereka melarang dari (belajar) sihir, mengamalkan sihir, dan kekafiran. Dosa itu hanyalah bagi mereka yang belajar sihir dan mengamalkan sihir.” (Tafsir Ath-Thabari, 2: 423)

Nama-nama malaikat yang tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah

Nama-nama di atas adalah nama-nama malaikat yang terdapat dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun nama selain itu, maka bisa jadi dalilnya lemah (dha’if) atau bahkan tidak ada asal usulnya.

Di antara nama yang tidak terdapat dalilnya dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyebut malaikat “Izrail”, sebagai nama untuk Malaikat Maut. Hal ini perlu mendapakan perhatian, karena banyaknya kaum muslimin yang menyebutkan nama malaikat “Izrail”.

Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata dalam catatan beliau terhadap kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah,

هذا هو اسمه في القرآن، وأما تسميته بـ “عزرائيل” كما هو الشائع بين الناس فلا أصل له، وإنما هو من الإسرائيليات

Nama ini (Malaikat Maut) itulah nama yang ada di dalam Al-Qur’an. Sedangkan nama “Izrail”, yang terkenal di masyarakat, tidak ada dasarnya. Ini adalah nama yang bersumber dari berita israiliyat.(Takhrij Al-‘Aqidah at-Thahawiyah)

Yang juga dianggap sebagai nama malaikat, padahal tidak ada dalilnya adalah malaikat “Raqib” dan “Atid”. Dua kata ini merupakan sifat malaikat, dan bukan nama untuk malaikat. Dua kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an,

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf: 17-18)

Al-Baghawi rahimahullah berkata, “Raqib artinya penjaga (pengawas), sedangkan ‘Atid artinya selalu hadir di mana saja berada.” (Tafsir Al-Baghawi, 7: 359)

Meskipun kita tidak mengetahui nama malaikat tersebut, tetapi kita wajib beriman bahwa ada dua malaikat, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri, yang bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.

Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat.

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Haqiqatul Malaikat karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najar, hal. 45-49. Kutipan-kutipan dalam artikel di atas adalah melalui parantaraan kitab tersebut. Juga ditambahkan penjelasan dari kitab yang lain.

Sumber: https://muslim.or.id/70017-nama-malaikat-dari-alquran-dan-sunnah.html

Crazy Rich Bos Pengiriman Paket: Mualaf, Rendah Diri, Bersyukkur, dan Tekadnya Bangun 99 Masjid

ria yang satu ini adalah seorang crazy rich bos perusahaan pengiriman barang terbesar di Indonesia, JNE dan Paxel. Ia juga berstatus mualaf yang dalam mimpinya diperintah untuk membangun 99 masjid. Siapakah dia?

Crazy Rich tersebut bernama Djohari Zein.  Terlahir dalam keluarga non-muslim, rupanya membuat pria asal Medan ini untuk mualaf dengan bertekad membangun 99 mesjid.

Kisah itu dituturkan pria yang akrab disapa Jo ini. Ia mengaku besar dalam keluarga yang menganut agama Budha. Beranjak remaja, Jo menempuh pendidik di sekolah Katolik. Keluarga Jo sudah menjadi pedagang Tionghoa sejak dulu yang membuatnya berani membuka bisnis sendiri.

Sebagai pebisnis, kehidupan Jo tentu tak selalu berada di atas dan sukses. Faktanya, Jo pernah terlilit utang dan harus berjuang mengembangkan bisnisnya di tengah krisis Orde Baru. Namun, Jo berhasil bangkit dengan membawa nilai-nilai Islam di dalam usahanya hingga membuat rezekinya tak habis-habis.

Sebelum memeluk Islam, Jo yang masih merintis usaha itu mengaku kerap bermimpi diperlihatkan Jabal Rahmah. Itu merupakan sebuah bukit yang berada di Arafah. Di dalam sejarah tempat itu merupakan saksi bisu pertemuan kembali Adam dan Hawa. Saat akhirnya memutuskan untuk mualaf, atas izin Allah SWT, Jo bisa melihat tempat tersebut secara langsung.

“Waktu saya lihat Jabal Rahmah itu, saya ingat dengan pikiran saya saya pernah mimpi melihat itu,” ujarnya dalam kanal YouTube Cerita Untungs.

“Saya haji pertama kali, saya masih merinding, di situ saya baru inget, ini benar agama saya. Saya tidak boleh main-main, Allah sudah berikan pemandangan (di mimpi),” imbuhnya.

Lebih dalam Jo menuturkan, agama Islam menuntunnya menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan, di mimpinya, ia mengaku mendengar Allah SWT memintanya membuatkan 99 masjid. Hal itu yang memacunya membangun yayasan untuk menggagas pembangunan 99 mesjid se-Nusantara.

“Saya sebagai muslim itu jauh lebih tenang. Suatu kali saya ke sana (umroh), saya minta kalau boleh izinkan saya satu saja (bangun) masjid, di situ pula saya dapat jawaban, Allah SWT bilang, jangankan 1, 99 pun juga bisa. Lalu saya berasa ‘wah ini tugas. Saya minta bangun 1 masjid tapi Allah sarankan 99 pun bisa’. Makanya saya berani bangun 99 masjid di umur 68,” imbuhnya.

Usai mendapat jawaban tersebut, Jo tak lantas membangun masjid saat tiba di Tanah Air. Kesibukannya sebagai CEO membuat ia sulit membagi waktu. Hingga di tahun 2016, Jo menjadi komisaris sehingga memiliki waktu luang lebih banyak dan mencoba membangun masjid pertamanya.

Saat berkesempatan haji pertama kalinya tersebut, Jo mengaku mulai berniat mendalami agama Islam yang sudah diyakininya. Di sini, Jo memulainya dengan menganut prinsip manajemen spiritual yang juga ia tuangkan di dalam bisnisnya.

“Saya gak belanja (selama di Mekkah), di hotel salat aja. Rasanya sedih kalau mau meninggalkan itu (salat). Saya mulai mencari lebih serius lagi, saya jalankan kebijakan yang saya bilang manajemen spiritual,” jelasnya lagi.

Di dalam manajemen spiritualnya, salah satu yang kerap dilakukan Jo adalah dengan selalu rendah diri. Sebab, Jo menilai pujian yang didapatkannya bisa berimbas pada kondisi berbahaya yang membuat banyak orang terlena.

“Kalau kita sedang dipuji kadang-kadang kita terbang. Itu bahaya banget. Mendingan kita inget susah daripada sedang dipuji-puji. Yang saya jalani hidup waktu jaman kecil sebagai yang paling kecil di kelas, pastinya dibully. Di dalam bisnis juga kita nggak selalu normal,” tuturnya.

Di dalam manajemen spiritualnya itu, Jo juga menganut satu nilai penting dari agama Islam yang dipegang teguh hingga kini. Jo menyebut, sedekah adalah kunci kesuksesannya hingga menuai banyak rejeki.

“Hatinya lebih baik, pasti rejekinya lebih lancar,” kata Jo.

Menurut Jo, hati yang lebih baik itu berasal dari memperbanyak sedekah kepada yang membutuhkan. Dengan sedekah, Allah SWT membukakan rejeki. Namun tentunya sedekah pun diiringi usaha agar rejeki tetap lancar.

“Saya juga sering ingatkan tentang manajemen spiritual bahwa harus inget value-value dari Allah SWT. Bahwa rejeki itu dari Allah. Sedekah akan memberi kebaikan-kebaikan. Itu selalu jadi petunjuk,” bebernya.

“Kadang-kadang, orang sudah anggap sudah sedekah, yaudah gak usah ngapa-ngapain, tidur aja. Ada kalanya kita alami cobaan tapi tidak berarti dari sedekah kita jatuh miskin. Tidak semuanya lancar tapi ada naik turunnya dan harus tetap pakai otak untuk cari jalan keluar,” terangnya.

Di dalam bisnis dan kehidupannya, manajemen spiritual lain yang dilakukan Jo adalah dengan rasa syukur. Menurut Jo, segala sesuatu akan terasa dan terlihat lebih indah jika seseorang mau bersyukur.

“Allah mengijinkan kita dilahirkan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani supaya kita bersyukur. Ini sederhana. Sebetulnya yang dimaksud syukur itu kalau bersyukur Allah akan melipat gandakan,” terang Jo.

Melalui rasa syukur itu, Jo menyebut bahwa ketiga hal tersebut akan semakin tajam dan sensitif. Dengan begitu, kita akan lebih memahami apa yang dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya sehingga hidup lebih lancar dan rejeki pun terbuka dengan mudah.

“Maka sering-seringlah bersyukur saat kita punya mata, telinga, hati. Semakin sering kita bersyukur, semakin tajam mata kita, makin tajam kuping kita dan makin mudah tersentuh hati kita. Dengan kemampuan itu kita bisa dapat apa sih kebutuhan manusia di next,” jelasnya.

Selain itu, di dalam manajemen spiritualnya Jo menyelipkan hubungan baik dengan keluarga. Salah satu yang ia lakukan di sini adalah dengan mendidik anak-anaknya agar memiliki ilmu yang lebih tinggi darinya sehingga rezeki mereka bisa lebih mudah.

“Hubungan kekeluargaan tetap baik, yang saya perlu tingkatkan mendidik mereka (anak-anak) untuk lanjutkan perjuangan. Saya selalu ingin didik mereka jangan dibayang-bayangin oleh prestasi saya. Dia harus punya sendiri (prestasinya), bisnis beda. Anak-anak saya sudah S2 semua,” tandas Djohari Zein.

ISLAM KAFFAH

Hukum Mengubur Jenazah Suami Istri dalam Satu Liang Kubur

Mengubur jenazah adalah satu dari empat hal yang wajib dilakukan selain memandikan, menshalati dan mengafani. Lantas, bagaimanakah hukum mengubur jenazah suami istri dalam satu liang kubur?

Pada dasarnya, yang berlaku dalam hukum Islam adalah mengubur satu mayat dalam satu liang kubur. Tidak diperbolehkan mengubur dua jenazah atau lebih dalam satu liang kubur, kecuali dalam keadaan tertentu seperti banyak sekali terdapat jenazah karena adanya peperangan atau kondisi lain dan terdapat kesulitan apabila mesti mengubur tiap jenazah dalam satu liang kubur secara sendiri-sendiri. Hal ini sebagaimana dalam keterangan Imam Rafi’i dalam kitab Asy-Syarhul Kabir (juz 5, halalaman 245) berikut,

المستحب في حال الاختيار أن يدفن كل ميت في قبر كذلك (فعل النبي صلي الله عليه وسلم وأمر به) فإن كثر الموتي بقتل وغيره وعسر إفراد كل ميت بقبر دفن الاثنان والثلاثة في قبر واحد

Artinya: “Sunnah dalam kondisi normal untuk menguburkan tiap jenazah dalam satu liang kubur. Seperti itulah yang dilakukan dan diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila terdapat banyak sekali jenazah oleh sebab perang atau yang lain dan sulit bila mesti mengubur tiap jenazah dalam satu liang kubur secara sendiri-sendiri, maka dua atau tiga jenazah bisa dikuburkan dalam satu liang kubur.”

Kebolehan mengumpulkan jenazah ini juga berlaku untuk mengumpulkan sepasang jenazah lawan jenis dalam satu kuburan dengan syarat keduanya memiliki hubungan mahram atau hubungan suami-istri. Sebagaimana dalam keterangan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in (juz 2, halaman 118) berikut,

يحرم دفن اثنين من جنسين بقبر إن لم يكن بينهما محرمية أو زوجية

Artinya, “Haram hukumnya memakamkan dua jenazah yang berbeda jenis kelamin di satu makam kecuali jika keduanya memiliki hubungan mahram atau hubungan suami-istri,”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, ketentuan yang berlaku dalam hukum Islam pada kondisi normal adalah mengubur satu mayat dalam satu liang kubur. Tetapi, seseorang masih diperbolehkan untuk mengumpulkan sepasang jenazah suami istri dalam satu kuburan disaat kondisi tertentu seperti adanya kesulitan bila mesti mengubur tiap jenazah dalam satu liang kubur secara sendiri-sendiri.

Demikian. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Kemenag Susun PMA Umroh di Masa Pandemi

Kementerian Agama (Kemenag) masih menyusun Peraturan Menteri Agama (PMA) sebagai aturan teknis umroh di masa pandemi. Kemenag dan asosiasi telah sepakat umroh perdana dilakukan satu pintu di Bandara Soekarno-Hatta.

One Gate Policy untuk screening awal, kita liat dulu untuk keberangkatan 1 atau 2 ini kalau izinnya memang sudah keluar nanti, screening bersama, nah ini kan masih kita akan tuangkan dalam PMA. PMA-nya blum keluar,” kata Dirjen PHU Hilman Latief saat dihubungi Republika, Ahad (7/11).

Hilman mengatakan, Kemenag masih terus menunggu kapan kepastian keberangkatan umroh tahun ini. Informasi sementara ini Arab Saudi masih menuggu detail teknis umroh di masa pandemi Covid-19.

“Kitakan masih menunggu juga resminya ini bagaimana dari mereka. Kemarin baru info kemungkinan dibuka akan segera dan mereka juga masih menyiapkan detailnya mekanisme detail di disananya dan lain-lain,” katanya.

Selain menunggu aturan resmi dari Arab Saudi, Kemenag juga masih terus persiapan agar jamaah umrah bisa merasakan kemudahan beribadah di Tanah Suci. Hampir semua jamaah keberatan dengan aturan karantina.

“Termasuk dari kita saat ini kita masih persiapan detailnya untuk agar jamaah betul betul diberikan kemudahan.  Jamaah kita kan karantina total 15 hari gak mau,” katanya.

Hilman memaklumi, kenapa jamaah enggan karantina selama 15 hari di dalam dan luar negeri, karena karantina harus mengeluarkan biaya tambahan. Atas keluhan ini Kemenag akan berusaha agar tidak karantina selama itu.

“Memang  biayanya tambah gede itu. Maka dari itu kita cari yang paling simple. Namun proses ngobrolnya harus panjang juga dengan peremintah sana,” katanya.

Hilman berharap dalam waktu dekat ini ada kabar baik terkait umrah di masa pandemi untuk jamaah Indonesia. Karena antara Pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia sama memiliki kepentingan dengan kegiatan umrah.

“InsyaAllah mudah-mudahan ada kabar yang clear betul di pertengahan November ini. Dari sana ingin cepet juga cuma belum ada keterangan tanggal berapa pastinya,” katanya.

Saat ini kata dia, Kemenag terus melakukan percepatan pengumpulan data jamaah umrah yang siap diberangkatkan. Berdasarkan catatannya ada sekitar 11 ribu jamaah yang sudah divaksin dengan dosis penuh.

“Alhamdulillah sudah ketemu dengan Kemenkes. Data yang sudah masuk dari PPIU dua hari yang lalu sudah 11 ribu jamaah yang sudah siap pergi dengan vaksin penuh,” katanya.

IHRAM