Alhamdulillah Proses E-visa Umroh Indonesia Disebut Sudah Aktif

Kunjungan Menteri Agama Yaqul Cholil Qoumas bersama jajarannya ke Arab Saudi mulai membuahkan hasil. Hal ini terlihat dari sudah aktifnya kembali sistem E-visa umroh Indonesia.

“Akhirnya usaha kunjungan Menag dan Jajaran Kemenag ke KSA mulai membuahkan hasil,” Ketua Umum AMPHURI Firman M Nur saat dihubungi Republika, Rabu (8/12).

Firman M Nur mengatakan, E-Visa Umroh bagi Indonesia sudah aktif dan dapat diproses mulai tanggal 7 Desember 2021. Bahkan visa umroh untuk umroh sudah keluar dan artinya siap berangkat.

“Alhamdulillah proses e-visa Umroh Indonesia sudah aktif. Bahkan sudah ada yang keluar visa Umroh nya,” ujarnya.

Selanjutnya, kata Firman perlu dilakukan pemeriksaan adalah memastikan singkronisasi barcode sertifikat Vaksinasi Covid-19 di Peduli lindungi dapat diakses oleh pihak KSA dengan baik dan jelas. Sehingga tidak perlu harus karantina lima  hari, sebagaimana dalam edaran Kementrian Haji KSA bahwa bukti autentik vaksinasi adalah sertifikat vaksin dalam bentuk elektronik dengan QR barkode.

“Amphuri mengapresiasi usaha Kemenag yang sampai saat ini terus mengusahakan barkode vaksinasi Indonesia dapat diakses dengan mudah saat ketibaaan di KSA,” katanya.

Sehingga nantinya jamaah umroh Indonesia maksimal hanya dikarantina tiga hari bagi kelompok yang menggunakan vaksinasi Sinovac dan Sinofarm, dan kelompok yg menggunakan vaksinasi Moderna, Frazier Dan astrazeneca tidak perlu dikarantina.

“Jamaah yang menggunakan Moderna, Frazier Dan Astrazeneca dapat langsung melaksanakan kegiatan ibadah ditanah suci,” katanya.

Firman menyampaikan terimakasih kepada pemerintah yang telah bekerja keras agar jamaah umroh asal Indonesia ini dapat segera diberangkatkan. Kini jamaah sudah siap berangkat setelah dua tahun menunggu.

“Amphuri mengapresiasi kunjungan kerja Menag dan jajaran Kemenag mulai berhasil,” katanya.

IHRAM

Bab Terdepan dan Paling Utama

Bismillah.

Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah. Salah satu pedoman yang sering dilalaikan oleh kebanyakan orang adalah perhatian kepada masalah tauhid dan akidah. Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Maksudnya, segala bentuk ibadah ditujukan hanya kepada Allah. Adapun akidah adalah perkara-perkara yang wajib diyakini oleh setiap muslim dan muslimah. Akidah merupakan pondasi amalan dan perbuatan. Dia laksana pondasi bagi sebuah gedung dan bangunan.

Apabila kita melihat dan memperhatian para ulama Islam di sepanjang masa, begitu jelas kedudukan tauhid dan nilai penting akidah ini bagi hidup dan perjuangan mereka. Karena tauhid inilah tujuan hidup kita sebagai manusia. Hamba Allah yang wajib mengabdi dengan tulus kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyat: 56).

Beribadah kepada Allah tentu tidak terbatas dengan mengerjakan salat, puasa, zakat, sedekah, atau membaca al-Qur’an. Akan tetapi, ibadah ini sangat luas cakupannya meliputi segala perkara yang dicintai oleh Allah dan diridai oleh-Nya. Bentuknya berupa ucapan dan perbuatan, baik yang lahir maupun yang batin di dalam hati seorang insan. Ibadah kepada Allah berporos kepada kecintaan, takut, dan harapan. Perumpamaan poros ibadah seperti seekor burung bisa terbang apabila memiliki kedua sayap dan kepala. Tanpa ketiganya, burung itu tidak bisa terbang, bahkan binasa. Cinta bagaikan kepala, takut dan harap bagaikan kedua sayapnya. Inilah gambaran ibadah yang wajib untuk kita tunaikan.

Apabila kita mencermati berbagai kejadian di dalam kehidupan, kejadian berupa musibah dan bencana, nikmat dan karunia, kebaikan dan keburukan, kezaliman dan keadilan, kekayaan dan kemiskinan, sungguh kita akan melihat bahwa mereka yang dengan sukses melalui perjalanan hidup di alam dunia ini tidak lain adalah orang yang tunduk menghamba kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Dia patuh kepada perintah dan larangan Allah. Dia mengikuti ajaran rasul-Nya. Dia beriman kepada kitab-Nya, dan menjadikan wahyu sebagai pemandu perjalanan hidupnya sepanjang hembusan nafas.

Allah Ta’ala berfirman,

لَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ

“(Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya” (QS. al-Mulk: 2).

Allah Ta’ala berfirman,

فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun” (QS. al-Kahfi: 110).

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan teresat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).

Tauhid bagi seorang muslim jauh lebih penting daripada urusan makanan dan minuman. Ia lebih penting daripada sandang, pangan, dan papan. Ia lebih penting daripada listrik, air, dan udara sekali pun. Sebab tauhid inilah hakikat kehidupan insan dan kunci kebahagiaan hidup. Bukankah Allah menyebut orang kafir -walaupun di tangan mereka segala bentuk kesenangan dunia- sebagai orang yang mati dan orang-orang yang lebih sesat daripada binatang ternak?!

Maka sungguh mengherankan apabila ada di antara para pejuang kemuliaan Islam dan pembela kepentingan umat yang menyepelekan tauhid. Bahkan menganggap tauhid sebagai sumber perpecahan dan sebab kelemahan umat. Subhanallah, lalu di manakah keagungan dakwah tauhid para nabi dan rasul yang selalu menghiasi seruan kejayaan yang mereka sebarkan di sepanjang zaman? Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ

“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’” (QS. an-Nahl: 36).

Tauhid inilah yang menjadi kunci surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka untuk menyiksa orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas mencari wajah Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Banyak orang yang salah paham. Mereka mengira bahwa dengan ucapan syahadat saja orang bisa selamat dari neraka. Padahal syahadat itu mengandung konsekuensi dan makna yang harus diwujudkan. Ia bukan sekedar ucapan tanpa pembuktian. Hasan al-Bashri Rahimahullah -seorang ulama tabiin- berkata, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi, iman adalah apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.”

Karena itulah para ulama ahlussunnah di sepanjang masa mengatakan bahwa iman itu mencakup ucapan dan amalan; ucapan hati dan ucapan lisan; amalan hati dan amalan anggota badan. Mereka menegaskan bahwa iman harus mencakup keyakinan hati, ucapan lisan, dan amalan dengan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang akibat kemaksiatan.

Kalimat tauhid laa ilaha illallah mengandung dua rukun; (1) penolakan; dan (2) penetapan. Penolakan (atau penafian)  diartikan menolak sesembahan selain Allah. Penetapan diartikan bahwa seluruh ibadah ditujukan hanya kepada Allah semata. Maksudnya, tidak ada yang berhak diibadahi -dengan segala macam bentuknya- selain Allah. Allah Ta’ala berfirman,

لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ

“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah (sesembahan) yang benar, sedangkan apa-apa yang mereka seru selain-Nya adalah batil.” (QS. al-Hajj : 62)

Ibadah -tercakup di dalamnya doa, meminta perlindungan (isti’adzah), meminta pertolongan saat tertimpa musibah (istighotsah), nazar, sembelihan, dan sebagainya- hanya boleh ditujukan kepada Allah. Apabila suatu ibadah ditujukan kepada Allah, tetapi disertai dengan ibadah kepada selain-Nya, maka itu merupakan syirik besar yang menjadi sebab pelakunya haram masuk surga. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنَّ ٱلْمَسَٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/beribadah bersama dengan Allah siapa pun” (QS. al-Jin: 18).

Syirik kepada Allah merupakan dosa besar yang paling besar. Syrik kepada Allah merupakan sebab kehinaan dan kesengsaraan bagi umat manusia. Akan tetapi, banyak sekali manusia yang terjerumus di dalamnya. Mereka mengira bahwa syirik itulah yang akan membuat hidupnya bahagia. Wal ‘iyadzu billah. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (QS. al-Maidah: 72).

Itulah yang dilukiskan oleh Malik bin Dinar Rahimahullah dalam sebuah riwayat yang masyhur. Beliau berkata, “Para pemuja dunia telah keluar meninggalkan dunia dalam keadaan belum menikmati sesuatu yang paling baik atau lezat di dalamnya, yaitu mengenal Allah, mencintai-Nya, dan merasakan ketenangan dengan zikir dan ketaatan kepada-Nya.”

Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita untuk berdoa di akhir salat dengan membaca doa, “Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika.” (Artinya: ya Allah, bantulah aku dalam berzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu). Sebagaimana disebutkan hadis dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu (HR. Abu Dawud dan Nasa’i, dinyatakan sahih Al-Albani dalam Sahih Abu Dawud).

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca. Wallahul muwaffiq.

***

Referensi:

Kitab at-Tauhid, Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah

Hishnul Muslim, Dr. Sa’id al-Qahthani rahimahullah

– Mulakhosh Syarh Kitab Tauhid, Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah

Penulis: Ari Wahyudi

Sumber: https://muslim.or.id/70890-bab-terdepan-dan-paling-utama.html

Tawakal dan Meraih Janji Allah

BESOK mau makan apa? Mau nikah, duitnya dari mana? Kalau punya anak mau makan apa? Kalau sudah punya banyak anak harus beli rumah, harus punya mobil? Dari mana kita mendapatkan uang? Dan untuk pendidikan mereka ketika mereka dewasa, seperti apa jadinya?

Memikirkan berbagai hal yang belum terjadi seperti di atas akan menimbulkan keresahan dalam pikiran dan jiwa manusia. Jika terus dibiarkan,  hal ini akan membuka peluang bagi iblis untuk mengikis dan melemahkan iman.

Ketahuilah bahwa semua kebutuhan itu adalah urusan Allah. Dia yang telah menciptakan semua makhluk, Dia pula yang akan menyediakan bagi semua makhluk itu rezeki-Nya.

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS: Hud:6)

Jadi jangan khawatir, yang perlu adalah kembali kepada Allah, percaya kepada-Nya dengan amanah yang benar, pasti Dia akan menyelesaikan apa pun urusan-Nya. Rasulullah ﷺ  bersabda:

Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”(HR: Ahmad dan Tirmidzi)

وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ ؕ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمۡرِهٖ‌ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ قَدۡرًا

“..dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS: Ath-Thalaq:3)

Itulah keyakinan, fondasi yang kokoh, untuk menjadi prinsip hidup, yang dengannya kedamaian akan didapatkan. Dengan ketenangan pikiran itu, kehidupan dibangun berdasarkan ajaran Allah dan teladan Rasul-Nya, hingga garis finis!

Sampai hari pertemuan kembali dengan Alla Subhanahu Wata’ala. Itulah sebenarnya arti kebahagiaan, tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat yang merupakan cita-cita setiap manusia.

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى

وَٱدْخُلِى جَنَّتِى

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah/golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam Surga-Ku.”  (QS: al-Fajr: 27-30).

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (HR: Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)

Khawatir dan Cemas

Di antara serangan iblis terhadap manusia adalah dengan menanamkan rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Hal ini membuat manusia terkena penyakit “Wahn” yaitu cinta dunia dan takut mati.

Jadi iblis akan menanamkan kecintaan dunia, mulai memberikan lebih banyak waktu untuk dunia, untuk mencintai harta benda secara berlebihan dan mengejarnya, sampai melupakan Allah. Setelah itu manusia kemudian meninggalkan tugas dan lari dari tanggung jawab.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ سَبْرَةَ بْنِ أَبِى فَاكِهٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ: إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لاِبْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ, فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ: “تُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ وَآبَاءِ أَبِيكَ؟” فَعَصَاهُ فَأَسْلَمَ. ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ, فَقَالَ: “تُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ؟ وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِى الطِّوَلِ.” فَعَصَاهُ فَهَاجَرَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ, فَقَالَ: “تُجَاهِدُ فَهُوَ جَهْدُ النَّفْسِ وَالْمَالِ فَتُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقْسَمُ الْمَالُ.” فَعَصَاهُ فَجَاهَدَ.. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ -عَزَّ وَجَلَّ- أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ …

“Diriwayatkan dari Sabrah bin Abi Fâkih z berkata, Rasûlullâh ﷺ berkata, “Sesungguhnya syaitan duduk untuk menghalang-halangi seorang anak Adam dari berbagai jalan. Syaitan duduk menghalangi jalan untuk masuk Islam. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu masuk ke dalam Islam dan kamu tinggalkan agamamu, agama bapak-bapakmu dan agama nenek moyangmu?’ Anak Adam tersebut tidak mentaatinya, kemudian dia masuk Islam. Kemudian syaitan pun menghalangi jalan untuk berhijrah dan dia berkata, ‘(Apakah) kamu akan berhijrah dan kamu meninggalkan bumi dan langitmu? Sesungguhnya perumpamaan orang yang berhijrah adalah seperti kuda yang diikat dengan tali.’ Kemudian anak Adam tesebut tidak mentaatinya dan terus berhijrah. Kemudian syaitan duduk untuk menghalangi jalan untuk berjihad. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu akan berjihad? Jihad itu adalah perjuangan dengan jiwa dan harta. Engkau berperang, dan nanti kami terbunuh, istrimu akan dinikahi (oleh orang lain) dan hartamu akan dibagi-bagi.’ Kemudian anak tersebut tidak mentaatinya, kemudian terus berjihad.” Kemudian Rasûlullâh ﷺ berkata, “Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka Allâh berkewajiban untuk memasukkannya ke dalam Surga.” (HR: an-Nasa’i)

Karena itu miliki keinginan yang kuat untuk selamat di akhirat. Jangan lalu tertipu oleh godaan setan, dan lawan keinginan hawa nafsu dengan hal-hal berikut:

  • Perbanyak dzikrullah
  • Isi hidupmu dengan pengabdian kepada Allah sampai maut memisahkan kita.
  • Sadarilah bahwa Allah telah memberikan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya.
  • Sesungguhnya dunia adalah persinggahan sementara.
  • Dunia akan fana.
  • Kita diciptakan oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya.
  • Serahkan semua masalah hidup kepada Allah, semua akan terselesaikan.
  • Rezeki, kematian, ketentuan baik atau buruk bagi kita masing-masing telah ditentukan oleh Allah. tentu ada hikmahnya, terimalah dengan ridha.

Pikirkan apa yang mesti kita buat untuk meraih janji Allah. Yakni, kebahagiaan di akhirat. Jangan kita sibuk memikirkan apa yang sudah Allah sediakan untuk kehidupan kita di dunia! *

HIDAYATULLAH

Menyegerakan Penguburan Jenazah

Salah satu hal yang diperhatikan jika ada orang yang meninggal adalah menyegerakan penyelenggaraan jenazah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ

“Segeralah mengurus jenazah. Karena jika jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya. Dan jika jenazah tersebut selain orang shalih, berarti kalian telah meletakkan kejelekan di pundak kalian” (HR. Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944).

Di samping itu, dikutip dari buku Shalat Jenazah karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin dengan judul asli ‘Shalatul Jinazah’, ada beberapa hal yang perlu dilakukan terhadap jenazah seorang muslim. Pertama, seseorang dapat menutup mata mayit, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menutup kedua mata Abu Salamah ketika wafat. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya pandangan mata akan mengikuti ruh saat keluar”, hadits riwayat Muslim.

Kedua, melemaskan seluruh persendian si mayit agar tidak mengeras, serta meletakkan sesuatu di atas perutnya agar tidak mengembung.

Ketiga, menutup sekujur jasad si mayit dengan kain. Berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:

“Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wafat, jenazah, beliau ditutupi dengan kain yang bercorak” (Muttafaqun alaihi).

Keempat, menyegerakan penyelenggaraan jenazahnya, penyalatan, dan penguburannya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

“Segerakanlah (penguburan) jenazah”,  (Muttafaqun alaihi).

Kelima, menguburkan jenazah di kota tempatnya meninggal dunia. Sebab pada saat peperangan Uhud, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat agar menguburkan para syuhada yang gugur, di tempatnya masing-masing, tidak perlu dipindah ke tempat lain.

IHRAM

Menyebarkan Rahasia Ranjang di Sosial Media dan Testimoni Obat Kuat

Dahulu kala, apabila seseorang ingin membicarakan hal-hal rahasia dan sensitif, mereka harus berkumpul dan bertemu. Akan tetapi, di zaman sosial media seperti ini, sangat mudah berbicara di berbagai grup sosial media. Salah satu pembicaraan yang dahulunya menjadi pembicaraan sensitif dan berbalut malu, namun sekarang menjadi pembicaraan terang-terangan dan menjadi konsumsi publik, adalah pembicaraan masalah seksual dengan detail sekali. Sampai-sampai menggambarkan sifat dan memancing orang yang membacanya untuk membayangkan, atau bahkan berangan-angan.

Bisa jadi juga seorang suami atau istri membicarakan hal ini di grup sosial media dan menjadi konsumsi publik. Demikian juga yang mulai tren, penjualan obat kuat dan produk semacam ini. Testimoni produk ini seolah-olah menggambarkan dengan detail apa yang terjadi antara dia dan istrinya semalam. Hal ini tidak diperkenankan oleh syariat. Sebenarnya memberikan testimoni boleh-boleh saja asalkan memperhatikan aturan syariat. Dikhawatirkan menceritakan detail dan terperinci hal semacam ini akan menjerumuskan ke arah larangan menceritakan rahasia ranjang dalam syariat.

Berikut sedikit pembahasan tentang hal ini.

Larangan menceritakan rahasia ranjang

Terdapat beberapa hadis yang menyebutkan larangan menceritakan rahasia ranjang dan adegan-adegannya secara detail dan terperinci.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri. Beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا

Sesungguhnya termasuk orang yang kedudukannya paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang berhubungan dengan istrinya, kemudian dia menyebarkan rahasia ranjang mereka kepada orang lain.’” (HR. Muslim no. 1437)

Dari sahabiyah Asma’ binti Yazid, beliau sedang berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para laki-laki dan perempuan sedang duduk-duduk. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَعَلَّ رَجُلاً يَقُوْلُ مَا يَفْعَلُ بِأَهْلِهِ وَلَعَلَّ امْرَأَةً تُخْبِرُ بِمَا فَعَلَتْ مَعَ زَوْجِهَا. فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقُلْتُ: أَيْ، وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّهُنَّ لَيَفْعَلْنَ وَإِنَّهُمْ ليَفْعَلُوْنَ. قَالَ: فَلاَ تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ شَيْطَانٍ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

Mungkin ada seorang lelaki menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya dan mungkin ada seorang wanita menceritakan apa yang dilakukannya bersama suaminya.”

Orang-orang yang hadir terdiam. Maka aku menjawab, “Iya demi Allah, wahai Rasulullah. Mereka para wanita melakukannya dan para lelaki pun melakukannya.”

Rasulullah bersabda, “Jangan kalian lakukan itu! Sesungguhnya hal itu hanyalah seperti setan laki-laki bertemu setan perempuan di suatu jalan. Lalu ia menggaulinya sementara orang-orang menontonnya.” (HR. Ahmad hasan lighairihi lihat Al-Adabuz Zifaaf)

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,

فيه تحريم إفشاء الرجل ما يجري بينه وبين امرأته من أمور الاستمتاع ووصف تفاصيل ذلك، وما يجري من المرأة فيه من قول أو فعل ونحوه

“Hadis tersebut menjelaskan larangan menyebarkan apa yang terjadi antara ia dan istrinya ketika berhubungan badan secara rinci dan (larangan menyebarkan) apa yang dirasakan oleh istri, baik berupa ucapan maupun perbuatan dan semisalnya.” (Syarh An-Nawawi Ala Shahih Muslim, kitab Nikah bab 21)

Syekh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah juga menjelaskan,

فلا يجوز نشر سرها، ولا لها نشر سرِّه فيما يقع بينهما حول الجماع، أو غير الجماع، …..، وعدم نشره، وكتم السر من أعظم الأمانات.

“Tidak boleh bagi suami menyebarkan rahasia ranjang dan tidak boleh pula bagi istri menyebarkan apa yang terjadi (rinciannya) ketika berhubungan badan … Tidak boleh menyebarkan dan menyembunyikan rahasia ini adalah amanah terbesar.” [Syarh Bulugul Maram, https://binbaz.org.sa/audios/102/7]

Demikian juga wanita dilarang menyebarkan dengan gosip dan sebagainya karena terdapat perintah bagi wanita agar menjaga amanah rahasia di rumah suaminya dan termasuk rahasia tersebut adalah rahasia ranjang.

Allah Ta’ala befirman,

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ

Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” (QS. An-Nisa: 34)

Baca Juga: Berapa Frekuensi Berhubungan Intim Suami-Istri Menurut Syariat?

Jika ada maslahat, boleh dijelaskan dengan kalimat tidak tegas

Semisal sedang meminta fatwa, sedang berobat atau sedang berhukum di hadapan qadhi, maka hendaknya sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang tidak tegas. Tentu hal ini juga bukan konsumsi publik.

Perhatikan hadis berikut.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

إِنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرَّجُلِ يُجَامِعُ أَهْلَهُ ثُمَّ يُكْسِلُ هَلْ عَلَيْهِمَا الْغُسْلُ ؟ ، وَعَائِشَةُ جَالِسَةٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنِّي لَأَفْعَلُ ذَلِكَ ، أَنَا وَهَذِهِ ، ثُمَّ نَغْتَسِلُ )

“Sungguh seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang seseorang yang telah berjimak dengan istrinya kemudian tidak sampai ejakulasi (orgasme). Apakah keduanya diwajibkan mandi besar? ‘Aisyah sedang duduk di situ. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh saya telah melakukan hal yang sama, saya dan (istri) saya ini. Kemudian, kami berdua mandi besar.”  (HR. Muslim no. 350)

Demikian juga hadis berikut,

Diriwayatkan dari Ikrimah,

أَنَّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ ، فَتَزَوَّجَهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الزَّبِيرِ القُرَظِيُّ ، قَالَتْ عَائِشَةُ : وَعَلَيْهَا خِمَارٌ أَخْضَرُ ، فَشَكَتْ إِلَيْهَا ، وَأَرَتْهَا خُضْرَةً بِجِلْدِهَا ، فَلَمَّا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَالنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا – قَالَتْ عَائِشَةُ : مَا رَأَيْتُ مِثْلَ مَا يَلْقَى المُؤْمِنَاتُ ؟ لَجِلْدُهَا أَشَدُّ خُضْرَةً مِنْ ثَوْبِهَا. قَالَ: وَسَمِعَ أَنَّهَا قَدْ أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجَاءَ وَمَعَهُ ابْنَانِ لَهُ مِنْ غَيْرِهَا ، قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا لِي إِلَيْهِ مِنْ ذَنْبٍ ، إِلَّا أَنَّ مَا مَعَهُ لَيْسَ بِأَغْنَى عَنِّي مِنْ هَذِهِ – وَأَخَذَتْ هُدْبَةً مِنْ ثَوْبِهَا – فَقَالَ : كَذَبَتْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنِّي لَأَنْفُضُهَا نَفْضَ الأَدِيمِ ، وَلَكِنَّهَا نَاشِزٌ ، تُرِيدُ رِفَاعَةَ …

“Bahwasanya seorang lelaki dari bernama Rifa’ah menalak (menceraikan) istrinya. Kemudian, wanita ini dinikahi Abdur Rahman bin Az-Zabir Al-Qurazhi.

Aisyah berkata, ‘Dia (wanita tersebut) memiliki kerudung hijau. Dia mengadukan ke Aisyah, dan menampakkan kulitnya yang kehijauan (frigid).

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang, dan para wanita saling mendukung, ‘Aisyah berkata, ‘Aku belum pernah melihat wanita-wanita mukminah seperti ini. Sungguh kulitnya lebih hijau dibandingkan pakaiannya.’”

Ikrimah melanjutkan ceritanya, “Ketika Abdur Rahman bin Az-Zabir mendengar bahwa istrinya melapor kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia pun menyusul datang dengan membawa dua anak laki-lakinya dari istrinya yang lain. Untuk membuktikan, dia lelaki jantan.

Wanita tersebut mengadukan suaminya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Demi Allah, dia tidak membuat kesalahan kepadaku. Hanya saja, dia tidak punya sesuatu yang bisa memuaskanku, selain seperti ini. Dia pun memegang ujung kainnya.’ Maksud wanita ini adalah “punya” Abdurrahman loyo.

Abdurrahman langsung menyanggah, ‘Dia bohong! Demi Allah, wahai Rasulullah! Sungguh aku sudah benar-benar ‘menggoyangnya’ seperti goyangnya bumi, tetapi dia durhaka (kepadaku). Dia masih ingin dengan Rifa’ah (mantan suaminya).’” (HR. Bukhari no. 5825)

Terkait hal ini Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan,

فيه جواز إفشاء السر إذا زال ما يترتب على إفشائه من المضرة؛ لأنَّ الأصل في السرِّ الكتمان، وإلا فما فائدته

“Dari hadis tersebut didapatkan kesimpulan bolehnya membuka rahasia ranjang jika hilang apa yang menjadi sebab dilarangnya, yaitu bahaya yang muncul. Karena hukum asal rahasia (ranjang) adalah disembunyikan, kecuali ada faidahnya.” (Fathul Bari, 11: 83)

Demikian, semoga bermanfaat.

Penulis: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/70834-menyebarkan-rahasia-ranjang-di-sosial-media-dan-testimoni-obat-kuat.html

10 Doa Indah yang Sering Dipanjatkan Rasulullah

Rasulullah akan berdoa kepada Allah SWT dalam setiap situasi dan dalam semua keadaan dan dia biasa mengajar para sahabatnya untuk melakukannya karena mengingat Allah berarti menghubungkan kepada-Nya.

Ada begitu banyak doa yang biasa diucapkan Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-harinya, tetapi ada beberapa yang doa terindah diantaranya:

Pertama, 

 حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْخَطْمِيِّ الأَنْصَارِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فِي دُعَائِهِ ” اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ لِي فَرَاغًا فِيمَا تُحِبُّ

dari Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bahwa beliau mengucapkan Ya Allah, rizkikanlah kepadaku kecintaanMu, dan kecintaan orang yang memberiku manfaat kecintaannya di sisiMu. Ya Allah, apa yang Engkau rizkikan kepadaku diantara yang aku cintai maka jadikanlah kekuatan untukku melakukan apa yang Engkau cintai. Ya Allah, dan apa yang Engkau jauhkan dariku diantara apa yang aku cintai maka jadikahlah kesempatan bagiku untuk melakukan apa yang Engkau cintai“( HR Tirmidzi )

Kedua , Anas berkata,

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka (HR Bukhari)

Ketiga, Dikisahkan Sa`d bin Abi WaqqasNabi (saw) biasa mengajari kita kata-kata ini seperti dia mengajari kita Alquran)

Allahumma inni a’udzu bika minal jubni wal bukhli, wa a’udzu bika min an uradda ila ardzalil ‘umur, wa a’udzubika min fitnatid dunya, wa a’udzu bika min fitnatil qabri

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada umur yang paling hina (kepikunan), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kubur.”

Keempat, 

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَوالغِنَى

Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.

Kelima ,

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَيُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dalam sujudnya mengucapkan do’a, Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi

Keenam,  

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu

Ketujuh,

اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا 

Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah ilmu kepadaku”.

Kedelapan, 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu 

Kesembilan, “Ibnu Mas’ud mengatakan salah satu doa Rasulullah adalah, 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالْفَوْزَ بالْجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ

Ya Allah, aku mohon rahmat-Mu dan sarana pengampunan-Mu, keselamatan dari setiap dosa, manfaat dari setiap perbuatan baik, kesuksesan dalam mencapai surga-Mu, dan pembebasan dari api neraka.

Kesepuluh, Ibnu ‘Abbas berkata Rasulullah SAW pernah berkata ketika dia dalam kesusahan, 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

‘Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Lemah-Lembut, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan Pemilik Arsy yang agung, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan pemilik langit dan bumi, dan pemilik Arsy yang mulia.

//n Ratna Ajeng Tejomukti

IHRAM

Ketika Terjadi Bencana, Bacalah Asmaul Husna Ini Agar Selamat

Dalam Islam, kita dianjurkan untuk banyak berzikir dan berdoa kepada Allah dengan menyebut dan membaca nama-nama Allah atau disebut dengan asmaul husna. Berzikir dan berdoa dengan asmaul husna, selain menjadi wasilah terkabulnya doa, juga memiliki manfaat untuk mendatangkan banyak kebaikan dan menghilangkan banyak keburukan, kesulitan dan terjadi bencana.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Khawash Asma-il Husna li Al-Tadawi wa Qadha-il Hajat berikut;

فَالَّذِي يَدْعُو بِهَا فَقَدِ اسْتَجْلَبَ الْخَيْرَ كُلَّهُ لِنَفْسِهِ وَجَعَلَ الْوِقَايَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الشَّرِّ كُلِّهِ، فَإِذَا قُلْتَ مَثَلًا الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ الرَّحْمَةَ، وَإِذَا قُلْتَ: اللَّطِيْفُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ اللُّطْفَ… الخ

Orang yang berdoa dengan asmaul husna, maka dia telah meminta kebaikan seluruhnya, dan membuat pencegahan di antara dirinya dan keburukan seluruhnya. Jadi apabila kamu menyebut ‘Al-Rahman Al-Rahim’, maka kamu telah meminta rahmat, dan jika kamu menyebut ‘Al-Lathif’, maka kamu telah meminta kelembutan, dan seterusnya.

Dalam kitab Al-Nujum Al-Zahirah li Saliki Thariq Al-Akhirah, Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith menyebutkan bahwa menurut Imam Ahmad bin Hasan Al-Ath-thas, di antara asmaul husna yang senantiasa dibaca oleh ahli bait dan keturunan Nabi Saw ketika terjadi bencana atau sedang berada dalam kesulitan, adalah sebagai berikut;

يَا لَطِيْفُ يَا خَبِيْرُ

Yaa lathiifu, yaa khobiiru.

Wahai Dzat Yang Maha Lembut, wahai Dzat Yang Maha Mengenali.

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith berkata sebagai berikut;

قال سيدنا الامام احمد بن حسن العطاس نفع الله به: ومن دعاء اهل البيت في كشف ما اهمهم اذا دهمهم امر اونزلت بهم نازلة: يَا لَطِيْفُ يَا خَبِيْرُ

Imam Ahmad bin Hasan Al-Ath-thas berkata; Di antara doa ahli bait untuk menghilangkan perkara yang menyusahkan mereka, jika mereka tertimpa musibah dan terjadi bencana, adalah: Yaa lathiifu, yaa khobiiru.

BINCANG SYARIAH

Lima Hadist Merawat Anak Perempuan

Anak perempuan yang terlahir membawa hadiah dan berkah yang besar bagi orang tuanya.  Jika kita merawat, mencintai. Mendukung, dan mendidik anak perempuan dengan benar maka surga firdaus menanti.

Di bawah ini beberapa hadits yang membahas tentang hikmah merawat anak perempuan: 

Pertama, surga untuk orang tua 

مَنْ كَانَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهَا، وَلَمْ يُهِنْهَا، وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا،  قَالَ: يَعْنِي الذُّكُورَ  أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ

Dikisahkan Abdullah bin Abbas (ra dengan dia), Nabi (saw) berkata, Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengutamakan anak laki laki, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga”. (HR Ahmad).

Kedua, jaminan surga untuk orang tua yang merawat tiga anak perempuan 

 جَابِرٌ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كُنَّ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيهِنَّ وَيَرْحَمُهُنَّ وَيَكْفُلُهُنَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ قَالَ وَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ قَالَ فَرَأَى بَعْضُ الْقَوْمِ أَنْ لَوْ قَالُوا لَهُ وَاحِدَةً لَقَالَ وَاحِدَةً

Jabir Ibnu Abdullah, berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan, memberinya tempat tinggal, menyayanginya dan menanggungnya maka dia pasti mendapatkan syurga”. (Jabir bin Abdullah radliyallahu’anhuma) berkata; ada yang bertanya. Wahai Rasulullah, jika hanya dua? (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab, “Walau hanya dua”. (Jabir bin Abdullah radliyallahu’anhuma) berkata; maka sebagian kaum berpendapat: jika ada yang bertanya dengan hanya satu, maka beliau akan menjawabnya.

Ketiga, perlindungan api neraka 

A’isyah menceritakan, Suatu hari, ada seorang ibu bersama dua putrinya menemuiku untuk meminta sesuatu. Namun aku tidak memiliki makanan apapun selain satu buah kurma. Akupun memberikan satu kurma itu ke sang ibu. 

Kemudian dia membagi dua kurma itu dan memberikannya kepada anak-anaknya, sementara dia tidak memakannya. Lalu dia keluar dan pergi.

Setelah itu, Nabi datang dan aku ceritakan kejadian itu kepada beliau. Lalu beliau bersabda:

مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

“Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi tameng baginya di Neraka.” (HR: Ahmad

Keempat, perisai api neraka di hari kiamat, 

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ وَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّار

“Barangsiapa memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar dalam menghadapinya serta memberikan pakaian kepadanya dari hasil usahanya, maka anak-anak itu akan menjadi dinding pemisah baginya dari siksa Neraka.” (HR: Al-Bukhari)

Kelima, bersahabat dengan Rasulullah di akhirat

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ» وَضَمَّ أَصَابِعَه

“Siapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat, antara saya dan dia seperti ini. Beliau menggabungkan jari-jarinya.” (Muslim).

//n Ratna Ajeng Tejomukti

IHRAM

Doa Bersyukur Ketika Terselamatkan dari Musibah yang Menimpa Orang Lain

Sakit, musibah, atau bencana bisa datang tanpa diduga dan dikira. Bahkan bisa menimpa siapa saja baik kita, sanak saudara atau tetangga. Maka, sudah sepatutnya kita bersyukur ketika terselamatkan dari musibah yang menimpa orang lain.

Saat kita melihat orang lain tertimpa musibah sedangkan kita diselamatkan oleh Allah, sebaiknya segera amalkan doa berikut ini. Doa ini diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Umar, dari bapaknya Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

مَنْ رَأَى صَاحِبَ بَلاَءٍ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِى عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً إِلاَّ عُوفِىَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلاَءِ كَائِنًا مَا كَانَ مَا عَاشَ

“Siapa saja yang melihat yang lain tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan;

‘Alhamdulillahilladzi ‘aafaani mimmab talaaka bihi, wa faddhalanii ‘ala katsiirim mimman khalaqa tafdhilaa’

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari musibah yang menimpamu dan benar-benar memuliakanku dari makhluk lainnya.

Kalau kalimat itu diucapkan, maka ia akan diselamatkan dari musibah tersebut, musibah apa pun itu semasa ia hidup.” (HR. Tirmidzi, no. 3431; Ibnu Majah, no. 3892)

Doa Bersyukur Ketika Melihat Orang Lain Tertimpa Musibah

Lafaz doa dalam Arab, latin dan artinya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِى عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً

‘Alhamdulillahilladzi ‘aafaani mimmab talaaka bihi, wa faddhalanii ‘ala katsiirim mimman khalaqa tafdhilaa’

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari musibah yang menimpamu dan benar-benar memuliakanku dari makhluk lainnya.

Doa ini baiknya diucapkan dalam hati atau lirih agar tidak sampai terdengar orang yang tertimpa musibah baik musibah urusan dunia maupun agama.

Selain itu, doa bersyukur ketika terselamatkan dari musibah yang menimpa orang lain juga sebagai bentuk rasa syukur karena Allah memilih untuk melindungi kita dari orang lain. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang semakin baik lagi. Aamiin. [Wnd]

CHANEL MUSLIM

9 Alasan Heraclius Yakin Muhammad adalah Seorang Nabi

Dilansir di aboutislam.net, Selasa (7/12), setelah Perjanjian Hudaibiyah, Nabi mengirim banyak surat kepada para pemimpin dan penguasa tetangga untuk mengajak mereka masuk Islam. Dia mengirim Dihyah al-Kalbi dengan surat yang ditujukan kepada Kaisar Romawi Timur Heraclius. Dia memerintah wilayah Timur Tengah yang luas pada waktu itu.

Surat ini mungkin dikirim kepadanya pada tahun 628 M. Heraclius sedang berada di Yerusalem pada waktu itu untuk merayakan kemenangannya atas Persia. Surat itu diberikan kepada gubernur Busra, yang menyampaikannya kepada Kaisar. 

Kaisar tertarik dengan surat yang mulia ini. Dia ingin tahu lebih banyak tentang orang yang mengiriminya surat ini dan apakah dia benar-benar utusan Allah. Pada saat Rasulullah mengadakan gencatan senjata dengan Abu Sufian dan orang-orang kafir Quraisy. Jadi Abu Sufian dan teman-temannya pergi ke Heraclius di Ilya’ (Yerusalem). 

Heraclius memanggil mereka di pengadilan. Heraclius berkata kepada penerjemahnya untuk menyampaikan kepada Rasulullah tentang alasan keyakinannya bahwa Rasulullah adalah utusan Allah:

Pertama, dia bertanya tentang keluarganya dan jawaban Abu Sufyan adalah bahwa dia termasuk keluarga bangsawan. Faktanya, semua Rasul berasal dari keluarga bangsawan di antara bangsanya masing-masing.

Kedua, dia bertanya apakah ada orang di antara kaum anda yang mengklaim hal seperti itu, dan jawaban Abu Sufyan tidak. Jika dia menjawab ya, Heraclius akan berpikir bahwa orang ini meniru perkataan orang sebelumnya. 

Ketiga, dia bertanya apakah salah satu dari nenek moyangnya adalah seorang raja. Jawaban Abu Sufyan adalah tidak. Jika dia menjawab ya, Heraclius akan berpikir bahwa pria itu ingin mengambil kembali tahta kerajaan leluhurnya.

Keempat, dia  lebih lanjut bertanya apakah dia pernah dituduh berbohong sebelum dia mengatakan apa yang dia katakan, dan jawaban Abu Sufyan tidak. Jadi Heraclius bertanya-tanya bagaimana seseorang yang tidak berbohong tentang orang lain bisa berbohong tentang Allah.

Kelima, dia kemudian bertanya apakah orang kaya mengikutinya atau orang miskin. Abu Sufyan menjawab bahwa orang miskinlah yang mengikutinya. Faktanya, orang miskin selalu menjadi pengikut para Rasul.

Keenam, dia bertanya apakah pengikutnya bertambah atau berkurang. Abu Sufyan menjawab bahwa mereka meningkat.  Sesungguhnya, inilah jalan iman yang benar, sampai sempurna dalam segala hal.

Ketujuh, dia bertanya apakah ada orang yang setelah menerima agamanya menjadi tidak senang dan meninggalkan agamanya. Jawaban Abu Sufyan adalah tidak. 

Sesungguhnya inilah tanda iman yang sejati, ketika kenikmatannya menembus lubuk hati yang terdalam 

Kedelapan, dia bertanya apakah dia pernah berkhianat dan jawaban Abu Sufyan tidak. Demikian juga, para Rasul tidak pernah berkhianat.

Kesembilan, dia bertanya apa yang dia perintahkan untuk Abu Sufyan lakukan, dan jawaban Abu Sufyan adalah dia memerintahkan untuk menyembah Allah, dan tidak menyembah apa pun bersama-Nya dan melarang untuk menyembah berhala dan memerintahkan untuk berdoa, berbicara kebenaran dan menjadi suci. 

Jika apa yang Abu Sufyan katakan itu benar, dia akan segera menempati tempat ini. Heraclius tahu dari tulisan suci bahwa dia akan datang tetapi dia tidak tahu bahwa Rasulullah akan datang dari bangsa arab.

Jika Rasulullah bisa menghubunginya, Heraclius akan segera pergi menemuinya dan jika dia bersamanya, Heraclius pasti akan membasuh kakinya.

IHRAM