Doa-doa Nabi Ibrahim bahkan termaktub dalam kitab suci Al-Quran, salah satunya doa kepada Kota Makkah
NABI IBRAHIM ‘alaihissalammerupakan tokoh penting yang menjadi contoh tauladan bagi umat Islam. Kisah Nabi Ibrahim AS banyak diabadikan dalam Al-Quran.
Hal ini karena Nabi keenam ini memiliki banyak kisah-kisah menarik yang patut diambil pelajaran darinya. Begitu istimewanya bapak agama tauhid ini, sampai umat Islam bershalawat kepadanya setiap saat.
Doa-doa Nabi Ibrahim bahkan termaktub dalam kitab suci Al-Quran. Di antara doa yang terkenal darinya adalah doa kepada Kota Makkah.
Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar Kota Makkah dijadikan Kota yang aman dan melimpah adalah cita-cita setiap Muslim. Karena dalam keadaan aman, seseorang bisa beribadah kepada Allah dengan tenang dan optimal tanpa ada gangguan sedikitpun.
Dalam sebuah hadist disebutkan:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian yang bangun tidur dalam keadaan aman di rumahnya, sehat badannya, dan mendapatkan makanan (pokok) pada harinya, seakan akan telah diberi kepadanya dunia dan semua isinya.” (HR: Ibnu Majah).
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖيمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: Al-Baqarah [2]: 126).
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebelum doa Nabi Ibrahim, Makkah sudah di karuniakan Allah, sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Sebagaimana di dalam hadist Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda pada waktu Fathu Makkah:
قالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَومَ الفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ، لا هِجْرَةَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وإذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا. وَقالَ يَومَ الفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ، إنَّ هذا البَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَومَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ، فَهو حَرَامٌ بحُرْمَةِ اللهِ إلى يَومِ القِيَامَةِ
“Sesungguhnya kota Makkah ini telah diharamkan Allah pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Maka Makkah adalah haram, karena Allah mengharamkannya sampai hari Kiamat.”
Kemudian setelah doa Nabi Ibrahim pada ayat di atas, Allah memperbaharui status tanah Makkah menjadi tanah haram. Ini sesuai hadist Zaid bin Ashim bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إنَّ إبْراهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ ودَعا لأَهْلِها
“Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Makkah dan berdoa untuk penduduknya.” (HR: Muslim).
Setelah berdoa untuk keamanan kota Makkah, Nabi Ibrahim berdoa untuk keberkahan Makkah dengan memohon agar penduduknya diberi rezeki dari buah-buahan. Hal itu biasanya jika suatu negara aman, maka ekonomi akan berkembang dengan banyaknya investor yang masuk baik dari dalam maupun luar negeri.
Para pedagang dan pelaku bisnis pun dengan tenang melakukan aktivitas mereka tanpa di liputi rasa takut. Hubungan antara keamanan dan ekonomi sangai erat sekali. Dan ini jauh sebelumnya telah di gambarkan Allah di dalam firman-Nya,
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۭ ٤ ﵞ
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.” (QS: Quraisy [106]: 1-4).
Pada surah di atas menggambarkan dua hal:
Pertama, Allah memberikan kepada mereka makan (pertumbuhan ekonomi yang baik),
Kedua, Allah yang memberikan rasa aman
Rezeki yang disebut dalam ayat ini berupa buah-buahan dan juga sering disebut pada ayat- ayat lain di antaranya dalam firman-Nya,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS: Al-Baqarah [2]: 153).
Pada ayat ini disebutkan bahwa salah satu bentuk musibah adalah kekurangan buah-buahan.
Ini dikuatkan dalam firman-Nya,
وَلَقَدْ اَخَذْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِيْنَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ
“Dan sungguh, Kami telah menghukum Fir‘aun dan kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran.” (QS: Al-A’raf [7]: 130).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Fir’aun dan para pengikutnya diuji oleh Allah dengan musim paceklik dan kekurangan buah-buahan. Keterangan di atas menunjukkan pentingnya buah-buahan dalam kehidupan manusia dan dia adalah sebaik-baik rezeki.
Salah satu kelebihan buah- buahan bahwa dia makanan langsung dari Allah, yang menumbuhkan, memberikan rasa serta yang memberikan gizi di dalamnya adalah Allah tanpa ada campur tangan dari manusia. Berbeda dengan makanan lain, yang kadang harus diolah dulu oleh tangan manusia.
Yang menarik bahwa buah-buahan yang diberikan Allah kepada penduduk-penduduk Makkah tidak harus tumbuh di kota Makkah, tetapi buah-buahan tersebut datang dari berbagai pelosok daerah di bumi ini. Bahkan banyak dari buah-buahan beredar di kota Makkah, justru dari negara-negara lain, yang sebenarnya tanahnya lebih subur daripada kota Makkah.
Di sinilah Allah menampakkan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya yang sangat luas di depan manusia. Nabi Ibrahim berdoa memohon keamanan dan rezeki untuk orang beriman kepada Allah dan hari akhir secara khusus.
Tetapi Allah menjawab bahwa rezeki-Nya untuk semua manusia, baik manusia yang beriman maupun kafir. Bedanya bahwa rezeki yang diberikan kepada orang kafir sifatnya sementara dan dianggap Allah hanyalah kenikmatan yang sedikit, karena setelah itu mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Hal seperti ini banyak disebut di dalam firman-Nya, di antaranya:
Firman-Nya dalam Surah Hud ayat 48
Aقِيلَ يَٰنُوحُ ٱهْبِطْ بِسَلَٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” (QS: Hud [11] : 48)
Firman-Nya dalam Surah Ali- Imran ayat 196-197
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلَادِۗ، متاع قليل ثم مأواهم جهنم وبئس المهاد
“Jangan sekali-kali kamu te rperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal.” (QS: Ali-Imran [3]: 196-197 )
Firman-Nya dalam Surah Al-Mursalat ayat 46,
كُلُوْا وَتَمَتَّعُوْا قَلِيْلًا اِنَّكُمْ مُّجْرِمُوْنَ
(Katakan kepada orang-orang kafir), “Makan dan bersenang-senanglah kamu (di dunia) sebentar, sesungguhnya kamu orang-orang durhaka!” (QS: Al-Mursalat [77] : 46)
Firman-Nya dalam Surah Az-Zumar ayat 8,
وَاِذَا مس الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهٗ مُنِيْبًا اِلَيْهِ ثُمَّ اِذَا خَوَّلَهٗ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُوْٓا اِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلّٰهِ اَنْدَادًا لِّيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيْلًا ۖاِنَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِ
“Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya; tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka.” (QS: Az-Zumar [39]: 8).
Itulah beberapa dalil tentang kenikmatan yang sementara bagi orang-orang kafir. Wallahu ‘Alam.*/Tafsir An-Najah, diasuh Dr An-Najah, dari Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)
HIDAYATULLAH