Kisah Syekh As-Syibli Saat Dituduh Gila

Artikel di bawah ini akan mengisahkan tentang kisah Syekh As-Syibli saat dituduh gila oleh orang lain. Syekh Fariduddin Attar dalam karyanya Tadzkiratul Auliya’ Juz I, halaman 533, mengisahkan kisah tersebut.

Syekh As-Syibli keluar rumah untuk menghilangkan kejenuhannya. Ketika ia telah sampai pada suatu tempat, ia menulis lafadz Allah pada tempat yang disinggahinya. Tiba-tiba ia mendengar suara, “Wahai As-Syibli sampai kapan kamu mencari lafadz itu, kalau kamu ingin menemukan lafadz yang kamu tulis, datanglah ke gurun pasir”.

Tanpa pikir panjang Syekh As-Syibli mendatangi gurun pasir untuk mencari keberadaan lafadz Allah, yang telah ditunjukkan oleh suara misterius itu. Ungkapan suara misterius itu, menusuk relung hati Syekh As-Syibli, sehingga ia tenggelam dalam kerinduannya kepada Allah.

Ketika kerinduan Syekh As-Syibli kepada Allah memuncak, ia melemparkan tubuhnya ke sungai namun ombak menghempaskan tubuh Syekh As-Syibli ke tepi pantai. Kemudian tubuh Syekh As-Syibli masuk ke kobaran api yang membara, namun tubuhnya tidak terbakar, bahkan tidak merasakan kepanasan.

Syekh As-Syibli mendatangi hewan yang buas, dan mencoba mendekatinya supaya tubuhnya di terkam, tetapi tidak ada satu hewanpun yang mendekati tubuhnya, hewan-hewan yang buas menghindari tubuhnya bahkan menjauhinya.

Terakhir Syekh As-Syibli pergi ke gunung yang sangat tinggi, ia melompat dari gunung yang tinggi tersebut, namun angin yang kencang membawa tubuh Syekh As-Syibli, sehingga tubuhnya jatuh ke bumi dengan selamat tanpa ada yang lecet sedikitpun.

Setelah itu, Syekh As-Syibli menjerit, seraya berkata, “Celakalah orang yang tidak diterima oleh air, api, hewan buas, dan gunung”. Tiba-tiba ada suara misterius yang menyatakan: 

من كان مقبول الحق لا يقبله غيره

Artinya: Barangsiapa yang keberadaanya diterima oleh yang haq, maka ia tidak diterima oleh yang lainnya.

Setelah kejadian itu, Syekh As-Syibli dituduh gila oleh orang sekitarnya, ia diikat dengan rantai besi. Dan ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa, setiap orang yang lewat di depannya, mereka berujar, “Ini orang gila”. Syekh As-Syibli menjawab, “Aku orang gila, kalian orang waras, semoga Allah menambahkan kegilaanku”.

Sekelompok orang pernah menjenguk Syekh As-Syibli ke rumah sakit jiwa, kemudian Syekh As-Syibli berujar, “Siapa kalian”. Mereka menjawab, “Kami adalah temanmu dan orang yang mencintaimu”. Tiba-tiba Syekh As-Syibli mengambil batu dan melemparnya, mereka lari karena takut terkena lemparannya. 

Lalu Syekh As-Syibli berujar, “Kalian semua pembohong, kalau kalian temanku dan mencintaiku, kalian tidak akan lari dari cobaanku, kalian mencintai kalian sendiri, dan kalian tidak mencintaiku”.

Demikian penjelasan terkait kisah Syekh As-Syibli saat dituduh gila. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Pentingnya Memahami Kondisi Riil dan Tantangan dalam Manasik Haji: Program Sertifikasi Kemenag

Pelaksanaan ibadah haji dipandu oleh para pembimbing yang memiliki peran sentral. Oleh karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) telah meluncurkan program sertifikasi guna memastikan kompetensi para pembimbing dalam menghadapi tantangan nyata dalam manasik haji.

Pentingnya Peran Pembimbing dalam Ibadah Haji

Pembimbing haji memiliki peran kunci dalam memandu jamaah dalam melaksanakan ibadah haji. Dalam upaya meningkatkan kualitas pemandu ini, Kemenag menggelar program sertifikasi yang bertujuan untuk memastikan mereka memiliki kualifikasi dan pemahaman yang diperlukan.

Mengatasi Tantangan Nyata dalam Manasik Haji

Proses sertifikasi yang diadakan Kemenag tidak hanya mengandalkan metode klasikal dan pemahaman teoritis semata. Menurut Arsad Hidayat, Direktur Bina Haji Kemenag, program sertifikasi juga mengintegrasikan praktik lapangan sebagai bagian penting dari proses pembelajaran.

Tujuan dari pendekatan ini adalah agar para pembimbing haji mampu memahami secara menyeluruh proses manasik haji, baik dari sisi teori maupun praktik. Lebih dari itu, mereka juga diharapkan memahami kondisi sebenarnya di lapangan serta dinamika permasalahan yang mungkin muncul. Hal ini bertujuan untuk memungkinkan para pembimbing memberikan pemahaman yang mendalam kepada para jamaah.

Arsad Hidayat menjelaskan, “Sertifikasi tidak hanya sekadar teori. Para peserta sebenarnya akan diajak untuk memahami dan menerapkan secara praktis, sehingga mereka dapat menjelaskan dengan lengkap mengenai manasik haji kepada para jamaah. Ini termasuk pemahaman mengenai kondisi sebenarnya dan berbagai permasalahan yang mungkin timbul di Makkah dan Madinah.”

Program Sertifikasi dalam Praktek

Saat ini, Kemenag sedang menyelenggarakan Program Sertifikasi Pembimbing di Bandung. Kegiatan ini melibatkan 100 ASN Kementerian Agama dari berbagai daerah.

Kegiatan tersebut diatur oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam jadwal yang telah ditetapkan, program sertifikasi berlangsung dari tanggal 14 Agustus hingga 18 Agustus 2023.

Khalilurrahman, Kasubdit Bimbingan Jamaah, menjelaskan bahwa proses sertifikasi berlangsung selama lima hari. Setelah tiga hari penuh dengan pembelajaran teori, peserta akan mengikuti sesi praktik lapangan.

Peserta sertifikasi akan terlibat dalam praktik manasik haji di Masjid Al Jabar Bandung. Kegiatan ini melibatkan para peserta yang akan mengenakan pakaian ihram dan menjalankan langkah-langkah yang sesuai dengan ibadah haji.

Selain praktik, para peserta juga akan mendapatkan penjelasan mengenai skenario pelaksanaan manasik haji oleh KH. Adam Anhari. Mereka juga akan membentuk kelompok kloter yang terdiri dari berbagai regu dan rombongan, yang dipimpin oleh ketua ragu atau ketua rombongan.

“Selain materi teori, peserta sertifikasi juga akan diberikan pengalaman langsung dalam praktik dan simulasi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat lebih memahami kondisi lapangan beserta segala tantangan yang mungkin muncul,” jelas Arif Rahman, Ketua Panitia Manasik.

sumber IHRAM

Hikmah Penciptaan Jin dan Manusia Menurut Fatwa Ulama

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin: Mengungkap Hikmah Penciptaan Jin dan Manusia

Pertanyaan dan Jawaban tentang Hikmah Penciptaan Jin dan Manusia menurut Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Pertanyaan:

Mengapa Allah menciptakan jin dan manusia?

Jawaban:

Sebelum menjawab pertanyaan ini, penting untuk mengingat prinsip umum tentang ciptaan dan ketetapan Allah.

Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta’ala,

وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Dan Dia Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. At-Tahrim: 2)

Dan juga firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيماً حَكِيماً

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa’: 24)

Prinsip ini diterapkan pada banyak ayat lain yang menunjukkan hikmah dalam ciptaan Allah, baik dalam tatanan alam dan syariat. Tidak ada yang diciptakan Allah yang tidak memiliki hikmah, baik dalam manifestasi fisiknya maupun tidak. Demikian pula, tidak ada perintah atau larangan yang Allah tetapkan tanpa hikmah. Meskipun kita tidak selalu paham sepenuhnya tentang hikmah ini, Allah memberikan pemahaman kepada sebagian hamba-Nya.

Berdasarkan kaidah tersebut, maka kita katakan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia karena hikmah yang agung dan tujuan yang terpuji, yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al-Qiyamah: 36)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah memiliki hikmah yang agung ketika menciptakan jin dan manusia, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Sedangkan definisi ibadah adalah,

التذلل لله عزوجل محبة وتعظيما بفعل أوامره واجتناب نواهيه على الوجه الذى جاءت به شرائعه

Merendahkan diri (tunduk) kepada Allah diiringi rasa cinta dan pengagungan dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan aturan syariat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء

Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Inilah hikmah dibalik penciptaan jin dan manusia. Dengan pemahaman ini, mereka yang mendurhakai Allah dan enggan beribadah menunjukkan bahwa mereka acuh tak acuh pada hikmah penciptaan ini. Tindakan seperti itu mengindikasikan bahwa mereka menganggap penciptaan makhluk ini sia-sia dan tak bermakna. Meskipun mereka tidak mengatakannya secara eksplisit, sikap ini merupakan konsekuensi dari durhaka dan kesombongan dalam taat kepada Allah.”

MUSLIMorid

Arab Saudi Beri Pengajaran Bahasa China di Sejumlah Sekolah

Kementerian akan mendorong fasilitator dalam proses pengajaran bahasa Mandarin.

Departemen pendidikan di berbagai wilayah dan provinsi di seluruh Arab Saudi telah menyelesaikan prosedur pemilihan sekolah menengah negeri dan swasta. Di tahun ajaran baru ini, Saudi akan menerapkan program pengayaan bahasa China di kelas dua selama semester pertama.

Dalam program tersebut, akan ada sejumlah sekolah yang ditargetkan untuk diberikan pengajaran bahasa China di bawah masing-masing departemen pendidikan, menurut sebuah laporan di harian lokal berbahasa Arab Al-Watan, dilansir Saudi Gazette, Jumat (18/8/2023).

Ini merupakan bagian dari pelaksanaan tahap ketiga penerapan sistem jalur yang meliputi pengajaran bahasa Mandarin, kursus baru, proyek kelulusan, bidang pilihan, bimbingan untuk kelas kecakapan, pendidikan hibrida, dan kerelawanan.

Kementerian Pendidikan Arab Saudi akan mendorong fasilitator dalam proses pengajaran bahasa Mandarin. Biasanya, fasilitator berkonsentrasi pada proses pembelajaran dengan mendorong kolaborasi dan belajar mandiri.

Guru lebih fokus pada penyampaian konten, sedangkan fasilitator merangsang diskusi, mengajukan pertanyaan untuk membuat kelompok berpikir, dan mendorong komunikasi antar rekan.

Panduan menteri, yang diberikan kepada departemen pendidikan, menekankan bahwa departemen pendidikan akan membagikan setidaknya satu kelas kecakapan per pekan di seluruh semester, untuk mengimplementasikan program bahasa Mandarin, dan menugaskannya kepada seorang fasilitator. Mereka berperan mendukung dan membimbing siswa untuk belajar mandiri.

Program ini kemudian akan diterapkan kembali pada bagian siswa baru untuk setiap semester, dan bahan pengayaan khusus akan disediakan untuk aplikasi bersama dengan alat evaluasi. Sekolah lainnya memiliki pilihan untuk menerapkan atau berinvestasi dalam kelas kecakapan sesuai dengan apa yang dianggap perlu jika ada keinginan untuk melaksanakan pemberitahuan dari Departemen Pengawasan Pendidikan.

Jumlah target siswa laki-laki dan perempuan di Departemen Pendidikan Al-Ahsa di Provinsi Timur adalah sekitar 2950 siswa laki-laki dan perempuan, termasuk 1.415 siswa laki-laki di delapan sekolah dan 1534 siswa perempuan di 10 sekolah.

Panduan ini menekankan bahwa departemen pendidikan harus aktif dalam pengawasan akademik mereka, memantau tingkat pencapaian jam sukarelawan siswa laki-laki dan perempuan, terutama siswa kelas tiga, dan bekerja untuk menyelesaikan jam sukarelawan sebelum akhir semester delapan. Termasuk menginstruksikan departemen untuk mengkonfirmasi penyediaan peluang sukarela untuk siswa pria dan wanita, dengan perlunya pengawasan dan tindak lanjut.

Berkenaan dengan pendidikan campuran atau hibrida, dikeluarkan arahan ke sekolah-sekolah yang mendesak siswa laki-laki dan perempuan untuk mendaftar pendidikan hibrid. Aplikasi yang diajukan dalam hal ini akan diperiksa oleh kelompok kerja menteri.

IHRAM

Viral, Seorang Mualaf Perempuan Mesir Dipaksa Kembali Kristen

Seorang perempuan Mesir yang secara terbuka memeluk agama Islam dan beberapa hari kemudian tampak bersama keluarganya berdoa di dalam Gereja telah menimbulkan kontroversi di media sosial, di tengah-tengah laporan bahwa ia dipaksa untuk kembali memeluk agama Kristen.

Situs-situs media lokal mengidentifikasi wanita muda tersebut sebagai Maryam Samir Fayez, seorang asisten peneliti di Universitas Arish.

Menurut situs-situs tersebut, keluarga perempuan muda itu kehilangan kontak dengannya pada 30 Juli setelah dia mengatakan kepada mereka bahwa dia sibuk. Kemudian, ia muncul dalam sebuah video di YouTube di mana ia mengumumkan bahwa ia telah mualaf dan menunjukkan sertifikat masuk Islam yang secara resmi ditandatangani oleh Al-Azhar, Mesir.

Dalam video tersebut, Maryam menekankan bahwa ia tidak diculik, dan keputusannya adalah atas keinginannya sendiri.

Keluarga wanita muda itu melaporkan bahwa dia telah diculik dan mengatakan bahwa pihak Keamanan Negara telah mengembalikannya ke gereja melalui seseorang bernama Naguib Gabriel.

Gabriel muncul dalam sebuah klip video, bersama dengan wanita muda itu dan keluarganya ketika mereka berdoa di dalam gereja.

Namun, para pengguna media sosial mengatakan bahwa wanita muda itu dipaksa kembali ke agama Kristen.

Selama beberapa tahun terakhir, isu perpindahan agama dari Koptik Mesir ke Islam telah memicu kontroversi yang meluas, di tengah tuduhan bahwa gereja menculik mereka yang mengambil langkah ini, dan memaksa mereka kembali ke agama Kristen.

Para pengguna media sosial juga mengkritik apa yang mereka gambarkan sebagai “kebungkaman Al-Azhar” dalam isu-isu seperti itu, dan kegagalan negara melindungi mereka yang ingin jadi Muslim.*

HIDAYATULLAH

10 Fakta Menarik Perjalanan Sinead O’Connor setelah Memeluk Islam

Dunia musik berduka atas berita meninggalnya legenda ikonik, Sinead O’Connor, yang telah tiada pada usia 56 tahun. Sinead, yang memeluk Islam pada tahun 2018 dan mengambil nama Shuhada’ Davitt, meninggalkan jejak perjalanan hidup yang penuh warna setelah memutuskan untuk mengikuti agama barunya.

Berikut adalah 10 fakta menarik tentang perjalanan Sinead O’Connor setelah memeluk Islam:

  1. Perpindahan ke Islam: Pada tahun 2018, Sinead O’Connor mengumumkan keputusannya untuk memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Shuhada’ Davitt. Keputusan ini mengubah arah hidupnya dan menjadi landasan untuk perjalanan spiritualnya.
  2. Kedamaian dalam Al-Quran: Setelah menjadi seorang Muslim, Sinead menemukan kedamaian dan inspirasi dalam membaca Al-Quran. Kitab suci ini menjadi panduan dan sumber inspirasinya dalam mengarungi kehidupan barunya.
  3. Mengenakan Hijab: Shuhada’ Davitt menunjukkan komitmen agamanya dengan mengenakan hijab. Ia berbagi beberapa foto selfie dengan penuh kebahagiaan, mengenakan hijab di akun media sosialnya.
  4. Adzan dan Kalimat Syahadat: Kepiawaian Sinead O’Connor dalam melantunkan Adzan (panggilan shalat) dan membaca Kalimat Syahadat menarik perhatian banyak orang. Rekaman video dirinya yang mengumandangkan Adzan dan Syahadat menjadi viral di YouTube.
  5. Pengakuan tentang Kesehatan Mental: Sebagai seorang yang terbuka, Shuhada’ Davitt berbagi tentang perjuangannya dengan gangguan bipolar dan kompleks gangguan stres pasca trauma. Pengakuan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang yang juga berjuang dengan masalah kesehatan mental.
  6. Karier Musik dan Pengaruhnya: Sinead O’Connor, yang telah dikenal karena suaranya yang emosional dan pesan-pesan politiknya, telah meninggalkan jejak tak terlupakan dalam dunia musik. Meskipun hit terbesarnya adalah “Nothing Compares 2 U,” karier musiknya tetap diakui dan dihormati.
  7. Kontroversi dan Defiance: Sikap tegas dan berani Sinead O’Connor terbukti dalam tindakan protesnya terhadap Gereja Katolik pada tahun 1992, ketika ia merobek gambar Paus Yohanes Paulus II di acara “Saturday Night Live.” Tindakan kontroversial ini menarik perhatian media dan masyarakat.
  8. Penghargaan dan Pengakuan: Prestasi musiknya telah diakui dengan berbagai penghargaan selama karier musiknya. Warisan seninya akan terus menginspirasi dan meninggalkan jejak dalam dunia musik.
  9. Perjalanan Hidup yang Penuh Warna: Kehidupan Sinead O’Connor penuh dengan perubahan keyakinan, pernikahan, dan tantangan kesehatan mental. Namun, dia tetap berada dalam sorotan publik meskipun tidak merilis hit besar di kemudian hari.
  10. Duka yang Mendalam: Berita meninggalnya Shuhada’ Davitt pada usia 56 tahun meninggalkan kesedihan mendalam di kalangan penggemar musiknya dan masyarakat. Dia akan selalu dikenang sebagai seorang legenda musik yang tak tertandingi.

Sinead O’Connor telah meninggalkan warisan seni dan semangat juang yang menginspirasi banyak orang. Semoga dia mendapatkan ketenangan abadi setelah melewati perjalanan hidup yang penuh warna. Selamat jalan, Shuhada’ Davitt.*/mm

HIDAYATULLAH

Sifat Munafik Penipu Allah

Orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka.

Suatu hari Hanzhalah Al Usayyidiy, salah satu juru tulis Rasulullah SAW bertemu dengan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Dia kemudian ditanya sahabat nomor wahid Rasulullah. “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Dia lantas menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.”

Abu Bakar lantas berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?” Dia pun menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah SAW, kami teringat kepada neraka dan surga sampai-sampai seperti melihatnya di hadapan mata. Saat keluar dari majelis Rasulullah dan bergaul dengan istri dan anak, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa”. Menanggapi perkataan Hanzhalah, Abu Bakar lantas menjawab, “Kami pun begitu.”

Dua sahabat ini kemudian menghadap Rasulullah SAW. Mereka mengadukan masalah yang berkecamuk di dada mereka. Rasulullah lantas menjawab, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau terus menerus dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat. “Rasulullah mengulangi sampai tiga kali.

Kisah yang dikutip dari HR Muslim No. 2750 ini mengisahkan betapa sahabat sangat berhati-hati pada sifat munafik. Padahal, boleh jadi apa yang mereka lakukan merupakan bentuk naik turunnya iman. Layaknya roller coaster, iman seorang manusia memang terkadang di atas, sedangkan lain waktu di bawah.

Meski kualitas keimanan para sahabat tidak diragukan, mereka masih takut terjerembap pada sifat kemunafikan. Mereka boleh jadi sadar rentannya sifat munafik karena orang-orang munafik bukanlah non-Islam. Kita bisa menukil dari QS An-Nisa ayat 142-143 yang secara eksplisit menyebutkan sifat orang munafik.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri dengan shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”

Salah satu ciri orang munafik adalah malas saat melakukan shalat berjamaah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mengisahkan, dua shalat yang paling berat bagi munafik adalah shalat Subuh dan shalat Isya. Padahal, kata Rasulullah, jika mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya meski merangkak. Di dalam QS al-Maun, Allah SWT pun mengecam orang-orang yang melalaikan shalatnya. Allah pun tak segan-segan mencelakai orang yang lalai dalam shalatnya.

Bukan hanya melalaikan shalat, orang munafik pun memiliki empat ciri yang disebutkan salah satu hadis nabi. Dalam satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, ”Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat.” (HR Bukhari).

Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji. Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.

Banyak calon pemimpin di negeri ini yang mengungkapkan seribu satu janji kampanye demi mendulang suara. Tak jarang, kontrak politik pun ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api. Amanah suara rakyat pun dikhianati. Janji sudah diingkari. Kisah pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku Islam, tetapi kerap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap kaum Muslimin.

Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menyebarkan kabar kebohongan seolah sudah menjadi tren di negeri ini. Banyak sekali berita hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si empunya peristiwa. Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfirmasi berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari orang fasik.

“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, tabayunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS al-Hujurat :6).

Ingkar janji juga digolongkan dalam munafik. Orang-orang beriman pun harus berhati-hati dalam menepati janji. Karena itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan agar mengucapkan insya Allah jika hendak berjanji atau memberi harapan. Rasulullah SAW bersabda, ”Berkata Sulaiman bin Daud as: Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan Allah.”

Sulaiman ditegur oleh malaikat, ”Katakanlah Insya Allah.” Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorang pun di antara wanita-wanita itu yang melahirkan anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia. Demi Allah yang nyawaku ada di tangan-Nya, seandainya Sulaiman mengucapkan kata insya Allah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai hajatnya. (HR Bukhari dan Muslim).

Terakhir, yakni berlebihan saat berbeda pendapat atau berselisih. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Perdebatan tanpa ilmu alias debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya kerap kita saksikan di televisi dan kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah sudah memberikan jaminan rumah di pinggiran surga kepada orang yang mampu meninggalkan debat meski dia orang yang benar.

REPUBLIKA

Makna Cinta Tanah Air dalam Islam

Berikut ini makna cinta tanah air dalam Islam. Saat ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia. Selamat hari kemerdekaan yang ke-78 negeri tercinta Republik Indonesia. Di setiap tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia selalu merayakan hari ulang tahun kemerdekaannya.

Tentunya dalam setiap perayaan HUT RI selalu meriah. Berbagai persiapan dilakukan secara matang guna sambut hari istimewa ini.  Sikap inilah yang sering kali kita sebut sebagai nilai nasionalisme dan cinta tanah air. Sudah tahukah kamu sejarah terkait keutamaan nasionalisme dan makna cinta tanah air dalam ajaran Islam?

Makna Cinta Tanah Air dalam Islam

Dalam beberapa hadis, Rasulullah pernah menyebut tentang kecintaan terhadap tanah kelahirannya, yaitu Makkah, Rasulullah pernah bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya: Rasulullah ﷺ bersabda kepada kota Makkah, “Alangkah bagusnya dirimu wahai Makkah dan alangkah cintanya diriku terhadap dirimu, seandainya kaumku tidak mengeluarkanku darimu, niscaya saya tidak akan bertempat tinggal melainkan di selain tanahmu.” (HR. Tirmidzi)

Dalam bahasa Arab, cinta tanah air disebut dengan (hubbul wathan). Perasaan ini hadir dalam bentuk kebanggaan dan ikut rasa memiliki sebuah wilayah tertentu. Hal ini juga membentuk sikap seseorang yang siap dan rela berkorban untuk melindungi wilayahnya tersebut. 

Pentingnya rasa cinta tersebut hadir, tidak heran apabila menjadikannya sebuah tabiat alamiah pada diri manusia. Oleh sebab itu, hadis yang sebelumnya menjelaskan tentang Rasulullah kepada tanah kelahirannya, Makkah. Bukan tanpa sebab, perasaan itu lahir karena rasa memiliki terhadap Makkah itu sendiri.

Kemudian dalam konteks Indonesia, setiap tanggal 17 Agustus diperingati sebagai HUT RI. Hal ini merupakan upaya untuk terus mengobarkan semangat nasionalisme pahlawan bangsa kepada generasi penerus.

Bukan hanya hadis, terdapat ayat Al-Quran yang juga menyinggung tentang pentingnya nasionalisme. Dalam surah al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Selaras dengan pandangan Prof Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat di atas dapat dimaknai sebagai bentuk penisbahan manusia terhadap tanah kelahirannya. Hal ini pula yang mendasari bahwa manusia secara lahir atau kodrati memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya.

Momentum 17 Agustus yang dirayakan untuk memperingati HUT RI adalah bagian dari upaya menjaga sikap nasionalisme itu sendiri. Sebab, para pahlawan terdahulu telah mewariskan semangat kemerdekaan kepada generasi penerus.

Pentingnya memupuk rasa nasionalisme memiliki banyak keutamaan. Berbagai keutamaan tersebut di antaranya mendorong setiap muslim untuk taat terhadap hukum negara, gotong royong membangun masyarakat yang beradab, meningkatkan loyalitas, hingga persatuan.

Kita harus tau bahwa kecintaan terhadap tanah air tidaklah menjelma di atas kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada hukum dan nilai-nilai Islam tetap menjadi prioritas utama bagi seorang muslim, sedangkan cinta tanah air hanya dimaknai dalam kerangka ini.

Demikian makna cinta tanah air dalam Islam. HUT RI yang dilaksanakan setiap 17 Agustus adalah bagian dari memupuk jiwa nasionalisme dalam setiap jiwa umat Islam. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Tak Sekadar Tawakal

Tawakal merupakan salah satu ibadah hati yang diperintahkan Allah Ta’ala. Tawakal mencakup kumpulan (himpunan) dari keimanan dan seluruh urusan hamba itu berkaitan dengan tawakal. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

“Dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61)

Dalam firman-Nya yang lain,

وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23)

Bahkan, para pelaku maksiat dan kemungkaran terkadang juga bertawakal kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Seperti halnya ketika seseorang melakukan syirik kecil dengan menggunakan tamimah (jimat) yang mana ia bertawakal kepada Allah Ta’ala, tetapi berkeyakinan memakai jimat tersebut sebagai sebab atau perantaranya. Padahal Allah Ta’ala telah memperingatkan agar jangan bertawakal dan menjadikan selain Allah Ta’ala sebagai penolong sebagaimana firman-Nya,

أَلَّا تَتَّخِذُوا۟ مِن دُونِى وَكِيلً

“Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” (QS. Al-Isra’: 2)

Tawakal butuh aksi

Tawakal bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Inti dari tawakal adalah penyandaran hati kepada Allah Ta’ala bersamaan dengan melakukan sebab (ikhtiar atau usaha) dan rida kepada keputusan yang Allah Ta’ala tetapkan. Jika usaha yang dilakukan gagal, maka hal tersebut tidak mempengaruhi tawakalnya kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ خُذُوا۟ حِذْرَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An-Nisa: 71)

Allah Ta’ala juga berfirman,

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Dalam firman-Nya yang lain,

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمَا ٱدْخُلُوا۟ عَلَيْهِمُ ٱلْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَٰلِبُونَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, ‘Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.’” (QS. Al-Maidah: 23)

Dari beberapa ayat di atas dapat kita pahami bahwa ketika bertawakal, maka Allah Ta’ala juga perintahkan kita untuk berusaha. Tawakal tanpa usaha termasuk kemalasan, sedang usaha saja tanpa tawakal termasuk kesombongan.

Nabi pun mengambil sebab

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan manusia yang paling bertawakal dan beliau pun menempuh usaha dalam melakukan tawakal sebagaimana hadis berikut.

عن الزُّبير بن العَوَّام رضي الله عنه قال: كان على النبي صلى الله عليه وسلم دِرْعان يوم أحد، فنهض إلى الصَّخرة فلم يستطع، فأَقعد طلحة تحته، فصعد النبي -صلى الله عليه وسلم عليه- حتى استوى على الصخرة

Dari Zubair bin ‘Awwam raḍhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakai dua (lapis) baju besi ketika perang Uhud, lalu beliau bangkit hendak naik ke atas batu besar, namun tidak bisa. Lantas beliau memerintahkan Ṭalhah duduk di bawahnya dan beliau naik di atasnya hingga berdiri tegak di atas batu besar tersebut.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّ اللَّه جَعَلَ رِزْقِي تَحْت ظِلّ رُمْحِي

Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.(HR. Ahmad, dari Ibnu ‘Umar. Lihat Shahih Al-Jami no. 2831)

Burung juga menempuh usaha

Dalam suatu hadis, Umar bin Khattab raḍhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mencontohkan bagaimana tawakalnya seekor burung dengan menempuh usaha.

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Seandainya kalian betul-betul bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. (HR. Ahmad. Lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 310)

Hadis di atas menunjukkan bahwa burung yang telah Allah Ta’ala jamin rezekinya tidak berdiam diri di sangkar, tetapi ia keluar di pagi hari yang dingin dalam kondisi lapar untuk mencari rezeki yang telah Allah tetapkan dan ia pun pulang kembali ke dalam sangkarnya dalam kondisi kenyang.

Tempuh cara yang halal

Bagi seorang muslim, tatkala melakukan tawakal dengan mengambil sebab (usaha) itu haruslah sesuai dengan syariat. Jika melanggar syariat, maka ia telah bertolak belakang dengan makna tawakal. Sebagaimana menyogok untuk mendapatkan pekerjaan atau menyontek saat ujian. Hal demikian tidak teranggap sebagai tawakal.

Tawakal itu berbeda dengan isti’anah

Isti’anah adalah khusus terkait dengan amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, seperti salat, umrah, dan semisalnya. Adapun tawakal, maka lebih luas cakupannya, yakni meminta pertolongan Allah dalam berbagai aspek termasuk di dalamnya isti’anah.

Allah Ta’ala berfirman,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya Engkaulah yang kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Ayat di atas menunjukkan bahwa isti’anah hanya terkhusus pada hal ibadah. Dan isti’anah merupakan bagian dari ibadah. Sehingga ketika melakukan suatu ibadah, kita memerlukan pertolongan dari Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Mu’adz, Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam),

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allahumma ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik

“Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, sahih)

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86816-tak-sekedar-tawakal.html

3 Anugerah yang Diberikan Allah Pada Orang Saleh

Artikel ini akan mengulas ungkapan Syekh Abu Bakar Al-Wasithi tentang tiga anugerah yang diberikan Allah pada orang saleh. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Musa Al-Wasithi. Nama populernya Ibnu Al-Furghani. Beliau hidup di abad ke-4 Hijriah, dan wafat pada tahun 320 Hijriah.

Abu Nu’aim Al-Isfahani dalam karyanya Hilyat Al-Awliya’ Wa Tabaqat Al-Asfiya‘ Juz 1, halaman 350, mengutip ungkapan Syekh Abu Bakar Al-Wasithi. Ungkapan tersebut, terkait tiga tingkatan anugerah Allah yang diberikan Allah kepada hamba yang saleh. 

Adapun kutipannya sebagai berikut:

الناس على ثلاث طبقات: الطبقة الأولى من الله عليهم بأنوار الهداية، فهم معصومون من الكفر والشرك والنفاق، والطبقة الثانية من الله عليهم بأنوار العناية، فهم معصومون عن الكبائر والصغائر، والطبقة الثالثة من الله عليهم بالكفاية، فهم معصومون عن الخواطر الفاسدة، وحركات أهل الغفلة 

Artinya: Manusia terbagi menjadi tiga tingkatan, tingkatan pertama adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah nur hidayah, sehingga mereka menjadi orang-orang yang terjaga dari kekafiran, kesyirikan, dan kemunafikan. 

Tingkatan kedua adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah nur inayah, sehingga mereka menjadi orang-orang yang terjaga dari berbuat dosa besar dan dosa kecil. Tingkatan ketiga adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah perlindungan dari lintasan kerusakan di dalam hati, dan perlindungan dari melakukan tindakan orang-orang yang lupa kepada Allah.

Ungkapan Syekh Abu Bakar Al-Wasithi di atas, dapat kita pahami bahwa seorang hamba yang shaleh akan meraih diantara tiga tingkatan anugerah Allah. Adapun tiga tingkatan tersebut sebagai berikut:

Pertama, seorang hamba yang shaleh dianugerahi Nur Hidayah (cahaya petunjuk) dari Allah. Bila seorang hamba telah dianugerahi Nur Hidayah (cahaya petunjuk) maka ia akan selamat dari kekafiran, kemusyrikan, dan kemunafikan.

Hidayah (petunjuk) adalah hak priogatif Allah, tidak ada campur tangan dari yang lain. Jika Allah tidak menganugerahi hidayah kepada hambanya, niscaya keyakinan seorang hamba akan menyimpang, sesat, dan jauh dari rahmat Allah.

Kedua, seorang hamba yang shaleh dianugerahi Nur Inayah (cahaya pertolongan) dari Allah. Bila seorang hamba tidak dianugerahi Nur Inayah (cahaya pertolongan) maka ia tidak akan bisa menjauhi larangan Allah.

Seorang hamba yang terjerumus kepada perbuatan dosa kecil dan dosa besar, karena ia tidak dianugerahi Nur Inayah (cahaya pertolongan) dari Allah. Sehingga mereka senang berbuat dosa atau kemaksiatan.

Ketiga, seorang hamba yang shaleh dianugerahi Kifayah (kecukupan) dari Allah. Jika seorang hamba tidak dianugerahi Kifayah (kecukupan) dari Allah, niscaya ia tidak akan selamat dari lintasan atau pergerakan hati yang rusak. Dan juga tidak akan selamat dari perilaku orang-orang yang lalai kepada Allah. 

Demikian penjelasan terkait anugerah yang diberikan Allah pada hamba yang saleh. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH