Pentingnya Manasik Haji Sebelum Melaksanakan Ibadah Haji

Perlu ilmu manasik sebelum melaksanakan ibadah haji.

Sebagai umat muslim yanag ingin menjalankan ibadah haji, tentunya perlu mengetahui tata cara beribadahnya. Karena ibadah tersebut tidak setiap hari dilakukan umat muslim dan hanya orang – orang yang mampu untuk berangkat ibadah dan haji. Tentunya perlu ada pembelajaran terkait ibadah tersebut, yaitu manasik haji.

Salah satu kewajiban bagi umat Islam sebelum mengerjakan suatu ibadah adalah mengetahui tata caranya dengan benar, agar ibadah yang dilakukan menjadi sah, seperti ibadah haji misalnya. Orang yang hendak melaksanakan kewajiban rukun Islam yang kelima itu harus tahu semua syarat dan rukunnya, kewajiban dan larangannya, serta hal-hal yang bisa merusak sahnya haji.

Dalam memudahkan semua jamaah haji dalam melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut. Jamaah akan tahu mana yang harus dilakukan saat beribadah dan yang harus ditinggalkan, sehingga bisa menjadikan ibadah hajinya sah. Karena itu, salah satu pesan Imam Nawawi sesuai dalam kitabnya.

“Tidak sewajarnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji untuk tidak mempelajarinya. Saya (Imam Nawawi) tidak hanya membahas seputar haji yang dibutuhkan pada umumnya, namun juga saya jelaskan semua hal-hal yang dibutuhkan oleh orang yang hendak berhaji, sekira tidak ada lagi yang tersisa baginya dari persoalan haji, dan (kitab ini sudah lengkap) sehingga tidak butuh untuk bertanya pada seorang pun,” kata Imam Nawawi, dikutip dari kitabnya Al-idhah fi Manasik al-Hajj wal Umrah, Jumat (23/02/2024).

Perintah berhaji ditemukan pula dalam hadis. Bahkan, salah satu hadis sampai mencapai derajat mutawatir mengenai kewajiban haji. Dengan demikian, muatan hadis tentang haji telah dipastikan memiliki hukum wajib. Seperti yang dijelaskan pada Hadist Riwayat Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda: 

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” 

IHRAM

3 Keutamaan Nisfu Sya’ban Bagi Umat Muslim

Pada tanggal Sabtu [malam Minggu], 25 Februari 2024 umat Islam akan merayakan malam Nisfu Syaban. Malam tersebut memiliki sejumlah keistimewaan. Tiga di antara keutamaan Nisfu Sya’ban adalah menjadi malam dengan penuh kesucian, Allah akan menjaga dan mengucurkan rezeki pada setiap makhluknya.

Keutamaan Nisfu Sya’ban

Pertama malam Nisfu Sya’ban juga sebagai malam penuh kesucian (lailatul bara’ah). Malam ini mengandung berbagai kebaikan, kemudahan rezeki, dan diampuni berbagai dosa manusia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan kemuliaan dari malam Nisfu Syaban yang dimanfaatkan oleh kalangan sahabat untuk berdoa dan meminta ampunan pada Allah SWT.

Sebab, pada kesucian malam Nisfu Syaban tersebut, Allah menurunkan rahmatnya pada orang yang memohon ampunan pada-Nya.

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرَ

Artinya: Ketika malam Nisfu Syaban tiba, maka beribadahlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Ia berfirman:

‘Ingatlah orang yang memohon ampunan kepada Ku maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki kepada-Ku maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepadaKu maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, sehingga fajar tiba. (HR Ibnu Majah)

Malam Mustajab Untuk Berdoa

Selain itu malam Nisfu Syaban terkenal sebagai malam penuh kemustajaban permintaan (lailatu al ijabah). Bahkan, Nabi Muhammad SAW bahkan pernah berpesan terkait mustajabnya berdoa saat Nisfu Syaban. Dalam H.R.ad-Dailamy :

خمس ليال لا ترد فيها دعوة : اول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الجمعة و ليلتا العيدين


Artinya: Ada lima malam yang tidak akan tertolak ketika berdoa (pada malam-malam tersebut), yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, dan dua malam lebaran (malam Idul Fitri dan Idul Adha). (H.R. ad-Dailamy dari Abu Umamah r.a).

Malam Penuh Ampunan


Selanjutnya, ketiga, istimewaan selanjutnya yakni, malam Nisfu Syaban juga sebagai malam penuh ampunan atau lailu ghufran. Pada malam ini umat Islam seyogianya untuk bertaubat kepada Allah SWT. Sebab pada malam penuh ampunan itu, Allah akan mengampuni seluruh dosa hamba-Nya. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Thabrani, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal.

Rasulullah SAW bersabda:

يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ


Artinya: Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan. Demikian semoga bermanfaat.

Demikian penjelasan terkait 3 keutamaan Nisfu Sya’ban bagi umat Muslim. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Mengapa Sifat Manusia Berbeda-beda? Ternyata Berawal dari Penciptaan Nabi Adam

Manusia memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda.

Manusia memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda. Ada yang keras, ada yang kalem, dan lainnya. Namun apa faktor yang membuat manusia memiliki sifat yang beragam itu? Jawaban atas pertanyaan ini diisyaratkan dalam Alquran.

Sejumlah ayat menjelaskan tentang asal mula penciptaan manusia, yaitu dari tanah. Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًا ۚوَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوْٓا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

“Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.” (QS. Gafir ayat 67)

Ayat lain menjelaskannya dengan lebih rinci, seperti pada Surat Al Mu’minun ayat 12, sebagai berikut:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.” (QS. Al Mu’minun ayat 12)

Dr Nadiah Thayyarah, penulis “Sains dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah”, menjelaskan, beberapa ayat dalam Alquran berbicara tentang penciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam.

Ada ayat yang menyebut Nabi Adam tercipta dari tanah, dari sari pati tanah, dari tanah yang liat, dan ada pula ayat yang menyebutkan bahwa Nabi Adam tercipta dari tanah kering seperti tembikar. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (QS. Ar Rahman ayat 14)

Nadiah menyampaikan, Nabi Adam tercipta dari semua bahan tersebut dan ini hanyalah tahapan dalam proses penciptaan Adam. Tahap pertama penciptaan Adam adalah dari tanah. Hal ini diisyaratkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa RA. Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمُ الْأَبْيَضُ وَ الْأَحْمَرُ وَ الْأَسْوَدُ وَ بَيْنَ ذلِكَ وَ الْخَبِيْثُ وَ الطَّيِّبُ وَ السَّهْلُ وَ الْحَزْنُ وَ بَيْنَ ذلِكَ.

“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam dari satu genggam yang diambil-Nya dari seluruh tanah bumi. Kemudian anak keturunan Adam terlahir sesuai jenis tanah itu. Ada yang berwarna putih, merah, hitam dan campuran antara warna-warna itu. Di antara mereka ada yang jahat, baik, senang, sedih dan campuran dari keadaan itu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Dawud)

Karena itu, menurut Nadiah, umat manusia memiliki sifat yang bermacam-macam. Antara satu orang dengan yang lainnya memiliki sifat yang berbeda. “Dan keturunan Adam terlahir serupa dengan ragam dan jenis tanah. Di antara mereka ada yang memiliki kepribadian yang lembut dan seperti tanah yang subur,” jelasnya.

Ada juga manusia yang memiliki kepribadian yang sulit dan keras, seperti tanah kering yang tidak bisa menumbuhkan tanaman dan tidak mengandung air. Ada yang memiliki kepribadian sombong dan keras kepala. “Sifat manusia itu bermacam-macam sesuai dengan sifat-sifat tanah yang menjadi bahan penciptaan Nabi Adam,” paparnya.

Warna kulit manusia juga beragam. Ada yang putih, hitam dan merah. Ini seperti warna-warna tanah. Sehingga, tabiat manusia pun mencerminkan contoh dari sifat-sifat tanah, karena Allah mengambil satu genggam tanah yang diambil dari seluruh macam tanah untuk menciptakan Adam.

“Karena itu juga, Adam disebut dengan Adam, karena ia berasal dari kulit bumi (adîm), dan kulit bumi berarti tanah,” jelas Nadiah.

Dia juga menjabarkan, dinamakan Adam agar selalu ingat dari apa berasal. Sehingga tunduk dan merendahkan diri kepada kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Sebab, asal mula penciptaan Nabi Adam adalah dari tanah. Kemudian tanah itu dibasahi dengan air. Setelah dibasahi, ia menjadi sari pati tanah.

Allah SWT berfirman:

اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari sari pati tanah.” (QS. Sad ayat 71)

Sari pati tanah tersebut dibasahi lagi, dan saat dibasahi, menjadi tanah yang liat. Semakin banyak air ditambahkan ke dalamnya, ia akan semakin kuat dan lengket. Allah SWT berfirman:

فَاسْتَفْتِهِمْ اَهُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمْ مَّنْ خَلَقْنَا ۗاِنَّا خَلَقْنٰهُمْ مِّنْ طِيْنٍ لَّازِبٍ

“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), “Apakah penciptaan mereka yang lebih sulit ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (QS. As Saffat ayat 11)

Nadiah menjelaskan, tanah liat adalah tanah yang satu sama lain saling merekat dan bersatu. Tanah liat ini dibentuk Allah sehingga berbentuk manusia. Dalam Surat Sad ayat 75, dikatakan, “(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”

Dijelaskan pula oleh Nadiah, bahwa setelah tanah dibasahi, lalu menjadi sari pati tanah. Kemudian sari pati tanah ini dibasahi sehingga menggumpal dan menjadi tanah liat. Kemudian tanah liat ini dibentuk oleh Allah sehingga menjadi tanah kering.

“Karena tanah kering ini dibentuk dan terlalu sering dibasahi, maka menjadi hitam pekat. Kemudian tanah kering yang dibasahi tadi dibiarkan hingga mengering lagi sehingga menjadi seperti tembikar,” papar Nadiah.

IQRA REPUBLIKA

Pro dan Kontra Umroh Backpacker, Ini Pendapat Komnas Haji

Umroh backpacker sedang menjadi trend pada kalangan umat muslim di Indonesia.

Umroh backpacker sedang menjadi trend pada kalangan umat muslim di Indonesia. Dengan umroh backpacker, para jamaah dapat menyesuaikan dengan isi dompet mereka sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk melaksanakan ibadah umrah. Namun perihal umroh backpacker juga menuai pro dan kontra, apakah diperbolehkan atau tidak?

“Antara regulasi yang ada di negara kita dengan regulasi yang ada di pemerintahan Arab Saudi itu missmatch gitu, ya, tidak nyambung,” kata Mustolih Siradj, Ketua Komisi Nasional Haji dan Umrah (Komnas Haji), ketika diwawancarai via Whatsapp, Rabu (21/02/2024)

Mustolih menjelaskan, belakangan ini pemerintah Arab Saudi merelaksasi aturan terkait visa yang dianggap terlalu kaku. Maka dari itu, saat ini Pemerintah Arab Saudi memperbolehkan visa yang diperuntukkan selain umroh, untuk melakukan ibadah umroh. Hal ini dalam rangka pemerintah Arab Saudi menargetkan sebanyak-banyaknya masyarakat dunia untuk berkunjung ke negara tersebut demi meningkatkan pendapatan negara

Di samping itu sangat bertolak belakang dengan peraturan yang ada di Indonesia, karena regulasi umroh di Indonesia tunduk kepada UU Nomor 8 Tahun 2019, Pasal 86 yang berbunyi: “Perjalanan Ibadah Umroh dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU).”

Hal ini bertujuan agar masyarakat muslim Indonesia mendapatkan perlindungan untuk menghindari insiden-insiden yang tidak diinginkan. Karena tidak sedikit jamaah yang berasal dari Indonesia ketika sampai di sana menghilang atau mengalami kecelakaan. Fungsi dari PPIU selain menjalankan bisnis perjalanan tetapi juga memberikan layanan ‘manasik’, yaitu panduan untuk beribadah.

Mustolih mengatakan, perlu ada kajian mendalam oleh Kementerian Agama. Karena biarpun nantinya umroh backpacker itu dilegalkan PPIU kemungkinan tidak akan setuju dengan keputusan tersebut dan dianggap sebagai lonceng kematian bagi pengusaha agen perjalanan haji dan umroh. Karena umroh backpacker dianggap lebih praktis dan lebih murah. Oleh karena itu umrah backpacker ini menjadi pilihan terutama bagi generasi milenial yang menginginkan sesuatu yang instan dan murah. 

IHRAM

Kisah Abu Hurairah Dipukul oleh Sayyidina Umar

Dalam sejarah Islam, terdapat berbagai peristiwa yang menjadi titik balik penting dalam perkembangan umat Muslim. Salah satu peristiwa yang mengejutkan adalah tragedi kisah Abu Hurairah dipukul oleh Sayyidina Umar, yang muncul karena kalimat “Thoyyibah”.

Adapun kisah Abu Hurairah dipukul Sayyidina Umar ini terdokumentasi dalam kitab Sahih Muslim, jilid 1, halaman 44, yang menjadi saksi bisu dari insiden tersebut.

Masyarakat muslim sekarang, barangkali sering mendengar kutipan-kutipan hadis dari para dai atau penceramah bahwa seorang yg meyakini bahwa tiada Tuhan Kecuali Allah maka ia akan masuk surga. Tentu saja kutipan itu benar dan status haditsnya shahih. 


Tetapi, yang banyak terabaikan dari para penceramah dan dai — apa lagi yang hanya mementingkan kelucuan — adalah dialektika dibalik kalimat Tayyibah tersebut yang sedikit dramatis berikut logikanya.

Imam Muslim, dalam kitabnya, meriwayatkan kisah dari Abu Hurairah ketika para sahabat sedang duduk santai bersama Nabi. Boleh dikatakan, kondisi dan situasinya saat itu sedang jagongan ilmiah dan zikir. Dalam forum itu turut hadir Sayyidina Umar dan Abu Bakr bersama orang yang lain.  

Tak lama dari itu, Rasulullah (saw) berdiri dan beranjak pergi dari tengah-tengah forum, dan kepergiannya cukup lama. Nabi Muhammad masih belum kembali. Sehingga membuat para sahabat khawatir, terlebih Abu Hurairah sebagai orang yang pertama menyadarinya. Sahabat yang lain juga takut, jangan-jangan Rasulullah meninggalkan para sahabat. Sehingga membuat para sahabat pun sangat cemas dan beranjak dari forum. 

Abu Hurairah langsung berinisiatif untuk menyusul dan mencari Nabi. Ia bergegas hingga tiba di taman Banu Najjar yang sayangnya tidak ditemukan gang atau pintu masuk. Abu Hurairah pun, berpaling dan menemukan parit dari sebuah sungai maka tanpa pikir panjang Abu Hurairah melewati parit tersebut seraya berjongkok bak rubah.

Melewati parit akhirnya Abu Hurairah menjumpai Rasulullah yang sedikit kaget dan refleks Nabi bertanya, “Apakah itu Abu Hurairah?”, yang langsung diiyakan oleh Abu Hurairah. Lalu menambahkan, “Ada apa Abu Hurairah?”. Tanya Nabi.

Segara Abu Hurairah menceritakan situasi forum yang sebelumnya ditinggalkan Rasulullah, “Ya Rasulullah, sampeyan tadi berada di menemani kami, setelah itu sampeyan pergi dan tidak segera kembali. Kami pun khawatir takut ada yang mengganggu sampeyan. Dan saya adalah orang pertama yang khawatir.

Jadi, saya mencari sampean yang ditemukan di taman ini. Untuk sampai ke sini, saya rela berjongkok menerobos parit yg sempit layaknya rubah untuk masuk ke taman ini sementara sahabat yang lain masih mengikuti saya di belakang”. Tegas Abu Hurairah pada Rasulullah.

Mendengar cerita Abu Hurairah, Nabi lalu memberikan dua sandalnya kepada Abu Hurairah dan menyuruh balik seraya berpesan, “Ambil sandal saya dan beri tahu siapa pun yang kau temui di luar taman ini, jika mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan benar-benar memiliki keyakinan di hati mereka akan hal ini, maka sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu surga”. Begitulah pesan Nabi.

Mendapat intruksi demikian, Abu Hurairah langsung mengeksekusinya dan langsung balik tak sabar akan menyebarluaskan kabar gembira tersebut. Orang yang pertama ditemui adalah Sayyidina Umar, yang langsung Beliau (ra) bertanya, “Wahai Abu Hurairah! Sandal apa ini?”. “Sandal ini milik Nabi (saw) dan beliau telah mengutus saya dengan menitipkan sandal ini sebagai tanda untuk memberikan kabar gembira tentang surga kepada orang yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan benar-benar memegang keyakinan ini di dalam hati mereka”. Jawab Abu Hurairah.

Sayangnya, alih-alih bahagia Sayyidina Umar justru geram kepada Abu Hurairah sehingga beliau membugem dada Abu Hurairah sampai terjungkal ke belakang, dan menyuruh untuk mengkonfirmasi pada Nabi. Akhirnya keduanya menemui Nabi yang mana Abu Hurairah hampir saja menangis lantaran kena bugem Umar. 

Nabi yang melihat perubahan ekspresi dari Abu Hurairah langsung menanyakan kondisinya, “Wahai Abu Hurairah! Ada apa?” ​. Abu Hurairah menjawab, “Saya bertemu dengan ‘Umar (ra) dan memberitahunya tentang pesan yang sampean kirimkan kepada saya, namun ‘Umar (ra) malah memukul dada saya hingga saya jatuh ke belakang dan ‘Umar (ra) menyuruh saya untuk Kembali”. Mendengar penjelasan Abu Hurairah, Nabi kemudian menyuruh dia pulang lebih dulu.

Sementara Nabi menanyakan perihal motif Umar memukul Abu Hurairah, padahal memberi kabar bahagia justru geram. Nabi (saw) bertanya, “Wahai ‘Umar (ra)! Mengapa engkau memukul Abu Hurairah?”.

Hadhrat ‘Umar (ra) menjawab, “Wahai Rasulullah (saw)! Demi ibu dan ayah saya! Apakah sampean mengirim Abu Hurairah dengan sandal jenengan dan mengatakan kepadanya untuk memberikan kabar gembira berupa surga kepada orang yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan memiliki keyakinan yang teguh dalam hal ini?”. Tanpa menunggu jawaban Nabi, Umar langsung mengajukan ketidak-setujuannya untuk menyebarluaskan ajaran “Kalimat Thayyibah” kepada khalayak ramai dan orang-orang awam. 

Bahkan sedikit mensomasi, beliau matur pada Nabi, “Mohon jangan sebarkan kalimat Thayyibah seperti itu Nabi, karena saya khawatir orang-orang hanya akan mengandalkan hal ini. Oleh karena itu, lebih baik membiarkan mereka terus melakukan perbuatan baik dan menjalankan perintah sehingga mereka menjadi mukmin sejati. Jika tetap menyebarkannya, maka mereka akan bersandar pada pernyataan “Tidak ada yang berhak disembah selain Allah” dan menganggapnya cukup bekal untuk masuk surga tanpa amal dan kesalehan-kesalehan sosial dan ritual lainnya”. 

Mendengarkan alasan Umar yang logis, Nabi akhirnya meng-Acc-nya dan berkata, “Baiklah, tinggalkan saja kalau begitu” (Sahih Muslim, 1/44).

BINCANG SYARIAH

9 Golongan yang Bebas dari Pertanyaan Kubur dari Syekh Nawawi Banten

Salah satu perkara yang harus kita imani dalam beragama Islam adalah, di alam kubur nanti kita akan ditanya oleh malaikat Munkar Nakir. Namun ada beberapa mayit yang aman dan terbebas dari pertanyaan kubur. Nah berikut penjelasan 9 golongan yang bebas dari pertanyaan kubur dari Syekh Nawawi Baten

Di dalam Islam kematian merupakan hal yang pasti akan dialami oleh seluruh makhluk hidup di dunia. Setiap denyut nafas kehidupan pasti akan merasakan kematian sesuai waktu yang telah ditentukan. sebagaimana firman Allah di dalam surah Ali Imran ayat 185 berikut:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati”

Setelah seseorang telah meninggal dunia, ia akan menghadapi pertanyaan malaikat munkar dan nakir dan harus dijawab di alam kubur. Namun ada beberapa mayit yang terbebas dari pertanyaan alam kubur.

Hal ini telah dijelaskan oleh Syaikh Nawawi Al Bantani dalam kitab karyanya At Tsimarul Yani’ah Syarah Riyadhul Badi’ah. Dalam kitab tersebut Imam Nawawi menjelaskan bahwa ada 9 mayit yang aman (bebas) dari pertanyaan kubur. Berikut golongan tersebut:

  1. Khalifah Umar Bin Khatab
  2. Imam Haramain
  3. Khalifah Harun Ar Rasyid
  4. Orang yang syahid dalam peperangan
  5. Orang-orang yang tetap teguh memegang agama Allah Swt di saat kondisi sekitar kacau.
  6. Orang yang meninggal karena sakit perut
  7. Orang yang meninggal pada malam Jumat atau siang harinya.
  8. Orang yang meninggal karena penyakit wabah
  9. Orang yang konsisten membaca Surat Tabarak setiap malam, biasanya pada saat hendak tidur atau sebelum itu.

Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

فائدة ممن حفظ من سؤال القبرعمر بن الخطاب وامام الحرمين وهرون الرشيد وشهيد المعركة والمرابط والميت بداء البطن والميت ليلة الجمعة او يومها والمطعون ومن يقرأ سورة تبارك كل ليلة في الغالب عند ارادة النوم أو قبل ذلك.

Artinya:”sebuah faidah: termasuk orang yang terbebas dari pertanyaan kubur adalah: Umar bin Khattab, Imam Haramain, Harun al-Rasyid, syahid perang, orang orang yang tinggal diperbatasan dan tetap memegang teguh ajaran allah swt di saat kondisi di sekitarnya menuntut untuk melepaskan ajaran allah swt, orang mati karena penyakit perut, orang mati pada malam Jumat atau siang hari, orang yang mati terkena penyakit wabah, dan orang yang konsisiten membaca Surat Tabarak setiap malam, biasanya pada saat hendak tidur atau sebelum itu.

Demikian penjelasan 9 golongan yang bebas dari pertanyaan kubur menurut Syekh Nawawi Banten. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishawab.

BINCANG SYARIAH

Peristiwa Penting Bulan Sya’ban

Bulan Syaban merupakan salah satu bulan penting dalam kalendar Islam, yang disebut sebagai bulan Nabi Muhammad saw. Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab Madza fi Sya’ban menjelaskan terdapat peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya’ban antara lain.

Peristiwa Penting Bulan Sya’ban

Pertama, perubahan Arah Kiblat. Pada bulan ini terjadi pergeseran arah kiblat dari Masjidil Aqsa menjadi Ka’bah di Masjidil Haram pada malam Syaban. Menurut Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, beliau menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti.

Pendapat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengalihkan kiblat dari Masjidil Aqsa di Yerusalem ke Ka’bah di Mekkah pada malam Selasa di bulan Sya’ban, yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.

Perubahan arah kiblat ini merupakan hal yang sangat dinanti oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bahkan sering menghadap langit setiap hari menanti turunnya wahyu tentang peralihan kiblat, sebagaimana digambarkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 144.

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

Artinya; Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab41) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Kedua, diangkatnya amal. Seperti dihadits oleh Usamah bin Zaid, Rasulullah SAW menjawab bahwa banyak orang yang berpuasa di bulan Syaban, karena itu amal mereka disediakan kepada Allah SWT.

Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Bulan ini terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan sering disebut sebagai bulan persiapan menjelang Ramadhan. Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Seperti dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, Rasulullah SAW bersabda, “Banyak orang yang berpuasa di bulan Sya’ban, karena itu amal mereka disediakan kepada Allah SWT.” (HR. Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan bahwa amalan-amalan yang dilakukan di bulan Sya’ban, termasuk puasa, akan diangkat dan diperlihatkan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan amalan dan mempersiapkan diri menjelang bulan Ramadhan.

Kita dapat memperbanyak amalan-amalan shalih seperti puasa, salat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan sedekah. Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan bulan ini untuk introspeksi diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah diperbuat.

Dengan memperbanyak amalan dan mempersiapkan diri dengan baik di bulan Sya’ban, diharapkan kita dapat menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kesucian dan keikhlasan, sehingga dapat meraih pahala dan keberkahan yang berlimpah.

Simak hadis ini ;

ذاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya; Bulan itu adalah bulan yang terlupakan oleh manusia di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Rabb semesta alam. Dan aku suka amalanku diangkat saat aku berpuasa.

Ketiga, diturunkan ayat anjuran bershalawat. Bulan Sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Islam. Selain menjadi persiapan untuk Ramadhan, bulan ini juga ditandai dengan turunnya ayat yang menganjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada Rasulullah SAW, yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


Artinya; Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi) Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.)

Keempat, Dalam kitabMa Dza Fi Sya’ban, Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki menyebutkan penentuan umur manusia. dalil tentang penentuan umur manusia di bulan Sya’ban adalah berdasar hadis riwayat Abu Ya’la dalam Musnad Abi Ya’la dengan sanad Hasan, dari Sayyidah ‘Aisyah;

قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله! اَحَبُّ الشُّهُورِ اِلَيْكَ اَنْ تَصُوْمَهُ شَعْبَان ! قَالَ : اِنَّ اللهَ يَكْتُبُ فِيْهِ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مَيِّتَةٍ تِلْك َالسَّنَةَ فَأَحَبُّ اَنْ يَأْتِيَنِيْ أَجَلِيْ وَاَنَا صَائِم

“Saya bertanya kepada Nabi Saw; wahai Rasullah! Bulan yang paling engkau sukai untuk berpuasa adalah bulan Sya’ban! (kenapa?). Nabi Saw menjawab; Sesungguhnya pada bulan ini Allah menulis setiap orang yang akan meninggal pada tahun itu. Maka aku suka jika ajalku datang dalam keadaan aku sedang berpuasa”

Demikian penjelasan terkait peristiwa penting bulan Sya’ban. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Untaian 23 Faedah Seputar Tauhid dan Akidah (Bag. 6)

Faedah 15. Seruan pertama

Bismillah.

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa tauhid adalah seruan pertama para rasul, fase pertama yang harus ditempuh dan maqam/kedudukan awal yang harus dijalani oleh setiap penempuh jalan menuju Allah ‘Azza Wajalla.” (Lihat Syarh Aqidah Thahawiyah, hal. 77)

Allah berfirman,

وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِیۤ إِلَیۡهِ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu seorang rasul pun, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar, selain Aku. Maka, sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Allah berfirman,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

“Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36)

Allah berfirman,

وَلَقَدۡ أُوحِیَ إِلَیۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكَ لَىِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَیَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu, ‘Jika kamu berbuat syirik, pasti akan lenyap semua amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)

Ayat tersebut mengandung pelajaran bahwa dalam ajaran semua nabi telah ditetapkan bahwa syirik menghapuskan semua amalan. Sebagaimana dalam ayat lain dalam surah Al-An’am, Allah menyatakan bahwa seandainya mereka (para nabi dan orang saleh terdahulu) berbuat syirik, pasti akan lenyap semua amal yang telah mereka kerjakan. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 729)

Dakwah kepada akidah Islam merupakan pembuka dakwah para rasul semuanya. Mereka tidaklah mengawali dakwah dengan sesuatu apapun sebelum hal itu. Setiap rasul mengatakan kepada kaumnya pada awal-awal dakwahnya,

ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرُهُۥۤۖ

“Sembahlah Allah, tidak ada bagi kalian sesembahan, selain Dia.” (QS. Hud : 50)

Inilah yang diserukan oleh Nuh, Hud, Salih, Syu’aib, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, dan seluruh rasul ‘alaihimus salam. (lihat Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad, hal. 19)

Kebahagiaan di dunia sangat tergantung dengan ilmu tentang akidah. Kebutuhan hamba kepadanya di atas seluruh kebutuhan. Keterdesakan dirinya terhadapnya di atas semua perkara mendesak. Maka, tidak ada kenyamanan ketenangan dan kebahagiaan, kecuali dengan hamba itu mengenal Rabbnya dalam hal uluhiyah, rububiyah, dan sifat-sifat-Nya. Sebagaimana seorang manusia membutuhkan makanan dan minuman, maka dia pun membutuhkan ilmu akidah ini. Bahkan, kebutuhan dirinya untuk mengenal Rabbnya jauh lebih besar. (Lihat Ithaf Dzawil ‘Uqul Rasyidah, hal. 7)

Hal ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya seorang muslim mengenal akidah Islam dari sumber-sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan mengikuti pemahaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Inilah pondasi kehidupan dan asas kebahagiaan hamba.

Faedah 16. Mengenal dasar Islam

Apa yang dimaksud tauhid?

Jawab: Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-kekhususan-Nya.

Apa yang dimaksud kekhususan-kekhususan Allah itu?

Jawab: Kekhususan Allah bisa dibagi menjadi tiga bagian pokok; yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat.

Apa yang dimaksud rububiyah?

Jawab: Rububiyah adalah hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan, pengaturan, dan penguasaan alam semesta. Allah adalah Rabbul ‘alamin, artinya pencipta, pengatur, dan penguasa alam semesta.

Apa yang dimaksud uluhiyah?

Jawab: Uluhiyah adalah hal-hal yang berkaitan dengan sifat ketuhanan atau peribadatan. Allah adalah iIlahin nas, artinya tuhan/sesembahan manusia. Oleh sebab itu, ibadah hanya boleh ditujukan kepada-Nya semata.

Apa yang dimaksud asma’ wa shifat?

Jawab: Asma’ wa shifat artinya nama-nama dan sifat-sifat Allah. Allah memiliki nama-nama yang Mahaindah dan sifat-sifat yang Mahamulia. Nama-nama Allah itu biasa dikenal dengan istilah asma’ul husna.

Jadi, tauhid ada tiga macam?

Jawab: Benar, tauhid terbagi tiga;l: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Di antara ketiga hal itu yang paling utama adalah tauhid uluhiyah.

Mengapa tauhid uluhiyah yang paling utama?

Jawab: Karena tauhid uluhiyah inilah yang terkandung dalam kalimat laa ilaha illallah. Tauhid uluhiyah ini pula yang menjadi tujuan diciptakannya jin dan manusia. Tauhid uluhiyah pula yang menjadi misi utama dakwah para rasul dan muatan pokok kitab-kitab suci.

Bagaimana dengan tauhid rububiyah?

Jawab: Tauhid rububiyah adalah suatu perkara yang secara fitrah telah diakui oleh manusia dan dibenarkan oleh akal sehat mereka. Oleh sebab itu, hampir tidak didapati seorang pun manusia yang mengingkari tauhid ini, kecuali karena sombong. Selain itu, tauhid rububiyah belum bisa memasukkan manusia ke dalam Islam.

Apakah tauhid uluhiyah ditentang oleh manusia?

Jawab: Secara fitrah, sesungguhnya akal sehat dan nurani manusia menuntut untuk menghamba kepada Allah saja. Akan tetapi, setan menjerumuskan mereka ke dalam berbagai penyimpangan, dan yang terbesar adalah kesyirikan kepada Allah.

Oleh sebab itu, para rasul mendapatkan penentangan dari kaumnya. Karena para rasul itu mengajak mereka kepada tauhid uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36)

Apa yang dimaksud dengan thaghut?

Jawab: Thaghut, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Malik rahimahullah, adalah segala sesembahan selain Allah. Di antara bentuk sesembahan itu (sebagaimana dikatakan oleh ‘Umar radhiyallahu’anhu) adalah setan. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ’anhu juga menjelaskan bahwa salah satu bentuk thaghut adalah dukun-dukun.

Mengapa manusia tidak boleh berbuat syirik?

Jawab: Syirik adalah dosa besar yang paling besar. Syirik menyebabkan pelakunya (bila meninggal dan tidak bertobat) kekal di dalam neraka. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka.” (QS.  Al-Ma’idah: 72)

Apa pengertian syirik?

Jawab: Syirik adalah mempersekutukan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya. Misalnya syirik dalam hal ibadah, yaitu dengan menyembelih untuk dipersembahkan kepada selain Allah; jin dan lain sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisa’: 36)

Apa yang dimaksud dengan ibadah?

Jawab: Ibadah adalah perendahan diri dan ketundukan kepada Allah dengan dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada-Nya. Ibadah meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridai Allah, berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah harus dimurnikan untuk Allah.

Apa syarat diterimanya ibadah?

Jawab: Ibadah akan diterima di sisi Allah, apabila dilandasi dengan keimanan, keikhlasan, dan sesuai dengan tuntunan. Selain itu, ibadah itu juga tidak terbatalkan oleh adanya pembatal pahala atau penghapus amalan.

Mengapa ibadah harus ikhlas?

Jawab: Allah Ta’ala berfirman,

وَمَاۤ أُمِرُوۤا۟ إِلَّا لِیَعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخۡلِصِینَ لَهُ ٱلدِّینَ حُنَفَاۤءَ

“Tidaklah mereka diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas memurnikan agama (amal) untuk-Nya…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ibadah yang tidak ikhlas akan sia-sia.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا

“Dan kami hadapkan segala apa yang mereka amalkan kemudian Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)

Mengapa ibadah harus sesuai tuntunan?

Jawab: Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن عَمِلَ عملًا ليس عليه أمرُنا فهو رَدٌّ

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia pasti tertolak.” (HR. Muslim). Amalan yang tidak sesuai tuntunan tertolak.

Apa yang dimaksud dengan iman?

Jawab: Iman adalah pembenaran di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Iman bisa bertambah dengan ketaatan dan bisa berkurang/cacat karena kemaksiatan. Iman inilah yang menjadi syarat untuk bisa masuk surga.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Sumber: https://muslim.or.id/91663-untaian-23-faedah-seputar-tauhid-dan-akidah-bag-6.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Raih Ampunan di Malam Nisfu Sya’ban

عن معاذ بن جبل عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: يَطْلَعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ-الطبراني

Artinya: Dari Muadz bin Jabal dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, bersabda,”Allah melihat kepada ciptaan-Nya di malam pertengahan Sya’ban, lalu mengampuni semua ciptaan-Nya, kecuali bagi orang musyrik atau yang bermusuhan. (Riwayat Ath Thabarani, dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hafidz Al Haitsami menyatakan bahwa rijalnya tsiqat.)

Ibnu Rajab Al Hanbali berkata mengenai menghidupkan malam nisfu Sya’ban, “Hendaklah bagi orang beriman untuk meluangkan diri di malam itu untuk berdzikir kepada Allah, berdoa, meminta ampunan atas dosa-dosa, meminta agar ditutup aibnya dan meminta ager diberikan jalan keluar dari kesusahan, dan yang paling diutamakan dari hal itu adalah taubat. Sesungguhnya Allah Ta’ala membuka pintu taubat, bagi siapa yang bertaubat.” (Lathaif Al Maa’rif, hal. 265)

HIDAYATULLAH