Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
“Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah Swt. (perkataan) yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Q.S. al-Anam [6]:93).
Andaikata Allah Swt. yang Maha Perkasa menakdirkan pendengaran manusia mampu menangkap betapa dahsyat dan menyayatnya jeritan dan rintihan para ahli kubur yang sedang didera siksaan karena perbuatan durjananya ketika di dunia, tentulah segenap manusia yang masih hidup ini akan sangat meyakini bahwa siksa kubur itu memang nyata adanya. Hanya karena kasih sayang-Nya juga, ternyata yang mampu mendengarkan azab kubur itu hanyalah semua binatang di bumi ini, serta tentunya Rasulullah sendiri.
Betapa Rasul sendiri yang mendapat karunia Allah Swt. berupa kemampuan mendengarkan siksa kubur tersebut, tatkala memperingatkan kaumnya. Kedua mata beliau sampai memerah. Aisyah Ra. bercerita,: “Pada suatu siang Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya dengan menyingsingkan bajunya sementara kedua matanya memerah dan beliau memanggil para sahabatnya dengan suara lantang. “Wahai manusia, kalian telah diingkari dengan beberapa fitnah seperti malam yang kelam. Wahai manusia, jika kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Wahai manusia, memohonlah perlindungan kepada Allah Swt, dari siksa kubur. Sungguh siksa kubur itu benar!.” (H.R. Muslim).
Sungguh siksa kubur itu benar! Masih adakah yang meragukan perkataan Rasulullah sementara beliau sendiri memang ditakdirkan mampu mendengarkan siksa kubur? “Suatu ketika Rasulullah bersama para sahabatnya sedang berada di kebun milik Bani an-Najr, sementara beliau sendiri tengah mengendarai bighal-nya. Tiba-tiba bighal yang tengah ditungganginya berlari, sehingga hampir saja beliau terjatuh karenanya. Ternyata di kebun tersebut terdapat lima atau enam buah makam.
“Siapakah yang mengetahui mereka yang berada dalam kubur itu? Tanya Rasul. “Saya”, jawab seseorang, “Kapan mereka meninggal? “Mereka meninggal pada masa jahilliyah dalam keadaan musyrik”.
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. kemudian bersabda, “Sesungguhnya umat ini dicoba dengan siksa di dalam kuburnya. Dan seandainya bukan karena aku kuatir kepada umat untuk tidak berani lagi menguburkan mayat, maka aku (akan) berdoa kepada Allah Swt. agar Dia memberikan kamu kemampuan mendengar siksa kubur, yang aku sendiri mendengarnya.” (H.R. Muslim).
Bagi orang-orang kafir kepada Allah Azza wa Jalla, saat-saat menghadapi kematian adalah saat-saat yang teramat sangat menakutkan. Sakitnya diderita yang dirasakan ketika nyawa tercabut dari badan sungguh tak terperkirakan. Tatkala meregang nyawa, ia akan merasakan seperti kawat-kawat berduri itu yang menghujam di sekujur tubuh, lalu kawat itu ditarik, sehingga mengelupaskan daging dari seluruh tubuh tersebut.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, dimana para Malaikat memukul (mereka) dengan tangannya (sambil berkata). “Keluarkanlah nyawamu. “Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah Swt. (perkataan) yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Nya.” (Q.S. al-Anam [6]:93).
Saat ajal menjelang kepadanya akan datang malaikat yang sangat keras dan hitam wajahnya dengan membawa kain yang kasar dari neraka. Malaikat itu lalu duduk di depannya. Tak lama kemudian datang pula malaikat pencabut nyawa dan duduk disamping kepalanya. Malaikat berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju murka Allah Swt.”
Malaikat itu lalu mencabik-cabik tubuhnya dan mencabut nyawanya seperti mencabut kain dari duri, sehingga keluarlah keringat dingin dan uratnya. Semua Malaikat yang berada di antara bumi dan langit pun ramai-ramai mengutuknya, tak terkecuali Malaikat yang berada di langit. Semua pintu langit ditutup baginya, sedangkan setiap Malaikat yang berada di dekat pintu-pintu tersebut berdoa agar ruh manusia durjana itu tidak melintas di samping mereka.
Selanjutnya sang Malaikat pencabut nyawa itu mengambil nyawa orang tersebut dan melemparkannya ke kain kasar dari neraka itu. Dibawanya nyawa tersebut, yang baunya begitu menjijikan dan tercium sampai di muka bumi.
Ketika Malaikat membawa naik nyawa itu ke langit, para Malaikat yang terlewati olehnya bertanya, “Ruh siapakah yang buruk ini?” malaikat yang membawa ruh menjawab, “Si fulan bin fulan (dengan menyebut namanya yang buruk ketika di dunia).” Manakala sampai di pintu langit dan meminta dibukakan untuknya, ternyata pintu itu tidak dibuka.
Allah Azza wa jalla berfirman; “Tidak dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak masuk surga, sehingga unta masuk ke lubang jarum.” (Q.S. al-Muthaffifiin [83]:7-11).
Kemudian, diperintahkan-Nya, “Kembalikanlah hamba-Ku ini ke bumi Aku menjanjikan mereka, bahwa Aku menciptakan mereka dari bumi dan ke bumi mereka Aku kembalikan. Kemudian, akan Ku keluarkan mereka dari bumi untuk yang kedua kalinya.”
Maka, ruh itu pun terlemparkanlah dari langit sampai jatuh ke jasadnya, “Barangsiapa mempersekutukan Allah Swt, maka seolah-olah ia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Q.S. al-Hajj [22] :31).
Sungguh, sabda Rasul Saw, dia (orang yang meninggal itu) mendengar gesekan suara sandal kawan-kawannya ketika mereka meninggalkannya. Tak lama kemudian dia didatangi oleh dua Malaikat yang membentak seraya mendudukkannya, “Siapa Tuhanmu?”
“Saya tidak mengerti,” jawab si ahli kubur.
“Apa agamamu?”
“Saya tidak tahu”.
“Apa yang kamu katakana kepada seorang lelaki yang ditus kepadamu?” Ahli kubur itu ternyata tidak mengetahui namanya, sehingga diapun diberi tahu, “Muhammad”
“Ah..ah saya tidak mengerti. Saya telah mendengar manusia mengatakan itu.
“Kamu tidak mengerti dan kamu tidak membaca al-Quran, “hardik kedua Malaikat.
Datanglah seruan dari langit, “Dia hamba yang pendusta. Karenanya, hamparkanlah baginya hamparan dari api dan bukakanlah kepadanya pintu neraka!.” Orang tersebut merasakan panas dan racun api neraka, sementara kuburnya menjadi sempit hingga memutuskan tulangtulang iganya.
Selanjutnya datanglah kepadanya seorang lelaki sangat buruk wajah dan perangainya, buruk pula pakaiannya, serta sangat busuk baunya. Orang tersebut berkata, “Rasakanlah (balasan atas) kejahatan yang kamu lakukan. Ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu!.”
“Dan kamu, orang yang dijadikan Allah buruk sementara wajahmu pun sangat buruk, siapakah kamu ini?” Tanya si kafir ahli kubur.
“Aku adalah amalmu yang buruk. Demi Allah., aku tidak melihatmu, melainkan sangat lamban untuk taat kepada Allah dan sangat cepat melakukan maksiat kepada-Nya. Karenanya semoga Allah membalasmu dengan keburukan.”
Amal buruk tersebut sengaja dibentuk oleh Allah berwujud manusia yang buta, tuli dan bisu sementara di tangannya tergengam martil yang kalau digunakan untuk memukul gunung niscaya gunung itu akan hancur lebur menjadi debu, Allah kemudian mengembalikan jasadnya yang sudah hancur lebur itu, sehingga menjadi seperti semula. Setelah itu dipukul lagi dengan martil, sehingga ia menjerit keras sekali yang jeritannya bisa didengar oleh segala sesuatu, kecuali oleh jin dan manusia.
Pintu neraka pun dibukakan untuknya dan diberinya hamparan dari api neraka. Si kafir durjana itupun berteriak, “Ya Rabbi, janganlah sampai terjadi hari kiamat.”
Demikianlah rangkaian perjalanan yang pasti dialami manusia yang ingkar tatkala memasuki alam kubur. Sebagian uraian di atas merupakan rangkaian hadits shahih yang dikumpulkan oleh syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, seorang ulama ahli fiqih, sebagaimana termaktub dalam kitabnya, Ahkam al-Janaiz.
Itulah berita yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Siapapun yang ketika hidup di dunia ini senantiasa bergelimang maksiat, ingkar kepada Allah Swt., maka tunggulah akibat yang akan menjemputnya kelak.
Karenanya, tidaklah heran kalau Allah memperlihatkan kepada kita suatu kejadian tentang jenazah yang wajahnya selalu berpaling dengan sendirinya ketika ke liang lahat wajahnya dihadapkan kea rah kiblat. Adapula yang ukuran panjang kuburnya sepeti terus menerus menyempit dan tidak cukup untuk dimasuki jenazah yang siap diturunkan ke liang lahat.
Kejadian-kejadian yang seperti itu seakan-akan pemberitahuan kepada manusia yang masih hidup, bahwa lubang kuburpun seperti enggan menerima jasad durjana yang penuh berlumur dosa. Naudzu billahi min dzaalik!.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka dan fitnah dalam hidup dan mati, serta dari finah dajjal.” (H.R. Bukhari-Muslim).