Zikir Sudah Sepi Peminat

SUATU hari Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang berada dalam empat kondisi ini, maka ia sedang berada dalam cahaya Allah yang teragung.

1. Siapa yang menjadikan pelindung segala urusannya adalah Syahadat (Asyhadu an la ilaha Illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah)

2. Siapa yang ketika tertimpa musibah selalu berucap (Inna lillah wa inna ilaihi Rojiun).

3. Siapa yang ketika mendapat kebaikan selalu berucap (Alhamdulillahi Rabbil Alamin).

4. Siapa yang ketika melakukan kesalahan selalu berucap (Astagfirullahaladzim wa atubu ilaihi- Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya).”

Empat kondisi di atas adalah contoh bagaimana seorang dapat mengingat Allah dan berhubungan dengan-Nya dalam setiap kondisi. Di saat senang maupun susah, di saat sulit atau pun mudah.

Karena di zaman modern ini, zikir sudah sepi peminat. Manusia telah disibukkan kegiatan dan pekerjaannya, hingga tak ada waktu lagi untuk bezikir dan mengingat-Nya.

Memang zikir itu ringan, namun efeknya sangat dahsyat. Jika tidak memiliki efek yang besar, tidak mungkin Rasulullah saw selalu menganjurkan untuk banyak-banyak berdzikir.

Zikir adalah menyambung kembali hubungan diri kita dengan Allah yang sering terputus. Terputus karena kesibukan dan urusan yang tak kunjung habis.

Zikir tak hanya ber-efek untuk urusan jiwa dan rohani saja, bahkan zikir itu juga berdampak pada kesehatan fisik manusia. Karena didalam kalimat-kalimat itu memancarkan energi positif yang sangat bermanfaat bagi tubuh.

Maka jangan heran jika didalam Islam ada panduan pengobatan menggunakan zikir atau ayat-ayat Alquran, karena itu semua bukanlah sekadar kalimat-kalimat kosong. Semua yang berhubungan dengan Tuhan pasti memiliki kekuatan dan keberkahan tersendiri.

“Wahai yang Nama-Nya adalah obat

Dan mengingat-Nya adalah kesembuhan” (Kutipan Doa Nabi Khidir). []

INILAH MOZAIK

Memakai Pakaian Terbaik ketika Shalat (Bag. 2)

Baca pembahasan sebelumnya Memakai Pakaian Terbaik ketika Shalat (Bag. 1)

Memakai pakaian yang menutupi paha

Sesungguhnya menutupi paha termasuk dalam memakai pakaian terbaik ketika shalat, baik kita mengatakan paha itu termasuk aurat bagi laki-laki ataukah bukan. 

Sebagian ulama berpendapat bahwa paha bukanlah termasuk aurat. Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزَا خَيْبَرَ فَصَلَّيْنَا عِنْدَهَا صَلَاةَ الْغَدَاةِ بِغَلَسٍ فَرَكِبَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَكِبَ أَبُو طَلْحَةَ وَأَنَا رَدِيفُ أَبِي طَلْحَةَ فَأَجْرَى نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي زُقَاقِ خَيْبَرَ وَإِنَّ رُكْبَتِي لَتَمَسُّ فَخِذَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ حَسَرَ الْإِزَارَ عَنْ فَخِذِهِ حَتَّى إِنِّي أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِ فَخِذِ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berperang di Khaibar. Kami melaksanakan shalat shubuh di sana di hari yang masih sangat gelap. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Thalhah mengendarai tunggangannya, sementara aku membonceng Abu Thalhah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu melewati jalan sempit di Khaibar dan saat itu sungguh lututku menyentuh paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang putih.” (HR. Bukhari no. 371)

Sisi pendalilan dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu tersebut adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling pemalu. Seandainya paha bukanlah aurat, tidaklah mungkin paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai tersingkap. 

Termasuk di antara ulama masa kini yang memilih pendapat ini adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata,

والذي يظهر لي أن الفخذ ليس بعورة إلا إذا خيف من بروزه فتنة فإنه يجب ستره كأفخاذ الشباب .

“Yang tampak bagiku adalah bahwa paha itu tidak termasuk aurat, kecuali jika dikhawatirkan dapat menimbulkan godaan, maka wajib ditutup, seperti paha para pemuda.” (Majmu’ Al-Fataawa, 12: 216)

Kemudian beliau rahimahullah pun melemahkan (menilai dha’if) hadits-hadits yang dijadikan sebagai dalil bahwa paha termasuk dalam aurat. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَّ الْفَخِذَ عَوْرَةٌ

“Sesungguhnya paha itu termasuk dalam aurat.” (HR. Abu Dawud no. 4014, At-Tirmidzi no. 2795, dan Ahmad 25: 274)

Adapun jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa paha adalah aurat, dan menyatakan bahwa hadits di atas adalah hadits yang shahih. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata,

وأما الفخذ فهو عورة على الراجح عند أكثر أهل العلم ، وعليه أن يستره في الصلاة وعند الناس أيضا .

“Adapun paha, itu termasuk aurat menurut pendapat yang paling kuat yang dipilih oleh mayoritas ulama. Oleh karena itu, paha wajib ditutup ketika shalat dan juga ketika bersama manusia (di luar shalat, pent.).” (Majmu’ Al-Fataawa, 29: 218)

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah juga berkata,

الفخذ عورة كما جاء في عدة أحاديث عن النبي صلى الله عليه وسلم.

“Paha adalah aurat sebagaimana yang terdapat dalam berbagai hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Duruusun li Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, 2: 23 [Maktabah Asy-Syamilah])

Terlepas dari dua pendapat di kalangan ulama tersebut, memakai pakaian terbaik ketika shalat dan menutup aurat adalah dua hal yang berbeda. Hal ini karena menutupi paha termasuk dalam cakupan makna umum dari perintah dalam firman Allah Ta’ala,

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap kali (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

فإذا قلنا على أحد القولين وهو إحدي الروايتين عن أحمد : أن العورة هي السوأتان، وأن الفخذ ليست بعورة، فهذا في جواز نظر الرجل إليها، ليس هو في الصلاة والطواف، فلا يجوز أن يصلي الرجل مكشوف الفخذين، سواء قيل هما عورة، أو لا . ولا يطوف عريانا .

“Jika kita berpendapat berdasarkan salah satu riwayat dari (pendapat) Imam Ahmad bahwa aurat itu hanyalah qubul dan dubur, dan bahwa paha bukanlah termasuk aurat, maka ini hanya untuk bolehnya dipandang laki-laki lainnya, bukan untuk shalat dan ketika thawaf. Maka tidak boleh bagi seseorang untuk shalat dalam keadaan dua pahanya terbuka, baik mengatakan paha itu aurat ataukah bukan. Dan tidak boleh pula thawaf dalam keadaan telanjang.” (Majmu’ Al-Fataawa, 22: 116)

Sebagian pakaian yang dipakai terutama saat musim panas bersifat tipis dan transparan, yang tidak bisa menutupi paha ketika seseorang memakai celana pendek. Maka hendaknya hal itu menjadi bahan perhatian. Oleh karena itu, hendaknya memakai celana panjang, atau menghindari model-model pakaian semacam itu. Hal ini karena menutup aurat termasuk dalam syarat sah shalat. Selain itu, penutup aurat itu bukanlah sesuatu yang transparan, sehingga kulit yang ada di balik pakaian penutup tersebut masih jelas terlihat. 

An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

يجب الستر بما يحول بين الناظر ولون البشرة فلا يكفى ثوب رقيق يشاهد من ورائه سواد البشرة أو بياضها

“Wajib untuk menutup dengan sesuatu yang menghalangi antara mata orang yang melihat dengan warna kulit. Maka tidaklah mencukupi pakaian yang tipis yang kulit di baliknya masih bisa dilihat, baik ulit berwarna hitam ataukah putih … “ (Al-Majmu’, 3: 170)

Demikian pula, hendaknya menjadi perhatian bagi para ayah untuk memakaikan anak-anak mereka dengan pakaian yang terbaik. Tidak sepantasnya mereka hanya memakaikan anak-anak yang diajak ke masjid hanya dengan celana pendek sehingga tersingkaplah (tampak) pahanya. Hal ini karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا

“Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya.” (HR. Abu Dawud no. 494, At-Tirmidzi no. 407, hadits hasan shahih)

Hadits di atas juga mencakup perintah bagi anak-anak yang masih berusia tujuh tahun agar memenuhi syarat-syarat shalat, di antaranya adalah wudhu dan menutup aurat, serta hal-hal yang bisa menyempurnakan shalat, bukan hanya shalat namun asal-asalan. 

[Bersambung]

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55766-memakai-pakaian-terbaik-ketika-shalat-bag-2.html

8 Pintu Surga

Surga adalah negeri yang penuh kenikmatan yang Allah siapkan bagi orang-orang yang bertakwa.  Ketahuilah bahwa surga memiliki pintu-pintu. Para penduduk surga akan masuk surga melalui pintu-pintu tersebut. Pintu surga ada delapan jumlahnya. Apa saja pintu-pintu tersebut? Simak penjelasan singkat berikut ini.

Mengenal Pintu Surga

Disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’ad As Sa’idi radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

فِي الجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أبْوَابٍ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ، لا يَدْخُلُهُ إلَّا الصَّائِمُونَ

“Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang disebut dengan ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari no. 3257).

Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن قالَ: أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، وأنَّ عِيسَى عبدُ اللهِ، وابنُ أمَتِهِ، وكَلِمَتُهُ ألْقاها إلى مَرْيَمَ ورُوحٌ منه، وأنَّ الجَنَّةَ حَقٌّ، وأنَّ النَّارَ حَقٌّ، أدْخَلَهُ اللَّهُ مِن أيِّ أبْوابِ الجَنَّةِ الثَّمانِيَةِ شاءَ

“Barangsiapa yang mengucapkan: aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu baginya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari umat-Nya, dan ia adalah kalimat Allah yang diberikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga itu benar adanya dan neraka itu benar adanya, maka Allah akan masukan ia ke surga dari delapan pintu surga yang mana saja” (HR. Muslim no.28).

Maka wajib kita mengimani dan membenarkan kabar dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang shahih ini, bahwa surga memiliki delapan pintu. 

Apa Saja Delapan Pintu Tersebut?

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن أنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِن شيءٍ مِنَ الأشْياءِ في سَبيلِ اللَّهِ، دُعِيَ مِن أبْوابِ، – يَعْنِي الجَنَّةَ، – يا عَبْدَ اللَّهِ هذا خَيْرٌ، فمَن كانَ مِن أهْلِ الصَّلاةِ دُعِيَ مِن بابِ الصَّلاةِ، ومَن كانَ مِن أهْلِ الجِهادِ دُعِيَ مِن بابِ الجِهادِ، ومَن كانَ مِن أهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِن بابِ الصَّدَقَةِ، ومَن كانَ مِن أهْلِ الصِّيامِ دُعِيَ مِن بابِ الصِّيامِ، وبابِ الرَّيّانِ

“Siapa yang berinfaq sedikit saja untuk dua kendaraan di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: wahai hamba Allah ini adalah hasil kebaikanmu! Jika ia ahli shalat, maka akan dipanggil dari babus shalah (pintu shalat), jika ia ahli jihad maka akan dipanggil dari babul jihad (pintu jihad), jika ia ahli sedekah maka akan dipanggil dari babus shadaqah (pintu sedekah), jika ia ahli puasa maka akan dipanggil dari pintu puasa atau babur rayyan (pintu ar Rayyan)” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no.1027).

Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengomentari hadits ini:

ذكر مسلم في هذا الحديث من أبواب الجنة أربعة، وزاد غيره بقية الثمانية، فذكر منها: باب التوبة، وباب الكاظمين الغيظ، وباب الراضين، والباب الأيمن الذي يدخل منه مَن لا حساب عليه

“Imam Muslim dalam hadits ini menyebutkan 4 pintu surga, kemudian beliau menyebutkan 4 sisanya. Diantaranya: babut taubah (pintu taubat), babul kazhiminal ghaizha (pintu menahan marah), babur radhiin (pintu ridha), dan babul ayman (pintu kanan) yang dimasuki oleh orang yang masuk surga tanpa hisab” (At Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wal Akhirah, 16/183).

Kemudian dalam penjelasan yang lain, dari Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah, beliau menjelaskan:

وقع في الحديث ذكر أربعة أبواب من أبواب الجنة … وبقي من الأركان الحج فله باب بلا شك، وأما الثلاثة الأخرى فمنها” باب الكاظمين الغيظ والعافين عن الناس… ومنها: باب الأيمن وهو باب المتوكلين الذي يدخل منه من لا حساب عليه ولاعذاب. وأما الثالث: فلعله باب الذكر، فإن عند الترمذي ما يومئ إليه، ويحتمل أن يكون باب العلم

“Di dalam hadits disebutkan 4 pintu surga … kemudian orang yang melaksanakan rukun-rukun haji ia akan mendapatkan pintu khusus, tanpa keraguan. Tersisa 3 pintu lagi, diantaranya babul kazhiminal ghaizha wal ‘afina ‘anin naas (pintu menahan marah dan memaafkan manusia) … diantaranya juga babul ayman (pintu kanan) yaitu pintu yang dimasuki orang-orang yang sempurna tawakalnya sehingga masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Adapun yang ketiga, bisa jadi adalah babudz dzikri (pintu dzikir). Karena terdapat hadits riwayat Tirmidzi yang mengisyaratkan hal itu. Atau bisa jadi adalah babul ilmi (pintu ilmu)” (Fathul Baari, 7/34).

Juga terdapat hadits tentang babul walid (pintu berbakti pada orang tua). Dari Abud Darda’ radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau menyia-nyiakannya, silakan. Atau jika engkau mau menjaganya, silakan” (HR. Tirmidzi no.1900, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 914).

Dari hadits dan penjelasan-penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa pintu surga ada delapan, namun yang disepakati ulama ada empat:

  1. babus shalah (pintu shalat), yang dimasuki oleh orang-orang ya.ng mendirikan shalat
  2. babul jihad (pintu jihad), yang dimasuki oleh orang-orang yang berjihad di jalan Allah.
  3. babus shadaqah (pintu sedekah), yang dimasuki oleh orang-orang yang gemar bersedekah.
  4. babur rayyan (pintu ar rayyan) atau disebut juga babus shiyam (pintu puasa), yang dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.

Namun empat sisanya ulama berbeda pendapat. Diantara kemungkinannya adalah,

babul kazhiminal ghaizha (pintu menahan marah), yang dimasuki oleh orang-orang yang bisa menahan amarahnya.

babul ayman (pintu kanan), yang dimasuki oleh orang-orang yang sempurna tawakalnya.

babur radhiin (pintu ridha), yang dimasuki oleh orang-orang yang ridha kepada takdir Allah.

babut taubah (pintu taubat), yang dimasuki oleh orang-orang yang bertaubat nasuha.

babul walid (pintu berbakti pada orang tua), yang dimasuki oleh orang-orang yang berbakti kepada orang tua.

* babul hajji (pintu haji), yang dimasuki oleh orang-orang yang menyempurnakan hajinya.

babudz dzikri (pintu dzikir), yang dimasuki oleh orang-orang yang banyak berdzikir

babul ilmi (pintu ilmu), yang dimasuki oleh orang-orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat.

‘Ala kulli haal, yang lebih penting bagi kita adalah berusaha mengamalkan amalan-amalan di atas agar kita layak memasuki pintunya di surga kelak. Jangan sampai ketika surga memiliki delapan pintu namun tidak ada satupun yang terbuka untuk kita. Allahumma inna nas’alukal jannah wa na’udzubika minannar.

**

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55772-8-pintu-surga.html

Muslim Harus Bergembira Menyambut Ramadhan

Bergembira Menyambut Ramadhan, Salah Satu Wujud Keimanan

Salah satu tanda keimanan adalah seorang muslim bergembira dengan akan datangnya bulan Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.

Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira.

Allah berfirman,

ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).

Lihat bagaimana para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,

ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ

“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“[1]

Kenapa Harus Bergembira Menyambut Ramadhan?

Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, keutamaan, dan berkah pada bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah

Kabar gembira mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits berikut.

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”[2]

Ulama menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan kita harus bergembira dengan datangnya Ramadhan.

Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,

ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺸﺎﺭﺓ ﻟﻌﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺑﻘﺪﻭﻡ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺧﺒﺮ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﺑﻘﺪﻭﻣﻪ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺇﺧﺒﺎﺭﺍً ﻣﺠﺮﺩﺍً ، ﺑﻞ ﻣﻌﻨﺎﻩ : ﺑﺸﺎﺭﺗﻬﻢ ﺑﻤﻮﺳﻢ ﻋﻈﻴﻢ

‏( ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ .. ﻟﻠﻔﻮﺯﺍﻥ ﺹ 13 ‏)

ﺃﺗﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻔﺘﺢ ﻓﻴﻪ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺔ ، ﻭ

“Hadits ini adalah kabar gembira bagi hamba Allah yanh shalih dengan datangnya Ramadhan. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar kepada para sahabatnya radhiallahu ‘anhum mengenai datangnya Ramadhan. Ini bukan sekedar kabar semata, tetapi maknanya adalah bergembira dengan datangnya momen yang agung.“[3]

Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan,

ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺑﻔﺘﺢ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺬﻧﺐ ﺑﻐﻠﻖ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﻨﻴﺮﺍﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺑﻮﻗﺖ ﻳﻐﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻳﺸﺒﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺯﻣﺎﻥ

“Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan).[4]

Catatan: Hadits Dhaif Terkait Kegembiraan Menyambut Ramadhan

Ada hadits yang menyebutkan tentang bergembira menyambut Ramadhan, akan tetapi haditsnya oleh sebagian ulama dinilai dhaif bahkan maudhu’ (palsu)

ﻣَﻦْ ﻓَﺮِﺡَ ﺑِﺪُﺧُﻮﻝِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﺴَﺪَﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨِّﻴْﺮَﺍﻥِ

“Barangsiapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. (Nash riwayat ini disebutkan di kitab Durrat An-Nasihin)

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/29974-muslim-harus-bergembira-menyambut-ramadhan.html

Inilah Cara Nabi Muhammad Berpuasa

Cara Nabi Muhammad SAW berpuasa menjadi pedoman bagi tiap Muslim

Sebagai umat Islam, kita semua tentu bercita-cita dapat melakukan setiap ibadah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam Alquran, Allah memuji Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang baik bagi umat. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzab [33]: 21).

Sudah selayaknya kaum Muslimin meneladani kepribadian Rasulullah SAW dalam segala hal, termasuk ketika berpuasa. Apalagi, dimulainya puasa Ramadhan tinggal menghitung hari dari sekarang.

Berikut adalah beberapa cara yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa dan menghidupkan Ramadhan.

Berniat puasa sejak malam
Diriwayatkan dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadhan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).

Mengawali dengan sahur
Setiap akan berpuasa, Rasul SAW selalu makan sahur dengan mengakhirkannya, yakni menjelang datangnya waktu imsak.

Menyegerakan berbuka dan shalat
Dan ketika berbuka itu, Rasul SAW hanya memakan tiga biji kurma dan segelas air putih, lalu segera berwudhu untuk mengerjakan shalat Maghrib secara berjamaah.

Dari Abu ‘Athiyah RA, dia berkata, “Saya bersama Masruq datang kepada Aisyah RA. Kemudian Masruq berkata kepadanya, “Ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang masing-masing ingin mengejar kebaikan, dan salah seorang dari keduanya itu segera mengerjakan shalat Maghrib dan kemudian berbuka. Sedangkan yang seorang lagi, berbuka dulu baru kemudian mengerjakan shalat Maghrib.”

Aisyah bertanya, “Siapakah yang segera mengerjakan shalat Maghrib dan berbuka?” Masruq menjawab, “Abdullah bin Mas’ud.” Kemudian Aisyah berkata, “Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW.” (HR Muslim No 1242).

Memberbanyak ibadah
Selama bulan Ramadhan, Rasul SAW senantiasa memperbanyak amalan, seperti shalat malam, tadarus Alquran, zikir, tasbih, dan sedekah.

Iktikaf
Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasul SAW meningkatkan aktivitas ibadahnya, terutama dengan iktikaf.

KHAZANAH REPUBLIKA

Makkah Kota yang Diberkahi Allah

MAKKAH — Makkah adalah kota yang diberkahi Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran ayat 96:

 إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ 

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Maulana Muhammad Zakariya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Haji menuliskan, barangsiapa memasuki Makkah akan memperoleh keselamatan dari api neraka jika melakukan amal-amal baik.

Melakukan amal-amal ibadah di Makkah juga mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Misalnya, sholat di Masjidil Haram pahalanya setara dengan 100 ribu kali sholat.

Hasan Bashri, seorang tabiin yang berguru langsung pada sejumlah sahabat nabi pernah menyebutkan sejumlah amalan yang pahalanya dilipatgandakan. Di antaranya, puasa satu hari di Makkah sama dengan berpuasa 100 ribu kali di tempat lain. Kemudian, bersedekah satu dirham di Makkah sama dengan 100 ribu dirham di tempat lain dan setiap amal kebaikan yang dilakukan di Makkah akan seperti melakukan 100 ribu kali kebaikan di tempat lain.

IHRAM

Keajaiban Puasa

Oleh: Sofiah Balfas*

Bagaimana Puasa Membantu Menyelesaikan Masalah Kesehatan

Sudah lama sekali saya ingin menulis tulisan ini untuk bisa  membagi pengalaman saya mendapatkan hal yang sangat luar biasa setelah melakukan puasa Daud. Tujuan utama saya melakukannya ibadah yang mulia ini adalah karena ingin lebih dekat dengan Allah. 

Sebelumnya perlu saya sampaikan bahwa saya memiliki kondisi kesehatan di mana nilai hemoglobin saya selalu di bawah 10, beberapa kelainan di sel darah merah yang disertai demam dan kondisi lainnya. Kondisi ini saya alami selama 15 tahun.

Sebelum melaksanakan puasa Daud, saya dan suami sudah melakukan puasa Senin dan Kamis secara rutin selama lebih dari 5 tahun.  Alhamdulillah banyak sekali yang Allah hadiahkan kepada kami dari puasa Senin Kamis ini. Selain lebih dekat dengan Allah, saya lebih dapat mengontrol emosi dan juga Alhamdulillah banyak keuntungan bagi kesehatan. 

Gula darah suami saya kembali normal (awalnya indeks glikemik selalu diatas 10, sekarang di angka 5,7-6,5 dan kolesterol (LDL dan trigliserida)) juga normal tanpa obat-obatan lagi. 

Setiap di penghujung Ramadhan, suami saya selalu mengajak saya untuk meningkatkan puasa Senin dan Kamis yang kami lakukan menjadi puasa Daud setelah Lebaran. Tapi lama baru terlaksana karena saya takut tidak mampu dengan aktivitas pekerjaan saya yang cukup banyak.  

Pada September 2018, saya mulai melakukan puasa Daud, walaupun awalnya dilarang oleh dokter saya karena Hemoglobin saya pada saat itu sangat rendah. 

Dokter di Indonesia maupun di luar negeri sudah melakukan treatment yang cukup panjang untuk persoalan Hemoglobin saya ini tapi tetap saja tidak ada hasil. 

Untuk memastikan kondisi saya aman-aman saja dan Hemoglobin saya tidak memburuk, saya melakukan tes darah setelah 4 bulan melakukan puasa Daud. 

Masya Allah hasilnya membuat saya dan suami kaget luar biasa, menangis sambil bersyukur, hasilnya di luar dugaan. Maha Besar Allah, Hemoglobin saya normal dan kelainan sel darah merah juga normal. 

Saya lakukan tes itu kembali setiap empat bulan dan hasilnya Alhamdulillah semua normal, dokter di luar negeri pun menyatakan kondisi saya sangat prima sekarang. 

Lalu bagaimana cara Allah menormalkan Hemoglobin dan sel darah merah saya?  Allahu Akbar, maha besar Allah, sulit bagi saya  mencari jawabannya pada saat itu. Setelah membaca tulisan ini sampai akhir, Insya Allah pembaca bisa menemukan jawabannya sendiri. 

Dari sini saya  terus mempelajari apa yang terjadi saat tubuh berpuasa, agar saya bisa mengajak banyak orang untuk melakukan puasa lebih sering. 

Pengalaman saya, sulit sekali mengajak orang berpuasa dengan hanya menjanjikan pahala dan rahmat Allah. Tapi jika ada manfaat langsung ke diri mereka, biasanya langsung tertarik. 

Banyak sekali orang yang membayangkan berat sekali saat berpuasa, ini juga yang saya pikirkan sebelum memulainya.

Walaupun saya bukan pemuka agama dan juga bukan dokter, tapi saya ingin menyampaikan kepada saudara semua soal ajaibnya puasa dari apa yang saya alami dan beberapa literatur yang saya baca. 

Puasa dalam Al-Quran dan hadist

Di dalam QS Al Baqarah ayat 184 : “… Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”

Hadist riwayat Imam Nasai dari sahabat Abu Umamah: “Wahai Rasulullah perintahkan satu amalan, yang dengan amalan tersebut saya mendapat banyak manfaat.” 

Kemudian Rasulullah saw menjawab: “Tidak ada satu amalpun yang setara dengan puasa.”

Seorang dokter pada zaman Rasulullah yang bernama Haris bin Kaidah mengatakan lambung adalah rumah penyakit dan puasa adalah pangkal segala obat.

Tahukah Anda kalau binatang pun berpuasa?

Ternyata anjing dan kucing berpuasa ketika sedang sakit. Jangan pernah memaksa kucing makan ketika mereka sedang sakit karena hanya akan memperlambat sakit si kucing dan menghambat penyembuhan alami.  

Menurut Dr Jason Fung, dokter ahli ginjal di Kanada, yang mengarang banyak buku mengenai puasa dan diabetes, mengatakan: “The powerful natural of healing solution is FASTING”, jadi puasa adalah cara terbaik untuk penyembuhan alami. 

Menurut beliau, puasa bukanlah kelaparan tapi keikhlasan dalam menahan keinginan untuk makan. Kata ikhlas ini menjadi sangat menentukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.  Selanjutnya Fung mengatakan: “Kalau melihat sejarah, kita bisa melihat sejak zaman dulu orang berpuasa.” 

Hipocrates, bapak dari kedokteran modern mengatakan, “Makanan harus menjadi obat bagi kita. (our food should be our medicine), kalau tidak, maka obat akan menjadi makanan buat kita.” 

Lebih tegas Hipocrates mengatakan, “Makan ketika sakit, sama saja dengan memberi makan pada penyakit itu sendiri.” 

Kebiasaan kita ketika sakit (seperti flu, batuk) untuk menambah porsi atau kualitas makan kita, padahal tubuh kita di-design oleh penciptanya untuk puasa, tubuh akan menyimpan makanan dan mengeluarkan pada saat dibutuhkan. Tidak hanya manusia, juga terjadi pada semua binatang.  

Benjamin Franklin mengatakan, “Obat yang terbaik adalah istirahat dan puasa.” Istirahat artinya bebas dari stres dan relaksasi. Puasa didisain untuk membersihkan sistem dan purifikasi tubuh.  Benjamin Franklin dengan tegas menyatakan, “Yang terbaik untuk penyembuhan adalah bukan obat-obatan ataupun operasi tapi PUASA.”  Mahatma Gandhi menyatakan, “Puasa dapat membersihkan tubuh, pikiran dan jiwa.” 

Dalam Islam diyakini bahwa puasa adalah sesuatu yang sangat agung. Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa puasa itu menghantarkan kita kepada pintu surga. Selama bulan Ramadhan, Muslim berpuasa selama sebulan penuh.   

Puasa bukan sesuatu yang membahayakan tetapi sesuatu yang memberikan banyak manfaat. Coba anda perhatikan selama bulan Ramadhan, pasien yang dirawat di rumah sakit selalu menurun jumlahnya, ini membuktikan bahwa puasa menyehatkan. 

Ada beberapa riwayat yang mengatakan Rasulullah sering berpuasa pada saat perang dan memenangkan peperangan. Ini saya alami sendiri, saya rutin melakukan olah raga yang cukup berat sebanyak 2 kali seminggu, ternyata di hari berpuasa, saya bisa melakukannya jauh lebih baik daripada di saat tidak berpuasa, padahal sebelum latihan, guru saya selalu tanya: “sudah makan?”, karena khawatir saya akan lemas ketika latihan kalau belum makan, itulah pemikiran orang  pada umumnya, termasuk saya juga  berpikir seperti itu sebelum banyak melakukan berpuasa.

Dari ilmu pengetahuan, diketahui puasa mempunyai banyak manfaat:  

Mengontrol kadar gula darah.

Menurunkan berat badan

Menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida.

Meningkatkan kesehatan mental,

Meningkatkan imunitas tubuh

Membuang racun dalam tubuh.

Meningkatkan fungsi otak.

Membuat awet muda.

Fasting Clinic 

Begitu hebatnya puasa, ternyata di Jerman ada klinik yang  mengobati pasiennya dengan berpuasa. Klinik ini bernama The Buchinger Therapeutic Fasting dan didirikan tahun 1920, tepat 100 tahun lalu oleh Dr Otto Buchinger.  

Dr Françoise Wilhelmi, direktur Research and Medicine Klinik Buchinger dalam presentasinya  menyampaikan sejak 1989, Dr Heinz Fahrner sudah menjelaskan puasa adalah stimulator yang paling kuat terhadap mekanisme penyembuhan diri sendiri pada tubuh dan jiwa sesorang.  

Sudah ribuan orang mengikuti program puasa di klinik ini dan memberikan hasil yang sangat signifikan.

Di Rusia juga ada klinik dengan terapi puasa yang didirikan tahun 1995.  Klinik ini berada di Goryachinsk, lokasi yang mempunyai pemandangan yang sangat cantik.  

Lebih dari 10,000 orang sudah mendapatkan manfaatnya. Klinik ini mempunyai moto: “Fast and your body will thank you”.

Autophagy, Efek Puasa Terhadap Sel Tubuh

Terakhir saya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat mengagumkan yang bisa anda dapatkan ketika anda berpuasa, yaitu AUTOPHAGY. Hadiah Nobel Fisiologi dan Kedokteran diberikan kepada ilmuwan asal Jepang, Yoshinori Ohsumi  pada tahun 2016, yang menemukan mekanisme authophagy. 

Autophagy adalah mekanisme pembongkaran bagian-bagian sel yang sudah  tua/rusak yang terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mempertahankannya. 

Authophagy sangat penting bagi kelangsungan hidup sel dan menjaga sel tetap sehat. 

Tanpa authophagy, sel-sel tubuh manusia tidak akan bertahan, karena banyaknya sampah tubuh yang akan menumpuk sehingga menganggu fungsi sel dalam tubuh sehingga imunitas menurun dan timbul berbagai penyakit, termasuk penuaan dini.  

Berbagai riset membuktikan bahwa Autophagy berperan dalam menekan sel tumor. Selain itu autophagy merupakan respons pertahanan sel dari serbuan virus virus dan bakteri ketika terjadi infeksi. Uniknya Autophagy tidak terjadi ketika sel kenyang karena banyaknya pasokan nutrien, melainkan ketika ia kelaparan. 

Jadi proses autophagy terjadi hanya saat kita berpuasa. Ketika seseorang makan, hormon insulin yang mengatur metabolisme karbohidrat dalam tubuh akan meningkat, sementara glukagon menurun. 

Ketika ia berpuasa, terjadi sebaliknya, insulin menurun, sementara glukagon meningkat, peningkatan glukagon inilah yang menstimulasi proses Autophagy. 

Apa yang bisa menghentikan proses Authophagy? Makan. Karena gula dan protein yang berlebihan membuat pembersihan diri terhambat. Hal ini terbukti pada tubuh penderita penyakit Alzheimer dan Kanker.

Pola makan selama berpuasa menentukan manfaat dari puasa itu sendiri.

Mungkin ada orang yang merasa sudah berpuasa tapi tidak mendapatkan banyak manfaat terhadap kesehatannya.  Bahkan dari satu kajian  selama bulan Ramadhan, didapatkan  bahwa puasa menyebabkan peningkatan kadar gula, trigliserida, penurunan HDL sehingga hal ini menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. 

Mengapa ini bisa terjadi? Dari pengalaman saya, jawabannya  adalah: coba lihat apa yang anda makan waktu berbuka dan berapa banyak? Jangan jadikan waktu shaur dan berbuka puasa menjadi  kebiasaan “balas dendam”.   

Puasa bisa diibaratkan kita membersihkan rumah kita, agar tetap bersih, anda harus mengatur makanan yang anda makanan ketika berbuka dan shaur.  

Jika anda berbuka dengan makanan yang tinggi lemak, tinggi gula dan kalori, berarti  setelah berbuka anda segera mengotori  tubuh anda.  

Makanan tinggi kalori seperti makanan tinggi karbohidrat dan gula akan  menghambat proses autophagy dan juga membuat anda banyak bermalas malasan selama puasa.  Saya biasakan banyak minum air  putih, kurma beberapa butir dan buah segar ketika berbuka.  Asupan protein yang sehat tetap saya prioritaskan.  

Yang tidak kalah penting tetaplah   berolah raga, hal inj bisa anda lakukan di sore hari sehingga anda akan tetap segar setelah berbuka puasa dan dari penelitian dodapatkan olahraga selama berpuasa dapat meningkatkan antioksidan.

Sekarang kita bisa tahu dan mengerti penggalan makna surat Al Baqarah ayat 184:  “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

Semoga tulisan saya ini menginspirasi banyak orang untuk berpuasa. Apalagi di saat ini semua orang memburu semua vitamin atau obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, kita lupa kalau  Allah yang menciptakan kita sudah menyiapkan proses meningkatkan daya tahan tubuh dan self-healing untuk kita, maha besar Allah.

*Penulis adalah Direktur Operasional PT Bukaka Teknik Utama

Manhajus Salikin: Pembatal Shalat

Apa saja pembatal shalat yang dibahas dalam kitab Manhajus Salikin karya Syaikh As-Sa’di.

# Fikih Manhajus Salikin karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Kitab Shalat

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dalam kitabnya Manhajus Salikin,

تَبْطُلُ الصَّلاَةُ :

-1بِتَرْكِ رُكْنٍ أَوْشَرْطٍ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ عَمْدًا أَوْسَهْوًا أَوْجَهْلاً

-2وَبِتَرْكِ وَاجِبٍ عَمْدًا

-3وَبِالكَلاَمِ عَمْدًا

-4وَبِالقَهْقَهَةِ

-5وَبِالحَرَكَةِ الكَثِيْرَةِ عُرْفًا المُتَوَالِيَةِ لِغَيْرِ ضَرُوْرَةٍ

لِأَنَّهُ فِي الأُوَلِ تَرَكَ مَا لاَ تَتِمُّ العِبَادَةُ إِلاَّ بِهِ وَبِالأَخِيْرَاتِ فَعَلَ مَايُنْهَى عَنْهُ فِيْهَا

“Shalat itu batal karena:

  1. dengan meninggalkan rukun atau syarat padahal ia mampu melakukannya; meninggalkan di sini dengan sengaja, lupa, atau tidak tahu.
  2. meninggalkan wajib shalat secara sengaja,
  3. berbicara dengan sengaja,
  4. tertawa (dengan keluar suara),
  5. bergerak banyak dalam shalat secara ‘urf (anggapan orang) disebut banyak, dilakukan berturut-turut, dan bukan darurat.

Dua yang pertama jadi pembatal karena ibadah tidaklah sempurna kecuali dengannya. Sedangkan tiga berikutnya dianggap membatalkan shalat karena melakukan yang dilarang di dalam shalat.”

Shalat batal berarti belum gugur kewajiban

Bab kali ini menjelaskan tentang pembatal dan hal yang dimakruhkan, di mana tidak disyariatkan sujud sahwi karena tidak ada dalil akan hal itu. Shalat yang rusak (batal) berarti shalat tersebut belum melepas kewajiban, ia dituntut melakukan shalat tersebut kembali, baik dalam bentuk adaa-an (kerjakan shalat pada waktunya) maupun qadha-an (kerjakan shalat di luar waktunya). Sedangkan makruh berarti sesuatu yang diperintahkan untuk ditinggalkan dengan larangan tidak tegas.

Kaedah meninggalkan syarat, rukun, dan wajib shalat

  1. Jika seseorang meninggalkan syarat, rukun, atau wajib shalat dengan sengaja padahal mampu melakukannya, maka shalatnya tidaklah sah.
  2. Jika meninggalkan syarat, rukun dalam keadaan tidak tahu atau lupa, maka wajib dilakukan kembali lalu melakukan sujud sahwi.
  3. Jika meninggalkan wajib shalat dalam keadaan tidak tahu atau lupa, maka ditambal dengan sujud sahwi.
  4. Jika meninggalkan syarat atau rukun shalat karena tidak mampu, maka tidak ada kewajiban apa pun sebagai pengganti.

Kaedah meninggalkan perintah dan melakukan larangan karena lupa

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Perbedaan penting yang perlu diperhatikan bahwa siapa yang melakukan yang haram dalam keadaan lupa, maka ia seperti tidak melakukannya. Sedangkan yang meninggalkan perintah karena lupa, itu bukan alasan gugurnya perintah. Namun bagi yang mengerjakan larangan dalam keadaan lupa, maka itu uzur baginya sehingga tidak terkenai dosa.” (I’lam Al-Muwaqi’in, 2:51).

Peringatan!

Orang yang tidak tahu tidak ada udzur, kalau ia lakukan kesalahan untuk shalat saat ini, maka ia mengulangi shalat yang saat itu saja. Hal ini sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh orang yang jelek shalatnya (yaitu Khalad bin Raafi’, cerita hadits ini ada dalam hadits Abu Hurairah dan hadits Rifa’ah bin Raafi’). Adapun shalat yang dulu-dulu tidak perlu diulangi. Karena beban hukum ada ketika telah sampainya ilmu. Lihat Ghayah Al-Muqtashidin, 1:286.

Ada kaedah dari Ibnu Taimiyah yang berbunyi,

أَنَّ الْحُكْمَ لَا يَثْبُتُ إلَّا مَعَ التَّمَكُّنِ مِنْ الْعِلْمِ

“Hukum tidaklah ditetapkan kecuali setelah sampainya ilmu.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 19:226).

Dalil kaedah ini adalah firman Allah,

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

Dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Isra’: 15).

Kenapa sampai meninggalkan syarat, rukun, dan wajib shalat membatalkan shalat?

Dalam Ghayah Al-Muqtashidin (1:286) disebutkan bahwa hal ini dikarenakan meninggalkan sesuatu yang shalat tidaklah sempurna kecuali dengannya dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim, no. 1718)

Masih berlanjut pembahasan tentang pembatal shalat insya Allah.

Referensi:

  1. Ghayah Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin. Cetakan pertama, Tahun 1434 H. Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin ‘Abdurrahman Az-Zauman. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Syarh Manhaj AsSalikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/23840-manhajus-salikin-pembatal-shalat.html

Mengapa Menolak Jenazah Covid-19?

Kewaspadaan berbeda dengan kepanikan. Sikap waspada dibangun di atas dasar ilmu yang jelas. Adapun kepanikan biasanya hanya berlandaskan rumor yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Mewaspadai penularan virus Covid-19 adalah sebuah keharusan. Sebab wabah tersebut memang amat membahayakan. Namun kewaspadaan itu tidak boleh kebablasan. Hingga menyeret kepada sikap panik berlebihan.

Contohnya: adalah menolak jenazah pasien Covid-19.

Fenomena yang terjadi di berbagai daerah ini, tidak bisa dibenarkan dari aspek manapun. Aspek sosial, kesehatan maupun agama.

Pertama: Aspek Sosial

Dalam kondisi wabah seperti ini, semestinya kepedulian antar masyarakat justru dihidupkan. Kita harus saling peduli, bahu membahu dan bantu membantu.

Para penderita Covid-19 adalah korban yang sepatutnya mendapatkan empati. Bukan malah dikucilkan, dibenci atau disakiti.

Saat mereka mengalami intimidasi sedemikian rupa, justru akan merugikan kita bersama.

Sebab dapat membuat orang yang mengalami gejala, merasa khawatir untuk melapor dan memeriksakan diri. Ini sangat berbahaya. Mengakibatkan virus tidak terdeteksi. Sehingga menyulitkan untuk memutus rantai penyebarannya. Berpeluang besar untuk menularkan virus tersebut kepada orang-orang di sekelilingnya. Tanpa disadari.

Apalagi bila penderita itu adalah tenaga medis dan para medis. Mereka adalah pahlawan kita saat ini. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi merawat para korban.

Pantaskah orang-orang yang telah berjasa besar, justru dikucilkan masyarakat, diusir dari kontrakan atau ditolak jenazahnya?

Bukankah itu adalah sikap membalas air susu dengan air tuba? Di mana hati nurani kita?

Kedua: Aspek Kesehatan

Banyak penolakan terjadi, dikarekan rumor yang berkembang, bahwa jenazah bisa menularkan virus. Sehingga membahayakan lingkungan sekitar.

Padahal para pakar kesehatan telah meluruskan pemahaman keliru tersebut.

dr. Edi Suyanto SpF, SH, MH, Kepala Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr. Soetomo Surabaya mengatakan,

“Secara ilmiah ilmu kedokteran, korban atau jenazah kemungkinan menularnya sudah tidak ada. Apalagi virus corona. Dia (virus corona) harus hidup pada inangnya. Inangnya sudah mati, virusnya juga ikut mati. Sama dengan HIV/AIDS sama H5N1 (Flu Burung) “.

Hermawan Saputra, anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menambahkan, “Corona ditularkan melalui batuk dan bersin. Kira-kira kalau orang meninggal apa bisa batuk dan bersin?”

Lantas bagaimana dengan cairan yang mungkin keluar dari jenazah?

Potensi penularan dari cairan tersebut, telah diantisipasi dengan protokol yang ketat.

Jenazah akan dibungkus plastik, lalu dikafani, kemudian dibungkus plastik lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam kantong jenazah. Lalu dimasukkan ke dalam peti yang tidak tembus air. Di setiap lapisan tadi dilakukan dekontaminasi. Terakhir jenazah sesegera mungkin dimakamkan. Di lokasi yang tidak dekat dengan sumber mata air.

Setelah berbagai prosedur cermat di atas, apalagi yang dikhawatirkan?

Alhamdulillah, hingga kini tidak ada laporan dari negara mana pun di seluruh dunia mengenai kasus penularan virus Corona melalui jenazah.

Ketiga: Aspek Agama

Dalam Islam, hukum memakamkan jenazah adalah fardhu kifayah. Demikian ijma’ para ulama. Bila tidak dilakukan, akibatnya semua orang bakal memikul dosanya.

Saking pentingnya hal ini, agama kita memberi aturan agar menyegerakan perawatan, pengantaran dan pemakaman jenazah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَسْرِعُوا بِالْجَنَازَةِ

“Segerakanlah (penanganan) jenazah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Manakala ada penolakan jenazah, itu akan berakibat tertundanya pemakaman. Bahkan di suatu wilayah, karena ditolak di mana-mana, jenazah sempat tertahan hingga dua hari!

Sudah matikah naluri kemanusiaan?

Keimanan seseorang tidak dianggap sempurna, kecuali manakala ia mencintai saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri.

Bila jenazah yang terkatung-katung tadi adalah orang tua kita, bagaimana gerangan perasaan kita?

Ingat, balasan yang akan didapatkan seseorang, adalah sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.

Pesantren Tunas Ilmu Kedungwuluh Purbalingga.

Ustadz Abdullah Zaen, M.A.

Read more https://konsultasisyariah.com/36292-mengapa-menolak-jenazah-covid-19.html