Berpuasalah karena Iman dan Mengharapkan Pahala

NABI kita Shallallhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadn karena imn dan mengharapkan pahala, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 37, versi Fathul Bari nomor 38 dan Muslim nomor 1268, versi Syarh Muslim nomor 760)

Kalau kita cermati dari sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam diatas, maka betapa besar pahala yang dijanjikan oleh Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam bagi yang berpuasa Ramadn

Betapa tidak bahwa dia akan mendapatkan ganjaran berupa ampunan dosa dari seluruh dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Namun kalau kita cermati lebih dalam bahwa ternyata untuk mendapatkan ampunan dosa dengan sebab puasa tidak semudah yang dibayangkan. Karena di dalamnya ada dua persyaratan yang disyaratkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam yaitu :

1. Imnan (dengan landasan keimnan)
2. Ihtisban

Apakah yang dimaksud dengan 2 (dua) persyaratan tersebut ?

*Keimanan*

Maka untuk dikatakan seseorang itu bahwa puasanya dilandasi dengan keimnan yang bersama dia berimn secara umum dalam arti bahwa orang yang berpuasa tersebut harus orang yang berimn.

Artinya secara pribadi dia memiliki keimanan yang sah.

  • Jadi dia bukan orang kafir, bukan orang yang telah batal imannya disebabkan tindakan atau perilaku, walaupun dia asalnya muslim (misalnya) tapi ternyata pada dirinya ada kekafiran sehingga tidak layak dia mendapatkan predikat orang yang berimn.
  • Dia beriman tentang wajibnya puasa Ramadhn tersebut. Ini terkait dengan syarat keimanan.

*Ihtisban*

*Ihtisaban yaitu mengharapkan ganjaran.*

Bahwa yang dimaksudkan seseorang yang berpuasa meniatkan dengan puasanya mendapatkan pahala, yaitu pahala akhirat. Dan pahala akhirat yang terbesar adalah melihat Allh Ta’la di surga. Jadi dia mengharapkan ganjaran dimana Allh Ta’la mengganjarnya di akhirat.

Maka bukanlah puasanya hanya semata-mata dia mengikuti kebanyakan kaum muslimin berpuasa. Tidak enak kalau tidak puasa atau berpuasa dalam rangka untuk supaya sehat atau berpuasa demi mendapatkan kenikmatan duniawi tetapi dia berpuasa untuk mengharapkan pahala akhirat.

Ganjaran yang disediakan oleh Allh diakhirat. Di surga kelak. Dan apabila ternyata dia puasanya tidak memenuhi dua persyaratan diatas, maka dia tidak mendapatkan ampunan dosa. Apakah ada disana orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan ganjaran? Banyak.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam :

Telah menceritakan kepada kami Amr bin Raafi, telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Saiid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan kantuk.” (Sunan Ibnu Maajah no. 1690] Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih” dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380)

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidaklah dia dapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (Hadts Riwayat At- Tabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Syaikh Al-Albniy rahimahullh dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadts ini shahh ligoirihi yaitu shahh dilihat dari jalur lainnya)

Sebagaimana juga beliau bersabda :

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang dusta, yang buruk dan mengamalkan amalan yang buruk, maka tidak ada kepentingan terkait dengan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 1770, versi Fathul Baru nomor 1903)

Artinya tidak mendapatkan sedikitpun dari makan dan minumnya, tidak mendapatkan ganjaran sama sekali. Ini menunjukan bahwa di sana ada orang-orang yang dia telah lapar dan dahaga dengan puasanya tapi yang dia dapatkan, hanya lapar dan dahaga.

Di samping dua syarat di atas tentang keimanan dan juga ihtisb dengan penjelasan yang telah disampaikan tentunya dia juga harus memenuhi syarat dan rukunnya puasa sehingga dia sah secara fiqih dan juga dia layak untuk mendapatkan ganjaran yang besar yaitu berupa ampunan Allh Ta’ala atas dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan diri untuk menghadapi Ramadhn dengan keimanan yang benar dan dengan betul-betul mengharapkan pahala dari sisi Allh Ta’ala.

Demikian mudah-mudahan bermanfa’at bagi kita semuanya. Wa billhi taufiq wal hidayah. [Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam]

 

INILAH MOZAIK