Mengganggu Shalat Adalah Perbuatan Setan

Tidak boleh seseorang secara langsung atau secara tidak langsung menimbulkan gangguan pada orang-orang yang sedang shalat. Karena mengganggu orang yang shalat adalah diantara perbuatan setan. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat” (QS. Al Maidah: 91).

 

Setan mengganggu shalat seseorang sehingga bacaannya menjadi kacau. Dari Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu’anhu ia berkata:

يا رَسولَ اللهِ، إنَّ الشَّيْطَانَ قدْ حَالَ بَيْنِي وبيْنَ صَلَاتي وَقِرَاءَتي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ، فَقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: ذَاكَ شيطَانٌ يُقَالُ له خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ باللَّهِ منه، وَاتْفِلْ علَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا قالَ: فَفَعَلْتُ ذلكَ فأذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي

Wahai Rasulullah, setan telah menghalangi antara aku dan shalatku serta mengacaukan bacaanku. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “itu adalah setan yang disebut dengan Khanzab. Jika engkau merasakan sesuatu (gangguan) maka bacalah ta’awwudz dan meniuplah ke kiri 3x”. Utsman mengatakan: “aku pun melakukan itu, dan Allah pun menghilangkan was-was setan dariku” (HR. Muslim no.2203).

Setan mengganggu shalat seseorang dengan menimbulkan was-was pada dirinya sehingga seolah-olah dia telah batal wudhunya. Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يأتي الشيطانُ أحَدَكُم فَيَنْقُرًُ عِنْدَ عِجانِهِ ، فلا ينصرِفُ حتى يَسْمَعَ صوتاً أو يَجِدَ ريحاً

“Setan mendatangi kalian lalu meniup-niup pada dubur kalian (sehingga muncul was-was). Maka janganlah membatalkan shalat kecuali mendengar suara atau merasakan angin” (HR. Thabrani no.11948, Al Baihaqi no.3509, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.3026).

 

Shaf shalat yang tidak lurus dan tidak rapat akan membuat celah bagi setan untuk Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رُصُّوا صُفُوفَكُمْ ، وَقَارِبُوا بَيْنَهَا ، وَحَاذُوا بِالأعْنَاقِ؛ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنِّي لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ ، كَأَنَّهَا الحَذَفُ

“Rapatkanlah shaf-shaf kalian! Dekatkanlah di antara shaf-shaf tersebut! Sejajarkan leher-leher. Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku benar-benar melihat setan masuk dari celah shaf, seakan-akan setan itu anak-anak kambing” (HR. Abu Daud no. 667, An Nasa-i no. 815, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Orang yang lewat di depan orang yang shalat, dapat mengganggu orang yang shalat tersebut. Orang yang lewat ini disebut oleh Nabi sebagai setan. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا صلَّى أحدُكُم إلى شيءٍ يستُرُهُ من الناسِ،فأرادَ أحَدٌ أنْ يَجتازَ بين يديْهِ، فليدفَعْهُ، فإنْ أبى فَليُقاتِلهُ، فإنما هو شيطانٌ

“Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap sesuatu yang ia jadikan sutrah terhadap orang lain, kemudian ada seseorang yang mencoba lewat di antara ia dengan sutrah, maka cegahlah. jika ia enggan dicegah maka tolaklah ia dengan keras, karena sesungguhnya ia adalah setan” (HR. Al Bukhari 509, Muslim 505).

 

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa semua bentuk perbuatan mengganggu shalat adalah perbuatan setan. Maka tidak boleh melakukan segala hal yang dapat mengganggu shalat orang lain dengan sengaja. Dan wajib menghilangkan semua hal yang bisa mengganggu shalat, baik berupa suara-suara yang bising, anak-anak kecil yang bermain-main ketika shalat, gambar-gambar yang mengganggu shalat, dan semisalnya.

Shalat adalah ibadah yang agung, kita sedang menghadap Allah Ta’ala, Rabb semesta alam, dalam shalat. Maka hendaknya jadikan shalat kita kekhidmat dan sekhusyuk mungkin.

 

Wallahu a’lam.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/46300-mengganggu-shalat-adalah-perbuatan-setan.html

Pengingat Laku di Ujung Pagi

TERINGATLAH saya pada kata-kata guru saya dulu saat saya belajar tentang hati. Saat itu saya seringkali gelisah dengan pertanyaan diri saya tentang cara yang benar menuju kemuliaan dan kebahagiaan hakiki.

Guru yang baik adalah yang paham akan kegelisahan muridnya. Tanpa mulut ini bertanya, jawabanpun diberikan. Saya tersentak dengan jawaban ringkasnya yang disampaikan dengan cara berbisik untuk kemudian bergegas pergi.

Berikut adalah ucapan beliau: “Kamu bisa menipu banyak manusia, tapi kamu tak kan pernah bisa menipu Tuhan. Semua yang kamu niatkan dan lakukan tak pernah luput dari pengetahuanNya. Jika demikian, masih mungkinkah mengejar mulia bahagia dengan berpaling dan menjauh dariNya?”.

Saya terdiam, menunduk dan kemudian juga bergegas pergi. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Ketika Para Ashabul Kahfi Keluar dari dalam Gua (2-Habis)

Kini, kota tempat asal Ashabul Kahfi itu dipimpin raja yang beriman pada ajaran Nabi

Melanjutkan kisah sebelumnya. Persoalan mulai muncul ketika utusan Ashab al-Kahfi ini membayar barang yang dibelinya. Si penjual terperanjat begitu melihat uang perak yang diterimanya. Seketika dia menolak karena uang itu sudah amat lama tidak berlaku lagi.

Bahkan, dia menuduh utusan Ashab al-Kahf ini sedang menipunya. Ribut-ribut di depan kios itu membuat sejumlah petugas kerajaan mendekat. Aparat keamanan ini lantas menangkap utusan tersebut.

Setelah diinterogasi, utusan itu pun menceritakan siapa dirinya dan kawan-kawannya yang sedang menunggu di dalam gua. Keterangannya membuat heran dan takjub para petugas. Bahkan, sejumlah menteri kerajaan sengaja datang begitu tahu ada uang kuno yang beredar di pasar.

Sebaliknya, utusan Ashab al-Kahf ini terperanjat setelah diberi tahu bahwa Daqyanus telah lama meninggal. Bahkan, gubernur musyrik nan lalil itu sudah menjemput ajal ratusan tahun silam. Sadarlah dia bahwa kini negeri tanah airnya dipimpin Theodosius, raja yang beriman pada ajaran Nabi Isa AS; iman yang juga dipeluk para Ashab al-Kahf.

Tersiarlah berita ke tengah masyarakat tentang orang-orang saleh penghuni gua yang bangkit lagi setelah tiga abad ditinggalkan.

Khalayak mulai berbondong-bondong menghampiri gua di gunung tempat bersemayamnya Ashab al-Kahfi. Mereka begitu bersemangat untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Sementara itu, utusan yang tadi ditugaskan pergi ke pasar telah kembali bersama para sahabatnya di dalam gua. Lautan massa memberi jalan kepada arak-arakan Theodosius, yang hampir sampai di lokasi Ashab al-Kahfi.

Ketika akan memasuki gua tersebut, sang raja melihat para penghuni gua sedang tidur lelap. Pada saat itulah, Allah SWT mencabut nyawa pemuda-pemuda tersebut. Semuanya meninggal dunia dengan tenang, termasuk utusan yang sebelumnya turun ke pusat kota. Bahkan, demikian pula dengan anjing yang selama ini menjaga pintu gua tersebut.

Setelah menyadari orang-orang saleh itu telah wafat, muncul perselisihan di antara para petinggi kerajaan. Bagaimana keputusan selanjutnya. Apakah gua itu akan dibiarkan begitu saja? Bagaimana cara terbaik untuk mengenang orang-orang saleh itu?

Sebagian mereka meminta agar gua tersebut ditutup saja dan ditandai plakat biasa yang sebatas menandakan peristiwa historis tersebut. Sebagian yang lain malah mendesak sang raja agar mendirikan sebuah rumah peribadatan di atas gua itu.

Buya Hamka dalam kitab tafsirnya mengutip pendapat Ibnu Jarir, yang mengatakan, orang-orang yang mengajukan permintaan pertama cenderung memelihara ajaran tauhid semurni-murninya. Sementara itu, mereka yang ingin mendirikan kuil di atasnya sudah terkontaminasi ajaran musyrik.

 

REPUBLIKA

Ketika Para Ashabul Kahfi Keluar dari dalam Gua (1)

Salah seorang dari Ashabul Kahfi itu kaget, suasana kota begitu jauh berbeda

Atas izin Allah SWT, ketujuh pemuda Ashab al-Kahfiitu bangun dari tidur panjang. Ihwal ini dijelaskan secara perinci dalam Alquran surah al-Kahf ayat ke-19. Artinya sebagai berikut.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?).’ Mereka menjawab: ‘Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.’

Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).’

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.’”

Utusan yang menjalankan tugas dari kawan-kawannya itu berjalan ke arah pusat kota. Di benaknya, terpikir bagaimana keadaan keluarga yang telah ditinggalkannya dan mata-mata pasukan Daqyanus yang harus dihindarinya sebisa mungkin. Dia hanya bisa berdoa. Berharap semoga sanak familinya yang beriman selamat serta tidak terlalu mencemaskan keadaan dirinya.

Yang terpenting sekarang, membeli makanan halal di pasar untuk segera diantarkan pada para sahabatnya yang menunggu di dalam gua.

Alangkah terkejutnya utusan ini begitu menyadari perubahan yang mencolok dari kota tempat tinggalnya. Tidak ada lagi gerbang kota Ephesus yang dihiasi ornamen dewa-dewi Romawi. Bahkan, hiasan yang dijumpainya adalah puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh mengherankan!

Hanya dalam semalam atau beberapa hari negeri yang dipimpin Daqyanus sudah meninggalkan perbuatan menyembah berhala!

Pasar yang selama ini diketahuinya telah berubah drastis. Bukan hanya kios-kios yang tidak sesuai dengan letaknya semula, tetapi juga mereka yang ada di dalamnya. Tidak ada satu pun wajah para pengunjung dan pedagang yang familiar baginya. Orang-orang juga mulai melihatnya aneh. Mungkin karena pakaian yang disandangnya.

(Bersambung)

REPUBLIKA

Berapa Jumlah Pemuda Ashabul Kahfi?

Para Nasrani pada zaman Rasulullah SAW berselisih pendapat tentang jumlah mereka

Al-Kahf merupakan salah satu surah Makkiyah di dalam Alquran. Menurut Ahmad Fuad Effendy dalam buku Sudahkah Kita Mengenal Al-Qur’an? (2013: 41), di antara ciri-ciri yang dominan pada suatu surah yang turun di Makkah adalah banyak mengandung kecaman terhadap kaum musyrikin.

Surah al-Kahf ayat ke-22, umpamanya, menyinggung bagaimana orang-orang Nasrani pada zaman Rasulullah SAW berselisih pendapat tentang jumlah para pemuda Ashab al-Kahf.

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ‘(jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, ‘(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya’, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, ‘(jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.’ Katakanlah, ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.’ Karena itu, janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”, demikian terjemahan ayat tersebut.

Orang-orang Nasrani dari Najran pada zaman Nabi SAW saling berbeda pendapat. Ada yang menegaskan jumlah para penghuni gua adalah tiga orang (anjingnya sebagai penghuni keempat).

Ada pula yang bersikeras jumlah mereka lima orang (anjingnya sebagai penghuni keenam). Padahal, seperti ditekankan dalam ayat Alquran di atas, kedua argumentasi tersebut hanyalah tebak-tebakan semata. Mereka hanya bisa mereka-reka ihwal yang gaib (rajman bilghaiib).

Alangkah lebih baik bagi seorang yang beriman untuk menyerahkan pengetahuan tentang hal-hal yang gaib pada Allah SWT. Ayat Alquran ini sekaligus untuk meneguhkan pendapat yang sahih, bahwa jumlah mereka adalah tujuh orang (anjingnya sebagai penghuni yang kedelapan).

 

Berapa Lama Ashabul Kahfi di Gua?

Dua ayat berikutnya membicarakan tentang berapa lama para Ashab al-Kahfdikondisikan tidur di dalam gua.

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”; Katakanlah, ‘Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.’”

Durasi ketujuh pemuda dan seekor anjing berada di dalam gua tersebut adalah 300 tahun syamsiah atau 309 tahun kamariah.

REPUBLIKA

4 Manfaat Kesehatan Madu Mentah

Madu mentah memiliki elemen menyehatkan.

Sebagian orang mungkin tidak begitu familiar dengan madu mentah. Madu mentah merupakan madu yang diambil langsung dari sarang lebah untuk dikonsumsi. Tidak seperti madu produksi pabrik, madu mentah tidak melalui berbagai proses pengolahan seperti penyaringan maupun pasteurisasi.

Madu mentah yang diambil langsung dari sarang lebah tanpa proses macam-macam biasanya memiliki beberapa elemen menyehatkan yang tak dimiliki madu ‘pabrikan’. Beberapa element tersebut adalah bee pollen, lilin lebah, propolis lebah, dan cukup banyak antioksidan.

Sejauh ini, penelitian ilmiah belum mengonfirmasi apakah madu mentah memiliki manfaat kesehatan yang lebih banyak dari madu biasa atau tidak. Meski begitu, madu mentah telah diketahui memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh.

Sebagai contoh, studi 2017 pada madu dan ulasan pada 2015 terhadap bee pollenmenunjukkan bahwa porpolis lebah dan bee pollen memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, antibakterial, dan antikanker.

Medical News Today mengungkapkan ada beragam manfaat yang bisa diambil dari madu mentah. Berikut ini adalah empat di antaranya.

Efek Antioksidan

Peneliti meyakini bahwa sebagian dari manfaat kesehatan madu berasal dari kandungan antioksidannya. Madu alami diketahui mengandung cukup banyak senyawa yang berperan sebagai antioksidan seperti phytochemical, flavonoid, dan asam askorbat.

Di dalam tubuh, antioksidan dapat menurunkan stres oksidatif dengan cara membersihkan radikal-radikal bebas. Stres oksidatif seringkali dikaitkan dengan beragam masalah kesehatan kronis.

Belum ada penelitian secara spesifik untuk melihat pengaruh proses pasteurisasi pada antioksidan di dalam madu. Akan tetapi berdasarkan studi-studi lain, proses pemanasan makanan dapat menurunan kandungan antioksidan.

Nutrisi

Nutrisi dan komposisi kimia pada madu mentah sangat bervariasi, bergantung pada negara, lingkungan hingga bunga yang digunakan lebah untuk mengumpulkan nektar. Terlepas dari itu, madu tetap memiliki banyak senyawa menyehatkan seperti antioksidan, asam amino, dan vitamin.

Satu sendok teh atau sekitar 21 gram madu mentah mengandung 64 kalori dan 16 gram gula. Madu alami juga memiliki sedikit kandungan vitamin dan mineral dalam jumlah kecil seperti niacin, riboflavin, pantothenic acid, kalsium, magnesium, mangan, kalium, fosfor dan zinc.

Efek Antibakteri

Madu merupakan agen antibakteri dan antimikroba alami. Madu mengandung hidrogen peroksida dan glukosa oksidase, serta memiliki tingkat pH yang rendah. Komposisi kimia madu yang untik juga membuat ragi maupun bakteri tidak dapat berkembang.

Karena sifat antibakteri ini, banyak orang yang menggunakan madu untuk membersihkan luka. Penelitian bahwan membuktikan bahwa jenis madu manuka dapat membunuh patogen-patogen umum seperti E.coli hingga S.aureus, dan H.pylori.

Menyembuhkan Luka

Beberapa studi menunjukkan bahwa madu dapat bekerja dengan baik untuk menyembuhkan luka. Madu dapat menyembuhkan luka dengan baik karena ditunjang oleh sifat antibakterial, antiinflamasi, dan antioksidannya.

Bila memiliki luka yang kecil atau bekas terbakar yang kecil, aplikasikan madu mentah secara langusng di area yang luka atau terbakar. Setelah itu, tutupi dengan plester atau perekat luka.

 

REPUBLIKA

Hati Adalah Cermin, Sudahkah Jernih dan Bening?

HATI itu bagaikan cermin. Ia mungkin saja bening, jernih dan memancarkan bayangan seindah aslinya. Namun ia juga bisa jadi buram, kotor dan menampakkan wajah kepalsuan.

Orang yang waras pasti menyukai cermin yang bening yang mampu memberikan gambaran kenyataan sebagaimana adanya. Hanya orang yang gila yang menyukai cermin buram dan kotor untuk menutupi kekurangan dan kekotoran dirinya sendiri. Ada kaidah sosial yang sering kita saksikan kebenarannya: “Orang kotor seringkali menuduh orang lain itu kotor untuk menyembunyikan kekotoran dirinya.”

Hati orang mukmin bagaikan cermin yang dimiliki seorang pengantin perempuan. Tak pernah dibiarkan cerminnya kotor sedikitpun karena setiap saat selalu ia gunakan untuk melihat tampilan dirinya. Hati orang fasik adalah bagai cermin yang dimiliki lelaki sepuh buruk muka, cermin itu tak pernah dibersihkan karena ditatapnyapun hanya setahun sekali.

Hati perlu bening biar bias cahaya semakin terang benderang. Jangan biarkan hati itu kotor dan gelap karena ia tak akan mampu memantulkan apa-apa dan bahkan senang bersahabat dengan kegelapan itu sendiri. Hati yang gelap akan disukai oleh iblis dan setan, karena iblis dan setan memang penyuka kegelapan. Sementara itu hati yang bening bercahaya akan disuka oleh Allah dan mailakat-malaikatNya.

Saudaraku dan sahabatku, kalau Anda melihat film horor, hantu, genderuwo, kuntilanak dan sejenisnya selalu muncul dalam kegelapan. Tidak pernah para setan itu muncul dalam cuaca terang benderang. Kalaupun ada, itu penulis skenario dan sutradaranya salah paham pada dunia iblis dan setan.

Sekarang, bagaimanakah caranya membeningkan hati? Sungguh jawaban atas pertanyaan ini menjadi sangat penting utuk diketahui demi kebahagiaan hati kita, demi kebercahayaan hati kiti. Semoga ita ada waktu untuk membahasnya. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif laam Miim Surabaya. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

Al-Qur’an Membangun Karakter Indah dalam Dirimu

Al-Qur’an membimbing segala urusan yang menuntun manusia untuk meraih kebahagiaan. Al-Qur’an menuntun tentang cara hidup dihadapan Allah, dihadapan dirinya sendiri dan dihadapan sesama manusia. Al-Qur’an juga mengatur cara hidup manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Semuanya telah diatur dan difasilitasi sehingga siapa yang benar-benar mengikuti tuntunan Al-Qur’an akan meraih kata “bahagia” yang sebenarnya.

Bukankah Al-Qur’an telah menyifati dirinya,

مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ

“Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab.” (QS.Al-An’am:38)

Al-Qur’an tidak hanya mengatur cara ibadahmu. Namun Al-Qur’an juga membimbingmu untuk memiliki karakter yang baik, kuat dan optimis. Bahkan Al-Qur’an juga mengatur cara berjalanmu, cara bicaramu, volume suaramu dan apa yang semestinya keluar dari lisanmu.

Al-Qur’an telah memberi cara agar suaramu tidak menganggu yang lain dan kata-katamu memiliki nilai yang bermanfaat, tidak keluar dengan sia-sia.

Al-Qur’an juga membimbing caramu mengatur penghasilanmu, pengeluaranmu dan dimana layaknya hartamu dikeluarkan.

Al-Qur’an membimbingmu untuk menjadi pribadi yang jujur, tidak bermuka dua dan menghindari sifat khianat.

Al-Qur’an membimbingmu menuju solat yang khusyu’ dan diluar solatmu tetap menjadi pribadi yang penuh kebaikan.

Al-Qur’an membimbingmu agar memiliki hati yang bersih. Bersih dari kedengkian, rasa iri dan hasut.

Al-Qur’an membimbingmu bagaimana cara untuk mengatur emosimu, menahan marahmu dan mudah memberi maaf kepada orang lain.

Semuanya telah diatur secara rinci dalam Al-Qur’an. Dalam genggamanmu setiap hari !

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS.Al-Isra’:9)

Sekarang semuanya tergantung kepada pola pikirmu. Apakah engkau masih menganggap ada konsep hidup yang lebih baik dari Al-Qur’an? Adakah bimbingan hidup yang lebih indah dari Al-Qur’an?

Jika engkau masih punya pandangan semacam ini maka sungguh engkau jauh dari Allah swt, jauh dari kebenaran dan jauh dari kebahagiaan yang sesungguhnya.

Karena sumber kebahagiaan hanya dari Allah dan telah ditentukan jalannya dalam Al-Qur’an.

طه – مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ

“Tha Ha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah.” (QS.Tha-Ha:1-2)

Al-Qur’an tidak diturunkan untuk mengantarmu menuju kesulitan dan kesengsaraan. Namun Al-Qur’an datang untuk mengatur setiap sisi dari hidupmu agar engkau meraih ketentraman dan kebahagiaan.

Maka berkacalah dengan Al-Qur’an, sejauh mana engkau telah mengikuti tuntunan-Nya?

Semoga bermanfaat

 

KHAZANAH ALQURAN

Penghambat Qiamulail

Ibadah malam adalah sunah yang utama, salah satunya Qiamulail

Ibadah malam adalah sunah yang utama. Rasulullah sendiri tidak pernah melewati malam-malamnya, melainkan selalu dihiasinya dengan qiamulail (Tahajud). Bahkan, satu hadis meriwayatkan, apabila qiamulail, Rasulullah melakukannya dengan penuh kesungguhan, hingga bengkak kedua tapak kakinya.

Hal ini menunjukkan bahwa qiamulail adalah momentum penting yang seyogianya setiap Muslim tidak melalui malam, kecuali dengan mengikuti kebiasaan mulia Rasulullah itu. Di dalam Alquran, secara eksplisit Allah SWT menegaskan umat Islam untuk bangun di tengah malam. “Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari.” (QS al-Muzzammil: 1-2).

Qiamulail Allah tegaskan adalah momentum yang baik untuk menyerap makna Alquran secara lebih berkesan, sehingga jiwa dapat merasakan ketenangan dan kenyamanan kala membacanya. “Sesungguhnya, bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS al-Muzzammil: 6).

Sementara itu, pada ayat yang lain Allah menjelaskan maksud dari diperintahkan qiamulail ini. “Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS al-Isra: 79).

Namun demikian, ibadah ini tergolong tidak mudah untuk diamalkan. Apalagi, jika memang niat dan upaya yang dipersiapkan untuk bisa qiamulail tidak benar-benar maksimal. Utamanya, dalam hal menjaga hati. Sebab, ternyata di antara sekian banyak penghambat seorang Muslim bisa qiamulail satu di antaranya adalah berprasangka buruk.

Hal inilah yang dialami ulama sufi Sufyan ats-Tsauri sebagaimana termaktub dalam kitab Mi’atani Hikmah Min Hikam Ash-Shahabah wa Ash-Shalihin. Suatu ketika, Sufyan berkata, “Aku terhalangi untuk melakukan qiamulail selama lima bulan karena dosa yang telah aku perbuat.” Dikatakan, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki menangis tatkala shalat, lalu aku katakan, ia adalah orang yang riya.”

Dengan demikian, satu di antara syarat utama untuk terhindar dari penghambat qiamulail adalah tidak berprasangka buruk terhadap siapa pun, lebih-lebih terhadap mereka yang melakukan amal kebajikan. Memastikan hati dalam kondisi bersih juga merupakan syarat yang tidak boleh disepelekan agar kita benar-benar mampu mengisi sepertiga malam kita dengan qiamulail.

Dari apa yang dialami Sufyan ats-Tsauri ini dapat diambil hikmah bahwa disunahkannya qiamulail bagi umat Islam tidak lain agar dalam sehari semalam, hati senantiasa terjaga dari hal-hal yang tidak perlu, apalagi haram. Dengan begitu, semangat ibadah akan dimudahkan Allah SWT.

Sungguh suatu kerugian yang nyata apabila seorang Muslim, lebih-lebih yang mendakwahkan ajaran Islam, melewatkan malam harinya tanpa qiamulail. Oleh karena itu, mari kita jaga hati dari berprasangka buruk, iri, dan dengki. Sebab, pangkal segala penghambat dalam melakukan amal kebaikan adalah dari rusaknya hati yang dibiarkan. Wallahua’lam.

 

Oleh: Imam Nawawi

KHAZANAH REPUBLIKA

Haruskah Melepas Gigi Palsu dari Mulut Mayit?

PERTAMA, diperbolehkan bagi orang yang mengalami cacat di salah satu anggota badannya, untuk memperbaikinya atau menambalnya dengan benda lain, sekalipun dengan emas. Berdasarkan hadis Urfujah bin Asad radhiyallahu anhu, bahwa hidungnya pernah terpotong karena terkena pedang ketika perang. Kemudian ditambal perak, namun luka hidungnya makin parah. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menasehatkan agar ditambal dengan emas, dan ternyata cocok. (HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Kedua, jenazah muslim wajib disikapi sebagaimana orang hidup. Artinya tidak boleh dikerasi, tidak boleh dilukai, atau diambil bagian tubuhnya, apalagi dipatahkan tulangnya. Dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mematahkan tulang mayit, statusnya sama dengan mematahkan tulangnya ketika masih hidup.” (HR. Abu Daud 3207, Ibnu Majah 1616, dan yang lainnya).

Mengingat hadis ini, Fatawa Syabakah Islamiyah menegaskan satu kaidah, “Bagian prinsip penting dalam syariat, kehormatan seorang muslim ketika sudah mati statusnya sama dengan kehormatannya ketika masih hidup. Karena itu, tidak boleh dilanggar kehormatannya.” (Fatawa Syabakah islamiyah, no. 12511)

Ketiga, para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang ada pada tubuh mayit. Makna tidak wajib, artinya keberadaan barang itu di tubuh mayit, tidak memberikan dampak apapun bagi mayit. Keberadaan benda itu, tidaklah menyebabkan si mayit menjadi tertahan amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan semacamnya.

Dalam kitab al-Inshaf, al-Mardawi al-Hambali (w. 885 H) mengatakan, “Dalam kitab al-Fushul dinyatakan, jika ada orang yang butuh untuk mengikat giginya dengan emas, kemudian giginya diberi kawat emas. Atau dia butuh hidung emas, kemudian dia diberi hidung emas lalu diikat, kemudian dia mati, maka tidak wajib dilepas dan dikembalikan kepada pemiliknya. Karena melepasnya menyebabkan menyayat mayat.” (al-Inshaf, 2/555).

Hal yang sama juga disampaikan Ibnu Qudamah, “Jika tulang seseorang ditambal dengan tulang hewan lain, lalu ditutup, kemudian dia mati, maka tidak boleh dilepas, jika tulang pasangan itu suci. Namun jika tulang pasangan itu najis, dan memungkinkan untuk dihilangkan tanpa menyayat mayit maka dia diambil. Karena ini termasuk benda najis yang mampu untuk dihilangkan tanpa membahayakan. Namun jika harus menyayat mayit maka tidak perlu dilepas.” (al-Mughni, 2/404).

Dari keterangan di atas, pada prinsipnya melepas benda yang ada di jasad mayit tidak diperbolehkan, kecuali jika ada 2 pertimbangan

Ada maslahat besar untuk mengambil benda itu, misalnya karena nilainya yang mahal atau karena benda yang ada di tubuh mayit itu najis. Tidak membahayakan bagi mayit, misal tidak menyebabkan harus menyayat mayit. Selain itu, tidak diperbolehkan mengambilnya.

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan, “Bagaimana hukum gigi emas atau semacamnya yang dipasang seseorang ketika hidup. Apakah dikubur bersama mayit ataukah boleh dilepas?.

Jawabannya, jika benda itu tidak bernilai, tidak masalah dikubur bersama mayit, seperti gigi yang bukan emas atau perak, atau hidung palsu yang bukan emas. Namun jika benda itu bernilai, maka boleh diambil, kecuali jika dikhawatirkan akan merusak badan mayit, misalnya ketika gigi itu diambil akan merusak rahang, maka gigi itu dibiarkan untuk dikubur bersama mayit.” (as-Syarh al-Mumthi, 5/283).

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK