Republika Ramadhan Fair, Isi Bulan Suci Lebih Bermanfaat

Harian Republika kembali menggelar Republika Ramadhan Fair (RRF) 2014 yang telah menjadi agenda tahunan, ada yang berbeda dalam penyelenggaraan kali ke-4 ini yakni acara akan berlangsung selama satu bulan penuh, 27 Juni-25 Juli 2014.

RRF 2014 dibuka oleh Wakil Ketua Masjid Agung Attin Agus Gunaedi Pribadi bersama Pemimpin Redaksi Harian Republika Nasihin Masha di Masjid Attin, Jakarta, Jumat (27/6).

Agus Gunaedi menjelaskan bahwa, poin penting dalam acara ini adalah, mefasilitasi kebutuhan umat sehingga dapat beribadah dengan kusyu dan meningkatkan keimanannya dengan ragam kegiatan positif.

“Dengan adanya RRF ini kita memperlihatkan dan buktikan bahwa selama bulan Ramadhan kita tidak menjadi lemas ataupun lesu karena berpuasa.” Ungkap Nasihin Masha disela acara pembukaan RRF. “Justru dalam bulan suci ini kita harus lebih banyak melakukan beragam kegiatan”, pungkasnya.

Tertarik mengisi ibadah puasa dengan cara yang berbeda dari sebelumnya? Mungkin Republika Ramadhan Fair menjadi salah satu alternatif pilihannya.

sumber: Republika Online

Begini Serunya Berbuka Puasa di Masjid Nabawi yang Penuh Berkah

Berbuka puasa di Masjid Nabawi, Madinah ada sensasi spiritual tersendiri. Di masjid ini, jamaah mendapat santapan berbuka, mulai dari kurma, roti, air putih, hingga ditawarkan kopi.

Detikcom merasakan sendiri pengalaman berbuka di Masjid Nabawi, Kamis (2/7). Di kota Nabi Muhammad yang disucikan ini, Masjid Nabawi adalah pusat bagi warga dan umat Islam yang sedang beribadah untuk berbuka puasa.

Tak heran kalau ribuan jamaah memadati masjid. Saat Ashar jamaah mulai penuh, tidak selengang saat zuhur. Lepas Ashar jamaah banyak yang bertahan di masjid dengan membaca alquran menunggu Magrib.

Jelang Magrib, sejumlah petugas masjid menyebar di beberapa titik. Mereka menghamparkan papan plastik, jamaah kemudian diminta duduk berhadapan.

Petugas kemudian membagikan untuk jamaah kurma, air putih, roti, dan yoghurt, serta menawarkan kopi. Di tengah kebersamaan itu, dengan jamaah lain pun berbagi, saling memberi isyarat. Apalagi petugas memberikan satu piring lagi kurma.

Detikcom sempat berbincang dengan bahasa Inggris dengan beberapa jamaah dari Turki dan Aljazair, mereka memang sengaja datang ke Madinah untuk merasakan Ramadan di tanah suci.

Jelang Isya petugas masjid membersihkan makanan. Mereka membungkus makanan yang tersisa. Tak lama, jamaah pun kembali ke shaf menghadap kiblat.

Salat Isya dilanjut dengan tarawih. Saat salat witir, yang disertai qunut imam menangis membacakan doanya. Para jamaah pun banyak yang ikut terisak. Suasana sungguh haru. Hingga selesai salat, banyak jamaah yang bersalaman dan berpelukan walau tak saling kenal.

 

sumber: Detik.com

Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al Quran

Perhatian ulama akan ilmu Asbabun Nuzul sangatlah besar diantaranya, guru Imam Bukhari ( Ali bin Madani ), Al Wahidi . Al Jabari ( meringkas bukunya Al Wahidi).

Pedoman mengetahui asbabunnuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah atau dari sahabat. Muhammad sirin mengatakan : “Ketika kutanyakan kepada Ubaidah mengenai satu ayat Quran, dijawabnya: Bertakwalah kepada Allah dan berkata benar. Orang-orang yang mengetahui mengenai apa Quran itu diturunkan telah meninggal”. Menandakan kehati-hatian beliau dalam mengambil riwayat yang shahih, Asbabu Nuzul dari ucapan para shahabat yang bentuknya seperti musnad yang pasti menununjukkan Asbabun Nuzul. Imam syuyuthi menyatakan bahwa boleh ucapan Tabiin yang menunjukan Asbabun Nuzul diterima bila ucapan itu jelas. Dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabiin itu benar dan dari seorang Mufassir yang mengambil dari para shahabat, serta didukung oleh hadist mursal lainnya. (Baca:Ulumul Quran dan Sejarah Perkembangannya)

Definisi Asbabun Nuzul adalah berkisar pada dua hal yaitu:

1. Bila terjadi pada suatu peristiwa maka turunlah ayat Quran mengenai peristiwa itu hal seperti ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa ketika turun ayat 214: Rasulullah pergi naik ke bukit shafa lalu berseru.

2. Bila Rasulullah ditanya sesuatu hal maka turunlah ayat Quran menerangkan hukum menerangkan hukumnya. Sebagaimana Khaulah binti Tsa’labah dikenakan Zihar oleh suaminya, Aus bin Shamit.

Diantara ayat Al Quran yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab mengenai akidah iman, kewajiban islam, dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial. Al Ja’bari berkata : “Quran diturunkan dalam dua katagori: turun tanpa sebab dan turun karena suatu peristiwa atau pertanyaan”.

Definisi Asbabun Nuzul: Sesuatu hal yang karenanya Qur’an diturunkan pada kejadian itu, baik berupa peristiwa ataupun pertanyaan.

Manfaat mengetahui Asbabun Nuzul adalah:

1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa karena sayangnya kepada umat.

2. Mengkhususkan dan membatasi hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.

3. Apabila yang diturunkan itu lafazd umum dan terdapat dalil atas penghususannya maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul itu membatasi penghususan hanya terhadap yang selain bentuk sebab. (Baca : Bagaimana Al-Quran Diturunkan?)

4. Cara terbaik untuk memahami makna Al Qur’an dan mengungkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak ditafsiri tanpa mengetahui Asbabun Nuzul.

5. Dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisian.

Lafadz umum menjadi pegangan, bukan sebab khusus.

Apabila ayat yang diturnkan sesuai dengan sebab secara umum, atau sesiau dengan sebab secara khusus maka yang umum diterapkan pad akeumuman dan yang khusus pada ke khususannya.

Contoh : QS. Al Baqarah: 222, anas berkata:” Bila istri-istri orang Yahudi haid, mereka keluarkan dari rumah, tidak diberi makan dan minum dan didalam rumah tidak boleh bersama. Lalu Rasulullah ditanya tentang hal itu maka Allah menurunkan: mereka bertanya kepadamu tentang haid.

Contoh kedua: Al Lail: 17-21, diturunkan mengenai Abu Bakar. Kata Atqa adalah dari ismun tafdil artinya superlatif, maka bila tafdil itu disertai Al ‘Adiyah ( kata sandang yang menunjukkan bahwa kata yang dimasuki itu telah diketahui maksudnya), sehingga ini dikhususkan bagi orang yang karenanya ayat ini diturunkan. Kata sandang “Al” menunjukan umum bila ia berfungsi sebagai kata sambung (maushul) atau ma’rifatkan kata jamak. Sedangkan Al Atqa pada bukan kata ganti penghubung / kata jamak, melainkan tunggal. Sehingga menurut Al Wahidi: Al Atqa adalah Abu Bakar menurut pendapat para ahli tafsir.

Abu Bakar memerdekan budak sebanyak 7: Bilal, Amir bin Fuhairah, Nahdiyah dan anak perempuannya, Ummu ‘isa, dan budak perempuan Bani Mau’il.

Jika sebab itu khusus, sedangkan ayat yang diturunkan berbentuk umum maka para ahli usul berselisis pendapat: antara yang dijadikan pegangan itu lafdz yang umum atau sebab yang khusus?

1. Jumhur ulama ( pendapat yang paling shahih ) berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah adalah lafadz umum bukan sebab khusus. Misalnya ayat lian yang diturnkan kepada mengenai tudukan Hilal bin Umayyah kepda Istrinya, yag harus mendatangkan bukti walaupun terhadap istrinya sehingga datang Jibril dan menurunkan ayat An Nur: 6-9.

Hukum yang diambil dari lafadz umum ini ( dan orang orang yang menuduh istrinya) tidak hanya mengenai peristiwa Hilal, tetapi diterapkan pula pada kasus serupa lainnya tanpa memerlukan dalil lain.

2. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab khusus alasannya lafadz umum menunjukkan bentuk sebab yang khusus.

Redaksi Asbabun Nuzul.

• Terkadang berupa pernyataan tegas mengenai sebab, jika perawi mengatakan: “Sebab Nuzul ayat ini adalah begini”, mengunakan fa’ ta’qibiyah ( kira-kira “maka”. Yang menujukkan urutan peristiwa yang dirangkai dengan kata “turunlah ayat”. Seperti sabda Rasulullah: “Rasulullah ditanya tentang hal begini maka turunlah ayat ini “.سئل رسول الله عن كذا قنزلت الاية

• Terkadang berupa pernyataan tegas.

• Terkadang berupa pernyataan yang hanya mengandung kemungkinan mengenainya.

Sumber: Diringkas oleh tim alislamu.com dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie ‘Uluumil Qur’aan, atauPengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka Al-Kautsar), hlm. 92 – 123.

 

sumber: Muslim Daily

Wisata Alam Sekaligus Reliji

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1436 Hijriah (18 Juni – 16Juli 2015) Mekarsari Taman Buah menyelenggarakan sebuah event lomba yang bernuansa reliji dan promo Discount 50% untuk tiket masuk Mekarsari Taman Buah.

 

Event lomba yang diberi judul “Wisata Nuansa Liburan Reliji” ini bertujuan untuk mewadahi kegiatan seni budaya masyarakat pada bulan suci Ramadhan dan menjalin silaturahmi Mekarsari Taman Buah dengan masyarakat luas. Adapun bentuk lomba yang diselenggarakan seperti Lomba Adzan Anak, Lomba Da’i Cilik, Lomba Marawis dan Lomba Fashion Hijab.

 

“Wisata Nuansa Liburan Reliji” yang diselenggarakan sepanjang bulan suci Ramadhan 1436 Hijriah ini juga akan menghadirkan hiburan musik reliji lewat “Parade Musik Ramadhan” yang akan terus menghibur pengunjung selama berakhir pekan  dan “Seminar Beauty Clinic” bersama Khaifa (Duta Muslimah), Aliah Sayuti (Finalis Hijab Hunt) dan Cibubur Hijab Community yang mengajarkan pengunjung cara berhijab yang benar namun tetap dapat mengikuti trend fashion masa kini.

 

Tertarik ikut? Datang saja ke Mekarsari!

 

sumber: Irfan Hidayat/Tabloid Rumah

Presiden Jokowi Ajak Umat Islam Teladani Sifat Nabi Muhammad SAW

Presiden Joko Widodo mengajak umat Islam Indonesia untuk meneladani sifat-sifat dari Nabi Muhammad SAW. Ajakan ini disampaikan Presiden Jokowi saat berpidato dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta Jumat malam (2/1). Dalam pidatonya Presiden meyakini, jika masyarakat mampu mendalami ajaran dari Nabi Muhammad SAW, maka Indonesia bisa menjadi negara yang beradab, makmur dan sejahtera.

Presiden mengatakan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mengandung hikmah untuk meneladani pikiran, ucapan dan semua tindakan Nabi Muhammad SAW. Ia menambahkan jika kita  bisa meneladani Nabi Muhammad SAW dalam gaya hidup sehari-hari kita, ia  meyakini Indonesia bisa menjadi negara yang besar, makmur dan sejahtera.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, lanjut Presiden, harus lebih dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan peran umat Islam, menuju Islam yang mengedepankan nilai-nilai keadilan, keberadaban dan toleransi dengan sesama.

“Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus lebih kita maknai sebagai upaya untuk meningkatkan peran umat Islam menuju Islam yang rahmatan lil alamin, atau Islam yang memberi rahmat bagi semesta alam. Untuk itulah kita perlu membangun tatanan peradaban Islam yang peduli. Tatanan peradaban Islam yang menebarkan perdamaian. Tatanan peradaban Islam yang menebarkan keadilan dan toleransi,” kata Presiden Jokowi.

Di penghujung 2014, ada dua musibah besar yang melanda Indonesia. Yakni bencana longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah dan insiden jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura.

Presiden Jokowi dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini mengajak masyarakat Indonesia agar di awal tahun ini mendoakan warga korban bencana maupun musibah.

“Secara khusus, marilah kita mendoakan saudara-saudara kita yang meninggalkan kita, baik yang tertimpa musibah maupun yang tertimpa bencana. Semoga saudara-saudara kita yang wafat yang meninggal diterima amal ibadahnya dan diampuni segala khilaf dan salahnya. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ajak Presiden Jokowi.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menekankan pentingnya akhlak dalam menegakkan panji-panji kehidupan umat manusia sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

“Misi kenabian Muhammad SAW yang paling utama adalah, menyempurnakan akhlak mulia. Sebagaimana sabda Beliau, ‘Aku diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia’. Akhlak adalah kunci pokok bagi tegaknya panji-panji kehidupan umat manusia. Suatu pembelajaran penting yang kita terima dari Nabi Muhammad SAW adalah, Beliau memulai segala sesuatunya dari diri sendiri,” kata Menteri Agama Lukman.

Sementara itu Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mukti menyambut baik tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

“Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW membuktikan komitmen Pemerintah dalam membangun kehidupan mental spiritual sebagai modal rohaniah bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita menjadi bangsa yang berkemajuan, hebat dan bermartabat,” kata Abdul Mukti.

sumber: VOA Indonesia

Memanfaatkan Ramadhan untuk Menggapai Kesempurnaan

Kita semua mengetahui bahwa umat Nabi Muhammad SAW, rata-rata usianya tidak lebih panjang dari usia umat nabi-nabi lain. Setidaknya, kalau mengikuti usia Nabi Muhammad yang 63 tahun, usia umatnya rata-ratanya tidak jauh dari 63 tahun.

Dengan rata-rata usia yang pendek itu, kalau harus dibandingkan dengan banyaknya ibadah kepada Allah SWT, tentu saja umat lain lebih banyak pahalanya. Namun, keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad menjadi niai lebih yang amat sayang bila dilewatkan.

Salah satu keistimewaan itu ada di dalam Puasa Ramadhan, dimana Alah SWT menjanjikan malam Laiatul Qodar yang nilainya seperti malam 1000 bulan. Nah, bila kita bisa memanfaatkan Ramadhan, maka meskipun usia kita tidak lebih panjang dari usia umat Nabi Musa atau lainnya, tentu saja pahala yang kita peroleh tidak kalah dari mereka yang usia ibadahnya lebih lama.

Itulah bentuk kasih sayang Allah kepada umat akhir zaman ini, sampai-sampai Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ

Artinya, “Seluruh amalan anak Adam untuk mereka sendiri, kecuali puasa. Sungguh, ibadah puasa itu untuk-Ku. Akulah yang langsung akan memberikan imbalannya. Puasa adalah perisai.” (Shahïh al-Bukhâri: 1904).

Oleh karena itu, sempurnakanlah puasa kita agar kita benar-benar mencapai kemenangan, hilang segala dosa seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. Amien.

 

Sukarja dari berbagai sumber

Basuki: Pemimpin Harus Tiru Empat Sifat Rasulullah

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh Rumah Kajian Alquran Al Barru, di Gedung SMESCO, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (18/1).

Basuki dalam sambutannya menekankan pentingnya memiliki dan meniru keempat sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yakni shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), dan fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan).

“Kita akan lebih maju kalau dipimpin dengan orang yang memiliki sifat Nabi Muhammad sekalipun belum mendapat hidayah. Karena hidayah itu milik Allah,” kata Basuki.

Bahkan Basuki dengan lancar menceritakan beberapa kisah tentang Rasulullah. Salah satunya cerita tentang Rasulullah yang dilempari kotoran saat menunaikan shalat. Namun Nabi Muhammad tidak pernah membalas perbuatan orang tersebut.

“Kalau saya jadi panglima Rasulullah saat itu, mungkin saya sudah minta penggal kepala orang itu,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa saat membuka acara mengingatkan agar umat muslim di mana pun berada senantiasa dapat menjaga ucapan dan tindakan.

“Cinta Rasul yang dibangun adalah insan yang cerdas. Maka gerakan yang kami bawa sekarang adalah transparansi, membela yang benar, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin untuk membangun akhlakul karimah,” ujar Khofifah yang juga menandatangani Deklarasi Gencar (Gerakan Cinta Rasulullah).

Turut juga hadir dalam acara tersebut mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, sastrawan Abdul Hadi, pendiri Mizan Group, Haidar Bagir, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Ali Mochtar. [Beritajakarta]

 

sumber: Ahok.org

9 Sifat Mulia Nabi Muhammad Yang Tidak Dimiliki Umatnya

Dalam nadhaman al-Syamail al-Muhammadiyah al-Syarifah menerangkan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW. Nadham ini antara lain telah disebut dalam kitab al-Maraqi al-Ubudiyah karangan Syeikh al-Nawawi al-Bantani. Nadham tersebut adalah :

لَمْ يَحْتَلِمْ قَطُّ طٰـهَ مُطْـلَقًا أَبَدًا        *         وَمَا تَثـَائَبَ أَصْـلاً فِىْ مَدَى الزَّمَنِ

مِنْهُ الدَّوَابُ فَـلَمْ تَهْرَبْ وَمَـا وَقَعَتْ        *ذُبَابَةٌ أَبَـدًا فِى جِسْمِـهِ الْحَسَنِ

بِخَلْـفِهِ كَأَمَـامٍ رُؤْيَةٌ ثَـــبَتَتْ            *     وَلَا يُرٰى أَثْـرُ بَوْلٍ مِـنْهُ فِيْ عَلَنِ

وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَـمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ       *       وَلَايَرٰى ظِـلَّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَـطِنِ

كَـتْفَاهُ قَدْ عَلَـتَا قَوْمًا إِذَا جَلَسُوْا      *       عِنْـدَ الْوِلَادَةِ صِـفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ

هَذِه الْخَصَائِصَ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أٰمِنًا*        مِنْ شَرِّ نَـارٍ وَسُرَّاقٍ وَمِـنْ مِحَنِ
Terjemahannya lebih kurang sebagai berikut :
1.        Rasulullah SAW tidak pernah mimpi bersetubuh baik sebelum jadi nabi atau setelahnya, Beliau juga sama sekali tidak pernah menguap sepanjang masa,

2.        Tidak ada satupun binatang yang melarikan diri (liar) dari beliau. Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau yang mulia.

3.        Beliau bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya. Bekas air kencing beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

4.        Hati beliau tidak pernah tidur, walaupun mata beliau mengantuk. Bayangan beliau tidak pernah dapat dilihat oleh orang cerdas ketika beliau kena sinar matahari.

5.        Dua pundak beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama beliau. Ceritakanlah sifat beliau bahwa beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan

6.        Ini semua merupakan keistimewaan beliau, hendaknya engkau hapalkan bait tersebut, niscaya engkau mendapat perlindungan dari bahaya kebakaran, pencurian dan musibah.

Sumber rujukan penyebutan sifat-sifat tdiatas pada Nabi Muhammad SAW.

1.        Tidak pernah ihtilam (mimpi basah)
Al-Yusuf  al-Nabhani telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Keterangan  keistimewaan ini datang dari Ibnu Abbas, beliau berkata :

مَا احْتَلَمَ نَبِيٌّ قَطُّ  إِنَّمَا الِاحْتِلَامُ منَ الشَّيْطَانِ

Artinya : Tidaklah seorang nabi bermimpi basah sama sekali, karena mimpi basah datang dari syaithan. (H.R. al-Thabrani)[2]

Al-Haitsami mengatakan, dalam sanad hadits ini terdapat Abd al-Aziz bin Abi Tsabit, sedangkan beliau ini ijmak atas dha’ifnya.

2.        Tidak pernah menguap
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.
Dalam Kitab Fathulbarri, Ibnu Hajar al-Asqalany menyebutkan :

وَمن الخصائص النَّبَوِيَّة مَا أخرجه بن أَبِي شَيْبَةَ وَالْبُخَارِيُّ فِي التَّارِيخِ مِنْ مُرْسَلِ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ قَالَ مَا تَثَاءَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ وَأَخْرَجَ الْخَطَّابِيُّ مِنْ طَرِيقِ مَسْلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ قَالَ مَا تَثَاءَبَ نَبِيٌّ قَطُّ وَمَسْلَمَةُ أَدْرَكَ بَعْضَ الصَّحَابَةِ وَهُوَ صَدُوقٌ وَيُؤَيِّدُ ذَلِكَ مَا ثَبَتَ أَنَّ التَّثَاؤُبَ مِنَ الشَّيْطَانِ

”Termasuk keistimewaan kenabian adalah yang telah ditakhrij oleh Ibnu Abi Syaibah dan Al-Bukhari dalam al-Tarikh dari mursal Yazid bin al-Asham, beliau berkata : Nabi SAW tidak pernah menguap sama sekali. Al-Khathabi mengeluarkan dari jalur Maslamah bin Abd al-Malik bin Marwan, beliau berkata : seorang nabi tidak pernah menguap sama sekali. Sedangkan Maslamah ini pernah bertemu sebagian sahabat Nabi dan beliau adalah orang yang berkata benar. Riwayat ini juga didukung oleh riwayat yang shahih yang menjelaskan bahwa menguap datang dari syaithan.”

3.        Tidak ada satupun binatang yang melarikan diri (liar) dari beliau

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.  Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan  dengan sanadnya sampai kepada Aisyah, beliau berkata :

كان عندنا داجن فاذا كان عندنا رسول الله صلعم قر وثبت مكانه فلم يجئ ولم يذهب واذا خرج رسول الله صلعم جاء وذهب

Artinya : Di sisi kami ada binatang jinak, apabila Rasulullah SAW bersama kami, maka binatang itu tenang dan tetap pada tempatnya, tidak datang dan pergi, tetapi apabila Rasulullah SAW keluar, maka biantang itu datang dan pergi. (H.R. Qadhi ‘Iyadh)[7]

Dalam Kitab Dalail al-Nubuwah disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata :

وَجَاءَ الذِّئْبُ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَأَقْعَى بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ جَعَلَ يُبَصْبِصُ بِذَنَبِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَذَا وَافِدُ الذِّئَابِ، جَاءَ يَسْأَلُكُمْ أَنْ تَجْعَلُوا لَهُ مِنْ أَمْوَالِكُمْ شَيْئًا ، قَالُوا: لَا وَاللهِ لَا نَفْعَلُ، وَأَخَذَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حَجَرًا فَرَمَاهُ، فَأَدْبَرَ الذِّئْبُ وَلَهُ عُوَاءٌ

Artinya : Seekor seriga pernah datang kepada Rasulullah SAW duduk dan berjongkok di depan beliau, kemudian menggerak-gerak ekornya.  melihat itu Rasulullah SAW berkata, ini utusan serigala, yang datang meminta suatu makanan dari kalian. Mereka menjawab : tidak, Demi Allah tidak akan kami lakukan. Seorang dari mereka mengambil batu melemparnya, serigala itu pun pergi sambil menyalak. (H.R. al-Baihaqi)
Kisah-kisah lain dimana binatang-binatang liar jinak dengan Nabi SAW banyak disebut dalam riwayat-riwayat yang terdapat dalam Kitab Dalail al-Nubuwah karya al-Baihaqi dan al-Syifa’ bi Ta’rif  Huquq al-Mushtafa karya Qadhi ‘Iyadh dan kitab-kitab lainnya yang berisi sekitar masalah kehidupan pribadi Nabi Muhammad SAW.

4.        Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau yang mulia.
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.[9] Al-Yusuf  al-Nabhani juga menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.[10]  Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan bahwa Qadhi ‘Iyadh dalam kitab al-Syifa dan al-‘Uzfi dalam al-Maulid-nya mengatakan termasuk keistimewaan Nabi SAW tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau dan ini juga telah disebut oleh Ibnu Sab’in dalam al-Khashaish-nya dengan lafazh : “Tidak jatuh lalat atas pakaiannya sama sekali.”

5.        Bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya
Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.  Qadhi ‘Iyadh menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Syifa’ bi Ta’rif  Huquq Al-Mushtafa. Dalam Shahih Muslim disebut hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata :

هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا؟ فَوَاللهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ، وَلَا سُجُودُكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ وَرَاءَ ظَهْرِي

Artinya : Apakah kalian melihat kiblatku  di sini?. Demi Allah tidak tersembunyi atasku rukuk dan sujud kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakangku. (H.R Muslim)

6.        Bekas air seni beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Di dalam kitab ini, Ibnu al-Mulaqqin menyebut hadits dari Aisyah r.a. yang disebut dalam kitab al-Ayat al-Bainat, karya Ibnu Dahyah, Aisyah berkata :

يا رسول الله اني اراك تدخل الخلاء ثم يجئ الذي يدخل بعدك فلا يرى لما يخرج منك اثرا فقال يا عائشة ان الله تعالى امر الارض ان تبتلع ما خرج من الانبياء

Artinya : “Hai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat engkau memasuki jamban, kemudian masuk orang-orang sesudahmu. Tetapi orang itu tidak melihat bekas apapun yang keluar darimu.” Rasulullah SAW bersabda : “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala memerintah bumi menelan apa yang keluar dari para nabi.”

Ibnu Dahyah mengatakan, sanadnya tsabit (maqbul) al-Suyuthi setelah menyebut beberapa jalur riwayat hadits yang semakna dengan hadits di atas ini, beliau mengatakan, jalur ini (hadits di atas) adalah yang paling kuat dari jalur-jalur hadits ini.

7.         Hati beliau tidak pernah tidur
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Ini berdasarkan hadits Aisyah, beliau berkata :

فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ، فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ، وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Artinya : Aku mengatakan, Ya Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum witir ?. Rasulullah SAW bersabda : “Ya Aisyah, sesungguhnya dua mataku tertidur, tetapi hatiku tidak pernah tidur.” (H.R. Muslim)

8.        Bayangan beliau tidak pernah dapat dilihat ketika kena sinar matahari.
Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.  Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan

اخْرج الْحَكِيم التِّرْمِذِيّ عَن ذكْوَان ان رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لم يكن يرى لَهُ ظلّ فِي شمس وَلَا قمر قَالَ ابْن سبع من خَصَائِصه ان ظله كَانَ لَا يَقع على الأَرْض وَأَنه كَانَ نورا فَكَانَ إِذا مَشى فِي الشَّمْس أَو الْقَمَر لَا ينظر لَهُ ظلّ قَالَ بَعضهم وَيشْهد لَهُ حَدِيث قَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي دُعَائِهِ واجعلني نورا

“Al-Hakim al-Turmidzi telah mentakhrij dari Zakwan, sesungguhnya Rasulullah SAW tidak dilihat bayangannya pada terik matahari dan tidak juga pada bulan. Ibnu Sab’i mengatakan, termasuk keistimewaan Nabi SAW bayangannya tidak jatuh di atas bumi, karena sesungguhnya beliau adalah cahaya. Karena itu, apabila berjalan pada terik matahari atau bulan, maka tidak dilihat bayangannya. Sebagian ulama mengatakan, riwayat ini didukung oleh hadits perkataan Nabi SAW dalam do’anya : “Jadikanlah aku sebagai cahaya.

9.         Dua pundak beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama beliau.
Ibnu al-Mulaqqin menyebut bahwa Ibnu Sab’in mengatakan, salah satu keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah apabila duduk, maka beliau nampak lebih tinggi dari orang-orang yang duduk di sekitar beliau. Pernyataan Ibnu Sab’in ini juga telah dikutip oleh al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Khashaish al-Kubra. Dalam Kitab Syarah Al-Muwatha’, al-Zarqani mengatakan :

وَذَكَرَ رَزِينٌ وَغَيْرُهُ: كَانَ إِذَا جَلَسَ يَكُونُ كَتِفُهُ أَعْلَى مِنْ جَمِيعِ الْجَالِسِينَ، وَدَلِيلَهُ قَوْلُ عَلِيٍّ: ” إِذَا جَاءَ مَعَ الْقَوْمِ غَمَرَهُمْ”  إِذْ هُوَ شَامِلٌ لِلْمَشْيِ وَالْجُلُوسِ

”Raziin dan lainnya telah menyebutkan, Rasululullah SAW apabila duduk, bahunya nampak lebih tinggi dari semua orang-orang duduk. Dalilnya perkataan ‘Ali : ”Apabila Rasulullah SAW bersama kaum, beliau  melebihi mereka”. Karena ini mencakup apabila berjalan dan duduk.

Perkataan Ali ini ditakhrij oleh Abdullah bin Ahmad dan al-Baihaqi dari ‘Ali.

10.    Beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan
Al-Thabrani dalam al-Ausath, Abu Na’im, al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir telah mentakhrij dari beberapa jalur dari Anas dari Nabi SAW, bersabda :

من كَرَامَتِي على رَبِّي اني ولدت مختونا وَلم ير أحد سوأتي

Artinya : Sebagian dari kemulianku atas Tuhanku adalah aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan dan tidak ada yang melihat dua kemaluanku

Hadits ini telah dinyatakan shahih oleh al-Dhiya’ dalam al-Mukhtarah. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak mengatakan, telah mutawatir hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW lahir dalam keadaan telah dikhitan.

Inilah sifat-sifat mulia nabi Muhammad SAW yang tidak dimiliki umatnya, sebagaimana yang telah dianjurkan hafalkanlah nadham diatas niscaya engkau mendapat perlindungan dari bahaya kebakaran, pencurian dan musibah.
Sumber : http://www.ngaji.web.id/

Kudapan Buka Puasa dan Sahur Seperti Ini Bisa Bantu Turunkan Kolesterol

Ibadah puasa punya banyak manfaat kesehatan, salah satunya menurunkan kadar kolesterol. Namun untuk mendapatkan manfaat tersebut, perlu pengaturan pola makan yang benar.

Salah satunya menghindari gorengan. Ahli gizi dari Politeknik Kesehatan (Poltekes) II Jakarta, Rita Ramayulis DCN, MKes menyarankan konsumsi gorengan dibatasi maksimal 4 kali. Makan menu bersantan juga tidak masalah selama tidak berlebihan dan diimbangi sayuran berserat.

“Makanan itu semuanya baik asal padu-padannya baik,” kata Rita, seperti dikutip Rabu (1/7/2015).

Makanan yang mengandung saponin seperti bayam, tomat, daun katuk, anggur, daun suji, ubi jalar, serta terong Belanda bisa membantu menurunkan kolesterol. Demikian juga dengan kacang dan biji-bijian. Namun bagi yang kolesterolnya tinggi, batasi alpukat dan ganti dengan apel.

“Apel mengandung asam deglukari yang bisa membantu mengatur kadar kolesterol, mampu mengurangi kadar kolesterol sampai 35 persen. Tapi harus dimakan dengan kulitnya,” lanjut Rita.

Sementara itu, dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM, dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa makanan yang direbus akan lebih sehat. Makanan bersantan, jerohan, gorengan, cokelat dan keju sebaiknya dibatasi.

“Jika dirasa sudah over makan yang berminyak dan kolesterol tinggi, cara menetralkannya selain minum obat yaitu dengan olahraga. Selain itu perbanyak konsumsi sayur dan buah juga,” kata dr Ari.

Pemeriksaan kolesterol bisa dilakukan satu kali sebulan, atau sesuai kebutuhan kebutuhan. Bisa juga melakukan pemeriksaan sendiri dengan menggunakan alat pribadi, namun akurasinya sangat tergantung pada jenis alat. Disarankan untuk puasa 10 jam sebelum periksa kolesterol.

 

sumber: Detik.com

Trik Agar Pasien Diabetes Tak Lemas dan Pusing Saat Puasa

Hipoglikemia adalah kondisi saat kadar gula darah di bawah standar normal. Bagi diabetesi, hal ini tentu dapat mengganggu kenyamanan saat berpuasa.

Agar puasa tetap nyaman bagi pasien diabetes, dr Titi Sekarindah, MS, SpGK dari RS Pusat Pertamina menyebutkan hal ini dimulai sejak sahur. Sebisa mungkin saat sahur prioritaskan konsumsi karbohidrat, terutama kabrohidrat kompleks karena lebih lama dicerna oleh tubuh.

“Ketika sahur juga perhatikan proteinnya, misalnya harus ada tempe, tahu dan ayam. Kalau konsumsi karbohidrat sederhana rasanya akan lebih rentan terserang hipoglikemi. Ketika sahur juga jangan terlalu banyak konsumsi obat. Mengurangi dosis obat juga salah satu cara untuk menghindari hipoglikemi,” tuturnya kepada detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (1/7/2015).

Untuk pengaturan konsumsi obat dan insulin, dr Titi menyarankan pasien sebaiknya langsung berkonsultasi dengan dokter masing-masing. Sebab hal ini harus dinilai dari riwayat penyakit dan kondisi tubuh.

“Untuk pasien diabetes, kalau penggunaan insulinnya dosis kecil sih boleh berpuasa, tapi kalau sudah lebih dari dua kali suntikan insulin sehari sih sebaiknya jangan puasa. Nah untuk obat, ketika sahur kurangi dosisnya. Amannya sih minum obat itu satu kali ketika berbuka puasa,” terang dr Titi.

Saat berpuasa, perhatikan juga kadar gula darah. Jika pasien terlihat mengalami keringat dingin sebaiknya segera dicek. Jika tidak, maka tidak perlu terus-terusan diperiksa. Dalam kondisi normal, waktu yang tepat untuk memeriksa gula darah menurut dr Titi adalah saat berbuka puasa.

Lantas seperti apa ciri-ciri hipoglikemia yang perlu diwaspadai pasien diabetes? dr Titi menuturkan waspadai gejala seperti muncul keringat dingin, tubuh gemetar, lemas dan pusing. Jika kondisi seperti ini sudah muncul, sebaiknya segera batalkan puasa. Memaksakan tetap lanjut puasa bisa membuat pasien pingsan.

“Membatalkan puasa karena hipoglikemi cukup dengan minum teh manis. Tentunya pakai gula biasa tidak apa-apa, tapi jangan banyak-banyak. Setelah itu langsung makan seperti biasa. Jika misalnya sedang berada di luar rumah dan terserang hipoglikemi maka bisa diatasi dengan minum teh manis dan makan roti,” pesan dr Titi.

 

sumber: Detik.com