Museum Rasulullah Diproyeksikan Jadi Destinasi Wisata Religi

Museum Rasulullah nantinya diharapkan mampu menggaet wisatawan mancanegara.

Di tengah perencanaan pembangunan Museum Rasulullah di wilayah Cimanggis, Jawa Barat, pemerintah memproyeksi museum tersebut akan menjadi salah satu destinasi wisata halal dan wisata religi global. Pembangunan pun rencananya akan dimulai pada 2020 mendatang.

Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni mengatakan, Museum Rasulullah yang ada di Indonesia nantinya diproyeksi dapat menjadi magnet wisata religi global. Museum Rasulullah nantinya diharapkan mampu menggaet wisatawan mancanegara.

“Kami berharap bisa menggaet wisatawan di kawasan Asia, tapi bisa juga dari wisatawan mancanegara lain, global,” kata Imam saat dihubungi Republika, Kamis (26/12).

Seperti diketahui, Indonesia terpilih menjadi lokasi pertama di luar Arab Saudi yang berhak untuk melakukan pembangunan Museum Rasulullah. Museum di Indonesia ini dibangun bersamaan dengan Museum As-Salamu Alayka Ayyuha An-Nabiyy di Makkah dan Museum Shirah Nabawiyah di Madinah, Arab Saudi.

Pihaknya menegaskan, dalam Museum Rasulullah nantinya dipastikan tidak ada bentuk penggambaran atau visualiasi apapun yang menyangkut fisik Rasulullah. Museum tersebut secara lebih kolaboratif akan menonjolkan aspek kinerja Rasulullah sebagai hamba terbaik di sisi Allah.

Misalnya, dengan menonjolkan perangai Rasul, yakni pembangunan moral dakwah yang kerap beliau lakukan semasa hidup. Tak hanya itu, sebagai salah satu target destinasi wisata religi global, Museum Rasulullah nantinya juga akan dilengkapi dengan area berbelanja.

Sebab, di dalam museum pun rencananya akan dibangun ruangan khusus kuliner yang mendeskripsikan tuntunan adab dari Rasulullah SAW mengenai cara memilih makanan yang baik, cara makan yang baik, serta aspek-aspek adab yang meliputinya. Sehingga kebutuhan berbelanja tak lepas dari aktivitas wisata religi.

“Orang nanti bisa shopping juga, misalnya beli kurma kan ada macam jenis kurma. Nanti sambil juga ada penjelasannya, Rasulullah dulu kalau makan, makanannya yang seperti apa,” ungkapnya.

KHAZANAH REPUBLIKA


Pemerintah Arab Saudi Larang Istilah Wisata Religi

Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan istilah wisata religi untuk penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Staf Teknis Haji Konsul Haji Republik Indonesia (KJRI), Endang Jumali mengatakan, kebijakan ini baru diterima KJRI Jeddah hari ini, Ahad (10/3).

Keputusan ini, kata dia diketahui berdasarkan surat Muassasah Muthawwif Jamaag Haji Asia Tenggara. Endang mengatakan, dengan adanya keputusan tersebut, maka perjalanan ibadah haji, umrah atau ziarah ke Masjid Nabawi, dilarang menggunakan istilah wisata religi.

Menurut Endang, surat itu merupakan tindak lanjut dari surat Wakil Menteri Haji dan Umrah Saudi pada 2 Jumadil Akhir 1440 H (7 Februari 2019) lalu yang merujuk pada Dekrit Kerajaan. Endang juga mengatakan telah menyampaikan informasi ini kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

“Kami sudah bersurat kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk ikut mensosialisasikan kebijakan baru tersebut, baik kepada Kanwil Kemenag Provinsi, maupun penyelenggara perjalanan ibadah haji khusus dan umrah,” kata Endang melalui keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (10/3).

Istilah wisata religi, memang sering ditemui dalam paket-paket penyelenggaraan ibadah umrah dan haji khusus. Istilah ini biasanya dikonotasikan dengan kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki sejarah dalam dakwah Islam.

IHRAM REPUBLIKA

‘Negeri di Atas Awan’ Itu Juga Ada di Arab Saudi

Kita sering mendengar ungkapan negeri di atas awan untuk menggambarkan sejumlah wilayah di Indonesia yang berada di ketinggian perbukitan. Di Indonesia kawasan yang terkenal dengan sebutan tersebut adalah dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.

Namun, ternyata, wilayah perkampungan dengan karakter ketinggian yang sama juga bisa dijumpai di Arab Saudi, tepatnya di daerah Fifa.

Kawasan yang memiliki ketinggian 12 ribu kaki tersebut dihuni kurang lebih 60 ribu penduduk. Kesuburan tanahnya menjadikan warga menekuni profesi sebagai petani sayuran dan buah-buahan. Di antaranya pisang, lemon, mangga, dan tanaman kopi.

Kawasan Fifa merupakan salah satu sentra pertanian yang memasok kebutuhan sayuran dan buahan untuk Saudi.

Jika melihat sejumlah titik di kawasan ini, metode terasering juga digunakan dalam lahan pertanian di Fifa. Pemandangan tersebut menambah kawasan tersebut lebih terkesan hijau dan enak dipandang.

Tak banyak yang mendokumentasikan kawasan ini dalam buku-buku sejarah. Hal ini karena, pada masa itu, wilayah ini merupakan daerah yang sulit dijangkau.

Namun daerah tersebut sudah bisa diakses transportasi mobil. Seorang fotografer, Majid Sanqoof, membeberkan beberapa jepretannya untuk mengungkapkan minatnya yang besar terhadap Fifa, seperti dikutip dari Alarabiya, Rabu (27/2).

 

Masjid Quba, Masjid yang Pertama Dibangun Rasulullah

Masjid Quba adalah masjid pertama kali yang didirikan Rasulullah SAW, saat beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Beberapa kilometer sebelum memasuki Madinah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar, membangun masjid di daerah Quba, yang sekarang dinamakan dengan Masjid Quba.

Masjid ini didirikan pada tahun 1 Hijriyah atau sekitar 622 M. Ketika itu, Rasul SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk segera berhijrah dan menghindari kekejaman kafir Quraisy.

Dalam upaya hijrah itu, lokasi pertama yang disinggahi Rasulullah SAW adalah gua Tsur. Di dalam gua ini, Rasulullah SAW bersembunyi bersama Abu Bakar dari kejaran kaum kafir Quraisy.

Setelah kondisinya dirasa aman, Nabi SAW kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah. rasul memilih jalan yang berbeda dari jalan umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pertemuan secara langsung dengan orang-orang kafir Quraisy.

Dan sebelum tiba di Madinah, Rasul sempat singgah di beberapa tempat dan salah satunya adalah Quba. Beliau tinggal di daerah ini selama beberapa hari, sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib RA dari Makkah, bersama rombongan.

Ketika itu, saat akan berhijrah, Ali diperintahkan Rasulullah SAW untuk menggantikannya tidur di tempat tidur Rasul. Ini dimaksudkan untuk mengelabui perhatian kaum kafir Quraisy yang ingin membunuh Nabi SAW.

Quba adalah satu daerah yang terletak di wilayah Madinah. Jaraknya sekitar dua mil atau kurang lebih lima kilometer dari pusat kota Madinah.

Hanafi al-Malawi dalam bukunya Tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah SAW, menjelaskan, Nabi SAW tinggal di Desa Quba selama empat hari dan kemudian membangun sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba.

Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasulullah SAW kepada Allah SWT.

”Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah [9]: 108).

Menurut hadis yang diriwayatkan Tirmidzi RA, orang yang melakukan shalat di Masjid Quba sama pahalanya dengan melaksanakan umrah. Seperti disebutkan dalam Sahih Bukhari, Nabi SAW terbiasa mengunjungi Masjid Quba dengan berjalan kaki atau jika tidak seminggu sekali. Abdullah bin Umar biasa mengikuti sunnah ini.

Dalam riwayat lain disebutkan, masjid Quba ini adalah salah satu masjid yang paling disucikan (dimuliakan) oleh Allah setelah Masjid al-Haram (Makkah), Masjid Nabawi (Madinah), dan Masjid al-Aqsha (Palestina).

Selama berada di Quba, jelas Al-Mahlawi, Rasul SAW tinggal di rumah Kultsum bin al-Hadam bin Amr al-Qais, seorang lelaki tua yang masuk Islam sebelum Rasul hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah).

Para sejarawan menyebutkan, tanah yang menjadi lahan pembangunan Masjid ini mulanya adalah lapangan milik Kultsum bin Hadam, yang biasa digunakan untuk menjemur kurma.

Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Allah SWT menyebutnya dengan dasar takwa, sebagaimana diterangkan dalam ayat 108 diatas.

Hal ini dikarenakan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Allah yang harus dilalui dengan penuh rintangan dan halangan. Kaum kafir quraisy hampir setiap saat selalu memantau dan mengawasi aktifitas Nabi SAW.

Dan ketika kesempatan berhijrah datang, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mendirikan masjid sebagai pusat perjuangan dan dakwah Islam. Ini pulalah yang dilakukan Rasulullah SAW begitu tiba di Madinah dengan mendirikan Masjid Nabawi, setelah sebelumnya membangun Masjid Quba.

Bukit Surga dan Torehan Sejarah Gugurnya 70 Sahabat Rasulullah

MADINAH – Siang itu matahari di Kota Madinah begitu terik. Suhunya mencapai 41 derajat celcius. Seperti biasa masyarakat Madinah tidak terlalu menunjukkan aktivitasnya untuk menghindari matahari langsung.

Namun tidak untuk musim haji seperti sekarang ini. Ratusan bahkan ribuan jamaah haji justru memadati salah satu tempat paling bersejarah, yakni Jabal Uhud. Gunung atau bukit yang dikenal sebagai salah satu tempat istimewa dan menonjol di Kota Madinah itu, terletak di bagian utara dari Masjid Nabawi berjarak 4,5 kilometer.

Menurut sejarah, kedudukan gunung Uhud teramat istimewa di hati kaum Muslimin karena namanya terkait pertempuran besar, yakni peperangan Uhud antara kaum muslimin dan musyrikin pada tahun 3 hijriah.

Jabal Uhud adalah gunung yang dijanjikan di Surga. Tak seperti umumnya gunung di Madinah, Jabal Uhud seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung yang lain. Karena itulah penduduk Madinah menyebutnya dengan sebutan Jabal Uhud yang artinya ‘gunung menyendiri’.

“Jika kita ingin melihat gunung yang ada di surga, maka ziarahlah ke gunung Uhud. Nabi SAW bersabda, ‘Gunung Uhud adalah salah satu dari gunung-gunung yang ada di surga’,” demikian hadis yang dirawayatkan HR Bukhari.

Ketika Okezone mengunjungi tempat itu, banyak jamaah haji yang menyempatkan untuk ziarah, diantara jamaah Indonesia yang memadati tempat itu adalah jamaah asal India, Bangladesh, Pakistan, Malaysia dan Afrika.

Jamaah Indonesia dan jamaah lintas benua sangat antusias dan mendalami peristiwa di Jabal Uhud itu. Puluhan bahkan ribuan jamaah selalu menyemut di tempat yang menyimpan torehan tetesan darah dan pengorbanan perjuangan permulaan sejarah Islam.

Jabal Uhud memang menjadi saksi bisu atas peristiwa peperangan yang dahsyat dan tak seimbang pada 15 Syawal Tahun Ke-3 H atau 625 M. Kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW sebanyak 1.000 orang melawan kaum quraisy yang terdiri dari 3.000 pasukan berkuda dan unta.

Kekalahan terjadi menimpa kaum muslimin. Meski kemenangan sebenarnya diperoleh, namun akibat ketidak-patuhan regu pemanah di atas bukit membuat pasukan kaum muslimin dapat didesak mundur oleh pasukan kafir. Dalam perang ini, sekitar 70 kaum muslimin gugur sebagai suhada termasuk paman nabi Hamzah bin Abdul Mutholib.

Saat ini, Jabal Uhud telah menjadi tonggak sejarah yang hidup sepanjang masa di hati umat Islam. Para peziarah dan kaum muslimin seluruh dunia terus mengenang peristiwa yang terjadi di Jabal Uhud. Bagi para peziarah yang datang, mereka tampak khusu’ memberikan doa kepada para suhada yang tewas dalam peperangan di Uhud. Tak jarang dari mereka meneteskan air mata dan merasa terharu atas perjuangan para suhada.

Namun, berdasarkan saksi para peziarah yang telah mengunjungi, Jabal Uhud terus mengalami perubahan. Erosi akibat gugurnya bebatuan membuat Bukit Ar Rumah, ditempatkannya pasukan pemanah semakin rendah. Di bukit Ar Rumah, masih dapat terlihat jelas, pemandangan tempat peperangan termasuk makam para suhada Uhud.

Untuk makam para suhada Uhud, juga sudah dipagari oleh Pemerintah Arab Saudi pada 1383 H dengan ketinggian mencapai 3 meter. Namun peziarah dapat melihat melalui celah pagar jeruji, sekumpulan batu yang menjadi simbol atau nisan makam para suhada.

Di luar pagar kuburan suhada itu, berdiri papan pengumuman ukuran besar, bertuliskan tata cara berziarah, yang intinya sebagai peringatan atau larangan mencari berkah di makam tersebut dan mengusap-usap pagar karena perbuatan bid’ah. Ada sejumlah bahasa yang terpampang, diantaranya bahasa Arab, Inggris, Turki dan Melayu/Indonesia.

Selain itu, perubahan juga terjadi di sekitar bukit Uhud. Selain sudah dicor dengan semen, saat ini juga sudah di penuhi para pedagang. Mereka menjajakan barang dagangannya sebagai oleh-oleh dari tasbih hingga buah kurma dan pakaian. Disampingnya terdapat masjid megah bernama Sayyid al-Syuhada.

Para peziarah umumnya tak melepaskan begitu saja ke Jabal Uhud dengan tangan hampa. Mereka tentu membeli buah tangan atau oleh-oleh. (fid)

OKEZONE

Visa Umrah Bisa Untuk Wisata di Luar Kota Suci

Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin mengiyakan pihaknya sudah menerima notifikasi soal kebijakan perluasan visa umrah. Kebijakan itu menurut dia harus diikuti sosialisasi oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) atau travel umrah di Tanah Air.

“Pihak Kerajaan Saudi melalui Kedutaan Besar Saudi di Jakarta juga tentunya telah mengirimkan notifikasi kepada pihak-pihak di Indonesia,” kata Hery di Jeddah, Kamis (20/9) lalu. Ia mengatakan, pihak KJRI Jeddah masih akan mendalami regulasi tersebut.

Sebelumnya, Kerajaan Arab Saudi secara resmi menerapkan penerbitan visa umrah yang diberlakukan untuk seluruh wilayah Arab Saudi sejak Selasa (18/9). Biasanya, visa umrah dan haji hanya diberikan kepada jemaah luar negeri untuk kunjungan ke dua Kota Suci Makkah dan Madinah serta sesekali ke Jeddah.

Menurut Hery, sebelumnya pihak Kerajaan Saudi sudah menerbitkan visa turis untuk berbagai negara Eropa dan Asia. Hal itu terkait upaya penambahan devisa negara dari sisi pariwisata.

Hery menambahkan, kebijakan baru soal visa umrah harus diikuti PPIU dengan menggencarkan sosialisasi kepada jemaahnya. Sosialisasi itu terutama terkait dengan aturan-aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya soal larangan memotret kantor-kantor pemerintahan maupun militer.

“Aturan di sini berbeda dengan di Indonesia. Itu perlu disampaikan kepada jemaah haji dan umrah,” terangnya.

Menurut dia, aturan baru soal visa juga terkait implementasi dari program Saudi Vision 2030. Sesuai program tersebut, Saudi memiliki target kunjungan jemaah haji dan umrah mencapai 30 juta orang pada 2030. Saat ini jumlah jemaah haji masih mencapai sekitar 3 juta orang dan jemaah umrah 7,5 juta.

Dengan demikian, dalam setahun kurang dari 10 juta jemaah haji dan umrah. Khusus untuk tahun ini, Saudi memiliki target kedatangan jemaah umrah sebanyak 10 juta orang.

Untuk mencapai target itu, Saudi juga memulai jadwal umrah lebih awal. Musim umrah yang biasanya dimulai pada 15 Muharram dimajukan menjadi 1 Muharram.

“Jadi, saat jemaah haji Indonesia belum seluruhnya pulang, sudah ada jemaah umrah yang datang ke Arab Saudi,” kata dia.

Seperti pantauan pada beberapa hotel di Madinah pada Sabtu (22/9), banyak jemaah umrah yang telah datang. Mereka banyak menempati hotel yang sama dengan jemaah haji Indonesia. Hal itu tentu membuat pengawasan kepada jemaah harus ditingkatkan.

“Sudah banyak jemaah umrah dari Malaysia dan negara-negara Afrika yang menginap satu hotel dengan jemaah haji kita,” ujar Maskat Ali Jasmun, Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Haji Daker Madinah. (mch/ab).

KEMENAG RI

Menapaki Jejak Rasul di Badr

Kisah perang Badar tentu melekat dalam benak umat Islam. Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.

Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu.

Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Makkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Kota Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah, dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.

Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud. Dalam perang itu 14 tentara Muhammad menjadi korban dan 70 tewan di pihak lawan. Sedangkan 70 lainnya menjadi tawanan perang.

Rabu (19/9/2018) pagi merupakan kesempatan berziarah ke kota Badr. Kota kecil Badr terletak 152 km arah barat daya Madinah yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dari Madinah. Jalanannya mulus masing-masing terdiri dari tiga jalur dalam dua arah dengan pembatas beton marka yang rapi. Sepanjang perjalanan tidak banyak ditemui pemukiman.

Kanan kiri jalan hanya gunung batu. Setelah 1 jam perjalanan ditemukan kompleks industri Al Musayjid. Tidak jauh berikutnya terdapat pemukiman kota kecil Al Hasaniyah. Ketika bertemu dengan barisan gunung berselimut pasir gurun, pertanda Badr sudah dekat.

Tiba di Badr, kami segera menuju ke maqbarah, pemakaman syuhada’ Badr. Di sini sekitar 70 pasukan yang mati syahid dimakamkan. Kami pun berkesempatan berdoa sejenak setelah Kadaker Airport Arsyad Hidayat mengisahkan pertempuran Badr.

Berbalik arah sekitar 200 meter ditemukan tugu peringatan syuhada Badr. Polisi lokal yang cukup ramah mempersilahkan petugas yang berkunjung untuk berfoto sejenak.

Selain petugas dari PPIH Daker Airport tampak pula beberapa peziarah berkebangsaan Pakistan dan Bangladesh. Badr memang menyimpan sejarah, spirit perjuangan, dan kebangkitan kekuatan dalam membela agama Allah. Tala’al Badru ‘alaina…. (ab/ab).

KEMENAG RI

Goa Berlindung Rasulullah di Uhud yang Terlupakan

Madinah (PHU)—Ia adalah salah satu kisah paling heroik dalam sejarah awal Islam, bahkan mungkin dalam sejarah dunia. Ketika Rasulullah terpojok dalam kekalutan pasukan Muslim, dikepung pasukan Quraish, dan dilindungi para sahabat yang mengasihinya melebihi cinta terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri.

Kisah tentang Wahb Almuzani yang melepas anak panah demi anak panah untuk melindungi Rasulullah hingga akhirnya syahid bersama sepupunya Harits. Kisah tentang Abu Dujanah sang Sorban Merah Kematian dan Ali bin Abi Thalib sang pemegang Zulfikar, pedang bermata ganda, membabat pengepung Rasulullah.

Tentang Talhah bin Ubaidillah yang menjadikan dirinya perisai hidup untuk melindungi Nabi Muhammad SAW, dengan luka parahnya sendiri membopong Rasulullah ke tempat aman. Tentang Abu Ubaydah yang dengan giginya mencabut pecahan rantai baju besi yang menancap di pipi Rasulullah.

Ia juga kisah tentang Nusaibah bint Ka’ab, seorang perempuan Madinah yang mengambil pedang dan perisai dari mereka yang gugur dan dengan gagah berani pasang badan untuk Nabinya. Bertarung dengan kegigihan melebihi kebanyakan lelaki saat itu.

Kisah tentang Rasulullah yang dalam keadaan terluka menghadapi sendiri Ubay bin Khalaf yang menunggangi kuda menerjang dengan pedang untuk membunuh. Sekedipan mata, mengangkat tombak yang ia pegang dan melemparnya tepat sasaran dan merobohkan Ubay yang sedang mengayunkan pedang.

Periwayat awal sirah nabawiyah seperti Ibn Ishaq dan Ibn Hisham, kemudian penulis biografi modern Martin Lings alias Abu Bakar Sirajuddin belakangan, menuliskan dengan terperinci kejadian-kejadian tersebut. Saat Rasulullah sangat dekat dengan kematian menyusul kealpaan pasukan Muslim dalam Perang Uhud yang terjadi pada 625 Masehi. Saat sekitar 700 pasukan Anshar dan Muhajirin dari Madinah berhadapan dengan 3.200 pasukan Makkah di kaki Gunung Uhud.

Tapi di mana sebenarnya lokasi Rasulullah terdesak musuh tersebut?

Saat ini, yang dijadikan objek ziarah resmi oleh pihak Kerajaan Arab Saudi adalah tanah lapang yang jaraknya sekitar 10 kilometer di utara Masjid Nabawi. Di situ, ada Bukit Rumat, lokasi 50 pemanah Muslim yang nantinya meninggalkan posisi dan mengubah jalannya Perang Uhud untuk keuntungan pasukan Quraish. Sekitar 20 meter ke utara bukit itu, ada makam para syuhada, tempat Hamzah ibn Abdul Muthalib gugur dan 70 martir Perang Uhud syahid dan dikuburkan. Persis di bagian timur makam itu, ada masjid megah.

Lokasi Rasulullah terkepung, menurut berbagai riwayat, masih sedikit jauh ke utara, tepatnya sekitar satu kilometer dari kompleks ziarah, di kaki Gunung Uhud serta tebing-tebing gunung tersebut. Hal ini mengingat Rasulullah dan pasukan Muslim yang tercerai berai memang sempat terdorong ke utara dari lokasi utama pertempuran oleh desakan musuh.

Kompleks ziarah dan lokasi itu dipisahkan jalan raya yang kabarnya melintang persis di atas lokasi Rasulullah terluka dan tanggal giginya dalam Perang Uhud. Di utara jalan raya itu, kompleks perumahan padat dengan jalan-jalan sempit yang hanya bisa dilintasi satu atau dua mobil.

Saat mencoba mencari lokasi itu pada Rabu (12/9), saya harus mengira-ngira di antara kelindan labirin pemukiman tersebut. Sebuah bus kuning yang saya sangka mengantar peziarah dan saya ikuti ternyata hanya bus sekolah yang mengantar pulang anak-anak siang itu.

Namun berkat mengikuti bus itu pula saya bertemu dengan Mukhtar Assaleh, seorang warga tempatan. Berkulit legam seturut asalnya yang dari Afrika, Mukhtar tak banyak bicara dan langsung membimbing ke lokasi yang saya cari.

Tiba di ujung timur laut pemukiman, tepat di kaki Gunung Uhud, ia menunjuk ke atas. “Di situ tempat berlindung Rasulullah,” kata dia dalam bahasa Arab. Ia menunjuk sebuah rekahan di gunung tersebut. Dari kaki gunung, jalur menanjak yang curam ke dasar rekahan itu sekitar dua puluh meter jaraknya

Menurut Mukhtar, ke situ Talhah menggendong Rasulullah saat keduanya terluka dan terdesak pasukan Quraish. Diriwayatkan, pasukan Muslim bertahan dari atas tebing sembari menghalau pasukan Quraish yang mencoba naik untuk membunuh Rasulullah selepas menyadari bahwa kabar kematian beliau yang beredar sebelumnya ternyata keliru. Kegigihan sisa-sisa pasukan Muslim yang langsung merapat melindungi Rasulullah membuat pasukan Quraish menyerah dan akhirnya kembali ke Makkah.

Rekahan yang tingginya sekitar lima meter lebih itu kini sudah disemen sepenuhnya. Dua tahun lalu, peziarah masih bisa naik sampai ke dasar rekahan. Mereka mengabarkan, ada bau harum misik keluar dari lokasi tersebut. Saat ini, kaki gunung sudah diimbuhi pagar besi dan kawat duri setinggi dua meter. “Sudah ditutup, sudah ditutup,” kata Mukhtar.

Sebelum ditutup sepenuhnya, peziarah dari Pakistan, India, Turki dan beberapa negara lainnya kerap memanjat dan berdoa di lokasi itu. Dilansir dari Saudi Gazette, hal itu yang membuat Kerajaan Saudi menutup lokasi meski sebagian sejarahwan di Saudi membenarkan bahwa rekahan itu memang tempat berlindung Rasulullah. Pada 2006 silam, menurut Arab News, sempat juga ada rencana penghancuran yang ditentang warga sekitar.

Bagaimanapun upaya penutupan itu agaknya berhasil. Siang itu, saya menyaksikan sejumlah orang dengan raut dan ciri khas peziarah Asia Selatan hanya berkendara melintas tanpa menengok rekahan tersebut.

Kenangan dan arti penting lokasi tersebut saat ini hanya dijaga penduduk di sekitarnya. Seperti Abdul Qadir, seorang bocah 10 tahun yang tinggal di rumah paling pojok tepat di kaki gunung di bawah rekahan. “Iya, Bapak bilang di situ dulu Rasulullah berlindung dan perangnya di rumah kami,” kata dia. (mch/ab).

KEMENAG RI

Jejak Mukjizat Sumur Ji’ronah

Sumur Ji’ronah yang menjadi bukti mukjizat Rasulullah Muhammad SAW. Saat ini sulit ditemukan bekas-bekasnya setelah otoritas Arab Saudi menutup sumber mata air itu.

Saat datang ke Ji’ronah, pinggiran Kota Makkah, Rabu (5/9), sudah tidak ada tengara yang menunjukkan letak sumur Ji’ronah. Penanda kawasan itu saat ini hanya ada Masjid Ji’ronah yang menjadi titik mula (miqat) umrah oleh umat Islam, terutama mereka yang mengisi kegiatan ibadah di sela-sela berhaji.

Jarak Ji’ronah dengan Makkah menurut pengukuran aplikasi peta telepon seluler sekitar 28 kilometer. Kendaraan yang hendak ke masjid tersebut bisa melalui Jalan King Faisal baik salah satunya dengan mengambil rute 4630.

Begitu tiba di parkiran, peziarah akan melihat bentang Masjid Ji’ronah yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi umat Islam karena Rasulullah SAW beberapa kali menjadikannya sebagai miqat dengan mengenakan kain ihram dan mulai berniat sebelum umrah atau haji.

Nasrullah, yang merupakan jamaah asal Sulawesi Selatan mengatakan sedikit kecewa tidak bisa melihat tengara sumur Ji’ronah. Dia datang bersama jamaah haji Indonesia lainnya untuk melakukan umrah sebelum pulang ke Tanah Air.

“Harusnya ada penandanya karena kita bisa menapaktilasi jejak-jejak perjuangan Rasulullah SAW, tidak hanya berumrah,” kata dia.

Berdasarkan sejarah, Sumur Ji’ronah muncul dari mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Rasul bersama sahabat usai menjalani Perang Hunain berada di Ji’ronah dan kehausan karena perbekalan air habis.

Atas izin Allah SWT, Nabi Muhammad SAW memukul tongkatnya ke bumi dan keluarlah air dan dalam kurun waktu berikutnya dibuat menjadi sumur. Di masa kini, Sumur Ji’ronah diyakini berada di belakang Masjid Ji’ronah, tetapi saat ini tidak ada tanda-tanda bekas sumur dengan air yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

REPUBLIKA

Menyelami Sejarah Dua Masjid Suci di Museum Harramain

Menginjakkan kaki di Kota Makkah sepertinya belum lengkap tanpa melihat sisi sejarah perkembangan dua masjid suci umat Islam yakni Masjidil Haram serta Masjid Nabawi. 17 Tahun silam akhirnya pemerintah Arab Saudi membangun sebuah museum yang dapat menyimpan benda-benda bersejarah yang diambil dari beberapa bagian dua masjid suci ini.

Kali ini, di sela padatnya tugas peliputan musim haji tahun ini, tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Makkah mengunjungi Museum Haramain, Selasa (4/9). Agenda ini difasilitasi Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang dinahkodai Subhan Cholid.

Banyak informasi terkait dua masjid haram yakni Masjid Al Haram di Makkah dan Masjid Al Nabawi di Madinah yang didapat dari museum yang terletak di perbukitan Ummul Joud, Makkah ini. Kawasan ini terletak di tengah antara Hudaibiyah dan kota Makkah. Jadi biasanya jemaah setelah ambil miqat untuk umrah sunnah di Hudaibiyah, mereka akan mampir di museum ini.

Museum yang dibangun Raja Fahd bin Abdul Aziz ini juga dikenal dengan sebutan Exibition Two Holy Mosque Architecture. Mengunjungi museum ini berarti kita mempelajari kilasan peristiwa dan sejarah dua masjid mulia umat Islam.

Museum terdiri dari 7 (tujuh) bagian. Tiga yang pertama adalah foto dan model bangunan dua masjid suci; kekhasan dan keterangan terkait Masjidil Haram; serta tentang Ka’bah dan segala yang terkait seperti kiswah (penutup), pintu lama, dan segala perniknya.

Kemudian foto-foto dua masjid berikut dengan detail interior dan eksterior dua masjid yang menawan; manuskrip kuno yang dimiliki perpustakaan keduanya termasuk salinan al-Qur’an mushaf Usman bin Affan. Juga ada keterangan terkait pembangunan sumur zamzam berikut foto dan alat pemompa air zamzam; dan yang terakhir, museum ini menyajikan model dan contoh arsitektur Masjid Nabawi dilengkapi koleksi foto yang ada.

Cukup banyak jemaah Indonesia yang menyempatkan diri mengunjungi museum. Aya Suraya dan Ahmad Rofiq, pasutri asal kloter JKG-057 misalnya, mengungkapkan kekaguman dengan aneka informasi yang disuguhkan. “Bagus sekali, komplet isinya,” kata mereka.(mch/ha)

KEMENAG RI