Doa Nabi Musa Saat Dikejar Fir’aun

Berikut ini doa Nabi Musa saat dikejar Fir’aun. Doa ini bermula ketika Nabi Musa saat dikejar Fir’aun. Kisah disinggung dan paling terkenal dalam Al-Qur’an. Kisah ini menceritakan tentang bagaimana Nabi Musa dan Bani Israil melarikan diri dari kejaran Fir’aun dan pasukannya.

Peristiwa ini terjadi setelah Nabi Musa membunuh seorang orang Mesir yang telah menganiaya seorang Bani Israil. Fir’aun pun mengetahui hal ini dan memerintahkan untuk membunuh Nabi Musa. Nabi Musa pun melarikan diri dari Mesir dan menuju ke tanah Madyan.

Setelah beberapa tahun tinggal di Madyan, Nabi Musa kembali ke Mesir untuk menyampaikan risalah dari Allah SWT. Fir’aun pun menolak untuk beriman kepada Allah SWT dan justru semakin keras menyiksa Bani Israil.

Allah SWT pun menurunkan beberapa mukjizat kepada Nabi Musa untuk membuktikan kebenaran risalahnya. Mukjizat-mukjizat tersebut membuat Fir’aun dan pasukannya semakin marah. Mereka pun mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.

Nabi Musa dan Bani Israil pun sampai di tepi Laut Merah. Fir’aun dan pasukannya pun mengejar mereka dari belakang. Nabi Musa pun berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT pun mengabulkan doa Nabi Musa dan membelah laut untuk Nabi Musa dan Bani Israil.

Firaun dan pasukannya pun mengejar Nabi Musa dan Bani Israil ke dalam laut yang telah terbelah. Namun, sebelum mereka bisa sampai ke seberang, Allah SWT pun mengembalikan laut ke keadaan semula. Akibatnya, Fir’aun dan pasukannya pun tenggelam di laut.

Kisah Nabi Musa saat dikejar Fir’aun ini merupakan kisah yang penuh dengan mukjizat dan keajaiban. Kisah ini juga mengajarkan tentang pentingnya beriman kepada Allah SWT dan mengikuti ajaran para Nabi dan Rasul.

Saat dikejar Fir’aun itu, Nabi Musa membaca doa memohon keselamatan dari Allah, sebagaimana diriwayatkan oleh A’masy dari Syaqiq dari Abdullah bin Mas’ud;

أَلَا أُعَلِّمُكَ الْكَلِمَاتِ الَّتِي تَكَلَّمَ بِهَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ حِينَ جَاوَزَ الْبَحْرَ بِبَنِي إِسْرَائِيلَ؟ فَقُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.  

 Artinya: “Maukah kamu kuajari tentang kaliamt-kalimat yang dibaca oleh Musa ketika ia melintasi lautan bersama Bani Israil?” Kami menjawab, tentu, ya Rasulallah.” Kemudian Rasulullah SAW menjawab;

 “Allâhumma lakal hamdu wailaikal musytaka, wa antal musta’ân, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil adzîmi”

(ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, hanya kepada-Mu Dzat yang dimintai pertolongan. Tidak ada kekuatan untuk menjalankan sebuah ketaatan dan menghindari kemaksiatan kecuali pertolongan Allah yang maha Agung).

Demikian penjelasan terkait doa Nabi Musa saat dikejar Fir’aun. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Pesan Anak Gaza yang Telah Dikucilkan Dunia:  “Gaza Terputus dari Dunia, tapi Tetap Tersambung dengan Allah Swt”

Di tengah pengucilan dunia dan pengeroyokan negara-negara adikuasa atas Gaza, masyarakat dikejutkan dengan video seorang remaja Gaza yang saat ini sedang dihujani ribuan bom-bom Zionis ‘Israel’.

Remaja yang usianya diperkirakan masih belasan tahun ini mengirim pesan kepada dunia bahwa dia tidak sendirin, meski dunia seisinya telah mengucilkan dan membiarkan warganya tertekan dan terputus dari dunia.

Seorang anak Palestina yang ditempatkan di Gaza mengirimkan pesan kepada dunia yang meninggalkan rakyat Gaza dari reruntuhan rumahnya, yang dihancurkan oleh tentara pendudukan Israel dalam serangan biadab dan berdarah terhadap rakyat Gaza.

Menggunakan setelan hoodie berwarna cokelat dan celana biru, ia duduk di bekas reruntuhan bangunan yang hancur lebih oleh jet-jet tempur Zionis Israel. Inilah pesan pentingnya yang telah viral ke seluruh dunia.

“Memang benar komunikasi dengan Gaza terputus,  dengan ambulan, dengan tim penyelamat, bahkan dengan dunia luar, tapi kami tidak TERPUTUS dengan Allah Swt, sang Penguasa Alam. Sebagaimana pengepungan terhadap Baginda Nabi ﷺ di Madinah. Kelaparan, kehausan, bahkan sangat lemah, “ ujarnya dengan wajah yang sangat cerah.  

“Ya Allah yang menurunkan kitab, Maha cepat perhitungaNya. Hancurkanlah pasukan-pasukan (musuh), goyangkan bumi dari kaki orang Yahudi, Ya Allah, tolonglah kami atas mereka Ya Allah.”

“Ya Allah dunia ini sangat sempit bagi kami. Maka lapangkanlah wahai Tuhan Semesta Alam.”

“Kami sangat lelah, kami sangat terluka, namun harapan kami kepada Allah yang Maha Esa sangatlah besar.”

“Allah Swt taka akan menyia-nyiakan kami. Demi Allah, Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan kami,” ujarnya dalam sebuah video berdurari 1 menit 8 detik ini.  

Video yang dingguah di akun platform X presenter TV Al Jazeera A Mansour  hari Senin (6/11/2023),  secara cepat viral di seluruh dunia. Berbagai reaksi, tanggapan bahkan doa-doa membanjirinya.

“Semoga Allah melindungimu.  Orang-orang yang sabar, dan tabah laksana gunung yang tegak. Allah tidak akan bisa dikalahkan…dan baik Zionis tidak akan mampu mematahkan kehendak orang-orang besar ini, yang saat ini memberikan pelajaran kepada seluruh dunia tentang kekuatan, kesabaran dan ketabahan,” ujar Noura.

“Hal terbaik selama sebulan terakhir, kami telah belajar arti ketabahan dari para pahlawan ini!. Salama ini hanya membacanya di buku, tapi sekarang kami mengetahuinya secara langsung. Semoga Tuhan meringankan beban untuk mereka,” ujar Musthofa.

“Kami bener-benar  malu dengan iman kami yang lemah ini, dibandingkan iman para penduduk Negeri Syam,” 😭😭😭😭😭😭😭😭😭 tulis Fauzi.

“Wahai rakyat Gaza yang terhormat… Hanya Tuhanlah tujuanmu, hai negeri para syuhada dan tempat para Nabi…. Darimu kami melihat ketabahan di saat kepala tertunduk. Kami melihat ketundukan pada perintah Allah di saat kemaksiatan merajalela. Kami melihat laki-laki di dalam dirimu di saat manusia sudah hilang…. Hidup Gaza yang merdeka, ajari kami pelajaran dan ilmu. Semoga Allah mengampuni para syuhadanya dan meringankan rakyatnya,” tambah Maria. 💚

Di akun patform X A Mansour, video ini telah ditonton lebih dari 555 ribu pengguna.*

HIDAYATULLAH

Kisah Pelantikan Abu Bakar Sebagai Khalifah Pertama

Berikut ini kisah pelantikan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Alkisah, tanpa direncanakan sebelumnya, Abu Bakar as-Siddiq terpilih menjadi khalifah pertama melalui proses pemilihan di suatu pertemuan yang cukup cepat dan tiba-tiba.

Pemilihan Abu Bakar sebagai kepala negara pertama itu terjadi pada hari kedua dari wafatnya kanjeng Nabi.Kala itu, pagi-pagi sekali, sekelompok Anshar tengah mengadakan pertemuan di Saqifah (Balai Pertemuan) Bani Sa’idah guna memilih pemimpin pengganti nabi, dan mereka bersepakat untuk mengangkat seorang tokoh Anshar dari suku Khazraj yang bernama Saad bin Ubadah.

Mendengar hal itu, buru-buru Umar bin Khattab Ra. mengajak Abu Bakar menghadiri pertemuan tersebut dengan ditemani oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Ternyata, sejumlah tokoh Muhajirin juga hadir di sana.Perdebatan yang cukup alot tengah berlangsung saat ketiga tokoh tadi tiba di Saqifah. Abu Bakar lalu meminta waktu untuk berbicara dan dengan tenang beliau menyampaikan perihal keutamaan kaum Muhajirin sebagai kelompok yang pertama kali menerima dan memperjuangkan Islam bersama-sama dengan kanjeng Nabi.

Begitu pun dengan kaum Anshar sebagai kelompok yang amat sangat berjasa dalam membela dan mengembangkan agama.

Hanya saja, terang Abu Bakar selanjutnya, karena di kalangan masyarakat Arab kaum Quraisy adalah suku yang paling dominan dan paling dihormati, maka sudah sepantasnya, seseorang dari merekalah yang diberi amanah untuk menjadi khalifah.

Bukan tanpa alasan, Abu Bakar berpendapat demikian adalah karena berpegang pada sabda nabi yang menyatakan bahwa tampuk kepemimpinan umat Islam seyogyanya berada di tangan suku Quraisy dan menurut Abu Bakar, hanya dengan begitulah Bangsa Arab terjamin kebutuhan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraannya.

Karena pemilihan pemimpin merupakan hal yang krusial dan tidak ada keterangan yang tegas dari nabi menyangkut siapa sosok yang paling berhak sepeninggalnya, maka wajar bila para petinggi kaum Anshar tidak langsung bisa menerima pendapat Abu Bakar tersebut. Bahkan, al-Habbab bin Munzir dari Bani Khazraj dengan tegas mengajukan dua opsi.

Opsi pertama, jabatan pemimpin negara harus berada di tangan Anshar dan opsi kedua, masing-masing Anshar dan Muhajirin mengangkat pemimpinnya sendiri. Namun, kedua opsi tersebut ditolak oleh banyak tokoh yang hadir.

Melihat kebuntuan musyawarah yang tak kunjung menemukan kata mufakat, tampillah Basyir bin Saad dari Bani Aus mengemukakan pendapatnya. Basyir bin Sa’ad mengatakan bahwa selama ini kaum Anshar menerima, membela dan mengembangkan Islam semata-mata mengharap ridha Allah dan ketaatan pada Rasulullah sehingga tak sepantasnya bila kaum Anshar berebut kursi penguasa dengan kaum Muhajirin. Yang jelas, kata Basyir selanjutnya, Rasulullah berasal dari suku Quraisy sehingga pantas jika khalifah yang menggantikannya berasal dari suku yang sama.

Siapa sangka pendapat Basyir itu berhasil menenangkan suhu pertemuan yang sempat memanas dan meluruh tuntaskan ambisi politik dan emosi bergejolak dari tokoh Anshar. Melihat situasi ini, Abu Bakar maju ke depan dan mengusulkan Umar bin Khattab dan Ubaidah bin Jarrah sebagai calon khalifah.

Namun kedua tokoh yang diusulkan dengan tegas menolak pencalonan dirinya sebagai pemimpin. Sayyidina Umar merasa akan menimbulkan perpecahan  baru jika menerima pencalonan dirinya, terlebih ia tahu betul betapa Abu Bakar mempunyai sejumlah kelebihan dan keutamaan dalam persoalan ini. Maka dengan yakin Umar mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Aksi Umar itu kemudian diikuti mula-mula oleh Ubaidah bin Jarrah lalu tokoh-tokoh dari kaum Muhajirin dan Anshar yang hadir saat itu.

Adapun keterlambatan Ali Ra. membaiat Abu Bakar semata-mata terkait perselisihan antara Abu Bakar dan Fathimah karena persoalan warisan Fathimah dari Rasulullah Saw.

Keesokan harinya dilaksanakan pembaiatan umum terhadap Abu Bakar di Masjid Nabawi. Dari atas mimbar, beliau menyampaikan sambutan berikut:

أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنِّي قَدْ وُلِّيتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِينُونِي وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُونِي… أَطِيعُونِي مَا أَطَعْتُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، فَإِذَا عَصَيْتُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَلَا طَاعَةَ لِي عَلَيْكُم

“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah dilantik menjadi pemimpinmu. Aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, bantulah aku dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku… Taatlah kalian kepadaku selagi aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka aku tidak berhak untuk kalian taati.”

Kisah pelantikan Abu Bakar sebagai khalifah pertama, disarikan dari kitab Sirah Nabawi; Fiqh al-Sirah Al-Nabawi karya Syekh Said Ramadhan al-Buthi dan Al-Bidayah Wa Al-Nihayah karya Syekh Ismail bin Umar.

BINCANG SYARIAH

Delapan Keutamaan Shalawat

Umat islam diperintahkan untuk bershalawat.

Umat islam diperintahkan untuk bershalawat kepada Nabi yang Mulia, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Shalawat yang diucapkan kepada beliau ﷺ memiliki sejumlah keutamaan. 

Melalui pesan Telegram Ustadz Najmi Umar Bakkar menyampaikan delapan keutamaan bershalawat kepada Rasul ﷺ berikut di antaranya:

(1). Menjalankan Perintah Allah Ta’ala

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS. 33 : 56)

(2). Allah Bershalawat 10 Kali Lipat

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali” (HR. Muslim no. 408, hadits Abu Hurairah)

3). Malaikat Bershalawat Kepadanya

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka para Malaikat terus bershalawat kepadanya selagi orang itu bershalawat kepadaku, maka silahkan saja bagi seorang hamba untuk sedikit melakukan hal itu atau memperbanyak” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, Shahiihut Targhiib no. 1669, hadits dari Amir bin Robi’ah)

(4 dan 5). Dihapus Dosa dan Diangkat Derajat

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh shalawat, dan menghapus darinya sepuluh dosa serta mengangkat derajatnya sepuluh derajat” (HR. An-Nasaa’i no. 1297 dan Ahmad no. 11998, hadits dari Anas bin Malik, lihat Shahiihut Targhiib no. 1657)

(6). Memperoleh Syafaat Dari Rasul ﷺ

“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari Kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. At-Tirmidzi, hadits dari Abdullah bin Mas’ud, lihat Shahiihut Targhiib no. 1668)

(7). Paling Dekat Dengan Rasulullah ﷺ

“Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat, karena sesungguhnya shalawat umatku diperlihatkan kepadaku pada setiap hari Jumat. Siapa saja yang paling banyak shalawatnya, maka ia menjadi orang yang paling dekat kedudukannya dariku” (HR. Al-Baihaqi dalam al-Kubra III/249 dan juga Syu’abul Iman III/110, hadits Abu Umamah al-Bahili, lihat Shahiihut Targhiib no. 1673)

(8). Menjadi Sarana Terkabulnya Doa

Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata : “Setiap doa akan terhalang hingga diucapkannya shalawat kepada Muhammad ﷺ (dan juga keluarga Muhammad)” (HR. Ath-Thabrani, lihat Shahiihut Targhiib no. 1675)

Rossi Handayani 

ISLAMDIGEST

12 Ahli Waris Jamaah Haji yang Meninggal di Pesawat Mendapat Asuransi Rp 125 Juta

12 jamaah haji 2023 meninggal di pesawat.

Kementerian Agama menyerahkan asuransi ekstra cover atau perlindungan ganda untuk 12 peserta ibadah haji 1444 Hijriyah/2023 Masehi yang meninggal di pesawat saat dalam penerbangan ke Tanah Suci/Indonesia sebesar Rp 125 juta per orang.

Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Saiful Mujab, dalam keterangannya di Jakarta Selasa mengatakan, penyerahan asuransi ekstra cover itu merupakan implementasi pelindungan Pemerintah Indonesia terhadap jamaah haji yang wafat di area tanggung jawab maskapai penerbangan.

“Asuransi ekstra cover secara bertahap sudah kami serahkan ke jamaah haji yang wafat di pesawat. Dari 12 orang, sudah kami distribusikan untuk enam orang. Ada satu orang dari Sulawesi Selatan, dua orang dari Jawa Tengah, dan tiga orang dari Jawa Barat,” kata Saiful Mujab.

Asuransi tambahan tersebut diserahkan kepada para ahli waris yang bersangkutan. Dengan asuransi tambahan ini, peserta haji yang wafat tersebut mendapat dua santunan.

“Asuransi ini diberikan selain dari asuransi jamaah haji reguler yang diberikan sebesar Bipih. Sehingga jamaah wafat tersebut mendapatkan dua asuransi,” katanya.

Masih ada enam peserta ibadah haji yang belum diserahkan asuransi ekstra covernya. Mereka berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Bangka Belitung.

Sebelumnya, Kementerian Agama menegaskan bahwa setiap peserta ibadah haji reguler mendapatkan asuransi jiwa dan kecelakaan yang melekat sejak masuk asrama, pemberangkatan, hingga di asrama untuk proses pemulangan.

Peserta ibadah haji yang meninggal dunia ketika berada di pesawat akan mendapat extra cover atau perlindungan ganda sebesar Rp125 juta.

Ketentuan rinci pemberian asuransi, yakni jamaah wafat diberikan sebesar minimal Bipih (Biaya Perjalanan Ibadah Haji), wafat karena kecelakaan diberikan dua kali besaran Bipih, kecelakaan yang mengalami cacat tetap diberikan santunan dengan besaran yang bervariasi antara 2,5 persen sampai 100 persen Bipih.

IHRAM

Sedekah Apakah yang Paling Utama?

Diriwayatkan dari sahabat Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ

Tangan yang di atas (yaitu tangan orang yang memberi, pent.) itu lebih baik daripada tangan yang di bawah (yaitu yang diberi, pent.). Mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sedekah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk mencukupi kebutuhan dirinya). Barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya, maka Allah akan mencukupkannya.” (HR. Bukhari no. 1427 dan Muslim no. 1034. Lafaz hadis ini milik Bukhari.)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: جُهْدُ الْمُقِلِّ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Sedekahnya orang yang tidak punya, dan dahulukan bersedekah kepada orang yang menjadi tanggunganmu.’” (HR. Ahmad 14: 324, Abu Dawud no. 1677, Ibnu Khuzaimah no. 2444, Ibnu Hibban no. 3335, dan Al-Hakim 1: 414; dengan sanad yang sahih)

Penjelasan teks hadis

Pada hadis di atas, yang dimaksud dengan,

بِمَنْ تَعُولُ

“orang-orang yang menjadi tanggunganmu”

adalah anggota keluarga yang kita berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada mereka.

Sedangkan yang dimaksud dengan,

عَنْ ظَهْرِ غِنًى

“dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya)”

adalah harta yang disedekahkan itu tidak dia butuhkan untuk memberi nafkah kepada keluarganya, dia juga tidak membutuhkannya untuk membayar utangnya.

“Barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, maka Allah akan memeliharanya”, maksudnya adalah siapa saja yang memelihara dan menjaga kehormatan dirinya (dari perbuatan-perbuatan haram) dan menjauhi perbuatan meminta-minta, maka Allah Ta’ala akan memberikan taufik kepadanya untuk tidak bergantung kepada apa yang dimiliki oleh orang lain dan memudahkan segala urusan dan kebutuhannya.

“Dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya, maka Allah akan mencukupkannya”, maksudnya adalah siapa saja yang merasa cukup terhadap apa yang dia miliki, baik sedikit ataupun banyak, tidak bersifat tamak, dan menampakkan bahwa dia sudah berkecukupan, maka Allah Ta’ala akan memberikan rezeki kepadanya sehingga dia tidak merasa butuh kepada orang lain. Bahkan, dia berusaha untuk mencukupi dan membantu kebutuhan dan hajat orang lain.

Adapun yang dimaksud dengan lafaz yang terdapat pada hadis kedua,

جُهْدُ الْمُقِلِّ

“orang yang tidak punya”,

adalah orang yang hanya memiliki harta yang sedikit.

Hal ini tidaklah bertentangan dengan hadis sebelumnya yang menunjukkan bahwa sedekah yang utama adalah yang berasal dari orang yang sudah cukup untuk kebutuhan dirinya. Karena memang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kondisi kesabaran seseorang ketika sedang berada dalam kesulitan dan juga ketika merasa cukup dengan harta yang dia miliki. Misalnya, seseorang yang memiliki sedikit harta kemudian bersedekah, maka itu lebih utama daripada orang yang bersedekah dalam kondisi memiliki banyak harta. Contoh lain, ketika ada orang yang memiliki banyak harta, lalu bersedekah dengan 1000 dinar, maka hal itu tidak bisa disamakan dengan orang yang bersedekah dengan satu dinar yang itu berasal dari kelebihan harta yang telah dipakai untuk mencukupi kebutuhan dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang sebetulnya membutuhkan harta, namun dia dermawan dan rajin sedekah, maka hal itu menunjukkan bahwa dia sangat menginginkan balasan dan pahala dari Allah Ta’ala.

Kandungan hadis

Kandungan pertama, hadis-hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan sedekah dan motivasi untuk menyedekahkan dan menginfakkan harta.

Kandungan kedua, hadis di atas menunjukkan bahwa hendaknya seseorang itu mendahulukan nafkah untuk anggota keluarganya yang memang wajib dia nafkahi, sebelum bersedekah sunah kepada yang lainnya.

Hal ini juga ditunjukkan oleh hadis yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّدَقَةِ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عِنْدِي دِينَارٌ، فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ، قَالَ: تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ، قَالَ: تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ – أَوْ قَالَ: زَوْجِكَ -، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ، قَالَ: تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى خَادِمِكَ، قَالَ: عِنْدِي آخَرُ، قَالَ: أَنْتَ أَبْصَرُ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk bersedekah. Kemudian seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki uang satu dinar.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Sedekahkan kepada dirimu.’ Ia berkata, ‘Aku memiliki yang lain.’ Beliau bersabda, ‘Sedekahkan kepada anakmu.’ Ia berkata, ‘Aku memiliki yang lain.’ Beliau bersabda, ‘Sedekahkan kepada istrimu.’ Ia berkata, ‘Aku memiliki yang lain.’ Beliau bersabda, ‘Sedekahkan kepada pembantumu.’ Ia berkata, ‘Aku memiliki yang lain.’ Beliau bersabda, ‘Engkau lebih tahu.’” (HR. Abu Dawud no. 1691, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Nafkah yang dia berikan kepada keluarga yang memang wajib dia nafkahi tersebut itu senilai dengan sedekah. Orang yang memberi nafkah akan mendapatkan pahala ketika dia meniatkan dari dalam hatinya dengan niat ibadah.

Kandungan ketiga, hadis di atas menunjukkan bahwa sedekah yang paling afdal adalah yang berasal dari kelebihan (sisa) harta setelah dia mencukupi kebutuhan dirinya dan orang-orang yang wajib dia nafkahi, kemudian dia berikan kelebihan harta tersebut kepada kerabatnya yang lebih jauh. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ

Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari keperluan.’” (QS. Al-Baqarah: 219)

Yang dimaksud dengan,

الْعَفْوَ

adalah harta yang lebih dari kebutuhan (keperluan). Sebagaimana dikatakan oleh sejumlah ulama salaf. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1: 373)

Kandungan keempat, hadis ini menunjukkan dianjurkannya merasa tidak butuh dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, sehingga dia tidak meminta-minta kepada orang lain, baik secara terang-terangan atau dengan isyarat-isyarat. Akan tetapi, dia yakin dan percaya kepada Rabbnya dan bertawakal kepada-Nya. Dan di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah,

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WATTUQOO WAL ‘AFAAFA WALGHINAA” (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk (al-huda), ketakwaan, terhindar dari perbuatan yang haram, dan selalu merasa cukup (tidak meminta-minta).” (HR. Muslim no. 2721)

Demikian pembahasan singkat ini, semoga bermanfaat.

Wallahu Ta’ala a’lam.

***

@Rumah Kasongan, 10 Rabiulakhir 1445/ 25 Oktober 2023

Penulis: M. Saifudin Hakim

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88986-sedekah-apakah-yang-paling-utama.html

Bagaimana Sujud Orang dengan Kepala Diperban?

Di fikih termasuk anggota sujud yang wajib menyentuh lantai adalah jabhah (dahi). Sehingga apabila ada penghalang antara dahi dan tempat sujud, maka dapat menyebabkan shalatnya tidak sah. Lantas bagaimana sujud orang dengan kepala diperban karena luka? Apakah harus melepas perbannya ketika hendak melaksanakan shalat? 

Menurut ulama, orang yang memiliki luka pada sebagian anggota sujudnya tergolong orang yang udzur untuk menyempurnakan anggota sujud beserta syaratnya. Seseorang yang kepalanya diperban, shalatnya tetap sah meskipun saat sujud ada penghalang di dahinya untuk menyentuh tempat sujud secara terbuka. Dan shalat yang dia kerjakan tak wajib di ulang ketika luka di kepalanya sudah sembuh. 

Hal ini sebaimana yang diterangkan oleh Syaikh Nawawi Al-Jawi dalam kitab Nihayatuzzain [69];

وَأَن يكون السُّجُود (بِوَضْع بعض جَبهته بكشف) للجبهة إِن سهل الْكَشْف بِحَيْثُ لَا يَنَالهُ بِهِ مشقة لَا تحْتَمل عَادَة ‌فَلَو ‌كَانَ ‌بجبهته ‌جرح أَو نَحوه وَعَلِيهِ عِصَابَة وشق عَلَيْهِ نَزعهَا صَحَّ السُّجُود عَلَيْهَا وَلَا تلْزمهُ الْإِعَادَة

Artinya; ‘’adanya sujud harus dengan meletakkan (menyentuhkan) sebagian dahinya dengan terbuka apabila terbukanya itu mudah dan tak ada kesulitan secara adat. Sehingga apabila pada dahi terdapat luka dan semacamnya yang diperban dan tidak memungkinkan untuk dilepas, maka sujudnya tetap sah dan shalatnya tidak wajib untuk diulang’’. 

Hukum  semacam ini juga diterangkan oleh Qodhi Abu Syuja’ dalam kitab Kifayatul Akhyar [108];

‌لَو ‌كَانَ ‌على ‌جَبهته ‌جِرَاحَة وعصبها وَسجد على الْعِصَابَة أَجزَأَهُ وَلَا قَضَاء عَلَيْهِ على الْمَذْهَب لِأَنَّهُ إِذا سَقَطت الْإِعَادَة مَعَ الْإِيمَاء بِالسُّجُود فَهُنَا أولى وَلَو عجز عَن السُّجُود لعِلَّة أَوْمَأ بِرَأْسِهِ فَإِن عجز فبطرفه وَلَا إِعَادَة عَلَيْهِ

Artinya; ‘’Seandainya pada dahi seseorang terdapat luka yang dibalut dan dia sujud dengan balutan tersebut maka itu mencukupi, dan tak ada kewajiban mengulangi shalat menurut al-madzhab (dzahir riwayat). Karena jika mengulangi shalat itu gugur di samping adanya  isyarat pada sujud, apalagi masalah ini. Tentunya lebih lagi (lebih menggugurkan). Apabila seseorang kesulitan sujud karena penyakit, maka dia berisyarat sujud dengan kepalanya. Jika masih kesulitan, maka dengan kelopak matanya. Dan tak ada kewajiban mengulangi shalat baginya’’.

Qadhi Abu Syuja’ perihal hukum mengulangi shalat bagi orang yang sujudnya tidak sempurna sebab udzur, membandingkan dengan sujud yang di ganti dengan isyarat yang hal tersebut tak mewajibkan seseorang mengulangi shalatnya. Sebagai contoh adalah orang yang disabilitas menggunakan kursi roda, baginya cukup berisyarat sujud dengan kepalanya tanpa harus menyentuhkan dahinya ke tempat sujud. 

Dan baginya tak ada kewajiban mengulangi shalatnya ketika sembuh. Nah, jika yang demikian saja tidak mewajibkan mengulangi shalat, apalagi orang yang luka kepalanya diperban dan dia tetap sujud pada tempat sujudnya, tidak dengan isyarat. Tentunya lebih berhak untuk mendapatkan hukum tak wajib mengulangi shalatnya. 

Demikan jawaban atas nama bagaimana sujud orang dengan kepala diperban? Allah SWT menghendaki kemudahan bagi hambanya dan tak menghendaki kesukaran. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Percayalah, Panggilan untuk Perang Fisik terhadap Israel Tak Akan Membantu dalam Mencapai Perdamaian!

Serangan Israel ke warga Palestina di jalur Gaza memang sangat menyayat hati dan melampaui batas kemanusiaan. Tanpa memandang dari agama sekalipun, penulis yakin bahwa serangan Israel yang ‘membabi-buta’ itu merupakan kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat ditoleransi.

Sebab, pasukan Israel yang menyerang Palestina tidak memandang tempat dan sasaran (orang). Semua orang, termasuk warga sipil dan anak-anak, menjadi korban. Adalah wajar jika masyarakat dunia ngamuk dan mengutuk serangan tersebut.

Ormas Persatuan Ulama Muslim Internasional di Indonesia menyerukan untuk membantu Palestina dengan berangkat ke Gaza dan berperang secara fisik. Seolah ajakan tersebut rasional dan dapat menjadi solusi. Padahal, seruan tersebut tidak akan membantu dalam mencapai perdamaian.

Memang kita tidak boleh hanya berpangku tangan sembari mengecam tindakan Israel terhadap warga Palestina. Namun demikian, penting bagi kita semua untuk mencari solusi yang damai dan adil untuk mengakhiri pertempuran dan penderitaan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Namun, penulis justru menekankan bahwa panggilan untuk perang fisik terhadap Israel atau siapa pun tidak akan membantu dalam mencapai perdamaian yang kita  harapkan.

Perdamaian dan keadilan adalah tujuan yang harus dicapai melalui dialog, diplomasi, dan negosiasi yang berkelanjutan. Konflik Israel-Palestina telah menyebabkan banyak penderitaan bagi warga sipil di kedua sisi, dan kita harus berusaha untuk menghindari peningkatan eskalasi yang hanya akan memperburuk situasi.

Beberapa Langkah

Untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina, berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

Pertama, dialog dan negosiasi. Hal ini sesuai dengan Ketua LBM PBNU. Bahwa, perang fisik dan tidak perang fisik sama-sama memiliki risiko. Oleh karena itu, kita harus menggunakan pilihan yang paling rasional. Dengan demikian, seruan perdamiaan itu sementara ini adalah satu hal yang terbaik daripada menyerukan untuk melakukan perang fisik.

Dialog dan negosiasi menjadi jembatan utama terwujudnya perdamaian. Sehingga, kedua belah pihak  berdialog untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Ini termasuk membahas isu-isu seperti perbatasan, pengungsi, status Yerusalem, dan lain-lain.

Kedua, pemberian bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak konflik, termasuk akses kepada perawatan medis, makanan, air bersih, dan tempat tinggal adalah langkah yang paling bijak dan mendesak untuk saat ini.

Pemerintah Indonesia dan juga beberapa negara dunia telah melakukan atau mengirimkan bantuan untuk warga Palestina yang sengsara akibat peperangan yang meningkat dalam beberapa waktu ini.

Ketiga, pendidikan dan rekonsiliasi. Aspek ketiga ini adalah jangka panjang. Antara warga Palestina dan Israel harus mendapatkan pendidikan dan melakukan rekonsiliasi untuk membangun perdamaian yang hakiki. Dalam proses ini, kemanusiaan dan ketertiban, bahkan streotip serta prasangka harus dihapus.

Keempat, dukungan internasional. Lembaga perdamaian dunia seperti PBB tidak boleh intervensi atau malah mendukung salah satu pihak untuk terus melancarkan serangannya. Negara-negara internasional harus berpern aktif dalam mendukung perdamaian. Keluarkan kebijakan yang tegas terhadap negara yang tidak mendukung perdamaian. Selanjutnya, negara-negara di seluruh dunia harus mendesak kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan damai.

Kita tentu sepakat untuk mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil, tak terkecuali kekerasan yang ditujukan kepada warga sipil Palestina. Pada saat yang sama, kita harus ingat bahwa perang fisik hanya akan menghasilkan lebih banyak penderitaan dan korban. Oleh karena itu, jangan biarkan kemarahan dan frustrasi kita mendorong kita ke arah yang salah-kaprah.

ISLAM KAFFAH

Menimbang Solidaritas dalam Aksi Boikot untuk Membela Palestina

Konflik berkecamuk antara Palestina dan Israel telah menghadirkan penderitaan yang tak terkira bagi saudara-saudara kita di Palestina. Serangan udara yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 telah merenggut ribuan nyawa, terutama anak-anak dan wanita yang menjadi korban.

Dalam situasi yang memilukan ini, banyak di antara kita merasa prihatin dan ingin berkontribusi dalam mencari jalan menuju perdamaian dan keadilan. Salah satu tindakan yang sering diusulkan adalah memboikot produk yang berasal dari Israel dan negara-negara yang mendukungnya. Produk-produk seperti HP, Siemens, AXA (asuransi), PUMA, Ahava, Taf Toys, Tiny Love, Sabra, Waze, dan McD menjadi target pemboikotan.

Aksi pemboikotan ini adalah ungkapan solidaritas kita dengan saudara-saudara kita di Palestina yang telah menderita akibat konflik yang tak kunjung usai. Ayat suci Al-Quran mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dan perdamaian di antara umat beriman. “Orang-orang yang beriman itu hanyalah saudara-saudara seagama. Sebab itu, damaikanlah antara saudara-saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Surah al-Hujurat: 10).

Ayat ini menegaskan bahwa kita, sebagai saudara seagama, memiliki kewajiban untuk menjaga persatuan dan kedamaian di antara sesama. Dalam konteks konflik Palestina, ayat ini menegaskan pentingnya kesatuan dalam menghadapi konflik, serta mengajarkan kita untuk menyebarkan nilai-nilai kasih sayang dan rahmat di tengah penderitaan.

Meskipun aksi pemboikotan telah menjadi metode yang sering digunakan untuk menyuarakan solidaritas dengan Palestina, perlu diakui bahwa tidak semua orang setuju dengan pendekatan ini sebagai solusi efektif. Ada pandangan bahwa tindakan pemboikotan dapat merugikan warga Palestina yang bergantung pada pekerjaan di perusahaan-perusahaan Israel.

Selain itu, ada argumen bahwa pemboikotan produk Israel mungkin memiliki dampak lebih besar pada ekonomi Indonesia daripada pada ekonomi Israel. Beberapa perusahaan Israel yang menjadi sasaran pemboikotan di Indonesia memiliki lisensi lokal dan telah menyerap tenaga kerja serta sumber daya dalam negeri.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa aksi pemboikotan produk terbukti berhasil dalam beberapa kasus di seluruh dunia. Contohnya adalah gerakan pemboikotan terhadap perusahaan yang berinvestasi di pemukiman Israel di Tepi Barat. Aksi ini berhasil menggugah perhatian dan menciptakan tekanan pada perusahaan-perusahaan tersebut, yang akhirnya mengurangi investasi mereka di wilayah tersebut.

Keberhasilan aksi pemboikotan juga terlihat dalam penurunan harga saham beberapa perusahaan besar yang menjadi target. Saham Starbucks turun hingga mencapai harga terendahnya sejak dimulainya aksi pemboikot. Begitu pula dengan saham perusahaan-perusahaan seperti McDonald’s dan PepsiCo, yang mengalami penurunan harga saham yang signifikan.

Dalam upaya kita untuk mendukung perdamaian dan keadilan, penting juga bagi kita untuk memahami konflik ini secara mendalam. Informasi yang benar dan akurat sangat diperlukan agar kita dapat berkontribusi dengan bijak dalam mencari solusi. Ini juga memanggil kita untuk terus berupaya memahami akar permasalahan, dinamika konflik, dan peran kita dalam upaya perdamaian.

Upaya perdamaian yang lebih besar melibatkan berbagai elemen, termasuk diplomasi internasional, dialog antara pihak-pihak yang terlibat, dan dukungan dari komunitas internasional. Sebagai individu, kita juga memiliki peran penting dalam upaya ini. Aksi pemboikotan produk Israel bisa menjadi salah satu langkah yang mendukung perdamaian dan hak asasi manusia di Palestina.

Semoga Allah memberikan rahmat dan bimbingan kepada kita semua dalam menjalani peran kita sebagai individu dalam mendukung perdamaian sejati dan memperingati kita tentang pentingnya persatuan dan kemanusiaan di tengah konflik yang berkecamuk di Palestina.

ISLAMKAFFAH

Bagaimana Malaikat dan Setan Datang di Hati Manusia

Setan dan malaikat bersemi di hati manusia.

Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal Imam Al-Ghazali dalam buku Minhajul Abidin menjelaskan bahwa Allah Ta’ala telah menempatkan pada hati anak Adam (manusia) malaikat yang disebut Mulhim, ajakan atau bisikan malaikat itu disebut dengan ilham. 

Sebagai pesaingnya, Allah SWT menguasakan setan yang bernama Waswasah yang mengajak manusia kepada keburukan, yang disebut dengan sikap was-was. 

Malaikat Mulhim mengajak manusia kepada kebaikan, sedang setan yang disebut Waswasah mengajak kepada keburukan.

Imam Al-Ghazali menyampaikan bahwa guru kami menjelaskan setan itu adakalanya mengajak manusia kepada kebaikan dengan tujuan untuk menjerumuskan mereka yang terperangkap itu kepada keburukan. Contohnya, setan mengajak seorang hamba untuk melakukan sesuatu yang dipandang utama. Padahal tujuan setan yang sesungguhnya yaitu menghalangi manusia dari jalan yang utama yang sebenarnya.

Contoh lainnya, setan mengajak seseorang kepada kebaikan, tapi sebenarnya tujuan setan untuk menyeret orang itu kepada dosa yang lebih besar, yang kebaikannya tidak mencukupi untuk menghapus keburukan atau doa yang dilakukannya itu. Seperti perbuatan ‘ujub mengagumi amal sendiri dan lain sebagainya.

Menurut sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Jika dilahirkan seorang bayi anak Adam (manusia), Allah Ta’ala menyertainya dengan satu malaikat dan satu setan. Maka setan tersebut menempel pada telinga hati sebelah kiri, sedang malaikat menempel pada telinga hati sebelah kanan. Keduanya sama-sama membisikkan ajakannya.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Pada hati manusia terdapat persinggahan setan dan malaikat.”

Kemudian, Allah memasangkan pada diri anak Adam itu tabiat yang cenderung kepada syahwat dan kelezatan duniawi, baik maupun buruk. Itulah yang disebut dengan hawa nafsu, yang menjerumuskan manusia kepada berbagai penyakit moral.

Bisikan-bisikan di dalam hati itu mendorong manusia melakukan sesuatu atau tidak berbuat apa-apa, juga mengajaknya kepada apa yang dibisikkan itu. Inilah yang disebut khawatir (bisikan-bisikan hati).

IHRAM