Manfaat Surat Al Jumuah untuk Dapatkan Kekayaan, Ini Caranya

Surat Al Jumuah juga mempunyai banyak manfaat untuk umat Islam

Salah satu keutamaan mengalamkan atau membaca surat Al Jumuah adalah untuk mendapatkan kekayaan. 

Caranya adalah dengan membaca surat Al Jumuah satu kali kemudian membaca doa berikut ini 70 kali, yaitu:

اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ أَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan barang yang halal hingga aku tidak butuh kepada yang haram dan cukupkanlah aku dengan keutamaan-Mu hingga aku tidak butuh kepada selain-Mu.” (HR Turmudzi).

Dalam buku “Rahasia Keutamaan Surat Al-Qur’an” karya Muhammad Zaairul Haq dijelaskan bahwa jika amalan di atas dilakukan akan segera mendapatkan kekayaan yang luas dan berkah. 

Dalam kitab Khazinat Al-Asrar disebutkan sebuah riwayat yang mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang membaca doa:

اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ أَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ 

pada hari Jumat sebanyak 70 kali, maka dia tidak akan mendapati Jumat berikutnya, kecuali Allah membuatnya kaya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Dalam kitab Khazinat Al-Asrar, menurut Zaairul Haq, juga disebutkan bahwa doa di atas baik sekali diamalkan pada Jumat atau setiap selesai melaksanakan sholat sebanyak 70 kali. 

Disebutkan bahwa barang siapa yang melakukan amalan seperti itu, maka Allah akan menyelesaikan utangnya walaupun utang tersebut setinggi gunung Uhud.

Selain itu, keutamaan lainnya mengamalkan surat Al Jumuah adalah bisa menghilangkan rasa waswas yang ditimbulkan kejahatan setan. 

Caranya dengan istiqomah membaca surat Al Jumuah setiap hari. Ini dijelaskan  Imam Syafii dalam kitab ad-Durr an-Nazhim fi Khawash al-Qur’an al-‘Azhim

KHAZANAH REPUBLIKA

Kaya

ISTILAH Istilah “ghoniyyun” (غَنِيٌّ) atau “ghinaa” (غِنَى) biasanya diterjemahkan “kaya”. Terjemah ini tidak persis tepat, karena “kaya” dalam bahasa Indonesia berarti mempunyai banyak harta, sementara dalam Bahasa Arab berbeda.

Makna asli “ghoniyyun” atau “ghina” adalah cukup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan kepada selainnya. Ini sebetulnya lebih bersifat psikis atau sikap mental, bukan fenomena fisik-material. Wanita yang sangat cantik disebut “ghoniyah” (غانية), karena sudah cukup dengan dirinya dan tidak memerlukan perhiasan. Suara nyanyian yang sangat merdu disebut “ghinaa’” (غناء), karena sudah cukup dengan dirinya dan tidak butuh apa-apa lagi untuk memperindahnya.

Alhasil, makna “ghinaa” dan “ghoniyyun” bukan kaya sebagaimana dimengerti dalam bahasa Indonesia. Makna yang lebih tepat adalah mandiri, tidak menjadi beban dan kerepotan orang lain, merdeka.

Orang yang “ghoniy” bisa jadi tidak berharta banyak, tapi ia tidak membebani siapa pun bahkan bisa berkontribusi untuk orang lain. Sebaliknya, ada orang berharta banyak namun sebenarnya tidak “ghoniy”, sehingga pelit dan tidak memiliki sumbangsih bagi umat.

Maka, di antara nama-nama Allah adalah “al-ghoniyyu” (الغني), yakni Dzat yang mandiri, cukup dengan diri-Nya, tidak butuh kepada selain-Nya. Bahkan, Dia bisa mencukupi yang lain. Sebaliknya, ketika manusia “merasa tidak butuh kepada Allah”, ia menjadi tercela. Perasaan ini akan mengantarkannya kepada tindakan-tindakan liar, tak terkendali, melampaui batas kewajaran.

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ . أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ

Artinya: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas; karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Qs al-‘Alaq: 6-7)

Dalam surah ‘Abasa: 5, istilah serupa juga digunakan dan merujuk kepada sikap sombong, tidak membutuhkan hidayah, atau merasa sudah benar. Meski banyaknya harta juga bisa berkontribusi pada munculnya sikap tertipu (ghurur) tsb, namun kata ini — dalam ayat-ayat ini — sesungguhnya lebih menunjuk kepada sikap mental ketika berhadapan dengan bimbingan agama.

Untuk itu pula, ketika Rasulullah dan para ulama memperingatkan kita dari bahaya “al-maal” (المال), titik tekannya ada pada potensi ketertipuan itu, bukan pada manfaat harta yang sudah dimaklumi. Sebenarnya, jiwa kita memang teramat rapuh ketika berhadapan dengan pesona harta, wanita, dan tahta.

Lawan dari “ghoniy” adalah “faqir” (فقير), artinya membutuhkan. Oleh karena itu, dalam Al-Quran dinyatakan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya: “Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Qs Fathir: 15)

Kekayaan berupa banyaknya harta memang bisa menjadikan seseorang merasa cukup dengan dirinya sendiri. Namun, banyaknya harta yang diiringi ketamakan, sebenarnya adalah hakikat kefakiran itu sendiri.

Faktanya, harta itu tidak bisa menutupi rasa butuhnya yang terus menganga, tidak terpuaskan, sehingga terus-menerus mengejar tambahan. Demikianlah, karena makna dasar “faqir” sesungguhnya adalah “adanya celah terbuka yang membutuhkan penambal”.

Maka, jangan meminta dan berharap menjadi “orang kaya”, sebab ini hanya tampilan fisik-material. Jadilah “ghoniyyun“, orang-orang mandiri, bisa mencukupi diri sendiri, tidak menjadi beban orang lain, dan bahkan berkontribusi untuk umat. Betapa banyak orang kaya, tapi hatinya faqir, tidak ghoniy. Ia terus-menerus haus dan tidak kunjung puas. Jiwanya dikepung hasrat tak terperi, sementara tubuhnya lelah mengejar angan-angan kosong. Tangannya rapat menggenggam, tidak mau berinfak, sebab hatinya masih merasa kurang.

Umat Islam harus “ghoniy”, ini ucapan yang benar. Tapi, kalau “umat Islam harus kaya”, ini hanya tipu daya syetan yang sangat halus dan menggelincirkan; apalagi jika “istaghna”, merasa tidak butuh kepada Allah dan cukup dengan kekuatannya sendiri. Na’udzu billah. Wallahu a’lam.*/Alimin Mukhtar, pengasuh Pesantren Hidayatullah Arrahmah Malang

HIDAYATULLAH

Orang Kaya yang ‘Kaya’

ALHAMDULILLAH, Segala puji hanya milik Allah yang Maha Menguasai langit dan bumi. Shalawat dan salam senantiasa tetap tercurah kepada kekasih Allah, Muhammad Saw.

Saudaraku, sungguh beruntung orang kaya yang kaya. Kaya akan harta dan hati. Kita terkadang melihat seseorang kaya karena banyaknya harta, mewahnya rumah dan bagusnya mobil. Pernahkah kita menilai orang yang miskin (papa) disebut kaya? Kita telah melupakan definisi kaya yang hakiki yaitu kekayaan seseorang yang tidak bisa diukur dari sisi hartanya, melainkan dari segi maknanya. Tidak sedikit kita menemukan bahwa orang yang memiliki kekayaan dinilai dari dunia. Padahal kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya dengan ilmu.

llmu adalah kekayaan yang nilainya lebih tinggi dari materi, bahkan Allah meninggikan orang yang berilmu beberapa derajat. Karena orang yang berilmu akan dihargai daripada orang yang tidak berilmu. Ini definisi pertama dari orang kaya yang kaya.

Kedua, orang kaya yang memiliki hati ikhlas dan lapang. Seseorang diberi kekayaan dengan cinta yang lapang dan ikhlas akan merasakan sendiri kenikmatannya. Artinya, kaya bukanlah memiliki banyak materi melainkan memiliki hati yang ikhlas dan lapang.

Ketiga, seseorang yang memiliki kekayaan berupa anak saleh dan salehah. Anak yang saleh dan salehah merupakan aset terbesar bagi orangtua. Dalam hadis dikatakan bahwa jika anak Adam telah meninggal, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah, ilmu bermanfaat, dan doa anak yang saleh.

Keempat, adalah kaya dengan infak atau sedekah. Karena ia yakin bahwa setiap harta yang digunakan di jalan Allah, tidaklah akan berkurang, bahkan terus bertambah, bertambah, dan bertambah. Dengan infak itulah rezeki kita akan menambah berat pahala di hari perhitungan nanti.

Saudaraku, marilah jadikan diri kita menjadi orang kaya yang kaya dan orang miskin yang kaya. Yakni kaya dengan ilmu, hati, anak saleh dan salehah, dan kaya dengan infak atau sedekah. Karena hal itu akan menjadi sumber kebahagiaan, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Insya Allah.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Kaya untuk Dakwah

ISLAM tidak pernah melarang pemeluknya untuk menjadi kaya atau memerintah mereka hidup miskin. Semasa nabi masih hidup, kondisi para sahabat sangat bervarisi. Ada yang kaya, sedang-sedang saja dan ada yang miskin.

Menariknya, dari hayat mereka pembaca bisa membaca secara cermat bahwa yang menjadi soal adalah bukan pada kaya atau miskinnya. Mereka menjadi bernilai ketika kekayaannya dipergunakan untuk kepentingan dakwah dan kemiskinannya tidak sampai membuatnya  berpaling dari dakwah.

Pada tulisan ini, penulis akan berfokus pada sahabat-sahabat yang dikenal kaya raya sekaligus sangat peduli dakwah. Kekayaan yang begitu melimpah tidak membuat mereka silau harta. Justru, harta yang dimiliki dikontribusikan untuk kepentingan dakwah.

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu misalnya, sebelum memeluk Islam, beliau terhitung sebagai orang kaya. Hartanya saat itu sebesar 40 ribu dirham. Belum lagi harta lain yang dihasilkan dari jalur bisnis.

Harta dan kekayaan yang beliau punya, saat Islam disumbangkan semuanya di jalan Allah. Georgie Zeidan  dalam buku “Tārikh al-Tamaddun al-Islāmy” (2018: V/17) mencatat hal menarik. Para khalifah –meski kaya—hidupnya bukan semata untuk memperkaya diri. Tapi disalurkan untuk kepentingan Islam.

Ketika Abu Bakar wafat, harta yang ditinggalkannya cuma satu dinar. Dia tidak banyak berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Hartanya yang banyak disumbangkan untuk kepentingan dakwah.

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu juga terbilang orang kaya. Dalam catatan sejarah, belum ada catatan resmi mengenai jumlah hartanya. Namun, bisa dilihat dari beberapa fakta sejarah hayat beliau.

Saat menikahi Ummi Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib, mahar yang diberikan adalah sebesar ribuan dinar emas sebagaimana ditulis oleh Ya’qubi dalam kitab tarikhya. Bahkan menurut catatan sejarawan Muslim lain seperti Ibnu Qudamah mahar yang diberikan ayah Hafshah itu sebesar 40 ribu dinar. Dan Umar pun pernah berwasiat agar istri-istrinya diberikan 4000 dinar. (Syakir Nabulisi, 2011)

Meski beliau kaya, perhatikan saat wafat. Dirinya malah mempunyai hutang 80 ribu ke Baitul Mal. Beliau berwasiat kepada anaknya, jika hartanya tak cukup, maka dibayar dengan harta keluarga Khattab. Lagi-lagi, kekayaan yang dimiliki digunakan untuk kepentingan dakwah, sehingga saat meninggal tak ada yang tersisa.

Sahabat lain yang juga termasuk orang kaya adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu. Untuk mengetahui kekayaannya bisa dibaca dalam buku “Tātikh Madīnah Dimasyq” (1996: 39/442) disebutkan bahwa saat meninggal dunia, dalam simpanan Utsman terdapat 30 juta dirham, 500 ribu dirham, 150 ribu dinar. Belum lagi sebribu onta dan harta lainnya.

Seperti sahabat lainnya, Utsman semasa hidupnya adalah orang yang juga peduli dakwah. Harta yang diinfakkan di jalan Allah tidaklah sedikit. Sumur Ruma, pembiayaan perang Tabuk dan lain sebagainya, adalah bukti bahwa hartanya disalurkan untuk kepentingan dakwah.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu juga tergolong kaya. Menurut catatan sejarah –sebagaimana ditulis oleh Georgie Zeidan—saat meninggal dunia beliau memiliki empat istri, 19 mantan istri, 24 anak. Mereka mendapat peninggalan harta tidak bergerak (tetap) yang bisa digolongkan sebagai orang kaya di antara kaumnya. Di antara peninggalan itu adalah di tanah Yanbu’.

Senada dengan sahabat lain, beliau juga orang derwaman. Terlebih jika untuk kepentingan dakwah. Muhammad Hamid dalam buku “Sīrah wa Manāqib ‘Ali bin Abi Thālib” (2018: 34-36) Beliau pernah memberi orang 100 dinar, sering membantu orang kesusahan, mewaqafkan tanah Yanbu’ dan sedekahnya jika dihitung pernah mencapai 4000 dinar. Namun, saat meninggal dunia, menurut penuturan Hasan bin Ali cuma  meninggalkan 700 dirham.

Sahabat lain yang masuk kategori kaya adalah sebagai berikut: Amru bin Asha Radhiyallahu ‘anhu saat meninggal dunia meninggalkan 300 ribu dinar dan 25 ribu dirham, penghasilan (income) 200 ribu dinar di Mesir. Zaid bin Tsabit meninggalkan emas dan perak begitu banyak sampai-sampai tak bisa dipecahkan dengan kapak. Belum lagi harta tidak bergerak lain yang senilai 100 ribu dinar.

Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu meninggalkan harta 2 juta dan sepertiga juta dinar. Ia menikahi 20 wanita selama hidupnya. Banyaknya istri menunjukkan betapa kayanya seseorang. Zubair bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu memiliki 1000 hamba sahaya yang masing-masing dibayarkan pajaknya. Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu ‘anhu penghasilannya di Irak sebesar 400 ribu dinar dan pernah menjual tanah senilah 700 ribu dinar. Penghasilannya pertahun mencapai 350 ribu dinar.

Menariknya, kekayaan yang dimiliki oleh sahabat-sahabat yang tergolong kaya tersebut digunakan –sebagaian besarnya, bahkan ada yang semuanya—untuk kepentingan dakwah.

Betapa dahsyatnya jika orang muslim yang kaya raya di masa sekarang meneladani mereka. Harta yang ada tak hanya dinikmati sendiri, tapi digunakan untuk kepentingan dakwah. Dengan demikian, akan ada lompatan  besar dalam bidang dakwah dan umat pun akan menjadi lebih bermartabat karena tidak bergantung secara finansial ke umat lain.*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH

Orang Terkaya dan Orang Tak Kaya

ORANG terkaya nomor 1 di dunia saat ini adalah Jeff Bezos. Kekayaannya berjumlah 112 miliar dollar, setara dengan 1.540 triliun rupiah. Wow sekali, bukan?

Orang terkaya nomor 2 adalah Bill Gates. Dia turus dari peringkat pertama yang dipertahankannya selama 18 kali. Kekayaannya kini adalah sejumlah 90 miliar dollar, setara dengan 1.238 triliun rupiah. Wow, juga bukan?

Orang terkaya nomor 3 adalah Warren Buffet dengan harta sejumlah 84 miliar dollar, setara dengan 1.155 triliun rupiah. Masih di atas seribu triliun. Jadi Wow, juga bukan?

Tak usah terkaget-kaget. Ada kabar yang membuat kita yang tak punya banyak harta tersenyum bangga karena memiliki kesamaan dengan orang terkaya itu. Ternyata, mereka juga bernafas dengan paru-paru menghirup udara bumi yang sama dengan kita.

Ternyata, saat mereka tidur, mereka juga pejamkan mata. Ternyata, mereka makan juga melewati mulut, tidak langsung masuk sendiri ke dalam perut. Ternyata, mereka kencing dan buang air besar lewat jalur yang sama dengan kita. Lalu, apa yang membedakan mereka dengan kita? Angka jumlah hartanya saja bukan?

Mereka tersenyum sama dengan kita, melengkungkan bibir ke atas. Dan banyak pula kesamaan yang lain. Satu hal saja yang perlu kita catat tebal-tebal: “Yang tak kaya di dunia, jangan sampai di akhirat juga tak kaya. Yang kaya di dunia, jangan sampai tak kaya di akhirat.” Bagaimana caranya? Jaga iman dan amal shalih.  [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Banyak Orang Tertipu Harta dan Keindahan Dunia

ALKISAH, pada zaman Nabi Isa as. terdapat tiga pemuda saleh tengah berjalan kaki menyusuri gurun.

Ketiganya sepakat untuk sama-sama menuntut ilmu di sebuah negeri sebrang nun jauh. Namun, saat tiba di tengah perjalanan, mereka menemukan timbunan harta yang melimpah. Alhasil, mereka pun memutuskan untuk istirahat sebentar sembari mencari makan.

Ketiga pemuda itu kemudian sepakat bahwa mereka harus rela berbagi tugas. Salah satu di antara mereka pergi mencari makan. Sementara dua orang lainnya bertugas menjaga harta istimewa itu guna menghindari adanya pencuri atau orang yang mengaku-ngaku atas kepemilikan harta tersebut. Hal ini dikarenakan nilai harta itu dinilai lebih tinggi ketimbang makanan yang akan mereka santap, sehingga penjagaan ekstra pun harus dilakukan.

Akhirnya, dia yang ditunjuk mencari makanan, bergegas pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Di tengah perjalanan, terlintas di benaknya untuk menguasai seluruh harta temuan itu. Sang pemuda pun mencari cara agar bisa melenyapkan keduanya. Dan, dipilihlah racun untuk dicampur dengan makanan yang akan diberikan kepada mereka.

Ternyata, niat jahat bukan hanya terlintas dalam benak sang pemuda yang diutus mencari makan saja. Kedua rekannya yang lain juga telah sepakat untuk menghabisinya sekembali ia mencari makan. Tentu saja, mereka berharap agar kekayaan itu hanya dibagi dua saja.

Setelah pemuda yang membeli makanan itu sampai ke tempat semula, kedua rekannya langsung menerkam dan membunuhnya. Tak ada sesal, tak ada rasa bersalah. Bahkan, keduanya tersenyum simpul, lega. Dan, karena sangat lapar, mereka pun tak sempat berpikir lain kecuali menyantap makanan yang diperoleh temannya ituyang juga telah dibubuhi racun.

Ya, apa hendak dikata, berkat keserakahan dan cinta dunia yang berlebih, nasib ketiganya pun sama-sama berujung maut. Ketiganya sama-sama tidak sempat merasakan sedikit pun nikmat atas limpahan harta yang Allah karuniakan kepada mereka. Ketiganya sama-sama tertipu oleh fatamorgana dunia.

Begitulah dunia. Banyak orang yang tertipu karena keindahannya, hingga melupakan arti penting dari kehadiran dunia itu sendiriyang notabenenya hanya sebagai sarana, bukan tujuan.

Karena keserakahan, dunia yang seharusnya bisa mendatangkan kenikmatan, justru berlaku sebaliknyayang bahkan bisa merugikan diri sendiri, hingga mendatangkan kematian.

Konon, Nabi Isa as. bersama para pengikutnya yang setia (Al Hawariyyun) sempat berkunjung ke tempat terjadinya peristiwa itu. Beliau pun berkata, “Lihat, inilah dunia. Bagaimana ia telah membunuh tiga orang yang awalnya berniat suci (menuntut ilmu), namun terperosok oleh fatamorgana dunia,” ujar Isa.

“Setelah mereka, tentu akan ada banyak lagi korban-korban yang berguguran karena memburu dan mencintai dunia. Hati mereka terbutakan oleh dunia, hingga melupakan tujuan utamanya dihadirkan ke dunia (untuk mengabdi pada Allah Swt.),”

“Pemburu dunia tak ubahnya peminum air laut. Semakin banyak minum, makin tambah haus. Ia pun terus minum sampai binasa. Namun demikian, ia tetap tak terpuaskan,” kata Isa as, lebih lanjut.

Ya, dunia. Sedari dulu, bahkan Rasul Saw. mewanti-wanti umatnya untuk tidak ngoyo pada dunia, yang bisa mengakibatkannya rugi dunia, bahkan akhirat. Perhatikan, betapa banyak orang yang awalnya dikenal sebagai orang baik, sholeh, pemurah, namun ketika dihadapkan dunia justru malah semakin lupa.

Dalam hal ini, beliau bersabda, “Sebagaimana penyelam laut, ia tidak dapat terhindar dari basah, maka pemburu dunia juga tidak akan terlepas atau terhindar dari kotoran.”

Begitulah Rasul Saw. mengumpamakan dunia dengan kotoran. Nasihat ini bukan berarti kita tidak boleh mencari dunia, namun nasihat ini hadir untuk mengingatkan umatnya agar waspada terhadap titipan yang Allah karuniakan kepada kita (hamba). Bukan malah berlaku zalim, dengan mengejar dan menguasai dunia, hingga melupakan kewajiban kita untuk saling berbagi dalam kebaikan. []

Sumber : diolah dari Nasihat Al Ghazali bagi Penguasa

MOZAIK

Buat Apa Kekayaan Dunia Jika Hati Gelisah

MEMANG, kita sering melihat banyak orang yang hidup berkecukupan yang secara nyata-nyatanya mereka adalah tergolong orang-orang yang sering berbuat dosa. Lantas bagaimana halnya dengan adanya keyakinan bahwa balasan dari perbuatan baik adalah kebaikan?

Orang-orang yang sering terlihat berbuat dosa, namun terlihat nyaman dengan berbagai kepemilikian duniawinya, walau demikian bagaimana dengan kondisi hati mereka? Apakah ada ketenangan di hati mereka? Pasti tidak ada. Karena, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram. Buat apa memiliki kekayaan duniawi kalau hati gelisah, makan tidak tenang, tidur tidak nyenyak.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Radu : 28)

Balasan terbaik bukanlah dengan apa yang ia miliki dari kekayaan duniawi, tetapi semakin dekat kepada Allah, hati yang semakin mantap, yakin dan istiqomah dalam beribadah kepada Allah.

Di saat kita memiliki niatan yang baik, kita lantas dituntun oleh Allah, bersabar dalam berusaha, sehingga saat bertemu dengan rizki semua dilakukan dengan penuh keberkahan. Ditambah dengan dikeluarkannya sedikit dari rizki yang kita miliki untuk berjuang di jalan Allah, maka semakin nikmat karunia yang telah Allah berikan ini.

Jangan pernah merasa tidak adanya pertanggungjawaban atas perbuatan kita di dunia ini, karena semua hal yang kita lakukan diawasi dan diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan bahkan di dunia ini juga, kecuali perbuatan dosa yang segera dimohonkan ampunan-Nya. Semua hal akan dipertanggungjawabkan, karena pada hari perhitungan kelak, anggota tubuh ini akan bersaksi.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin: 65)

Oleh karena itu, berhati hatilah dalam menjaga pikiran dan sikap kita. Terus bersihkan hati, agar kita semakin mudah dalam merasakan kehadiran dan pengawasan Allah. Seseorang yang tauhidnya bagus, dapat dipastikan bahwa akhlaknya juga terjaga. Karena, dia yakin bahwa Allah Maha Melihat, sehingga dia akan sibuk dengan Allah tanpa perlu berakting dan berpura-pura.

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61)

Kita tidak tahu sesuatu yang terjadi di masa depan. Saat ujian di sekolah, misalnya, sebagai murid tidak akan pernah tahu materi yang nantinya akan keluar. Sedangkan Allah Maha Tahu apa pun yang akan terjadi di kemudian hari dengan detail. Jadi bergantung saja pada Allah, berdoa dengan sungguh-sungguh, ikhtiar dengan benar dan baik, dan lakukanlah hal-hal yang Allah sukai, dan berharaplah semua akan dimudahkan.

 

MOZAIK

10 Orang Terkaya di Dunia

Setiap tahun, kita seringkali disuguhkan informasi seputar orang-orang dengan rezeki berlebih, atau yang biasa disebut oleh Majalah Forbes sebagai orang-orang terkaya di dunia.

Untuk tahun 2015 ini,  Forbes melansir 10 Orang Terkaya di Dunia, di antaranya:

1. Bill Gates

Total Kekayaan : US$79,2 miliar
Umur : 59 Tahun
Sumber kekayaan utama : Microsoft
Industri : Teknologi
Warga Negara : Amerika Serikat

2. Carlos Slim Helu

Total Kekayaan : US$77,1 miliar
Umur : 75 Tahun
Sumber kekayaan utama : Telefonos de Mexico dan America Movil
Industri : Telekomunikasi
Warga Negara : Meksiko

3. Warren Buffet

Total Kekayaan : US$72,7 miliar
Umur : 84 Tahun
Sumber kekayaan utama : Berkshire Hathaway
Industri : Investasi
Warga Negara : Amerika Serikat

4. Amancio Ortega

Total Kekayaan : US$64,5 miliar
Umur : 78 Tahun
Sumber kekayaan utama : Zara
Industri : Retail
Warga Negara : Spanyol

5. Larry Ellison

Total Kekayaan : US$54,3 miliar
Umur : 70 Tahun
Sumber kekayaan utama : Oracle
Industri : Teknologi
Warga Negara : Amerika Serikat

6. Charles Koch

Total Kekayaan : US$42,9 miliar
Umur : 79 Tahun
Sumber kekayaan utama : Koch Industries, Inc
Industri : Berbagai bidang
Warga Negara : Amerika Serikat

7. David Koch

Total Kekayaan : US$42,9 miliar
Umur : 74 Tahun
Sumber kekayaan utama : Koch Industries, Inc
Industri : Berbagai bidang
Warga Negara : Amerika Serikat

8. Christy Walton

Total Kekayaan : US$41,7 miliar
Umur : 60 Tahun
Sumber kekayaan utama : Wal-Mart
Industri : Retail
Warga Negara : Amerika Serikat

9. Jim Walton

Total Kekayaan : US$40,6 miliar
Umur : 67 Tahun
Sumber kekayaan utama : Wal-Mart
Industri : Retail
Warga Negara : Amerika Serikat

10. Liliane Bettencourt

Total Kekayaan : US$40,1 miliar
Umur : 92 Tahun
Sumber kekayaan utama : L’Oreal
Industri : Retail
Warga Negara : Perancis

 

Namun, lain lagi menurut pandangan agama Islam, orang terkaya di No.1 di dunia adalah seorang muslim yang melakukan sholat dua rakaat sebelum fajar. Bahkan, kalau mau dibilang, dia tidak hanya menjadi terkaya di dunia, melainkan akan bahagia di akhirat. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.

Dua raka’at fajar (shalat sunnah qabliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya” [HR. Muslim no. 725]

Ribuan triliun yang dimiliki Bill Gates tentu tak ada artinya daripada seluruh dunia dan isinya.  Itulah sebabnya orang terkaya di dunia itu bukanlah Bill Gates. Yang dimaksud sholat fajar 2 rakaat adalah sholat sunnah qabliyah yang diilakukan sebelum sholat subuh. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits berikut:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjaga shalat sunnah yang lebih daripada menjaga shalat sunnah dua raka’at sebelum Subuh”  [HR. Muslim no 724]

Jika sholat sunnahnya saja mempunyai keutamaan begitu besar, lalu bagaimana dengan sholat subuhnya sendiri. Benar-benar rugi jika kita menyia-nyiakan keutamaan tersebut.

Nah, kita semua punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang terkaya di dunia.

Insya Allah.

 

 

Sukarja dari berbagai sumber

Libatkan Allah Dalam Bisnis Anda

Sebagai entrepreneur muslim seharusnya kita tidak perlu lagi takut untuk berkompetisi dengan pengusaha non-muslim. Karena kita memiliki backingan sang penguasa alam semesta Allah s.w.t. Ada banyak firman Allah s.w.t tentang janjinya yang akan menolong kita jika kita mendapatkan masalah. Berikut salah satu firmannya:

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl: 53)

Tahukah anda, dewasa ini sudah ada banyak perusahaan besar yang melibatkan kegiatan spiritual demi kelangsungan bisnisnya. Sungguh sangat banyak manfaatnya jika kita melibatkan Allah dalam kegiatan bisnis. Misalnya kita bisa membuat jadwal sholat dhuha bagi karyawan setiap harinya. Andai anda tahu bagaimana besarnya manfaat yang akan kita dapatkan dari sholat dhuha. Dan apalagi jika seluruh karyawan dapat rutin melaksanakannya.

Selain sholat dhuha, kita juga bisa mengadakan acara pengajian yang diselenggarakan setiap minggunya. Langsung memotong gaji karyawan untuk dijadikan zakat setiap bulannya. Atau mengadakan kegiatan sosial ke panti-panti asuhan setiap 2 bulan sekali.

Perusahaan yang melibatkan aktivitas spiritual dalam kegiatan operasionalnya terbukti lebih mampu bertahan dan berkembang lebih baik ketimbang perusahaan yang tidak menyandarkan bisnisnya pada aspek spiritual.

MANFAAT MELIBATKAN ALLAH DALAM BERBISNIS

Ada 6 manfaat yang bisa di dapat jika anda melibatkan Allah dalam operasional bisnis anda. Yang pertama, perusahaan akan terhindar dari berbagai kecurangan yang menghalalkan segala cara. Karena inilah awal mula dari kebangkrutan sebuah perusahaan

Kedua, dengan terciptanya emosional spiritual pada masing-masing karyawan, maka ini dapat meningkatkan kinerja mereka.

Ketiga, akan terciptanya sinergi positif antar karyawan dan pimpinan sehingga membuat suasana kerja menjadi lebih harmonis.

Keempat, perusahaan anda akan menciptakan image (citra) positif dari luar.

Kelima, perusahaan anda akan tumbuh dan berkembang secara sustainable dari waktu ke waktu.

Keenam, karyawan anda akan betah dan dapat membuat mereka tidak akan berpindah ke perusahaan lainnya.

Sudah selayaknya para pebisnis terutama para entrepreneur muslim menerapkan budaya manajemen spiritual ini. Konsep ini mengubah definisi manajemen dari sekedar “Getting things done through the people” menjadi “Getting god’s will done by the people”.

Dengan melibatkan Allah dalam kegiatan bisnis inilah yang akan menciptakan nilai-nilai luhur yang baik bagi sesama. Ini akan membentuk tatanan kerja yang lebih baik dan bukan hanya sekedar mencari keuntungan saja. Sudah waktunya islam dapat kembali memiliki peran penting dalam perekonomian dunia.

 

sumber: Entrepreneur Muslim

Apa Betul Surat Al-waqiah Bisa Bikin Kaya?

Apa betul keutamaan surat alwaqiah untuk memperlancar rezeki? Rumor ini memang sudah menyebar luas di kalangan umat muslim. Banyak sekali yang mempercayai bahwa dengan membaca surat alwaqiah dapat memperlancar rezeki mereka. Bahkan ada juga yang sengaja membaca surat itu saja tanpa membaca yang lain karena ingin mendapatkan rezeki yang melimpah. Namun tahukah anda, bahwasanya dalil yang mengatakan bahwa surat alwaqiah memperlancar rezeki adalah hadist maudhu’ / palsu?

Ada 5 dalil yang mengatakan bahwa keutamaan surat alwaqiah untuk memperlancar rezeki. 3 diantaranya dikeluarkan oleh Abu syuja’, dan 2 diantaranya dikeluarkan oleh Abdul Quddus bin Habib dan Ahmad bin Umar Al Yamami.

Ketiga orang ini di yakini tidak bisa di percaya kredibilitasnya oleh para ulama dikarenakan beberapa faktor, yaitu pernah memalsukan hadist, sanadnya terputus, terjadi kemungkaran matannya, sang perawi berstatus lemah, dan terjadi kekacauan dalam pembacaan nama perawi.

Berikut salah satu hadist maudhu’ yang mengatakan bahwa surat alwaqiah untuk memperlancar rezeki:

Barangsiapa membaca surat alwaqiah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kemiskinan.

Meskipun hadist-hadist yang menyatakan bahwa surat alwaqiah untuk memperlancar rezeki itu palsu, bukan berarti kita tidak akan membacanya lagi. Karena membaca setiap ayat alquran dapat membawa kebaikan pada diri kita. Seperti hadist nabi:

Bacalah Al-quran, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada para ahlinya (maksudnya, orang-orang yang rajin membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan hukum-hukumnya) (HR. Muslim)

Itulah keutamaan yang sesungguhnya dalam membaca surat alwaqiah. Semoga Allah melindungi kita dari hadist yang palsu agar terhindar dari kesesatan.

AMALAN-AMALAN YANG DAPAT MEMPERLANCAR REZEKI

Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada amalan-amalan yang jika dilakukan dapat memperlancar rezeki. Sebagaimana yang di kutip dari Al-quran dan Hadist sahih, berikut amalan-amalan yang dapat memperlancar rezeki.

RAJIN BERTAUBAT

Menurut ilmu psikologis, dengan melakukan taubat secara ikhlas kita akan bisa memaafkan diri sendiri dari kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan sebelumnya. Ini akan berefek positif pada diri dan sekitar. Jika sudah positif, otomatis rezekipun dapat dengan mudah didapatkan. Seperti yang juga dikatakan di salah satu firman Allah awt:

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (QS Huud 3)

Dan sabda nabi:

“Barangsiapa yang rutin membaca istighfar, Allah akan memberikan solusi pada setiap kesulitannya, dan penyelesaian bagi setiap permasalahannya. Dan Dia akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak terduga.” (Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan Al-Baihaqi)

Lalu bagaimana cara melakukan taubat yang baik dan benar? Berikut ulasannya:

  • Niatkan dengan hati yang paling dalam untuk melakukan taubat sepenuh hati dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi.
  • Berwudhu dengan sempurna sesuai sunnah
  • Melaksanakan sholat dua rakaat secara khusuk. Tidak ada bacaan khusus disini, lakukan seperti sholat biasanya.
  • Membaca istighfar dan memohon ampun kepada Allah swt dengan sepenuh hati.

Lakukan ini berulang-ulang, insya allah semua permasalahan akan bisa teratasi dengan mudah.

MENIKAH

Menikah merupakan suatu ibadah wajib yang cenderung memberi kebahagiaan dalam melaksanakannya. Bukan hanya kebahagiaan dengan pasangan yang akan didapatkan, ini juga dapat membuka rejeki sebagaimana yang dikatakan pada salah satu firman Allah:

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui. (An-Nuur 24:32-33)

Nabi Muhammad Saw juga menguatkan ayat tersebut. Sabda beliau, Dari Aisyah,

Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu. (HR. Hakim dan Abu Dawud).

SILATURAHMI

Silaturahmi juga dapat memperlancar rezeki. Tidak bisa dipungkiri, ada banyak orang yang mendapatkan kesuksesan hanya dengan bermodalkan silaturahmi. Karena selain mempererat hubungan dengan sesama, silaturahmi juga dapat memperluas relasi. Dengan memiliki relasi yang banyak, ini dapat mempermudahkan kita untuk menjalankan sebuahbisnis. Sebagaimana sabda nabi:

Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi. (HR. Bukhari)

SEDEKAH

Anehnya, dengan rajin melakukan sedekah bukan membuat kita tambah miskin, tapi justru sebaliknya. Inilah sebuah keajaiban yang nyata di dunia. Allah swt berfirman:

Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Al-baqarah QS:245)

Artikel terkait tentang memberi: Ilmu Dasar Tehnik Marketing Advance Ada Di Al-Quran

Itulah ulasan dan pelurusan tentang surat Alwaqiah. Semoga kita dapat berada di jalan yang benar dengan Al-quran dan Hadist yang shahih.

sumber: Entrepreneur Muslim