Hajar Aswad adalah ‘batu hitam’ yang terletak di sudut sebelah Tenggara Kabah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu Ruby yang diturunkan Allah dari surga melalui malaikat Jibril.
Batu ini pertama kali diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS. Batu ini pula yang menjadi fondasi pertama bangunan Kabah. Dahulu kala, batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah arab.
Namun, semakin lama sinarnya semangkin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan ini merupakan aroma alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Saat ini batu tersebut ditaruh di sisi luar Kabah.
Dalam Islam, kaum Muslim berusaha untuk menyentuh atau mengecup Hajar Aswad ketika sedang melaksanakan tawaf. Mereka melakukannya karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Muhammad SAW. Tak heran jika seluruh umat Islam penjuru dunia selalu merindukannya, bahkan saling berebut hanya karena ingin mengecupnya.
Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan ungkapan Saidina Umar bin al-Khattab r.a. Ia pernah mengecup Hajar Aswad. Kemudian dia berkata: Demi Allah! Aku tahu kamu hanyalah sekadar batu yang tidak dapat memudharatkan dan tidak dapat memberi manfaat siapa pun. Sekiranya aku tidak melihat sendiri Rasulullah SAW mengecupmu, pasti aku tidak akan mengecupmu.” (Sahih Bukhari juz 2 no 667).
Sejak saat itulah umat Muslim yang melakasanakan ibadah haji atau umrah berebut mengecupnya. Menurut Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syariful Alamsyah, mengecup Hajar Aswad bukan merupakan suatu kewajiban. Melainkan hanya sunah, sehingga umat Muslim boleh mengecupnya, juga boleh tidak. “Kalau bias silahkan mengecupnya, tapi kalau tidak, juga tidak apa-apa,” jelasnya kepada Republika edisi, Jumat 18 Juni.
Untuk bisa mengecupnya menurut Syariful, tidak ada trik dan tips khusus. Para jamaah harus berusaha, berdoa dan selanjutnya berserah diri. “Tawakal saja kepada Allah SWT,” katanya.
Para jamaah selalu berdesakan untuk mencium batu hitam tersebut, bahkan mungkin ada yang rela melukai orang lain demi tercapai tujuannya. Menurut Syariful, hal tersebut tidak boleh dilakukan. Untuk dapat mengecup Hajar Aswad, tidaklah dibenarkan seorang jamaah menyakiti orang lain.
Jika mengecup Hajar Aswad tidak bisa, lanjutnya, jamaah boleh menyentuhnya saja. Setelah menyentuh batu, jamaah bisa mengecup tangannya. Tak hanya itu, mereka bisa juga dengan menggunakan tongkat, setelah itu tongkatnya bisa dikecup. “Jika jaraknya terlalu jauh, jangan paksakan untuk mengecupnya.”
Mengenai faedahnya, Syariful mengatakan, tidak bisa mengungkapkannya. Yang jelas, lanjut dia, Umar Bin Khatab mengungkapkan bahwa setelah mengecup Hajar Aswad, timbul kebahagiaan dalam dirinya.