Seorang orientalis di abad ke-19, yang juga seorang yang tak percaya akan akan kenabian Muhammad. Adalah Theodore Noldeke berusaha membuktikan dengan sungguh yang diyakini umat Islam selama ini beribu tahun sesuatu yang keliru. Al-Qur’an bukan suatu yang orisinal. Al-Qur’an adalah duplikasi Muhammad.
Muhammad bukanlah seorang yang ummi (tak pandai baca dan tulis). Ia berdusta. Muhammad itu akrab dengan tradisi menulis—sebagai derajat orang yang berilmu. Dari situ, Muhammad menduplikasi ajaran pelbagai agama terdahulu. Islam bukanlah produk asli Muhammad. Sejatinya itu produk yang duplikasi dari Kristen dan Yahudi.
Yang tak kalah bikin heboh, Ali Shina—seorang warga Kanada asal Iran. Memilih Kanada, pasca terjadi revolusi Iran 1979. Ia menulis buku Understanding Muhammad; a Psichobiography. Sebuah buku yang menceritakan secara kritis Nabi Muhammad. Misalnya, pada saat Muhammad berumur 40 tahun, ia melihat terjadi keanehan pada diri Muhammad. Pengalaman aneh.
Muhammad mengaku melihat sosok seperti hantu. Saat melihat sosok itu, ia pun mengalami kontraksi pada otot. Muhammad juga mengalami sakit perut dan kejang-kejang. Imbasnya, bibir bergerak diluar kontrol. Dan detakan jantung berdebar kuat. Muhammad pun lari, ke rumah menemui Aisyah. Dalam keadaan ini, Muhammad menyebutkan Q.S. at Taubah/9:29. Perintah untuk memerangi non muslim.
Pada lain waktu, “Islam bukanlah agama perdamaian,” tulis Ayaan Hirsi Ali dalam buku, Heretic: Why Islam Needs a Reformation Now. Islam katanya adalah agama yang penuh dendam. Islam ibarat burung yang dikurung dalam sangkar puluhan tahun. Suatu waktu, burung itu lepas. Dan berniat balas dendam. Itulah Islam. Agama ganas, dan sumber malapetaka.
Itulah tuduhan dan kritik yang dilontarkan terhadap Nabi Muhammad. Tuduhan yang kadang menimbulkan reaksi di tengah umat. Mungkin, masih banyak lagi tuduhan yang menggemparkan lain. Semisal karikatur Nabi Muhammad di Prancis. Salman Rusdhie dengan ayat-ayat setannya. Tuduhan semacam ini akan selalu ada.
Tuduhan M Kece pada Nabi dan Al-Qur’an
Di Indonesia, belakangan muncul sosok kontroversi. Seorang Youtuber. MuhammadKece namanya. Akun ini berisi konten yang mengkritik pelbagai ajaran Islam. Bila tak ingin menyebut menghina dan mencemooh. Berikut saya kutipkan transkip perkataan M Kece terhadap sosok baginda Nabi dan Al-Qur’an;
“Muhammad sendiri tidak masuk surga, ia sendiri di kerumunin jin, dekat dengan jin. Al-Qur’an itu kitab karangan manusia. Kitab dongeng manusia. Jangan jadi marketing Arab. Tidak ada apa-apanya Muhammad bin Abdullah itu. Katanya Muhammad utusan Allah, tidak ada satu pun wahyu yang turun pada Muhammad,”.
“Muhammad dengan jin, yang membuat kece dikejam (M Kece di Kecam MUI). Ini ayat jelas di dalam Al-Qur’an. Muhammad dengan jin. Rupanya ini Al-Quran diterjemahkan makanya MUI mengecam. Muhammad dekat dengan Jin enggak terima. Di mana ayatnya Muhammad dekat allah,” itulah segelintir perkataan M Kece terkait sosok baginda Nabi dan Al-Qur’an.
Mengulik Tafsir Q.S. al Jin/72;19
Adapun ayat yang disebutkan M Kece, yang menuduh baginda Nabi dekat dan berkerumun dengan jin adalah firman Allah Q.S al-Jinn/72;19. Allah berfirman;
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
Artinya; Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.
Kemudian benarkah klaim tersebut bahwa ayat ini menyatakan Muhammad dikerumuni jin, dekat dengan jin, dan bersahabat dengan jin atau lebih ekstrem lagi Muhammad diperintah jin? Sebagaimana dituduhkan M Kece.
Sebelum kita menjawab, terlebih dahulu kita lihat asumsi dasar M Kece mengatakan stetmen tersebut. Ia mengeluarkan pendapat itu setelah membaca Al-Qur’an terjemahan. Yang ia baca hasil terjemahan. Seharusnya ia lebih mendalami pelbagai kata dalam bahasa Arab. Pasalnya saban kata tersebut memiliki keterbatasan ketika diterjemahkan, terlebih pada bahasa Indonesia.
Kedua, setiap ayat dalam Al-Qur’an yang turun kepada Nabi, tak bisa kita tafsirkan begitu saja. Bila demikian yang dilakukan akan mengalami distorsi kontek. Dalam penafsiran ayat Al-Qur’an itu sendiri ada asbabun nuzul. Harus mengetahui ilmu gramatika bahasa Arab, dan pelbagai ilmu alat lain. Bila tidak, akan mengalami kerancuan. Misalnya, Q.S at Taubah/9;73;
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Artinya: Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
Dan juga firman Allah dalam at Taubah/9;5;
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ
Artinya: Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian.
Bayangkan saja bila ayat ini dibaca tanpa melihat konteks dan sebab ayat ini turun, niscaya Islam akan dianggap agama cinta perang. Tak tahu belas kasih. Tak punya nurani. Islam akan dianggap agama teroris. Pemahaman seperti ini akan lahir, sebab tak membaca ayat secara keseluruhan. Tak memahami konteks dan penafsiran ayat.
Ketiga, sejatinya bagaimana tafsir ayat yang disinggung oleh youtuber M Kece tersebut? Apa benar tuduhan bahwa Muhammad dekat dengan jin dan bersahabat bersama jin?
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsīr Ibnu Katsir mengatakan terdapat pelbagai penafsiran ulama terkait Q.S al-Jin/72;19 ini. Pertama, sebagaimana bersumber dari Al-Aufi, yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa jin-jin itu mendengar Nabi, hampir saja mereka menindihnya karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’annya.
Para jin berdesak-desakan di antara sesamanya untuk mendekat kepada Nabi, sedangkan Rasulullah sendiri tidak mengetahui keberadaan mereka, hingga datanglah kepada beliau Malaikat Jibril yang mewahyukan kepadanya firman Allah: Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an). (al-Jin/72:1) Yakni mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’annya. Ini menurut suatu pendapat yang diriwayatkan dari Az-Zubair ibnu Awwam.
الَ الْعَوْفِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ يَقُولُ لَمَّا سَمِعُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْلُو الْقُرْآنَ كَادُوا يَرْكَبُونَهُ مِنَ الْحِرْصِ لَمَّا سَمِعُوهُ يَتْلُو الْقُرْآنَ وَدَنَوْا مِنْهُ، فَلَمْ يَعْلَمْ بِهِمْ حَتَّى أَتَاهُ الرَّسُولُ فَجَعَلَ يُقْرِئُهُ قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ هَذَا قَوْلٌ
Artinya: sesunggunnya Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menceritakan ketika jin-jin itu mendengar Nabi membaca Al-Qur’an, hampir saja mereka menindihnya karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’annya. Mereka berdesak-desakan di antara sesamanya untuk mendekat kepada Nabi, sedangkan Nabi sendiri tidak mengetahui keberadaan mereka, hingga datanglah kepada beliau Malaikat Jibril yang mewahyukan kepadanya firman Allah subhanahu wa ta’ala: Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an). (Al-Jin: 1) Yakni mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’annya.
Pendapat kedua, Ibnu Jarir mengatakan tafsir ayat ini adalah kekaguman para jin terhadap Nabi dan sahabat. Mereka kagum melihat ketaatan mereka. Ketika Nabi Muhammad berdiri menyembah Allah dalam shalat, hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (al-Jin/72:19), ketika para jin melihat Nabi sedang mengerjakan shalat bersama para sahabatnya, maka mereka ikut rukuk dan sujud bersama baginda Nabi. Ibnu Katsir menjelaskan;
عَجِبُوا مِنْ طَوَاعِيَةِ أَصْحَابِهِ لَهُ قَالَ: فَقَالُوا لِقَوْمِهِمْ لَمَّا قامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَداً
Artinya: Para jin ini kagum, kagum dengan ketaatan para sahabat kepada nabi, Lalu jin berkata kepada kaumnya: Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (shalat), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19).
Tafsir ketiga,pendapat ini mengatakan Q.S al Jin/72:19 ini tak terlepas dari ayat selanjutnya (Q.S al Jin/72:20). Yang menjelaskan bahwa manusia dan jin saling desak-mendesak berebutan untuk memadamkan kalimah ini (anjuran untuk tidak menyekutukan Allah). tetapi Allah memenangkan atas orang-orang yang menentangnya. Ini merupakan pendapat ketiga yang lebih kuat.
وَقَالَ الْحَسَنُ: لَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيَدْعُو النَّاسَ إِلَى رَبِّهِمْ كَادَتِ الْعَرَبُ تَلْبُدُ عَلَيْهِ جَمِيعًا
Artinya: Hasan mengatakan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit mengucapkan kalimah, “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah,” dan menyeru manusia untuk menyembah Tuhan mereka, hampir saja orang-orang Arab desak-mendesak mengerumuninya.
Sementara itu Imam Asy Syaukani dalam kitab Tafsir Fathul Qadir, menjelaskan secara detail tafsir Q.S al Jin/72:19. Terutama terkait kata, Libada, banyak penafsiran terkait maksud term ayat ini. Salah satunya yang diungkapkan oleh Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid bahwa makna Libada, maksudnya adalah tatkala hamba Allah—Muhammad—, berdiri untuk mendakwahkan Islam, desak mendesak berebutan untuk memadamkan dakwah Nabi tersebut, tetapi Allah enggan dan tetap menolongnya, dan menyempurnakan cahaya dakwah Nabi Muhammad.
لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ مُحَمَّدٌ بِالدَّعْوَةِ، تَلَبَّدَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى هَذَا الْأَمْرِ لِيُطْفِئُوهُ، فَأَبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يَنْصُرَهُ، وَيُتِمَّ نُورَهُ
Artinya: Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyampaikan dakwahnya, berdesak-desakan atau mengerumuni manusia dan jin untuk memadamkan dakwah Nabi, tetapi Allah enggan dan tetap menolong Nabi dan menyempurnakan cahayanya.
Adapun Ibnu Asyur dalam kitab At Tahrir wa Tanwir mengatakan bahwa Q.S Al Jin/72:19, tak ada kaitannya dengan jin. Ayat ini secara menjelaskan tentang perilaku kaum musyrik yang tak senang kepada Nabi. Pasalnya, nabi Muhammad mendakwahkan umat manusia untuk tidak menyekutukan Allah.
وَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ، أَيْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ اقْتِرَابَ الْمُشْرِكِينَ مِنْ أَنْ يَكُونُوا لِبَدًا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ لَمَّا قَامَ يَدْعُو رَبَّهُ.
Artinya; telah diwahyukan kepada mu,bahwa sanya tatkala berdiri Hamba Allah artinya mewahyukan Allah kepada ku, maka mendekat kaum musyrik dalam keadaannya berdesak-desak atau mengerumuni hamba Allah tersebut, ketika ia mengajak atau berdakwah kepada Tuhannya.
Demikianlah Tafsir Q.S al Jin/72;19. Dari keterangan para ulaa tafsir tak ada yang mengindikasikan Nabi bersahabat dengan jin. Tak juga Nabi memanggil jin. Tak pula seperti yang dituduhkan M. Kece. Menurut ulama tafsir, pendapat yang kuat ayat ini menjelaskan bahwa manusia durhaka dan jin berkumpul dan berkerumun ingin memadamkan dakwah Islam yang dibawa baginda Nabi. Mereka tak senang terhadap dakwah Rasulullah.
Terakhir, saya percaya, bahwa apa yang dilakukan oleh M. Kece bukanlah representasi umat Kristen. Itu hanya oknum yang mencoba menggangu kerukunan umat beragama. Untuk itu, seyogianya umat Islam, agar tak merespons secara berlebihan. Hendaknya direspons dengan elegan dan menjawab tuduhan tersebut sebagai penerangan bagi mereka yang meragukan Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad.
BINCANG SYARIAH