Penistaan Agama, DPR: Tangkap Pendeta Saifudin Ibrahim

Video seorang pendeta bernama Saifuddin Ibrahim meminta Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas untuk menghapus 300 ayat Alquran karena dinilai sebagai sumber intoleransi, radikailisme dan terorisme di Indonesia. Pernyataan itu dalam video viral di media sosial (medsos). Kini pria tersebut menjadi buronan polisi.

Ketua Komisi VIII DPR RI yang membidangi masalah agama, Yandri Susanto menilai pernyataan tersebut telah menistaan agama Islam dan kitab suci Alquran. Untuk itu, mendesak aparat segera menangkap pendeta tersebut.

“Videonya sudah viral dan jelas-jelas menista umat Islam. Aparat harus segera menangkap dan menindak tegas Pendeta Saifudin Ibrahim,” kata Yandri dalam keterangannya, Rabu (16/3/2022).

Yandri juga mengecam pernyataan pria tersebut yang menyatakan pesantren sebagai sumber teroris.

“Saya mengecam Pendeta Saifudin Ibrahim yang mengatakan pesantren sebagai sumber teroris. Pernyataan ini menyakiti ulama dan kiai yang selama ini mendidik para santri untuk mengabdi pada umat, bangsa dan negara,” ujarnya.

“Jangan beri ruang sedikit pun bagi mereka yang mengusik dan memprovokasi kehidupan beragama yang sudah berjalan baik di Indonesia,” imbuhnya.

Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan seorang pria meminta 300 ayat Al-Qur’an dihapus viral di medsos. Polisi tengah mendalami video viral tersebut. Dalam video tersebut, terlihat seorang pria mengenakan kaus hitam sedang berbicara tentang terorisme dan radikalisme.

Dia juga berkata supaya menteri agama mengatur kembali kurikulum di pondok pesantren (ponpes).

“Karena sumber kekacauan itu adalah dari kurikulum yang tidak benar bahkan kurikulum-kurikulum di pesantren, Pak, jangan takut untuk dirombak. Bapak periksa, ganti guru-gurunya, yang karena pesantren itu melahirkan kaum radikal semua,” kata pria tersebut dalam video.

Selain itu, dia mengatakan terdapat 300 ayat di Alquran yang memicu sikap intoleran, sikap radikal, hingga membenci orang lain yang berbeda agama. Dia meminta 300 ayat tersebut dihapus.

“Bahkan kalau perlu, Pak, 300 ayat yang menjadi pemicu hidup intoleran, pemicu hidup radikal dan membenci orang lain karena beda agama itu di-skip atau direvisi atau dihapuskan dari Alquran Indonesia. Ini sangat berbahaya sekali,” kata pria tersebut.

ISLAM KAFFAH

Youtuber M Kece Tuduh Nabi Muhammad Dekat dengan Jin? Ini Tafsir Surah al-Jin Ayat 19

Seorang orientalis di abad ke-19, yang juga seorang yang tak percaya akan akan kenabian Muhammad.  Adalah Theodore Noldeke  berusaha membuktikan dengan sungguh yang  diyakini umat Islam selama ini beribu tahun sesuatu yang keliru. Al-Qur’an bukan suatu yang orisinal. Al-Qur’an adalah duplikasi Muhammad.

Muhammad  bukanlah seorang yang ummi (tak pandai baca dan tulis). Ia berdusta. Muhammad itu akrab dengan tradisi menulis—sebagai derajat orang yang  berilmu. Dari situ, Muhammad  menduplikasi ajaran pelbagai agama terdahulu. Islam bukanlah produk  asli Muhammad. Sejatinya itu produk yang duplikasi dari Kristen dan Yahudi.

Yang tak kalah bikin heboh, Ali Shina—seorang warga Kanada asal Iran. Memilih Kanada, pasca terjadi revolusi Iran 1979. Ia menulis buku Understanding  Muhammad; a Psichobiography. Sebuah buku yang menceritakan secara kritis Nabi Muhammad. Misalnya, pada saat Muhammad  berumur  40  tahun, ia melihat terjadi keanehan pada diri Muhammad. Pengalaman aneh.

Muhammad mengaku melihat sosok seperti hantu. Saat melihat sosok itu, ia pun mengalami  kontraksi pada otot.  Muhammad juga mengalami sakit perut dan kejang-kejang. Imbasnya, bibir  bergerak diluar kontrol. Dan detakan jantung berdebar kuat. Muhammad pun lari, ke rumah menemui Aisyah. Dalam keadaan ini, Muhammad menyebutkan Q.S. at Taubah/9:29. Perintah untuk memerangi non muslim.

Pada lain waktu, “Islam bukanlah agama perdamaian,” tulis Ayaan Hirsi Ali dalam buku, Heretic: Why Islam Needs  a Reformation Now. Islam katanya adalah agama yang penuh dendam. Islam ibarat burung yang dikurung dalam sangkar puluhan tahun. Suatu waktu, burung itu lepas. Dan berniat balas dendam. Itulah Islam. Agama ganas, dan sumber malapetaka.

Itulah tuduhan dan kritik yang dilontarkan terhadap Nabi Muhammad. Tuduhan yang kadang menimbulkan reaksi di tengah umat. Mungkin, masih banyak lagi tuduhan yang menggemparkan lain. Semisal karikatur Nabi Muhammad di Prancis. Salman Rusdhie dengan ayat-ayat setannya. Tuduhan semacam ini akan selalu ada.

Tuduhan M Kece pada Nabi dan Al-Qur’an

Di Indonesia, belakangan muncul sosok kontroversi. Seorang Youtuber. MuhammadKece namanya. Akun ini berisi konten yang mengkritik pelbagai ajaran Islam. Bila tak ingin menyebut menghina dan mencemooh. Berikut saya kutipkan transkip perkataan M Kece terhadap sosok baginda Nabi dan Al-Qur’an;

“Muhammad sendiri tidak masuk surga, ia sendiri di kerumunin jin, dekat dengan jin. Al-Qur’an itu kitab karangan manusia. Kitab dongeng manusia. Jangan jadi marketing  Arab. Tidak ada apa-apanya Muhammad bin Abdullah itu. Katanya Muhammad utusan Allah, tidak ada satu pun wahyu yang turun pada Muhammad,”.  

“Muhammad dengan jin, yang membuat kece dikejam (M Kece di Kecam MUI). Ini ayat jelas di dalam Al-Qur’an. Muhammad dengan jin. Rupanya ini Al-Quran diterjemahkan makanya MUI mengecam. Muhammad dekat dengan Jin enggak terima. Di mana ayatnya Muhammad dekat allah,” itulah segelintir perkataan M Kece terkait sosok baginda Nabi dan Al-Qur’an.

Mengulik Tafsir Q.S. al Jin/72;19

Adapun ayat yang disebutkan M Kece, yang menuduh baginda Nabi dekat dan berkerumun dengan jin adalah firman Allah Q.S al-Jinn/72;19. Allah berfirman;

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا

Artinya; Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.

Kemudian benarkah klaim tersebut bahwa ayat ini menyatakan Muhammad dikerumuni jin, dekat dengan jin, dan bersahabat dengan jin atau lebih ekstrem lagi Muhammad diperintah jin? Sebagaimana dituduhkan M Kece.

Sebelum kita menjawab, terlebih dahulu kita lihat asumsi dasar M Kece mengatakan stetmen tersebut. Ia mengeluarkan pendapat itu setelah membaca Al-Qur’an terjemahan. Yang ia baca hasil terjemahan. Seharusnya ia lebih mendalami pelbagai kata dalam bahasa Arab. Pasalnya saban kata tersebut memiliki keterbatasan ketika diterjemahkan, terlebih pada bahasa Indonesia.

Kedua, setiap ayat dalam Al-Qur’an yang turun kepada Nabi, tak bisa kita tafsirkan begitu saja. Bila demikian yang dilakukan akan mengalami distorsi kontek. Dalam penafsiran ayat Al-Qur’an itu sendiri ada asbabun nuzul. Harus mengetahui ilmu gramatika bahasa Arab, dan pelbagai ilmu alat lain. Bila tidak, akan mengalami kerancuan. Misalnya, Q.S at Taubah/9;73;

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya: Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Dan juga firman Allah dalam at Taubah/9;5;

فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ

Artinya: Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian.

Bayangkan saja bila ayat ini dibaca tanpa melihat konteks dan sebab ayat ini turun, niscaya Islam akan dianggap agama cinta perang. Tak tahu belas kasih. Tak punya nurani. Islam  akan dianggap agama teroris. Pemahaman seperti ini akan lahir, sebab tak membaca ayat secara keseluruhan. Tak memahami konteks dan penafsiran ayat.

Ketiga, sejatinya bagaimana tafsir ayat yang disinggung oleh youtuber M Kece tersebut? Apa benar tuduhan bahwa Muhammad dekat dengan jin dan bersahabat bersama jin?

Ibnu Katsir dalam kitab Tafsīr Ibnu Katsir mengatakan terdapat pelbagai penafsiran ulama terkait Q.S al-Jin/72;19 ini. Pertama,  sebagaimana bersumber dari Al-Aufi, yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa jin-jin itu mendengar Nabi, hampir saja mereka menindihnya karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’annya.

Para jin berdesak-desakan di antara sesamanya untuk mendekat kepada Nabi, sedangkan Rasulullah sendiri tidak mengetahui keberadaan mereka, hingga datanglah kepada beliau Malaikat Jibril yang mewahyukan kepadanya firman Allah: Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an). (al-Jin/72:1) Yakni mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’annya. Ini menurut suatu pendapat yang diriwayatkan dari Az-Zubair ibnu Awwam.

الَ الْعَوْفِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ يَقُولُ لَمَّا سَمِعُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْلُو الْقُرْآنَ كَادُوا يَرْكَبُونَهُ مِنَ الْحِرْصِ لَمَّا سَمِعُوهُ يَتْلُو الْقُرْآنَ وَدَنَوْا مِنْهُ، فَلَمْ يَعْلَمْ بِهِمْ حَتَّى أَتَاهُ الرَّسُولُ فَجَعَلَ يُقْرِئُهُ قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ هَذَا قَوْلٌ

Artinya: sesunggunnya Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menceritakan ketika jin-jin itu mendengar Nabi membaca Al-Qur’an, hampir saja mereka menindihnya karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’annya. Mereka berdesak-desakan di antara sesamanya untuk mendekat kepada Nabi, sedangkan Nabi sendiri tidak mengetahui keberadaan mereka, hingga datanglah kepada beliau Malaikat Jibril yang mewahyukan kepadanya firman Allah subhanahu wa ta’ala: Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an). (Al-Jin: 1) Yakni mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’annya.

Pendapat kedua, Ibnu Jarir mengatakan tafsir ayat ini adalah kekaguman para jin terhadap Nabi dan sahabat. Mereka kagum melihat ketaatan mereka. Ketika Nabi Muhammad berdiri menyembah Allah dalam shalat, hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (al-Jin/72:19), ketika  para jin melihat Nabi sedang mengerjakan shalat bersama para sahabatnya, maka mereka ikut rukuk dan sujud bersama baginda Nabi. Ibnu Katsir menjelaskan;

عَجِبُوا مِنْ طَوَاعِيَةِ أَصْحَابِهِ لَهُ قَالَ: فَقَالُوا لِقَوْمِهِمْ لَمَّا قامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَداً

Artinya: Para jin ini kagum, kagum dengan ketaatan para sahabat kepada nabi,  Lalu jin  berkata kepada kaumnya: Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (shalat), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19).

Tafsir ketiga,pendapat ini mengatakan Q.S al Jin/72:19 ini tak terlepas dari ayat selanjutnya (Q.S al Jin/72:20). Yang menjelaskan bahwa manusia dan jin saling desak-mendesak berebutan untuk memadamkan kalimah ini (anjuran untuk tidak menyekutukan Allah).  tetapi Allah memenangkan atas orang-orang yang menentangnya. Ini merupakan pendapat ketiga yang lebih kuat.

وَقَالَ الْحَسَنُ: لَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيَدْعُو النَّاسَ إِلَى رَبِّهِمْ كَادَتِ الْعَرَبُ تَلْبُدُ عَلَيْهِ جَمِيعًا

Artinya: Hasan mengatakan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit mengucapkan kalimah, “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah,” dan menyeru manusia untuk menyembah Tuhan mereka, hampir saja orang-orang Arab desak-mendesak mengerumuninya.

Sementara itu Imam Asy Syaukani dalam kitab Tafsir Fathul Qadir, menjelaskan secara detail tafsir Q.S al Jin/72:19.  Terutama terkait kata, Libada, banyak penafsiran terkait maksud term ayat ini. Salah satunya yang diungkapkan oleh Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid bahwa makna Libada, maksudnya adalah tatkala hamba Allah—Muhammad—, berdiri untuk mendakwahkan Islam, desak mendesak berebutan untuk memadamkan dakwah Nabi tersebut, tetapi Allah enggan dan tetap menolongnya, dan menyempurnakan cahaya dakwah Nabi Muhammad.

لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ مُحَمَّدٌ بِالدَّعْوَةِ، تَلَبَّدَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى هَذَا الْأَمْرِ لِيُطْفِئُوهُ، فَأَبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يَنْصُرَهُ، وَيُتِمَّ نُورَهُ

Artinya: Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyampaikan dakwahnya, berdesak-desakan atau mengerumuni manusia dan jin untuk memadamkan dakwah Nabi, tetapi Allah enggan dan tetap menolong Nabi dan menyempurnakan cahayanya.

Adapun Ibnu Asyur dalam kitab At Tahrir wa Tanwir mengatakan bahwa Q.S Al Jin/72:19, tak ada kaitannya dengan jin.  Ayat ini secara menjelaskan tentang perilaku kaum musyrik yang tak senang kepada Nabi. Pasalnya, nabi Muhammad mendakwahkan umat manusia untuk tidak menyekutukan Allah.

وَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ، أَيْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ اقْتِرَابَ الْمُشْرِكِينَ مِنْ أَنْ يَكُونُوا لِبَدًا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ لَمَّا قَامَ يَدْعُو رَبَّهُ.

Artinya; telah diwahyukan kepada mu,bahwa sanya tatkala berdiri Hamba Allah artinya mewahyukan Allah kepada ku, maka mendekat kaum musyrik dalam keadaannya berdesak-desak atau mengerumuni hamba Allah tersebut, ketika ia mengajak atau berdakwah kepada Tuhannya.

Demikianlah Tafsir  Q.S al Jin/72;19. Dari keterangan para ulaa tafsir tak ada yang mengindikasikan Nabi bersahabat dengan jin. Tak juga Nabi memanggil jin. Tak pula seperti yang dituduhkan M. Kece. Menurut ulama tafsir, pendapat yang kuat ayat ini menjelaskan bahwa manusia durhaka dan jin berkumpul dan berkerumun ingin memadamkan dakwah Islam yang dibawa baginda Nabi. Mereka tak senang terhadap dakwah Rasulullah.

Terakhir, saya percaya, bahwa apa yang dilakukan oleh M. Kece bukanlah representasi umat Kristen. Itu hanya oknum yang mencoba menggangu kerukunan umat beragama. Untuk itu, seyogianya umat Islam, agar tak merespons secara berlebihan. Hendaknya direspons dengan elegan dan  menjawab tuduhan tersebut sebagai penerangan bagi mereka yang meragukan Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad.

BINCANG SYARIAH

Meremehkan Salat Berarti Meremehkan Agama

AMIRUL Mukminin, Umar bin Al Khoththob radhiyallahu anhu- mengatakan, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah salat. Barang siapa menjaga salat, berarti dia telah menjaga agama. Barang siapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan salat.” (Ash Sholah, hal. 12)

Imam Ahmad rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara salat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap salat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan salat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar salat dalam hatimu.” (Ash Sholah, hal. 12)

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Firaun dan kaumnya, kaum saleh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mumin-mushoddiq).” (Ash Sholah, 35-36)

[Muhammad Abduh Tuasikal]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2341247/meremehkan-salat-berarti-meremehkan-agama#sthash.VNnxyONg.dpuf

Beredar di Medsos Remaja Lampung Shalat Buka Aurat

Beredarnya postingan di media sosial remaja yang berasal dari Metro saat memperagakan shalat dengan membuka aurat di sebuah masjid dinilai sangat melecehkan Syariat Islam. Kepolisian harus mengejar dan mengusut kasus penistaan agama Islam tersebut agar tidak meresahkan umat dan ormas Islam.

“Saya dan umat Islam menyesalkan postingan lima remaja tanggung tersebut shalat membuka aurat yang diperlihatkan kepada jutaan orang. Apapun alasannya itu pelecehan dan penistaan agama Islam, polisi harus mengejar dan mengusut kasus tersebut,” kata Imam Asyrofi, pengurus MUI Lampung kepada Republika, Ahad (24/7).

Menurut dia, pihak berwajib yakni polisi harus tegas dan cepat tanggap atas penghinaan yang dilakukan lima remaja tersebut dalam memperagakan ajaran syariat Islam yakni shalat dan lainnya. “Jangan biarkan, bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain,” kata aktivis masjid tersebut.

Seorang facebooker, Rudi Hartanto memposting 12 foto tentang lima orang remaja yang diketahui berasal dari Metro, Lampung, sedang melecehkan beberapa Syariat Islam di sebuah masjid. Pemilik foto diketahui bernama Firman Abadi berasal dari Kota Metro, Lampung.

Dalam postingan fotonya, ia berfoto bersama teman-temannya menirukan gerakan shalat. Dua dari kelima remaja itu tidak mengenakan baju alias membuka aurat. Dalam postingannya juga, ada seorang yang berpose khatib yang tengah melakukan khutbah di mimbar masjid, namun dengan penampilan bertopi ala anak gaul. Lebih parah lagi, ada dua remaja hanya mengenakan celana dalam menenteng kota amal masjid.

Imam Asyrofi menilai tindakan lima remaja tersebut sangat naif dan meresahkan umat Islam sedunia. Kepada semua pihak, ia mengatakan seperti pesan Nabi Muhammad saw, barang siapa yang mengaku Muslim tak peduli dengan urusan umat Islam maka ia bukan golongan kami.

Menurut dia, kasus ini harus diungkap polisi sejelas-jelasnya agar tidak meresahkan umat, sebelum umat dan ormas Islam bergerak. Ia mengkhawatirkan kasus serupa akan terjadi lagi karena tidak ada tindakan nyata aparat berwajib.

 

sumber: Republika Online

Aliran Sesat, Kenali dan Hindari

Sungguh Allah Ta’ala Maha Bijaksana, telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada hitam, juga ada putih. Ada manis ada juga pahit. Ada terang dan ada gelap. Ada kebaikan, maka ada pula keburukan. Nah, maka jika ada jalan kebenaran, di sana pun ada jalan kesesatan.

Entah mengapa sebagian orang alergi dengan kata ‘sesat’ dan tidak mau membahasnya. Seakan-akan bagi mereka segala sesuatu itu benar dan tidak ada yang salah. Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri seringkali mengisyaratkan adanya kesesatan dalam beragama dan senantiasa memperingatkan ummat agar menjauhinya. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’udradhiyallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah membuat garis dengan tangannya, lalu bersabda: ‘Ini jalan yang lurus’. Kemudian, beliau membuat beberapa garis di kanan-kirinya, lalu bersabda: ‘Ini semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang mengajak untuk masuk ke sana’ ” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Lalu apa pentingnya membahas tentang kesesatan dalam beragama? Perhatikan sebuah syair arab nan indah, yang dapat menjawab pertanyaan ini:

“Aku mengenal keburukan bukan untuk berbuat keburukan. Namun aku mengenalnya agar bisa menjauhinya. Karena orang yang tidak mengenal keburukan, biasanya akan terjerumus ke dalamnya”.

Jalan Kesesatan Itu Banyak

Tentu pembaca telah mengetahui bahwa sesuatu dikatakan sesat bila ia tidak berjalan pada jalan yang benar. Sebagaimana seorang musafir dari kota A ingin menuju kota B namun karena salah meniti jalan ia malah sampai ke kota C. Maka si musafir tersebut kita katakan ia telah tersesat. Demikian juga dalam beragama, seseorang dikatakan sesat dalam beragama jika ia tidak menempuh jalan atau metode beragama yang benar sesuai Al Qur’an, hadits dan pemahaman para sahabat. Kesesatan dalam beragama ini memiliki probabilitas yang banyak. Dengan kata lain, bentuk, cara dan pola kesesatan dalam beragama sangat beragam dan sangat mungkin akan terus bertambah dari zaman ke zaman.

Sebagaimana hadits yang telah lewat bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengisyaratkan jalan kebenaran dengan sebuah garis dan mengisyaratkan kesesatan dengan garis yang banyak. Seolah-olah beliau ingin menyampaikan bahwa jalan kebenaran itu hanya 1 dan jalan kesesatan itu banyak. Al Qur’anul Karim pun menegaskan hal ini. Ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, Allah Ta’ala menggunakan lafadz mufrad (tunggal), misalnya firman Allah Ta’ala (yang artinya),“Tunjukkanlah kami shirath (jalan) yang lurus” (QS.Al Fatihah: 6). Di sini shirathun dalam bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah shuruthun. Sebaliknya, ketika menyebutkan tentang jalan kesesatan Allah Ta’ala selalu menggunakan lafadz jamak. Misalnya firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) mereka (karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan Allah.” (QS.Al An’am: 153). Subulun adalah bentuk jamak darisabiilun. Jadi, jalan kesesatan itu banyak. Sedangkan jalan kebenaran hanyalah satu.

Ciri-ciri Aliran Sesat

Penting sekali bagi orang yang hendak menghindari aliran sesat untuk mengetahui ciri-cirinya. Sebagaimana telah kami sampaikan bahwa kesesatan sangat beragam dan bermacam jumlahnya, maka tidak mungkin dalam kesempatan yang terbatas ini, kami menyampaikan semua ciri dari kesesatan yang terjadi di masa ini. Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan ma’lumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:

  1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
  2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
  3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an
  4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an
  5. Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
  6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
  7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
  8. Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir
  9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu
  10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.

(Baca juga: Sepuluh Kriteria Aliran Sesat dari MUI)

Sepuluh poin yang dikemukakan oleh MUI ini bukan tanpa dasar, bahkan dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an dan hadits serta bersesuaian dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah. Namun tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara rinci di sini. Selain itu, penulis juga merasa perlu untuk membahas ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, di antaranya yaitu:

1. Memiliki amalan-amalan khusus yang tidak berdasar
Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya, ada aliran sesat yang memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran yang mengharuskan pengikutnya pergi mengembara (khuruj) dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh dari para sahabat. Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallammelarang keras berbuat sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

2. Menjanjikan penebusan dosa dengan amalan tertentu tanpa dalil
Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada imam, atau semua dosa hangus jika ikut ‘hijrah’, atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. Itulah yang dijanjikan sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Allah Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nyashallallahu ’alaihi wa sallam. Semisal puasa Asyura’, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,“Puasa ’Asyura’ akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804). Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),“Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S. Huud: 114). Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48)

3. Mengajak kepada semangat kekelompokkan (hizbiyyah)
Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Ta’ala memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran: 103)

4. Mengajak untuk memberontak kepada penguasa muslim
Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, “(Pokok keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk memberontak kepadanya. Orang yang memberontak dan memeranginya maka ia adalah ahli bid’ah yang telah keluar dari jalan kebenaran.” (Lihat Ushul As Sunnah). Islam mengajarkan ummatnya agar patuh kepada penguasa, presiden, raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat.

Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rasulullahshallallahu ’alaihi wa sallam, “Bagaimana pendapat engkau jika penguasa yang memerintah kami menuntut haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpaling darinya, kemudian Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya. Lalu Al Asy’ats bin Qais menariknya dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka akan menanggung tanggung jawabnya dan kalian menanggung tanggung jawab kalian.” (HR. Muslim). Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim)

Maka aliran-aliran yang memberontak pada pemerintah yang sah dengan mengadakan demo, gerakan bawah tanah, menyusun pemberontakan, mencaci-maki pemerintah, ini semua telah melanggar wasiat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam di atas.

Tips Menghindari Aliran Sesat

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS.Al Furqan: 44)

Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan. Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal perisainya terhadap kemaksiatan dan kesesatan. Sebagaimana perkataan para ulama kita terdahulu ketika membandingkan ilmu dan harta: “Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara harta tidak dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di dalam kotak dan lemari”. (Dinukil dari Kayfa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Asy Syar’i, Abul Qa’qa Alu Abdillah)

Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:

  1. Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya. Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Namun berhati-hatilah terhadap majelis-majelis ta’lim, buku, majalah atau VCD yang di dalamnya jarang atau bahkan tidak membahas Al Qur’an dan Hadits, walaupun isinya kelihatan baik
  2. Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat
  3. Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama
  4. Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang kokoh
  5. Taruhlah rasa curiga bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak
  6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama
  7. Berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik . Artinya: “Ya Allah, Dzat Yang Membolak-balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”. (HR. Muslim)

Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat” (HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran. Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan, mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir.Wabillahittaufiq.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberikan nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat. [Yulian Purnama]

 

Oleh: Yulian Purnama

 

sumber: Muslim.or.id

Menjaga Agama Allah,…

Fenomena penistaan terhadap ajaran Islam sudah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW hingga kini, sudah banyak orang-orang yang mengaku sebagai nabi terakhir. Padahal Allah telah menjelaskan di dalam Alquran bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.

Inilah kestimewaan agama Islam, dimana Allah SWT sendiri yang telah menyempurnakannya, dan sudah terntu akan menjaganya hingga hari kiamat, seperti firman-Nya berikut:

 

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)

 

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, demikian juga para ahli tafsir lainnya, mutaqaddimin dan mutaakhkhirin, menyatakan bahwa ayat ini merupakan jaminan dari Allah ta’ala bahwa Dia akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari perubahan dan penggantian, dari penambahan maupun pengurangan, hingga hari kiamat.

Ini merupakan keistimewaan Al-Qur’an Al-Karim yang tidak dimiliki kitab samawi lainnya. Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya, tidak sedikit pun mengalami penambahan atau pengurangan. Al-Qur’an yang ada di generasi shahabat ridhwanullahi ‘alaihim ajma’in sama dengan yang ada di generasi kita.

Terjaminnya Al-Qur’an dari perubahan dan penggantian ini merupakan salah satu cara Allah ta’ala menjaga agama ini, seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Zaid ibn ‘Abdil Karim Az-Zaid, dalam kitab beliau, Fiqhus Sirah. Beliau menjelaskan bahwa Allah akan menjaga agama ini dengan dua cara, yaitu:

  1. Allah subhanahu wa ta’ala akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari penggantian, pengurangan, penambahan dan perubahan. Hal ini disampaikan oleh Allah ta’ala dalam surah Al-Hijr ayat 9, yang sudah kita sebutkan di atas.
  2. Allah subhanahu wa ta’ala selalu memunculkan sekelompok orang dari umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap masa yang senantiasa komitmen berada di jalan kebenaran. Ilmu dan amal mereka menjadi cahaya Islam yang menerangi siapa saja yang menginginkan jalan kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

Artinya: “Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku, mereka komitmen di atas kebenaran. Orang-orang yang mengucilkan mereka tak akan membahayakan mereka. Hingga datang ketetapan Allah, sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Setiap kali ada di antara umat ini yang berusaha mengubah agama atau menitakan agama Islam, maka Allah akan memunculkan generasi yang meluruskan kesalahan dan kekeliruan tersebut. Umat Islam tak akan pernah sepakat dalam kesesatan dan kesalahan.

Semoga kita semua diberi karunia oleh AllahSWT untuk menjadi bagian dari thaifah yang diberkahi ini, dan dijauhkan dari kelompok-kelompok yang mengajak pada ta’ashshub yang tercela dan perpecahan umat. Amien.

 

dari berbagai sumber:

 

Produsen Terompet dari Sampul Al-Quran Minta Maaf

Pemilik CV Ashfri, perusahaan yang memproduksi terompet dari sampul Al-Quran, meminta maaf atas kecerobohannya. Ribuan terompet dari bahan Al-Quran itu tersebar di gerai-gerai minimarket Alfamart di Jawa Tengah dan meresahkan warga.

“Kami minta maaf kepada seluruh masyarakat. Kami akui ceroboh dalam pengawasan di bagian produksi. Kami siap bertanggung jawab,” kata Al Ashfriana, pemilik CV Ashfri.

Alfamart juga meminta maaf dan akan menarik seluruh terompet tersebut. “Kami tak menduga terompet yang kami pesan seperti itu. Kami hanya pesan terompet dengan harga terjangkau yang bisa berbunyi,” kata General Manager Corporate Communication PT Sumber Alfaria Trijaya, Nur Rahman.

Meski demikian, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Symasuddin meminta persoalan ini diselesaikan secara hukum, tak cukup sekadar permitaan maaf. Menurutnya, hal itu merupakan penistaan agama yang tak bisa dianggap enteng.

“Penistaan terhadap agama Islam berupa pembuatan terompet berhuruf Al-Quran terulang setelah sandal bertulis Allah. Saya meminta MUI Kabupaten Semarang, Kendal, dan sekitarnya mengadukan ini ke Polri agar ditangkap dan diproses baik pembuat, penerima, dan penjual terompet tersebut,” ucap Din dalam keterangan tertulis, Selasa (29/12).

Din yakin pembuat dan penjual terompet itu sesungguhnya tahu perbuatan mereka itu melanggar hukum dan menyinggung perasaan umat Islam.

“Kali ini harus diproses secara hukum agar ada efek jera,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu.

Din juga meminta umat Islam dapat menahan diri dan tidak bereaksi berlebihan, sebab kasus ini diharapkan dapat dituntaskan oleh Kepolisian.

Ribuan terompet dari kertas sampul Al-Quran didapati dijual di hampir seluruh gerai minimarket Alfamart di Jawa Tengah. Polisi langsung menyita terompet-terompet itu dan memeriksa CV Ashfri, produsen terompet yang menerima pesanan dari Alfamart. (agk)

 

sumber: CNN Indonesia

Beberapa Data Penistaan Agama Oleh Jalaluddin Rakhmat, dkk. (Pengurus IJABI)

 

Muqaddimah

الحمد لله  و الشكر لله الصلاة و السلام على رسولله و على أله و أصحابه ومن ولاه …. أما بعد

Sesungguhnya Nabi saw telah memperingatkan para sahabat dan ummatnya tentang adanya perbedaan-perbedaan pendapat di dalam agama ini yang menyebabkan timbulnya berbagai aliran dan mazhab, dan bahwa diantara aliran dan mazhab itu ada yang sesat dan menyimpang yang berakibat neraka bagi penganutnya. Maka aliran dan mazhab yang benar dan selamat ialah yang mereka selalu berkomitmen berpegang teguh kepada sunnah Nabi saw dan sunnah para sahabat. Sabda Nabi saw:

…مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ

“Dan siapa yang hidup diantara kamu maka ia akan melihat perselisihan yang banyak maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk.” {HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at Tirmidzi (no. 2676), ad Darimi (I/44), Al Hakim (I/95)}

Juga Nabi saw bersabda:

… وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

“Dan sesungguhnya agama ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam neraka dan hanya satu golongan di dalam surga, yaitu Al Jama’ah.” {HR. Abu Dawud (no.4597), Ahmad (IV/102), Al Hakim (I/128), Ad Darimi (II/241), Al Bani dalam Silsilah al Ahaadits Ash Shahihah (no. 203-204)}

Al Jama’ah yang merupakan satu-satunya golongan yang selamat dari Neraka, adalah Jalan yang ditempuh Rasulullah saw bersama seluruh sahabatnya sebagaimana sabda Rasulullah saw:

…كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً :مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya” {HR. Tirmidzi (no. 2641), Al Hakim (I/129)}

Apa yang diprediksikan Nabi saw ini terbukti sejak dulu sepeninggal beliau saw sampai sekarang. Muncullah aliran-aliran yang menyimpang seperti Khawarij, Syi’ah, Jahmiah, Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah, Murjiah dan lain-lainnya, dan sampai sekarang dengan nama yang sama atau dengan nama yang lain. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah ormas-ormas Islam, termasuk Muhammadiyah dan NUsejak awal didirikannya tahun 1975 sampai sekarang, dalam rangka menjaga umat dari akidah dan pemahaman serta praktek keagamaan yang meyimpang, telah mengadakan rapat dan sidang yang berulang kali, sehingga berhasil merumuskan fatwa dan rekomendasi berkaitan dengan aliran-aliran yang menurut ajaran Islam yang murni yaitu Al Quran dan Hadis yang  berdasarkan pada pemahaman dan pengamalan para salafus saleh yang dekat masanya dengan Nabi saw seperti sahabat Nabi saw, tabi’in, tabi-it tabi in, termasuk para imam-imam yang mu’tabar seperti imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i,  Ahmad bin Hanbal serta imam-imam lainnya.

Maka untuk memudahkan kaum muslimin pada umumnya dan ormas Islam pada khususnya menyikapi aliran-aliran yang berkembang ditengah-tengah masyarakat sekarang ini,  maka kami memuat fatwa serta rekomendasi MUI tentang aliran Syiah dan Nikah Mut’ah dengan tambahan beberapa data dan informasi untuk lebih mengenal bahaya Syi’ah dan mewaspadainya dan surat edaran  Depag. No: D/BA.01/4865/1983, Desember 1983

Beberapa Data tentang Syi’ah di Makassar

Di Makassar ada ormas yang menganut paham Syi’ah, yaitu IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), yang diantara tokoh dan penulisnya ialah Dr. Jalaluddin Rakhmat (JR)-Ketua Dewan Syuro IJABI-, Emilia Renita (Istri JR), Supa Atha’na (Direktur Iranian Corner UNHAS), Ismail Amin (Mahasiswa Univ. Islam Al-Mushthafa Iran). Mari kita ikuti beberapa kutipan dari pernyataan mereka

A.  Jalaluddin Rakhmat (JR) dan Emilia Renita 

  • Banyak tulisan, editan dan ceramahnya yang sangat menjelek-jelekkan sahabat dan tabiin bahkan melaknat dan mengkafirkan mereka, berdasarkan dalil (kutipan) yang lemah atau berdasarkan dalil yang dipahami secara salah atau data yang dimanipulasi, contoh:
    1. Syiah melaknat orang yang dilaknat Fatimah [1]Dan yang dilaknat Fatimah adalah Abu Bakar dan Umar.[2]
    2. Umar meragukan kenabian Rasulullah saw.[3]
    3. Para sahabat sering menentang pada saat Rasulullah saw masih hidup.[4]
    4. Utsman bin Affan bersama dengan sebagian besar sahabat lain lari dari medan perang uhud.[5]
    5. Para sahabat membantah perintah Nabi saw.[6]
    6. Para sahabat merobah-robah agama.[7]
    7. Para sahabat murtad.[8]
    8. Aisyah bermuka hitam, suka memoles pipinya dengan sejenis akar sebuah pohon sehingga berwarna merah, sehingga dengan itu beliau dijuluki Al Humairo (yang kemerah-merahan pipinya). Ia sangat pencemburu, dan suka membuat makar.[9] Na’udzu billah min dzalik
    9. Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian.[10] Ia besama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi saw.[11]
    10. Abu Sufyan tidak percaya ada surga, neraka, hari perhitungan dan siksaan. Ia ingin memerangi Abu Bakar.[12]
    11. Khalid bin Walid membunuh Malik bin Nuwairah dan menikahi istrinya pada malam hari.[13]
    12. Amr bin Ash adalah anak dari hasil promiskuitas (ibunya digagahi oleh beberapa orang yang tidak jelas).[14]Ia membunuh Muhammad bin Abu Bakar, memasukkannya ke dalam perut bangkai dan membakarnya.[15]
    13. Ibnu Syihab Az Zuhri termasuk pencipta hadis maudhu’.[16]
    14. Said bin Musayyab tidak menyukai Ali bin Abi Thalib dan ia adalah khawarij munafiq.[17]
    15. Sufyan Ats Tsauri melakukan tadlis dan meriwayatkan dari para pendusta.[18]
    16. Marwan bin Hakam menyuruh Yazid untuk membunuh Imam Husein. Dialah yang bergabung dengan Muawiyah untuk membunuh para pecinta Ahlul Bait.[19]
    17. Tragedi Karbala merupakan gabungan dari pengkhianatan sahabat dan kelaliman musuh (Bani umayyah).[20]

 

  • Banyak berbohong dalam tulisannya, sebagaiamana berikut:

 

    1. Sufyan Ats Tsauri melakukan tadlis dan meriwayatkan dari para pendusta.[21]
    2. Kontradiksi posisi Nabi Saw duduk di saat Abu Bakar jadi imam.[22]
    3. As-Sunh jauhnya puluhan kilometer.[23]
    4. Utsman tidak menikahi dua putri Nabi Saw, tapi dua wanita lain.[24]
    5. Muawiyah tidak suka mendengar adzan lantaran di dalam adzan disebut nama Nabi Muhammad Saw.[25]
    6. Di Harian Fajar[26] menghalalkan nikah mut’ah namun di Harian Tribun Timur[27] membantah menghalalkan nikah mut’ah.
    7. Perawi Shahih Muslim, Abdullah bin Wahab suka salah mengambil hadis.[28]
    8. Tidak ada yang bisa membaca di kabilah Bakr bin Wail.[29]
    9. Amr bin Ash tidak rela menghukum orang Nasrani yang mencaci-maki Nabi Muhammad saw karena dia tidak rela orang Nasrani dipukuli hanya karena memaki Nabi yang tidak dipercayainya.[30]
    10. Al Dzahabi (ulama’ yang hidup pada abad 8 Hijriyah) berbicara dengan Sahabat Rasulullah saw, Anas bin Malik ra (yang hidup di abad pertama hijriyah)[31]
    11. Kekejaman Muawiyah bin Abu Sufyan ketika berkuasa dan memerintah ulama untuk mengutuk Ali bin Abi Thalib di Mimbar-mimbar di setiap akhir khutbah mereka.[32]
    12. Rasulullah saw menangis karena berita dari Jibril bahwa cucunya akan dibunuh di Karbala.[33]
    13. Rumah Ali dan Fathimah dikepung, kemudian mereka disiksa seperti binatang.[34]
    14. Ali dikader khusus oleh Rasulullah saw dengan mengajarkannya berbagai macam ilmu (1000 bab ilmu pengetahuan) yang tidak diajarkan kepada sahabat yang lain untuk mempersiapkannya sebagai pelanjut misi yang akan meneruskan ajaran Islam sepeninggal Rasulullah saw.[35]
    15. Para Imam (versi Syi’ah) adalah Shirathal Mustaqim, Jalan yang lurus adalah jalannya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.[36]
    16. Bani Umayyah (Umar bin Sa’ad, Zar’ah bin Syarik dll) membasmi mazhab dan keluarga Ali (Husein bersama keluarganya) di Karbala.[37]
    17. Bani Umayyah membid’ahkan bacaan basmalah dengan jahr (keras) dalam al Fatihah ketika shalat karena kebencian mereka terhadap Imam Ali.[38]

 

  • Ajaran Syiah yang ia sebarkan melalui tulisan-tulisannya adalah ajaran SESAT sesuai 10 kriteria ajaran sesat yang ditetapkan oleh MUI pada tahun 2007, satu kriteria saja yang masuk dalam 10 kriteria di atas maka ajaran itu sudah bisa dikatakan sesat;

 

    1. Merobah-merobah Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman Syiah 5 (lima) yaitu Tauhid, Adalah, Nubuwah, Imamah, Maad, sedangkan Rukun Islam (buatan Syiah) ada 10 (sepuluh).[39]
    2. Menafsirkan Alquran tidak sesuai dengan kaidah tafsir. Menafsirkan Ahlul Bait hanya Ali, Fatimah, Hasan dan Husein sampai imam 12-nya.[40]
    3. Mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah, seperti mengamalkan 3 kalimat syahadat ditambah dengan wa asyhadu anna ‘Aliyyan waliyyullah, shalat wajib hanya 3 waktu dan juga tidak shalat jum’at.[41]
    4. Mengkafirkan yang bukan golongannya. disebut: yang tidak mengenal Imam mati jahiliyah, mati jahiliah berarti mati tidak dalam keadaan Islam.[42]
    5. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i, seperti akidah mereka bahwa Rasulullah saw adalah tajalliyat (pengejawantahan) Allah sendiri[43]dan juga  bahwa para imam merekalah yang memiliki dunia dan akhirat[44] dan Para imam mereka mengetahui yang ghaib.[45]
  • JR telah menghalalkan Nikah Mut’ah (baca: zina)  dan beberapa mahasiswa (i) mempraktekkannya sejak dulu sampai sekarang, di Bandung, Makassar dan kota lainnya,[46]padahal para ulama sejak dahulu sampai sekarang dan MUI Pusat telah memfatwakan haramnya Nikah Mut’ah. JR di harian Fajar menulis: “Nikah Mut’ah memang boleh saja dalam pandangan agama karena masih dihalalkan oleh Nabi saw. Dan apa yang dihalalkan oleh Nabi saw, maka itu berlaku sampai kiamat. Tapi secara sosial, Mut’ah belum bisa diterima”  (Fajar, 25 Januari 2009) Emilia menulis : “Seperti dijelaskan pada dalill-dalil di bawah ini, nikah mut’ah disyariatkan dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah. Semua ulama-apa pun mazhabnya-sepakat bahwa nikah mut’ah pernah dihalalkan di zaman Nabi saw. Mereka berikhtilaf tentang pelarangan nikah mut’ah. Syiah berpegang kepada yang disepakati dan meninggalkan yang dipertentangkan” (40 Masalah Syiah. Hal.217)

 

  • Dr. Jalaluddin Rakhmat (JR, Ketua Dewan Syuro IJABI)  menulis dalam suatu makalahnya: “walhasil berdasarkan hadis ini dan banyak hadis yang tidak dicantumkan di sini, Syiah memilih Ahlul Bait sebagai rujukan mereka. Ahlus Sunnah memilih untuk mengikuti Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali mungkin dengan alasan-alasan tertentu. Saya tidak tahu apakah ada nash atau tidak untuk itu. Syiah memilih Ahlul Bait karena perintah Allah swt dan petunjuk Rasulullah saw, karena Al Quran dan Sunnah.” (Mengapa Kami Memilih Madzhab Ahlul Bait, hal 7). Jadi dapat dipahami mengikuti selain Ahlul Bait, seperti sahabat dan para imam yang empat tidak berdasarkan Al Quran dan Sunnah atau masih diragukan ada nash atau tidak untuk itu.

 

B. Supa Atha’na

 

Supa Atha’na (Direktur Iranian Corner Unhas, tokoh IJABI) menulis di harian Tribun Timur: “ Allah Taala mabbarattemu Muhamma’ mappenedding Ali mappugau Patima ttarimai (Allah Ta’ala yang bersetubuh, Muhammad yang merasakan, Ali yang berbuat, Fatimah yang menerimanya).

Antara Allah, Rasulullah, Ali dan Fatimah adalah sebuah kemanunggalan atau dalam istilah tasawwuf disebut wahdatul wujud. Pengertian sederhana wahdatul wujud adalah bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci”  (Tribun Timur, 23 Jan 2009, Assikalaibineng, Refleksi Pemikiran Muslim Persia). Masih dalam tulisan yang yang sama Supa juga menulis: “Menjadikan Ali sebagai rujukan ilmu memang sesuatu yang niscaya bagi yang mengaku sebagai umat Muhammad karena Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda: “Ana madinatul ‘ilm wa aliun babuha (Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya)…Berdasarkan hadis, bila ingin masuk ke dalam kota ilmu maka adalah tindakan sopan dan santun harus masuk lewat pintu gerbangnya. Selain itu tercela”

C.  Ismail Amin

Ismail Amin (Mahasiswa Mostafa International University Islamic Republic of Iran) menulis di harian Tribun Timur: “Saya sulit menerima jika dikatakan tanggung jawab penjelasan syariat pasca Rasul jatuh ke tangan para sahabat, sementara untuk contoh sederhana, sahabat sendiri berbeda pendapat bagaimana cara Rasulullah melakukan wudhu dan salat yang benar, padahal Rasul mempraktikkan wudhu dan salat bertahun-tahun di hadapan mereka… Ataupun tanggung jawab penafsiran Al Quran jatuh kepada keempat imam mazhab yang untuk sekedar menafsirkan apa yang dimaksud debu pada surah Al-Maidah ayat 6 saja sulit menemukan kesepakatan” Kemudian lanjut Ismail Amin: “Karenanya hikmah Ilahi meniscayakan adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang dimiliki Nabi Muhammad saw… juga berpotensi mendapat ilmu langsung dari Allah swt, ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali Imran :42, Thaha:38).

Mereka menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik ajaran Islam…

Dengan pemahaman seperti ini maka jelaslah maksud dari penggalan hadis Rasulullah, Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR Muslim). Bahwa keduanya Al-Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kimat, memisahkan satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan diluar dari koridor ajaran Islam itu sendiri.”  (Tribun Timur 24 Oktober 2008, Kembali Kepada Al Quran dan Ahlul Bait).  Karena para sahabat dan imam mazhab tidak dipercaya menjelaskan ajaran Al Quran pasca Rasul, maka satu-satunya yang dipercaya ialah para Ahlul Bait yang ajarannya tidak mengandung perselisihan dan percekcokan.

D.  Syamsuddin Baharuddin (Ketua IJABI SulSel)

  1. Mempopulerkan secara langsung atau tidak langsung Dr. Jalaluddin Rakhmat sebagai Guru Besar Komunikasi UNPAD Bandung (atau gelar Profesor), padahal menurut Prof.Dr. KH. Miftah Farid (ketua MUI Bandung), yang bersangkutan bukan guru besar UNPAD.
  2. Membantah bahwa JR dan IJABI tidak menjelek-jelekkan sahabat dan tidak menghalalkan nikah mut’ah,[47]padahal kedua hal itu, jelas dilakukan oleh JR dan IJABI.
  3. Ikut mendukung halalnya nikah mut’ah dengan mengatakan bahwa:” Janganlah kaum Sunni mengharamkan nikah mut’ah karena adanya wanita dan anak-anak yang terlantar, karena dalam nikah Sunni pun ada wanita dan anak-anak yang terlantar. Dan jika kaum Sunni mengatakan banyak hadis yang emlarang nikah mut’ah maka kami tegaskan bahwa kami memiliki segudang hadis yang menghalalkan nikah mut’ah. (Diskusi Ilmiah nikah mut’ah gedung IMMIM Ahad, 25-4-2010)

JR dalam kata pengantarnya terhadap buku “40 Masalah Syiah” yang menghalalkan nikah mut’ah berkata: “ secara khusus sebagai ketua dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) kami berikan buku ini kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka. (40 Masalah Syiah. hal. 13)

________________________________________

[1]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 90
[2]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi. Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 404-405
[3]Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 6
[4]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.hal. 82
[5]Ibid. hal 79. Meskipun mereka lari dari medan perang, namun Utsman bin Affan dan sebagian sahabat lainnya tidak pantas dicela dan disebut-sebut lagi sebagai oarng yang menentang perintah Rasulullah saw karena mereka sudah diampuni oleh Allah swt, silakan lihat QS. Ali Imran: 155
[6]Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 7
[7]Jalaluddin Rakhmat. Artikel dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3
[8]Ibid. hal. 4
[9]Ceramah Asyura Jalaluddin Rakhmat, Rec. 07 Arsip LPPI Perw. IndTim.
[10]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24
[11]Ibid. hal. 73
[12]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.   hal. 84
[13]
[14]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.   hal. 14
[15]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.   hal. 84
[16]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.  hal. 145
[17]Ibid. hal. 101
[18]Ibid. hal. 138
[19]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008.  hal. 495
[20]Ibid. hal. 493
[21]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 138
[22]Ibid. hal. 91
[23]Ibid. hal. 92
[24]Ibid. hal.164
[25]Ibid. hal. 16
[26]Minggu, 25 Januari 2009
[27]Selasa, 19 Juli 2011
[28]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.   hal. 145
[29]Ibid. hal. 113
[30]Ibid. hal. 15
[31]Ibid. hal. 19-20
[32]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 386 dan 471
[33]Ibid. hal. 485-486
[34]Ibid. hal. 422-423
[35]Ibid. hal. 388-390
[36]Ibid. hal. 531
[37]Ibid. hal. 428
[38]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 19
[39]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  Hal. 122,  rupanya mereka salah menulis angka dan menjadikan rukun Islam mereka lebih banyak yaitu 11, mungkin ingin kelihatan banyak .
[40]Jalaluddin Rakhmat. Mengapa Kami memilih Mazhab Ahlulbait a.s. Hal. 2
[41]Fatwa MUI Sampang Madura tentang kesesatan Syiah (2 Januari 2012) yang dibawa Tajul Muluk.
[42]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 98
[43]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 31
[44]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009. hal. 123
[45]Ibid .hal. 125
[46]lihat pasien terakhir dari buku “Mengapa Kita Menolak Syiah” LPPI Pusat Jakarta. Hal 270-273, dan Skripsi Fakultas Psikologi UNM Makassar 2011. “Perempuan dalam Nikah Mut’ah”
[47]Harian Fajar, Minggu 6 Februari 2011 dan Harian Tribun Timur, Selasa 19 Juli 2011

( lppimakassar.com/nahimunkar.com)

Usai Sandal, Muncul Permen Ubah Sebutan Allah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Setelah sandal yang pada bagian alasnya terdapat lafadz Allah, kini muncul lagi bentuk pelecehan baru.

Sebuah tayangan video singkat dalam situs You Tube, yang diunggah oleh Markaz Syariah pada Jum’at (15/10) memancing banyak komentar dari para netizen. Video berdurasi 2 menit 10 detik itu mengungkapkan adanya penghinaan terhadap nama Allah dalam sebuah bungkus permen.

Permen bermerek Rainbow itu menerjemahkan nama Allah berdasarkan kamus gaul kode #008 dengan sebutan Yaowo. Kata tersebut tertulis pada bungkus permen di bagian belakang. Diketahui permen tersebut di produksi ole PT Ultra Prima Abasi-Statsiun Rasa-Orang Tua yang beroperasi di Jalan Raya Panjang Jiwo, Surabaya.

Tak hanya itu, kata lain seperti makan berubah penyebutannya menjadi kemek serta Pikiran jelek (yang dalam penulisan bahasa Arab ditulis Suudzon) menjadi Sujon.

Beberapa netizen pun melemparkan komentar pedas, seperti pemilik akun Firsyan Kinandana yang menilai produsen terinspirasi dari remaja yang mengalami kelabilan secara psikis.

Sementara itu, pihak produsen melalui akun Statsiun Rasa langsung menanggapi isi video tersebut.

Berikut klarifikasi dan ucapan permintaan maaf Statsiun Rasa:

Menanggapi unggahan yang beredar di sosial media terkait kemasan permen Rainbow yang mencantumkan berbagai kata gaul, dimana salah satunya adalah kata Yaowo, dengan ini Permen Rainbow:

1. Mengucapkan terima kasih atas semua masukan yang diterima dan mohon maaf yang sebesar-besarnya bila tanpa sengaja telah menyinggung beberapa pihak

2. Permen Rainbow tidak bermaksud menyinggung pihak manapun terkait dengan pencantuman berbagai kata gaul tersebut. Terkait dengan 2 poin di atas, Permen Rainbow akan segera: 1. Menghentikan produksi. 2. Menarik stock yang ada di pasar dan memusnahkannya.

Ini Studi Kemenag Soal Dugaan Penistaan Agama di Car Free Day

Oleh Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pemeluk agama, di satu sisi memberikan  konsekuensi   yang cenderung mengarah kepada kondisi kehidupan antarumat beragama yang potensial bagi timbulnya konflik di kalangan umat beragama akibat perbedaan kepentingan. Namun di sisi lain menunjukkan adanya dinamika kehidupan antarumat beragama yang terlihat harmonis.

Terkait dengan sisi yang pertama, sehubungan dengan adanya perbedaan kepentingan di atas, terlihat hubungan antarumat beragama tertentu di beberapa daerah terganggu akibat perlakuan dari oknum agama tertentu yang dirasakan merugikan atau menyinggung eksistensi umat beragama lain. Kasus demikian acapkali terjadi dalam hal penyiaran atau penyebarluasan ajaran suatu agama.

Sebagai contoh, akhir-akhir ini di Solo terdapat acara Car Free Day dimanfaatkan oleh oknum kelompok agama tertentu dengan memasang spanduk dan sejenisnya untuk promosi agama tertentu. Pada hal kegiatan semacam itu dilarang oleh Walikota Solo; di wilayah pengungsian Gunung Kelud, anak-anak pengungsi ketika itu diajak nyanyi-nyanyi kerohanian agama lain (tentang Tuhan Yesus), pada hal anak-anak tersebut memakai jilbab yang mengindikasikan beragama Islam.

Aktivitas-aktivitas keagamaan seperti itu apabila dibiarkan lambat-laun dapat mengganggu kerukunan antarumat beragama. Terkait dengan aktivitas keagamaan yang melibatkan umat lain di atas, di Sentul – Bogor pada tanggal 2 November 2014 terjadi semacam mobilisasi warga muslim sebanyak 7 bus dengan motivasi diajak jalan-jalan ke Jakarta  dalam rangka menghadiri gelar budaya di Tugu Monas.

Kegiatan yang disinyalir didanai oleh seorang warga Sentul City tersebut ternyata mengundang  reaksi dari sementara kalangan tokoh/pemuka Islam setempat karena diduga ada indikasi upaya kristenisasi. Sementara itu kegiatan gelar budaya tersebut bertepatan dengan acara Car Free Day di tempat yang sama.

Mencermati berbagai hal di atas, maka Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dalam hal ini Puslitbang Kehidupan Keagamaan menganggap penting untuk melakukan penelitian/studi lapangan terkait keikutsertaan warga Sentul – Bogor sebanyak 7 bus dalam kegiatan “gelar budaya” di Monas  pada tanggal 2 November 2014 di atas.

Permasalahan pokok dalam studi ini adalah “bagaimana warga Sentul – Bogor ikut serta dalam kegiatan gelar budaya yang diselenggarakan di Monas – Jakarta” pada tanggal 2 November 2014.

 

sumber: Republika Online