Bangsa Moor pernah memerintah Eropa antara 711 – 1492, di bawah pemerintahan Bangsa Moor, perekonomian Spanyol menjadi makmur
SAYA masih penasaran dengan Maroko yang kini menjadi sorotan publik di Piala Dunia 2022 Qatar. Saya ingin menggali dan mencari tahu lebih dalam lagi tentang Maroko, negeri Maghribi, “Sang Penakluk Spanyol”.
Tahukah Anda, bahwa orang Maroko dahulunya dikenal dengan sebutan Bangsa Moor. Secara eksklusif, istilah Moor diberikan orang-orang Kristen yang tinggal di Semenanjung Iberia kepada umat Islam yang berasal dari Maroko.
Saat itu bangsa Moor pernah memerintah Spanyol antara 711 M hingga 1492. Pemimpin Islam yang mencapai Spanyol pertama kalinya adalah Abd al-Rahman. Hal tersebut dikarenakan umat Islam yang pertama tiba di Spanyol pada 711 merupakan orang Arab yang berasal dari Afrika Utara.
Selain Moor, kata-kata lain seperti ‘Moriscos’ dan ‘Mudejares’ digunakan untuk sebutan bangsa Moor pada pertengahan abad ke-13. Di awal periode sejarah, Bangsa Moor tinggal di Andalusia, Spanyol, termasuk wilayah Portugal dan selatan Prancis.
Pada Ramadhan 732 M, bangsa Moor dikalahkan di Prancis, dari pasukan Karel Martel (Charlemagne), kontrol umat Islam di wilayah itu, akibatnya wilayah Prancis Selatan menghilang hingga 975 M. Bangsa Moor gagal menguasai Prancis. Lalu umat Islam di Spanyol memusatkan perhatian pada Andalusia, Spanyol selatan, untuk membangun sebuah peradaban.
Andalusia berasal dari bahasa Arab, ‘Al-Andalus’, yang memiliki beberapa arti. Salah satu artinya adalah “menjadi hijau setelah musim panas yang panjang atau kekeringan”. Sejarah Semenanjung Iberia selama berabad- abad membuktikan, ketika itu Muslim pernah menguasai Spanyol.
Di Bumi Andalusia itulah, bangsa Moor membangun berbagai istana mewah yang indah. Salah satu yang paling terkenal adalah Granada di Alhambra. Istana Alhambra mulai dibangun pada 1238 oleh Sultan Muhammad ibn al-Ahmar.
Bangsa Moor Inspirasi Eropa
Di Spanyol, Bangsa Moor menikah dengan berbagai bangsa, termasuk penduduk Spanyol-Muslim dan memerintah dengan keadilan. Orang-orang Kristen dan Yahudi diperlakukan baik.
Mereka punya hak yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga beberapa dari mereka banyak yang menduduki jabatan penting di pemerintahan, bahkan ada pula yang memeluk agama Islam.
Mereka pun diizinkan untuk bekerja, melayani tentara, mengelola tanah, bahkan diberi kebebasan menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
Di bawah pemerintahan Bangsa Moor, perekonomian Spanyol menjadi makmur. Mereka maju dalam perdagangan dan pertanian, mengembangkan seni, memberikan kontribusi berharga bagi ilmu pengetahuan, dan menjadikan Cordoba sebagai kota peradaban di Eropa.
Dalam dua dekade, mayoritas penduduk Andalus, yang sebagian besar orang Kristen, menerima Islam yang memberikan jaminan keamanan dan perdamaian, serta kebebasan beragama di bawah kekuasaan Muslim.
Selama masa pemerintahan Abdur-Rahman (755-788) bangsa Moor mulai membangun peradaban Islam, seperti halnya di Damaskus dan Bagdad. Madinat al-Zahra (dibangun selama 40 tahun) di Cordoba, menjadi salah satu keajaiban dunia pada masa itu, sebuah kompleks istana yang megah, yang dijadikan sebagai tempat tinggal Khalifah.
Pada abad ke-10, jumlah penduduk Cordoba mencapai 500 ribu. Menurut sejarah, kota ini memiliki 700 masjid, 60 ribu istana, dan 70 perpustakaan yang menyimpan lebih dari 500 ribu manuskrip. Cordoba juga memiliki sekitar 900 pemandian umum dan jalanannya dihiasi lampu, kota pertama di Eropa yang mempunyai lampu jalanan.
Selama hampir delapan abad, di bawah kekuasaan bangsa Moor, Spanyol menjadi negara percontohan yang beradab.
Di Cordoba, seni, sastra, dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Matematika, astronomi, botani, sejarah, filsafat, dan hukum juga menjadi ilmu pengetahuan yang berkembang di Spanyol.
Selain itu, kecermerlangan Granada menjadi inspirasi bagi Eropa, terutama dalam hal pengetahuan. Kala itu bangsa Eropa masih buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis, termasuk raja-rajanya.
Sementara seorang Sultan dari bangsa Moor sudah memiliki perpustakaan pribadi dengan enam ratus ribu buku. Begitu juga di Cordoba, sudah memiliki 800 sekolah umum. Anak-anak Petani yang paling pun mendapat layanan pendidikan dari pemerintahan bangsa Moor yang berkuasa saat itu.
Akhir Bangsa Moor
Bangsa Moor di Spanyol mulai melemah akibat pertikaian internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan Kristen yang tak henti-hentinya. Sedikit demi sedikit, kekuatan bangsa Moor mengalami kemunduran dimulai dari Spanyol Utara.
Akibatnya, jutaan bangsa Moor meninggalkan Spanyol membawa harta benda mereka. Sementara itu, raja-raja Eropa merebut kembali Toledo, Cordoba, dan Sevilla.
Pada abad ke-11, perlawanan orang Spanyol Kristen di bawah Alfonso VI, mengambil kembali Toledo.
Menghadapi perlawanan kerajaan-kerajaan Kristen, para penguasa Muslim di Spanyol meminta bantuan Murabitun, sebuah dinasti suku Bangsa Berber di Afrika Utara untuk datang membantu mereka.
Pasukan Murabitun datang dan berhasil menghancurkan pemberontakan Kristen di Spanyol. Tetapi, pada 1147 Dinasti Murabitun dikalahkan oleh koalisi lain sesama suku Berber, yaitu Dinasti Muwahidun.
Pada 1482, kerajaan Islam Moor terpecah dan menanti ajal. Akhirnya, pada 2 Januari 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengibarkan bendera Kristen Spanyol atas Alhambra.
Pada l8 Desember 1499, sekitar 3.000 bangsa Moor dibaptis oleh Kardinal Ximenes. Ironisnya, sebuah masjid terkemuka di Granada diubah menjadi gereja. Ribuan buku karya bangsa Moor dihancurkan oleh Ximenes, kecuali buku tentang pengobatan.
Pada 1500, di sebuah masjid besar, tempat perempuan dan anak-anak mengungsi, semua buku dalam bahasa Arab, terutama Alquran, dikumpulkan untuk dibakar. Ximenes telah membakar lebih dari 1.005.000 volume karya budaya Moor.
Maroko Pewaris Bangsa Moor
Maroko termasuk negara paling kaya dengan peninggalan bersejarah bangsa Moor yang unggul di bidang arsitektur. Mulai dari istana, masjid, taman, dan museum dibangun dengan gaya khas lokal (Morroccan-style) yang begitu indah dan menawan dipandang mata.
Bangunan-bangunan bersejarah di Maroko ini berpusat di Kota Marrakesh dan Fes. Marrakesh yang dijuluki Red City ini merupakan tempat wisata unggulan di Maroko dan bekas kota kekaisaran Maroko.
Sementara, Fes adalah kota ketiga terbesar di negara mayoritas Muslim ini. Fes dianggap kota bersejarah karena merupakan peninggalan beberapa dinasti yang pernah berkuasa di wilayah tersebut. Salah satu di antaranya Dinasti Marinid (1269-1420) dan Ottoman (1554-1603).
Sehingga tidak heran jika kota ini memiliki gedung-gedung tua dan megah dengan ornamen kaligrafi Arab yang menonjol. Di kota ini pula universita pertama di dunia berdiri, mendahului universitas-universita yang digagas Barat yang kita kenal.
Adalah Universitas Al-Qarawiyyin, Maroko tercatat sebagai kampus tertua di dunia. Sampai hari, kampus bersejarah yang didirikan pada tahun 859 oleh Fathima Al-Fihri (seorang muslimah) yang sampai hari ini masih beroperasi.
Berdirinya Al-Qarawiyyin menandai tonggak penting bagi perempuan, pendidikan, dan pencerahan dunia. Sebagian besar orang telah membuat persepsi bahwa universitas tertua di dunia adalah Cambridge, Oxford tetapi universitas Eropa tertua yang didirikan pada abad pertengahan, adalah Universitas Bologna pada tahun 1088, Universitas Oxford baru berdiri tidak lama kemudian, pada tahun 1096. Universitas ini secara mengesankan lebih tua dari yang disebutkan di atas.
Ada perdebatan apakah bisa disebut universitas atau madrasah, tetapi dalam sejarah sebagian besar universitas dalam sejarah berfokus pada agama. Bahkan Universitas Harvard, yang didirikan pada tahun 1600-an di Amerika Serikat, pada dasarnya adalah sekolah agama. Konsep pendidikan non-sekuler merupakan tren terkini di semua budaya.
Peninggalan sejarah lain yang masih bertahan hingga sekarang, antara lain, Royal Teater, Istana Badi, Masjid Koutabia, dan Madrasah Ben Youssef. Sebagian besar telah tercatat sebagai warisan budaya dunia di UNESCO.
Tulisan berikutnya akan saya ulas Dinasti-dinasti Maroko yang silih berganti merebut kekuasaan. Disinilah awal kemunduran kekuasaan Islam dalam catatan sejarah.*/Ades Satria
HIDAYATULLAH