Cara Nabi Muhammad Mencegah Virus Masuk dalam Tubuh (1)

Ada sejumlah anjuran dari Nabi Muhammad untuk mencegah penyakit masuk dalam tubuh.

Bagi umat Islam, berdoa, bersedekah, hingga mengonsumsi buah-buahan seperti kurma ataupun madu menjadi salah satu sunnah Nabi Muhamamd SAW agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Kurma merupakan salah satu makanan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh.

Kurma Ajwa atau dikenal dengan kurma Aliyah, menurut Imam Ibnu Qayyim,  merupakan kurma terbaik dari seluruh jenisnya. Bentuknya padat, agak keras dan kuat, namun kurma yang paling lezat, paling harum, dan paling empuk.

Sebagaimana Hadits aosulullah, Kurma Ajwa dianggap mampu menghidari seseorang dari bahaya racun dan sihir.

Dari Abu Huraira ra, ia berkata “ Rasulullah SAW bersabda, “Kurma Ajwah itu dari surga, di dalamnya tedapat penawar terhadap racun dan cendawan (kam’ah) adalah manni, sedangkan airnya adalah obat bagi mata,” (HR Imam At-Toirmidzi dalam Ath-Thib)

Dalam hadits lain, Aisyah RA, Nabi bersabda “Sesungguhnya dalam kurma ajwa dari daerah Aliyah ada obat atau itu Ajwa adalah anti racun di pagi hari.”(HR Muslim).

Kurma sering dikonsumsi masyarakat Indonesia untuk mengawali berbuka puasa di bulan Ramadhan. Kurma dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, menambah kadar gula darah dan mengobati katarak mata. Sedangkan sari kurma dianggap bisa untuk mengobati demam berdarah, melancarkan susah buang air besar, sakit tenggorokan, dan insomnia. Sedangkan pasta kurma apabila dicampur dengan madu dapat dijadikan obat untuk mengatasi diare.

Selain Kurma, Rasulullah juga memperkenalkan Habbatus Saudah atau biji hitam sebagai obat kesehatan. Habbatus Saudah atau dikenal juga dengan sebutan jinten hitam dianggap oleh masyarakat sebagai obat segala penyakit dan juga untuk menjaga sistem imun tubuh.

Dari Aisyah dari Khalid ibn Sa’id, ia berkata, “Kami keluar bersama Ghalib ibn Abjar, di jalan ia sakit. Saat sampai di Madinah ia masih sakit, Ibnu Abi Atiq menjenguknya lalu berkata kepada kami, ‘Mestinya kalian gunakan Habbatus Sauda ini, ambillah lima atau tujuh butir, tumbuklah, kemudian teteskanlah seperti minyak di sebelah sini dan di sebelah sini,” Aisyah pernah menceritakan kepadaku bahwa nabi Saw berkata, “Sesungguhnya Habbatus Saudah ini adalah obat segala penyakit, kecuali penyakit as-sam,” Aku bertanya, “Apakah as-sam itu?” Nabi menjawab, “Kematian.” (HR Bukhari).

Selain Jinten hitam dan Kurma, madu juga dianggap sebagai obat alami untuh tubuh. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia,” (QS An-Nahl ayat 68-69).

Madu merupakan konsumsi alkali (zat kimia yang menetralisir asam atau membentuk garam), karena mengandung potasium , sodium, kalsium, dan magnesium. Karena itu madu sangat berguna untuk menyeimbangkan kadar alkali dalam tubuh serta membersihkan tubuh dari zat asam yang menghilangkan kekuatan tubuh dan menyebabkan kelesuan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Sunnah Rasulullah: Jangan Biarkan Makanan Tersisa Terbuang

Rasulullah SAW memberikan sunnah tidak membiarkan makanan terbuang.

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk hidup hemat, yaitu membelanjakan uangnya selaras dengan kebutuhan dan tidak (berlebihan) mengikuti ”selera” nafsunya. Hemat berarti tidak boros, irit, sangat hati-hati dalam mengeluarkan/membelanjakan uang. Dengan hidup hemat, seorang Muslim menjadi bersahaja dalam menjalani kehidupan karena merasa cukup dengan kenikmatan yang dimiliki, yang pada gilirannya membentuk pribadi yang bersyukur dan tawadu.

Nabi SAW merupakan suri teladan bagi manusia (umat Islam). Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat sederhana. Suatu ketika Nabi SAW datang bergilir kepada Aisyah. Beliau melihat sepotong pecahan kue lalu beliau mengambilnya, mengusapnya, dan memakannya. Kemudian, beliau bersabda, ”Berlaku baiklah kalian kepada serpihan nikmat-nikmat Allah. Jangan kalian menyia-nyiakannya. Jika ia hampir hilang dari suatu kaum, ia kembali kepada mereka.” (HR Al Baihaqi dari Anas bin Malik).

Hadis di atas menganjurkan agar kita berlaku baik terhadap serpihan nikmat-nikmat Allah dengan cara memeliharanya dan mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah, ”Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).

Mensyukuri nikmat dengan cara berbuat baik kepada karib kerabat, kepada orang-orang yang membutuhkan, dan memelihara harta kekayaan untuk tidak digunakan terhadap hal-hal yang tidak ada faedahnya.

Al Ghazali berkata, ”Perkara yang sangat berat adalah menghina memuliakan, berpisah setelah bertemu, dan hilangnya nikmat dari suatu kaum lantaran mereka tidak berlaku baik terhadap serpihan nikmat kemudian mereka harapkan nikmat itu kembali kepada mereka.

KHAZANAH REPUBLIKA’


Nabi Muhammad, Sahabat Dunia Akhirat

Suatu ketika datang kepada Rasulullah SAW, seorang (wanita) tua yang memohon agar didoakan masuk ke surga. Nabi SAW bersabda kepadanya, ”Di surga tak ada orang tua.”

Wanita itu menangis, lalu Rasul SAW sambil tersenyum melanjutkan, ”Di sana tak ada orang tua, karena wanita-wanita akan beralih menjadi wanita-wanita cantik dan muda belia.”

Rasul SAW kemudian membacakan firman Allah SWT, ”Sesungguhnya Kami menciptakan mereka yakni para wanita Muslimah penghuni surga dengan penciptaan sempurna dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya.” (QS Alwaqiah [56]: 35-37). Wanita tua itu pun tersenyum setelah mendengarnya dan didoakan oleh Rasullullah SAW.

Selama ini, bagi umat Islam, sosok Muhammad SAW lebih dipandang sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Yang dikedepankan adalah sebagai penerima wahyu.

Padahal, Rasulullah SAW berulang kali diperintahkan untuk menyatakan, ”Aku tidak lain dari manusia seperti kamu juga, hanya saja aku mendapat wahyu.”

Memang, mendapat wahyu itulah yang membedakan Muhammad SAW dengan manusia lain. Selain seorang Rasul, beliau adalah model ideal bagi siapa saja, termasuk orang yang ingin membina persahabatan.

”Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.” Demikian Allah SWT firmankan dalam surat Annajm [53] ayat 2.

Menurut cendekiawan Muslim, KH Quraish Shihab, Nabi SAW dipanggil dengan sapaan sahabat untuk mengingatkan kepada kita bahwa beliau adalah sahabat kita yang sejati. Yang di saat akhir sakaratul maut masih memikirkan nasib umatnya dengan bisikan, ”… ummati (umatku) … ummati … (umatku).”

Kendati mereka baru akan lahir di dunia ribuan tahun sesudahnya. Nabi SAW sangat peduli umatnya. Karenanya, kita harus mengenal beliau dengan dekat, lahir maupun batin. Muhammad SAW harus kita kenali sebagai sahabat yang selalu menyertai perjalanan hidup kita.

Sikap bersahabat dari Nabi SAW ditunjukkan lewat persahabatan beliau bersama sahabat-sahabatnya. Bukankah cukup contoh dalam sejarah dini Islam bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat membuka diri bukan hanya untuk bermusyawarah dengan para pengikutnya, yakni dalam hal yang tidak qath’i.

Bahkan, tak jarang sebagian di antara para pengikutnya itu mendebat, bercanda atau bergurau. Begitu besar kasih sayang Muhammad SAW kepada sahabat-sahabatnya, ”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah mereka yang tegas terhadap orang-orang yang menolak kebenaran (kafir), tapi selalu menjalin kasih sayang (baca: membangun persahabatan) di antara sesama mereka.” (QS Alfath [48]: 29).

Oleh Masagus A Fauzan

KHAZANAH REPUBLIKA

Cara Nabi Mengenali Umatnya Di Akhirat

Assalamu’alaikum..ada pertanyaan ustdz:

Ustadz bagaimana cara Nabi Muhammad mengenali umatnya nanti di akhirat, apalagi nanti manusia akan bekumpul bermilyaran-milyaran?

Jawaban:

Segala puji bagi Allah atas keagungan sifat-sifat-Nya dan kemurahan anugerah-Nya, Shalawat dan Salam bagi Nabi Muhammad, berserta keluarga dan seluruh para sahabatnya.

Amma Ba’du:

Ketika hari kiamat terjadi seluruh manusia berkumpul dari awal penciptaan sampai akhir masa kehidupan dunia. Mereka yang mukmin atau kafir di padang Mahsyar akan dihitung amalan-amalannya. Diantara manusia yang begitu banyak itu, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam akan mengenal umatnya ketika datang ke Telaga dengan ciri-ciri khusus.

Bagaimana Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam mengenal umatnya?

Allah Taala berfirman:

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ

(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya (QS. Al Israa’: 71)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu berkata, “Pemimpin kebaikan dan pemimpin kesesatan”

Anas bin Malik berkata, “(arti pemimpin) adalah Nabi setiap umat” (Tafsir Ibnu Abi Hatim, 7/2339)

Ayat ini menjelaskan bahwa umat manusia pada Hari Kiamat dipanggil secara berkelompok, dan umat Islam dipanggil pada kelompok yang dipimpin oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Dengan ini kita bisa memahami, bahwa Nabi mengenal umatnya ketika umatnya berada pada kelompok yang bersama dengannya.

Disisi lain, bahwa umat Islam memiliki ciri tersendiri yang dengannya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam mengenal mereka. Nabi shalallahu alaihi wasallam menjelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi:

وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا. قَالُوا : أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : أَنْتُمْ أَصْحَابِي ، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ . فَقَالُوا : كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ

Saya berharap bahwa kami sudah bisa melihat saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata: “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah ?, Beliau menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kami adalah mereka yang belum datang (lahir) saat ini”. Mereka berkata: “Bagaimana engkau mengetahui orang yang belum ada saat ini dari umatmu, wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: “Tidakkah engkau melihat, jika seseorang memiliki kuda bertanda putih pada muka dan kaki-kakinya berada diantara kuda-kuda hitam pekat, tidakkah ia bisa mengenal kudanya ?, Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Mereka akan datang dengan wajah putih bersinar dan kaki tangan bercahaya pada bagian air wudhu, dan saya menunggu mereka di Telaga. (HR. Muslim 249)

Dari ayat dan hadits di atas, kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengenal umatnya melalui dua perkara, yang pertama adalah pada hari kiamat umat Islam dipanggil bersama pemimpinnya, yaitu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam; darinya Nabi Muhammad mengenal umatnya.

Yang kedua adalah tanda putih bercahaya pada wajah, kaki, tangan yang merupakan tempat air wudhu, sehingga tanda tersebut menjadi pembeda dari umat manusia yang lain.

Semoga kita semuanya adalah orang-orang yang dikenali Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan mendapatkan minum dari telaganya… Amiin. Wallahu’alam.

***

Dijawab oleh Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf , Lc. MA. (Dosen Ilmu Hadits STDI Jember)

Read more https://konsultasisyariah.com/36158-cara-nabi-mengenali-umatnya-di-akhirat.html

Nabi Muhammad Bertemu Pemuda yang Gendong Ibunya Saat Thawaf

Dikisahkan, saat sedang melaksanakan thawaf, Nabi Muhammad bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, ”Kenapa pundakmu itu?”

Jawab anak muda itu, ‘‘Ya Rasulullah, saya dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika shalat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya.”

Kemudian anak muda itu bertanya, ”Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk ke dalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?’

Nabi Muhammad sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda itu beliau bersabda, ”Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu anak yang saleh, anak yang berbakti. Tapi anakku, ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan oleh pengorbanan dan kebaikanmu.”

Kisah di atas memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa kasih sayang dan cinta seorang ibu kepada anaknya tidak akan terbalas dan tidak akan ternilai dengan apa pun. Perjuangan seorang ibu untuk seorang anak sangat luar biasa. Ketulusan dan kesabarannya dalam menjaga seorang anak sejak dari kandungan hingga anak tersebut dewasa dan bahkan hingga si anak sudah berkeluarga tidak akan tergantikan.

Seorang ibu rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk kehidupan sang anak. Bahkan, untaian doanya tidak pernah terputus untuk seorang anak. Mereka selalu berharap dan memohon kepada Allah agar anaknya menjadi anak-anak yang saleh dan salehah.

Inilah beberapa alasan yang menyebabkan kita sebagai seorang anak wajib hukumnya untuk berbakti dan memuliakannya. Secara khusus, Allah pun telah memerintahkan kita untuk berbakti dan memuliakannya sebagaimana yang difirmankan dalam surat Luqman.

Firman-Nya, ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS 31: 14).

Rasulullah pun menegaskan dengan mengatakan tiga kali menyebut nama ibu dan kemudian bapak untuk orang-orang yang perlu kita perhatikan. Dalan riwayat lainnya, Rasulullah melarang seorang sahabat untuk berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menjaga ibunya yang masih hidup.

Utusan Allah itu bersabda, ”Jika demikian tinggallah bersamanya karena surga berada di bawah kakinya.” (HR Ibnu Majah dan Nasai).

Kini, di saat ibu kita masih hidup, sudahkah kita memuliakan dan menyayanginya dengan sepenuh hati? Sudahkah kita memohon maaf atas kealpaan kita kepadanya? Dan, apabila ibu kita telah lebih dulu menghadap Allah, seringkah kita memohonkan ampun untuknya? Sudahkah kita menjalankan amanat dan wasiatnya? Mari, mumpung Allah masih memberikan waktu, kita berbuat baik dan memuliakan ibu dan bapak kita.

Doakan mereka dengan doa, ”Wahai Tuhanku, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” 

IHRAM

Rasulullah tak Pernah Ajarkan Kebencian, Malah Sebaliknya

Rasulullah SAW menyerukan membuang jauh kebencian.

Islam adalah agama yang damai dan penuh cinta. Islam selalu mengajak untuk berbuat baik dan menghindari balas dendam. Mencintai sesama merupakan bentuk kita memiliki iman dan menjadi bukti akan ajaran Islam yang luar

Mungkin, tak jarang dari kita yang tidak suka dengan perilaku orang lain. Tak satu pun dari manusia yang terbebas dari kesalahan. 

Untuk itu, kita tidak boleh membenci satu sama lain dan tetaplah berbuat baik terhadap sesama.  Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah (2) : 195:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan diirmu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” 

Ipnu R Noegroho dalam bukunya, The Power of Husnudzon, menjelaskan seorang Muslim dan Muslimah yang baik adalah mereka yang tidak mementingkan dirinya sendiri, tidak fokus untuk mencari kapling di surga sendiri, dan tidak sibuk beramal saleh sendirian.  

Ipnu juga menjelaskan sebuah riwayat hadis Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah dia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)  

Maka dari itu, apabila kita menemui kezaliman dan hal yang tidak disukai, maka kita harus bertindak sekecil apapun untuk berusaha mengatasinya. Apalagi, jika hal itu berisiko untuk menebar kebencian sesama dan mengajak orang lain untuk ikut membenci.  

Belajar dari Rasulullah SAW yang tidak pernah membenci kaum Quraisy meski telah dizalimi berkali-kali. Beliau SAW selalu memaafkan kesalahan orang lain sehingga bisa menasihatinya agar bisa kembali ke jalan yang benar.  

Dalam sebuah hadis yang disebutkan pula dalam buku The Power of Husnudzon, sebagaimana anjuran Rasulullah SAW, dari Mu’az bin Jabal RA Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauliah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At Tirmidzi) 

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengenal Rasulullah saw Melalui Ayat Suci Al-Qur’an

Sebelum memulai tulisan kali ini, kami dari Khazanah Al-Qur’an mengucapkan selamat berbahagia kepada seluruh umat Muhammad atas lahirnya Manusia Termulia, penutup para Nabi, Baginda Muhammad saw. Kita semua tau bahwa nama Muhammad saw adalah nama yang paling terkenal di segala penjuru langit dan bumi, namun dibalik kemasyhuran namanya, sulit untuk menjangkau keagungan dan kemuliaannya. Kita hanya mampu mengambil penggalan demi penggalan kemuliaannya melalui kabar dari Penciptanya, dari orang-orang terdekatnya atau dari lisan sucinya sendiri.

Hari ini kita akan memulai untuk mengenal beliau lebih dalam melalui ayat-ayat suci Al-Qur’an, melalui Dzat yang paling mengenalnya, tiada lain adalah Allah Robbul Alamin.

1. Muhammad saw adalah penutup para Nabi.

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.” (QS.Al-Ahzab:40)

2. Dia adalah Rasul yang diutus untuk seluruh manusia.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kalian semua. (QS.Al-A’raf:158)

3. Dia adalah Rasul yang diutus untuk memberi rahmat bagi seluruh alam.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiya’:107)

4. Dia adalah Rasul yang misinya Dijamin dan Dijaga langsung oleh Allah swt.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang Menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang Memeliharanya.” (QS.Al-Hijr:9)

5. Dia adalah Rasul yang tak pernah berbicara kecuali wahyu.

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى – إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS.An-Najm:3)

6. Dia adalah Rasul yang Allah pernah Bersumpah demi kehidupannya.

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

(Allah Berfirman), “Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).” (QS.Al-Hijr:72)

7. Dia adalah Rasul yang umatnya Dilarang oleh Allah untuk memanggil namanya secara langsung atau tanpa penghormatan.

لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” (QS.An-Nur:63)

وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ

“Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. (QS.Al-Hujurat:2)

8. Dia adalah Rasul yang Allah dan para Malaikat pun bersalawat kepadanya.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS.Al-Ahzab:56)

9. Dia adalah Rasul yang Allah Memberinya gelar dengan Nama-Nya (Rouf dan Rohim.)

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, pengasih dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. (QS.At-Taubah:128)

إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh, Tuhan-mu Maha Pengasih, Maha Penyayang” (An-Nahl:7)

10. Dia adalah Rasul yang perangainya Dipuji oleh Allah swt.

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS.Al-Qalam:4)

11. Dia adalah Rasul yang meraih kesempurnaan hingga menjadi suri tauladan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ –

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat” (QS.Al-Ahzab:21)

12. Dia adalah Rasul yang ketaatan kepadanya disamakan dengan ketaatan kepada Allah swt.

مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ

“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS.An-Nisa’:80)

13. Dia adalah Rasul yang menjadi saksi para nabi di Hari Kiamat.

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَـؤُلاء شَهِيداً

“Dan bagaimanakah jika Kami Mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami Mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.” (QS.An-Nisa:41)

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيداً عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيداً عَلَى هَـؤُلاء

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami Bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami Datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka.” (QS.An-Nahl:89)

14. Dia adalah Rasul yang memiliki kedudukan tertinggi.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu Mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS.Al-Isra’:79)

15. Dia adalah Rasul yang keberadaannya menjadikan umat manusia aman dari adzab yang menyeluruh.

وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS.Al-Anfal:23)

16. Dia adalah Rasul yang Allah Ingin Menjadikan dirinya rela.

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى

“Dan sungguh, kelak Tuhan-mu pasti Memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” (QS.Adh-Dhuha:5)

17. Dia adalah Rasul yang hampir membinasakan dirinya karena kecintaannya pada umatnya.

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

“Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman.” (QS.Asy-Syuara’:3)

فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ

“Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” (QS.Fathir:8)

Inilah ayat-ayat yang berbicara tentang Rasulullah saw. Tentu masih banyak lagi ayat yang membicarakan tentang beliau dan akan kita temukan dalam artikel-artikel selanjutnya.

Selamat menyambut bulan kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw, semoga kita mendapat syafaatnya kelak di Hari yang tiada penolong selain syafaatnya.

Khusus di bulan maulid ini, Khazanah Al-Qur’an akan fokus untuk menyajikan kajian tentang Nabi Muhammad saw. Semoga dapat menambah kecintaan kita kepada beliau.

KHAZANAH ALQURAN

Syiar Baginda Nabi saw Untuk Alam Semesta

Baginda Nabi saw datang dengan membawa syiar dan ajaran yang begitu indah untuk semesta alam.

Sebagian dari syiar-syiar tersebut adalah :

(1). Rahmat

Rasulullah saw datang dengan membawa rahmat, menebar rahmat dan mengajak untuk saling memberi rahmat.

Allah swt berfirman,

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiya’:107)

(2). Cinta

Termasuk syiar utama Rasulullah saw adalah menebar cinta dan kasih sayang.

Allah swt berfirman,

وَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡۚ لَوۡ أَنفَقۡتَ مَا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا مَّآ أَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيم

“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS.Al-Anfal:63)

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS.Ali ‘Imran:159)

(3). Kedamaian.

Baginda Nabi saw selalu membawa pesan perdamaian ditengah umat manusia.

وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَىٰ دَارِ ٱلسَّلَٰمِ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ

“Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).” (QS.Yunus:25)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِين

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al-Baqarah:208)

(4). Memberi maaf.

Syiar yang tak kalah penting yang selalu dibawa oleh Nabi saw adalah selalu menebar maaf.

وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ

“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.An-Nur:22)

وَأَن تَعۡفُوٓاْ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۚ وَلَا تَنسَوُاْ ٱلۡفَضۡلَ بَيۡنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ

“Pembebasan itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu lupa kebaikan di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Baqarah:237)

(5). Saling Mengenal.

Allah swt berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS.Al-Hujurat:13)

(6). Kehidupan yang baik.

Risalah Nabi saw selalu mengajak manusia untuk menuju kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.

Allah swt berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS.Al-Anfal:24)

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)

Itulah beberapa syiar dan ajaran Nabi saw yang dibawa dalam risalah suci beliau.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Kelahiran Nabi Muhammad hingga Menikah dengan Khadijah

Meskipun Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dibahas pada artikel sebelumnya, kita bahas sekilas di artikel Sirah Nabawiyah ini. Membahas masa kecil Nabi hingga pra kenabian, termasuk saat Rasulullah menikah dengan Khadijah. Semoga semakin menambah kecintaan kita kepada beliau.

Kelahiran Nabi Muhammad

Rasulullah Muhammad lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Bertepatan 20 April 571 M. Ayahnya adalah Abdullah dan ibunya adalah Aminah.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau bersabda: “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim)

Beliau memiliki nasab yang mulia. Ayah dan kakek-kakek beliau adalah orang-orang terpandang. Bahkan para pemimpin Makkah.

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, dan memilih Quraisy di antara keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim di antara suku Quraisy. Dan Allah memilihku di antara Bani Hasyim. (HR. Muslim dan Ahmad)

Saat Rasulullah lahir, ada cahaya yang menyertainya. Sebagaimana ibunda Rasulullah, Aminah mengatakan, “Saat Muhammad lahir, ada cahaya yang keluar dari jalan lahirnya, menyinari istana-istana di Syam.”

Dalam riwayat Al Baihaqi, saat Rasulullah lahir, terjadi sejumlah peristiwa:

1. Runtuhnya 14 balkon istana Kisra
2. Padamnya api yang biasa disembah majusi
3. Runtuhnya gereja di Buhairah setelah ambles ke tanah

Ketika dikabari bahwa cucunya lahir, Abdul Muthalib sangat gembira. Ia kemudian membawa cucunya ke Ka’bah dan memberi nama Muhammad. Nama yang belum familiar di kalangan orang Arab karena belum ada yang memakainya.

Pada hari ketujuh, Rasulullah dikhitan oleh kakeknya. Inilah pendapat yang dikuatkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Sedangkan pendapat yang menyebutkan Rasulullah lahir dalam kondisi dikhitan tidak memiliki dalil yang kuat.

Selain disusui oleh ibunya sendiri, Rasulullah disusui oleh dua ibu susuan. Pertama, Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Tsuwaibah juga menyusui Masruh, Hamzah dan Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi. Sehingga mereka semua menjadi saudara sepersusuan Rasulullah.

Nabi Muhammad di Bani Sa’d

Wanita ketiga yang menyusui Rasulullah adalah Halimah binti Abu Dzu’aib. Darinya Rasulullah memiliki saudara sepersusuan: Abdullah bin Al Harits, Unaisah binti Al Harits, Hadzafah binti Al Harits, Abu Sufyan Al Harits bin Abdul Muthalib, dan Hamzah.

Halimah dan suaminya Al Harits bin Abdul Uzza datang ke Makkah dengan menaiki keledai betina putih. Mereka juga membawa unta tua yang tak bisa diambil air susunya, untuk mengangkut barang. Sepanjang malam ia tak bisa tidur karena bayinya kelaparan. Air susunya juga tidak lancar.

Semua menolak membawa Rasulullah karena yatim. Tapi Halimah tak punya pilihan. Semua temannya sudah dapat bayi. Akhirnya dibawalah Nabi Muhammad.

Keberkahan langsung terasa. Menggendong Nabi Muhammad bayi tidak terasa terbebani. Saat menyusuinya, ASI Halimah langsung lancar. Bayinya juga kenyang hingga tidur pulas. Keledainya menjadi kuat dan cepat hingga teman-temannya heran. Untanya mengeluarkan susu hingga dia dan suami kenyang meminumnya.

Setiba di Bani Sa’ad, tanah keluarga Halimah menjadi subur. Domba-dombanya pulang dengan kenyang dan air susunya penuh. Sampai-sampai warga Bani Sa’ad mengatakan, “Tirulah Halimah dengan melepaskan domba agar mencari rumput sendiri.” Namun domba mereka pulang dalam kondisi lapar, tidak seperti domba Halimah.

Dua tahun menyusui Muhammad, keluarga Halimah dipenuhi keberkahan. Saat waktunya mengembalikan ke pangkuan ibu, Halimah minta diperpanjang.

Nabi Muhammad di Bani Sa’ad sampai 4 atau 5 tahun. Hingga malaikat jibril membelah dadanya. Setelah itu, karena khawatir keselamatan Muhammad, ia pun dikembalikan ke ibundanya.

Ibunda Wafat, Diasuh Kakek

Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad diajak Aminah ke Yatsrib untuk ziarah makam ayahnya. Bersama pembantunya, Ummu Aiman, mereka tinggal di Yatsrib selama satu bulan. Dalam perjalanan pulang, Aminah meninggal di Abwa, antara Makkah dan Madinah.

Mendengar Aminah wafat, Abdul Muthalib menjemput Muhammad lalu diasuhnya. Ia sangat menyayangi beliau melebihi anak-anaknya, hingga dibolehkan duduk di dipannya dekat kabah. Pada saat Muhammad berusia 8 tahun, Abdul Muthalib wafat.

Diasuh Paman (Abu Thalib)

Sepeninggal Abdul Muthalib, Abu Thalib mengambil tanggung jawab mengasuh Rasulullah. Disayang melebihi anak-anaknya. Pada usia 12 tahun, diajak berdagang ke Syam hingga bertemu Buhaira.

“Dia pemimpin semesta alam. Akan diutus Allah jadi rahmat bagi seluruh alam,” kata Buhaira kepada Abu Thalib.

“Dari mana kau tahu?”

“Sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bau dan pohon melainkan tunduk bersujud. Sujud mereka hanya pada Nabi. Aku juga tahu cincin nubuwah di bawah tulang rawan bahunya menyerupai apel. Tertulis dalam kitab kami.”

Buhaira meminta Abu Thalib kembali ke Makkah. Agar orang-orang Yahudi tidak bertemu dengan Rasulullah dan berbuat jahat kepadanya.

Nabi Muhammad Menggembala Kambing

Semasa remaja, Rasulullah menggembalakan kambing di Bani Sa’ad bin Bakar dan Makkah. Meskipun imbalannya tidak seberapa dibanding fasilitas yang bisa didapatkan dari Abu Thalib. Namun dari situlah terlihat tanggung jawab Rasulullah, perannya sebagai Nabi telah disiapkan Allah.

Di saat itu pula, Allah mentarbiyah Rasulullah untuk tidak memiliki keinginan sebagaimana anak-anak sebaya pada umumnya. Dan Allah menyelamatkannya dari dua hiburan yang ingin ditontonnya.

Suatu hari, Rasulullah mendengar kabar bahwa di Makkah akan ada pertunjukan musik.

“Tolong jaga kambing-kambingku, aku ingin melihat hiburan seperti anak-anak pada umumnya,” demikian kata Rasulullah kepada temannya sore itu.

Sesampainya di Makkah, ketika mendekati lokasi pertunjukan, Rasulullah mengantuk dan tertidur hingga pagi. Ketika bangun, pertunjukan sudah selesai.

Di hari yang lain, Rasulullah kembali menitipkan kambing gembalaan ke temannya. Namun kembali terulang, sebelum sempat melihat, beliau tertidur. Rupanya Allah menyelamatkan Rasul-Nya dengan membuatnya mengantuk dan tertidur.

Setelah dua kali mengalami hal itu, Rasulullah tak pernah lagi punya keinginan untuk melihat pertunjukan musik. Allah menjaga beliau sejak kecil.  

Perang Fijar dan Hilful Fudul

Pada usia 15 tahun, beliau ikut perang Fijar. Beliau bertugas mengumpulkan anak panah untuk diberikan kepada Abu Thalib.

Pasca Perang Fijar, terjadi perjanjian pada bulan Dzulqa’dah yang dinamakan Hilful Fudul. Orang-orang Quraisy sepakat untuk tidak membiarkan orang dizalimi di Makkah.

“Aku telah menghadiri perjanjian di rumah Abdullah bin Jud’an yang lebih aku sukai daripada memiliki unta merah. Andai di masa Islam aku diundang untuk menghadirinya, niscaya aku akan memenuhinya.”

Berdagang ke Syam

Pada usia 25 tahun, beliau berdagang ke Syam dengan modal dari Khadijah. Maysarah, pembantu Khadijah yang menemaninya, begitu kagum dengan kejujuran, amanah dan akhlak Muhammad. Kepiawaian bisnis beliau juga membawa keuntungan besar bagi Khadijah.

Menikah dengan Khadijah

Saat mengetahui kejujuran dan kemuliaannya, Khadijah meminta Nafisah binti Munayyah menanyakan kepada Muhammad apakah mau menikah dengan Khadijah. Rasulullah pun menikah dengan Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Pernikahan itu terjadi dua bulan sepulang dari Syam. Usia Rasulullah saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah 40 tahun.

Dari pernikahan itu lahir putra-putri beliau: Al Qasim, Abdullah (Ath Tahyyib, Ath Thahir), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah.

Al Amin dan Renovasi Ka’bah

Rasulullah mendapat gelar al amin dari masyarakat Quraiys karena kejujurannya. Karenanya ketika ada renovasi Ka’bah saat usia beliau 35 tahun, tokoh-tokoh Quraisy sangat senang mendapatkan hakim Muhammad.

Hampir saja mereka berperang karena memperebutkan siapa yang pantas meletakkan hajar aswad. Lantas dipilih orang pertama yang masuk Masjidil Haram dan itu tidak lain adalah Rasulullah.

Beliau kemudian memberikan keputusan yang memuaskan seluruh pihak. Yakni hajar aswad diletakkan di atas kain. Semua pemimpin kabilah memegang kain itu dan mengangkatnya, mendekatkan ke ka’bah. Setelah dekat, Rasulullah meletakkan hajar aswad ke tempatnya.

Demikian Sirah Nabawiyah bab kelahiran Rasulullah hingga menikah dengan khadijah dan sebelum diangkat menjadi Nabi. Singkat, namun semoga mewakili peristiwa-peristiwa penting yang perlu kita ketahui dari kehidupan beliau. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Benarkah Dada Rasulullah SAW Pernah Dibelah?

Kisah dada Rasulullah SAW dibelah diperdebatkan antarulama.

Umat Islam pasti mendengar kisah pembelahan dada Nabi Muhammad SAW, baik ketika masih kecil maupun saat malam Miraj. 

Namun, menurut pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, yang juga pakar tafsir Indonesia, Prof M Quraish Shihab, kesahihan sumber-sumber kisah itu diperdebatkan dan perincian kandungannya berbeda pula.  

Dalam kitab  Musnad Imam Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir, Abdullah Putra Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa sahabat Nabi SAW, Ubay bin Ka’ab menuturkan, Abu Hurairah pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal pertama yang engkau alami menyangkut kenabian?”  

Rasulullah Menjawab, “Aku berada di padang pasir dan umurku ketika itu sepuluh tahun dan beberapa bulan. Tiba-tiba aku mendengar suara di atas kepalaku, (dan kulihat) ada seseorang berkata kepada seorang lainnya, ‘Apakah dia!’.

Kedua orang itu lalu menghadap kepadaku dengan wajah yang belum pernah kulihat sebelumnya, dengan keharuman yang belum pernah kudapatkan dari satu makhluk pun sebelumnya, dan dengan pakaian yang belum pernah kulihat dipakai sebelumnya.  

Mereka berdua menghampiriku hingga memegang bahuku, tetapi aku tidak merasa dipegang. Lalu salah seorang berkata kepada temannya, ‘Berbaringlah!’. Mereka berdua membaringkanku tanpa menarik (dengan keras) dan tidak juga mematahkan.  

Salah seorang berkata kepada temannya, ‘Belahlah dadanya!’. Ia memegang dan membelah dadaku. Temannya berkata, ‘keluarlah kedengkian dan iri hati!’. Ia mengeluarkan sesuatu seperti segumpal darah dan membuangnya. Kemudian temannya berkata, ‘Masukkanlah kasih sayang dan rahmat!’ Maka, kulihat serupa apa yang dikeluarkannya bagaikan perak.”  

Dalam buku berjudul “M Quraish Shihab Menjawab” dijelaskan bahwa tidak sedikit ulama yang menilai hadis tersebut sebagai hadits dhaif atau lemah. Di sisi lain ada sebagian ulama yang memahami ayat 1 dalam surah al-Insyirah sebagai ayat yang berbicara tentang pembelahan dadan Nabi Muhammad SAW.   

Ayat tersebut berbunyi: “Alam nasyrah laka shadrak.”  Bagi mereka, terjemahan ayat itu adalah, “Bukankah Kami telah membelah dadamu?”   

Seorang ulama tafsir, an-Naysaburi, memahami kata “nasyrah” itu dalam arti “pembedahan” yang menurutnya pernah dilakukan  para malaikat pada diri Nabi Muhammad SAW, baik ketika beliau remaja maupun ketika beberapa saat sebelum beliau melakukan Isra dan Miraj.  

Namun, Prof Quraish, cenderung tidak memahaminya demikian. Berdasarkan pengamatannya terhadap penggunaan kata “syaraha” yang terulang sebanyak lima kali dalam Alquran, ternyata tidak mendukung penafsiran yang demikian.  

Menurut Quraish, tidak ada ayat Alquran yang mengandung penafsiran pasti terkait pembedahan tersebut. Hadis Nabi pun hanya bersifat informasi perorangan. Karena itu, menurut dia, tidaklah wajib bagi seorang Muslim untuk mempercayai kisah pembelahan dada Nabi Muhammad tersebut.  

KHZANAH REPUBLIKA