Konflik Palestina-Israel: Membaca Ulang Kredo Janji Tuhan yang Masih Diserukan

Merujuk keterangan yang diungkapkan oleh Roger Geraudy, disebutkan bahwa di antara faktor yang mendorong kehadiran orang Yahudi ke wilayah Syam–yang didudukinya saat ini–ialah semangat keagamaan. Zionisme sebagai gerakan keagamaan mengharapkan gunung Zion yang terletak wilayah Syam untuk dijadikan sebagai tempat suci bagi golongan mereka dan orang Yahudi di seluruh dunia. Mereka menganggap hal itu sebagai janji Tuhan yang perlu direalisasikan. Zionisme yang berevolusi menjadi gerakan politik lantas memanfaatkan harapan tersebut untuk mendirikan negara bagi orang Yahudi di seluruh dunia. Adapun wilayah yang mulanya diincar ialah Argentina atau Uganda.

Setelah gerakan Zionisme internasional mengetahui keinginan Zionisme keagamaan untuk menjadikan wilayah Syam menjadi tempat suci Yahudi, maka kemudian gerakan Zionisme internasional menetapkan tempat tersebut menggantikan pilihan awalnya, yakni Argentina atau Uganda, untuk dijadikan negara Yahudi. Berdasar alasan tersebut, George Lenczowski menambahkan bahwa legitimasi yang diperoleh orang Yahudi untuk mempunyai negara sendiri itu diperoleh atas putusan Kongres Zionis pada tahun 1897 yang berlangsung di Bazel, Swiss.

Keinginan untuk mendirikan negara Yahudi pun semakit kokoh pascapenegasan dukungan atas berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina dalam Deklarasi Berfour pada tahun 1917. Bahkan cita-cita berdirinya negara Yahudi semakin nyata lagi setelah wilayah Palestina ditempatkan di bawah protektariat Inggris oleh Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1922.

Orang-orang Yahudi–khususnya dari Eropa–yang berpindah ke Palestina ternyata semakin banyak, setelah golongan mereka mengalami pengejaran dan terancam dimusnahkan pada masa kekuasaan Hitler di Jerman. Selain alasan tersebut, kepindahan mereka juga dikatakan sebagai perjalanan menuju tanah yang terbentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak, yang mereka klain sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Klaim tersebut banyak terdengar lantaran Perdana Menteri Israel yang pertama, Golda Mier, menyatakan bahwa, “Negeri ini (Israel) berdiri merupakan akibat dari janji Tuhan sendiri. Oleh karenanya, memohon pengakuan dan keabsahan merupakan sebuah tindakan yang menggelikan.” Manachem Begin juga pernah menyatakan bahwa, “Negeri ini merupakan janji Tuhan untuk kami, sehingga kami mempunyai hak penuh atasnya.”

Membaca kedua ungkapan di atas, terdapat satu dalil keagamaan yang mereka gunakan sebagai justifikasi atas tegaknya Israel, yakni “Janji Tuhan”. Kredo yang sering diserukan mendampingi istilah-istilah lain, seperti “Bangsa Pilihan” dan “Israel Raya” yang terbentang dari Mesir hingga Irak itu, menunjukkan bahwa golongan mereka seakan melihat peta wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Klaim mereka sebagai keturunan Ibrahim (yang disebut mereka dengan Abraham), lantas menjadikan mereka seolah-olah menjadi orang yang memperjuangkan hak mereka dengan dasar “Janji Tuhan”. Padahal apabila dibaca ulang, bisa jadi yang dimaksud “Janji Tuhan” atas tanah yang mereka sucikan itu berkonsekuensi atas tanggung jawab untuk menjaganya, bukan berkonsekuensi atas hak untuk memilikinya.

Apabila dugaan di atas benar, yakni bagi mereka hanya sebatas tanggung jawab, maka dapat dimengerti bahwa yang mereka serukan tidak lain merupakan sebuah kedustaan. Kemudian jika benar terdapat janji atas hak untuk memiliki, maka menjadi hal yang janggal tatkala mereka memperjuangkan perkara yang dianggapnya baik, yakni “Janji Tuhan”, tetapi dengan cara-cara yang tidak baik. Hanya menjadi sebuah paradoks, ketika mereka menuntut kebenaran tetapi melegalkan tindak penaklukan, pengusiran, penindasan, dan pembunuhan.

Kerancuan selanjutnya ialah tatkala orang-orang Yahudi menyerukan klaim dan mengaitkan Israel dengan adanya hak historis sebagai bangsa yang pertama menduduki wilayah Palestina. Karena jika merejuk penelusuran Thomas Kiernan, para antropolog menduga bahwa orang-orang Yahudi Eropa bagian Timur hanya memiliki sedikit–sebagian lain menganggap tidak memiliki–hubungan biologis dengan Palestina. Bahkan menurut Roger Geraudy, orang Yahudi sejatinya tak memiliki legalitas dengan dasar historis, injili, maupun yuridis atas tempat yang didudukinya saat ini.

Berdasar uraian di atas, terdapat garis merah yang menandakan adanya kemungkinan bahwa pendudukan yang dilakukan oleh orang Yahudi dari penjuru dunia ke Palestina bukanlah karena kerinduan mereka pada “negeri nenek moyang dan leluhur mereka”, melainkan lebih sebagai akibat dari pengejaran-pengejaran yang mereka alami di berbagai wilayah. Mulai dari kepindahan golongan mereka dari Spanyol pada abad 15, hingga pengejaran dari Rusia di akhir abad 18.

Apabila dugaan yang diungkap oleh para ahli sejarah di atas memang benar, maka tidak sepantasnya jika upaya pendudukan dan pengusiran yang dilakukan oleh para pengungsi terhadap penduduk yang lebih dulu mendiami suatu wilayah itu dapat dibenarkan. Selanjutnya, yang lebih pantas diharapkan bukanlah sekadar kebenaran sejarah semata, tetapi yang lebih penting lagi ialah harapan supaya konflik di antara dua negara (Palestina-Israel) dapat mencapai titik damai. Wallahu a’lam bish shawab.

BINCANG SYARIAH

Jika Anak Anda Bertanya Soal Palestina Sampaikan 25 Informasi Penting Berikut Ini

Apa yang mau Anda sampaikan saat anak-anak di rumah bertanya tentang rakyat dan tanah  Palestina?  Apakah Anda sudah mempunyai jawaban untuk disampaikan namun mampu diserap dengan mudah. Bagi anak setiap satu pertanyaan yang dijawab maka akan muncul lagi-lagi pertanyaan berikut sebagai bentuk rasa penasarannya.

Nah berikut ini Ustaz Dr. Jasim Al- Muthawwa memberikan 25 informasi penting tentang Palestina untuk disampaikan kepada anak-anak.

1. Ceritakan kepada anak Anda, “Wahai anakku, sesungguhnya Palestina adalah tempat tinggal para Nabi.

2. Nabi kita Ibrahim AS hijrah ke Palestina.

3. Nabi Luth AS diselamatkan oleh Allah dari azab yang turun pada kaumnya menuju bumi yang diberkahi, bumi Palestina.

4.Nabi Daud AS tinggal di Palestina dan membangun mihrabnya,

5, dan Nabi Sulaiman AS memerintah seluruh dunia dari Palestina, kisahnya yang populer dengan semut dan berkata :

“Hai semut masuklah ke tempat tinggal kalian” , tempat yang disebut dengan wadi an-naml (lembah semut) di Palestina dekat (‘Asqalan).

6. Di Palestina juga terdapat mihrab Zakaria AS ,

7.sebagaimana Musa AS meminta kaumnya memasuki Bumi Muqaddasah, ia menamakan dengan Al-Muqaddasah, yakni (suci) dari syirik, dan dijadikan tempat tinggal para Nabi.

8.Banyak mukjizat yang terjadi di dalamnya diantaranya

9. kelahiran Nabi Isa dari ibunya Maryam, seorang gadis kecil tanpa suami, dan Allah mengangkatnya ketika Bani Israil sepakat untuk membunuhnya.

10. Di Palestina Maryam menggoyang batang pohon kurma setelah kelahirannya dalam kondisi paling lemahnya wanita.

11.Termasuk tanda-tanda akhir zaman di Palestina, Isa akan turun di menara putih,

12. dan akan membunuh Dajjal di gerbang Lod Palestina,

13. dan itu adalah tanah Mahsyar dan Mansyar,

14. dan Ya’juj dan Ma’juj akan dibunuh di bumi Palestina di akhir zaman, serta banyak cerita lain terjadi di Palestina,

15. diantaranya kisah Thalut dan Jalut.

16. Anak saya bertanya, “Bagaimana dengan Nabi SAW dan hubungannya dengan Palestina?”Saya jawab, “Dulu kiblat pada awal diperintahkannya shalat menghadap ke Palestina, dan ketika Nabi hijrah ke Madinah malaikat Jibril turun dan beliau sedang shalat, Jibril memerintahkan untuk mengubah kiblat dari Baitul Maqdis ke Mekah Al-Mukarramah lalu masjid tempat beliau shalat dinamakan masjid Dzulqiblatain (dua kiblat).

17. Demikian juga ketika Rasulullah melakukan Isra’, beliau pergi ke Baitul Maqdis sebelum Mi’raj ke langit. Inilah terminal pertama

18.Beliau berhenti setelah berangkat dari Mekah menuju langit, dan beliau menjad imam shalat para Nabi, karenanya tempat ini menjadi maqar para Nabi.

19. Abu Dzar Ra, bertanya kepada Rasullah, “Masjid mana yang pertama diletakkan oleh Allah dimuka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram.” Aku bertanya lagi, “Kemudian masjid mana?” Beliau menjawab, “Masjidil Aqsha.” Aku bertanya lagi, “Berapa jarak antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.” Kemudian beliau bersabda, “Dimanapun shalat menjumpaimu maka shalatlah, dan bumi bagi kalian adalah masjid.”

20. Wahai anakku, Apakah kamu tahu bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra. meskipun sibuk dengan masalah kemurtadan orang-orang Arab di Jazirah Arab dengan memobilisasi pasukan untuk memerangi mereka agar kembali ke Islam yang benar, beliau tidak membatalkan pasukan yang diperintahkan Nabi untuk pergi ke Syam, meskipun membutukan kekuatan untuk mengembalikan stabilitas Jazirah.

21. Apakah kamu tahu masa keemasan penaklukan Islam di masa Umar Al-Faruq Ra, beliau tidak pernah keluar dari Madinah untuk merayakan penaklukan (pembukaan) negeri kecuali Palestina, beliau pergi ke sana sendiri dan membukanya dengan damai, shalat di dalamnya dan menerima kunci untuk menyelamatkan orang-orang Nasrani dari penindasan orang-orang Romawi saat itu.

22. Kemudian dibuka lagi oleh Shalahuddin di hari bersejarah tahun 583 H hari Jumat bertepatan dengan tanggal 27 Rajab, tanggal yang sama dengan malam mi’rajnya Nabi ke langit melalui Baitul Maqdis. Ini merupakan kesamaan yang ajaib dimana Allah memudahkan pengembalian Al-Quds kepada pemiliknya sama seperti waktu Isra’ dan Mi’raj.

23. Anak saya bertanya, “Kenapa dinamakan Baitul Maqdis dengan nama ini?” Saya menjawab, “Nama ini telah ada sebelum turunnya Al-Qur’an, ketika Al-Qur’an diturunkan ia disebut Masjid Al-Aqsha, dan dinamakan Baitul Maqdis karena kesuciannya yang istimewa. Karena itu, tanah Palestina dan Syam adalah tanah Ribath, telah syahid di dalamnya 5000 dari kalangan para sahabat mulia, mereka antusias untuk membuka Baitul Maqdis dan membebaskannya dari penindasan Romawi.

24.Para syuhada’ masih berguguran sampai hari ini, inilah tanah para syuhada’ dan tanah ribath.”

25. Anakku berkata, “Jadi pentingnya Masjid Al-Aqsha dan bumi Syam seperti pentingnya Haramain, Mekkah dan Madinah, bukankah seperti itu yah?”

Saya menjawab, “Ya, anakku. Allah Ta’ála mengumpulkan keduanya dalam firman-Nya :

“Demi buah Tin dan buah Zaitun. Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota Mekah ini yang aman.” (At-Tin: 1-3).

Ibnu Abbas berkata: At-Tin adalah negeri Syam, Az-Zaitun negeri Palestina, bukit Sinai adalah gunung di mana Allah berbicara kepada Musa AS di Mesir, dan al-Balad al-Amin adalah Mekah Al-Mukarramah.

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan sungguh kami telah tetapkan dalam kitab-kitab setelah di catat di Lauh Mahfuzh bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambaku yang shaleh.” (Al-Anbiya’: 105)

Salah satu tafsirnya bahwa umat Muhammad mewarisi tanah suci.

Anakku berkata, “Sekarang aku paham pentingnya Palestina dan Masjid Al-Aqsha, sebagaimana aku paham bahwa shalat didalamnya dilipatgandakan menjad 500 kali lipat, apakah ini benar?” Saya menjawab, “Ya, itu benar, dan jangan kamu lupakan anak-anak palestina dan penduduknya dari do’amu. Semoga Allah memberkahimu nak.”

Dengarkan Murrotal Al-Qur’an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

OKEZONE

Kelicikan Kaum Yahudi

Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah

Sesungguhnya Al-Quran merupakan kitab yang berisikan petunjuk, penjelasan, nasehat, dan arahan. Di dalamnya terdapat cerita orang-orang sebelum kita, dan berita orang-orang setelah kita, dan hikmah-hikmah / pelajaran-pelajaran bagi kita. Barangsiapa yang beramal dengannya, maka akan diberi pahala. Barangsiapa berhukum dengannya, niscaya dia telah berbuat adil. Dan barangsiapa berdakwah kepadanya, maka dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Diantara dalil yang jelas dan petunjuk mulia yang ada dalam al-Quran, ialah penyingkapan jalan orang-orang yang gemar melakukan dosa, dan penjelasan terhadap orang-orang yang dibenci lagi sesat; supaya kaum mukminin mengetahuinya kemudian mereka menjauhinya; dan tersingkap bagi mereka keadaanya, kemudian mereka menjaga diri darinya; dan jelas bagi mereka musuh-musuh mereka, kemudian memperingatkan manusia darinya. Allah Ta’ala berfirman :

{وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ}

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran, supaya jelas jalan orang-orang yang berdosa” (QS. al-An’am : 55)

yaitu supaya jelas jalan mereka, dan tersingkap perkara mereka, dan jelas keadaan mereka, sehingga kaum muslimin memperingatkan manusia dari mereka.

Yahudi merupakan umat yang dimurkai oleh Allah

Telah datang dalam Al-Quran berupa dalil dan petunjuk yang jelas, bahwasanya orang-orang yang paling licik tipu-dayanya terhadap kaum mukminin, paling besar permusuhannya, dan paling kotor makar dan kebenciannya; ialah orang-orang Yahudi. Mereka adalah umat yang dimurkai, yang – karena jeleknya amal perbuatan mereka – mendapat kemarahan, laknat, dan kemurkaan dari Allah Ta’ala. Maka, mereka adalah umat yang terlaknat lagi dimurkai, karena kejelekan yang mengakar pada diri mereka, kekejian yang bertumpuk-tumpuk, dan kerusakan yang besar,
Allah Ta’ala berfirman :

{ قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ }

Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus” (QS. al-Maidah : 60)

Allah Ta’ala juga berfirman :

{تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ}

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan” (QS. al-Maidah : 80)

Dia Ta’ala juga berfirman :

{ بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ }

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan” (QS. al-Baqarah: 90)

Orang-orang yahudi memiliki hati yang keras

Dan Allah telah mensifati mereka dalam al-Quran, bahwasanya hati-hati mereka keras.

{ ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً }

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi” (QS. al-Baqarah : 74)

Pengingkaran yahudi terhadap Taurat

Ketika dihadapkan kepada mereka Taurat – yang merupakan firman Allah, wahyu-Nya, dan diturunkan dari-Nya – mereka menolaknya, dan menutup diri dari menerimanya. Kemudian Allah memerintahkan Jibril ‘alaihis salaam untuk mencabut sebuah gunung sampai akarnya dari bumi, sesuai dengan ukuran/jumlah mereka, kemudian mengangkatnya di atas kepala mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Jika kalian tidak menerimanya, maka akan Kami jatuhkan gunung ini kepada kalian.” Maka mereka menerimanya dalam keadaan terpaksa. Allah Ta’ala berfirman :

{وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}

Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”” (QS. al-A’raf : 171)

Allah Ta’ala juga berfirman :

{وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ – ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ}

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa”. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi” (QS. al-Baqarah : 63 – 64)

Kelancangan yahudi terhadap Allah dan rasul-Nya

Dan ketika Nabi Musa ‘alaihis salaam mengajak mereka untuk beriman kepada Allah dan wahyu-Nya, mereka menolaknya, seraya berkata, “Kami tidak akan beriman hingga kami melihat Allah dengan mata kepala kami.” Maka Allah menurunkan api dari langit, lalu membunuh mereka dengan api tersebut karena sebab dosa mereka. Kemudian, Allah menghidupkan mereka setelah kematian mereka tersebut supaya mereka bersyukur. Allah Ta’ala berfirman :

{وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ – ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur” (QS. al-Baqarah : 55 – 56)

Dan diantara keculasan mereka adalah mereka menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan selain Allah, padahal mereka telah melihat sendiri bagaimana Allah menimpakan hukuman yang dahsyat kepada kaum Musyrikin. Padahal Nabi mereka masih hidup, belum mati. Padahal mereka juga melihat sendiri dengan mata kepala mereka bagaimana tukang patung membuat patung sapi tersebut. Ia membuat adonan bahannya, memasukannya ke dalam api, menempanya dengan palu, lalu didinginkan, lalu dibolak-balik oleh tangan si pematung, walaupun mereka tahu semua ini namun mereka tetap menyembahnya selain juga menyembah Allah. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga mengklaim secara dusta bahwa patung tersebut adalah sesembahannya Musa ‘Alaihissalam.

{فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ} [طه:88]

kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”” (QS. Thaha: 88)

Dan Allah juga berfirman:

{وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة:51-52]

Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang lalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah: 51-52)

Walaupun hujjah-hujjah senantiasa ditunjukkan kepada mereka dan mereka senantiasa dilimpahkan kenikmatan dari Allah berkali-kali, mereka tetap saja meminta untuk dibuatkan sesembahan selain Allah. Terkadang mereka menyembah patung sapi selain menyembah Allah. Terkadang mereka mengatakan, “Wahai Musa, kami belum bisa membenarkanmu sebelum kami melihat Allah dengan nyata”. Dan ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekuasaan Fir’aun dan kezhalimannya, dan mereka dipisahkan dengan laut, mereka sudah melihat ayat-ayat Allah, keajaiban-keajaiban serta pertolongan dari-Nya, namun ketika Nabi mereka (Musa) mengajak mereka untuk berperang mereka malah enggan dan berkata

{فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ} [المائدة:24]

“Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”” (QS. Al Maidah: 24).

Dan diantara ulah mereka juga, ketika dikatakan mereka, dan ketika mereka bersama Nabi mereka lalu wahyu dari Allah turun:

{وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ}[البقرة:58]

Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “hithah (Bebaskanlah kami dari dosa)”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 58).

Al qaryah maksudnya Baitul Maqdis. Mereka diperintahkan masuk ke dalamnya dengan cara yang demikian, yaitu cara yang penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah, namun mereka malah enggan. Mereka ingkar dan sombong, mereka pun masuk ke sana lewat pintu belakang, mereka kembali ke belakang, dan berkata: “hinthah” (padahal yang disuruh adalah “hithah”), artinya biji-bijian. Maka Allah Ta’ala pun berfirman:

{فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [البقرة:59]

Lalu orang-orang yang lalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik” (QS. Al Baqarah: 59)

Dan diantara keculasan mereka adalah mereka membunuhi para Nabi yang sesungguhnya hidayah tidak sampai kepada mereka kecuali oleh sebab para Nabi tersebut. Dan mereka menjadikan para rahib mereka sebagai sesembahan selain Allah. Mereka juga menuduh Nabi Isa dan ibu telah berbuat dosa besar. Dan mereka juga mengklaim bahwa mereka telah berhasil membunuh keduanya.

{فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا (155) وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا (156) وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا } [النساء:155-158] .

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. An Nisaa’: 155-158)

Dan diantara keculasan mereka adalah menisbatkan hal-hal yang tidak layak kepada Allah. Dan mereka menyifati Allah dengan sifat-sifat yang Allah disucikan darinya. Diantara perkataan mereka, bahwa Allah lelah dan beristirahat setelah menciptakan langit dan bumi. Kemudian Allah menurunkan ayat untuk membantah mereka:

{وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ} [ق:38]

Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan” (QS. Qaaf: 38)

lughuw maknanya lelah. Dan diantara perkataan mereka juga, “Allah itu faqir dan kami itu kaya”. Maka Allah pun menurunkan ayat:

{لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ} [آل عمران:181]

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang membakar”” (QS. Al Imran: 181)

Allah juga berfirman:

{ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ } [المائدة:64]

Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki” (QS. Al Maidah: 64)

Kemudian, dengan semua kekufuran yang besar dan kedustaan yang nyata ini, mereka mengklaim diri mereka ahli surga dan juga mengklaim diri mereka adalah makhluk Allah yang paling terbaik dan makhluk terpilih.

{وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ } [البقرة:111

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”” (QS. Al Baqarah: 111)

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ} [المائدة:18]

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:”Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya” (QS. Al Maidah: 18)

Dan yang semestinya kita ketahui bersama, bahwa kaum Yahudi itu setelah mencoba membunuh Al Masih Isa bin Maryam, dan Allah menjaga Nabi Isa dari usaha mereka tersebut, ternyata makar mereka sama sekali tidak berkurang sampai Allah memecah mereka menjadi banyak golongan dan menyempitkan mereka sesempit-sempitnya.

Dan mereka tidak memiliki kekuasaan sampai diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Merekapun kufur kepada beliau dan mendustakannya. Kemudian Allah menyempurnakan adzab-Nya kepada mereka dan menhancurkan mereka sehancur-hancurnya, serta menghinakan mereka sehina-hinanya. Kehinaan ini terus ada pada mereka hingga diturunkannya Nabi Isa ‘Alaihissalam di akhir zaman kelak. Akan dihentikan semua ulah mereka dan dibunuh semua dari mereka yang tersisa. Dan bumi dibersihkan dari para penyembah salib.

Inilah sebagian kabar yang datang dari Al Qur’an Al Karim mengenai keadaan kaum Yahudi yang dimurkai dan dilaknat ini. Agar kaum Muslimin mengetahu sejarah hitam dari kaum tersebut. Kehidupan mereka itu kelam dan penuh dengan kekufuran, permusuhan, kezaliman dan kedustaan. Mereka tidak merasa aman terhadap kejahatan mereka sendiri, dan mereka tidak henti-hentinya berbuat keji hingga tidak ada perasaan aman di setiap waktu dan keadaan karena kesesatan dan permusuhan yang mereka perbuat. Selain itu, hikmah Al Qur’an mengabarkan hal ini juga agar setiap Muslim menyadari kadar nikmat Allah yang diberikan kepadanya yang berupa agama yang hanif dan juga berupa nikmat ilmu dan iman. Maka sungguh segala puji bagi Allah dari awalnya hingga akhirnya.

Sesungguhnya seorang Mukmin dalam setiap keadaannya dan setiap perkaranya, baik di kala sulit maupun lapang, dikala senang maupun susah, ia tidak merasa takut kecuali kepada Allah dan tidak meminta jalan keluar kecuali kepada Rabb-nya sebagai penghulunya dan penolongnya. Wahai Allah, Engkau lah tempat mengadu dan Engkau lah yang mencukupi kami. Wahai Dzat yang mengabulkan doa orang kesulitan ketika ia berdoa, dan menguatkan hati orang yang rapuh ketika ia menengadahkan tangannya dan menghilangkan kegelisahan orang yang gelisah ketika ia menundukkan diri kepada-Nya dan berharap pada-Nya. Wahai Rabb kami, sesungguhnya kaum Yahudi berbuat makar terhadap saudara-saudara kami di Palestina, berupa pembunuhan dan pengusiran. Kaum Yahudi menghancurkan dan menyabotase rumah-rumah mereka, mencoreng dan merusak kehormatan mereka. Betapa banyak rumah yang telah hancur dan betapa banyak kehormatan yang dicoreng. Betapa banyak wanita yang diperkosa, betapa banyak darah yang telah mengucur, dan betapa banyak anak-anak yang telah menjadi yatim. Sungguh arogansi kaum Yahudi semakin menjadi-jadi, semakin bertambah kesombongan dan kejahatan mereka, serta semakin besar pula perlawanan dan permusuhan mereka.

Wahai Rabb kami, wahai Dzat yang memiliki pertolongan dan kemuliaan, kepada-Mu pertolongan diminta. Wahai Dzat yang pintu-pintu-Nya dan khizanah-Nya dibuka bagi orang yang berdoa, wahai Dzat yang menggoyangkan singgasananya orang-orang zalim, wahai Dzat yang menghancurkan kekuasaan para penguasa hebat, wahai Dzat yang membatalkan tipu daya orang-orang jahat. Ya Allah, hancurkanlah kaum Yahudi yang mereka itu melampaui batas. Ya Allah, kami jadikan Engkau penolong untuk membinasakan mereka dan kami memohon perlindungan dari-Mu dari kejahatan mereka.

Sumber: http://al-badr.net/detail/9BPph26c5w
Penerjemah: tim penerjemah Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/22148-kelicikan-kaum-yahudi.html

Derita Palestina Akibat Kekejaman Yahudi

Yahudi dan orang-orang musyrik. Dua kelompok inilah musuh Islam yang paling keras dalam berupaya untuk menghancurkan umat Islam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh akan kalian dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik).” (QS. al-Maa’idah [5]: 82).

Oleh sebab itu haram hukumnya bagi umat Islam memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak akan kamu temukan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir justru berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan rasul-Nya, meskipun orang-orang itu adalah ayah-ayah mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau kerabat mereka…” (QS. al-Mujadilah [58]: 22).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kecintaan, berkasih sayang, dan hubungan perasaan di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang kesakitan, maka semua anggota tubuh yang lain pun akan saling membantunya dengan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari [6011] dan Muslim [2586], dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ini lafazh Muslim).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa seorang mukmin akan turut merasa susah dan sedih karena sesuatu yang membuat susah dan sedih saudaranya sesama mukmin yang lain.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 163).

Sesungguhnya bumi Palestina merupakan bagian dari tanah air kaum muslimin. Kaum muslimin yang berada di sana adalah saudara-saudara kita seaqidah. Musibah yang menimpa mereka akibat kekejaman Yahudi merupakan musibah yang menimpa kita pula. Doa dan bantuan kita untuk mereka adalah wujud persaudaraan di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika Allah menolong kalian, maka niscaya tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Namun, jika Allah membiarkan kalian (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah lagi yang dapat menolong kalian setelah-Nya. Maka kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal.” (QS. Ali Imran [3]: 160).

Penulis: Ari Wahyudi S.Si.
Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21542-derita-palestina-akibat-kekejaman-yahudi.html

Al-Azhar: ‘UU Rasis’ Israel akan Gagal Halangi Perjuangan Bebaskan Baitul Maqdis

Al-Azhar asy Syarif mengecam keras langkah ‘Israel’ menyetujui UU Negara Yahudi, sebagai langkah rasial yang mengungkap hakikat penjajah tanah Palestina.

Al-Azhar menegaskan, langkah illegal yang ditempuh ‘Israel’ merupakan rangkaian pelanggaran baru terhadap eksistensi bangsa Palestina, dimulai dari perjanjian Balfour 1917, dilanjutkan klaim Amerika Serikat (AS) yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem (Baitul Maqdis) Ibu Kota ‘Israel’,  pada Senin,  14 Mei 2018.

“Al-Azhar dengan keras mengecam … apa yang disebut ‘Undang-undang Negara Bangsa (Yahudi)’ dalam sebuah langkah mencerminkan rasisme yang buruk dan membuktikan sifat sebenarnya dari pendudukan itu,” kata lembaga Islam bersejarah itu dalam pernyataannya yang dibagikan pada akun media sosialnya sebagaimana dikutip al Ahram.

Hari Kamis, anggota parlemen Zionis ‘Israel’, Knesset,  menyetujui dan meloloskan ‘Undang-undang Negara Bangsa’ yang mendefinisikan ‘Israel’ sebagai negara bangsa dari orang-orang Yahudi dan menjadikan bahasa Ibrani sebagai bahasa resmi. Penjajah juga mendefinisikan ‘UU rasis’ pembentukan komunitas Yahudi sebagai alasan kepentingan nasional.

Undang-undang apartheid ini telah memprovokasi kekhawatiran dunia yang akan menyebabkan meminggirkan warga Arab di ‘Israel’.

Undang-undang yang didukung oleh 62 anggota parlemen dan ditolak oleh 55 anggota itu menempatkan warga Arab di ‘Israel’ sebagai “orang asing permanen”.

Undang-undang rasis ini dinilai akan memulai proses jangka panjang yang akan mengikis hak dan status warga Muslim dan Kristen Arab ‘‘Israel’’, menurut kritikus.

Menurut Al Azhar, langkah rasial ‘Israel’ ini akan gagal menghadapi keteguhan dan pengorbanan bangsa Palestina, dan komitmen mereka untuk mendirikan hak negara merdeka dengan Ibu Kota Baitul Maqdis.

“Langkah tersebut merupakan babak baru dalam katalog pelanggaran dan serangan yang diderita oleh warga Palestina,” kata  pemegang jabatan ulama Islam Sunni yang dihormati dan jabatan publik penting di Mesir ini dalam sebuah pernyataan.

Al-Azhar al-Syarif menegaskan bahwa Palestina akan tetap sebagai bagian Negara Arab, yang tak bisa ditawar, meski beragam agama dan suku.

“Palestina akan selalu tetap menjadi Negara Arab, hak yang tidak dapat dicabut untuk orang-orang Arabnya terlepas dari agama dan sekte mereka,” sebagaimana dikutip MENA.

“Keputusan rasis ini akan gagal dalam menghadapi ketahanan dan pengorbanan rakyat Palestina dan hak mereka untuk memiliki negara merdeka yang ibukotanya adalah Yerusalem,” kata Al-Azhar.

Al-Azhar dianggap sebagai salah satu institusi Ahlus Sunnah (Sunni) terbesar dan paling berpengaruh di dunia.*

HIDAYATULLAH

Gerakan Rp 5.000 Sehari untuk Berbagi Ifthar Palestina

Saat kita sibuk memilih menu apa untuk iftharatau buka puasa, saudara kita di Palestina tidak lagi memikirkannya. Bagi mereka sekadar melepas dahaga dan sedikit potongan roti sudah cukup sebagai menu berbuka.

Bahkan untuk mencari tempat-tempat kongkow ifthar bareng pun tidak lagi mereka hiraukan. Bagi mereka, Ramadhan ini merupakan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan terus berharap akan datangnya sebuah hari kebebasan.

Kebebasan akan kemerdekaan sebagai bangsa yang merdeka, terlepas dari kekejaman dan penjajahan zionis Israel. Bahkan meski bulan Ramadhan, bom dan desingan peluru seakan menjadi teman mereka di kala sahur dan berbuka.

Bukan tidak mungkin di saat sahur mereka bersama, namun ada yang terpisahkan di waktu berbuka, yakni ajal yang menjemput. Sahabat, mari bantu saudara-saudara kita dengan donasi Berbagi Ifthar untuk Palestina. Dengan Rp 5.000 sehari bisa menjadi kontribusi kamu bagi rakyat Palestina.

Dana bisa disalurkan melalui rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) 700 153 4917 – Dunia Islam. Bisa juga melalui QR Code BSM. Cukup pindai QR codenya dari ponsel atau smartphone. Pastikan sudah update BSM mobile banking terbaru ya.

Di sisi lain, di penghujung akhir Ramadhan 1439 Hijriah ini, Laz BSM Umat membuka penyaluran zakat bisa secara daring di www.bsmu.or.id atau www.pastiberkah.com. Penyaluran zakat juga bisa melalui telepon 021-4228999 dan Whatsapp 08119 466 466 atau 0813 1747 4702.

Laz BSM Umat juga menerima zakat melalui QR Code BSM dan rekening Bank Syariah Mandiri 702 620 2595 A/N Yayasan BSMU – ZKT 2. Diharapkan umat Muslim bisa menyalurkan zakatnya ke Laz BSMU, sehingga penggunaan dana zakat bisa terus disinergikan untuk kemaslahatan umat.

 

 

REPUBLIKA

Takbir Iringi Keberangkatan Jenazah Imam asal Palestina menuju Gaza

Lautan takbir iringi jenazah Dr Fadi M R Albatsh,  Imam asal Palestina yang juga dosen di Malaysia sebelum diberhentikan di Surau Medan Idaman, Setapak  untuk dishalati.

Sekitar 2.000 jamaah hadir untuk ikut shalat dan memberi penghormatan terakhir kepada almarhum.  “Laillahaillallah, as-Syahid Habibullah” bergemuruh di Surau Medan Idaman, Setapak, ketika jenazah Imam  Fadi Al-Batsh dibawa ke kompleks surau.

Ikut hadir dalam shalat, para mahasiswa dan staf UniKL BMI dan Duta Besar Palestina Palestina Dr Anwar Al Agha. Anwar ikut bergabung dengan konvoi sekitar 10 mobil yang menyertai almarhum Fadi menuju bandara.

Suasana haru menyelimuti surau ketika ada jemaat menangis. Usai dishalati,  alhamrhum kemudian diberangkatkan menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Sebagaimana diketahui bahwa jenazah akan dibawa ke Gaza melalui Mesir.

Direktur Eksekutif Humanitarian Care Malaysia ( MyCARE) Kamarul Zaman Shaharul Anwar mengatakan bahwa jenazah  akan dibawa dengan menggunakan ambulance ke Perbatasan Rafah.

“Perjalanan akan memakan waktu sekitar lima jam ke Rafah, tiba di Rafah, akan dibawa ke Gaza, Palestina.

“Kedua orang tua dan saudara-saudara mereka akan menunggu mereka yang diharapkan tiba pukul 9 pagi,” katanya sebagaimana dikutip laman HMetro, Malaysia.

MyCARE mengaku akan ikut mengirim dua orang untuk mendampingi istri almarhum Enas Albatsh dan ketiga anaknya.

“Keluarga almarhum juga akan tinggal di Gaza, Palestina dan kami berharap perjalanan mereka akan dimudahkan,” katanya.

Jenazah Fadi dibawa keluar dari Rumah Sakit Selayang, pukul 12.45 siang  dengan ditutupi bendera Palestina.

Dr Fadi M R AlBatsh Fatma, yang juga pengajar di Universitas Kuala Lumpur British Malaysian Institute (UniKL BMI) ditembak dua pria asing hari Sabtu (20/04/2018) saat akan melaksanakan shalat Subuh.

Jenazah Fadi akan dibawa pulang ke Jalur Gaza, melalui Mesir melalui penerbangan Egypt Air yang dijadwalkan berangkat dari Bandara Kuala Lumpur (KLIA) pada 7 malam.

Sementara itu, penjajah Zionis mendesak pemerintah Mesir untuk tidak mengizinkan jenazah ilmuwan Palestina yang ditakuti Israel itu melewati pelintasan perbatasan Rafah menuju Jalur Gaza yang terblokade.

Menteri Perang Zionis Israel, Avigdor Lieberman, mengungkapkan hari Ahad (22/04/2018), Al-Batsh, katanya, sedang mengerjakan perbaikan roket-roket yang selama digunakan pejuang Hamas melawan penjajah.*

 

HIDAYATULLAH

Sumbangsih Pertama Indonesia untuk Palestina

Pada Desember 2017, serombongan relawan asal Indonesia melakukan misi kemanusiaan dengan mengunjungi beberapa kamp pengungsi Palestina. Melalui Hayat Yolu, sebuah lembaga non-pemerintah asal Turki yang menangani pengungsi Palestina di Beirut, mereka menyerahkan bantuan untuk musim dingin senilai 250 ribu dolar Amerika.

“Alhamdulillah, bantuan untuk pengungsian Palestina di Beirut Lebanon sudah sampai melalui Hayat Yolu. Kami tidak bisa menyaksikan secara langsung karena pemerintah setempat tidak menjamin keselamatan kami di sana,” kata artis Melly Goeslaw, yang bersama penyanyi religi Opick ikut dalam rombongan, di akun Instagram-nya, @melly_goeslaw, 23 Desember 2017.

Pemberian bantuan untuk musim dingin itu sejatinya bukan yang pertama dilakukan Indonesia. Pada pertengahan Desember 1953, Menlu Sunario Sastrowardoyo –kakak dari kakek aktris Dian Sastrowardoyo– mengirim Duta Besar Keliling (mantan menteri luar negeri di Kabinet Presidensil) Ahmad Subardjo dan anggota parlemen dari Partai Persatuan Tarbiyah Islam (Perti) Siradjuddin Abbas ke Yerusalem guna memenuhi undangan dari General Islamic Congress/Conference atau Muktamar Umum Islam. Kedua wakil Indonesia itu datang sebagai peninjau.

Muktamar tersebut diprakarsai Ikhwanul Muslimin dengan sokongan dana 100 ribu dolar Amerika dari pemerintah Arab Saudi. Namanya sengaja mengambil nama sama dengan muktamar sebelumnya yang dipimpin Mufti Besar Yerusalem Mohammad Amin al-Husayni pada 1931. Harapannya, ujar pakar politik Islam dan Timur Tengah Martin Kramer mengutip Al Ahram edisi 10 Desember 1953 di laman pribadinya, martinkramer.org, “Amin bersedia memimpin muktamar itu lagi. Ketika itu Amin bermukim di Damaskus, namun otoritas Yordania mencekalnya (ke Palestina).”

Kedua wakil Indonesia itu berangkat dari Jakarta pada 1 Desember via Singapura, Bangkok, Karachi, Baghdad dan mendarat di Kairo pagi dua hari kemudian. Siangnya, mereka menemui mantan sekjen Liga Arab Abdurrachman Azam di Kairo.

“Haji Abbas dan saya diterima di kediamannya. Dinyatakan penghargaan tinggi atas beleid pemerintah Indonesia untuk mengirim peninjau-peninjau ke Muktamar Islam di Yerusalem. Ini berarti betapa besar minat rakyat Indonesia terhadap perkembangan Islam di dunia,” tulis Subardjo dalam Kesadaran Nasional, Sebuah Otobiografi.

Hari berikutnya, Subardjo dan Abbas terbang ke Yerusalem menggunakan pesawat Air Jordan. Di Yerusalem, anggota peninjau Indonesia di muktamar itu bertambah dua dengan masuknya Salim al-Rasjidi (staf perwakilan Indonesia di Mesir) dan Abdul Mukti Ali (mahasiswa merangkap perwakilan Indonesia di Karachi).

Muktamar yang sedianya dibuka sejak 3 Desember itu menjadi forum masing-masing perwakilan negara peserta menyuarakan pandangan tentang situasi Palestina, terutama setelah Israel merebut sebagian besar Yerusalem. Hanya Yerusalem Timur kala itu satu-satunya wilayah yang masih dikuasai militer Yordania.

Usai muktamar, keesokan harinya para partisipan diajak mengunjungi sejumlah situs di kota tua Yerusalem. Mereka juga mengunjungi kamp-kamp pengungsian di perbatasan Israel-Palestina seperti di Deheisha dan Qibya. Subardjo dan ketiga koleganya melihat sendiri betapa memprihatinkan keadaan kamp-kamp pengungsian itu. Kondisi para pengungsi begitu mengenaskan. Mereka tak hanya kekurangan makanan tapi juga pakaian tebal untuk melewati musim dingin. Beberapa utusan yang berpidato di hadapan para pengungsi tak jarang diiringi emosi dan air mata.

“Saya mengunjungi Qibya dan meragukan apakah kita semua manusia. Semoga keraguan ini tak bertahan lama,” cetus Sayyid Qutb, salah satu petinggi Ikhwanul Muslimin, dikutip Kramer dari suratkabar Ha-Po’el Ha-Tza’ir, 22 Desember 1953.

Bantuan yang mengalir masih jauh dari tuntutan kebutuhan para pengungsi. Meski ada UNRWA atau Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, kala itu masih sedikit negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendonasikan bantuan. Indonesia termasuk di dalamnya –itu menjadi sumbangan nyata pertama Indonesia untuk Palestina. “Indonesia juga turut menyumbangnya, kira-kira 60 ribu dolar Amerika, khusus untuk Palestine Relief Fund (Sumbangan Pengungsi Palestina),” lanjut Subardjo.

Subardjo dan Abbas sempat menghadiri jamuan Raja Yordania Hussein bin Talal sebelum kembali ke tanah air keesokan harinya. Setibanya di Jakarta, Subardjo dan Abbas menyampaikan hasil dan kesimpulan muktamar berupa resolusi dan anjuran. Inti resolusi, persoalan Palestina harus menjadi tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia dengan bersatu dalam persaudaraan. Adapun usulan lain yang diharapkan adalah dibangunnya jalur keretapi Hejaz-Amman, dan pendirian konsulat di Yerusalem oleh negara-negara Islam.

Sementara, anjuran yang dihasilkan dari muktamar itu berisi tujuh poin desakan kepada pemerintah negeri peserta. Antara lain, pemerintah negara peserta muktamara memikul persoalan Palestina sebagai persoalan setiap Muslim dan memaknai bahwa mempertahankan tanah suci di Yerusalem sebagai kewajiban fardlu ain, menurut kesanggupan masing-masing; menentang dan mengharamkan setiap hubungan perdagangan dengan Israel; melakukan tindakan nyata untuk membuka jalan bagi beraneka bantuan terhadap para pengungsi Palestina; memperingatkan negara-negara yang pro-Israel bahwa sokongannya terhadap Israel berarti permusuhan terhadap negara-negara yang pro-Palestina; dan menjadikan tanggal 27 Rajab sebagai Hari Palestina. Tanggal ini merujuk pada hari pembuka muktamar, 3 Desember 1953 yang bertepatan dengan 27 Rajab dalam kalender Islam.(kl/historia)

 

Penulis: Randhy Wirayudha

ERA MUSLIM

Melly Goeslaw: Warga Palestina Sengsara di Negeri Sendiri

Sebagai negara dengan pendududk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia tentu memiliki kontribusi besar dalam membantu negara sesama Muslim yang mengalami keadaaan yang memprihatinkan, termasuk Palestina. Beberapa tahun belakangan, Indonesia fokus melakukan gerakan untuk membantu saudara-saudara sesama Muslim yang kurang beruntung di Palestina.

Kondisi Palestina yang hingga kini masih memprihatinkan, mengingat dentuman bom dan nuklir yang menghantam dataran Palestina tanpa kenal ampun. Tak terhitung sudah jumlah orang dewasa, perempuan hamil, hingga anak balita yang tewas akibat serangan biadab Israel. Bukan hanya harta dan nyawa yang hilang, tapi juga psikologis yang rapuh dan trauma mendalam yang tertinggal bagi mereka yang selamat dari dentuman bom.

Banyak warga Palestina yang diungsikan di negara-negara tetangga seperti Iran, Libanon dan Suriah untuk mengembalikan kondisi psikologis mereka. Meskipun banyak diantara mereka yang memilih menetap dengan harapan dapat menemukan jenazah keluarga mereka yang tertimbun puing-puing bangunan.

Keprihatinan serta rasa empati warga Indonesia sebagai saurada sesama Muslim ditampung oleh banyak asosiasi dan kelompok-kelompok penggiat sosial. Aliran donasi, bantuan berupa makanan, pakaian, hingga obat-obatan juga dikumpulkan utuk selanjutnya disalurkan kepada tangan-tangan kecil warga Palestina yang menanti uluran kasih.

Giat sosial untuk Palestina pada satu waktu saja, tapi juga berlanjut hingga sekarang. Sahabat Palestina Memanggil (SPM) salah satunya. Asosiasi yang dipimpin oleh Salim Assoba ini, terus berkontribusi dengan mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari tangan-tangan dermawan yang tergerak hatinya untuk membantu sesama.

Menurut Direktur Utama SPM, Salim Assoba, kegiatan sosial yang telah tergerak sejak pertengahan tahun ini, tepatnya 31 Mei 2017, SPM berhasil mengumpulkan sekitar Rp 5 miliar bagi warga Palestina. Donasi yang berupa uang, obat-obatan dan bahan makanan itu, kata Salim akan diberikan kepada warga Palestina yang saat ini tengah mengungsi di Iran, Libanon dan Suriah.

“Kita telah siapkan 15 orang yang akan langsung memberikan donasi (ke Iran, Libanon, dan Suriah),” kata Salim saat memberikan keterangan kepada awak media di acara Peringatan Palestine Solidarity Day 2017, Depok, Ahad (26/11).

Di antara 15 orang tersebut, turut bergabung pula penyanyi kondang seperti Melly Goeslaw dan Opick yang akan mewakili SPM menyalurkan bantuan dari Indonesia untuk Palestina. Rombongan ini, lanjut Salim, rencananya akan berangkat pada 13 Desember 2017 nanti, dan menghabiskan waktu sekitar 13 hari untuk menemui para pengungsi Palestina yang tersebar di Iran, Libanon dan Suriah.

“Pertama mereka akan ke Iran dulu, karena di sana pengungsinya paling banyak, mungkin di Iran bisa sekitar sembilan hari,” kata dia.

Terkait donasi yang telah terkumpul, Salim mengatakan, sangat bersyukur dengan apresiasi dan empati dari masyarakat Indonesia yang mau menyisihkan sedikit kekayaannya untuk membantu saudara sesama muslim yang kurang beruntung. Dia juga berharap, dengan diadakannya acara ini, sisi kemanusiaan masyrakat Indonesia akan lebih terbangun sehingga citra Indonesia sebagai negara yang memiliki solidaritas tinggi dapat lebih terbentuk.

“Kami sangat senang, karena tidak mengalami banyak kesulitan saat proses pengumpulan dana berlangsung. Kami juga ucakan banyak terima kasih, semoga segala keikhlasan dan kepedulian para donatur dapat digantikan berjuta kali lipat oleh Allah SWT,” kata Salim.

Melly Goeslaw mengaku, sangat senang dan bersyukur karena diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan SPM. Saat ditanya mengenai perasaannya mendapatkan kesempatan bertegur sapa langsung dengan warga Palestina, Melly mengaku, kehilangan kata-kata.

“Saya tidak bisa berkata apa-apa, yang jelas saya harap bantuan yang telah sama-sama kita kumpulkan ini dapat berguna bagi mereka (Palestina),” kata Melly.

Pelantun Ayat-ayat cinta ini menganggap, kegiatan membantu Palestina, bukan hanya berpatok pada dasar agama, namun juga kemanusiaan. Penderitaan dan kesengsaraan yang harus diterima Palestina di negara mereka sendiri, kata Melly, seharusnya dapat membangkitkan rasa syukur kepada siapapun yang nasibnya lebih beruntung, khusunya Indonesia.

“Kita (Indonesia) jauh lebih beruntung karena masih bisa bekerja dengan nyaman, beribadah juga aman, dan masih bisa berkumpul bersama keluarga. Ini bukan hanya berbicara tentang agama, tapi asas kemanusiaan,” ujar Melly.

Sebagai sesama manusia yang memiliki keinginan untuk dapat hidup tenang, kata Melly, tentu kejadian yang menimpa Palestina dapat menggetarkan hati nurani, bukan hanya sesama muslim tapi juga seluruh dunia. Tangisan kehilangan, rasa sakit, dan luka fisik dan mental yang dirasakan Palestina akan membangkitkan kesadaran dan jiwa sosial setiap manusia untuk saling bahu-membahu menolong mereka yang kesulitan, terlepas dari status, pangkat, agama, negara dan RAS.

“Walalupun saya tidak mengenal mereka (Palestina) tapi mereka tetap saudara saya. Karena saudara bukan hanya yang terhubung oleh aliran darah, tapi juga rasa saling peduli,” kata wanita yang akrab disapa Teh Melly itu.

Salah satu donatur, Khodijah mengatakan, sangat mendukung kegiatan SPM. Menurut dia, acara sosial seperti ini harus terus berjalan, bukan hanya untuk Palestina tapi juga orang-orang yang dianggap membutuhkan bantuan. Saat ditanya mengenai pendapatnya tentang Palestina, ibu dua orang anak ini langsung dibendung air mata.

‘Prihatin’ adalah kata pertama yang keluar dari mulut ibu berusia 45 tahun ini. Dia mengatakan tak dapat membayangkan jika dia dan keluarganya yang harus mengalami kejadian seperti yang dialami warga Palestina. Dia juga berharap, warga Palestina dapat diberikan ketabahan dan kekuatan untuk terus berjuang melanjutkan kehidupan.

“Tidak ada yang bisa saya lakukan. Meskipun donasi yang saya berikan tidak banyak, tapi saya harap bisa sedikit membantu penderitaan mereka (Palestina),” kata Khodijah sambil menyapu air matanya.

Saat berkunjung nanti, rombongan Sahabat Pelestina Memanggil (SPM) rencananya akan mengunjungi posko-posko pengungsian untuk memastikan agar seluruh donasi yang telah terkumpul benar-benar dapat dinikmati langsung oleh warga Palestina. Selain itu, kegiatan ini juga telah didukung oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) yang secara jelas menyatakan Masjidil Aqsa sebagai warisan milik Palestina, bukan Israel.

“SPM mengajak PBB dan seluruh masyarakat seluruh dunia untuk lebih memperhatikan para nagara-negara yang membutuhkan bantuan, khususnya Palestina,” kata Direktur Utama SPM, Salim Asooba.

 

REPUBLIKA

Baitul Maqdis Indikator Kekompakan Umat Islam

Baitul Maqdis atau Al Quds atau Yerusalem, adalah indikator penting untuk melihat kondisi umat Islam. Apakah umat Islam kuat atau lemah, bersatu atau terpecah, akan dengan cepat berdampak pada kota ini. Kota yang memang sangat diinginkan oleh para penguasa dan bangsa-bangsa, terutama penganut agama Abrahamik.

Ya, sejarah selalu berulang. Bila umat Islam sedang kuat dan bersatu, maka Baitul Maqdis selalu berada dalam naungan Islam. Sebaliknya, jika umat Islam sedang lemah dan berpecah, maka Baitul Maqdis selalu lepas ke tangan orang lain. Tarikh Islam, sejak era Khulafaur Rasyidin sampai dengan zaman now, merupakan cermin yang sangat jelas menunjukkan hal itu.

Pembebasan pertama

Kabar gembira (bisyarah) pembebas an kota para nabi itu, sudah disampaikan Nabi Muhammad SAW. “Perhatikan enam tanda-tanda hari Kiamat: pertama, wafatku; kedua, penaklukan Baitul Maqdis….” (HR Bukhari No 3217 dari sahabat’Auf bin Malik RA). Dan, realisasi bisyarah segera cepat ter wujud, tepat berurutan seperti yang disam paikan Nabi. Sebab, pembebasan itu hanya berlangsung kurang dari lima tahun sejak wafatnya Sang Nabi. Nabi wafat pada Juni 632. Sedangkan, Baitul Maqdis dibebaskan pada April 637. Pembebasan itu terjadi 17 ta hun sejak peristiwa Isra’ Mi’raj yang ber langsung pada tahun 620.

Pembebasan pertama ini, merupakan yang paling mulus. Ini sekaligus memper lihatkan kekuatan Islam yang sedang me mun cak. Betapa tidak, setahun sebelum Khalifah Umar memasuki Baitul Maqdis, pa sukan Muslim lebih dulu mengalahkan dua superpower, yaitu Romawi Byzantium dan Sassanid Persia, dalam dua perang habishabisan dan menentukan jalannya sejarah, yaitu Perang Yarmuk dan Perang Qadisiya.

Romawi Byzantium dikalahkan secara telak dalam Perang Yarmuk oleh pasukan Muslim yang dipimpin Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid. Sedangkan, Sassanid Per sia dikalahkan, juga secara telak, dalam Pe rang Qadisiya, oleh pasukan Muslim yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash. Kedua kemenangan desesif tersebut berhasil diraih kendati pasukan Islam berjumlah sedikit dan tertinggal dari sisi teknologi. Bisyarah penaklukan kedua adikuasa itu juga pernah disampaikan Nabi: “Jika Kisra binasa maka tidak akan ada lagi Kisra lain sesudahnya dan jika Kaisar binasa maka tidak akan ada lagi Kaisar lain sesudahnya.

Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh kalian akan mengambil perbendaharaan kekayaan keduanya di jalan Allah” (HR Bukhari). Peristiwa itu kemudian terjadi. Setelah Perang Qadisiya yang diikuti pembebasan Al Madain (Ctesiphon), ibu kota Sassanid- Per sia, sisa pasukan terakhir Persia dikalah kan dalam pertempuran Nihawand pada 642. Setelah itu kekaisaran Persia tamat, dan tak pernah ada lagi kisra yang muncul.

Sedangkan, riwayat kekaisaran Romawi berakhir dengan penaklukan Konstantino pel, ibu kota Romawi Byzantium, oleh Mu hammad Al Fatih pada tahun 1453, dan sete lah nya kekaisaran Romawi pun tutup buku. Memang, di Barat, pada saat itu, sempat muncul pula Kekaisaran Romawi Suci (Holy Roman Empire), dengan kaisar terkenalnya yang bernama Charlemagne. Kekaisaran ini beribu kota Aachen, yang merupakan kota bekas tempat mantan presiden BJ Habibie menimba ilmu di Jerman. Tapi, betapapun namanya mirip, dan kaisar Romawi Suci ini dimahkotai oleh Paus di Roma, namun tidak ada hubungan genealogis dengan kekaisaran Romawi yang didirikan Augustus Caesar.

Setelah menang dalam dua peperangan besar tersebut, pasukan Muslim kemudian menuju Baitul Maqdis, dan mengepungnya selama enam bulan, sejak November 636 sampai dengan April 637. Akhirnya, Yerusa lem menyerah dengan syarat, kota itu dise rah kan langsung kepada Khalifah Umar bin Khattab. Dan, kunci kota itu kemudian diserahkan oleh Patriark Sophronius, wakil Romawi Byzantium di Yerusalem, kepada Khalifah Umar.

Jatuh ke tangan Pasukan Salib

Selama ratusan tahun kemudian, Baitul Maqdis berada dalam naungan Islam. Yang berganti hanya kekhalifahan atau daulah yang memerintahnya. Setelah berada di bawah Khalifah Rasyidun yang berpusat di Madinah, Baitul Maqdis berturut-turut berada di bawah Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus; Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.

Seiring melemahnya Abbasiyah, kontrol efektif kawasan Asia Tengah, Syam, sampai dengan Asia Kecil (Anatolia), berada di tangan Kesultanan Seljuk Turki, sedangkan Kekhalifahan Baghdad hanya menjadi sim bol. Sementara, Mesir dan wilayah tanduk Afrika diperintah oleh Dinasti Fathimiyah.

Belakangan, Kesultanan Seljuk Turki (Sel juk Raya) yang berpusat di Isfahan pun ter bagi dua, dengan terbentuknya Kesul tan an Seljuk Rum. Terpecahnya Kesultanan Seljuk Raya itu terjadi sepeninggal Sultan Alp Arsalan, salah satu sultan legendaris Sel juk Raya, yang berjasa mengakhiri pengaruh Romawi Byzantium di sebagian besar Anatolia. Kesultanan Seljuk Rum didirikan Kilij Arsalan, salah seorang keponakan jauh Alp Arsalan. Selain itu, sebagian wilayah Anatolia juga dikuasai oleh negara-negara kecil yang disebut beylik-beylik (setara dengan emirat atau principality-Red).

Seljuk dan Fathimiyah, yang kebetulan menganut mazhab berbeda, sering terlibat persaingan, konflik, dan pertikaian. Ter utama, dalam memperebutkan pengaruh di wilayah Syam dan Hijaz, yang merupakan lo kasi tiga tanah suci, yaitu Makkah, Madi nah, dan Baitul Maqdis. Perpecahan dan pertikaian itulah, yang kemudian berujung pada terlepasnya Baitul Maqdis.

Saat Pasukan Salib bergerak dari Eropa, yang pertama kali berhadapan dengan me reka adalah Kesultanan Seljuk Rum. Pada awal 1097, Pasukan Salib ‘tak resmi’ yang terdiri dari orang-orang biasa (people cru sade) yang dipimpin Peter Amien, memasuki wilayah Anatolia, dengan mudah dikalahkan oleh pasukan Kilij Arsalan. Namun, tidak demikian dengan Pasukan Salib I yang dipimpin oleh para pangeran atau dikenal sebagai Princes’ Crusade. Pasukan Salib I yang dipimpin Godrey, Raymond, dan Bohe mond, memasuki Anatolia pada pertengah an 1097 dan mereka berhasil mengalahkan Seljuk Rum, memaksa Kilij Arsalan mundur dan memindahkan ibu kotanya dari Iznik (Nikosia) di tepi Laut Aegean, ke Konya.

Maka, pasukan Salib pun melanjutkan ber gerak menuju wilayah Syam, yang meru pa kan daerah kekuasaan Kesultan Seljuk Raya dan mengambil alih satu per satu kota dan benteng Muslim, sampai akhirnya me reka tiba Intakiyyah (Antioch). Selama lima bulan mereka mengepung kota tersebut, sejak Oktober 1097. Pada Maret 1098, kota penting di utara Suriah itu akhirnya jatuh. Ke sultanan Seljuk mengirimkan pasukan untuk merebut kembali kota itu, namun gagal.

Sebuah cerita mengenaskan tentang per tikaian internal yang parah pun kemudian terungkap di sana. Saat Pasukan Salib telah berada di Intakiyyah, Fathimiyah justru melihatnya sebagai peluang untuk mengusir Seljuk. Alih-alih bekerja sama untuk meng usir Pasukan Salib, para pembesar Fathi miyah justru menegosiasikan kesepakatan pembagian wilayah Seljuk dengan Pasukan Salib. Kesepakatan yang mirip dengan Per janjian Sykes Picot. Perjanjian itu diteken kedua belah pihak di Intakiyyah pada Fe bruari 1098. Fathimiyah mendapatkan wila yah Tyre dan Sidon, yang terletak di pantai timur Mediterania.

Para sejarawan menilai, dalam perjan jian tersebut Fathimiyah seolah tak mema hami bahwa goal Pasukan Salib sesungguh nya adalah Baitul Maqdis atau Yerusalem. Padahal, saat perjanjian itu dibuat, kontrol atas Baitul Maqdis telah berada di bawah Fathimiyah, yang baru saja mengambil alih kota itu dari Seljuk. Bahkan, seolah percaya Pasukan Salib tak akan menyerang Baitul Maqdis, Fathimiyah hanya menempatkan pasukan kecil untuk menjaganya, yang jumlahnya tak lebih dari lima ribu orang.

Pada Mei 1099, Pasukan Salib dengan personel ratusan ribu orang bergerak me nuju Baitul Maqdis. Pasukan Salib mema hami betul bahwa butuh waktu sekitar dua bulan bagi Fathimiyah untuk membentuk pa sukan besar untuk mempertahankan Baitul Maqdis. Pasukan Salib pun bergerak cepat dan mengepung kota itu pada 7 Juni 1099. Hanya sebulan kota itu mampu berta han, dan pada 15 Juli 1099, kota itu akhirnya jatuh, diiringi pembantaian mengerikan atas penduduknya. Para saksi mata mencatat genangan darah sampai setinggi mata kaki dan mayat ditumpuk-tumpuk bak piramida.

Selanjutnya, Masjid Al Aqsa diubah men jadi istana Kerajaan Yerusalem, sedang kan Masjid Kubah Batu diubah menjadi gereja. Sejak 1141, Masjid Al Aqsa yang diubah na ma nya menjadi Templum Salomonis (Kuil Su laiman), menjadi markas Ksatria Templar, sedangkan Masjid Kubah Batu yang diberi nama Templum Domini (Kui Tuhan) tetap menjadi gereja.

Untuk merebut Baitul Maqdis, Fathimi yah kemudian menyiapkan pasukan besar yang langsung dipimpin wazir Al Afdal Sya hansyah. Namun, mereka dikalahkan secara te lak dalam Pertempuran Askalon pada Agus tus 1099. Dan, sejak itu, Kerajaan Yeru salem berdiri di sana, di tengah wilayah kaum Muslim, persis seperti saat ini. Muslim yang terpecah belah, dengan bermuncul annya raja-raja kecil, lebih tertarik mengurus wilayahnya masing-masing, ketimbang meng amblih alih Baitul Maqdis.

Pembebasan kedua

Setelah shock kehilangan Baitul Maqdis, perlahan muncullah angin segar. Aljazeera, dalam film dokumenter bertajuk The Crusa des, An Arab Perspective, menggambarkan nya dengan kemunculan tipologi kepemim pinan baru di dunia Islam, yaitu warrior king/princes. Dengan model pertamanya adalah Maudud ibn Altuntash, seorang atabeg (semacam emir atau gubernur) Sel juk di Mosul. Dialah yang ditunjuk oleh Sul tan Seljuk, Muhammad I, untuk melawan Pasukan Salib di berbagai front, untuk mem pertahankan sejumlah kota seperti Damas kus dan Aleppo.

Suatu hari, Gubernur Damaskus, Tugh te kin, meminta bantuan Maudud untuk meng hadapi Pasukan Salib. Dan, dalam Per tempuran Sannabra di dekat Danau Tiberias, pada 28 Juni 1113, pasukan Maudud berhasil mengalahkan Pasukan Kerajaan Yerusalem yang langsung dipimpin Raja Baldwin I. Menyikapi kekalahan Pasukan Salib terse but, sejarawan Kristen, William of Tyre, me nu lis bahwa “Langit telah menolak Pasukan Salib”. Sebab, bila Tuhan bersama Pasukan Salib, William mengatakan pastilah mereka tak akan terkalahkan.

Namun, saat diundang oleh Tughtekin ke Damaskus pada akhir 1113, Maudud ter bu nuh menjelang shalat Jumat. Sejumlah se jarawan menilai, para pemimpin Islam saat itu mengkhawatirkan popularitas Maudud yang kian menanjak, sehingga mengi rimkan seorang hasyasyin untuk mem bunuhnya. Meski demikian, model kepemimpinan warrior princes tersebut kemudian berlanjut kepada para pahlawan Islam sesudahnya yang kebetulan dari Di nasti Zanki yang berkuasa di Mosul, seperti Imaduddin, Nuruddin, hingga Salahuddin.

Sebelum mengambil alih Baitul Maqdis, sebagian besar waktu yang dihabiskan Ima duddin, Nuruddin, dan Salahuddin, adalah mempersatukan wilayah Islam, mulai dari Damaskus sampai Mesir. Setelah berhasil mempersatukan wilayah Muslim, barulah Salahuddin memusatkan perhatiannya ke Baitul Maqdis. Dan, Salahuddin Al Ayyubi akhirnya berhasil mengalahkan Pasukan Salib secara telak pada Pertempuran Hittin yang berlangsung 3-4 Juli 1187, dan mena wan Raja Yerusalem, Guy de Lusignan.

Dua bulan kemudian, pada 27 Rajab 583 Hijriyah, atau bertepatan dengan 2 Oktober 1187, Salahuddin berhasil merebut Baitul Maqdis, dan dua masjid di Kompleks Haram al Sharif, Masjid Al Aqsa dan Masjid Kubah Batu, dikembalikan kepada fungsinya se mula. Maka, sejak itulah, adzan kembali ber ku mandang di tanah para nabi itu, setelah tak terdengar selama 88 tahun.

Hilangnya Yerusalem, membuat Barat menjadi shock. Dan, kemudian mengirim kan ekspedisi berikutnya. Namun, Pasukan Salib II yang dipimpin para raja, terutama Richard the Lion Heart, maupun gelombang Pasukan Salib berikutnya yang berjilid sam pai angkatan VII, tak berhasil merebut Baitul Maqdis.

Memang, pada 1229, Sultan Dinasti Ayyubiyah, Al Kamil, pernah menyerahkan Baitul Maqdis secara damai kepada pihak Kristiani, demi mengakhiri Perang Salib VI. Penyerahan itu menyusul kesepakatan Al Kamil dengan Kaisar Romawi Suci, Frede rick II. Perjanjian tersebut, antara lain men syaratkan tempat-tempat suci umat Islam tetap dikontrol oleh Dinasti Ayyubiyah yang saat itu berpusat di Mesir.

Penyerahan Baitul Maqdis ini terbilang kontroversial. Namun, sejumlah sejarawan memandang langkah tersebut sebagai se buah taktik belaka, untuk menghindari per tumpahan darah, karena sepanjang Mesir dan Suriah dalam kontrol Muslim, Baitul Maqdis akan tetap mudah diambil alih. Pada 1239, An Nasir Ad Dawud, emir Ayyubiyah di Kerak, mengambi alih Baitul Maqdis. Dia hanya sebentar menguasainya. Namun, se belum meninggalkan kota itu, dia meng hancurkan bentengnya, sehingga setiap saat kota itu mudah dimasuki. Pasukan Salib tetap menguasai kota itu hingga tahun 1244.

Pada 1244, Baitul Maqdis diambil alih oleh pasukan Khawarizm yang diundang oleh salah seorang penguasa Ayyubiyah yang sedang bertikai. Namun, pada 1246, Dinasti Ayyubiyah kembali mengontrol Baitul Maq dis.

Eropa kemudian melancarkan Perang Salib VII untuk merebut Yerusalem, namun pimpinannya Raja Louis IX dari Perancis, ditangkap oleh Sultan Turansyah dari Dinas ti Ayyubiyah. Namun, kemudian dilepaskan. Perang Salib VII tersebut merupakan gelom bang terakhir serangan dari Kristen Latin.

Jatuh ke tangan Mongol

Tapi, pertikaian internal Dinasti Ayyu biyah kemudian terjadi, yang berbuntut ter bunuhnya Sultan Turansyah. Hasilnya, ke sultanan itu terbagi dua. Di Mesir kemu dian berdiri Kesultanan Mamluk yang dipimpin Aybak, sedangkan Kesultanan Ayyubiyah merelokasi ibu kotanya ke Damaskus. Ayyu biyah tetap mengontrol Baitul Maqdis hing ga sepuluh tahun berikutnya, sebelum da tangnya gelombang serangan Mongol.

Tentara Mongol memasuki Baitul Maq dis pada tahun 1260. Serangan Mongol ini di pimpin oleh Jenderal Kitbuqa, seorang Kristen Nestorian. Setelah berhasil merebut Baitul Maqdis, Hulagu Khan menyurati Raja Louis IX, bahwa Yerusalem telah kembali ke pangkuan Kristen di bawah aliansi Franco- Mongol.

Saat itu, negeri-negeri Islam takluk di bawah Mongol, bahkan Baghdad dibuat hancur lebur. Benteng terakhir umat Islam yang menolak menyerah kepada Mongol saat itu adalah Mesir di bawah Dinasti Mam luk. Dan, dari Mesir lah, upaya mengambil alih Baitul Maqdis kembali dilanjutkan.

Pembebasan ketiga

Pasukan Mamluk yang dipimpin Sultan Saifuddin Qutuz dan Baibars, akhirnya ber hasil mengambil alih Baitul Maqdis setelah mengalahkan Pasukan Mongol yang dipim pin Kitbuqa dalam Pertempuran Ain Jalut pada September 1260. Mitos bahwa Pasukan Mongol tidak terkalahkan, seketika pupus di Ain Jalut. Hasilnya, pertempuran ini bu kan hanya berhasil mengusir Mongol dari Baitul Maqdis, tapi juga berlanjut pada pembebasan wilayah Islam lain dari tangan Mongol.

Sejarawan Arnold Toynbee, menyebut Pertempuran Ain Jalut sebagai salah satu pertempuran yang sangat penting, karena menjadi titik balik sejarah. Dalam pertem puran tersebut, tulisnya, Pasukan Muslim bukan hanya menghadapi Pasukan Mongol, tapi juga para penguasa Kristen di sekitar nya seperti Raja Armenia maupun Pangeran Antiochia. “Setelah kejatuhan Khawarizm, Baghdad, dan Suriah, maka Mesir merupa kan benteng terakhir Islam di Timur Te ngah,” katanya.

Saat Perang Ain Jalut sedang berlang sung, Pasukan Salib dari Eropa juga sudah ber siap-siap mendarat ke pantai timur Medi terania (kawasan Syam), dan menjadi an cam an sangat serius bagi Dunia Islam. Ka rena itu, menurut Shayyal, “Masa depan Islam dan Kristen Barat, sangat bergantung pada hasil Perang Ain Jalut.”

Setelah kemenangan di Ain Jalut, Mo ngol dibantu Raja Armenia sempat menye rang Baitul Maqdis, namun tak berhasil mengambil alih kota itu secara permanen. Dan, Baitul Maqdis tetap dalam naungan Islam. Setelah era Mamluk, Baitul Maqdis beralih ke tangan Khilafah Usmani pada 1516. Baitul Maqdis berada di tangan Us mani selama lebih dari empat ratus tahun, merupakan yang paling lama dalam sejarah dibanding kontrol Baitul Maqdis oleh ke khalifahan-kekhalifahan sebelumnya. Jatuh ke tangan Inggris dan Zionis Pada Desember tahun 1917, Baitul Maq dis jatuh ke tangan Inggris. Seperti sebelum nya, selain karena serangan langsung, lepas nya Baitul Maqdis itu didahului oleh per pecahan internal umat Islam.

Lepasnya Baitul Maqdis ini, diawali be be rapa peristiwa yang berjalin kelindan. Per tama, dibuatnya perjanjian rahasia (Per janjian Sykes-Picot) antara Inggris dan Pe ran cis –yang kemudian diikuti oleh Rusia dan Italia, untuk membagi-bagi wilayah Us mani di Timur Tengah. Perjanjian ini diteken pada 16 Mei 1916. Kedua, dibuatnya Dekla rasi Balfour pada 2 November 1917, yang berisi dukungan Inggris untuk pendirian ta nah air bagi orang Yahudi di tanah Pales tina. Ketiga, dihasutnya para penguasa Mus lim-Arab untuk melawan Khilafah Usmani.

Hanya sebulan setelah Deklarasi Balfour diteken, pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby, memasuki Yeru salem. Inggris mengambil alih kontrol atas Palestina, setelah mengalahkan tentara Usmani pada Perang Yerusalem. Jenderal Allenby memasuki Yerusalem dari arah yang dulu digunakan Khalifah Umar saat mema suki Yerusalem dengan berjalan kaki. Salah satu pernyataan Allenby yang terkenal saat memasuki Yerusalem adalah: “Baru seka rang lah Perang Salib berakhir.”

Di berbagai media Inggris saat itu, ilus trasi Perang Salib memang banyak dimun culkan. Salah satunya, dimuat dalam laporan utama Majalah Punch, edisi 19 Desember 1917, yang mendeklarasikan “The Last Crusade”, dengan ilustrasi Raja Inggris, Richard The Lion Heart sedang memandang Yerusalem dari ketinggian, sambil mengang guk puas dan bergumam: “Mimpiku akhir nya menjadi nyata.”

Memang, pers Inggris mendapat instruk si dalam sebuah memo tertanggal 15 Novem ber 1917, untuk tidak merefer operasi militer melawan Khilafah Usmani dengan istilah Perang Suci, Perang Salib Modern, atau istilah apapun terkait dengan soal ke agamaan. Namun, memo tersebut di abaikan, dan mereka tetap tetap mengguna kan istilah “Crusade” dalam mendiskusikan okupasi terhadap Yerusalem.

Hatem Bazian, pengajar Universitas Cali fornia, Berkeley, dalam tulisannya bertajuk Revisiting the British Conquest of Jerusalem di laman Aljazeera, menyatakan bahwa memo tersebut dibuat untuk mencegah friksi dengan personel militer Islam yang direkrut Inggris untuk berperang melawan Usmani. Juga untuk mencegah timbulnya masalah dengan Sharif Husein, Gubernur Usmani di Makkah, yang saat itu bekerja sama dengan Inggris untuk melawan Usmani.

Pernyataan serupa tercatat disampaikan oleh Jenderal Henri Gouraud, pimpinan militer Perancis, usai mengalahkan pasukan Raja Faisal di Suriah. Sang Jenderal, seperti dikutip Tariq Ali dalam bukunya, Clash of Fundamentalism: Crusades, Jihads and Mo dernity, menyatakan sang jenderal me ma suki Damaskus bersama pasukannya, ke mu dian pergi ke makam Salahuddin, me nen dangnya, dan berseru: “Perang Salib telah berakhir sekarang! Bangun Sala hud din, kami telah kembali! Kehadiranku di sini menahbiskan kemenangan Salib terhadap Bulan Sabit.”

Tak berselang lama setelah jatuhnya Baitul Maqdis, pada tahun 1923, Khilafah Usmani, major power terakhir umat Islam, juga dibubarkan. Sementara, pada tahun 1948, ‘negara panjajah’ Zionis-Israel yang digerakkan oleh Yahudi Eropa (Ashkenazi) berdiri di atas tanah Palestina. Bahkan, pada Desember 2017 lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyerahkan Baitul Maqdis kepada Zionis.

Dan sejarah pun berulang. Saat ini, para penguasa negeri-negeri Islam, khususnya di Timur Tengah, sibuk bersaing dan bertikai, sehingga Baitul Maqdis tak kunjung bisa dibebaskan, bahkan warga Palestina sema kin dalam terpuruk dalam penderitaan. Per tikaian Arab Saudi dan Iran saat ini, misal nya, mengingatkan pada pertikaian Seljuk dengan Fathimiyah di masa lalu.

Pendudukan Yahudi atas Baitul Maqdis ini, semakin banyak dipandang dari sisi eskatologis, tentang takdir akhir zaman di mana Muslim akan berperang dengan Ya hudi, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi selama lebih dari seribu tahun, karena orang Yahudi tak pernah menjadi kekuatan politik dan militer berarti. “Hari Kiamat belum akan terjadi sampai kaum Muslimin memerangi orang Yahudi. Mereka diserang oleh kaum Muslimin hingga bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun, batu maupun tumbuh an akan berkata, “Wahai Muslim, wahai ham ba Allah, di belakangku ada orang Ya hudi. Kemari dan bunuhlah dia!” Kecuali pohon Gharqad. Sebab pohon Gharqad adalah pohonnya orang Yahudi.” (Hadits Riwayat Muslim).

REPUBLIKA