Hukum Voucher Belanja Undian Berhadiah

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Untuk menarik konsumen saat ini banyak pengusaha membuat kupon undian kepada konsumen, kemudian kupon undian tersebut diundi untuk menentukan siapa yang akan pemperoleh hadiah.

Apa hukum kupon undian ini? Bukankah ada unsur gambling? Apakah termasuk judi atau riba?

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jawaban singkatnya kupon undian seperti itu bukan termasuk judi, juga bukan termasuk riba. Dan hukumnya tidak melanggar ketentuan syariah, alias halal dan sah.

Kenapa bukan termasuk judi? Bukankah ada unsur undian dan gambling di dalamnya?

Jawabannya bahwa tidak semua hal yang terkait dengan undian itu otomatis menjadi judi yang diharamkan. Dalam dalam kasus ini, meski pun ada undian dan terkesan untung-untungan, tetapi pada hakikatnya memang bukan perjudian.

Dalam hukum Islam memang diharamkan mengundi nasib dengan anak panah, juga diharamkan berjudi dengan undian. Tetapi sekedar melakukan undian tanpa masuk ke wilayah judi, hukumnya halal.

Ketika menentukan siapa yang berhak menjamu Rasulullah SAW setiba di Madinah, dilakukan undiian. Ketika satu orang istri saja yang boleh mendampingi Nabi SAW dalam peperangan, dilakukanlah undian. Dan ketika orang rebutan untuk bisa duduk di shaf pertama, dilakukanlah undian. Maka undian saja tanpa judi bukan sesuatu yang haram.

Hakikat Perjudian

Bila diperhatikan dengan seksama, trasaksi perjudian adalah dua belah pihak atau lebih yang masing-masing menyetorkan uang dan dikumpulkan sebagai hadiah. Lalu mereka mengadakan permainan tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan atau media lainnya. Siapa yang menang, dia berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Itulah hakikat sebuah perjudian.

Biasanya jenis permainannya memang khas permainan judi seperti main remi, kartu, melempar dadu, memutar rolet, main pokker, sabung ayam, adu domba, menebak pacuan kuda, menebak skor pertandingan sepak bola dan seterusnya.

Namun adakalanya permainan itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan perjudian. Misalnya menebak sederet pertanyaan tentang ilmu pengetahuan umum atau pertanyaan lainnya.

Namun jenis permainan apa pun bentuknya, tidak berpengaruh pada hakikat perjudiannya. Sebab yang menentukan bukan jenis permainannya, melainkan perjanjian atau ketentuan permainannya.

Tidak Semua Undian itu Haram

Di dalam hukum Islam, gambling tidak selalu identik dengan judi. Meski pun di dalam sebuah perjudian, unsur gambling memang sangat dominan. Namun tidak berarti segala hal yang berbau gambling boleh divonis sebagai judi.

Misalnya qur’ah atau undian yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. Qur’ah bukan bukan termasuk judi. Banyak riwayat menyebutkan bahwa beliau terbiasa mengundi para isterinya untuk menetapkan siapa di antara mereka yang berhak ikut mendampingi beliau dalam sebuah perjalanan.

Dahulu nabi Yunus as juga melakukan undian untuk menentukan siapa di antara penumpang perahu yang harus di buang ke laut. Dan beliau justru keluar sebagai orang terpilih dari undian.

Bukankah kedua hal di atas sangat didasari oleh gambling? Namun ternyata kedua orang nabi itu malah melakukannya. Ini bukti bahwa tidak semua hal yang berbau gambling atau undian itu haram.

Kapan Undian Menjadi Judi Yang Diharamkan?

Sebuah undian bisa menjadi judi manakala ada keharusan bagi peserta untuk membayar sejumlah uang atau nilai tertentu kepada penyelenggara. Dan dana untuk menyediakan hadiah yang dijanjikan itu didapat dari dana yang terkumpul dari peserta undian. Maka pada saat itu jadilah undian itu sebuah bentuk lain dari perjudian yang diharamkan.

Sebagai sebuah ilustrasi, misalnya sebuah yayasan menyelenggarakan kuis berhadiah, namun untuk bisa mengikuti kuis tersebut, tiap peserta diwajibkan membayar biaya sebesar Rp 5.000, -. Peserta yang ikutan jumlahnya 1 juta orang.

Dengan mudah bisa dihitung berapa dana yang bisa dikumpulkan oleh yayasan tersebut, yaitu 5 milyar rupiah. Kalau untuk pemenang harus disediakan dana pembeli hadiah sebesar 3 milyar, maka pihak yayasan masih mendapatkan untung sebesar 2 Milyar.

Bentuk kuis berhadiah ini termasuk judi, sebab hadiah yang disediakan semata-mata diambil dari kontribusi peserta.

Undian Yang Tidak Haram

Sedangkan contoh ilustrasi dari undian yang tidak haram misalnya sebuah toko yang menyelenggarakan undian berhadiah bagi pembeli. Ketentuannya, yang bisa ikutan adalah pembeli yang nilai total belanjanya mencapai Rp 50.000. Dengan janji hadiah seperti itu, toko bisa menyedot pembeli lebih besar -misalnya- 2 milyar rupiah dalam setahun.

Untuk itu mereka yang telah memiliki kupon akan diundi. Yang nomornya keluar berhak mendapatkan hadiah tertentu.

Pertambahan keuntungan ini bukan karena adanya kontribusi dari pelanggan sebagai syarat ikut undian. Namun didapat  dari bertambahnya jumlah mereka.

Hadiah yang dijanjikan sejak awal memang sudah disiapkan dananya. Meskipun pihak toko tidak mendapatkan keuntungan yang lebih, hadiah tetap diberikan. Maka dalam masalah ini tidaklah disebut sebagai perjudian.

Alasan selain itu karena pembeli yang mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000 sama sekali tidak dirugikan, karena barang belanjaan yang mereka dapatkan dengan uang itu memang sebanding dengan harganya.

Hukumnya barulah akan menjadi haram manakala barang yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan uang yang mereka keluarkan. Misalnya bila seharusnya harga sebatang sabun itu Rp 5.000, -, lalu karena ada program undian berhadiah, dinaikkan menjadi Rp 6.000, -.

Sehingga bisa dikatakan, ada biaya tambahan di luar harga yang sesungguhnya, namun dikamuflase sedemikian rupa. Namun pada hakikatnya tidak lain adalah uang untuk memasang judi.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

 

sumber: Rumah Fiqih

Erdogan Kembali Serukan Dunia Islam Bersatu Lawan Terorisme

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menyerukan dunia Islam untuk bersatu melawan terorisme, Anadolu Agency melaporkan.

“Sebagai Muslim, kita memiliki misi penting untuk berdiri melawan organisasi seperti ISIS, Al Qaidah, Boko Haram, dan al-Shabaab yang telah merugikan umat Islam karena mereka menggunakan nama Islam,” kata Erdogan dalam sebuah pidato di sebuah acara di Istanbul Ahad kemarin (27/12/2015).

Erdogan mengatakan Muslim memiliki peran besar untuk melindungi agama mereka dari eksploitasi. “Jika umat Islam tidak melakukan apa-apa untuk mencegah organisasi-organisasi teroris, semua intervensi menargetkan wilayah kita akan terus berlanjut,” ujarnya.

Presiden juga mengkritik kehadiran Rusia di Suriah. “Jika Rusia tidak melihat Suriah sebagai langkah untuk menjaga kehadirannya di Timur Mediterania, akan ada kebijakan yang berbeda di kawasan itu,” katanya.

“Apa yang Rusia lakukan di Suriah dan Irak? Apakah Anda tahu apa jawabannya?” Sejalan dengan hukum internasional, jika suatu otoritas mengundang Anda, maka Anda dapat pergi ke sana. Namun anda tidak perlu untuk membantu rezim yang menewaskan hampir 400.000 orang,” tegas Erdogan, mengacu pada dukungan Kremlin terhadap rezim Bashar al-Assad.[fq/islampos]

 

sumber: Islam Pos

Ikadi Serukan Ormas Islam untuk Bersatu

Perpecahan memang menjadi isu yang seakan tidak pernah habis di Indonesia. Untuk itu, umat Islam diminta untuk senantiasa memperkuat silaturahim melalui ormas-ormas yang ada.

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Ahmad Satoti Ismail, mengaku resah melihat banyaknya propaganda yang terjadi di Indonesia, termasuk kepada umat Islam.

Maka itu, ia meminta ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia sebagai wadah umat, untuk bersatu dan tidak pernah lupa menjalin silaturahim antar sesama.

“Kita perlu saling silaturahim, bekerja sama antar ormas-ormas Islam yang ada,” katanya kepada Republika.co.id, Ahad (14/2).

Ia mengingatkan perpecahan yang terjadi pada suatu kaum, merupakan pertanda awal atau bahkan menjadi penyebab atas malapetakan yang akan datang.

Kondisi itu, lanjut Satori, merupakan teguran keras kau NKRI bisa terancam mengalami kehancuran kalau umat Islam tidak kokoh dalam satu persatuan.

Menurut Satori, apa yang terjadi di Timur Tengah merupakan contoh yang sangat nyata, bagaimana barat begitu mudah menimbulkan perpecahan apabila umat Islam tidak bersatu.

Dengan persatuan, ia menegaskan Islam akan menjadi kokoh dan tidak akan dapat dihancurkan, sekalipun oleh propaganda barat.

Satori yang ditemui usai menggelar Munas Ikadi ke-dua, turut menyampaikan harapan agar Ikadi dapat menjadi salah satu ormas Islam yang besar di Indonesia. Dengan menjadi besar, Satori berharap Ikadi dapat memberi pengaruh-pengaruh baik kepada umat, yang semuanya bertujuan agar dapat memadukan langkah umat Islam di Indonesia.

 

sumber: Republika Online

Keruntuhan Perlahan Dunia Islam dan Tanda Kebangkitan

Sejak tahun 90-an Indonesia mulai “melek” dengan informasi-informasi mengenai perjuangan sesama saudara Muslim di belahan bumi yang lain. Di dekade tahun tersebut saat informasi masih valid diperoleh dari majalah-majalah atau buku-buku, aktivis dakwah di Indonesia sangat mengakrabi berita-berita perjuangan Muslim di Bosnia, Chechnya, Afganistan, Irak, dan Palestina. Negara terakhir yang disebutkan bahkan masih berkonflik hingga kini dengan Yahudi. Konflik yang entah kapan akan terselesaikan.

Sementara negara-negara lain seperti Bosnia, Chechnya, Afganistan, Irak, sedang terseok-seok membangkitkan diri. Konflik panjang yang terjadi di negara-negara Islam tersebut menjadi catatan betapa Islam menjadi agama yang rentan diberangus.

Bahkan ketika muncul kesadaran penuh dari rakyat-rakyat di beberapa negara Muslim di Timur Tengah seperti Mesir, Tunisia, Libya, Suriah, Bahrain yang memunculkan gelombang kebangkitan di Timur Tengah atau yang disebut denganArab Spring sekitar 5 tahun lalu, dengan kekuatan tiran, semua gelombang perlawanan tersebut dihentikan paksa. Baik dengan bantuan musuh Islam di negara yang lain atau dengan tekanan militer.

Negara mayoritas berpenduduk Islam yang masih bertahan dengan kedigdayaannya mungkin hanya Turki yang tetap saja diguncang dengan berbagai isu fitnah.

Lantas, apakah kebangkitan dunia Islam yang digadang-gadang dimulai dengan Arab Spring akan padam begitu saja?

Kita harus secara jelas meyakini bahwa Islam akan bangkit sekali lagi hingga terjadi perang akhir zaman. Optimisme yang harus dibangun setiap Muslim agar tetap berjuang menyebarkan berbagai kebaikan di muka bumi dan memadamkan api kemaksiatan.

“Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu’adz berkata: dan mereka ada di Syam.” (HR. Bukhari).

Hingga datang keputusan hancurnya bumi ini, sebagai seorang Muslim kita harus terus berjuang.

Clue sudah diberikan bahwa Syam menjadi titik tolak perjuangan kebangkitan Islam. Maka, tidak usah banyak tanya lagi ketika banyak orang menggembar-gemborkan perjuangan saudara sesama Muslim di Palestina sana. Pentingnya mendoakan mereka dan pentingnya membantu perjuangan mereka semampu kita.

Tidak hanya di Palestina, Syam mencakup pula daerah lain seperti Lebanon, Yordania, dan Suriah.Negara yang terakhir disebutkan sama dengan Palestina, sedang berkonflik.

Perjuangan rakyat yang tadinya ingin membebaskan diri dari belenggu pemerintahan tiran Bashar Al Assad berubah tragedi kemanusian yang memilukan. Bashar Al Assad berbalik membunuhi warga sipil yang melawan pemerintah dan tidak terelakkan lagi bahwa konflik di sana menjadi konflik pemusnahan umat Islam. Konflik yang berlangsung hingga kini membuat warga Suriah menjadi rakyat pengungsi terbesar yang melakukan eksodus tidak hanya lintas negara, tetapi juga lintas benua. Meninggalkan Suriah dengan ibu kota Damaskus yang menjadi basis kekuatan umat Islam di perang akhir zaman nanti, di tangan para mujahid yang tidak lelah berjuang. Meski diterpa fitnah, meski digempur kekuatan yang jauh lebih besar.

Kalau dulu musuh Islam yang tersiar luas dan memang menjadi musuh terberat adalah Yahudi dan yang identik dengan negara barat, kini Syiah telah bergabung melakukan perlawanan terselubung terhadap Islam. Mulai menjadi backingkekuatan Bashar Al Assad, hingga revolusi Iran yang kabarnya sudah masuk ke dalam pemerintahan Lebanon. Secara jelas Menteri Luar Negeri Lebanon menyatakan bahwa Iran dan Lebanon telah memiliki hubungan dan sikap yang semakin dekat.

Yordania menjadi negara yang relatif masih stabil. Keberpihakannya pada perjuangan Palestina dan perlawanan terhadap Yahudi memang masih cukup terlihat jelas. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa kemoderatan Yordania dengan sistem pemerintahannya berupa kerajaan menjadikan negara yang dipimpin oleh Raja Abdullah II ini dekat dengan dunia barat dan segala hingar bingar sekulerisme.

Dua negara yang sedang berkonflik dan dua negara yang masih disetir dengan banyak kepentingan duniawi. Maka, bersandarlah hanya pada Allah ta’ala. Setiap kita mempunyai kewajiban untuk turut serta dalam kebangkitan Islam, termasuk membantu perjuangan sesama Muslim di bumi Syam.

Allahu a’lam.

 

Oleh : Izzatun Nisa Syahidah

sumber: Bumi Syam

Rusia Gunakan Amunisi Terlarang Saat Serang Suriah

Serangan gabungan rezim dan Rusia dilaporkan telah menggunakan amunisi terlarang telah hingga menewaskan hampir 40 orang warga sipil sejak 26 Januari 2016. Hal itu sebagaimana dilaporkan lembaga pengawas HAM, Human Rights Watch (HRW).

HRW mengatakan, selama dua minggu terakhir, pemerintah Suriah dan pasukan militer Rusia melakukan serangan udara dengan menggunakan bom curah. Padahal itu dilarang secara hukum internasional.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada Senin, setidaknya ada 14 serangan menggunakan senjata di lima daerah sejak 26 Januari yang menewaskan puluhan warga, anak-anak, dan beberapa orang terluka.

Sejak 2010, konvensi internasional telah melarang penggunaan senjata amunisi karena memiliki dampak yang berbahaya.

Beberapa serangan amunisi terjadi di daerah utara Aleppo yang menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi ke perbatasan Turki.

HRW melansir, di kota Anadan, pada 27 Januari, serangan amunisi Rusia terjadi di sebuah rumah sakit yang menewaskan seorang perawat.

Pada hari yang sama di daerah Homs tengah, pesawat menjatuhkan amunisi di Kafr Laha, sebuah kota di wilayah yang dikuasai pejuang. Serangan itu menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 59 orang lainnya, termasuk 27 anak-anak.

“Kami dapat mengkonfirmasi Rusia memang menggunakan bom cluster, khususnya RBK-500 Shoab-05, RBK-500 AO-2,5RTM dan RBK-500 SPBE,” kata Kirill Mikhailov, juru bicara Tim Konflik Intelligence (CIT) seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (9/2).

Kementerian Pertahanan Rusia telah berulang kali menyangkal hal ini, bahkan mereka mengaku tidak ada amunisi termasuk di pangkalan udara Suriah.

Tapi bukti yang ditemukan dan diterbitkan media Rusia, termasuk Sputnik, dengan jelas menunjukkan, adanya amunisi terlarang yang digunakan oleh Rusia.

Kelompok pemantau Hak Asasi Manusia dari Inggris mengatakan, serangan udara Rusia sejak September tahun lalu, menewaskan sedikitnya 1.000 warga sipil, termasuk 300 anak-anak. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Memecah Belah Umat Islam, Cara Syiah Gunakan Isu Wahabi

Kelompok aliran Syiah kerap menggunakan terminologi Wahabi dalam dialektikanya untuk memecah belah umat Islam di Indonesia. Seringkali Syiah mengatakan bahwa yang memusuhi mereka adalah Wahabi. Tentunya hal ini adalah perkataan dusta dan harus diwaspadai.

Demikian diungkap oleh Wakil Sekretaris Komisi Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr Fahmi Salim dalam acara bedah buku MUI“Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia” yang berlangsung di Masjid An-Nuur, Mahogany Residence, Cibubur, Jakarta Timur.

Fahmi menilai isu Wahabi serta perselisihan yang muncul antara Salafi-Wahabi dengan Ahlussunnah wal Jamaaah (Aswaja) adalah propaganda Syiah untuk memecah belah umat Islam.

Tim penulis buku MUI tentang kesesatan aliran Syiah ini juga mengimbau umat Islam, baik itu Salafy, Muhammadiyah, Aswaja dan lain sebagainya agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalah furu’iyyah. “Yang penting kita satu koridor, Ahlussunnah wal Jama’ah,” tegasnya.

Menurut Fahmi Salim, yang paling beruntung dalam perselisihan antara sesama Muslim adalah Syiah. “Yang paling mendapat keuntungan dari perselisihan antara Salafy-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,” ujarnya.

Sementara pembicara lain, Ustadz dr. Haidar Bawazier juga menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafy berselisih, namun rujukan mereka satu, yakni Al-Qur’an dan hadits.

Perbedaan-perbedaan dalam masalah furu’iyyah, kata dr. Haidar, bisa didudukkan oleh orang-orang ‘alim (para ulama) di antara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah adalah perselisihan yang tidak akan pernah bersatu. Ajakan ukhuwah Islamiyah kaum Syiah hanya akan merugikan kaum Muslimin.

 

sumber: Harian Aceh

Relawan KNRP: Memperjuangkan Palestina Kewajiban dan Panggilan Nurani

“Semangat dan optimis! Kemerdekaan Al Aqsha dan Palestina pasti terwujud. Semoga Allah memberi kita nikmat menyaksikan hal itu,” paparnya.

 

Relawan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Widan Sulthoni menilai dukungan terhadap bangsa Palestina adalah kewajiban.

“Palestina negara yang terjajah. Sehingga pastinya ini mengetuk jiwa kemanusiaan saya untuk ikut berjuang bersama bangsa Palestina dan umat Islam lainnya,” jelas pria yang juga ketua umum LDK Al Fatih LIPIA periode 2014-2015 ini, Jum’at (1/1) kepada Bumisyam.com.

Saat ini, kata Wildan, kondisi Palestina terus digempur Israel. Gerakan perlawanan masyarakan Palestina (Intifadhah III) pun sudah memasuki bulan ketiga. Akibatnya, korban di pihak Palestina mencapai 144 syuhada. Blokade oleh Israel dan Mesir masih berjalan. Palestina memasuki musim dingin dan curah hujan yang cukup tinggi.

Kondisi yang mengusik jiwa mahasiswa S1 Fakultas Syariah LIPIA ini mengundang dirinya untuk mengajak kepedulian masyarakat terhadap warga Syam. Baik di Palestina, Suriah ataupun daerah lainnya. Mendoakan yang terbaik, dan mempersembahkan segala potensi yang dimiliki untuk berjuang bersama mereka semampunya.

“Semangat dan optimis! Kemerdekaan Al Aqsha dan Palestina pasti terwujud. Semoga Allah memberi kita nikmat menyaksikan hal itu,” paparnya.

Ditanya soal sikap sebagian masyarakat yang bertanya buat apa membantu Palestina, padahal warga Indonesia masih susah, Wildan memiliki pandangan tersendiri.

“Anggapan miring seperti itu memang ada. Tapi sekali lagi, memperjuangkan Palestina merupakan sebuah kewajiban dan panggilan nurani. Bukan berarti melupakan persoalan bangsa sendiri, tapi kita harus menyelesaikan persoalan internal dan Palestina beriringan,” terang dia. [fauzia]

 

sumber: Bumi Syam

Mungkinkah Dunia Islam Bersatu?

Sejatinya jumlah Muslim di sentero jagad raya telah mencapai 1,57 miliar jiwa. Secara kuantitas umat Islam memang begitu besar.  Menurut data yang rilis The Pew Forum on Religion and Public Life, satu dari empat penduduk di muka bumi adalah Muslim. Sayangnya, dari segi kualitas masih tertinggal dibandingkan peradaban yang lain.

Mayoritas umat Islam yang tersebar di negara-negara tertinggal dan berkembang masih dililit kebodohan dan kemiskinan. Terlebih lagi, kondisi umat Islam dunia  terkotak-kotak dan mengalami perpecahan. Tiap negara Muslim cenderung bersaing untuk memperebutkan pengaruhnya.

Terlebih, saat ini,  negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Afrika tengah menghadapi masalah dalam negeri yang amat pelik. Demo besar-besaran melanda sejumlah negara Muslim.  Palestina masih terus dijajah Israel. Selama tak bisa bersatu,  peradaban Islam sulit untuk bangkit.

Inilah salah satu tantangan yang dihadapi umat Islam.  Salah satu lembaga  atau organisasi yang diharapkan bisa mempersatukan umat Islam adalah  Rabithah al-‘Alam al-Islami atau Liga Dunia Islam. Inilah organisasi Islam transnasional (internasional) non-pemerintah yang didirikan pada  Zulhijah 1381 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Mei tahun 1962 M.

Organisasi itu terbentuk ketika terjadi krisis politik yang terjadi antara Arab Saudi dan Mesir. Kalangan intelektual, ilmuwan, dan politisi dari sejumlah negara Muslim pun bertemu dan berembuk untuk menggagas sebuah pertemuan darurat pada Musim Haji  1962. Pertemuan tersebut digagas oleh penguasa Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud.

Mereka yang hadir dalam pertemuan di kota Makkah itu menggambarkan organisasi yang baru dibentuk itu sebagai sebuah “organisasi budaya Muslim” dan “organisasi umat Islam”, melayani seluruh umat dan tidak bertindak sebagai agen pemerintah mana pun.

Memajukan dakwah Islam, menentang konspirasi yang merugikan Islam, dan membahas permasalahan masa depan umat Islam. Ketiga isu utama itulah yang menjadi tujuan dibentuknya Liga Dunia Islam pada 1962.

Liga Dunia Islam – sebagai organisasi Islam transnasional —  pada era globalisasi ini dihadapkan pada setumpuk tantangan, salahsatunya  dalam bidang informasi. Sekjen Liga Dunia Islam, Dr Abdullah bin Abdul Muhsin Atturki, mengatakan, Rabithah al-Alam al-Islami harus terus mewaspadai berbagai perubahan yang meliputi dunia Islam dan perkembangan teknik dalam bidang informasi yang dapat mempengaruhi kesadaran manusia di era globalisasi ini.

Liga Dunia Islam menekankan pentingnya mengedepankan budaya dialog guna memperkuat hubungan manusia dan meningkatkan perdamaian global. Menurut Dr Atturki, Islam menyerukan untuk menggalang dialog, pemahaman dan kerja sama antarnegara untuk kepentingan kemanusiaan.

Guna mempersatukan umat yang terkotak-kotak, Liga Dunia Islam berharap agar pelaksanaan ibadah haji bisa dijadikan momentum untuk membangun ukhuwah. Ibadah haji adalahmutiara berharga bagi umat Islam. Pada momen itulah, umat Islam akan memperluas semangat persaudaraan mereka ke level maksimal.  ”Kami (Liga Dunia Islam, red) menyeru para pemimpin umat Islam untuk memanfaatkan momen ibadah haji untuk mewujudkan persatuan umat,” ujar Dr Atturki.

 

Oleh Nidia Zuraya

sumber: Republika Online

Cara Jitu Agar Umat Bersatu

Umat Islam sebenarnya adalah komunitas yang unggul. Secara kuantitas mereka mayoritas. Jumlahnya mencapai 6,5 miliar dari jumlah seluruh penduduk dunia. Tetapi, realitas ini belum seindah yang digambarkan al-Qur`an, karena kaum Muslim belum unggul secara kualitas.

Umat Islam yang diberi gelar terhormat sebagai khairu ummah (umat terbaik) ini ternyata masih banyak termarjinalkan dalam peradaban dunia. Terbukti kita masih tidak berdaya menghadapi 5 juta kaum Yahudi yang berbuat zalim terhadap kaum Muslim di Palestina. Jumlah sebesar ini juga belum berhasil menyelamatkan nasib kita dari kungkungan kehinaan, kebodohan, dan kemiskinan.

Padahal, banyak di antara kita merupakan intelektual, pemimpin, pengusaha, dan orang-orang shaleh. Tetapi, mereka belum memiliki alasan yang sama untuk bergandengan tangan, bekerja sama dan bersinergi. Mereka lebih menonjolkan perbedaan yang bersifat furu’iyah (cabang/tidak prinsip), dan mengesampingkan banyak persamaan yang bersifat prinsip (aqidah).

 

Mengherankan

Seharusnya kita merasa heran dengan kondisi ini, sebagaimana herannya Ali Radhiyallahu Anhu saat mengomentari perpecahan di kalangan umat Islam. Beliau berkata, “Aku heran.. Aku heran.. Kalian berselisih dalam kebenaran, sedangkan musuh bersatu dalam kebatilan. Kekeruhan dalam persatuan lebih baik daripada kebersihan tapi sendirian.”

Beliau juga berkata, “Allah Ta’ala tidak akan pernah memberikan kemuliaan kepada siapa pun, bangsa mana pun, dalam perpecahan. Tidak kepada umat terdahulu, tidak pula kepada umat di akhir zaman.”

Sementara Imam Syafi’i mengatakan, “Perkara batil terkadang bisa memperoleh kemenangan karena bersatu, sebaliknya kebenaran kadang-kadang menderita kekalahan, kelemahan, dan kehinaan disebabkan perpecahan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW), sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, juga memperingatkan umatnya akan pentingnya persatuan. Beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allah menyukai bagimu tiga perkara dan membenci tiga perkara; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kalian berpegang teguh dengan agama-Nya dan tidak berpecah belah, dan Allah membenci kalian dari mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (Riwayat Muslim)

Berdasarkan dalil-dalil di atas kita meyakini bahwa Allah Ta’ala hanya memberikan pertolongan kepada kaum Muslim yang unggul dalam kualitas, bukan sekadar mayoritas.

Lantas bagaimanakah cara membebaskan umat Islam dari kungkungan perpecahan yang menguras energi serta mengubahnya menjadi persatuan yang indah? Berikut kiat-kiatnya.

 

Bangun Ukhuwah di Level Bawah

  1. Salamatush shadr min afatil qalb. Ungkapan ini berarti lapang dada menyelamatkan hati. Amalan ini terlihat sepele tapi efeknya dalam membangun persatuan sungguh luar biasa. Mengapa? Sebab sikap lapang dada melahirkan kenyamanan dalam kebersamaan.
  2. Saling memberi hadiah. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan,” (Riwayat Malik). Sementara ahli sastra Arab mengatakan, ”Jika hadiah datang maka permusuhan akan terbang (idza jaal hada thorol ‘ida).”
  3. Ucapkan salam dan jabatlah tangan. Rasulullah SAW bersabda, ”Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu dan saling berjabat tangan, kecuali dosa mereka berdua akan diampuni sebelum berpisah,” (Riwayat Abu Daud).
  4. Menyatu dengan perasaan kaum Muslim yang lain. Rasulullah SAW bersabda, ”Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang mereka dan kecintaan mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan panas tubuhnya meninggi,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
  5. Bergaul sesama Muslim dan bersabar atas gangguannya. Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang Muslim bergaul (berinteraksi sosial) dengan orang lain dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik dari pada seorang Muslim yang tidak bergaul (tidak berinteraksi sosial) dengan orang lain dan tidak bersabar atas gangguan mereka,” (Riwayat Tirmidzi).
  6. Saling menguatkan dan memasukkan rasa bahagia di hati. Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan suatu bangunan. Sebagiannya memperkuat sebagian yang lain,” lalu beliau menyilangkan jari-jarinya, (Riwayat Bukhari dan Muslim).
  7. Memaafkan kesalahan, mengingat kelebihan, melupakan sisi gelap, dan menolak untuk melanggar kehormatan mereka. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa menolak untuk melanggar kehormatan saudaranya (misalnya ghibah), maka Allah memalingkannya dari api neraka pada hari kiamat,” (Riwayat Tirmidzi).
  8. Mendoakan kebaikan tanpa sepengetahuan mereka.
  9. Bersilaturrahim ke rumahnya. Syauqi Beik mengatakan, “Jagalah dirimu sebelum kematianmu dengan menjaga sebutan baik (silaturrahim). Sesungguhnya sebutan baik merupakan umur kedua bagi manusia.”
  10. Bertemu dan berpisah karena Allah Ta’ala.
  11. Saling berdiam maksimal tiga hari. Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak dihalalkan bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam. Mereka bertemu, yang satu berpaling ke kiri dan yang lainnya berpaling ke kanan. Yang terbaik di antara mereka berdua adalah yang mengawali member salam,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

 

Bangun Ukhuwah di Level Atas

  1. Al-Itsar, atau mengutamakan saudara sekalipun dirinya kekurangan (al-Hasyr [59]: 9).
  2. Mencintai saudara Muslim melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri.
  3. Akrab, dekat, dan erat kepada sesama seperti dengan saudara seketurunan (al-mawaddata fil qurba).
  4. Memandang saudara Muslim sebagai anugrah, bukan sebagai pesaing.
  5. Meluruskan saudara yang bengkok bukan selalu membenarkannya.
  6. Rela mati demi keselamatan saudara (kisah dalam perang Yarmuk).

Resep Nabi Menyatukan Madinah

1. Menyebarkan salam.
2. Memberi makan kepada yang lapar.
3. Memperkuat jalinan silaturrahim.
4. Shalat malam.

Kisah Persaudaraan Hingga ke Kubur

Dalam perang Uhud, kaum Muslim mengalami kekalahan setelah pada perang-perang sebelumnya mengukir kemenangan demi kemenangan. Kaum Muslimin kehilangan 70 sahabat yang syahid. Di antara mereka terdapat Hamzah, paman Nabi SAW sekaligus saudara sepersusuannya.

Rasulullah SAW kemudian memberi instruksi agar setiap dua sahabat yang meninggal dikubur dalam satu liang lahat saja. Saat kaum Muslim mulai menggali makam untuk para syuhada tersebut tiba-tiba Rasulullah berteriak menghentikan mereka.

Para sahabat bertanya, “Ada apa ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab, “Carilah dua orang di antara korban peperangan ini, Amru bin Jamuh dan Abdullah ibn Haram.”

“Mengapa mereka berdua ya Rasulullah?” tanya para sahabat lagi.
Rasulullah SAW menjawab, “Kuburlah mereka berdua di dalam satu lubang karena mereka berdua ketika di dunia saling mengasihi dan menyayangi karena Allah (Ibnu Sa’ad, Ath-Thabaqat Al Kubra: 3/106).
Wallahu a’lam bishshawab.

 

sumber: Hidayatullah.com

Islamic Unity; Natural Consequences of Islamic Global Leadership

Banyak pertanyaan yang muncul setelah saya menjelaskan tentang khilafah dan syariah, dan termasuk dari FAQ adalah pertanyaan: “mungkinkah ummat Islam bersatu?!, padahal keadaan mereka tercerai berai seperti sekarang?” dan senada dengan itu pertanyaan yang lain: “Semua partai mengklaim dirinya paling benar, dan persatuan Islam tidak akan terjadi selama partai-partai belum bersatu, lalu kapankah kita akan bersatu?”

Pengertian al-Jama’ah
Sebagai pembahasan awal, saya ingin menyitir firman Allah dalam al-Qur’an yang mensyaratkan agar kaum muslim semuanya bersatu dalam satu wadah dan ikatan, dan melarangnya dengan tegas untuk bercerai berai.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai (TQS ali-Imraan [3]: 103)

Perintah untuk mengikatkan diri dalam satu ikatan dan wadah juga ditegaskan kembali dalam hadits rasulullah saw. yang sangat terkenal

ألا و إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين و سبعين ملة، و إن هذه الملة ستفترق على ثلاثِ و سبعين :
ثنتان و سبعون في النار ، وواحدة في الجنة، و هي الجماعة

Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam Neraka dan 1 golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah. (HR. Ahmad)

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

Sesungguhnya Bani Israil pecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan pecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan. Mereka berkata “Siapakah itu wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda: Apa yang aku di atasnya dan para sahabatku (HR. Tirmidzi)

Dari kedua hadits inilah muncul istilah ahlussunnah wal jama’ah, yaitu satu-satunya golongan selamat yang akan masuk surga Allah, yaitu orang-orang yang berada dalam 1 ikatan yang dinamakan al-jama’ah dan selalu mengikuti sunnah rasul dan para shahabatnya.

Imam Syatibi, Thabrani dan al-Hafidz Ibnu Hajar, ketika membahas tentang arti al-jama’ah, diantara berbagai makna yang ada menyepakati bahwa makna daripada al-jama’ah secara syar’i adalah jama’atul muslimin apabila mereka menyepakati seorang khalifah (imam), dengan kata lain al-jama’ah adalah kesatuan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan (Khilafah – Imamah)

Hal ini juga diperkuat oleh perkataan Umar bin Khattab: “Wahai masyarakat Arab, tidak ada islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan” (HR. Bukhari)

Perkataan shahabat Umar ini sangat jelas mengindikasikan pentingnya al-jama’ah, dengan menegaskan bahwa ketika al-jama’ah sudah tidak ada, maka Islam juga tidak ada. Dan ini bersesuaian dengan seluruh hadits diatas yang menekankan harusnya kaum muslimin berkumpul untuk menjadi al-jama’ah.
al-Jama’ah: Kewajiban dari Allah

Kewajiban untuk  berjama’ah ini tidak akan terwujud sebelum ada suatu kepemimpinan umum pada seluruh kaum muslimin, yaitu dengan Khilafah, dan kepemimpinan ini hukumnya wajib untuk diadakan berdasarkan dalil-dalil berikut:

Barangsiapa yang membaiat seorang imam kemudian memberikan untuknya buah hatinya dan mengulurkan tangannya maka hendaklah ia menaatinya sedapat mungkin(HR. Muslim)

Siapa yang mengangkat tangannya dari ketaatan, maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan tanpa alasan padanya.  dan siapa yang mati, sedang tidak ada di pundaknya bai’at maka matinya seperti mati jahiliyyah (HR. Muslim)

“Aku perintahkan  kepada kamu sekalian lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, ta’at, hijrah dan jihad fi sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Sampai disini kita dapat simpulkan, bahwa persatuan kaum muslim dalam bentuk al-jama’ah seperti yang diperintahkan Allah adalah wajib, maka adanya kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia, sebagai syarat terjadinya al-jama’ah juga adalah wajib. Mengangkat seorang imam dan membai’atnya untuk dijadikan pemimpin adalah langkah satu-satunya untuk mewujudkan al-jama’ah. Hal ini perlu diperhatikan, karena banyak sekali ancaman Allah pada kaum muslim yang tidak berada dalam al-jama’ah.

Harakatul Islamiyyah  (Jama’ah minal Muslimin) adalah Kewajiban

Pertanyaannya sekarang, apakah al-jama’ah ini ada? Jawabannya sudah sangat jelas, bahwa al-jama’ah ini belum ada, kaum muslim terbagi menjadi 58 negara dengan pemimpinnya masing-masing, dan tdak ada kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia.

Berdasarkan kaidah fiqh: Suatu kewajiban yang tidak terlaksana karena kurangnya sesuatu, maka sesuatu yang kurang itu menjadi wajib, al-jama’ah adalah wajib, dan tidak akan ada selama tidak ada yang memperjuangkan kepemimpinan Islam dan mengangkat khalifah (imam)nya maka membentuk suatu kelompok (jama’ah minal muslimin) dalam rangka mengorganisir dakwah Islam untuk mewjudkan al-jama’ah hukumnya juga adalah wajib.

Dan Allah telah menyampaikan dalam al-Qur’an al-Karim

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَر وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan haruslah ada di antara kamu “umat” yang menyeru kepada al-khair (Islam), menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan mereka (ummat-ummat) itulah ummat-ummat yang beruntung. (TQS ali-Imraan [3]: 104)

Bila kita teliti, ayat ini menyampaikan bahwa adanya kelompok yang merupakan bagian dari kaum muslim (jama’ah minal muslimin), yang bertugas mendakwahkan Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar adalah wajib adanya. Dan dari kata ganti hum ul-muflihuun, kita dapat mengetahui bahwa Allah memperbolehkan adanya kelompok ini lebih dari 1, karena semuanya mendapatkan pujian dan jaminan “keberuntungan” (muflihuun) dari Allah swt.

Adanya kelompok ini ditengah-tengah kaum muslim yang telah berada dalam al-jama’ah sekalipun adalah wajib, apalagi ketika kaum muslimin tidak berada dalam al-jama’ah, maka keberadaan kelompok yang memperjuangkan tegaknya al-jama’ah dengan cara menegakkan kepemimpinan Islam adalah wajib, dan wajib pula bagi kaum muslimin semuanya untuk menggabungkan diri pada salah satu kelompok (jama’ah minal muslimin) ini.

Hukum berjuang dalam salah satu harakatul Islamiyyah  (jama’ah minal muslimin)

Namun ada sebagian kaum muslim tidak mau menggabungkan diri kedalam salah satu kelompok-pun dengan berbagai macam alasan, mereka beralasan bahwa bergabung dengan kelompok-kelompok yang sekarang berarti ber-taffaruq (memecah belah) kaum muslim, dan menganggap ketika bergabung dengan gerakan dakwah, malah akan membuat kaum muslim semakin sulit bersatu, bagaimana tindakan seperti ini dalam pandangan Islam?

Hadits yang sering digunakan untuk sebagai dalil dalam perbuatan ini adalah hadits riwayat Hudzaifah al-Yamani, yang menanyakan kepada rasulullah tentang kejelekan di masa depan.

فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”  Beliau berkata : “Ya”, Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada dukhan (kesamaran)”. Aku bertanya : “Apa kesamaran itu ?” Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”  Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka” Aku berkata : “Ya Rasulullah, terangkanlah ciri-ciri mereka kepada kami?” Beliau menjawab : “Mereka dari golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita” Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini” Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya hadits ini merupakan peringatan rasulullah bagi kita untuk senantiasa berada dalam al-jama’ah al-muslimin agar kita bisa selamat dari satu masa dimana ada da’i-da’i berbicara dengan dalil Islam dan berpakaian serta dari golongan Islam yang menyeru pada pintu neraka jahannam. Sayangnya, sebagian kaum muslim tidak mengambil haditsnya secara lengkap sehingga yang dipakai hanyalah “fa’tazil tilka firaqa kullaha” (tinggalkan seluruh kelompok-kelompok itu), padahal yang dimaksud dengan kelompok yang ditinggalkan adalah terbatas hanya pada kelompoknya da’i-da’I yang menyeru kepada pintu neraka jahannam. Dan kalimat “walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu” adalah kalimat yang bisa diartikan dengan hadits lain yang semisal

فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Aku nasehatkan kepada kalian bertaqwa kepada Allah,mendengar,dan taat walaupun kepada seorang budak habasyi, karena siapa yang hidup sesudahku maka dia akan melihat perpecahan yang sangat banyak, maka atas kalian sunnahku dan sunnah para khalifah yang di atas hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah kalian dengannya, gigitlah dengan gigi geraham (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Teranglah bagi kita, bahwa ketika kaum muslim menemui zaman fitnah dengana adanya da’i yang menyeru kepada pintu neraka dan kita tidak menemui  al-jama’ah dan khalifahnya, maka seharusnya kita harus tetap berpegang pada sunnah rasul dan shahabatnya, dan tidak mengikuti da’i yang menyeru kepada pintu neraka. Dan hadits diatas tidak menjadi dalil bagi kaum muslim untuk berdiam diri dan tidak bergabung dengan kelompok manapun untuk menegakkan al-jama’ah

Walhasil, bergabung dengan salah satu kelompok (jama’ah minal muslim yang serius dan sungguh-sungguh untuk memperjuangkan tegaknya kepemimpinan dan al-jama’ah hukumnya adalah wajib, karena dengan tidak menggabungkan diri kedalam salah satu kelompok berarti sama saja kita melalaikan kewajiban Allah dan rasul-Nya untuk berada dalam al-jama’ah, sedangkan ancaman-ancaman Allah dan rasul-Nya amat jelas bagi orang-orang yang berada diluar jama’ah dan melalaikan kewajiban ini.

Dan sesungguhnya, kelompok dan harakah Islam yang ada sekarang tidaklah termasuk ber-taffaruq (berpecah belah), karena lafadz taffaruq ini disandarkan pada al-jama’ah (khilafah), jadi adanya ikatan nasionalisme yang mencerai-beraikan satu negara muslim dengan negara muslim lainnya, kesukuan yang memecah-belah ummat muslim, demokrasi yang membuat aturan lain selain sunnah rasul dan petunjuknya dan semua derivat selain Islam, inilah yang disebut dengan taffaruq dan da’i – da’i yang menyeru kepada pintu neraka jahannam.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa bagaimana proses kebangkitan islam dimulai sesungguhnya ia memerlukan kepada golongan perintis yang menegakkan kewajiban ini. Sayyid Hawwa juga mengatakan bahwa satu-satunya penyelesaian ialah harus menegakkan jama’ah. Fathi Yakan pun menyampaikan bahwa Rasulullah tidak pernah sama sekali mengandalkan kepada kerja individual (infirodiy) tetapi sejak awal beliau telah menganjurkan penegakkan jama’ah

فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ اْلغَنَمِ اْلقَاصِيَةِ

Sesungguhnya serigala akan memakan kambing yang sendirian (HR. Ahmad, Abu Daud dan an-Nasa’i)

al-Jama’ah: konsekuensi alami Khilafah Islamiyyah

Jadi persatuan Islam secara total dalam bentuk al-jama’ah hanya akan terjadi apabila khilafah tegak adanya kelompok dan harakah dakwah lebih dari satu tidak menghalangi al-jama’ah terbentuk bahkan wajib bagi kaum muslim untuk menggabungkan diri pada kelompok yang memperjuangkan tegaknya al-jama’ah (khilafah)

Ingatlah sesungguhnya rasulullah saw. Telah mengingatkan kita:

لَيَنْقُضَنَّ عُرَى اْلاِسْلاَمِ عُرْوَةً وَكُلَّمَا اِنْقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّتَ النَّاسُ بِالَّتِىْ تَلِيْهَا وَاَوَّلُهُنَّ نَقْضَ الْحُكْمُ وَآخِرُهَا الصَّلاَةُ

Ikatan-ikatan islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat (HR. Ahmad)

Sesungguhnya al-jama’ah (persatuan kaum muslimin) adalah al-jama’atul muslimin yang terjadi sebagai konsekuensi akan adanya khilafah Islamiyyah ketika khilafah tidak wujud, maka ikatan kaum muslim akan terceraikan sesungguhnya khilafah-lah yang akan menjamin ummat Islam bersatu padu!

Khilafah is just a matter of time!

 

Oleh Ustadz Felix Siauw