Awas! Jangan Remehkan Ucapan “Aamin”

JANGAN sekali-kali meremehkan “aamiin”. Maka tidak cukup di dalam hati. Nabi menjelaskan ihwal “Aamiin” ini.

Kata Nabi, “Jibril mengajariku “Aamiin”, ketika aku selesai membaca al-Fatihah. “Aamiin” itu seperti stempel untuk Alquran.” Bahkan dalam riwayat lain, “Aamiin itu adalah stempel Allah, Tuhan semesta alam.”

Abu Bakar menjelaskan, “Maknanya, “aamiin” itu merupakan stempel Allah untuk hamba-Nya. Karena ia bisa menolak segala penyakit dan bala’ dari mereka.”

Bahkan, dalam hadis lain disebutkan, “Aamiin itu salah satu tangga di surga.” Maknanya, kata Abu Bakar, “Kata yang dengannya, orang yang mengucapkannya berhak mendapatkan salah satu tangga surga.”

Wahab bin Munabbih berkata, “Aamiin terdiri dari 4 huruf (yaitu, Alif, Mim, Ya’ dan Nun), dimana di setiap hurufnya Allah ciptakan satu malaikat. Malaikat berkata (ketika ada yang mengucapkan “Aamiin”), “Allahummaghfir likulli man qala Amin (Ya Allah, ampunilah setiap orang yang mengucapkan Amin).”

Karena itu, sampai seorang penyair mengatakan, “Aamiin, Aamiin, aku tidak rela hanya dengan mengucapkan sekali, hingga aku akan mengulangnya 2000 Aamiin..” Penyair yang lain mengatakan, “Allah mengasihi seorang hamba yang berkata, ‘Aamiin”..

Nabi sendiri, ketika habis membaca al-Fatihah, selalu mengucapkan “Aamiin.” hingga bacaannya terdengar oleh barisan pertama dalam shalat. Jadi, tidak cukup mengucapkan “Aamiin” di dalam hati.

Bahkan, saking istimewanya “Aamiin”, kata Nabi, “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umatku, apa yang tidak diberikan kepada siapapun sebelum mereka: (1) “as-Salam”, yaitu salam penghuni surga; (2) Barisan malaikat; (3) Aamiin..” (Dinukil dari Tafsir al-Qurthubi, tentang Amin).

Subhanallah. Andai, kita tahu kemuliaan “Aamiin”, kita tidak akan melewatkan kata “Aamiin”, meski kelihatannya enteng. [KH Hafidz Abdurrahman]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2341483/awas-jangan-remehkan-ucapan-aamin#sthash.NErHha6r.dpuf

Sabar dan Salat, Senjata Orang Muslim

KEHIDUPAN ini ibarat medan perang, yang menuntut kesiapan dan kesiagaan bagi siapapun yang menjalaninya. Tiap-tiap jiwa sudah menjadi partisipan sejak lahir, dan akan purna ketika mereka meninggal dunia.

Pada rentang waktu yang hanya diketahui oleh Allah subhanahu wa taala ini, berbagai masalah siap menggoncang manusia agar takluk dan tunduk pada dunia yang fana. Masalah membuat manusia mudah berputus asa, lengah terhadap godaan, dan lupa kepada Tuhannya. Jika hal itu terjadi, mereka dianggap gagal mengemban misi yang telah dibebankan, yaitu sebagai khalifah di muka bumi.

“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml [27]:62)

Dalam suasana perang yang berkecamuk, wajib bagi kita untuk membekali diri dengan pelengkapan perang. Jika tidak, tentu akan berisiko besar mengalami kegagalan. Jika sudah begitu, pilihannya hanya ada tiga; pulang dengan tangan hampa, menjadi tawanan, atau mati sia-sia. Sebenarnya ada pilihan lain, yaitu bertahan hidup dan memenangkan peperangan. Namun untuk mencapai kondisi itu, semuanya harus dipersiapkan dengan matang.

Selain membekali diri dengan peralatan perang, kita juga harus mahir dalam menggunakannya. Percuma kita repot-repot membawa peralatan itu, namun tidak dapat mempergunakannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam menghadapi peperangan seperti ini kita harus rajin melatih diri. Agar ketika musuh sudah ada di depan mata, serangannya bisa kita tangkis, dan dengan mudah kita menebasnya hingga terkapar.

Sebenarnya, saya bukan hendak berbicara tentang peperangan, yang saya sendiri belum pernah mengalaminya. Mungkin secara teori garis besarnya seperti itu, tapi secara praktik wallahualam. Saya hanya ingin mengatakan (kembali), bahwa kehidupan ibarat medan perang. Lantas, seberapa siap kita menghadapinya?

Secara potensi, insya Allah kita sudah siap. Ada banyak dalil di dalam Al-Quran menerangkan bahwa Allah subhanahu wa taala telah memberikan karunia berupa kesempurnaan jasad, akal, dan hati. Salah satunya adalah, “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati..” Namun sayang, banyak di antara kita yang tidak sadar dengan potensi tersebut, hingga Allah berfirman dalam lanjutan ayat di atas, “..Amat sedikitlah kamu bersyukur!” (QS. Al-Muminun [23]:78)

Di medan perang, teori dan potensi tak akan berarti kecuali ia bertransformasi menjadi kejelian dalam bertahan, dan ketangkasan dalam menyerang. Begitupun dengan kehidupan ini. Harus ada benteng pertahanan yang kokoh, dan pedang yang tajam pada diri kita. Dan itu sebenarnya sudah ada pada diri kita. Namun, seperti yang sudah dibahas di awal, semua tergantung bagaimana kita menggunakannya.

Maka inilah saatnya kita mengetahui rahasia sukses berperang di medan laga kehidupan ini. Bahwa perisai yang paling ampuh untuk menangkis semua permasalahan dunia adalah kesabaran. Sedangkan pedang paling tajam untuk membabat habis segala macam peluang adalah keikhlasan. Ya, rahasianya adalah sabar dan ikhlas, yang Umar radhiyallahu anhu pun tidak peduli akan mengendarai yang mana apabila keduanya adalah kendaraan. [Fimadani]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2347391/sabar-dan-salat-senjata-orang-muslim#sthash.AydorInh.dpuf

Rasulullah Larang Toleransi Kebablasan dalam Agama

SIKAP toleransi, ternyata sudah diajarkan dalam agama Islam. Kita harus menghargai perbedaan satu sama lain, terutama dalam hal yang berhubungan dengan keyakinan. Ya, setiap orang memiliki kepercayaannya tersendiri. Dan kita harus menghargai itu.

Tapi, banyak orang yang kebablasan dalam bertoleransi. Mereka cenderung melakukan hal yang diyakini oleh agama lain. Padahal, kita tahu bahwa ajarannya berbeda dengan kita. Dan seharusnya, kita tidak mengikuti apa yang dilakukan oleh non-Muslim, yang bertentangan dengan syariat Islam.

Ternyata, toleransi berlebihan ini, sudah ada ajakannya sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperjuangkan agama Islam.

Suatu ketika, beberapa orang kafir Quraisy yaitu Al Walid bin Mughirah, Al Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka menawarkan toleransi kebablasan kepada beliau, mereka berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.”

Kemudian turunlah ayat berikut yang menolak keras toleransi kebablasan semacam ini, “Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku,” (QS. Al-Kafirun: 1-6).

Maka, dalam bertoleransi, kita pun harus memiliki sikap yang bijak. Toleransi bukan berarti kita mengikuti keyakinan non-Muslim. Tetapi, kita cukup menghargai saja apa yang mereka lakukan dengan membiarkannya dan tidak berbuat keributan. Biarkanlah mereka lakukan apa yang mereka yakini, sedang kita fokus pada apa yang kita yakini. [muslim.or.id]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346285/rasulullah-larang-toleransi-kebablasan-dalam-agama#sthash.BZI2YhE9.dpuf

Bagaimana Hukum Salat di Rumah Non-Muslim?

PADA dasarnya bumi diciptakan oleh Allah dalam keadaan suci dan boleh melaksankan salat di mana saja seseorang mendapati waktu salat. Hal itu berdasarkan hadis dari Jabir, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Bumi diciptakan untukku dalam keadaan suci dan sebagai masjid (tempat untuk salat). Maka siapa saja dari umatku yang mendapatkan waktu salat, hendaklah dia mendirikan salat di tempat manapun yang dia dapati.” (Muttafaq alaih)

Hadis ini menunjukkan bolehnya salat di mana saja, karena bumi itu diciptakan dalam keadaan suci dan boleh digunakan untuk salat. Namun, keumuman hadis ini di khususkan (diperjelas) oleh dalil-dalil yang melarang untuk salat di beberapa tempat tertentu.

Tempat-tempat yang dilarang untuk salat:

Al Qadhi Ibnul Arabi berkata, “Tempat yang tidak boleh digunakan untuk salat ada 13.” Lalu beliau menyebutkan 7 tempat yang disebutkan dalam hadis (yaitu hadis dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah melarang salat di 7 tempat: Tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan hewan, kuburan, jalan, kamar mandi, kandang unta, dan di atas Baitullah). Selanjutnya beliau menambahkan, “Salat menghadap kuburan, menghadap tembok WC yang ada najisnya, gereja, tempat ibadahnya orang-orang Yahudi, menghadap gambar, dan di dalam negara yang di azab.”

Dan Al-Iraqi menambahkan, “Salat di rumah rampasan, menghadap orang yang tidur dan yang berhadas, di dalam lembah, di daerah yang diperoleh dengan rampasan, salat di masjid dhiror, dan salat menghadap tungku perapian.” Sehingga jumlahnya menjadi 19 tempat. Dalil yang melarang untuk salat di 7 tempat adalah hadis yang tersebut di atas. Adapun salat menghadap kuburan, berdasarkan hadis yang melarang menjadikan kuburan sebagai masjid. Adapun salat menghadap tembok WC adalah berdasarkan hadis Ibnu Abbas bersama 7 orang sahabat.

Di riwayatkan oleh Ibnu Adi Al Iroqi berkata sanadnya tidak sahih dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam kitab Al-Mushannaf. Dari Abdillah bin Amr bahwasanya dia berkata, “Tidak boleh salat menghadap WC.” Dan dari Ali beliau berkata, “Tidak boleh salat menghadap WC.” Adapun solat di gereja dan tempat peribadatan orang Yahudi adalah sebuah riwayat dari Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab Al-mushannaf, dari Ibnu Abbas bahwasanya beliau tidak suka salat di dalam gereja yang di dalamnya terdapat gambar.”

Di riwayatkan dari Hasan bahwasanya beliau memakruhkan salat di dalam gereja. Adapun As Syabi dan Atho bin Abi Robah menganggap salat di dalam gereja dan tempat peribadatan Yahudi tidak apa-apa. Dan Ibnu Sirin berpendapat bahwasanya salat di dalam gereja juga tidak apa-apa. Bahwasanya Abu Musa Al Asyari dan Umar bin Abdul Aziz pernah salat di dalam gereja dan mungkin mereka memakruhkan itu karena orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang saleh mereka sebagai masjid (tempat ibadah), sehingga tempat peribadatan itu semua mengandung kemungkinan berasal dari kuburan para Nabi dan orang-orang yang saleh.

Meski demikian, sebagian ulama menyatakan; sekiranya salat di tempat-tempat yang telah disebutkan di atas, hukumnya tetap sah, selama melakukan rukun dan syaratnya. Mereka berpegang dengan hadis sahih seperti, “Di mana saja engkau mendapatkan waktu salat maka salatlah.” Adapun hadis hadis yang melarang salat di kuburan, kamar mandi, dan lain-lain, meskipun sebagai penjelas dan pengkhususan dari keumuman hadis di atas, namun hadis hadis itu tidak sahih. Dan hadis yang tidak sahih tidak bisa digunakan untuk landasan ibadah.

Sedangkan salat di rumah orang kafir itu tidak ada larangan padanya, sehingga ia masuk dalam keumuman hadis yang membolehkan salat di mana saja seseorang mendapati masuk waktu salat. Sebagaimana yang di tanyakan pada Lajnah Ad-Daimah lil buhuts Al ilmiyah wal ifta, bahwasanya ada orang yang bertanya, “Kadang kadang datang wakrtu salat sedangkan saya berada di rumah orang Nasrani. Lalu aku pun mengambil sajadahku dan salat di hadapan mereka. Apakah salat saya sah karena saya salat di rumah mereka?”

Pertanyaan itu dijawab, “Ya, salat kamu sah. Semoga Allah menambah kesemangatanmu dalam menaati-Nya, khususnya dalam melaksanakan salat 5 waktu tepat pada waktunya. Dan yang wajib adalah kamu harus berusaha mengerjakannya secara berjemaah, memakmurkan masjid selama kamu bisa melaksanakannya. (Fatwa No: 3262 jilid: 6 hal: 207)

Wallahu alam bish shawab. [Zulkifli Muhammad Ali]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2347330/bagaimana-hukum-salat-di-rumah-non-muslim#sthash.wEihkpDq.dpuf

Tasbih Gading Berlapis Emas untuk Aiptu Sutisna

Kaki Aiptu Sutisna belumlah sampai ke pintu keluar Kedutaan Besar Arab Saudi, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Duta Besar Osama bin Al Mohammed Al-Shuaibi kembali memanggilnya ke ruangan di mana dia bertemu dengan Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang belakangan menjadi buah bibir karena kesabarannya.

“Pas mau keluar, saya dipanggil lagi sama beliau. Katanya masih kurang setelah kasih penghargaan dan hadiah haji. Tasbih kesayangan beliau dari gading berlapis emas dihadiahkan ke saya,” kisah Sutisna saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (22/12/2016).

“Saya merasa bangga dan terharu,” Sutisna melanjutkan.

Dubes Osama berpesan agar tasbih itu tidak dia bawa setiap hari. Namun, dia meminta tasbih tersebut disertakan saat menunaikan haji 2017 nanti.

“Katanya jangan lupa dibawa pas haji nanti, kebetulan beliau juga akan berangkat bersama-sama,” kata Sutisna.

Selain tasbih gading berlapis emas, pria asal Subang, Jawa Barat, ini juga dihadiahi berangkat haji gratis. Dia tidak sendiri, Dubes Osama juga memberikan haji gratis untuk istri Sutisna.

“Beliau membuatkan sertifikat dan piagam. Di situ disebutin biaya haji untuk saya dan istri saya semua ditanggung Duta Besar Arab Saudi,” tutur Sutisna.

“Alhamdulillah ini buah manis karena kesabaran saya,” dia menambahkan.

Sang istri, kata Sutisna, tidak kuat menahan air mata. Dia terharu setelah mendapatkan kabar suaminya mendapat hadiah luar biasa yang tidak pernah dibayangkan.

“Kayak petir di siang hari, orang mau berangkat haji sampai nabung bertahun-tahun, tiba-tiba saya dan istri dapat hadiah seperti ini. Istri merasa bangga dan sampai menangis,” ujar Sutisna.

Hadiah-hadiah yang diterima Sutisna adalah berkat kesabarannya saat menghadapi Dora Natalia Singarimbun, pegawai Mahkamah Agung yang diduga melawan saat Sutisna bertugas.

“Beliau (Dubes Arab Saudi) melihat video saya di Youtube. Beliau terharu karena melihat kesabaran saya yang luar biasa. Beliau panggil saya dan diajak berbincang ke ruangannya,” Sutisna menuturkan.

Dora sempat bertindak nekat dengan memukul dan mencakar Aiptu Sutisna yang sedang bertugas mengatur lalu lintas di kawasan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Selasa 13 Desember 2016.

Namun, Sutisna tak melawan tindakan Dora. Dia membiarkan Dora terus memukuli dirinya. Sutisna pun melaporkan kejadian itu ke Polres Metro Jakarta Timur.

Dora dan Sutisna telah menandatangani surat perjanjian damai. Kendati begitu, proses hukum yang tengah ditangani penyidik Polres Metro Jakarta Timur tetap berlanjut.

Dora yang masih berstatus saksi pelapor terancam menerima Pasal 212 terkait Kekerasan terhadap Pejabat dengan hukuman 1 tahun 4 bulan.

 

 

 

sumber: Liputan6

Polisi yang Dicakar Dora Dihadiahi Naik Haji oleh Dubes Saudi

Polisi yang sempat dicakar Dora Natalia Singarimbun, Aiptu Sutisna menerima hadiah menunaikan ibadah haji gratis dari Duta Besar (Dubes) Arab Saudi, Osamah bin Muhammad al-Shuaibi. Tak hanya itu, polisi yang sabar itu juga mendapatkan sebuah piagam.

Polisi lalu lintas dari Ditlantas Polda Metro Jaya tersebut membenarkan dirinya telah diundang ke Kantor Dubes Arab Saudi di Jakarta Selatan pada Rabu (21/12) sore. “Betul, saya diberikan penghargaan piagam dan ibadah haji gratis. Jadi, beliau (Kadubes Arab Saudi) memberikannya secara langsung kepada saya di ruangan beliau,” ujar Sutisna saat dikonfirmasi, Rabu (21/12) malam.

Saat menerima penghargaan tersebut, Sutisna mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Duta Besar Arab Saudi, Osamah bin Muhammad al-Shuaibi yang telah mengapresiasi kesabarannya dalam menghadapi Dora tersebut. “Saya diberikan penghargaan karena beliau mengapresiasi kesabaran saya,” ungkap Sutisna penuh syukur.

Sutisna mengaku, saat menerima pengahargaan itu ia merasa terharu dan tidak menyangka mendapatkan hadiah ibadah haji. Selanjutnya, kata dia, Dubes Arab Saudi akan memberangkatkannya pada 2017. “Saya sangat terharu dan tidak menyangka diberikan penghargaan yang sangat luar biasa ini dari Duta Besar Arab Saudi,” kata Sutisna.

Ia mengatakan, Dubes Arab Saudi nantinya akan menanggung semua biaya ibadah haji yang akan dilaksankannya tahun depan tersebut. Namun, kata dia, hingga saat ini dirinya belum memberi kabar terhadap atasannya atas kabar baik tersebut. “Saya belum kabari pimpinan karena saya juga baru mendapatkannya. Baru saya share saja di grup Patwal saya,” jelas Sutisna menjelaskan.

 

 

sumber: Republika Online

Sombong karena Berkuasa

Dikisahkan bahwa ketika Lukman tidur siang, Allah memerintahkan sebagian malaikat, seraya berseru: Hai Lukman, maukah engkau dijadikan khalifah (penguasa) di muka bumi ini, yang memerintahkan dan mengadili manusia dengan benar?

Suara menjawab: Jika saya disuruh memilih oleh Allah, saya akan mengambil sehat dan tidak mau mengambil bala atau sakit. Namun, jika khalifah itu ditetapkan terhadap saya maka saya dengar dan taat. Karena saya yakin, jika Allah mendudukkan saya dalam posisi itu, pasti Allah akan menolong dan menjaga saya.

Mengapa, ya Lukman? tanya malaikat dengan suara yang tidak kelihatan rupanya. Lukman menjawab: Karena pemerintahan atau kekuasan adalah kedudukan yang paling berat dan paling keras, yang diselubungi dengan kezaliman dari setiap tempat dan penjuru. Jika beres dalam menjalankannya maka ia pantas meraih keselamatan, tapi jika salah maka salah (menyimpang) pula dalam meniti jalan menuju surga.

Barang siapa yang hina dan nista di dunia, tapi mulia dan terhormat di akhirat. Maka itu lebih baik daripada mulia di dunia tapi hina di akhirat. Dan barang siapa yang memilih dunia ketimbang akhirat maka dunia teramat remeh dan sungguh tak berarti, sementara akhirat tak bisa diraih. Malaikat takjub dan terpukau dengan indahnya kata-kata Lukman. Dalam tidurnya itu, Allah menganugerahinya hikmah. Begitu sadar dan terbangun, ujaran Lukman pun menjadi sarat dengan hikmah.

Nabi Daud juga tertolong oleh Lukman dengan tutur katanya yang penuh hikmah ini, sehingga ia pun berucap: Berbahagialah engkau hai Lukman, engkau telah diberikan hikmah dan dipalingkan darimu bala bencana. Sementara Daud dianugerahi khilafah (kekuasaan), lalu diuji dengan hukum dan fitnah.

Kata-kata hikmah Lukman tersebut menemukan justifikasinya pada era sekarang ini, ketika banyak pemimpin dan pemegang kekuasaan terseret ke dalam kesombongan dan perilaku zalim. Bukan hanya terhadap orang lain, tapi juga zalim terhadap dirinya sendirinya. Dengan menghalalkan segala macam cara dan bahkan menistakan agama.

Di level kekuasaan dan kepemimpinan yang paling bawah, di desa misalnya, sering dijumpai tokoh yang tadinya taat beragama dan berlatar belakang santri. Ketika masuk ke dalam lingkaran kekuasaan, tak tahan dengan godaan, akhirnya ambruk di tengah jalan. Nilai akhlak dan muruah tercerabut dari dirinya. Demikian pula, banyak pemimpin dan pemegang kekuasaan di dunia ini yang melakukan tindakan keji dan biadab, lantaran merasa dirinya berkuasa.

Begitulah pesona kekuasaan, wajar jika banyak guru spiritual emoh terhadap jabatan atau kekuasaan (riyasah) ini. Kendati begitu, masih banyak tokoh pemimpin dunia yang memoles bumi ini dengan nilai-nilai Ilahi, yang menebarkan kedamaian dan kenyamanan bagi penghuninya.

Mereka menyadari sepenuhnya, sebagaimana banyak amanat lainnya, kepemimpinan dan kekuasaan juga merupakan jembatan menuju Ilahi, yang rapor-nya kelak akan dijumpai di hadapan-Nya. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS al-Insyiqaq [84]: 6).

 

 

Oleh: Makmum Nawawi

sumber: Republika ONline

3 Cara Bangun Benteng Keimanan yang Kuat

Menurut Habib Abdullah bin Alawi, inti dari ajaran tasawuf terletak pada keyakinan hati dan keteguhan iman. Kekuatan iman mampu membuat perkara yang mustahil dan tidak bisa dicerna akal manusia menjadi sangat riil di hadapan mata hati.

Menghadirkan urusan gaib yang berada di luar indra manusia menjadi nyata dan tampak kasat mata. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, seandainya satir penutup dibuka, niscaya keyakinan akan bertambah. Pada dasarnya, tiap mukmin punya rasa yakin, tapi yang membedakan hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki.

Semakin kuat iman yang dipelihara seorang hamba, ia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh. Dalam salah satu kaidah ushul fikih, disebutkan al-Yaqinu La Yuzalu bi as-Syak (keyakinan yang kuat tidak akan berubah dengan sebuah keragu-raguan).

Keyakinan tersebut tak akan sanggup diempas dengan mudah oleh tiupan keragu-raguan ataupun oleh angin waswas yang disebarkan oleh setan. Karena setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam. Sebagaimana sabda Nabi SAW, Setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.

Sehingga, apabila dikelompokkan, tingkatan keimanan bisa dibagi ke dalam tiga lapisan. Pertama, tingkatan dasar atau disebut iman. Kategori ini biasanya diisi oleh kalangan awam yang kadar keimanannya masih sering naik turun dan berubah-ubah.

Tingkatan kedua, tingkatan iman yang kokoh di hati dan tidak goyah, sehingga di level ini, hampir saja seseorang mampu melihat yang gaib. Tingkat keimanan ini disebut yaqin.

Level keimanan ketiga yang tertinggi dikenal dengan istilah kasyaf. Tingkatan ini setara dengan level para wali dan nabi yang tidak lagi ada batas antara yang gaib dan alam kasat mata.

Selanjutnya, terdapat tiga cara yang bisa ditempuh untuk membangun benteng keimanan yang kuat. Pertama, mendengarkan, membaca, dan merenungkan ayat-ayat serta hadis-hadis yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Allah.

Selain itu, juga teks-teks agama yang mengisyaratkan secara jelas perihal kebenaran dakwah yang disampaikan oleh para rasul dengan segala konsekuensi yang didapat, baik dari ketaatan maupun sanksi yang diperoleh akibat pelanggaran apabila mengingkari risalah Ilahiah tersebut.

Cara ini sesuai firman Allah, Dan, apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (Alquran) sedang dia dibacakan kepada mereka. (QS al-Ankabut [29]: 51).

Kedua, merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta, hamparan langit yang luas, bumi tempat berpijak, serta pesona unsur-unsur yang menjadi pelengkap dan kebutuhan kelangsungan hidup. Sebagaimana firman-Nya, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri. (QS Fushilat [41]: 53).

Sedangkan, cara ketiga, keyakinan yang telah didapat mesti diterapkan baik secara lahir maupun batin, dan berupaya sebisa mungkin menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Karena, dengan keteguhan iman dan keyakinanlah, Allah akan senantiasa membimbing dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada umat manusia. Allah berfirman, Dan, orang-orang yang berjihad (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. (QS al-Ankabut [29]: 69).

 

 

sumber: Republika Online

Rasulullah SAW Menangis Melihat Perempuan Disiksa

SAYIDINA Ali ra suatu ketika melihat Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu dia bertanya mengapa Rasulullah saw menangis.

Beliau menjawab; “Pada malam aku di-isra- kan, aku melihat perempuan-perempuan sedang disiksa dengan berbagai siksaan didalam neraka. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena menyaksikan mereka disiksa dengan sangat berat dan mengerikan.”

Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahnya. “Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.”

“Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya, sementara malaikat memukulnya dengan gada dari api neraka,” kata Nabi saw.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.”

“Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang menyusui anak orang lain tanpa seizin suaminya. Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.”

“Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang lain yang bukan muhrim dan dia bersolek supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.”

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Betapa wanita itu digambarkan sebagai tiang negara, rusak tiang, maka rusak pula negara, akhlak dan moral.

Meski demikian, laki-laki yang bermaksiat kepada Allah juga tidak sedikit yang masuk neraka. Ayah-ayah yang membiarkan anak perempuanya tidak memakai kerudung dan mengumbar aurat didepan orang lain.

Surga dan Neraka adalah soal pilihan. Tergantung bagaimana manusia menjalani hidupnya dialam jagad raya. kalau mau selamat, maka patuhlah kepada Al-Quran dan hadist, balasanya adalah surga dengan segala kenikmatan didalamnya. Kalau mau celaka dengan mendurhakai Al Quran dan hadist, maka Allah sudah menyediakan penjara yang sangat mengerikan, yaitu neraka dengan api dan siksaan yang sangat pedih dan tidak terbayangkan oleh manusia sebelumnya.

Dalam sebuah hadist yang diwirayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Neraka diperlihatkan kepadaku. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita..” (HR Ahmad)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) Syaithan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah Azza wa Jalla) adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. [HR Ibnu Khuzaimah (no. 1685), Ibnu Hibban (no. 5599) dan at-Thabrani dalam “al-Mujamul ausath” (no. 2890), dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban]

Tabarruj akan membawa laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: “Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk unta, laknatlah mereka karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Taala)” [HR ath-Thabrani dalam “al-Mujamush shagiir” (hal. 232) dinyatakan shahih sanadnya dalam kitab “ilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 125).

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” (QS. al-Ahzaab:33).

Allah Jalaa Jalaaluh berfirman:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. al-Ahzaab: 59).

Allah Jalaa Jalaaluh berfirman:

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Syaitan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu (Adam dan Hawa) dari Surga, dia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya” (QS. al araf : 27). []

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346819/rasulullah-saw-menangis-melihat-perempuan-disiksa#sthash.kT43jDmE.dpuf

Kelaparan, Anak-anak Suriah Terpaksa Makan Rumput

Terpisah’ dari dunia, anak-anak Suriah yang kelaparan terpaksa memakan peliharaan mereka, yakni anjing dan kucing, juga dedaunan setelah persediaan makanan habis sama sekali. Mirror memuat, kota Foua dan Kfarya di provinsi Idlib sudah diserang kelompok pemberontak selama satu tahun terakhir.

Sebagaimana dilansir Daliy Mail, situasi mulai memburuk pada September lalu akibat kelompok pemberontak berhasil menduduki basis udara di mana helikopter yang biasa mengantarkan makanan, sayur-mayur, dan roti untuk 30.000 orang mendarat. Alhasil kelaparan pun tak terelakkan.

Madaya, kota di dekat Damaskus, beberapa kali memperlihatkan tragedi pilu, di mana warga yang sedang mencari makanan di tempat pembuangan malah ditembak mati. Di antara situasi yang kian sulit, harga susu bayi malah melambung tinggi ke angka $300 untuk ukuran 900 gram.

Dilaporkan The Sun, pasukan pro pemerintah yang belakangan mengevakuasi warga di dua desa, yakni Foua dan Kfarya, mendeskripsikan kondisi tragis, di mana anak-anak terpaksa memakan rumput demi bertahan hidup. Kelangkaan obat-obatan pun kian memperparah keadaan.

Memberitahu Daily Mail, seorang warga lokal, Ali, mengatakan bahwa bantuan biskuit yang sempat datang malah membuat banyak warga sakit. Meski dijanjikan pasokan lebih, namun nyatanya tak pernah ada yang ‘mendarat di Madaya. “Mimpi mereka (warga suriah) adalah makan makanan yang layak konsumsi,” ujar Mohsen Darwish, seorang penganut syiah dari Kfarya yang sekarang tinggal di Lebanon namun tetap menjalin komunikasi dengan kerabat di Suriah, seperti dilansir Daily Mail.

 

sumber: Bintang.com