Wujud Kebaikan pada Kesulitan

Seorang peneliti pernah melakukan percobaan. Ia ingin mengetahui respons katak terhadap suhu air. Percobaan dimulai dengan mempersiapkan dua ekor katak dan dua tungku elektrik yang di atasnya terdapat dua wadah yang berisi air. Katak yang pertama dimasukkan ke wadah yang berisi air bersuhu kamar. Pada suhu tersebut katak diam, tidak bergerak karena merasa nyaman.

Setelah dibiarkan beberapa saat, air di wadah itu dinaikkan suhunya dua derajat Celcius. Karena kenaikan suhu sangat rendah, katak masih merasa nyaman sehingga tidak bergerak. Menaikkan suhu dua derajat Celcius terus diulang. Dan setiap kali suhu dinaikkan katak tetap tidak bergerak karena merasa nyaman. Sampai suhu air 100 derajat tetap saja katak tidak bergerak karena mati.

Berbeda dengan katak yang pertama, katak yang kedua dimasukkan ke wadah berisi air yang suhunya 100 derajat Celcius. Begitu dimasukkan, katak langsung loncat keluar wadah karena merasa sakit. Kita suka merasa galau jika dihadapkan pada kesulitan.

Padahal, padanya terdapat kebaikan dalam bentuk kreativitas sebagaimana diperlihatkan oleh loncatan katak karena merasa sakit oleh panasnya air. Dan sebaliknya kita sering merasa nyaman dengan ketenangan padahal di balik itu terkadang sedang menanti lonceng kematian sebagaimana diperlihatkan oleh katak yang mati.

Sejatinya, kesulitan itu ada dua macam, yakni kesulitan yang sengaja dibuat bahkan direncanakan oleh kita dan kesulitan yang diberikan Allah SWT. Pada kedua kesulitan tersebut terdapat kemuliaan atau kebaikan. Kita suka membuat kesulitan karena yakin padanya terdapat kebaikan. Bekerja dan belajar, misalnya, merupakan aktivitas sulit. Namun, semuanya dilakukan dengan penuh kesenangan karena kita yakin pada keduanya terdapat banyak kebaikan.

Dengan bekerja, kita akan mendapatkan upah untuk menopang kehidupan. Sedangkan, dengan belajar, kita akan mendapatkan ilmu. Bertambahnya ilmu tidak hanya akan mendatangkan kebaikan dunia tetapi juga kebaikan akhirat. Sebagimana firman-Nya “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujadalah: 11).

Kebaikan yang sama terdapat pada kesulitan yang diberikan Allah SWT. Di dalam Alquran, kesulitan jenis ini biasa disebut ujian (fitnah) atau mushibah. Mengenai kebaikan ujian (fitnah) ditegaskan oleh Alquran sebagai instrumen untuk menaikkan kualitas keimanan. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabut:2).

Pada musibah pun terdapat kebaikan sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, Allah akan menimpakan kepadanya musibah. (HR Imam al-Bukhari). Secara terperinci dijelaskan dalam hadis lain bahwa kesulitan merupakan instrumen penghapus dosa, “Tiada seorang mukmin yang ditimpa oleh lelah atau penyakit atau risau pikiran atau sedih hati sampai jika terkena duri melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penghapus dosanya oleh Allah.” (HR Bukhari-Muslim).

Jadi, kita tidak boleh galau jika dihadapkan pada kesulitan karena padanya terdapat kebaikan dan kemuliaan. Bahkan, kalau perlu kesulitan harus direncanakan supaya hidup lebih baik dan mulia. Wallahu alam.

 

Oleh: H Karman

sumber:Republika Online

Jalan ke Surga

Allah SWT menyatakan bahwa surga adalah tempat tinggal yang diliputi kedamaian dan keselamatan (dar al-salam). Sehubungan dengan itu, Allah SWT menyeru manusia untuk berlomba-lomba menuju ke dar al-salam. Dia berfirman, “Allah menyeru (manusia) ke dar al-salam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Yunus [10]: 25).

Jalan lurus yang dimaksud dalam ayat ini adalah jalan Islam. Dalam kaitan ini, Allah SWT memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang yang dikehendaki-Nya melalui dua instrumen penting, yakni akal dan wahyu. Dengan begitu, orang yang beruntung mendapatkan keduanya sangat berpeluang meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sejatinya hidayah aqliyah diberikan Allah SWT kepada semua orang. Tetapi, supaya lebih optimal, hidayah aqliyah tersebut harus dikembangkan lebih lanjut. Katakanlah dengan cara mengambil, menimba, dan menambah ilmu. Mengambil, menimba, dan menambah ilmu perlu dilakukan sepanjang hayat dikandung badan.

Rasulullah SAW mengingatkan, “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak juga dinar. Mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil ilmu maka dia telah mengambil keuntungan yang sangat besar.” (HR Tirmidzi). Islam dibangun di atas ilmu yang bisa mengenalkan seseorang kepada Allah SWT.

Dengan ilmu, seseorang akan lebih dekat kepada Allah SWT yang telah menciptakannya. Bila seseorang sungguh-sungguh dalam mengambil, menimba, dan menambah ilmu, dia akan mendapatkan apa-apa yang dicita-citakannya. Mengambil, menimba, dan menambah ilmu dalam Islam adalah wajib.

Hal tersebut diklasifikasikan menjadi dua: wajib ain (kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam secara individual) dan wajib kifayah (kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam secara kolektif). Pertama, wajib ain. Kewajiban ini sangat ditekankan kepada umat Islam secara individual karena di akhirat setiap individu akan mempertanggungjawabkan amalnya masing-masing.

Contohnya, ilmu yang merupakan alat untuk menjaga akidah wajib dimiliki oleh setiap individu. Kedua, wajib kifayah. Kewajiban ini sangat ditekankan kepada umat Islam secara kolektif karena mereka membutuhkan kolektivitas dalam mempertahankan keberadaan dan kewibawaan Islam. Sehingga, umat Islam tidak akan disepelekan/dimarginalkan oleh orang-orang yang tidak menyukai Islam.

Contohnya, ilmu yang merupakan alat untuk menjaga kestabilan ekonomi berlandaskan Islam (ekonomi syariah) wajib dikembangkan oleh umat Islam. Umat Islam (secara individul dan secara kolektif) tidak boleh merasa telah bebas dari kewajiban mengambil, menimba, dan menambah ilmu.

Dalam konteks ini, mereka harus tetap semangat melakukannya supaya derajatnya di sisi Allah SWT dari hari ke hari semakin meningkat. Allah SWT menjanjikan, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS al-Mujadalah[58] : 11).

Rasulullah SAW menegaskan: “Orang yang melewati jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.Wallahu a’lam.

 

Oleh: Mahmud Yunus

sumbr: Republika Online

Menag Imbau Masyarakat tak Ikut Haji-Umrah Talangan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat agar tidak ikut program haji dan umrah talangan yang berpotensi merugikan calon jamaah. “Kementerian Agama tidak menyarankan, tidak menolerir adanya talangan ini,” kata Lukman di Jakarta, Selasa (20/12).

Program haji dan umrah talangan merupakan sebuah layanan swasta untuk memberi dana talangan bagi calon jamaah. Lukman mengatakan terdapat risiko dalam program tersebut, yaitu calon jamaah terbebani dalam mengangsur pembayaran dana yang telah ditalangi terlebih dahulu. Parahnya, mereka dapat terlilit utang yang justru dapat memberatkan keuangan mereka.

“Misalnya umrah adalah ibadah dan ibadah harus memenuhi persyaratan. Dalam Islam tidak boleh beribadah dengan paksaan, paksaan dalam arti luas, jika jamaah tidak bisa, maka jangan dipaksa,” kata dia.

Lukman mengatakan terdapat banyak cara bagi masyarakat untuk beribadah ke Tanah Suci, baik dengan cara resmi atau tidak resmi. Beberapa unsur masyarakat, kata dia, kadang tergiur dengan program yang tidak resmi ataupun berisiko. Untuk itu, sebaiknya masyarakat agar tetap berhati-hati.

Kunci Ilmu

Bertanya adalah kunci ilmu. Ali RA menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: “Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup) rapat dan kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian karena sesungguhnya dalam tanya jawab diturunkan empat macam pahala, yaitu untuk penanya, orang yang menjawab pertanyaan, para
pendengar, dan orang yang mencintai mereka.” (HR Abu Naim).

Bagi penuntut ilmu, bertanya adalah strategi untuk meraih ilmu. Sedangkan, bagi pengajar, bertanya adalah metode untuk menyampaikan ilmu. Bagi penuntut ilmu, bertanya hendaknya dilandasi rasa ikhlas. Bukan dengan maksud untuk berdebat kusir atau menyombongkan diri karena ingin dianggap sebagai orang pandai.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi).

Senada dengan hal tersebut, Ibnul Qayyim berkata: “Jika Anda duduk bersama seorang ahli ilmu, maka bertanyalah untuk menuntut ilmu, bukan untuk melawan.” (Miftah Daris Saadah: 168). Itulah sebagian adab bertanya bagi para penuntut ilmu. Bagi pengajar, bertanya adalah salah satu keterampilan yang harus dikuasai.

Metode bertanya bisa digunakan untuk melatih kemampuan berpikir para penuntut ilmu. Rasulullah SAW biasa menggunakan pertanyaan untuk menyadarkan seseorang tentang suatu kebenaran melalui cara berpikir logis. Dalam beberapa kasus, Rasulullah SAW sering meminta si penanya mengulangi pertanyaannya agar beliau bisa menjawab pertanyaan dengan lengkap.

Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwasanya Rasulullah SAW berdiri di tengah-tengah para sahabat, kemudian beliau menjelaskan bahwa jihad di jalan Allah dan iman kepada Allah adalah amal yang paling utama. Lalu ada seseorang berdiri dan bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana menurut Tuan jika aku terbunuh saat berjihad di jalan Allah, apakah dosa-dosaku diampuni? Beliau menjawab: “Ya, jika engkau terbunuh di jalan Allah dalam keadaan sabar, ikhlas, dan tegar menghadapi musuh.”

Selanjutnya, beliau mengajukan pertanyaan: “Apa yang engkau tanyakan tadi?” Orang tersebut lalu mengulangi pertanyaannya: “Aku tadi bertanya, bagaimana menurut Tuan jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan terampuni?” Rasulullah lalu menjawabnya lagi: Ya, jika kamu bersabar, ikhlas, dan tegar menghadapi musuh,
selain persoalan utang, karena sungguh Jibril baru saja mengatakan yang demikian itu kepadaku.” (HR Muslim dan Nasai).

Mengajar yang baik adalah membuat pertanyaan yang baik pula. Rasulullah SAW bersabda, “Pertanyaan yang baik itu adalah sebagian dari ilmu.” (HR Ad Dailami). Peranan pertanyaan sangat penting dalam situasi pengajaran dan pembelajaran.

Strategi bertanya dapat efektif digunakan untuk beragam tujuan, seperti untuk mengetahui tingkat pemahaman ilmu, melibatkan murid dalam diskusi, menarik perhatian murid, menyediakan kesempatan untuk mengulangi materi ilmu yang sudah disajikan, serta mengembangkan keterampilan berpikir murid.

Bertanya adalah kunci untuk membuka tabir ilmu. Dengan bertanya, kita menjadi terlatih untuk berpikir. Dengan berpikir, itulah sebaik-baik cara menggunakan akal sebagai anugerah dari Allah SWT. Akhirnya, akal pula yang bisa membantu kita memahami hal esensial, untuk apa dan untuk siapa ilmu seharusnya dimanfaatkan. Wallahu
alam bishawab.

 

Oleh: Asep Sapaat

sumber:Republika Online

Suhu Capai 3 Derajat, Anak-anak Aleppo Terancam Mati Kedinginan

Ratusan keluarga hanya bisa saling memeluk dan meringkuk untuk mengurangi rasa dingin di jalanan dan di puing-puing bangunan. Sementara ribuan anak-anak terancam mati kedinginan di jalanan kota Aleppo setelah evakuasi warga sipil dari kota itu tertunda.

Para orangtua terpaksa membakar sampah atau apapun dan membungkus anak-anak mereka dengan menggunakan selimut.Di tengah suhu di bawah nol derajat Celcius, Sabtu (17/12/2016) malam, mereka harus menunggu digelarnya kembali proses evakuasi setelah sempat tertunda.

Di tengah malam itu mereka dihadapkan pada dua pilihan sulit yaitu bertahan di tengah cuaca dingin untuk mempertahankan posisi antrean evakuasi atau pergi mencari perlindungan tapi kehilangan posisi antrean evakuasi.

“Mereka pada dasarnya harus mengambil satu keputusan yang sama-sama tragis,” kata Melodie Schindler, juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Suhu udara di Aleppo diperkirakan akan anjlok hingga -3 derajat Celcius dan ICRC serta organisasi kemanusiaan lainnya memperingatkan anak-anak dan korban luka berisiko tewas dalam kondisi ini.

“Musim dingin ini akan membunuh ribuan orang yang tak memiliki rumah untuk melindungi mereka,” kata Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).

Populasi Muslim Nova Scotia Meningkat

Jumlah Muslim di Nova Scotia, Kanada mengalami peningkatan. Imam dan Direktur Pusat Pengembangan Islam Halifax, Zia Khan mengatakan pertumbuhan jumlah populasi muslim ini terjadi karena adanya pergeseran demografi.

Dahulu populasi Nova Scotia hampir seragam, didominasi Kristen dan 90 persen berkulit putih. Namun dalam beberapa dekade tekahir terjadi percampuran bahasa, agama dan praktek budaya.  Zia Khan, tiba di Haifax saat berumur 9 tahun atau skeitar tahun 1970an. Saat itu, sangat sedikti warga setempat yang mengetahui tentang warisan Islam.

“Saya adalah seorang eksentrik. Saya punya teman yang sangat baik dan mereka kebanyakan semua orang Kristen. Dulu kami memiliki saku yang sangat kecil dari komunitas Muslim dan bahkan saku kecil masyarakat Arab,” ujar Khan seperti dilansir localxpress.ca, Senin (19/12).

Sensus terbaru di tahun 2011 mencatat bahasa Arab sebagai bahasa ketiga yang paling umum digunakan di Nova Scotia. Sebagian dari mereka merupakan penduduk provinsi Lebanon dan banyak yang Kristen. Tetapi kedatangan dari negara Arab lainnya juga meningkat seperti Mesir, Irak, Arab Saudi, Yordania dan Kuwait.

Saat  Khan tiba di Halifax puluhan tahun lalu, hanya ada satu masjid di Halifax. Namun Sekarang telah ada lima masjid dan beberapa toko dan restoran yang menyediakan menu makanan halal. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan muslim di Nova Scotia yaitu kedatangan pengungsi Suriah. Sekitar 1.500 pengungsi Suriah tiba pada tahun ini.

Direktur eksekutif Asosiasi Layanan Imigran dari Nova Scotia, Gerry Mills telah mengamati banyaknya kedatangan  pengungsi Suriah di Nova Scotia sejak akhir tahun lalu. Menurutnya, telah ada gerakan yang bertujuan untuk menampung populasi berbahasa Arab, yang memuncak pada 1990-an karena orang-orang melarikan diri dari konflik di Timur Tengah.

“Di Halifax, aku mulai melihat tanda-tanda selamat datang dan tanda-tanda instruksi dan organisasi. Mereka  membuat pamflet dalam bahasa Arab, terutama tahun ini ketika kita telah melihat banyak orang pada satu waktu berbicara satu bahasa yang masuk ke provinsi ini. Bahkan saat ini fasilitas olahraga, perpustakaan dan bank-bank juga menggunakan tanda-tanda dalam bahasa Arab,” katanya.

 

sumber:Republika Onine

9 Keistimewaan Air Zamzam

Zamzam menurut bahasa Arab bemakna Al-Katsirah wal Ijtima’, artinya banyak, melimpah ruah. Nama Zamzam berasal karena airnya sangat berlimpah dan diyakini tidak akan surut selamanya.

Dalam Hadits Riwayat At Thabrani mengatakan: “Sebaik-baiknya air di muka bumi adalah air Zamzam. Air tersebut bisa menjadi mainuman yang menyenangkan dan penawar rasa sakit.

Sumur Zamzam terletak 21 meter dari Ka’bah, itu dapat memompa air antara 11-18,5 liter air per detik. Kedalaman sumur Zamzam dari bibir sumur adalah 30 meter, kedalaman air dari bibir sumur 4 meter, dan kedalaman mata airnya 3 meter.

Dari mata air sampai dasar sumur adalah 17 meter. Sementara, diameter sumur  1.46-2.66 meter.

Dilansir dari buku Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah, air Zamzam memiliki beberapa keistimeawaan antara lain.

1. Zamzam, mata air surga

“Karena sesungguhnya air Zamzam adalah salah satu mata air surga”.

2. Sebaik-baiknya air di bumi

“Sebaik-baiknya air di muka bumi adalah air Zamzam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang menyenangkan dan penawar rasa sakit”.

3. Sebagai pencuci air Rasulullah saat pembelahan dada sebelum kenabian

“Ketika saya masih di Makkah, Jibril datang dan membuka dada, lalu ia mencucinya dengan air Zamzam. Kemudian ia membawa sebuah baskom mas penuh hikmat dan iman, menuangkannya ke dalam dadaku, dan menutupnya lagi. Lalu ia mengambil tangan saya dan naik dengan saya ke surge pertama”.

4. Sebagai obat dan penghilang dahaga

“Minum air Zamzam sesuai dengan niat menemuinya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkannmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga semoga Allah menghilangkannya.”

5. Dapat menyenangkan perut

“Kami menyebut air Zamzam dengan syuba’ah (uang menyenangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zamzam adalah sebaik-baiknya pertolongan (kebutuhan atas kemiskinan)”.

6. Sebagai air minum dan berwudhu

Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zamzam, kemudian ia berwudhu dengannya.

7.  Sebagai kompres kepala

“Adalah Rasulullah membawa air Zamzam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sakit”.

8.  Kompres bagi yang demam

“Aku duduk bersama Ibnu Abbas di Makkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zamzam karena Rasulullah mengatakan, ‘Sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahanam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zamzam’”.

9. Sebagai bekal perjalanan

“Dari Aisyah, ia membawa air Zamzam. Ia mengabarkan, ‘Sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai bekal)’”.

 

sumber: Republika Online

Rasul Memilih yang Paling Ringan antara 2 Pilihan

DARI Aisyah, beliau menuturkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah beliau memilih di antara dua perkara, melainkan beliau akan memilih yang paling ringan di antara kedua pilihan tersebut, selama tidak mengandung dosa. Namun jika mengandung dosa, maka beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar, maka beliau marah karenaNya. (HR. Bukhari)

Hikmah hadis:

1. Kebijaksanaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menentukan satu urusan, khususnya terkait kepentingan umatnya. Hal ini terlihat dari hadis di atas, ketika beliau dihadapkan pada dua pilihan, beliau memilih pilihan yang paling ringan dan paling mudah serta tidak memberatkan, selama pilihannya tersebut bukan merupakan perkara yang dilarang, menyalahi aturan, atau mengandung dosa.

2. Namun jika ada perkara yang mengandung dosa, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling membencinya dan paling menjauhinya. Dan hendaknya setiap kita juga demikian, boleh memilih pilihan yang ringan dan memudahkan selama tidak menyenggol pada yang haram, dan senantiasa berusaha menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari perbuatan yang mengandung dosa dan haram.

3. Bolehnya marah karena Allah Ta’ala, yaitu ketika kehormatan agama Islam dihinakan atau direndahkan oleh orang lain, dan kita marah oleh karenanya. Maka, tidak boleh membuat pilihan yang berdampak pada merendahkan harkat dan martabat kita sebagai seorang muslim, atau bahkan yang merendahkan harkat dan martabat agama Islam.

Wallahu A’lam. [Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2345718/rasul-memilih-yang-paling-ringan-antara-2-pilihan#sthash.8ogqYfdr.dpuf

Berhati-hatilah dengan Syubhat!

SECARA Bahasa (Lughah) arti syubhat adalah Al Mitsl (serupa, mirip) dan iltibas (samar, kabur, tidak jelas, gelap, sangsi). Maka, sesuatu yang dinilai syubhat belum memiliki hukum yang sama dengan haram atau sama dengan halal. Sebab mirip halal bukanlah halal, dan mirip haram bukanlah haram. Maka, tidak ada kepastian hukum halal atau haramnya, masih samar dan gelap.

Imam Ibnu Daqiq Al Id Radhiallahu Anhu menyebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat dalam mengkategorikan perkara syubhat:

  1. Kelompok yang memasukan syubhat sebagai perkara yang haram. Alasan mereka adalah ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: “Barang siapa yang menghindar dari yang samar maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjatuh dalam perkara yang samar maka dia telah terjatuh dalam perkara yang haram.”
  2. Kelompok yang memasukan syubhat sebagai perkara yang halal. Alasan mereka adalah ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: “seperti penggembala yang berada dekat di pagar milik orang lain.” Ini menunjukkan dia belum masuk keharaman, namun sebaiknya kita bersikap wara (hati-hati) untuk meninggalkannya.
  3. Kelompok yang mengatakan bahwa syubhat bukanlah halal dan bukan pula haram, dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menyebutkan bahwa halal dan haram adalah jelas, maka hendaknya kita bersikap seperti itu. Tetapi meninggalkannya adalah lebih baik, dan hendaknya bersikap wara. (Imam Ibnu Daqiq Al Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 44. Maktabah Al Misykah)

Pendapat kelompok ketiga inilah yang nampaknya lebih kuat. Hal ini diperkuat lagi oleh ucapan Nabi: “Banyak manusia yang tidak mengetahuinya”

Berkata Imam Ibnu Daqiq Al Id Rahimahullah: “Hal ini menunjukkan bahwa masalah syubhat mempunyai hukum tersendiri yang diterangkan oleh syariat sehingga sebagian orang ada yang berhasil mengetahui hukumnya dengan benar.” (Syarhul Arbain An Nawawiyah, Hal. 47)

 

Contoh Perkara Syubhat:

Dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis dari Aisyah, ia berkata : “Saad bin Abu Waqash dan Abd bin Zamah mengadu kepada Rasulullah tentang seorang anak laki-laki. Saad berkata: Wahai Rasulullah anak laki-laki ini adalah anak saudara laki-lakiku.Utbah bin Abu Waqash. Ia (Utbah) mengaku bahwa anak laki-laki itu adalah anaknya. Lihatlah kemiripannya” sedangkan Abd bin Zamah berkata; “Wahai Rasulullah, Ia adalah saudara laki-lakiku, Ia dilahirkan di tempat tidur ayahku oleh budak perempuan milik ayahku”, lalu Rasulullah memperhatikan wajah anak itu (dan melihat kemiripannya dengan Utbah) maka beliau Rasulullah bersabda: “Anak laki-laki ini untukmu wahai Abd bin Zamah, anak itu milik laki-laki yang menjadi suami perempuan yang melahirkannya dan bagi orang yang berzina hukumannya rajam. Dan wahai Saudah, berhijablah kamu dari anak laki-laki ini.” Sejak saat itu Saudah tidak pernah melihat anak laki-laki itu untuk seterusnya.

Abd bin Zamah adalah Saudara laki-laki dari Saudah (istri Nabi). Dan, Rasulullah menetapkan bahwa anak laki-laki tersebut adalah hak (saudara) dari Abd bin Zamah. Tetapi, ternyata Rasulullah memerintahkan Saudah untuk berhijab (menutup aurat) di depan laki-laki tersebut, padahal Saudah juga saudara dari Abd bin Zamah. Perintah ini disebabkan kesamaran (syubhat) pada masalah ini dan ini menunjukan kehati-hatian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang takut syubhat maka dia telah membebaskan diri dari agama dan harga dirinya. Barang siapa yang terjatuh pada perkara syubhat, maka ia jatuh pada perkara haram. Sebagaimana penggembala yang menggembala di sekitar pagar, maka dia hampir mengenai pagar itu.

Menyimak hadis di atas, hal syubhat tidak sama dengan hal yang haram, dan sebagai kehati hatian sebaiknya jauhi hal yang syubhat. Wa Allahu A’lam Biss shawab. [Ustadzah Nurdiana]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346749/berhati-hatilah-dengan-syubhat#sthash.YFd6sJz8.dpuf

Datangnya Kutukan dan Siksa Akibat Ingkar Janji

SIAPAPUN orangnya yang masih sehat fitrahnya tidak akan suka kepada orang yang ingkar janji. Karenanya, dia akan dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan tidak ada nilainya di mata mereka.

Namun, anehnya ternyata masih banyak orang yang jika berjanji hanya sekedar igauan belaka. Dia tidak peduli dengan kehinaan yang disandangnya, karena orang yang punya mental suka dengan kerendahan tidak akan risih dengan kotoran yang menyelimuti dirinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Yaitu), orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).” (QS. Al-Anfal: 55-56)

Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bagi setiap pengkhianat (akan ditancapkan) bendera pada pantatnya di hari kiamat.” (HR. Muslim bab Tahrimul Ghadr no. 1738 dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu’anhu)

[Ustadz M. Shafwan Husein]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346308/datangnya-kutukan-siksa-akibat-ingkar-janji#sthash.Yxnwd3Z8.dpuf