Bersihkan Dulu Hatimu Agar Doa Terkabul

TAK ada Nabi seperti Musa ‘alaihi salam. Dia bisa berbicara kepada Tuhan setiap saat dia menginginkannya.

Sekali waktu, dia berjalan di sebuah kampung dan melihat seorang pengikutnya sedang bersujud. Selang beberapa saat, dia kembali dan melihat pengikutnya itu masih dalam keadaan bersujud.

Musa menegurnya. Katanya, “Seandainya keperluanmu ada di tanganku, tentu aku sudah mengabulkannya.”

Tuhan segera menimpali perkataan Musa. “Biar pun leher pengikutmu itu putus karena sujud, Aku tak akan pernah memenuhi keperluannya. Kecuali dia membersihkan hatinya lebih dulu, mengisinya dengan mencintai apa yang Kucintai dan membenci apa yang Kubenci.”

Dalam hadits, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam menyebutkan ada lima dosa yang menghalangi terkabulnya doa:
1. Durhaka kepada orangtua
2. Bersikap munafik kepada saudara seiman
3. Keyakinan yang lemah
4. Pupus harapan pada terkabulnya doa
5. Memperlambat waktu pelaksanaan shalat

Kali lain, Rasulullah memerinci tiga hal lain yang mencegah sampainya doa seseorang:
1. Sering melalaikan perintah Allah
2. Cepat melakukan larangan-Nya
3. Kurang mensyukur nikmat-Nya

Sumber: Kabar Gembira bagi Pendosa, Musa Kazhim & Alfian Hamzah (2012)

REPUBLIKA

Setiap Tahun Jumlah Muslim Tionghoa Bertambah

Pertumbuhan jumlah Muslim Tionghoa semakin pesat setiap tahun. KetuaYayasan Haji Karim Oei (YHKO), Muhammad Ali Karim Oei menjelaskan, perkembangan itu dapat terlihat dari banyaknya masjid yang didirikan oleh warga keturunan Tionghoa. Dia mencontohkan Masjid Ceng Ho yang berada di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk di Surabaya dan Palembang.

 

Di Jakarta, etnis tionghoa memiliki Masjid Laotze, yang dianggap sebagai representasi berpadunya kebudayaan Cina dan Islam. Keberadaan masjid-masjid ini pun tidak hanya sebatas sebagai rumah ibadah, tapi juga menjadi pusat kegiatan dakwah dan syiar kaum Muslim Tionghoa. Rencananya Masjid Laotze juga akan dibuka di Cirebon guna melengkapi masjid yang telah berdiri di Bandung. Ali pun menyambut baik perkembangan komunitas Cina Muslim di Indonesia.

Syiar Islam yang dilakukan oleh warga Tionghoa sudah tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan hanya diikuti segelintir orang. ”Alhamdulillah, Muslim Cina sudah bangun masjid. Itu patut disyukuri. Perkembangannya juga sudah lumayan. Tidak seperti dulu, mungkin hanya diikuti oleh segelintir orang saja,” kata Ali Karim saat berbincang dengan Republika.


Ali Karim menambahkan, perkembangan itu juga didukung oleh arus informasi yang bergerak dengan sangat cepat. Keberadaan komunitas Muslim Tionghoa di suatu kota, dapat dengan mudah diketahui oleh Muslim di kota lain. Berdasarkan data Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) pada enam tahun lalu, jumlah Muslim Tionghoa terus bertumbuh.  Dari 238 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 15 persen di antaranya adalah warga negara Indonesia keturunan Tionghoa. Dari jumlah tersebut, lima persen di antaranya merupakan Muslim. Jika dihitung, setidaknya ada 1,8 juta Muslim Tionghoa di Nusantara. Angka ini pun diperkirakan bertambah setiap tahunnya.

Menurut dia, penerimaan masyarakat terhadap Muslim Tionghoa juga lebih baik. Pembauran yang terjadi  dengan masyarakat pribumi terjadi begitu mudah. Tidak jarang, bahkan masyarakat lokal cukup senang lantaran mendapati ada orang keturunan Tionghoa yang mampu membaca Alquran dengan baik dan memiliki pemahaman agama yang cukup baik.

Selain itu, Ali Karim menyebutkan, sudah banyak dai-dai keturunan Tionghoa yang tampil di depan publik. Hal ini pun kian menampilkan citra positif terhadap keberadaan komunitas Muslim Tionghoa. Terlebih, dai-dai tersebut merupakan alumni-alumni sekolah agama luar negeri dan pesantren-pesantren ternama di Indonesia.

Namun, Ali Karim memberikan catatan, sebaiknya para dai juga kembali berdakwah di komunitas Cina. Tentunya dengan berbagai pendekatan dan metode penyampaian dakwah yang berbeda. “Kalau bahasanya lembut, bahasanya umum, mereka tentu akan terima. Kan kebanyakan mereka tidak mengerti bahasa Arab, dan bahasa ayat-ayat (Alquran). Jadi, mereka kurang simpati. Cuma masalahnya itu saja, jarang yang berdakwah ke kepada orang Cina itu sendiri. Padahal, itulah syiarnya, sehingga orang-orang Cina lebih banyak yang simpati kepada Islam dan akhirnya masuk Islam,” ujarnya.

 

sumber: RepublikaOnline

Belajar Islam dari Sosok Ayahnya, Vita pun Bersyahadat

Vita (28 tahun), perempuan asal DKI Jakarta mengambil keputusan besar yang bakal mengubah seluruh hidupnya ke depan. Ia memutuskan memeluk agama Islam sekitar 2006 silam. Langkah itu, dia tempuh setelah sebelumnya mempelajari Islam kepada sosok yang sangat dihormati yaitu ayahnya. Lelaki yang juga merupakan seorang mualaf sejak tahun 1990-an. Meski hingga saat ini, sang ibu dan adiknya bukan beragama Islam.

Sekitar 2003, ia mengaku berada pada kondisi terendah menyangkut keyakinan. Bahkan, ritual-ritual keagamaan yang dianutnya kala itu, tidak pernah dilaksanakan. Ketika itu pula, dirinya sudah mengetahui tentang ritual-ritual agama Islam, namun masih sebatas untuk bersenang-senang.

Hingga suatu waktu, sang ayah mengingatkannya agar beragama secara benar. Sejak itu, ia merasa terganggu dan gelisah dengan perkataan ayahnya.

“D isitu titik balik saya mencari tahu tentang Islam. Tahun 2003, saya mencari, belajar, memahami (Islam) dan syahadat pada tahun 2006 saat lulus SMA di Masjid Lautze, Jakarta,” ujarnya kepada Republika saat ditemui di acara Mualaf Center Baznas di Pesantren Daarut Tauhid, Ahad (29/1).

Ia menuturkan, perjalanan sebelum mengucapkan syahadat secara resmi, dirinya sudah melaksanakan shalat dan kepada ayahnya mengucapkan syahadat. Bimbingan ayahnya yang begitu detail tentang agama Islam membuat dirinya begitu spesial. Dari mulai belajar tata cara berwudhu, shalat dan lainnya.

Selama proses mengenal Islam dan mempelajarinya hingga akhirnya memutuskan berpindah keyakinan, perempuan yang sehari-hari bekerja di Wedding Organizer (WO) ini mengaku, mendapatkan tantangan yang berat. Selain itu, rintangan datang dari keluarga meski tidak dimusuhi atau diusir. Sang ibu pun mempertanyakan pilihannya.

Meski begitu, Vita mengaku, heran dengan sikap ibunya sebab tidak ada yang salah dengan Islam. Bahkan, dia berpikir, banyak yang tidak suka dengan Islam ketika memutuskan menjadi seorang mualaf. Apalagi, baginya sebagai seorang mualaf keturunan tantangan selalu ada baik dari keluarga maupun lingkungan kerja atau pertemanan.

Vita mengatakan, ujian yang paling berat dirasakan selama menjadi mualaf adalah ketika sosok yang menjadi panutan dalam belajar Islam, ayahnya, meninggal dunia. Baginya, momen saat itu menjadi ujuan yang sangat berat.

“Beberapa tahun terakhir sangat berat. Saat saya memutuskan menjadi mualaf, saya memang harus punya agama. Apalagi, bapak bilang agama yang diridhai itu Islam. Bapak memberi wejangan kalau kamu masuk Islam jadi mualaf jangan pernah keluar dari Islam. Hanya bapak yang mendukung saya,” ungkapnya.

Saat tengah berada dalam kondisi yang berat, ia mengaku, mendapat dukungan dari teman-teman di Masjid Lautze termasuk di Mualaf Center Baznas dan guru mengaji. Hal itu membuat semangat yang kadang naik turun bisa kembali normal.

Ia pun mengaku dengan keputusannya menjadi mualaf pun banyak nikmat dari Allah SWT yang diperolehnya semisal dari pekerjaan.  “Selama 14 tahun jalan (proses) naik turun. Kalau gak kuat-kuat ingin melambaikan tangan (menyerah). Namun selalu dikembalikan dengan dulu saat berproses sejak awal,” ungkapnya.

Baginya dengan memeluk agama Islam, ia mengaku senang karena kini memiliki agama. Kemudian lebih dari itu, ia merasa lebih tenang dan damai. Meski masih ada yang kadang suka mencibir dengan keputusannya.

Satu hal yang saat ini selalu menjadi keresahan bagi dirinya adalah menyangkut pasangan hidup. Diusia yang kini matang, ia ingin memiliki pasangan hidup seiman. Namun, saat ini belum ada. Satu sisi, ia bergembira, karena neneknya sebelum meninggal sudah memeluk agama Islam termasuk abang dan pamannya.

Kepala Mualaf Center Baznas, Hadi Handoko mengungkapkan, masih banyak terdapat mualaf yang mendapatkan diskriminasi dan kekerasan fisik dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pihaknya terus mengupayakan perlindungan dan pendampingan kepada para mualaf.

Selain itu, diperlukan koordinasi dan konsolidasi yang kuat antara lembaga yang berisikan para mualaf.  “Menjadi mualaf itu ada yang dikucilkan, bahkan diusir. Selain itu akses terhadap ekonomi, lingkungan sosial tidak diterima. Oleh karena itu diperlukan advokasi dan pendampingan,” ujarnya.

Dia  berharap, agar ekonomi bisa memainkan peran bagi para mualaf. Sebab mereka banyak dipersulit atau bahkan diberhentikan kerja karena status agamanya.

Dikatakan Hadi, saat ini, banyak orang yang memutuskan menjadi mualaf atau masuk Islam dikarenakan faktor pernikahan. Karena itu, tantangan ke depan bagi Mualaf Center Baznas adalah menyatukan lembaga mualaf untuk bekerja sama dan bersinergi.

Farid Septian. Senior Officer Advokasi dan Dakwah Baznas mengungkapkan, selama ini anggaran untuk program-program yang menyangkut mualaf masih sedikit. Padahal, keberadaan para mualaf sangat penting oleh karena itu harus lebih diperhatikan.

 

sumber:RepublikaOnline

Urgensi Taubat Nasional

MENURUT aturan tak tertulis manusia, “Satukali saja kepercayaan dirusak, seumur hidup tak kan lagi dipercaya.” Menurut aturan Allah sebagaimana tertulis dalam hadits Rasulullah: “Orang yang bertaubat adalah bagai orang yang tak punya dosa lagi.”

Luar biasa sekali luasnya ampunan Allah, luar biasa sekali luasnya kasih sayang Allah. Luar biasa sekali luasnya nikmat yang Allah sediakan kepada hamba-hambanya. Jangan terlarut dalam kesedihan tak berujung. Kembalilah kepada Allah. Ada banyak hal mengejutkan yang akan membahagiakan kita dengan mendekat kepadaNya.

Luaskan dada untuk menerima permintaan maaf orang lain agar Allah senantiasa memberikan maaf kepada kita. Sebagaimana kita ingin dimaafkan, begitu pulalah orang lain ingin dimaafkan. Tak ada orang yang tak memiliki salah. Bukankah kitpun memiliki dosa? Orang yang bersalah tidak mesti selamanya akan berbuat salah. Ada kemungkinan dia berubah.

Mari kita bertaubat agar hati bening kembali. Mari kita ajak teman dan keluarga kita bertaubat agar kehidupan menjadi jernih. Mari kita ajak semua anak bangsa bertaubat agar bangsa ini terbebas dari keruhnya suasana, runyamnya persoalan dan kacau balaunya tatanan. Salam, AIM. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2354764/urgensi-taubat-nasional#sthash.omkqfWvm.dpuf

Arab Saudi Undang Istri dan Anak Damanhuri Zuhri Berhaji

Sabtu (21/1/2017) menjadi hari yang membahagiakan bagi istri dan anak-anak almarhum Damanhuri Zuhri, wartawan senior Republika yang wafat pada 2 Januari 2017. Kemarin pagi, Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Syekh Usamah Bin Muhammad al Shu’aibi  melayat ke rumah alm Damanhuri Zuhri, di Kampung Tulang Kuning, Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ia didampingi oleh Ahmad Hassan Al-Hamdi, kepala divisi Hubungan Media Kedutaan Arab Saudi.

Kedatangan Dubes Usamah disambut oleh istri alm, Rosmini, dan ketiga anaknya, yakni  Nadia Haq (22 tahun), Faiz Madani (18 tahun) dan Faradisa Syarifah  (13 tahun). Juga hadir Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi dan tim, serta kerabat dan tetangga almarhum.

Setelah menyatakan ungkapan bela sungkawa dan doa untuk alm dan keluarganya, Dubes menyebutkan,  pada pertemuan terakhir ia dengan almarhum, Damanhuri mengatakan ingin mengajak istrinya menunaikan ibadah haji.  Namun hal tersebut belum sempat terlaksana.

“Pada kesempatan ini, Kerajaan Saudi Arabia memberikan hadiah haji untuk istri dan semua anak alm Damanhuri. Mereka diundang untuk melaksanakan haji pada musim haji 2017 atas biaya yang seluruhnya ditanggung Kerajaan Saudi Arabia,” ungkap Dubes yang disambut dengan ucapan tahmid dan tangisan dari istri dan anak-anak alm Damanhuri maupun semua kerabat yang hadir pada kesempatan tersebut.

Syukran jaziilan. Barokallah (Terima kasih banyak. Semoga Allah memberkahi Anda),” tutur Nadia dengan terbata-bata.

Tak hanya itu. Kerajaan Saudi Arabia juga memberikan tunjangan bulanan hingga musim haji 2017 tiba. “Kerajaan Saudi Arabia memberikan tunjangan Rp 3 juta per bulan sampai musim haji tiba,”  ujar Dubes. Ia pun menyerahkan santunan berupa uang tunai yang diterima langsung oleh istri alm Damanhuri.

Kepada Republika, Rosmini mengaku tak menyangka mendapatkan hadiah haji tersebut. Apalagi hadiah tersebut tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk anak-anaknya.

“Suami saya beberapa kali mengatakan ingin sekali mengajak saya menunaikan ibadah haji. Ia telah mendaftarkan saya. Berdasarkan urutan pendaftaran, jadwal saya baru tahun 2019. Alhamdulillah, Allah memanggil saya dan anak-anak saya melalui Kerajaan Saudi Arabia. Hanya kata syukur yang bisa saya ucapkan. Syukur kepada Allah, dan terima kasih kepada Dubes Usamah atas segala kebaikan Kerajaan Saudi Arabia kepada keluarga kami,” papar Rosmini.

 

sumber: Ihram.co.id

Ini 10 Hal Tentang Ka’bah

Ka’bah adalah salah satu bangunan tertua di dunia yang berada di tengah-tengah Masjidil Haram. Setiap orang yang melihatnya dengan keikhlasan dan ketulusan pasti akan berlinang air mata. Suara zikir dan doa orang yang bertawaf mengelilinginya menjadi pesona tersendiri bagi orang yang merasakannya.

Bangunan Ka’bah mempunyai tingginya sekitar 15 meter, panjang sisi sebelah utara 9.92 meter, sisi sebelah barat 12.15 meter, sisi sebelah selatan 25.10 meter, dan sisi sebelah timur 11.88 meter. Berikut adalah beberapa hal yang kebanyakan orang mungkin tidak tahu tentang Ka’bah, seperti dilansir onislam.net, Ahad (28/9).

1. Telah Dipugar Berkali-Kali

Bentuk Kabah ketika dibangun Nabi Ibrahim dan Ismail tidaklah seperti sekarang. Bangunan ini sempat dipugar berapa kali. Salah satunya, ketika di masa kenabian Muhammad SAW. Setelah itu, bangunan Kabah dipugar rata-rata satu kali per seratus tahun.

Renovasi terakhir terjadi pada tahun 1996. Bangunan Kabah diperkuat melalui teknologi modern. Ini diharapkan, bangunan Kabah tetap kokoh dan stabil ketimbang sebelumnya.

2. Dua pintu dan Jendela.

Awalnya, Kabah memiliki dua pintu. Pintu pertama untuk masuk dan satunya untuk keluar. Untuk jangka waktu yang lama, Kabah memiliki jendela yang berada di satu sisi. Saat ini, Kabah hanya memiliki satu pintu tanpa jendela.

3. Kiswah Multi Warna

Sebagian besar umat Islam yang berkunjung ke tanah suci selalu melihat Kiswah, kain yang membungkus Kabah, selalu berwarna hitam dengan motif emas. Warna itu dipilih pada masa Kekalifahan Abbasiyah dan berlanjut hingga kini. Sebelumnya, warna Kiswah tidak hanya hitam, terkadang digunakan warna merah, hijau dan putih.

4. Dijaga Satu Keluarga

Semasa Rasulullah, penjagaan Kabah dilakukan satu keluarga Quraisy berpengaruh. Namun, perpindahan penjagaan biasanya dibarengi dengan menurunya pengaruh keluarga tersebut. Baru setelah penaklukan Makkah, penjagaan Kabah diserahkan kepada Rasulullah.

Selanjutnya, atas petunjuk Rasulullah kunci Kabah diserahkan kepada Osman Bin Thalha, anggota keluarga Bani Shaiba. Keluarga itu telah menjaga Kabah selama berabad-abad. Saat ini, tugas menjaga Kabah dilakukan secara langsung oleh keluarga kerajaan Arab Saudi.

5. Terbuka

Dahulu Kabah dibuka untuk umum dua kali sepekan. Namun, bertambahnya populasi Muslim yang dibarengi dengan melonjaknya jamaah umrah dan haji, Kabah kini hanya dibuka dua kali dalam setahun, itupun terbatas pada paejabat dan tamu raja.

6. Terendam Banjir

Makkah berposisi di Lembah Hijaz. Pada waktu tertentu, hujan deras menerpa lembah Hijaz. Suatu waktu, hujan tidak pernah berhari-hari. Akibatnya, Kabah terendam banjir. Yang menarik, meski terendam banjir jamaah umrah tetap melaksanakan thawaf.

Dari kejadian itu, pemerintah Saudi memperbaiki sistem drainase Masjidil Haram sehingga mencegah banjir dikala curah hujan tinggi,

7. Seperti apa Suasana di dalam Kabah.

Sebagaimana yang diperlihatkan dokumenter Kerajaan Arab Saudi, isi dalam Ka’bah hanya berupa ruangan kosong. Bahagian dalam Ka’bah terdapat tiga pilar dari kayu gaharu terbaik. Panjang satu pilar sekitar seperempat meter atau setengah meter berwarna campuran antara merah dan kuning. Ketiga pilar ini berjejer lurus dari utara ke selatan.

8.  Ada Dua Kabah

Ketika Rasulullah melaksanakan Isra dan Miraaj, Beliau bersabda, pada saat perjalanan itu, aku ditunjukan Al Bait Al Makmur (Rumah Allah). Aku bertanya kepada Jibril soal itu. Lalu Jibril berkata, Al Bait al Makmur, adalah tempat dimana 70.000 malaikan melaksanakan shalat dan dzikir.

9. Hajar Aswad sempat hilang

Mengutip buku Keajaiban Hajar Aswad dan Maqam Ibrohim, Bidayah wa An-Nihayah Ibnu Katsir, diantara kalangan Qaramithah terdapat salah seorang musuh Allah, yaitu Raja Bahraih, Abu Thahir Qirmithi, dan Sulaiman bin Abi Sa’id yang memimpin pasukan untuk menyerang Baitullah. Mereka adalah kelompok Zindiq atheis pengikut filasafat dari Paris.

Orang-orang tidak menyadari bahwa hari Senin tersebut adalah Hari Tarwiyah, kecuali setelah Abu Thahir membawa 700 pengikutnya. Mereka masuk Masjidil Haram dan membabi buta membantai para jamaah haji di Tanah Haram.
Kemudian ia mendatangi Hajar Aswad dan memukulnya dengan alat pencongkel dan memecahnya.

Kemudian ia mencongkelnya setelah shalat Ashar hari Senin tanggal 14 Dzulhijjah. Lantas ia kembali ke daerahnya (Bahrain) dengan membawa Hajar Aswad. Ia bermaksud menjadikan ibadah haji berada di tempatnya.

Namun niatnya itu ternyata membawa petaka, sebagaimana yang dialami pendahulunya, Abrahah. Ada yang mengatakan bahwa ada 40 unta yang mati saat membawa Hajar Aswad. Sedangkan pada saat dikembalikan, Hajar Aswad dibawa oleh seekor unta yang kurus.

10. Berbentuk lain.

Sebelum dipugar, Kabah tidak pernah berbentuk kubus. Justru, Kabah bangunan menyerupai persegi panjang dengan kedua ujungnya melingkar. Namun, beberapa tahun sebelum Nabi menerima wahyu pertama, suku Quraisy sepakat untuk membangun kembali Kabah. Memotong bagian yang kini disebut Hijir Ismail.

Sempat ada keinginan dari Rasulullah untuk mengembalikan bangunan Kabah kebentuk semula. Namun, keinginan itu tidak tercapai hingga wafatnya Rasulullah. Hingga kini tidak ada perubahan lain dari bentuk Kabah. Bentuknya sama seperti ketika Rasulullah sebelum menerima wahyu pertama.

 

 

sumber:Ihram.co.id

Jangan Sombong, Jangan Pesimis

NABI Musa ketika masih kecil, masih bayi, saat perlu menyusu, saat masih lemah, dibuang ke sungai nil tanpa pengawalan siapa-siapa dan tanpa mengandalkan apa-apa kecuali iman dan doa. Beliau tidak tenggelam, beliau selamat, beliau tumbuh berkembang menjadi manusia pilihan.

Fir’aun saat berkuasa, saat kuat dan jaya, dan saat memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan mengejar Nabi Musa masuk ke lautan. Fir’aun dan bala tentaranya akhirnya tenggelam karam dn mati mengenaskan. Tak tersisa kecuali kisah kehinaan dalam keangkuhannya yang diwariskan sebagai pelajaran bagi orang yang hidup sesudahnya.

Ternyata, selamat dan celaka bukanlah karena kuat dan lemah, bukan pula karena berkuasa atau dikuasai, bukan pula karena kaya dan miskin. Semuanya adalah karena Allah yang menentukan. Sementara salah satu kaidah hidup dalam al-Qur’an adalah: “Dan rhmat Allah itu sungguh dekat dengan orang-orang baik.”

Ketidakbaikan dan ketidakbenaran akan runtuh, sebesar apapun dana digunakan untuk menyokongnya, sekuat apapaun kekuasaan mem”back up”nya, segempar apapun media memolesnya. Keyakinan semacam ini harus ditanamkan dalam-dalam di dalam hati kita agar tak tergoda mendukung kebatilan hanya hanya karena janji-janji duniawi. Salam, AIM@Madinah. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2355015/jangan-sombong-jangan-pesimis#sthash.4U56QN6E.dpuf

Kejarlah Kesukaan Allah

ADA saja orang yang mengeluhkan kondisi dirinya yang tidak banyak disukai banyak orang. Ke sana ke mari mencari pembenaran akan dirinya sambil bertanya: “Bukankah aku telah berbuat apapun untuk dia, untuk mereka. Lalu mengapa mereka masih saja mencari-cari kesalahanku, menghinaku dan mengkerdilkanku? Bukankah sudah cukup social capital yang aku persembahkan?” Sering sekali kalimat begini kita dengar dengan berbagai versinya.

Hari ini, marilah kita renungkan satu hadits Rasulullah yang “menghantam” sekali pada orang yang berkeluh kesah seperti di atas. Haditsnya berbunyi begini, “Barangsiapa mencari atau berharap kesukaan manusia dengan cara yang menyebabkan murka Allah, maka Allah murka kepadanya dan Allah menjadikan manusia juga murka kepadanya”.

Membantu orang lain sebanyak mungkin silahkan, mau menyenangkan semua orang sebanyak-banyaknya juga silahkan. Namun, sebelum melakukan itu semua tanyakanlah kepada ajaran agama apakah hal yang akan dilakukan itu disukai oleh Allah atau dibenci oleh Allah. Kemudian tanyakan apakah hal itu dilakukan karena ikhlas karena Allah atau karena motif yang lain?

Seringkali kita menghukumi sendiri, mengatur sendiri dan berharap sendiri namun lupa bahwa di atas segala aturan ada Allah Sang Maha Pengatur, Sang Maha Penentu, Sang Maha Pemutus. Kunci utama dari segala sesuatu adalah ridho Allah. Jangan lupakan ini. Jadikan kesukaan Allah sebagai yang utama kita kejar, maka kesukaan kita akan menjadi sesuatu yang mudah kita kejar. Salam, AIM. [*]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2355889/kejarlah-kesukaan-allah#sthash.55FryeG0.dpuf

Kasih Sayang Rasulullah pada Umatnya

Nabi kita Muhammad ﷺ adalah manusia sebagaimana kita manusia. Dalam arti, beliau memiliki dorongan manusiawi sebagaimana sifat manusia. Beliau merasakan keinginan untuk tidur, makan, minum, menyukai wanita. Beliau juga merasakan lelah dan lupa, dll. dari sifat-sifat manusia lainnya. Allah ﷻ mengutus beliau sebagai sebagai rahmat untuk sekalian alam. Allah ﷻ berfirman,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS:At-Taubah | Ayat: 128).

Allah ﷻ menyempurnakan agama ini melalui beliau ﷺ. Sebagaimana firman-Nya,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 3).

Allah mengutus Rasulullah ﷺ untuk menghilangkan kebingungan di tengah manusia. Menunjuki orang-orang yang tersesat. Mempersatukan mereka. Dan menyelamatkan mereka dari neraka. Allah ﷻ berfirman,

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}

“dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS:Ali Imran | Ayat: 103).

Kemudian Rasulullah ﷺ meninggalkan kita dalam keadaan jelas dan terang benderang. Hingga malamnya seperti siang. Karena itu, orang yang menyimpang dari petunjuk yang jelas itu pasti binasa. Beliau ﷺ memberikan jalan keselamatan agar kita terhindar dari siksa neraka. Nabi ﷺ bersabda,

«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهٰذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا».

“Perumpamaan diriku dan manusia yang aku dakwahi adalah bagaikan seseorang yang menyalakan api (lampu). Di kala api itu menyinari sekelilingnya, menjadikan serangga-serangga dan hewan menuju api itu, kemudian orang tersebut menarik serangga-serangga, tetapi mereka menuju kepadanya dan terjerumus dalam api. Maka akulah yang menarik ikat pinggang kalian dari api, ketika mereka terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Muhammad ﷺ selalu memberi nasihat kepada kita umatnya. Hingga di saat-saat akhir kehidupan beliau. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Wasiat Rasulullah ﷺ sebelum wafatnya adalah:

الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“(Perhatikanlah) shalat dan budak-budak yang kalian miliki.”

أَنَّ عَائِشَةَ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالاَ لَمَّا نُزِلَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيْصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ : لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوْا

Aisyah dan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Tatkala ajal hampir menjemput Nabi ﷺ, beliau menutupkan sebuah kain (yang terbuat dari bulu domba-pen) di atas wajah beliau (karena demam yang beliau rasakan-pen). Jika beliau merasa sesak, maka beliau pun membuka kain tersebut dari wajahnya. –Dalam kondisi demikian- Beliau bersabda, “Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid-masjid”, Nabi memperingatkan umatnya dari perbuatan Yahudi dan Nasrani.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Inilah Nabi kita, Muhammad ﷺ. Beliau senantiasa memberikan nasihat kepada kita. Beliau ﷺ selalu menyayangi kita dalam keadaan apapun. Walaupun beliau sedang ditimpa kesulitan. Maka ikutilah beliau dan janganlah membuat suatu ajaran yang baru. Bershalawatlah kepadanya dalam setiap keadaan. Mohon kepada Allah ﷻ agar diwafatkan di atas sunnah beliau ﷺ.

 

Sesungguhnya Muhammad ﷺ sangat lemah lembut dan penyayang. Bahkan di saat kita umatnya nanti dikumpulkan di padang mahsyar. Dalam sebuah hadits yang panjang. Tentang syafaat Nabi ﷺ –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma- sangat tampak sekali kasih sayang Nabi ﷺ kepada umatnya, bahkan umat manusia secara umum. Padahal hari itu adalah hari yang berat. Hari dimana setiap nabi dan rasul pun hanya mampu memikirkan keadaan mereka di akhirat. Saking beratnya hari itu.

Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia di padang masyhar. Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ disodorkan daging, lalu ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau ﷺ menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau ﷺ bersabda,

أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِى وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَمَا لاَ يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلاَ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلاَ تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ.

“Aku adalah sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa demikian? Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan.

Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi Nabi Adam ‘alaihis salam.

فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّى غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِى عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ

Kemudian mereka mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya. Dia meniupkan ciptaan ruh-Nya pada dirimu. Dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam mengatakan, “Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya. Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!”

فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِى دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِى نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ

Lalu mereka mendatangi Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Doa yang kumiliki telah kugunakan untuk mendoakan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”

فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِىُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلاَ يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ. وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى.

Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya (khalilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah beliau lakukan. Pergilah kalian kepada selainku! Pergilah kalian kepada Musa!”

فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّى قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى

Lalu mereka mendatangi Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia berbicara langsung padamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!”

فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَلِمَةٌ مِنْهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ – وَلَمْ يَذْكُرْ لَهُ ذَنْبًا – نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-

Lalu mereka mendatangi Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad ﷺ!”

فَيَأْتُونِّى فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَأَنْطَلِقُ فَآتِى تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّى ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَىَّ وَيُلْهِمُنِى مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ لأَحَدٍ قَبْلِى ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى. فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى

Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah tertimpa pada kami?”

Kemudian aku (Rasulullah ﷺ) pergi menuju bawah Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian ada yang mengatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafaat pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua daun pintu di surga, bagaikan jarak Mekah dengan Hajar atau bagaikan jarak Mekah dengan Bashroh.” (HR. Muslim no. 501).

 

Inilah bentuk kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ kepada kita umatnya. Lalu bagaimanakah penghormatan kita kepada beliau ﷺ? Sudahkah kita mengagungkan beliau sesuai dengan kedudukan beliau? Tidak meremehkan dan juga tidak berlebih-lebihan. Sudahkan kita mengangungkan sabda beliau, baik yang mudah atau yang terasa berat bagi hawa nafsu kita? Sudahkah kita menjadikan petunjuk beliau di atas segalanya?

Mudah-mudahan Allah ﷻ memberi taufik kepada kita untuk menjadi umat Nabi Muhammad ﷺ yang mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. Mudah-mudahan Allah ﷻ mengumpulkan kita bersama beliau di akhirat kelak di dalam surga-Nya. Karena beliau lah kekasih kita, teladan kita, dan penyejuk hati kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau ﷺ dan keluarganya.

 

 

sumber:Khutbah Jumat

Fatwa MUI: Hukum Membakar Petasan atau Kembang Api

KOMISI Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dalam rapatnya pada tanggal 13 Ramadhan 1431 H. bertepatan dengan tanggal 23 Agustus 2010 M,

Memutuskan:

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan memohon ridha-Nya, sesudah mengkaji permasalahan tersebut dari al-Quran, Sunnah dan pendapat (qaul) yang mutabar, menyempurnakan dan menetapkan fatwa tentang Hukum Petasan dan Kembang Api (Fatwa MUI No. 31 Tahun 2000, penyempurnaan fatwa tanggal 24 Ramadhan 1395/30 Sep.1975), sebagai berikut:

1. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan Walimah (Resepsi), seperti yang dilakukan oleh umat Islam khususnya warga DKI Jakarta, atau menjadi bagian dalam ritual ziarah di TPU Dobo, adalah suatu tradisi atau kebiasaan buruk yang sama sekali tidak terdapat dalam ajaran Islam, bahkan merupakan suatu perbuatan haram yang sangat bertentangan dan dilarang ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tradisi membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api adalah bersumber dari kepercayaan umat di luar Islam untuk mengusir setan yang dianggap mengganggu mereka. Hal ini jelas merupakan suatu kepercayaan yang bertentangan dengan Aqidah Islam. Padahal Islam memerintahkan umatnya untuk menghindari kepercayaan yang bertentangan dengan Aqidah Islam, karena hai itu dinilai sebagai langkah setan dalam menjerumuskan umat manusia, sebagaimana difirmankan dalam Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.” (QS. An-Nur[24] : 21)

b. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api merupakan pemborosan (tabdzir) terhadap harta benda yang diharamkan Allah, sebagaimana difirmankan :

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra [17] : 27)

c. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api sangat membahayakan jiwa, kesehatan, dan harta benda (rumah, pabrik, dan lain-lain). Padahal agama Islam melarang manusia melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api sangat membahayakan jiwa, kesehatan, dan harta benda (rumah, pabrik, dan lain-lain). Padahal agama Islam melarang manusia melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana difirmankan dalam :

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2]:195.)

Demikian juga sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut:

“(Kamu) tidak boleh membuat bahaya bagi dirimu sendiri dan juga tidak boleh membuat bahaya bagi orang lain”.

d. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api bahayanya (mudharat) lebih besar dari pada manfaatnya (kalau ada manfaatnya). Padahal di antara ciri-ciri orang muslim yang baik adalah orang yang mau meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sebagaimana didasarkan pada makna umum ayat Al-Quran sebagai berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.”

Dan hadits Rasulullah SAW:

“Di antara ciri-ciri orang muslim yang baik adalah orang yang mau meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”.

2. Sehubungan dengan haramnya membakar atau menyalakan petasan dan kembang api, maka haram pula memproduksi, mengedarkan dan memperjualbelikannya. Hal ini didasarkan pada Kaidah Ushul Fiqh:

“Sesuatu yang menjadi sarana, hukumnya mengikuti sesuatu yang menjadi tujuan.”

 

 

[Sumber Web MUI DKI JAKARTA]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349305/fatwa-mui-hukum-membakar-petasan-atau-kembang-api#sthash.yft4ZDHg.dpuf