Siapa Gubernur Makkah dan Madinah Pertama dalam Sejarah Islam? Ini Dia

Sejarah Islam mencatat sejumlah sahabat yang mendapat kepercayaan menjadi gubernur kota-kota penting dan strategis. Mereka juga tercatat sebagai gubernur pertama yang bertugas memimpin jalannya pemerintahan di wilayah tersebut.

Republika.co.id, mencoba menelusuri gubernur pertama dalam sejarah Islam dengan menukilkan dari kitab al-Awa’il karya Abu Hilal al-‘Askary.

Terungkap bahwa sosok yang menjadi gubernur Makkah pertama adalah sahabat ‘Utab bin Asid yang ditunjuk Rasulullah SAW untuk mempimpin Makkah saat peristiwa Haji Wada’.

Ketika Rasul wafat, tak sedikit masyarakat Arab yang keluar Islam, ‘Utab mengambil inisiasi dengan berkhutbah di masjid.

Isi ceramahnya cukup populer di antara penggalannya berbunyi, “Kalaupun Muhammad SAW meninggal, maka sesunggunya Allah SWT kekal. Kalian tahu sebagian besar kalian adalah kafilah di darat dan pelayan di laut, tetaplah pada urusan kalian, tunaikan zakat, saya jaminan jika ini urusan ini tidak kelar, saya akan kembalikan ke kalian.”

Kisah tentang ceramah tersebut sampai di telinga Abu Bakar RA dan mengapresiasinya.

Selanjutnya, al-‘Askary mengemukakan sedangkan gubernur yang pertama memimpin Madinah adalah Sahal bin Hanif yang ditunjuk oleh Ali bin Abi Thalib saat menantu Rasulullah SAW tersebut pergi ke Bashrah dalam rangka Perang Jamal.

Bahkan, ada cerita yang sangat ironis terkait perang saudara sesama akidah ini, saat Utsman bin Hanif, yang tak lain adalah saudara kandung Sahal tertangkap dan hendak dieksekusi, ia meminta pengampunan.

Kemudian Utsman berkata, “Saudaraku, Sahal, wakil Ali bin Thalib atas Madinah, jika kalian membunuhku maka ia tak akan melepaskan keturunan kalian.” Akhirnya, tak selang berapa lama mereka membebaskan Utsman bin Hanif.

 

 

sumber:Republika Online

 

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Raja Salman Setujui Pembangunan Oasis Qur’an di Madinah

Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman, menyetuui pembentukan proyek ikonik di Madinah bertajuk Oasis Qur’an. Hal ini diumumkan Ketua Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH) Pangeran Sultan bin Salman.

“Oasis tersebut akan menjadi budaya dan pengetahuan sejarah terintegrasi kelas dunia yang menampilkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kitab suci,” kata Sultan seperti dilansir Saudi Gazette, Rabu (22/3). Raja turut menyetujui alokasi tanah 200 ribu meter persegi di sepanjang King Salman Road, dekat Bandara Internasional Pangeran Muhammad. Hal itu demi melaksanakan proyek yang berkoordinasi dengan Kementerian Urusan, Panggilan dan Bimibingan Islam.

Selain itu, proyek akan berkoordinasi dengan Wali Kota Madinah, Otoritas Pengembangan Madinah dan sejumlah mitra di sektor wisata. Pangeran Sultan pun berterima kasih atas disetujuinya proyek bersejarah yang telah alami studi dan dirancang selama empat tahun.

Komite ahli dibentuk tahun 2012 untuk melakukan penelitian tentang proposal yang diajukan Pangeran Sultan, dan disusul keluarnya dekrit kerajaan. Desainer internasional turut diikutsertakan demi menyajikan desain terbaik proyek, dengan juri yang akhirnya memilih pemenangnya.

Sayangnya, sampai saat ini belum diketahui bagaimana implementasi dan pemanfaatan atas kehadiran Oasis Qur’an tersebut. Namun, Oasis Qur’an dikatakan akan melayani sejumlah tujuan seperti di bidang-bidang akademis maupun rekreasi.

 

sumber:REPUBLIKA ONLINE

Cari Parfum di Tanah Suci, Baca Tips Berikut

Parfum Arab adalah salah satu oleh-oleh yang banyak diburu oleh jamaah haji dan umrah. Terlebih, parfum Arab murni tanpa alkohol dengan aroma yang khas dengan bunga dan kayu-kayuan dan dipastikan hampir semua jamaah haji dan umrah menggunakan parfume jenis ini.

Jeddah adalah surganya parfum di tanah Arab, sayangnya waktu transit di tempat ini tidak terlalu lama tapi kota Makkah pun tidak kalah reputasinya jika jamaah ingin mencari parfum tanpa alkohol dengan aroma khas Timur Tengah.

Ada beberapa tips untuk kamu yang ingin membeli parfum di Arab.

Pilih aroma yang diinginkan. Paling tidak, tahu nama parfum yang dicari.

Jangan gunakan wewangian ketika hendak beli parfum sehingga aromanya tidak tercampur.

Bawa bubuk kopi guna netralisir penciuman. Jadi, penciuman Anda akan fokus pada parfum yang dicari.

Siapkan tisu guna mencoba parfum.

 

sumber:IHRAM

Berburu Parfum Halal Nonalkohol di Kawasan Condet

Parfum merupakan wewangian yang selalu digunakan untuk memperindah penampilan, menghindari dari bau badan, dan membuat aroma tubuh menjadi segar. Pada umumnya, parfum identik dengan menggunakan alkohol. Namun, tak jarang kita dapat menemukan parfum non alkohol.

Dalam penggunaannya, parfum sering kali digunakan untuk menghadiri acara-acara resmi seperti pernikahan, pengajian, bertemu orang penting dan kegiatan lain. Namun, saat ini, parfum seperti sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat utntuk menunjang penampilan.

Kebiasaan seperti ini tidak dapat dipungkiri lagi. Penggunaan parfum sudah sangat marak dipakai berbagai kalangan masyarakat. Banyak jenis parfum yang dapat dijumpai di pasaran, adanya yang mengandung alkohol dan non alkohol.

Terdapat sekitar 300 jenis parfum non alkohol yang dijual di toko Al Kaff di kawasan Condet. Banyak masyakarat yang berlangganan di toko tersebut. Kawasan ini, merupakan sentra penjual parfum berbahan dasar non alkohol.

Ada beberapa jenis parfum bebahan non alkohol seperti Victoria, ektar, bulgari, blueberry, april dan masih banyak lagi. Masing-masing memliki ciri khas yang berbeda mulai dari aroma, tingkat ketahanan, dan warna cairan parfumnya.

“Macam-macamnya banyak, karena banyak produk. Ada sekitar 300-an,” kata Abdullah Penjaga Toko Parfum Al Kaff di kawasan Condet. Tak hanya tokonya yang menyediakan parfum, tapi toko lainnya pun banyak seperti Victoria, Ektar, April, dan Bulgari

Di antara parfum-parfum tersebut terdapat parfum yang menjadi favorit para pembeli. Untuk kaum hawa mereka lebih memilih parfum beraroma segar seperti Victoria dan Apri, dan untuk kaum Adam mereka cenderung memilih parfum beraroma halus atau soft seperti bulgari dan ektar pro.

“Di sini kita nggak pakai alkohol, kita pakai desprey. Desprey merupakan campuran dalam pembuatan parfum, biasanya di campur agar menghasilkan parfum yang memiliki aroma yang tahan lama dan tidak merusak bau. Selain itu penggunaan alkohol dalam parfum juga kurang cocok karena membuat aroma dri parfum tersebut hilang.

“Kurang cocok (jika mengunkan alkohol), soalnya bisa ngilangin aroma parfum, juga bikin nggak tahan lama,” kata Abdullah.

Ada alasan lain mengapa parfum tersebut tidak menggunakan alkohol. Pada dasarnya alkohol haram bagi umat Islam, dan tidak dianjurkan menggunakannya. Terutama jika di minum krena bersifat memabukkan.

Mereka menghindari penggunaan alkohol juga karena agar pengguna parfum dapat beribadah (shalat) dengan khusyuk. “Jadi bisa buat shalat,” ujarnya.

Salah seorang pembeli juga mengatakan bahwa dirinya lebih memilih menggunakan parfum seperti ini karena lebih hemat biaya,dan tidak mengandung alkohol. “Enak lebih murah, juga nggak mengandung alkohol, jadi bisa buat ngaji dan shalat,” kata Jamil seorang pembeli parfum di kawasan condet.

Dikatakan Abdullah, banyak juga haji yang membeli parfum di sini. Tak hanya parfum hajar Aswad yang banyak diminati, tapi juga parfum lainnya yang lebih soft. “Mereka (pembeli, red) memilih parfum di sisi karena tahu tak menggunakan alkolhol,”ujarnya.

sumber:IHRAM

Siapakah Sesungguhnya Bani Israil itu?

Menyebut nama Yahudi, tentu akan terbayang dengan Israel, yaitu bangsa yang sering kali menyerang Palestina dan umat Islam. Israel dan Yahudi, ibarat dua mata uang yang saling melengkapi dan tak mungkin dipisahkan.

Mereka adalah satu kaum yang sangat kejam dan menyebabkan puluhan ribu umat Islam di Palestina menjadi korban. Kendati banyak pihak mengecam tindakan mereka, tak sedikit pun hal itu menyurutkan langkah Israel untuk mundur.

Siapakah sesungguhnya Yahudi itu? Dalam Alquran, kata Yahudi disebut beberapa kali, baik dalam bentuknya yang jelas (Yahudi), samar (Haaduu, Haud), maupun sifat-sifat mereka yang dinisbahkan kepada Bani Israil. Dalam berbagai buku sejarah, disebutkan bahwa Yahudi adalah umatnya Nabi Musa Alaihissalam (AS).

Nama Yahudi dinisbahkan pada salah seorang putra Nabi Ya’kub yang bernama Yahudza bin Ya’kub, salah satu dari 12 orang putra Ya’kub. Putra lainnya bernama Ruben, Simeon, Lewi Yehuda, Isakhar, Zebulon, Yusuf AS, Benyamin, Dan, Naftali, Gad, dan Asyer.

Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan kata Al-Haud (Arab) atau Hada (dalam bahasa Ibrani, yang berarti tobat atau kembali, sebagaimana ucapan Nabi Musa AS kepada Tuhannya, Inna hudnaa ilaika, (Sesungguhnya kami kembali [tertobat] kepada-Mu). Lihat surah Al-A’raf [7]: 156.

Kaum Yahudi ini juga sering disebut dengan Bani Israil. Istilah Israil dinisbahkan kepada Nabi Ya’kub bin Ishak AS. Dinamakan Bani Israil karena mereka merupakan keturunan dari nenek moyang mereka yang bernama Israil (Ya’kub AS).

Selain itu, Bani Israil ini disebut pula dengan Ibrani (Hebrew) dari kata Ibri atau Ibrani yang berasal dari kata Abara (fiil tsulatsi: kata kerja berhuruf tiga), yang berarti memotong jalan atau menyeberang lembah. Mereka suka berpindah tempat (nomaden). Dinamakan demikian karena mereka datang dengan menyeberangi sungai Ifrat (Eufrat) di Irak, yang dipimpin oleh Ibrahim AS.

Menurut Ahmad Shalaby dalam bukunya Muqaranatu al-Adyani al-Yahudiyyah, Ibri atau Hebrew adalah nama yang diberikan oleh Ibrahim kepada kaumnya karena tempat kediaman mereka berada di seberang sungai Ifrat. Penjelasan serupa dapat ditelusuri dalam bukunya Dra Hermawi MA, Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi, serta Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama.

Ke-12 putra Ya’kub itulah yang disebut-sebut menjadi keturunan Bani Israil. Kemudian, mereka dibimbing oleh Nabi Musa AS. Dalam Alquran, disebutkan, setelah Musa berhasil melepaskan diri dari kejaran Firaun di Laut Merah, sampailah mereka di suatu daerah. Di sana, umat Nabi Musa merasa kehausan. Nabi Musa lalu memukulkan tongkatnya hingga memancarlah 12 mata air untuk masing-masing kaumnya itu. Mereka inilah yang menjadi sebutan kaum Bani Israil (Yahudi).

Adapun tujuan ‘hijrah’ tersebut adalah agar mereka leluasa melaksanakan ibadah kepada Allah dan jauh dari gangguan Firaun dan pasukannya. Dalam Alquran, tujuan mereka adalah suatu negeri yang diberkahi, yakni Palestina. Mereka menamakan negeri itu dengan tanah yang dijanjikan, The Promised Land.

 

sumber:Republika Online

Sifat dan Watak Bani Israil

Berbicara tentang Bani Israil, tak bisa dipisahkan dengan agama Yahudi. Sebab, mayoritas kaum Israil menjadi pemeluk agama Yahudi.

Dalam bukunya, Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Sami bin Abdullah al-Maghluts menjelaskan, agama Yahudi dahulunya merupakan ajaran monoteis (satu Tuhan) yang dibawa oleh Nabi Musa AS. Nabi Musa diberikan kitab Taurat untuk disampaikan kepada umatnya (Bani Israil).

Namun, Bani Israil justru mengubah ajaran Taurat yang telah disampaikan Nabi Musa dan membuat kebohongan atas syariat Allah SWT. Mereka menawar syariat untuk melaksanakan ibadah agar lebih ringan (dipermudah) kendati syariat itu sudah sangat mudah untuk dikerjakan.

Misalnya, mereka diperintahkan untuk melaksanakan ibadah pada hari Sabat (Sabtu), tetapi mereka menawarnya supaya ibadah Sabat dipindahkan pada hari yang lain. Karena itulah, Allah mengazab kaum yang tidak beriman itu hingga menjadi kera. Lihat surah Al-A’raf [7]: 163-166 dan Albaqarah [2]: 65.

Dan, sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina.’ (QS Albaqarah [2]: 65).

Sifat Bani Israil lainnya adalah suka bertanya sehingga menyulitkan diri mereka sendiri. Contohnya, mereka disuruh untuk menyembelih seekor sapi betina, tetapi Bani Israil bertanya tentang umur sapi tersebut. Lalu, disampaikanlah bahwa usia sapi tersebut tidak tua dan tidak juga terlalu muda. Mereka pun bertanya lagi warna sapi. Disampaikanlah sapi itu berwarna kuning tua dan tidak pernah dipergunakan untuk membajak. Setelah semuanya ditanyakan, mereka akhirnya baru melaksanakan perintah tersebut. Mereka merasa kesulitan mencari jenis sapi yang dimaksud. Padahal, sebelumnya Allah menghendaki kemudahan bagi mereka, tetapi mereka sendiri yang mempersulitnya. Itulah sifat Yahudi. Lihat penjelasan lengkapnya dalam surah Albaqarah [2]: 67-71.

Banyak nabi yang diutus untuk mengajak mereka ke jalan yang benar, tetapi selalu saja nabi-nabi itu mereka dustakan. Syariat Nabi Musa AS yang mengajarkan monoteisme djadikan politeisme. Mereka juga akhirnya menyembah patung-patung, seperti patung anak sapi, patung ular, dan sebagainya.

Dalam Alquran, juga disebutkan bahwa sifat mereka itu di antaranya suka bermusuhan, keras kepala, keras hati, ingkar janji, bakhil, dan tamak. Mereka juga terlibat dalam sejumlah pembunuhan terhadap para nabi yang diutus oleh Allah SWT. Itulah sifat-sifat Yahudi.

Mereka menamakan Tuhannya dengan Yahwe. Namun, menurut Bani Israil, Tuhan mereka itu juga bisa berbuat salah, punya sifat penyesalan, dan juga pernah memerintahkan yang tidak baik. Na’udzubillah.

Mereka juga mengklaim bahwa Tuhan hanya untuk Bani Israil. Karena itu, mereka memusuhi kaum atau umat lainnya jika tidak mau menuruti keinginannya. Karena itu, Allah SWT memerintahkan umat Islam agar tidak mengikuti mereka. (QS Albaqarah [2]: 120).

Karena kerusakan keimanan mereka itu, dengan mudah mereka dikalahkan oleh kelompok lain. Namun, mereka tak pernah mau menyadarinya, hingga akhirnya diusir keluar dari negeri mereka. Mayoritas kaum dan pemeluk agama Yahudi berdomisili di Israel. Sebagian dari mereka ada pula yang berhijrah ke luar dari Israel, seperti Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia.

 

 

sumber:Republika Online

Ada Kasus Shalat Mengadap Timur, Anton: Ajaran Itu Sesat

Masyarakat Garut Jawa Barat resah salah satu warga di desa Tegal gede kecamatan Pankejeng Kabupaten Garut Wawan Setiawan, kirim surat ke Pemerintahan Desa setempat untuk melaksanakan shalat lima waktu dan shalat Jumat mengarah kiblat ke arah timur (tidak ke arah ka’bah). Wakil Ketua Komisi Hukum MUI pusat Anton Tabah Digdoyo menyatakan jika berita tersebut benar maka negara harus segera bertindak tanpa harus menunggu laporan masyarakat apalagi fatwa MUI karena penodaan agama bukan delik aduan.

“Kasus sholat tidak menghadap ke arah ka’bah jelas sesat karena itu MUI minta polri cepat melakukan tindakan hukum,” katanya saat saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (26/3).

Menurut Anton, kasus penodaan agama memiliki derajat keresahan sangat tinggi di masyarakat. Untuk itu mesti segera dilakukan antisipasi agar penistaan agama tidak menjadi konflik sosial.

Anton yang juga ketua penanggulangan penodaan agama mengungkapkan dalam sejarah penodaan agama pemerintah selalu bergerak cepat untuk mengantisipasinya. “Ini terjadi pra G30S/PKI 1965 lalu keluar Surat Edaran Mahkamah Agung 24Mei1964 agar hakim tidak ragu menjatuhkan vonis berat terhadap pelaku penodaan agama,” ujarnya.

Selain mengeluarkan surat edaran pada Januari 1965, pemerintah mengeluarkan UU nomor 1 PNPS 1965 tentang penodaan agama yang ancaman pidananya cukup berat diperkuat oleh KUHP Pasal 156a. Akan tetapi kata dia, di era rezim ini ditandai dengan kasus penodaan agama yang meningkat. Namun Polri terkesan ragu bertindak dengan dalih mesti menunggu laporan masyarakat.

 

sumber:Republika Online

Memahami Ukhuwah

Salah satu ajaran Islam mengenai konsep persaudaraan. Kata ukhuwah berasal dari bahasa Arab dengan bentuk masdar (kata dasar)-nya adalah akhu yang berarti saudara, termasuk di dalamnya saudara sekandung, saudara seayah, saudara seibu atau saudara sesusuan. Dalam pemakaiannya, kata ukhuwah selalu digabungkan dengan kata islamiah sehingga menjadi ukhuwah islamiah.

Ajaran ukhuwah dalam Islam bermakna suatu ikatan persaudaraan antara dua orang atau lebih berdasarkan keimanan yang sama, kesepakatan atas pemahaman serta pembelaan kepada Islam sebagai agama yang diridhai Allah SWT. Dasar ajaranukhuwah adalah firman Allah SWT dalam surat al Hujurat ayat 10 yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Sehubungan dengan ayat di atas, al-Qasimi, ahli tafsir kontemporer asal Mesir, menjelaskan bahwa iman menghendaki terwujudnya persaudaraan yang hakiki antara orang beriman yang terikat oleh hubungan yang murni dan kekerabatan yang fitri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keimanan melahirkan keharusan persaudaraan yang hakiki di antara orang beriman, yaitu hubungan persaudaraan yang tidak dapat diukur dengan hubungan kasih sayang, baik secara kejiwaan maupun secara jasmani.

Di samping dari Alquran, ajaran ukhuwah juga bersumber dari beberapa hadis Rasulullah SAW, antara lain, ”Orang Mukmin itu bagaikan satu jasad, atau bagaikan satu bangunan yang saling mengukuhkan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ayat dan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada bentuk ukhuwah yang paling baik dikembangkan oleh umat Islam selain ukhuwah islamiyah, karena ini adalah ikatan paling hakiki dan kuat, mengungguli semua jenis ikatan lainnya. Ikatan lainnya hanyalah bersifat sarana ukhuwah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar yang kuat bagi bangunan persaudaraan. Perbedaan yang terdapat di antara manusia, seperti fisik, ideologi dan sebagainya, hanya dapat dijembatani dengan iman kepada Allah SWT.

Pada masa awal Islam, ajaran ukhuwah diterapkan dengan sangat berhasil oleh Rasulullah SAW, khususnya ketika Nabi SAW mulai membangun masyarakat Islam di Madinah. Pada masa itu, umat Islam sudah tampak heterogen, terdiri dari berbagai suku dan kelompok. Untuk merekatkan hubungan satu sama lain, Rasulullah mempersaudarakan beberapa kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, sehingga lambat laun tercipta ukhuwah islamiyah di kalangan umat Islam Madinah.

Disarikan dari buku Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta.

sumber:Republika Online

India Minta Warga Kaya tidak Gunakan Subsidi Haji

Menteri Negara Urusan Minoritas Uttar Pradesh (negara bagian India terbesar dari segi populasi) Mohsin Raz meminta masyarakat menengah ke atas tidak lagi menggunakan subsidi haji. Subsidi tersebut nantinya bisa diberikan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan.

Raza menyebutkan, tidak seperti orang kaya, masyarakat miskin merasa kesulitan menunaikan ibadah haji, bahkan untuk sekali dalam seumur hidup mereka. “Orang yang tidak mampu harus mendapatkan subsidi haji. Saya meminta kepada umat Islam kaya menyerahkan subsidi haji mereka sehingga orang yang tidak mampu dan lebih layak mungkin mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan keagamaan,” kata Raza seperti dilansir dari situs One India, baru-baru ini.

Pemerintah India pusat memberikan subsidi kepada jamaah Muslim yang ingin berhaji dengan mengurangi sepertiga harga tiket pesawat dari maskapai penerbangan resmi India. Setiap negara bagian di India memiliki kuota kursi penerbangan tersebut.

Kuota haji Uttar Pradesh telah meningkat sebesar 8.000 jamaah, sehingga tahun ini mendapatkan sekitar 29 ribu kursi. Pemerintah setempat akan memastikan subsidi akan diberikan kepada warga yang layak mendapatkannya.

“Orang yang kaya tidak perlu mencari subsidi. Dia harus menyerahkan subsidi itu sehingga jamaah lain bisa pergi. Dengan cara ini, ia akan mendapatkan berkah ganda. Kami sedang mengkaji aturan dan akan segera mengambil keputusan,” kata Raza. Dia akan segera bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi untuk membahas masalah tersebut.

Raza ingin ada transparansi dan kejujuran dalam sistem pemerintahan. Seorang pejabat pemerintahan, kata dia, tidak bisa memboyong keluarga dan kerabatnya seenaknya pergi haji dan memanfaatkan subsidi haji. Menurut dia, semboyan “Sabka Saath, Sabka Vikas” (bersama dengan semua, pembangunan untuk semua) akan terwujud.

 

sumber: REPUBLIKA

Umat Non-Muslim Pun Berjilbab

Tradisi hijab bermotif agama tampak mencolok dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Dr Menachem M. Brayer (Professor Literatur Injil pada Universitas Yeshiva) dalam bukunya, The Jewish Woman in Rabbinic Literature, menulis tentang kewajiban pemakaian hijab oleh wanita-wanita Yahudi.

Dr Menachem mengutip pernyataan rabi (pendeta Yahudi) zaman dahulu yang cukup terkenal, ”It is not like the daughters of Israel to walk out with heads uncovered” (tidaklah pantas anak-anak perempuan Israel berjalan keluar tanpa penutup kepala).

Ia juga mengutip kata-kata populer lain, ”Cursed be the man who lets the hair of his wife be seen … a woman who exposes her hair for self-adornment brings poverty” (terkutuklah laki-laki yang membiarkan rambut istrinya terlihat … wanita yang membiarkan rambutnya terbuka untuk berdandan membawa kemelaratan).

Lebih lanjut Menachem menjelaskan, jilbab bagi wanita Yahudi tidak selalu berhubungan dengan kesopanan. Kadang-kadang ia menandakan martabat dan keagungan seorang wanita bangsawan Yahudi. Oleh karena itu, banyak wanita Yahudi di Eropa tetap menggunakan jilbab sampai abad ke-19 M meski mereka hidup di tengah budaya Barat sekuler.

Akan tetapi, tekanan eksternal dari masyarakat Eropa memaksa banyak dari mereka pergi keluar tanpa penutup kepala. Beberapa wanita Yahudi kemudian lebih cenderung menggantikan penutup tradisional mereka dengan rambut palsu sebagai bentuk lain dari penutup kepala. Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang saleh memakai penutup kepala hanya jika mereka mengunjungi sinagog (tempat ibadah Yahudi).

Sementara itu, dalam agama Kristen, sampai hari ini para biarawati Katolik masih menutup kepalanya. Tradisi ini sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Dikisahkan Menachem, agamawan Kristen dari golongan Amish dan Mennonites pernah mengatakan, ”The head covering is a symbol of woman’s subjection to the man and to God” (penutup kepala adalah simbol dari kepatuhan wanita kepada laki-laki dan Tuhan).

Motif pemakaian hijab dalam Islam maupun agama-agama lain tampak beragam. Sebagian dilandasi alasan agama dan sebagian lain karena alasan sosial. Di kalangan umat Muslim, terdapat kelompok yang berkeyakinan bahwa memakai jilbab adalah bagian dari kewajiban agama. Dan, karena itu, merasa lebih dekat dengan Islam. Apa pun alasannya, sikap saling menghormati antarumat adalah solusi memupuk keharmonisan sosial.

 

sumber:Republika Online