Uang Panas

Khalifah Umar bin Khattab menangis terharu saat mendengar bahwa Said bin Amir, gubernur Homsh, miskin. Umar mengirim 1.000 dinar untuknya. Said menerima uang tersebut sambil mengucapkan, innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Istrinya bertanya, “Apakah datang kabar kepadamu bahwa khalifah Umar wafat?” Said menjawab, “Lebih dahsyat dari itu! Telah datang kepadaku dunia untuk merusak akhiratku.” Akhirnya, Said bin Amir menyedekahkan semua uang yang diterimanya untuk fakir miskin.

Raja Sulaiman bin Abdul Malik menawarkan kepada Salim bin Abdullah bin Umar bin Khathab segala kebutuhannya. Salim yang hidupnya sangat sederhana menolaknya dengan halus. Raja Harun Al Rasyid pernah memberi uang 1.000 dinar kepada Fudhail bin Iyadh, tapi Fudhail dengan tegas menolaknya.

Syekh Muhammad Amin Syinqithi (1325-1393 H) menolak pemberian rumah mewah dan tanah yang luas di Kota Thaif dari seseorang, padahal ia orang yang sederhana. Uang gaji bulanannya habis untuk keluarga dan murid-muridnya. Mereka menolak uang karena khawatir dunia akan melalaikannya dari akhirat. Sebagian dari mereka khawatir tidak menjadi orang yang merdeka dalam amar makruf nahi mungkar.

Tentu, orang-orang yang beriman akan lebih takut lagi jika menerima uang haram. Harta merupakan nikmat sekaligus amanat yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram maka nerakalah yang berhak membakarnya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Uang haram menyebabkan doa tidak dikabul, penyebab hilangnya keberkahan, penyebab kehinaan umat, dan pertanda akan datangnya azab Allah. Contoh hilangnya keberkahan jika seseorang menerima uang suap saat pemilihan kepala daerah atau kepala negara.

Uang yang diterimanya cepat habis atau terkadang Allah menghukumnya dengan ditimpa bencana dan malapetaka, seperti banjir, gempa bumi, atau lainnya. Bisa jadi, teguran Allah berupa penyakit yang diderita si penyuap dan penerima suap. Bisa jadi, Allah menghukumnya dengan melihat kebenaran sebagai kebatilan dan sebaliknya.

Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya, orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah. Mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka, azab yang pedih.” (QS Ali Imran 77).

Dr Muhammad Ratib Nabulsi mengatakan, “Perilaku seperti ini terus berulang sampai hari kiamat. Seorang yang menyakiti Muslim untuk memperoleh keuntungan duniawi, seorang yang mengucapkan ucapan batil dan bertentangan dengan nuraninya agar memperoleh materi atau meraih ridha orang yang kuat. Seorang yang mengingkari kebenaran guna mendekati orang kaya, seorang hakim yang memutuskan perkara dengan batil karena memperoleh harta dari pihak yang zalim, itu semua terkena menjual janji Allah dan sumpah dengan harga yang murah.” (Tafsir Nabulsi, Juz 2 halaman 177).

Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.” (QS al-Baqarah 41). Ibnu Katsir berkata, “Janganlah kalian dengan sengaja menyembunyikan penjelasan, keterangan, dan tidak menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat, serta membuat samar kebenaran agar kalian bisa mempertahankan posisi kepemimpinan kalian di dunia yang murah, rendah ,dan sebentar lagi akan binasa.”

Semoga, Allah melapangkan kepada kita rezeki yang halal, barakah, dan baik. Semoga, Allah melindungi dan menghindarkan kita dari uang panas, amin.

 

Oleh: Fariq Gasim Anuz

REPUBLIKA ONLINE

Pohon tidak Berbuah

Dalam Kitab Suci Alquran banyak ditemukan kata pohon (syajarah) yang dijadikan perumpamaan dalam mendidik anak. Jika yang ditanam pohon berbuah, yang tumbuh pun pohon berbuah. Pohon kurma (an-nakhlun) disebut pohon yang baik (syajarotun thayyibah) sebagai ibarat sosok Mukmin sejati. Akarnya menghujam ke perut bumi, batangnya besar menjulang ke langit dan buahnya tiada henti (QS [14]: 24, [26]: 148, [55]: 11).

Pohon yang mirip dengan kurma adalah kelapa. Selain buahnya yang lezat, hampir semua bagian dari kedua pohon ini, mulai dari akar hingga pelepah dahannya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kepribadian anak yang dirindukan setiap orang tua bagaikan pohon kurma atau kelapa. Akidahnya kokoh, ibadahnya istiqamah, dan akhlaknya karimah.

Jika ingin mendapatkan anak semacam ini, tanamlah pohon kurma dalam diri kita sebagai orang tua dengan cara memberi teladan yang baik dalam berkata, bersikap, dan berperilaku. Inilah hakikat pendidikan anak dalam Islam, yakni melahirkan anak yang beriman, berilmu, dan beradab.

Ada pula pohon yang ditanam bukan berharap buahnya, melainkan karena daunnya yang lebat dan hijau, membuat indah taman-taman kota, udara menjadi sejuk dan tempat berteduh orang berlalu. Walau pohon ini tidak berbuah, jangan pula ditebang karena akan merusak ekosistem lingkungan alam. Pepohonan di lereng perbukitan akan menahan aliran air hujan, sehingga penduduk kampung terhindar dari longsor dan banjir bandang. Jika sudah tua, batangnya bisa dibuat papan membangun rumah dan rantingnya berguna untuk kayu bakar menanak nasi.

Pohon tidak berbuah itu ada dua macam. Pertama, pohon yang memang asalnya tidak berbuah, seperti pohon beringin, mahoni, dan pinus. Pohon ini perumpamaan orang yang memang tidak punya harta atau kemampuan untuk diberikan kepada orang lain.  Kedua, pohon berbuah, tapi tertutup dedaunan sehingga tidak kelihatan atau tidak jatuh untuk dimakan orang.

Orang Melayu bilang, “seperti durian mentah”. Artinya, walaupun pohonnya digoyang-goyang atau ditiup angin kencang, buahnya tidak jatuh juga. Buah baru akan jatuh jika dahannya patah atau dipatahkan. Pohon yang pertama dimaklumi, sehingga orang tidak pernah berharap buahnya. Tapi, pohon jenis kedua akan menjadi bahan cibiran orang atau menarik perhatian para pencuri untuk mengambil buahnya.

Pohon tidak berbuah yang kedua ini ibarat orang berada yang tidak suka berbagi kepada sesama. Kekayaannya ditutup-tutupi agar tidak terlihat atau karena takut diminta orang. Sifat kikir menggerogoti hatinya dengan menyembunyikan nikmat Allah SWT serta berlaku sombong dan berbangga diri (QS [3]: 180, [4]: 37, [57]: 24). Anak yang kikir tentu belajar dari orang tuanya sejak kecil. Semua sikap dan perilaku kekikiran orang tuanya akan direkam dengan baik, hingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak peduli dan tidak butuh orang lain (QS [92]: 8-11).

Begitu juga, orang berilmu yang tidak beramal. Ilmu hanya untuk kegagahan atau keangkuhan diri dan menarik pujian orang yang mengagumi. Mereka orang pandai yang tidak mau mengajarkan karena khawatir orang lain akan lebih hebat dan dipuji. Bak kata pepatah, “al-‘ilmu bilaa ‘amalin ka asy-syajarin bilaa tsamarin” (ilmu yang tidak diajarkan bagaikan pohon tidak berbuah). Sama halnya dengan orang berkuasa, tapi tidak berkarya untuk umat dan tidak memberi panggung bagi calon pemimpin masa depan, karena khawatir hilang kehormatan.

Baginda Nabi Muhammad SAW menasihati kita untuk menjadi manusia terbaik, yakni bermanfaat bagi kehidupan orang lain (HR Muslim). Jadilah pribadi seperti pohon berbuah sepanjang musim. Jika tidak, menjadi pohon berbuah musiman. Jangan jadi pohon musiman, tapi tidak berbuah pada musimnya, apalagi menjadi pohon tidak berbuah. Allahu a’lam bish-shawab.

 

Oleh: Hasan Basri Tanjung

REPUBLIKA ONLINE

Bagaimana Petunjuk Teknis Pelunasan BPIH 2017?

Jakarta (Sinhat)—Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah telah menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler Tahun 1438H/2017M dalam bentuk Keputusan Direktur Jenderal Nomor 140 Tahun 2017.

Pada Keputusan tersebut dijelaskan bagaimana teknis pelunasan BPIH tahun 2017. Jemaah haji dapat melunasi BPIH dalam dua tahap yang telah terjadwal. Tahap 1 mulai 10 April sampai dengan 5 Mei 2017 sedangkan tahap kedua diawali 22 Mei hingga 2 Juni 2017.

Direktur Jenderal PHU, Abdul Djamil, saat konferensi pers di depan para awak media menjelaskan hal-hal pokok yang diatur dalam petunjuk teknis pelunasan BPIH tersebut. Berikut adalah garis besar tiap tahapan pelunasan menurut Abdul Djamil.

“Tahap Kesatu diperuntukkan bagi Jemaah Haji lunas tunda tahun lalu,  yang telah memiliki nomor porsi dan masuk dalam alokasi kuota tahun 1438H/2017M (dengan status belum pernah menunaikan ibadah haji dan telah berusia 18 tahun terhitung pada tanggal 28 Juli 2017 atau sudah menikah),  dan jemaah haji cadangan sebanyak 5% yang berstatus belum haji,” kata Abdul Djamil.

“Sedangkan pelunasan tahap kedua diperuntukkan bagi Jemaah haji yang mengalami kegagalan system pada pelunasan tahap kesatu, Jemaah Haji yang sudah berstatus haji, Jemaah Haji sebagai pendamping/penggabungan mahram, dan Jemaah Haji Lanjut usia,” lanjut Djamil.

Selanjutnya Abdul DJamil juga menyampaikan kepada Jemaah haji yang telah berhak lunas dan yang masuk kuota cadangan segera melakukan pembayaran sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Menutup konferensi pers Abdul Djamil menginformasikan bahwa biaya pengganti pembuatan passport sebesar 355 ribu rupiah akan dibagi bersamaan dengan penyerahan uang living cost (1.500 Saudi Riyal) di asrama haji saat Jemaah akan berangkat. (ab/ab).

KEMENAG RI

Cerita Aswar Anas, Hafiz Qur’an Indonesia di Turki

Ada berbagai kisah menarik di balik kehidupan mahasiswa Indonesia yang belajar di Turki. Salah satunya adalah Aswar Anas, mahasiswa di Universitas Kastamonu yang didaulat jadi imam shalat tarawih di Turki.

Anas merupakan hafiz Al Qur’an 30 juz yang sudah dihafal sejak usia 14 tahun. Sebelum kuliah di Turki, Anas merupakan seorang siswa Pesantren Terpadu Darul Quran Mulia di Bogor.

Jelang bulan suci Ramadhan, pemuda lajang ini sudah didaulat untuk menjadi imam tarawih di Masjid Kara Mustafa Pasya. Masjid berada di kota Kastamonum, yang berjarak sekitar empat jam dari ibu kota Ankara.

Terdapat 44 mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Kastamonu. Anas sendiri lulus ujian masuk Universitas Kastamonu yang diselenggarakan di Jakarta pada 2015 lalu.

Pada 2016 lalu, Anas menjadi imam shalat tarawih di Masjid Suci Darende, tidak jauh dari tempatnya menetap di Kastamonu. Padahal, di Turki sendiri, jadi imam shalat tarawih sesuatu yang istimewa.

Ada kualifikasi khusus yang dipersyaratkan untuk menjadi imam. Namun, Anas sangat memenuhi kualifikasi tersebut. Anas semakin dikenal di sana, terutama karena jarang orang asing jadi imam di masjid-masjid Turki.

Tahun ini, Anas akan menjadi imam tarawih hatim atau akan menamatkan 30 juz Al Quran selama bulan Ramadhan, atau satu juz tiap malam. Masyarakat Kastamonu yang religius sangat suka dengan kehadiran Anas.

Tampaknya, mereka meyakini kalau imam tarawih ini akan menjadi imam rumah tangga yang baik. Buktinya, beberapa orang tua Turki menawarkan putrinya untuk menjadi pendamping hidup bagi Anas, sang mahasiswa dan imam tarawih.

Selain dikenal sebagai imam tarawih, Anas merupakan Ketua MPA Perhimpunan Pelajar Indonesia Kastamonu Turki. Ia giat pula berbisnis untuk memenuhi kehidupannya, dengan berbagai usaha sedang ditekuninya.

Tentu, mahasiswa-mahasiswa seperti Anas ini yang menjadi duta bangsa. Sebab, kehadirannya tentu sekaligus mengharumkan nama Indonesia di pergaulan bangsa bangsa di dunia.

 

REPUBLIKA ONLINE

Ini Alasan Kenapa Islam Turun di Arab (bagian 3)

Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti minum khamar dan menyembah berhala, bangsa Arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan mereka. Sebanyak 360 berhala yang ada di sekeliling Kabah tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan peradaban barat yang amat menggemari patung. Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di Arab tidak lain hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai imbas dari pergaulan mereka dengan budaya Romawi, Yunani dan Yaman.

Termasuk juga minum khamar yang memabukkan, adalah budaya yang mereka impor dari luar peradaban mereka.

Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati sesama merupakan ahlak dan watak dasar yang tidak bisa hilang begitu saja. Dan watak dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai, apalagi generasi dai pertama.

Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani melakukannya. Sebab mereka punya nurani yang sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka lakukan adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah perintahkan. Begitu cahaya iman masuk ke dalam dada yang masih bersih dan suci, maka sinar itu membentuk proyeksi iman yang amal yang luar biasa. Berbeda dengan bani Israil yang dadanya sesat dengan noda jahiliyah, tak satu pun ayat turun kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang datang kecuali didustainya.

Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman sudah masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah adalah ending yang paling indah dibandingkan dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya adalah sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu bangsa Arab berkumpul melakukan ibadah haji dan mendengarkan khutbah seorang nabi terakhir. Sejarah Rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya semua bangsa Arab. Bandingkan dengan sejarah Kristen yang berakhir dengan terbunuhnya (diangkat) sang nabi. Atau Yahudi yang berakhir dengan pengingkaran atas ajaran nabinya.

Hanya bangsa yang hatinya masih bersih saja yang mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia dan titik tolak penyebar agama terakhir ke seluruh penjuru dunia.

VI. Faktor bahasa

Sudah menjadi ketetapan Allah SWT untuk mengirim nabi dengan bahasa umatnya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi antara nabi dan umatnya.

Namun ketika semua nabi telah terutus untuk semua elemen umat manusia, maka Allah menetapkan adanya nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia. Dan kelebihannya adalah bahwa risalah yang dibawa nabi tersebut akan tetap abadi terus hingga selesainya kehidupan di muka bumi ini.

Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa menampung informasi risalah secara abadi. Sebab para pengamat sejarah bahasa sepakat bahwa tiap bahasa itu punya masa eksis yang terbatas. Lewat dari masanya, maka bahasa itu akan tidak lagi dikenal orang atau bahkan hilang dari sejarah sama sekali.

Maka harus ada sebuah bahasa yang bersifat abadi dan tetap digunakan oleh sejumlah besar umat manusia sepanjang masa. Bahasa itu ternyata oleh pakar bahasa adalah bahasa arab, sebagai satu-satunya bahasa yang pernah ada dimuka bumi yang sudah berusia ribuan tahun dan hingga hari ini masih digunakan oleh sejumlah besar umat manusia.

Dan itulah rahasia mengapa Islam diturunkan di Arab dengan seorang nabi yang berbicara dalam bahasa Arab. Ternyata bahasa Arab itu adalah bahasa tertua di dunia. Sejak zaman Nabi Ibrahim AS bahasa itu sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa bahasa Arab adalah bahasa umat manusia yang pertama.

Logikanya sederhana, karena ada sebuah hadis yang menyebutkan bahwa bahasa ahli surga adalah bahasa Arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu Nabi Adam dan isterinya Hawa yang keduanya pernah tinggal di surga. Wajar bila keduanya berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya turun ke bumi, maka bahasa kedua alien itu adalah bahasa Arab, sebagai bahasa tempat asal mereka. Dan ketika mereka berdua beranak-pinak, sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan bahasa surga itu kepada nenek moyang manusia, yaitu bahasa Arab.

Sebagai bahasa yang tertua di dunia, wajarlah bila bahasa Arab memiliki jumlah kosa kata yang paling besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan penelitian yang menyebutkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling banyak dalam penyebutan nama-nama benda. Misalnya untuk seekor unta, orang Arab punya sekitar 800 kata yang identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan anjing ada sekitar 100 kata.

Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa menyamai bahasa Arab dalam hal kekayaan perbendaharaannya. Dan dengan bahasa yang lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam disampaikan dan Alquran diturunkan.

V. Arab adalah negeri tanpa kemajuan material sebelumnya

Seandainya sebelum turunnya Muhammad SAW, bangsa Arab sudah maju dari sisi peradaban materialis, maka bisa jadi orang akan menganggap bahwa Islam hanyalah berfungsi pada sisi moral saja. Orang akan beranggapan bahwa peradaban Islam hanya peradaban spritualis yang hanya mengacu kepada sisi ruhaniyah seseorang.

Namun ketika Islam diturunkan di jazirah Arabia yang tidak punya peradaban materialis lalu tiba-tiba berhasil membangun peradana materialis itu di seluruh dunia, maka tahulah orang-orang bahwa Islam itu bukanlah makhluk sepotong-sepotong. Mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang multi dimensi. Islam mengandung masalah materi dan rohani.

Ketika sisi akidah dan fikrah bangsa Arab sudah tertanam dengan Islam, ajaran Islam kemudian mengajak mereka membangun peradaban materialis yang menakjubkan dalam catatan sejarah manusia. Pusat-pusat peradaban berhasil dibangun bangsa-bangsa yang masuk Islam dan menjadikan peradaban mereka semakin maju.

Logikanya, bila di tanah gersang padang pasir itu bisa dibangun peradaban besar dengan berbekal ajaran Islam, maka tentu membangun peradaban yang sudah ada bukan hal sulit. Wallahu alam bishshawab. [selesai.]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369533/ini-alasan-kenapa-islam-turun-di-arab-bagian-3#sthash.UxQs3sE4.dpuf

Ini Alasan Kenapa Islam Turun di Arab (bagian 2)

II. Jazirah Arabia Adalah Posisi Strategis

BILA kita cermati peta dunia, kita akan mendapati adanya banyak benua yang menjadi titik pusat peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia terletak di antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi pusat peradaban manusia.

Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah Arabia adalah posisi yang strategis dan tepat berada di tengah-tengah dari pusat peradaban dunia.

Bahkan di masa itu, bangsa Arab mengenal dua jenis mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar adalah jenis mata uang emas yang berlaku di Barat yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham adalah mata uang perak yang dikenal di negeri timur seperti Persia. Dalam literatur fiqih Islam, baik dinar maupun dirham sama-sama diakui dan dipakai sebagai mata uang yang berlaku.

Ini menunjukkan bahwa jazirah Arab punya akses yang mudah baik ke Barat maupun ke Timur. Bahkan ke Utara maupun ke Selatan, yaitu Syam di Utara dan Yaman di Selatan.

Dengan demikian, ketika Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan diperintahkan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, sangat terbantu dengan posisi jazirah Arabia yang memang sangat strategis dan tepat berada di pertemuan semua peradaban.

Kita tidak bisa membayangkan bila Islam diturunkan di wilayah kutub utara yang dingin dan jauh dari mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal di berbagai peradaban dunia.

Juga tidak bisa kita bayangkan bila Islam diturunkan di kepulauan Irian yang jauh dari peradaban manusia. Tentu Islam hingga hari ini masih mengalami kendala dalam penyebaran.

Sebaliknya, jazirah Arabia itu memiliki akses jalan darat dan laut yang sama-sama bermanfaat. Sehingga para dai Islam bisa menelusuri kedua jalur itu dengan mudah.

Sehingga di abad pertama hijriyah sekalipun, Islam sudah masuk ke berbagai pusat peradaban dunia. Bahkan munurut HAMKA, di abad itu Islam sudah sampai ke negeri nusantara ini. Dan bahkan salah seorang sahabat yaitu Yazid bin Muawiyah ikut dalam rombongan para dai itu ke negeri ini dengan menyamar.

III. Kesucian Bangsa Arab

Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang adalah bahwa orang Arab di masa Rasulullah SAW itu jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan ilmu pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk menjelaskan makna jahiliyah.

Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah sesungguhnya bukan ketertinggalan teknologi, juga bukan kesederhanaan kehidupan suatu bangsa. Jahiliyah dalam pandangan Quran adalah lawan dari Islam. Maka hukum jahiliyah adalah lawan dari hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah lawan dari kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari semangat Islam.

Bangsa Arab memang sedikit terbelakang secara teknologi dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin terkotori oleh budaya kota, maka bangsa Arab hidup dengan kemurnian nilai kemanusiaan yang masih asli.

Maka sifat jujur, amanah, saling menghormati dan keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota.

Sebagai contoh mudah, bangsa Arab punya akhlak mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan bagian dari harga diri seorang Arab sejati. Pantang bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang bagi bangsa Arab menolak permintaan orang yang kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar. [bersambung…]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369527/ini-alasan-kenapa-islam-turun-di-arab-bagian-2#sthash.CHj0xXEt.dpuf

Ini Alasan Kenapa Islam Turun di Arab (bagian 1)

ADA pertanyaan kenapa agama Islam diturunkan di Arab? Pertanyaan ini terkadang muncul dalam benak kita, maupun mungkin juga dari para mualaf sendiri.

Atas hal itu, Ustaz Ahmad Sarwat, Lc, menjelaskan bahwa para penulis sirah nabawiyah seperti Syeikh Dr. Said Ramadhan Al-Buthi dan beberapa ulama lainnya, memang pernah menulis apa yang menjadi pertanyaan tersebut. Yakni tentang beberapa rahasia dan hikmah di balik pemilihan Allah SWT atas jazirah Arabia sebagai bumi pertama yang mendapatkan risalah Islam.

Rupanya turunnya Islam pertama di negeri arab bukan sekadar kebetulan. Juga bukan semata karena di sana ada tokoh paling jahat semacam Abu Jahal cs. Namun ada sekian banyak skenario samawi yang akhir-akhir ini mulai terkuak. Kita di zaman sekarang ini akan menyaksikan betapa rapi rencana besar dan strategi Allah jangka panjang, sehingga pilihan untuk menurunkan risalah terakhir-Nya memang negeri Arabia.

Meski tandus, tidak ada pohon dan air, namun negeri ini menyimpan banyak alasan untuk mendapatkan kehormatan itu. Beberapa di antaranya yang bisa kita gali adalah:

I. Di Jazirah Arab ada rumah ibadah pertama

Tanah Syam (Palestina) merupakan negeri para nabi dan rasul. Hampir semua nabi yang pernah ada di tanah itu. Sehingga hampir semua agama dilahirkan di tanah ini. Yahudi dan Nasrani adalah dua agama besar dalam sejarah manusia yang dilahirkan di negeri Syam.

Namun sesungguhnya rumah ibadah pertama di muka bumi justru tidak di Syam, melainkan di Jazirah Arabia. Yaitu dengan dibangunnya rumah Allah (Baitullah) yang pertama kali di tengah gurun pasir jazirah Arabia.

Rumah ibadah pertama itu menurut riwayat dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia. Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas izin Allah untuk membangunnya. Lalu mereka bertawaf di sekeliling Ka’bah itu sebagai upaya pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat peribadatan umat manusia hingga hari kiamat menjelang.

Ketika Adam as diturunkan di muka bumi, beliau diturunkan di negeri yang sekarang dikenal dengan India. Sedangkan isterinya diturunkan di dekat Kabah. Lalu atas izin Allah keduanya dipertemukan di Jabal Rahmah, beberapa kilometer dari tempat dibangunnya Kabah.

Maka jadilah wilayah sekitar Kabah itu sebagai tempat tinggal mereka dan Kabah sebagai tempat pusat peribadatan umat manusia. Dan di situlah seluruh umat manusia berasal dan di tempat itu pula manusia sejak dini sudah mengenal sebuah rumah ibadah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

“Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk manusia beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi manusia.” (QS. Ali Imran: 96) [bersambung…]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369519/ini-alasan-kenapa-islam-turun-di-arab-bagian-1#sthash.QTUAzlsQ.dpuf

Benarkah Nabi Adam yang Membangun Masjid Al-Aqsha?

MASJID al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi ini. Tidak ada satu bentuk tempat ibadah pun yang ada di muka bumi saat Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha dibangun. Para ulama berpendapat masjid ini dibangun oleh para malaikat atau oleh Nabi Adam alaihissalam. Namun pendapat yang paling kuat adalah Masjid al-Aqsha dibangun oleh Nabi Adam. Jarak waktu pembangunan Masjid al-Haram dengan Masjid al-Aqsha adalah 40 tahun. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu anhu, ia mengatakan,

“Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjid al-Haram.” Aku kembali bertanya, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Masjid al-Aqsha.” Kutanya lagi, “Berapa tahunkah jarak pembangunan keduanya?” Beliau kembali menjawab, “40 tahun. Dimanapun engkau menjumpai waktu salat, maka salatlah, karena tempat (yang engkau jumpai itu) adalah masjid.”

Saat banjir besar yang melanda bumi di masa Nabi Nuh, masih bisa dijumpai sisa-sisa bangunan Masjid al-Aqsha yang dibangun oleh Nabi Adam. Ibnu Hisyam dalam kitab at-Tijan fi Muluki-l Hamir mengatakan, “Setelah Adam alaihissalam membangun Kabah, Allah Taala memerintahkannya untuk menempuh perjalanan ke Baitul Maqdis. Jibril mengawasi (atau memperhatikan) bagaimana Baitul Maqdis itu dibangun. Setelah Nabi Adam selesai membangunnya, beliau menunaikan ibadah di dalamnya.”

Nabi Ibrahim alaihissalam tinggal dan memakmurkan Masjid al-Aqsha sekitar tahun 2000 SM, kemudian dilanjutkan anak-anak beliau dari kalangan para nabi, yakni Nabi Ishaq dan Nabi Yaqub alaihimassalam. Pada sekitar tahun 1000 SM, dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman alaihissalam. Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayat sebuah hadits dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Ketika Nabi Sulaiman merampungkan pembangunan Baitul Maqdis, beliau memohon kepada Allah tiga permintaan: (1) Memberi putusan hukum yang sesuai dengan hukum Allah, (2) Diberikan kerajaan yang tidak patut dimiliki oleh seorang pun setelah dirinya, (3) dan agar tak seorang pun yang datang ke Masjid al-Aqsha dengan keinginan menunaikan salat di dalamnya, kecuali dihapuskan segala kesalahannya, (sehingga ia suci) seperti saat hari kelahirannya.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan, “Permintaan pertama dan kedua telah diberikan, dan aku berharap yang ketiga pun Allah kabulkan.” (HR. Ibnu Majah, no. 1408. Al-Albani mengatakan hadits ini shahih).

Secara tekstual, kita dapati hadits ini seolah-olah bertentangan dengan pendapat pertama yang mengatakan bahwa Nabi Adam-lah yang membangun Masjid al-Aqsha bukan Nabi Sulaiman. Para ulama, seperti Ibnul Jauzi, al-Qurthubi, dan selain keduanya menjelaskan bahwa yang dimaksud pembangunan oleh Nabi Sulaiman adalah perbaikan bukan membangunnya dari awal, sebagaimana Nabi Ibrahim membangun ulang Masjid al-Haram setelah Nabi Adam membangunnya pertama kali. Hal ini dikarenakan terdapat kerusakan yang diakibatkan banjir pada zaman Nabi Nuh.

Di saat Umar bin al-Khattab mengembalikan masjid ini ke pangkuan cahaya tauhid pada tahun 15 H/636 M, beliau radhiallahu anhu membangun Jami al-Qibli sebagai inti dari Masjid al-Aqsha. Kemudian di masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan, beliau membangun Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock) dan pada masa Bani Umayyah juga Jami al-Qibli dan komplek Masjid al-Aqsha terus diperbaiki, setidaknya perbaikan terus berlangsung selama 30 tahun, mulai dari tahun 66 H/ 685 M 96 H/715 M. Perbaikan itu membentuk bangunan Masjid al-Aqsha al-Mubarak seperti yang kita lihat saat ini.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371114/benarkah-nabi-adam-yang-membangun-masjid-al-aqsha#sthash.6sYiXFIV.dpuf

Menyusuri Kota yang Dijanjikan

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335).

Selain Makkah, Madinah, dan Jerussalem, inilah kota yang paling ingin saya kunjungi: Istanbul. Istanbul yang berasal dari kata Islambul atau Kota Islam atau Islamopolis ini, memang bukan tanah suci. Tapi, inilah ‘kota yang dijanjikan’ bakal menjadi milik umat Islam oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana termaktub dalam hadis di atas.

Istanbul merupakan kota tua bersejarah. Dibangun pada abad ke-7 sebelum Masehi, kota yang semula bernama Konstantinopel ini menyimpan jejak berbagai peradaban besar yang masih kokoh hingga kini. Terutama, peninggalan Byzantium dan Turki Usmani (Ottoman).

Sungguh menarik menyusuri kota ini dengan benang merah hadis di atas. Hadis itu disampaikan Nabi Muhammad pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, Makkah masihlah sebuah negeri yang belum masuk hitungan. Sementara Konstantinopel adalah ibu kota kekaisaran Romawi Timur yang merupakan superpower saat itu.

Sisi menarik lainnya, karena superpower ini disebutkan dalam Alquran bahkan menjadi sebuah surat bernama Ar-Rum (Bangsa Romawi). Alquran menyatakan, Romawi akan mengalahkan Persia . Saat ayat ini turun, Persia sedang menang. Beberapa tahun kemudian, terbukti Romawi kemudian mengalahkan Persia.

Ucapan Nabi Muhammad tentang Konstantinopel terpenuhi 825 tahun kemudian setelah Muhammad II berhasil memasukinya pada 29 Mei 1453. Muhammad II kemudian digelar sebagai Muhammad Al Fatih, yang berarti Muhammad Sang Pembebas. Dialah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul.
Pada Jumat, 28 Mei lalu-sehari sebelum peringatan pembebasan Istanbul, bila memakai kalender Masehi-usai shalat Jumat di Masjid Biru, bus yang kami tumpangi menempuh perjalanan menyusuri tepi pantai ke arah utara. Setelah berbelok-belok memasuki jalan kecil, kami tiba di sebuah masjid.

Dilihat dari arsitekturnya, masjid ini biasa saja. Ada banyak masjid dengan arsitektur serupa di Istanbul dan provinsi-provinsi lainnya di Turki. Sepintas, arsitektur dan warnanya mirip Masjid Biru. Masjid ini bernama Eyup Sultan Camii atau Masjid Sultan Ayub.

Membaca namanya, saya sempat terpikir ini adalah masjid yang dibangun oleh salah satu dari 36 sultan Khilafah Usmani. Tapi, setelah mengecek 36 nama sultan di Wikipedia, saya tak menemukan nama Sultan Ayub. Usut punya usut, dia memang bukan salah satu sultan Dinasti Ottoman. Lebih dari itu, dia adalah salah satu sahabat Nabi: Abu Ayyub Al-Anshari.

Bicara tentang sejarah penaklukan Konstantinopel, kita tak mungkin lepas dari nama ini. Abu Ayyub Al-Anshari terlibat dalam operasi pertama untuk membebaskan Konstantinopel pada tahun 44 Hijriyah atau 665 Masehi. Saat itu, kekhalifahan Islam di bawah Dinasti Umayyah dengan khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dalam operasi itu, Abu Ayyub gagal dan terluka parah. Kepada Yazib bin Muawiyah yang menjadi panglima perang, Abu Ayyub berwasiat agar jasadnya diangkut dengan kuda dan dibawa sejauh mungkin ke dalam wilayah Konstantinopel. Dan, dia dikuburkan tak jauh dari tembok Konstantinopel.

Di depan Masjid Sultan Ayub, ada sebuah air mancur. Masjid ini juga menjadi ‘rumah’ ratusan merpati. Banyak turis yang datang ke sini untuk berfoto dengan latar belakang air mancur dan burung merpati. Makam Ayyub Al Anshari terletak di halaman masjid bagian dalam, di kelilingi tembok. Kondisinya cukup terawat.

Masjid Sultan Ayub ini berada di sebelah barat laut Sultan Ahmed Square yang merupakan jantung Istanbul sejak dulu. Dengan menyusuri tepian Golden Horn ke arah tenggara, kita akan menjumpai kawasan yang dulu menjadi pintu penaklukan. Bangunan benteng yang tebal masih terlihat, bersatu dengan bangunan milik penduduk setempat.

Di Sultan Ahmed Square, terdapat sejumlah bangunan yang selama ini menjadi ikon Istanbul. Mulai dari Aya Sophia, Istana Topkapi, dan Masjid Sultan Ahmed atau Masjid Biru. Masjid yang berhadap-hadapan dengan Aya Sophia ini dibangun oleh Sultan Ahmed I–sultan ke-14–pada 1609-1612.

Aya Sophia mulanya adalah sebuah gereja katedral yang didirikan Konstantinus, putra Konstantin yang Agung. Saat Muhammad Al Fatih memasuki Konstantinopel, Aya Sophia diubah menjadi masjid. Dia membangun sebuah menara di sebelah selatan. Sultan Salim II menambahkan dua menara di sana serta mengubah bangunan berciri gereja dan memberi simbol bulan sabit di puncaknya.

Sekitar 500 tahun Aya Sophia menjadi masjid, pada 1937, Mustafa Kemal Ataturk mengubahnya menjadi museum. Tapi, Masjid Biru tetap berfungsi sebagai tempat ibadah. Saat shalat Jumat di tempat itu, dengan prosesi shalat memakan waktu hampir dua jam, masjid ini masih penuh sesak. Saya hanya kebagian di shaf paling belakang, dekat lemari tempat penitipan sandal.

Masjid dengan panjang 72 meter dan lebar 64 meter ini mampu menampung 10 ribu jamaah. Masjid yang didesain arsitek legendaris, Mimar Sinan, dinamai Masjid Biru karena ornamen bagian dalam masjid semua berwarna biru.

Di belakang Aya Sophia, ada Istana Topkapi. Istana yang menghadap Selat Bhosporus ini berdiri megah. Salah satu yang menarik dari istana ini adalah koleksinya. Ada pedang Nabi Daud, tongkat Nabi Musa, telapak kaki Nabi Muhammad, pedang Nabi Muhammad, jenggot Nabi Muhammad, pedang para sahabat seperti Zulfikar milik Ali bin Abi Thalib dan pedang Khalid bin Walid.

Ada pula barang-barang peninggalan Nabi Yusuf, Nabi Yahya, Nabi Ibrahim juga pintu Ka’bah yang asli. Soal kebenarannya, wallahu alam. Pengunjung tak diperkenankan mengambil gambar-gambar benda itu. Namun jika nekat, gambar bisa saja diambil dengan mematikan blitz kamera dan tentu saja sambil kucing-kucingan dengan petugas museum.

 

REPUBLIKA ONLINE

Jangan Tertukar! Ini yang Disebut Masjid Al-Aqsha

DI sini banyak sekali terjadi kekeliruan, ketika disebut Masjid al-Aqsha banyak orang menyangka bahwa Masjid al-Aqsha adalah salah satu bangunan yang ada di sana. Ada yang mengatakan Masjid al-Aqsha adalah bangunan yang memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu.

Pendapat-pendapat yang ada tersebut seakan saling berbenturan dan ada yang mengatakan pencitraan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock, bangunan dengan kubah berwarna kuning) sebagai Maasjid al-Aqsha adalah konspirasi Yahudi agar umat Islam tidak mengenal Masjid al-Aqsha. Benarkah demikian?

Pendapat yang insya Allah lebih tepat adalah Masjid al-Aqsha al-Mubarak merupakan nama bagi seluruh daerah yang dipagari, yang di dalamnya terdapat Qubbatu Shakhrakh, al-Jami al-Qibli (inti dari Masjid al-Aqsha), dan Musholla al-Marwani. Di sekitarannya terdapat:
1. al-Jami al-Qibli
2. Qubbatu Shakhrakh
3. Mushalla al-Marwani
4. Tembok ratapan Yahudi

Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita mana yang disebut dengan Masjid al-Aqsha al-Mubarak.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371112/jangan-tertukar-ini-yang-disebut-masjid-al-aqsha#sthash.Nz4tjdUK.dpuf