90 Persen Kesalahan Mendidik Anak karena Komunikasi

MENURUT Praktisi Parenting, Ida S Widayanti, 90 persen kesalahan mendidik anak oleh orangtua karena kesalahan komunikasi atau cara penyampaian nilai baik pada anak.

“Antara orangtua dan anak ternyata 90 persen masalah anak disebabkan oleh kesalahan atau cara berkomunikasi dan penyampaian nilai baik terhadap anak,” ungkapnya.

Oleh karenanya, penulis buku best seller Bahagia Mendidik Mendidik Bahagia ini memberikan tips pengasuhan dari Luqmanul Hakim, termasuk cara berkomunikasi.

“Saya singkat saja hanya memberi satu tips dari al-Qur’an dari Luqmanul Hakim. Beliau mengatakan, janganlah engkau memalingkan wajah artinya jangan mengekspresikan yang tidak menyenangkan,” ungkap alumni Institut Teknologi Bandung ini.

Kalau anak melakukan kesalahan, lalu ekspresi kita menyeramkan maka anak kita makin tidak baik perilakunya.

Kemudian yang kedua janganlah berjalan angkuh. “Gestur tubuh perhatikan kepada anak ketika menyampaikan nilai-nilai baik,” terangnya.

Dan yang ketiga janganlah meneriakkan suara seperti suara keledai.

“Karena seburuk-buruknya suara adalah suara keledai,” pungkasnya dalam acara Grand Seminar Parenting, rangkaian dari ESQ Great Family di Menara 165, Jakarta, beberapa waktu lalu.* SLS

 

HIDAYATULLAH

Rugikan Jamaah, Travel Umrah yang Gunakan Skema Ponzi Harus Dihentikan

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia Agustianto Mingka mengatakan pemerintah harus menghentikan izin perusahaan perjalanan (travel) haji dan umrah yang menggunakan skema ponzi. Pasalnya skeme tersebut melanggar aturan dan merugikan masyarakat.

“Seharusnya sudah dihentikan karena tidak sesuai dengan syariah sesuai aturan DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) ,” kata Agustianto saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (26/4).

Dia melihat masih banyak masyarakat yang tidak mengerti soal skema ponzi. Untuk itu para ahli dan tokoh agama dinilai perlu memberi penjelasan dan pencerahan ilmiah. Agustianto mengatakan ada ciri-ciri yang mudah dikenali terhadap travel umrah penganut skema ponzi, diantaranya harganya super murah dan tidak masuk akal, serta jadwal keberangkatan yang tidak jelas. “Masyarakat bukan saja harus berhati-hati tapi harus tinggalkan travel jenis ini karena caranya sudah salah,” kata dia.

Menurut Agustianto, bagi perusahaan mungkin saja skema tersebut menguntungkan. Namun tidak demikian bagi calon jamaah, terutama mereka yang mendaftar di akhir. Dia menyebut tidak ada nilai plus yang bisa diambil dari travel umrah yang didirikan di atas skema menyimpang.

 

IHRAM


Baca juga: Waspadai Umrah Skema Ponzi, Ini Ciriya,..

Kehati-hatian Ulama Dahulu pada yang Bukan Haknya

Al-Hasan bin Arafah pernah bercerita tentang sifat wara’ atau hati-hati dari seorang ahli sejarah, ahli fiqh, ahli hadits sekaligus seseorang yang terkenal berani di medan jihad. Beliau bernama Abdullah bin al-Mubarak atau Ibnul Mubarak.

Suatu hari Ibnul Mubarak bercerita kepada Hasan bin Arafah, “Diriku pernah meminjam pena ketika di Suriah dan lupa mengembalikan kepada pemiliknya. Ketika pulang balik ke Marwa (Iran). Ternyata, pena itu masih aku bawa. Kemudian, diriku balik ke Suriah dan mengembalikan kepada pemiliknya.”

Begitulah bentuk kehati-hatian para ulama terdahulu, sangat menjaga dirinya dari sesuatu yang bukan menjadi haknya. Berbeda dengan kita di zaman saat ini, seolah menghalalkan apapun tanpa rasa khawatir, padahal segala sesuatu yang kita miliki akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak, apalagi sesuatu yang kita gunakan tetapi bukan milik kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam kebaikan. [DOS]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375358/kehati-hatian-ulama-dahulu-pada-yang-bukan-haknya#sthash.dl3pcAN4.dpuf

Ustadz Arifin Ilham: 1 Istri Cukup, Kalau 2 Bisa Damai Lebih Utama

“Ibarat kata Ustadz Arifin sudah memakai ilmu tingkat tinggi. Ya apa daya seperti kita-kita, yang masih shalat berjamaahnya bolong-bolong, sama istri masih ada marahnya walau akhirnya rukun kembali, kemampuan finansial belum tercukupi,” kata pengguna medsos.

 

Pelaku poligami yang juga Pimpinan Majelis Az-Zikra, KH Muhammad Arifin Ilham, menyampaikan nasihatnya kepada umat Islam terkait syariat beristri lebih dari satu.

Kata Ustadz Arifin, sapaan akrabnya, menjalankan syariat poligami tidak boleh sembarangan dan main-main. Harus berhati-hati.

Nasihat itu Arifin sampaikan kepada publik melalui video yang direkamnya di sebuah tempat latihan berkuda di Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/04/2017). “Pagi tadi, (di) Nusantara Polo Karanggan, Citeureup, Bogor,” kata Pengurus Az-Zikra Ahmad Syuhada saat dikonfirmasi hidayatullah.com.

Sejak pagi tadi video tersebut menyebar luas di berbagai aplikasi media sosial (viral). Dalam video itu, Arifin mengenakan kaos berkerah dan topi khusus untuk menunggang kuda.

 

Saat perekaman video itu, Arifin tampak mesra di sisi kedua kekasihnya, baik istri pertama, Wahyuniati Al-Waly, maupun istri kedua, Rania Bawazier, bercadar.

Wahyuniati membuka pembicaraan dalam video itu dengan panggilan “Yayang…” kepada sang suami.

Arifin yang berdiri diapit kedua istrinya itu lantas menyampaikan tausiyahnya.

“Bidadari pertama, bidadari kedua, ikhwah fillah, jangan main-main dengan poligami, walaupun itu syariat Allah, tapi harus berhati-hati dengan hukum Allah,” pesannya.

Ia mengatakan, menjalankan syariat poligami jangan sampai mengorbankan hal lain seperti keluarga.

“Daripada bercerai, anak jadi korban, istri jadi korban, cukup satu istri saja,” ujarnya dengan mimik wajah dan suara penuh penekanan.

“Tapi, kalau bisa damai seperti ini dua,” lanjutnya lantas merangkul erat kedua istrinya, seraya bertanya, “Bagaimana sayang?” Lalu keduanya yang tampak akur sama-sama menjawab, “Alhamdulillah!”

Jika damai seperti itu, kata Arifin, “Maka itu jauh lebih utama. Allahu Akbar!” disambut pekikan takbir kedua istrinya.

 

Renungan Sebelum Berpoligami

Nasihat senada disampaikan ustadz yang dikenal dengan majelis zikirnya itu melalui akun medsosnya, Jumat ini. Pengamatan hidayatullah.com, ia menyampaikan bahan renungan bagi siapa saja yang ingin berpoligami.

“Sebaiknya kenali dulu di antara kesalahan-kesalahan poligami ini,” kata dia, seraya menyebutkan 10 daftar kesalahan dimaksud.

Kesalahan pertama, paparnya, sebaga imam seorang suami belum jadi teladan bagi keluarga.

“Kedua, hanya maunya pada sunnah poligami, sementara sunnah-sunnah yang lain belum ditegakkan, seperti tahajjud, (shalat) berjamaah di masjid, selalu jaga wudhu, dan seterusnya,” paparnya.

Kesalahan lain, menurutnya, adalah fisik yang kurang mumpuni, sakit-sakitan, sakit kronis, sudah uzur, lemah biologis, dan sebagainya.

“Keempat, rizki belum mapan, untuk keluarga satu saja sudah keteteran,” tambah Arifin.

Kesalahan lain, tambahnya, yaitu berpoligami tapi menyakiti istri pertama dengan menceraikan. “Ini kesalahan sangat fatal. Nafsu durjana namanya,” sebutnya.

Kesalahan keenam, yaitu bersikap sangat miring, hanya asyik pada istri kedua, atau yang kedua disembunyikan terkatung-katung.

“Ketujuh, tidak pakai surat resmi KUA, apalagi nekat mempalsukan,” sebutnya.

Kemudian, kesalahan lain, tidak bertanggung jawab pada anak-anak, atau anak-anak teracuhkan bahkan tersakiti sehingga menimbulkan dendam dan traumatik karena kelakuan bapaknya.

Kesalahan kesembilan, yaitu mengawini saudari kandung istri.

Terakhir, berpoligami lebih dari empat istri.

“Sekiranya belum siap, jangan paksakan diri, daripada kemudian keluarga hancur, cerai, anak-anak jadi korban nafsu durjana, lebih baik cukup satu istri saja bahagia dunia-akhirat,” pesannya melalui akun medsosnya di Facebook, sebagai keterangan tertulis pada unggahan videonya tersebut.

Menurutnya, untuk apa berpoligami kalau hanya menghancurkan hakikat tujuan nikah yaitu “sakinah”.

“Kedepankanlah iman dan akal yang sehat agar tidak menyesal dunia akhirat,” pungkasnya.

Unggahan nasihat video dan tulisan itu pun mendapat sambutan positif dan apresiasi dari para pembacanya.

MasyaAllah. Ibarat kata Ustadz Arifin sudah memakai ilmu tingkat tinggi. Ya apa daya seperti kita-kita, yang masih shalat berjamaahnya bolong-bolong, sama istri masih ada marahnya walau akhirnya rukun kembali, kemampuan finansial belum tercukupi.

InsyaAllah istri satu sudah lebih dari cukup dan menjadi jalan menuju surga bagiku dan menggapai ridha-Nya Allah. Aamiin,” ucap pengguna medsos bernama Fitra Fajar Mohammad.*

 

HIDAYATULLAH

Air Mata Mengucur di Multazam

Detik-detik pergantian tahun 1994-1995. Tak ada jeritan terompet. Tak ada dentang lonceng jam. Tak ada sirine meraung. Tak ada jabat tangan ‘selamat tahun baru’. Tak ada pelukan. Tak ada ciuman. Tak ada nyanyian. Tak ada pesta hura-hura. Dan, air mata mengucur di multazam, dalam irama doa dan istighfar.

Suasana malam tahun baru di Masjidil Haram, juga di kota suci Makkah — yang jatuh pada malam Ahad, tak lebih istimewa dari tengah-tengah malam biasa. Bahkan, lantai sekeliling Ka’bah tak lebih padat dari malam Jumat (dua malam sebelumnya), yang memang merupakan ‘malam libur’ di Saudi Arabia. “Tak ada tradisi perayaan malam tahun baru di sini,” kata Ibramim Hasima, pemandu umrah Al-Hussam, di Aziz Khogeer Palace sebuah hotel yang hanya berjarak 50 meter dari pintu Masjidil Haram, seperti dilansir dari pusat data Republika.co.id.

Di kalangan masyarakat negara yang memakai perhitungan tahun Hijriyah, malam tahun baru Masehi seperti tak ada artinya. Tak lebih dari malam-malam biasa. Lebih-lebih di kota suci Makkah, yang kental suasana keagamaan. Kompleks pertokoan, pasar, areal parkir, halaman Masjidil Haram, tak sepadat malam Jumat.

Di dalam Masjidil Haram, pada malam itu, tampak ratusan jamaah bertawaf mengelilingi Ka’bah seperti pada malam-malam sebelumnya. Puluhan orang pun berdesakan mencium hajar Aswad, puluhan lainnya khusuk bersembahyang sunnah di luar lingkaran tawaf, sementara dingin angin gurun menusuk-nusuk tulang, dan bintang-bintang menggelantung di langit malam. Terdengar gemeremang zikir, tahmid, istighfar, doa dan rintihan di pintu Ka’bah dan multazam (daerah antara hajar aswad dan pintu Ka’bah). Air mata haru, bahagia, rasa dosa, tobat dan penyesalan pun mengucur di sini.

Tetapi, beberapa rombongan jamaah umrah dari Indonesia dan dari berbagai belahan benua lainnya, sengaja menghabiskan malam pergantian tahun di Masjidil Haram. “Kita akan menikmati malam tahun baru di sisi Ka’bah untuk mengintrospeksi diri, melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam setahun dan merencanakan perbaikan di tahun depan,” kata Salim Bahannan, General Manager Intan Tour, menjelang keberangkatan jamaah umrahnya.

Makna khusus Tahun baru bagi umat Islam adalah 1 Muharram. Orang Jawa menyebutnya 1 Suro. Namun, bagi masyarakat Muslim di negara yang memakai perhitungan tahun Masehi, malam tahun baru tetap memiliki makna penting. Dan, malam pergantian tahun itu akan memiliki makna khusus ketika dinikmati di Masjidil Haram. “Saya merasa bahagia dapat melewatkan malam tahun baru di sini, kata Wulansari dengan mata berkaca-kaca.

Gadis yang menjadi public relation sebuah perusahaan di Jakarta itu sempat mengaku, malam-malam tahun baru sebelumnya ia habiskan dengan ‘berhura-hura’ bersama teman-teman sebayanya. Karena itu, melewatkan malam tahun baru di Masjidil Haram, baginya memiliki makna khusus.

Setidaknya, tahun kali ini tidak ia lewatkan dengan hura-hura, tapi dengan langkah-langkah ritual, dengan sentuhan religiusitas yang kental. Apalagi, malam itu ia lewatkan setelah menjalankan umrah pada hari sebelumnya. “Ada sesuatu dalam diri saya yang tercerahkan. Iman saya rasanya makin tebal,” katanya.

Perasaan yang sama juga dikemukakan Rumonda Kesuma, wanita karir yang bergerak di bidang advokasi. Bahkan oleh remaja kelas satu SMA Don Bosco Jakarta, Robin Yudhistira Ralie, dan Melania, siswi kelas satu SMA Santa Ursula Jakarta. “Bahagia sekali saya dapat berakhir tahun di Masjidil Haram,” kata Monda.

“Senang sekali. Rasanya gimana, gitu. Apalagi ketika mencium hajar Aswad,” kata Melania, yang umrah bersama adiknya, Melinda (siswi kelas dua SMP Marsudirini Jakarta) dan Armand Chandra (siswa kelas tiga SD Marsudirini). Tentu saja, mereka dikawal oleh sang Ayah, H. Kusnadi Abdul Hafidz, seorang pengurus DPD Golkar DKI.

Allah terasa dekat. Selalu ada perasaan khusus yang sangat personal ketika seorang hamba Allah berada di dekat Ka’bah, Baitullah yang menjadi titik kiblat (arah) sembahyang. “Ada perasaan makin dekat dengan Tuhan,” kata Fatmawati, seorang gadis Bali.

“Ini saya rasa suatu peningkatan iman,” tambah mahasiswi FSUI itu.

Dalam kedekatan seperti itu, ketertiban dan kekhusyukan sembahyang pun meningkat. Apalagi, di sekeliling Masjidil Haram dan di seluruh kota suci Makkah (juga di Madinah) suasana keagamaan terasa amat kental.

Tiap terdengar suara azan tiap orang tampak menghentikan kegiatan keduniawiannya. Toko-toko ditutup, mobil-mobil dihentikan, dagangan kaki lima dikemasi, kantor-kantor diistirahatkan, dan semuanya berbondong-bondong menuju masjid untuk salat berjamaah.

Kekhusyukan dan suasana agamis itu terasa lebih tajam bagi orang-orang yang biasanya hidup di kota metropolis super sibuk dan padat kerja. “Saya belum pernah merasakan kekhusyukan bersembahyang seperti di sini. Di Jakarta, sembahyang saya hampir selalu terganggu macam-macam kesibukan kerja,” kata Wulansari.

“Genap lima waktu saja sudah untung, di Jakarta waktu sembahyang kita sering lewat karena padatnya kerja,” timpal jamaah yang lain.

Yang dirasakan Fatmawati dan Wulansari itu adalah sentuhan religiusitas yang universal, yang juga dirasakan hampir tiap jamaah saat berada di Masjidil Haram. Dari manapun mereka berasal dan dari golongan sosial manapun. Ketika hamba Allah bersembahyang, kedekatan dengan Tuhan itu sudah amat terasa. Ketika hamba Allah bertawaf, berzikir, mengadu dan berdoa di sisi Ka’bah, perasaan dekat itupun makin mengental. Tuhan serasa hadir menguasai dan membelai seluruh perasaan.

Tak berlebihan, jika kemudian isak tangis sering tak terbendung, tumpah bersama doa dan pengakuan dosa, dalam gelegak perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata — karena sangat personalnya. Air mata pun mengucur di multazam, di depan pintu Ka’bah, sepanjang lingkaran tawaf dan di lantai Masjidil Haram ketika hamba Allah bersujud ke bumi.

“Biarlah, hanya Allah yang tahu, apa sebenarnya yang ada dalam perasaan hamba-hambanya. Ini urusan pribadi hamba dengan Tuhannya,” kata KH Cholid Abri, pembimbing rokhani jamaah umroh Intan Tour.

Tak berlebihan, jika kemudian perasaan jamaah umrah amat lekat dengan Masjidil Haram dan ingin terus berada di sana. Seperti diakui Rumonda, banyak yang merasa bersedih ketika ‘jatah tinggal’ di Makkah habis dan harus pulang negeri masing-masing.

Apalagi, yang tidak punya beban kerja dan keluarga yang menunggu di Tanah Air. “Sedih rasanya harus meninggalkan Masjidil Haram,” ujar Monda.

Penyegaran iman. Begitulah. Sangat tepat jika perjalanan umrah disebut sebagai ‘perjalanan pencerahan rokhani’. Banyak kegelapan rokhani ataupun kegelapan iman yang lantas ‘tercerahkan’ setelah seseorang melakukan umrah, ibadah yang sering disebut ‘haji kecil’ ini.

Dalam bahasa AM Syaefuddin (tokoh Nahdlatul Ummah yang juga berumrah lewat Intan Tour), perjalanan umrah adalah perjalanan ‘penyegaran iman’. “Dengan Umroh kita mengembalikan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia,” katanya.

Umrah, kata AM Syaefuddin, sangat efektif sebagai penyegaran iman. “Kebutuhan spiritual ditumpahkan sekaligus setahun sekali selama sepuluh hari. Kita biasanya merasakan kepuasan batin yang luar biasa,” katanya.

Karena itu, ia menganggap, orang-orang sibuk yang hidup di kota besar sangat penting untuk menyempatkan diri berumroh. Makin sibuk seseorang, menurutnya, makin perlu berumroh setahun sekali, agar imannya tetap terjaga dan hubungannya dengan Tuhan tetap terpelihara.

Perjalanan wisata umrah

Ini mungkin paket wisata plus atau ibadah plus. Atau, menurut istilah Direktur Intan Tour, Abdul Mannan, ibadah berdimensi wisata. “Ini perjalanan ibadah berdimensi wisata atau wisata berdimensi ibadah, katanya.

Paket umrah Al-Hussam Makkah yang dilaksanakan melalui Intan Tour Jakarta itu memang penuh suasana wisata, walaupun tujuan utamanya tetap ibadah. Tinggal landas dari Bandara Sukarno-Hatta 23 Desember 1994 pukul 23.00 WIB dengan Boeing 767 Gulf Air, pesawat singgah sebentar di Singapura dan Moscat.

Dari Moscat, jamaah umrah (bersama para penumpang lain yang kebanyakan para TKI asal Madura) dibawa ke Bahrain untuk tukar pesawat. Mengisi waktu menunggu sekitar dua jam, para jamaah pun mulai shopping di kompleks pertokoan air port. Setidaknya, nonton berbagai komoditi yang dipamerkan di balik etalase, yang harganya rata-rata jauh lebih murah daripada di Jakarta. Sebuah kamera tele-zoom Canon yang di Jakarta seharga Rp 875 ribu, misalnya, di Bahrain hanya sekitar Rp 500 ribu atau sekitar 250 dolar AS.

Gulf Air pembawa jamaah umrah Intan Tour baru mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah Sabtu 24 Desember pukul 16.00 WIB atau pukul 12.00 waktu setempat. Berarti, dengan rute dan transit tersebut, Jakarta–Jeddah ditempuh dalam waktu 17 jam, lebih lama enam jam dibanding penerbangan lain yang mengambil rute Singapura langsung Jeddah.

Menginap semalam di hotel Trident (bintang empat) sambil menyaksikan acara-acara TV yang syur, seperti TV Mesir yang menyajikan film tari perut atau Star TV yang menyajikan musik-musik pop India yang seronok (ada juga yang memanfaatkan waktu untuk shopping), pagi harinya rombongan dibawa dengan bus full AC ke Madinah. Dan, suasana wisata pun makin terasa.

Pemandangan-pemandangan menakjubkan terpampang hampir sepanjang jalan: bukit-bukit batu yang berjulangan menghitam di kana-kiri jalan, ceruk-ceruk bukit dengan oase dan gerombolan kambing, sungai-sungai kering dengan hanya beberapa genangan air, kebun-kebun korma di tengah hamparan padang batu, onta-onta di kaki bukit, burung-burung gagak yang bergerombol di pinggir jalan, dan apa saja yang bisa bersahabat dengan batu-batu.

Sampai di Madinah (setelah enam jam perjalanan) suasana keagaan tiba-tiba terasa amat kental. Sajian-sajian sekuler tak bisa lagi disaksikan di layar TV. Hanya siaran TV pemerintah Arab Saudi yang dapat disaksikan di kamar hotel. Apalagi, rombongan tinggal di hotel Al-Hussam yang berjarak hanya 100 meter dari Masjid Nabawi — sebuah masjid yang amat megah dengan tiang-tiang, kusen-kusen, lampu-lampu dan ornamen-ornamen indah yang bersepuh emas. Di pojok masjid inilah terdapat makam Nabi Muhammad saw yang selalu padat peziarah.

Semangat beribadah pun amat terasa. Tiap terdengar suara adzan, ribuan orang berbondong ke masjid untuk sholat berjamaah, meninggalkan kegiatan sehari-hari mereka. Semangat beribadah jamaah umroh pun tersulut seketika. Hampir tiap waktu sholat berjamaah tak terlewatkan. Dan, Intan Tour tetap memberi sentuhan wisata dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Jabal Uhud (medan perang Uhud), pasar korma, masjid Qiblatain (tempat turunnya wahyu pemindahan kiblat sholat dari Masjidil Aqsa ke Ka’bah), Masjid Quba, Masjid Tujuh (lokasi perang Handak) dan percetakan Alquran. Acara wisata (bebas) lainnya adalah shopping dan jalan-jalan di pertokoan.

Tinggal di Madinah dua hari dalam suasana keagamaan yang kental, jamaah rasanya menjadi amat siap untuk melaksanakan ibadah umroh. Dan, berangkatlah jamaah ke Makkah 27 Desember langsung dengan pakaian ihram. Ibadah umroh dimulai dari Miqat Bir Ali. Suara talbiyah pun lantas menggema di dalam bus hampir sepanjang perjalanan (lima jam) ke Masjidil Haram.

Dua kali jamaah dipandu berumrah secara berombongan. Selebihnya, jamaah bebas berumrah sendiri. Ada yang umrah sampai delapan kali, ada yang lima kali, ada pula yang merasa cukup dua kali. Suasana beribadah terasa sangat kental. Apalagi, jamaah tinggal di Aziz Khogeer Palace yang hanya berjarak 50 meter dari pintu Masjidil Haram.
Tiap kesempatan shalat berjamaah hampir tak pernah terlewatkan. Namun, dimensi wisata tetap tak terlewatkan, dengan mengunjungi Jabal Noor (tempat Gua Hirak), Jabal Rahmah (Arafah), Mina, Jabal Soor (tempat persembunyian Nabi ketika akan hijrah ke Madina), pabrik Kiswah (kain penutup Ka’bah), dan tentu saja shopping di pasar seng.

Puas beribadah di Masjidil Haram, rombongan pertama pulang ke Jakarta 1 Januari 1995 dan rombongan kedua (para wartawan, anggota DPR dan tokoh masyarakat) baru meninggalkan Makkah 4 Januari 1995. Rombongan kedua masih sempat shopping lagi di Balad (Jeddah) dan tinggal semalam di Hotel Al-Kayyam Jeddah, dan baru terbang ke Jakarta malam hari 5 Januari 1995.

 

sumber IHRAM

 

Apa saja Paket Umrah yang  ditawarkan oleh Umrah Umat? Klik di sini!

Inilah Tempat Nabi Isa AS Kini

PARA ulama telah sepakat tentang keberadaan beliau saat ini, yaitu di langit dalam keadaan masih hidup dan sama sekali belum mati. Dan hal ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya,

“Mereka tidak membunuhnya dalam keadaan yakin. Akan tetapi (sebenarnya), Allah telah mengangkatnya (Isa) kepada-Nya. Dan Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisaa: 157-158).

Pengangkatan Nabi Isa alaihissalam terjadi ketika beliau dikepung oleh orang-orang Yahudi untuk ditangkap dan disalib, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Allah mengangkat beliau kepada-Nya, yaitu ke langit.

Allah Taala juga berfirman,

“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta membersihkanmu dari orang-orang yang kafir tersebut.” (Ali-Imran: 55).

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud wafat pada ayat ini adalah tidur. Maksudnya, Allah menjadikan beliau tertidur sebelum diangkat ke langit.7

Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari al-Hasan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang Yahudi, “Sesungguhnya Isa itu belum mati. Dan ia akan kembali kepada kalian sebelum hari kiamat nanti.”8. Dan sangat banyak hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menunjukkan bahwa beliau saat ini masih hidup dan berada di langit.

Di antara hadis-hadis tersebut adalah kisah perjalanan mikraj Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam kisah tersebut, beliau bertemu dengan Nabi Isa alaihissalam di langit yang menyapa dan memberikan salam penghormatan kepada beliau.9. [Muhammad Nurul Fahmi/muslimorid]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375037/inilah-tempat-nabi-isa-as-kini#sthash.aWwe4kaK.dpuf

Ini Dia Kenikmatan yang Melebihi Malam Pertama

TERSEBUTLAH kisah dua orang mujahid di medan perang bernama Hatim Al-A’sham dan Shaqiq. Shaqiq merupakan seorang perawi hadits dari Ubad bin Katsir serta sahabat karib Ibrahim bin Adham. Ia menemui syahidnya dalam Perang Kulan pada tahun 194 H.

Salah satu malam dari banyaknya malam yang ia habiskan di medan perang, dimana sepanjang mata memandang hanyalah pandangan kepala yang tertebas dan pedang saling beradu. Shaqiq bertanya, “Wahai Hatim, kita berada di antara dua baris pejuang. Bagaimana menurutmu hari ini? Apakah seindah malam pertamamu?”

“Tidak, demi Allah,” jawab Hatim.

emudia Shaqiq berkata, “Demi Allah, pada hari ini, saya merasa lebih bahagia daripada apa yang saya rasakan ketika malam pertama.” Lalu, ia berbaring di antara dua baris pejuang yang mati syahid dan menempatkan tameng dari kulit di bawah pipinya sampai tertidur pulas dan dengkurannya terdengar.

Shaqiq juga sempat berkata, “Bertemanlah dengan orang-orang seperti dirimu ingin bermain dengan api, ambil yang bermanfaat dari mereka. Tapi berhati-hatilah jangan sampai terbakar.”

Begitulah indahnya malam Jihad fi Sabilillah bagi para mujahid hingga mereka menemui syahidnya. Bahkan lebih indah dibandingkan malam pertama bagi seorang pengantin.

Dan, sebagaimana pesan beliau, alangkah indahnya bila kita mampu berteman dengan mereka yang baik akhlak dan ibadahya. Karena sungguh, jauhilah teman-teman yang buruk meski mereka dekat, dan dekatilah teman-teman yang baik meski mereka jauh dari hidup kita. Selamat mencari teman hidup ya. [DOS]>

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375348/ini-dia-kenikmatan-yang-melebihi-malam-pertama#sthash.KYVoYXpL.dpuf

Waspadai Umrah Skema Ponzi, Ini Cirinya

Masyarakat diimbau tidak menggunakan jasa perusahaan travel haji dan umrah yang menggunakan skema ponzi dalam manejemen bisnisnya. Pasalnya skema tersebut tidak sesuai prinsip syariah.

“Karena (skema ponzi) itu sistemnya gali lubang tutup lubang, skema ini sudah dilarang di negara-negara maju karena akan merugikan masyarakat,” ujar Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia Agustianto Mingka kepada Republika.co.id, Rabu (26/4).

Pada travel umrah, skema ponzi akan merugikan calon jamaah yang mendaftar belakangan. Apabila dana yang masuk ke perusahaan tidak banyak, maka besar kemungkinan pemberangkatan calon jamaah yang mendaftar di akhir akan tersendat.

Agustianto menyebut ada beberapa ciri travel umrah yang menggunakan skema ponzi, diantaranya yakni jadwal keberangkatan ke Tanah Suci yang tidak jelas dan juga harga paket umrah yang murah jauh di bawah normal misalnya di bawah Rp 15 juta. Dia mengatakan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara implisit telah melarang praktik skema ponzi.

“Karena ini bagian dari sistem money game,” kata dia.

Menurut dia, Kementerian Agama perlu melarang tegas penggunaan skema ini oleh travel umrah yakni dengan menyertai sanksi bagi perusahaan yang melanggar. “Sepertinya pelarangan sudah ada, tapi tidak ada sanksi seperti larangan terhadap riba saja (dilarang oleh agama tapi tidak ada sanksi hukum bagi penggunanya),” ujar Agustianto.

Dia menyarankan pemerintah harus menertibkan sistem pemasaran haji dan umrah dengan skema ponzi seperti yang dilakukan beberapa travel di Tanah Air yang menawarkan paket umrah dengan harga amat murah. Harga yang ditawarkan biasanya tidak rasional dan tidak mungkin menutup semua biaya kebutuhan selama di Tanah Suci.

Skema ponzi diperkenalkan oleh Charles Ponzi. Skema ponzi merupakan modus investasi palsu yang membayarkan keuntungan kepada investor dari uang mereka sendiri, atau uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang diperoleh oleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini. Kelangsungan dari pengembalian yang tinggi tersebut membutuhkan aliran yang terus meningkat dari uang yang didapat dari investor baru untuk menjaga skema ini terus berjalan.

 

IHRAM

Wanita Di Balik Terbunuhnya Ali bin Abu Thalib

BAGAIMANA fitnah wanita telah menimpakan sebuah keimanan seseorang, sehingga terbutakan hati olehnya. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (Muttafaq alaihi). Dan masyhur di kalangan umat ini tentang sebuah golongan yang banyak menimbulkan kekacaun negeri, mereka adalah golongan khawarij. Golongan ini muncul pertama kali pada zaman Rasulullah shallallahu alahi wa sallam ketika dalam peristiwa pembagian harta ghanimah pada perang Hunain. Dan datanglah seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu alahi wa sallam dan langsung serta merta mengatakan, “Berbuat adillah hai Muhammad!!” Maka nabi shallallahu alahi wa sallam menjawab,” Dan celakalah, Siapa yang bisa berbuat adil, Selain keadilanku.”

Pesatnya paham ini ketika masa pemerintahan khalifah Ali radhiallahu anhu ketika terjadi perang siffin. Mereka menyempal dari barisan pasukan Ali dengan alasan Ali telah berbuat maksiat kepada Allah. Setelah kejadian itu mereka meninggalkan bashrah menuju ke suatu daerah yang bernama Harura. Sehingga kaum khawarij ini dinamakan juga dengan haruriyun/haruriyah. Kemudian Imam Ali memerangi mereka dalam perang An-Nahrawan, dan mereka berhasil dikalahkan.

Telah disebutkan oleh ibnu Faraj Al-Jauzi rahimahullah taala dalam kitab Dzamulhawa: “Siapa yang tidak kenal dengan Pembunuh masyhur ini, dialah Abdurrahman ibnu Muljam sang pembunuh khalifah Ali radhiallahu anhu. Abdurrahman ibnu Muljam dulunya seorang ahlussunnah, fasih dalam Alquran, dan taat menjalankan agama. Dia di utus oleh khalifah Umar bin Khatab radhiallahu anhu ke Mesir untuk mengajar penduduknya. Diceritakan, suatu ketika Abdurrahman bin Muljam melihat wanita dari Taim Ar-Rabbab yang biasa dipanggil Qatham. Ia merupakan wanita yang paling cantik, tetapi berpaham khawarij. Kaum wanita tersebut telah dibunuh karena mengikuti paham khawarij pada perang An-Nahrawan. Ketika Ibnu Muljam melihatnya, dia jatuh cinta padanya lalu melamarnya. Wanita ini mengatakan, “Aku tidak menikah denganmu kecuali dengan syarat mahar 3000 dinar dan membunuh Ali bin Abi Thalib”. Akhirnya, dia menikahinya dengan syarat tersebut. Ketika telah bersua dengannya, wanita ini berkata, “Hai! Kamu telah menyelesaikan (hajatmu). Pergilah!” Ia pun keluar dengan menyandang senjatanya, dan Qatham juga keluar. Lalu, Qatham memasangkan peci kepadanya di masjid. Ketika Ali keluar sambil menyerukan, “Shalat! shalat!”, Ibnu Muljam mengikutinya dari belakang lalu menebasnya dengan pedang pada batok kepalanya.

Tentang hal ini, seorang penyair berkata:
Aku tidak melihat mahar yang dibawa oleh orang yang punya kehormatan
Seperti mahar Qatham yang sedemikian jelas tidak samar
Mahar 3000 dinar, hamba sahaya, biduanita
Dan membunuh Ali dengan pedang yang tajam
Tidak ada mahar yang lebih mahal dari Ali meskipun berlebihan
Tidak ada kebengisan yang Melebihi kebengisan Ibnu Muljam

 

 

[Dzammul hawa yang ditahqiq Musthafa Abdul Wahid hal. 361]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375079/wanita-di-balik-terbunuhnya-ali-bin-abu-thalib#sthash.Mc6K0wQD.dpuf

Pernah Alami Tiga Hal Ini Saat Shalat? Hati-Hati Itu Ulah Setan

Tak mudah menghadirkan kekhusyukan dalam shalat. Ada saja hal-hal yang membuat shalat kita, terkadang sebatas gerakan gugur kewajiban. Bahkan, tak jarang pula, shalat yang kita lakukan bisa terganggu dan menyebabkan batal.

Qadi Syekh Badruddin bin Abdullah as-Syibli dalam kitabnya Gharaib wa ‘Ajaib al-Jin mengemukakan, di antara perkara yang kerap muncul ketika shalat itu pertama adalah perasaan seakan kita buang gas, namun tidak mencium bau apa pun atau mendengar suara lazimnya buang gas atau  kentut.

Rasulullah SAW pernah memberi solusi kepada salah seorang sahabat yang mengadu, ketika sedang shalat ia merasakan kejadian itu. Seakan-akan kentut, tetapi tidak mendapatkan bekas apa pun.

“Hendaknya siapa pun dari kalian tidak membatalkan shalatnya sampai ia mendengar suara (kentut) atau mencium baunya,” kata Rasulullah seperti dinukilkan Bukhari dan Muslim.

Abdullah bin Mas’ud menjelaskan, munculnya kondisi tersebut adalah ulah setan yang mengganggu manusia melalui aliran darah. Bila seseorang shalat setan datang mengintai dan melakukan apa pun agar si korban kehilangan kekhusyukan dan makna shalat.

Jurus jitu itu adalah dengan meniup dubur si korban agar muncul keraguan dengan target maksimal adalah membatalkan shalatnya. “Hendaknya ia tidak menggugurkan shalatnya jika tidak mendengar suara atau mencium bau kentut itu,” kata Abdullah bin Mas’ud.

Perkara kedua adalah kantuk. Rasa kantuk yang acap kali datang tiba-tiba di tengah-tengah shalat cukup berakibat fatal terhadap hilangnya konsenstrasi.

Dan, ternyata, kata Abdullah bin Mas’ud, kantuk yang muncul ketika sedang shalat itu berasal dari gangguan setan. Berbeda dengan rasa kantuk yang datang sewaktu berjihad. “Kantuk yang datang ketika berjihad adalah anugerah dari Allah SWT,” katanya.

Kemudian, perkara terakhir yang sering dialami saat shalat adalah bersin dan kuap. Bersin tiba-tiba yang tidak disertai flu dan kuap, kata Abdullah, adalah bentuk gangguan setan.

Agar terhindar dari godaan semacam ini, para ulama mengajurkan agar sebelum shalat, kita membaca istighfar dan al-mu’awwidzatain, yaitu surah al-Falaq dan surah an-Naas.

 

REPUBLIKA ONLINE