Jangan Sombong Ketika Mendapat Nikmat

PERHATIKAN ayat Allah berikut ini: “Dan Kami timpakan kejelekan dan kebaikan kepada kalian sebagai ujian.”

Kalau begitu, tidak setiap hadirnya kenikmatan itu adalah dalil bahwa kita diridlai Allah, sebagaimana tidak semua hadirnya musibah itu adalah dalil siksa Allah kepada kita.

Sering juga manusia diberi ujian di dunia dengan kehendak Allah bahwa di akhirat kelak mereka itu diberi kebahagiaan surga. Demikian pula sebaliknya.

Kalau begitu, jangan pongah dan sombong saat mendapatkan nikmat dan jangan sedih menderita berlebih saat ditimpa musibah. Jalani hifup dengan penuh kehati-hatian. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Inilah Penjelasan Alquran Mengapa Kita Capek Kerja

Kerja siang malam. Pergi pagi, pulang sudah gelap. Capek pun melanda. Namun penghasilan segitu-gitu saja. Betapa lelahnya mengejar dunia.

Allah SWT pun ‘menghibur’ dalam Alquran, mengapa kita begitu capek mengejar dunia yang nggak habis-habis. Alquran pun bertutur, membuat sebuah panduan yang berharga untuk kita bahwa apa yang kita tuju menentukan cara kita untuk sampai kepadanya.

  • Urusan berdzikir (sholat), perintahnya adalah “Berlarilah!”

“Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan sholat Jum’at,          maka berlarilah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jum’ah:9)

  • Urusan melakukan kebaikan, perintahnya adalah “Berlombalah!”

“Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan.” (QS. Al-Baqarah : 148)

  • Urusan meraih ampunan, perintahnya adalah “Bersegeralah!”

“Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga…” (QS. Ali Imron : 133)

  • Urusan menuju Allah, perintahnya adalah “Berlarilah dengan cepat!”“Maka berlarilah kembali ta’at kepada Allah.” (QS. Adz-Dzaariyat: 50)

Sementara itu, untuk urusan menjemput rizki (duniawi), perintahnya hanyalah “Berjalanlah!”

“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya.” (QS. Al-Mulk: 15)

Semestinya kita memahami, kapan kita perlu berlari atau menambah kecepatan lari kita, atau bahkan cukup berjalan saja.

Selama ini jangan-jangan kita merasa lelah karena berlari. Terus berlari mengejar dunia tanpa istirahat. Padahal seharusnya cukup berjalan saja.

 

 [Paramuda/BersamaDakwah]

Desain Rumah Nabi Muhammad SAW yang Sederhana

Ibnu Qayyim Al Jauziyah membuat satu bab tersendiri dalam Zaadul Maad mengenai Rasulullah dan Desain Rumah. Meskipun tergolong satu bab, uraiannya tidak banyak.

Hanya berisi garis besar bagaimana desain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan sikap beliau terhadap rumah sendiri.

Berikut ini ringkasan dari bab Rasulullah dan Desain Rumah dalam Zaadul Maad serta tambahan informasi ukuran rumah Rasulullah.

Rasulullah menyadari bahwa kehidupan laksana perjalanan, lalu berteduh sebentar untuk meneruskan ke tujuan yakni akhirat. Oleh karena itu beliau dan para sahabatnya tidak berlebih-lebihan dalam desain rumah.

Rasulullah tidak pernah menghias, memperluas dan meninggikannya. Akan tetapi desain rumah beliau adalah model terbaik bagi orang yang sedang dalam perjalanan untuk berlindung dari panas, hujan dan cuaca dingin. Melindunginya dari pandangan mata. Mencegah binatang masuk. Atapnya didesain sedemikian rupa agar tidak timbul kekhawatiran jatuh atau ambruk. Tak ada serangga yang bersarang, tidak pula tiupan angin kencang.

Rumah Rasulullah tidak terlalu rendah, tidak juga terlalu tinggi. Tidak terlalu sempit sehingga penghuninya sesak, tidak pula terlalu luas sehingga mubadzir dan sia-saia. Tidak pula banyak ruang kosong sehingga ditempati serangga.

Rumah Rasulullah tidak diberi wewangian yang justru mengganggu penghuninya. Namun rumah Rasulullah wangi karena beliau biasa memakai minyak wangi.

Desain rumah Rasulullah benar-benar ideal dan bermanfaat serta serasi dengan tubuh dan kesehatan.

Ketika berada di Makkah, rumah Rasulullah bersama Khadijah tergolong besar dan luas. Namun ketika berada di Madinah, rumah beliau bersama Aisyah hanya berukuran sekitar 5 meter x 4,5 meter dan tingginya 3 meter, berlantaikan tanah. Di dalamnya hanya ada sebuah kamar berukuran 3 x 3,5 meter dengan tempat tidur berupa tikar yang sederhana.

 

[Bersamadakwah]

Zaman Kini Buruk, Generasi Rasulullah Terbaik

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menyebutkan generasi terbaik yakni generasi beliau, kemudian generasi sesudahnya, dan generasi sesudahnya lagi.

Setelah itu beliau menyebutkan sebuah zaman yang dipenuhi kejelekan. Salah satu tandanya adalah banyak orang kegemukan. Beliau bersabda:

“Umat terbaik di antara kalian adalah pada generasiku ini, kemudian generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya lagi.” Imran (Imran bin Hushain, sahabat yang meriwayatkan hadits ini) mengatakan, aku tidak ingat apakah Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dua generasi setelahnya atau tiga generasi. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya setelah generasi kalian nanti akan muncul suatu kaum yang berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka memberi kesaksian tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kesaksiannya, mereka bernadzar tapi mengingkarinya, dan pada zaman itu banyak orang yang mengalami kegemukan” (HR. Al Bukhari)

Dalam hadits ini hanya disebutkan bahwa pada zaman tersebut banyak orang mengalami kegemukan. Tidak secara tegas dikatakan bahwa kegemukan itu jelek sebagaimana jeleknya khianat, kesaksian palsu dan mengingkari nadzar.

Namun yang perlu kita renungkan, setiap yang berlebih-lebihan merupakan hal yang tidak baik. Gemuk itu baik, tapi kalau sudah kegemukan, menjadi tidak baik. Setidaknya dari segi kesehatan.

Di zaman sahabat juga ada orang yang kegemukan, namun jumlahnya tidak banyak. Salah satunya pernah bertemu dengan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu.

“Mengapa perutmu besar seperti ini?”, tanya Umar bin Khattab sewaktu berpapasan dengannya di sebuah jalan.

Ini adalah karunia dari Allah,” jawab orang itu.

“Ini bukan barakah, tapi azab dari Allah!” kata Umar, “Hai sekalian manusia, hindarilah perut yang besar. Sebab itu membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh dan menimbulkan banyak penyakit. Makanlah secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.”

Imam Syafii memberikan nasehatnya tentang kegemukan, “Sama sekali tidak akan beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan Asy-Syaibany.”

Lalu ada yang bertanya, “Mengapa demikian wahai Imam?”

“Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti ia sama saja dengan hewan.”

 

INILAH MOZAIK

Apakah Haji Mabrur Itu?

Kosakata yang akrab di telinga kita saat menyebut haji adalah mabrur. Semoga menjadi haji mabrur, demikian doa yang kerap disampaikan kepada jamaah haji. Rasulullah dalam hadits mengatakan, haji mabrur tidak ada balasan, kecuali surga.

Lalu sebenarnya mabrur itu? Bagaimana mendapatkannya? Berikut penjelasan salah satu anggota Amirul Hajj sekaligus Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am pada Media Center Haji, Rabu (30/8):

Dari sisi bahasa, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al birru. Al birru itu artinya kebaikan atau  kebajikan. Dengan demikian, al hajjul mabruru artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan.

Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, al hajjul mabrur sebagai impian dari orang yang melaksanakan jamaah haji itu melalui tahapan. Mabrur tidak datang tiba-tiba. Tetapi harus diusahakan, mulai dari sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan ibadah haji.

Terkait dengan persiapan, ketika kita ingin mencapai haji mabrur, tentu kita harus melakukan aktivitas yang mendukung pencapaian haji mabrur. Persiapan itu antara lain:

Pertama, memahami ajaran agama Islam dengan baik, termasuk juga manasik hajinya. Karena amalan ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, maka ia dapat sia-sia.

Kedua, harus dipastikan rejekinya halal. Jangan sampai berangkat ibadah haji menggunakan uang hasil curian. Ini tidak diterima. Tidak boleh menggunakan uang curian untuk kepentingan ibadah.

Ketiga, meningkatkan amal ibadah. Kita harus menyiapkan diri dengan meningkatkan dan menyempurnakan amal ibadah.

Pada saat pelaksanaan ibadah haji, kita memastikan terlaksananya syarat, rukun, wajib haji. Sunnah-sunnah haji juga harus dipahami. Termasuk, hal yang terlarang, untuk dijauhi. Pelaksanaan amal perbuatan yang sah secara syar’i, belum tentu diterima. Sesuatu itu sah atau tidak, dapat diukur dengan ketentuan fiqh haji. Persoalan apakah diterima atau tidak, itu otoritas Allah SWT. Nah, haji mabrur terkait denggan keterterimaan ibadah kita oleh Allah.

Kemabruran dapat dilihat dari aktivitas seseorang setelah melaksanakan ibadah haji. Setidaknya indikator pertama, meningkatnya pelaksanaan ibadah secara personal. Yang semula ibadahnya bolong, tidak lagi. Yang biasanya menggunjing, tidak menggunjing. Hubungan kita kepada Allah menjadi lebih intim.

Kedua, meningkatnya kualitas hubungan sosial atau horizontal. Salah satu yang dilarang ibadah haji adalah rafats, fusuq, jidal. Haji mabrur, begitu setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia memiliki kemampuan untuk menjauhi yang dilarang dalam haji. Sehingga, akan terwujud, kohesi sosial. Kemudian, hubungan sosial akan menjadi positif.

Ketiga, melahirkan empati terhadap orang lain. Memiliki solidaritas sosial. Ada hadis yang menjelaskan beberapa perkara berikut:

1. Afsyussalam, artinya sebarkan kedamaian. Setiap bertemu orang lain, berilah salam, maka niscaya akan menebarkan kedamaian. Tetapi yang lebih substantif adalah kehadiran kita menjadi faktor pendamai di tengah masyarakat. Fi ayyi ardhin tatho’ anta mas’uulun ‘an islaamiha (dimana bumi dipijak, engkau bertanggungjawab atas kedamaian diatasnya)

2. Ath’imuth-tha’aam, artinya berikanlah makan orang yang membutuhkan makan. Artinya, kita harus memiliki solidaritas sosial.

3. Washilul arham, artinya sambung tali kekerabatan. Terminologi sambung itu artinya pernah terputus. Kalau sudah akrab, itu bukan silaturahmi, melainkan merawat kekerabatan. Kata sambung kasih sayang itu kepada yang memutus persahabatan dengan kita. Tidak mahal, tetapi butuh kelegaan hati

4. Berikutnya adalah hubungan kita secara personal vertical kepada Allah. Washallu bil laili wannasu niyaam. Shalat malam disaat semua orang sedang terlelap tidur. Itu adalah cerminan dari hubungan yang sangat privat kita dengan Allah. Tidak ada riya, kita bermuhasabah, kita mengadu kepada Allah.

Jika itu semua bisa dilakukan, tadkhulul jannata bis saalam. Maka engkau akan terhantarkan masuk surga dengan damai.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa haji mabrur bukan sesuatu yang given, tetapi selalu diusahakan tanpa henti. Tidak hanya saat pelaksanaan ibadah haji, tetapi dari persiapan, saat, dan pasca-haji. Pelaksanaan ibadah akan sangat berpengaruh pada absah atau tidak absah haji. Kalau diterima atau tidaknya, itu urusan Allah.

 

REPUBLIKA

FOTO: Anggota Amirul Hajj KH Asrorun Niam (dok Kemenag)

Haji Ibadah Berurai Air Mata: Nangis Mulu di Baitul Haram

Menangis itu nikmat dan dapat memupus gundah gulana. Seperti pengalaman haji bersama istri dan ibu di tahun 1994 disusul beberapa kali UMRAH sekeluarga sesudahnya yang semua biayanya dari hasil menulis dan melukis kaligrafi Alquran.

Sampai sehari sebelum berangkat dari kampung saya di Kuningan, saya berfikir, “Apaaaa ya yang belum?” Hingga tahu kalau saya belum pernah bisa menangis selama berdo’a. Saya pun berdo’a, “Ya Allah, biarkan hamba menangis terus mulai berangkat sampai hamba pulang.” Dan, itu benar-benar jadi kenyataan.

Dari mulai pemeriksaan imigrasi, tangis itu mulai meledak. Para penonton mungkin menyangka, “Kasihan deh, calon Haji ini belum berangkat sudah kecopetan,” padahal saya sedang membayangkan Nabi SAW sedang berkhutbah di Padang Arafah: “Ayyuhannaaaaaaaas….!”

 

Begitu melihat pucuk-pucuk menara Masjid Nabawi, raungan tangis mulai lagi, “Uuuu… uuu… uuu,” sampai-sampai menginspirasi istri untuk menohok dengan sikut kirinya dari bangku sebelah.

“Hei, nangis tuh kira-kira saja!”  tegurnya,

“Ini juga sudah dikira-kira,” jawab saya sambil menyetop tangis sejenak. “Uuu… Uuu…”

Di sana-sini menangis, sampai-sampai di pasar pun nangis, karena ingat peringatan Nabi bahwa pasar itu sarang setan.

Apalagi saat tawaf keliling Ka’bah, air mata terus tumpah sampai-sampai saya khawatir tak ada lagi cadangan air mata buat di Indonesia.

Di Masjidil Haram, seorang anak muda India yang belum juga bisa menangis, tertarik melihat sesenggukan saya.

“Kalau situh kapan mau nangisnya ya akhie?” tanya saya kepada si anak muda India itu. Dia pun menjawab,”Present in Arafah, insya Allah.”

Seorang anak muda dari Mesir, setelah lama saya ajak ngobrol, langsung merogoh koceknya dan … 
هل تسْمٙحُ لى ان اُعْطِيَك نقودا لولدِك لشراءِ الحٙلوِيّاتِ؟” /
“Hal tasmahu li an u’thiyaka nuqudan liwaladika lisyira’il halawiyat?” (Bolehkah saya kasih tuan fulus guna dibelikan permen untuk putra tuan?)

Ditanya seperti itu, maka tentu saja saya jawab dengan ‘Na’am’. Sekedar untuk kenangan, saya balas ngasih dia dengan selembar uang Rupiah 500 gambar monyet karena sudah tidak ada lagi uang Indonesia yang lain.

Dan sampai saat wassalam alias pulang haji, terutama saat menatap pucuk-pucuk menara Masjidil Haram, ledakan tangis itu kumat lagi. Tapi ya Allah, nikmatnyaaaaa tangisan ini. Terasa plong hati ini.

Nah, bagi jamaah yang masih tinggal di Makkah atau Madinah saya hanya memohon: Pak hai dan bu hajah, ayo kita menangis  haru sebelum keluarga pada nangis gembira menyambut di Indonesia!

Doa saya semoga mendapat haji yang mabrur. Amin.

Oleh: Didin Sirodjudin AR, Didin Sirodjudin AR, seniman kaligrafi dan pendiri Pesantren Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka).

FOTO: Didin Sirodjudin AR berhaji bersama keluarga pada tahun 1994. Ongkos hajinya didapat dari kemampuan dia menulis kaligrafi ayat Alquran. 

Pelepas Dahaga Sprirtual: Air Zamzam Riwayatmu Kini

Jutaan peziarah haji dan umrah yang mengunjungi tanah suci setiap tahun selalu ‘memadamkan haus spiritual’ mereka dengan membawa segelas air Zamzam selama mereka tinggal di kota suci Makkah dan Madinah. Mereka juga membawa botol Zamzam ke tanah air mereka untuk didistribusikan di antara keluarga serta kerabat mereka.

Kantor Serikat Zamzam kini telah mendistribusikan 2.6 juta botol air Zamzam kepada para jamaah haji sejak awal musim haji hingga menjelang musim puncak haji ini.

Ketua Dewan Direksi Serikat Air Zamzam, Abdul Hadi Zamzami,  mengatakan bahwa ada tujuh kantor kelompok layanan lapangan air Zamzam yang berada di bawah kantor serikatnya. Semua kantor tersebut bertugas   di bidang distribusi air Zamzam.

“Selama musim haji ini, sebanyak 47,39 juta liter Zamzam telah tersebar di antara para peziarah di Makkah dan Madinah, katanya seperti dilansir Saudigazette.com.

Proyek pengemasan ini hadir atau berasal dari ide Raja Abdullah agar pendistribusian air Zamzam semakin hari kian teratur. Proyek ini menggunakan teknologi yang sangat canggih untuk menyediakan dan menjaga kemurnian kualitasair suci ini.

Selain itu dengan adanya serikat tersebut maka pasokan air Zamzam kepada jamaah haji dan umrah bisa benar-benar terjamin. Ini karena semua orang tahu, air minum –apalagi air Zamzam — adalah sebuah hal yang sangat berharga. Di masa silam, utamanya di kalangan peziarah yang berhaji dengan naik unta dengan menyusuri gurun pasir, air minum kadang lebih mahal dengan emas. Aibatnya, persoalan air kerap kali menimulkan pertentangan. (Lihat gambar di atas: Sistem pompa dan pengemasan air Zamzam yang berada di kawasan Khudai, Makkah).

Sedangkan khusus untuk serikat atau perusahaan pengelola air Zamzam, maka sejak zaman dahulu soal pasokan air bersih dan air Zamzam di kawasan Makkah memang sudah ada pihak yang ditunjuk mengurusnya. Dan di Makkah dari dulu ada dua jenis air, yakni air biasa yang dipakai keperluan sehari-hari (air bersih yang dipasok dari Thaif) dan air Zamzam yang memang dipakai khusus untuk air minum para peziarah yang datang ke Masjidill Haram.

Nah, dipundak para anggota serikat itulah hingga kini dibebankan tugas untuk menjamin pasokan dan kualitas air zamam hingga bisa  sampai ke tangan pejiarah haji dan umrah dengan baik. Untuk memastikan pasokan air Zamzam itu Raja Abdullah pun telah menfasisiliatsi pembangunan proyek pengemasan air Zsmsam pada  Septmeber 2010 dengan menghabiskan dana  hingga 700 juta real.

Proyek tersebut mencakup 42 titik distribusi yang kantor pusatnya berada di kawasan Kudai di Makkah. Dari tempat itulah semuanya kini bermula. Awalnya, air  Zamzam itu dipompa dari sumurnya  ke tanki yang ada di kawasan Kudai. Dari situ Air Zamzam kemudian menjalani pemurnian dan sterilisasinya melalui sistem penyaringan  dengan menggunakan metodologi teknologi tinggi.

Setelah proses pemurnian tersebut, air  Zanmzam ini kemudian dipompa air ke tangki besar di Kudai dan di titik King Abdulaziz Sabeel (outlet pasokan Zamzam). Air Zamzam dari tangki Kudai inilah yang memasok kebutuhan minum para peziarah yang berada di Masjidil Haram.Air Zammzan ini dipasok melalui jaringan pipa dengan panjang sekitar satu kilo meter.

Sementara itu, tangki yang satunya, yaitu tani Sabeel dipakai untuk memasok air zamam untuk kebutuhan peziarah yang berada di Masjid Nabawi. Pasokan air suci ini ke Madinan ini idikirimkan melalu truk tangki dari berbagai amcam ukuran tuk tanki, misalnya dengan ukuran kapasitas tangki 10.000 meter kubik

Melalui proyek tersebut, maka kemudian bisa diketahui secara lebih pasti seperti apa profil sumur Zamzam itu.Sumur tersebut kini dalamnya sekitar 42 meter. umur Zamzam ini bisa mengeluarkan 11-19 liter air dalam satu detik.

King Abdullah Zamzam Water Factory (Serikat Air Zamzam,red) itu mampu menghasilkan 200.000 botol air berisi 10 liter zamzam dalm sehari. Produksi botol air bertambah selama Ramadan dan musim haji,” kata Zuhair Nawab, Presiden Saudi Geological Survey.

Sedangkan posisi persis dari letak sumur Zamzam itu sebenarnya terletak sekitar 21 meter di sebelah timur Ka’bah dan terletak 1,56 di bawah permukaan mataf (tempat tawaf).

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Indonesia Bertumbangan pada Jumrah Aqabah

MAKKAH— Jamaah haji dari berbagai dunia melakukan lempar jumrah Aqabah sejak pagi 10 Dzulhijjah hingga malam hari atau Jumat (1/9). Tak sedikit jamaah haji Indonesia, bahkan sejumlah negara, banyak yang bertumbangan karena kelelahan saat melakukan prosesi lempar jumrah Aqabah ini.

Berdasarkan pantaun Republika.co.id, suasana lokasi jamarat, sejak sore 10 Zulhijjah, sudah dipenuhi lautan masa. Jumlah tersebut semakin bertambang menjelang malam. Kepadatan mulai memuncak justru mulai magrhib hingga lewat tengah malam. Sebagian jamaah ada yang memutuskan mabil di sekitar lokasi jamarat di pelataran dan bahkan jalanan utama untuk melaksanakan mabit tanggal 11 Dzulhijjah.

Pada pelaksanaan lempar Aqabah, Republika.co.id, mendapati puluhan jamaah haji yang kelelahan. Beberapa di antaranya harus tertinggal di lantai tiga jamarat karena keterbatasan petugas. Siti Rohima Tukiman, misalnya, jamaah haji asal Embarkasi Medan (MES 22) ini pingsan karena kelelahan dan tertinggal rombongan. Dia berada di lantai tiga hingga beberapa jam sebelum akhirnya Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) membawanya ke klinik Saudi terdekat yang berada di lantai tiga jamarat.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id pula, puluhan jamaah haji terpaksa dievakuasi di pelataran jamarat dengan bantuan medis seadanya. Pihak Keamanan Saudi memberlakukan larangan kendaraan apapun masuk dalam kawasan jamarat, tak terkecuali ambulanse KKHI. Ini menjadi faktor rumitnya proses evakuasi jamaah.

Tak hanya jamaah yang bertumbangan, tetapi banyak pula jamaah yang tersesat dan tertinggal rombongan. Jutaan jamaah haji berkumpul di lokasi jamarat. Jufriadi Amin misalnya, jamaah asal Kabupaten Beirune ini, tertinggal rombongannya di kawasan Jamarat. Dia bersama lima teman rombongannya sempat belum melempar jumrah, hingga akhirnya ditemukan petugas. “Kami pun tidak tahu jalan ke maktab,” kata dia kepada wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah Arab Saudi. Jufriadi akhirnya diantar petugas pulang menuju tendanya.

 

REPUBLIKA

Pesan Rasulullah Saat Haji Wada

Pada puncak haji, Sekitar tiga juta umat Islam, 220 ribu di antaranya jamaah haji Indonesia, memadati Padang Arafah, sekitar 25 km dari Makkah. Mereka akan melakukan wukuf yaitu berdiam sejenak di salah satu wilayah yang berdekatan dengan Jabal Rahmah.

Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun haji yang harus dilaksanakan umat Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda: al-Hajju Arafat (haji adalah Arafah). Karenanya, mereka yang menunaikan rukun Islam kelima meski dalam keadaan sakit diberangkatkan ke Arafah.

Momentum yang amat penting dalam rangka pelaksanaan ibadah haji ini mengingatkan kita saat Nabi SAW menyampaikan pesan-pesan kepada umat Islam pada haji terakhir atau haji wada. Begitu penting pesan-pesan Nabi, hingga Beliau meminta kepada yang hadir untuk menyampaikan kepada yang tidak hadir.

“Wahai sekalian manusia. Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Setiap Muslim adalah saudara buat Muslim yang lain, dan kaum Muslim semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.”

Melalui pesannya itu, Nabi mengingatkan kepada umatnya untuk saling memelihara persaudaraan. Melalui persaudaraan insani ini, akan bertam bah rasa cinta manusia satu sama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian tidak hanya terhenti pada batas-batas tanah air tertentu. Karena itu, manusia dari segenap penjuru dunia diminta untuk berkumpul di satu irama yang sama, tanpa adanya diskriminasi. Dan, tempat berkumpul terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini, yakni di Baitullah. Dan itulah ibadah haji.

Ketika melaksanakan ibadah haji, kita diperintahkan untuk hidup luhur sebagai teladan iman ke pada Allah. Dalam surah Albaqarah 197 kita diingatkan “… mereka yang mengerjakan haji tidak boleh ada satu percakapan kotor, perbuatan fasik, dan berbantah-bantahan ….”

Di Tanah Suci inilah, di tempat orang-orang beriman menunaikan rukun Islam kelima, kita saling berkenalan dengan jamaah haji dari berbagai dunia untuk saling mempererat persaudaraan. Mereka diminta untuk menghilangkan segala perbedaan dan diskriminasi. Karena di tempat suci ini, mereka harus merasa di hadapan Tuhan mereka itu adalah sama.

Rasanya tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat akan keagungan Tuhan. Karena Dia lah sumber dari segala kebahagiaan. Menurut Muhammad Husein Haekal, penulis buku sejarah Nabi, di hadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna. Segala kecongkakan dan kebanggaan karena harta, keturunan, kedudukan, dan kekuasaan akan lenyap. Semoga mereka yang menunaikan ibadah haji memperoleh haji mabrur.

 

Oleh: Alwi Shahab

REPUBLIKA

Kisah Nabi Muhammad yang Berkurban Hewan untuk Umatnya

BERKURBAN telah ada sejak lahirnya manusia pertama di dunia ini, Nabi Adam dan Siti Hawa. Kemudian perintah tentang kurban disempurnakan pada zaman Nabi Ibrahim.

Penyembelihan hewan kurban dilakukan pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah setiap tahunnya. Umumnya orang menyembelihnya sesuai dengan tanggal jatuhnya Idul Adha dalam kalender Masehi. Sejak perintah berkurban dari Allah pada zaman Nabi Ibrahim, nabi-nabi selanjutnya selalu berkurban setiap tahun.

Begitu pun dengan nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad selalu berkurban setiap setiap tahun.

Mulai dari kambing hingga puluhan ekor unta, Nabi Muhammad menyembelih hewan kurbannya dengan tangannya sendiri. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnumajah.

“Nabi menyembelih dua ekor kambing belang (putih hitam) dan bertanduk, lalu beliau membaca basmallah dan bertakbir. Sungguh aku telah melihat beliau menyembelih hewan kurbannya dengan tangannya sendiri sambil meletakkan kakinya di atas leher hewan kurbannya”. [HR. Ibnumajah].

Hewan kurban Nabi Muhammad biasanya adalah kambing kibasy bertanduk, jantan, dan berwarna putih hitam namun lebih dominan warna putihnya. Pada satu waktu, Nabi Muhammad menyembelih hewan kurban untuk umatnya seperti diriwayatkan Jabir bin ‘Abdillah RA.

Dia berkata “Saya menghadiri salat Idul-Adha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di mushalla (tanah lapang). Setelah beliau berkhotbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku”.

Pada lain waktu, Nabi Muhammad juga pernah berkurban 100 ekor unta. Hal ini dilakukan pada tahun terakhir pelaksanaan haji sebelum beliau meninggal.

Beliau menyembelih 63 ekor unta sesuai dengan umurnya saat itu. Sedangkan sisanya disembelih oleh Ali bin Abi Thalib RA. Selain menyembelih hewan kurban untuk umatnya semasa hidup, Nabi Muhammad juga menyembelih kurban sapi atas nama istri-istrinya.

Daging dari hewan-hewan kurban itu pun kemudian dibagikan kepada para umat yang membutuhkan.

Demikian dilansir dari berbagai sumber.(vin)

 

OKE ZONE