Mulut Mereka tak Akan Pernah Diam

SETIAP orang memiliki jalan pikirannya masing-masing. Setiap kepala juga punya cara yang berbeda dalam menilai sesuatu.

Itulah alasan bahwa kita tidak akan hidup tenang jika selalu sibuk dengan penilaian orang. Jangan mau dipusingkan dengan komentar-komentar orang lain, karena mulut mereka tak akan pernah diam.

Jika kita yakin berada di jalan yang benar, telah memberikan hak orang lain, telah menjalankan kewajiban dan sudah menampilkan akhlak yang baik maka tutup telinga rapat-rapat dari komentar orang-orang, karena mereka tidak akan berhenti menuduh dan mencari kesalahan.

Mengapa?Karena memang itulah kerjaan mereka. Para Nabi yang telah sempurna dan tidak memiliki cacat saja selalu dituduh, apalagi kita yang menyimpan banyak aib dan kesalahan ini?

  • Nabi Nuh as dituduh sesat.

Pemuka-pemuka kaumnya (Nuh) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar- benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-Araf:60)

  • Nabi Hud as dituduh kurang waras dan pendusta.

Pemuka-pemuka orang- orang yang kafir dari kaumnya (Hud) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS.Al-Araf:66)

  • Nabi Shalih as disebut sebagai pendusta dan sombong.

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (saleh) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong.” (QS.Al-Qamar:25)

  • Nabi Ibrahim hanya dinilai sebagai pemuda biasa saja dengan penuh pelecehan.

Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS.Al-Anbiya:60)

  • Nabi Musa dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara.

“Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?” (QS.Az-Zukhruf:52)

  • Nabi Muhammad disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila.

Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS.As-Shaffat:36)

Para Nabi adalah manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah swt. Mereka begitu sempurna hingga tak memiliki cacat dan kesalahan. Namun lihatlah bagaimana penilaian orang-orang kepada mereka?

Ayat-ayat di atas telah menjelaskannya, mereka dianggap sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, anak kecil dan lain sebagainya.

Namun para Nabi tak memperdulikan penilaian manusia, yang terpenting adalah bagaimana penilaian Allah swt atas diri mereka.

Seperti kutipan doa Rasulullah saw ketika dilempari di Thoif, sembari membersihkan darah di kakinya, beliau bersabda,”Jika Engkau (Allah) tidak marah kepadaku, maka aku tidak peduli dengan apapun”

Tentu masih banyak ayat-ayat lain yang berkaitan dengan hal ini, namun pelajaran penting yang kita ambil hari ini adalah: Jangan sibuk dengan penilaian orang lain ! karena seputih apapun diri kita, pasti akan tampak hitam di mata mereka.

Sibukkan diri untuk menjadi yang terbaik di mata Allah, karena hanya Penilaian-Nya lah yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita.

 

INILAH MOZAIK

 

Jika Seorang Muslim, Buanglah Akhlak Buruk

BELAKANGAN ini makin nyata adanya kelompok orang yang mengaku muslim dan beriman tetapi tidak menampakkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-harinya. Gejala ini sangat banyak kita temui baik dalam rutinitas keseharian apalagi di media sosial. Sumpah serapah dan caci maki, tak urung mewarnai “komunikasi” (kalau boleh disebut komunikasi) yang terjadi.

Kita pun dibuat bertanya-tanya, “Bagaimana mungkin seorang yang mengaku Islam, melakukan hal-hal seperti itu?” Untuk memahaminya, perlu dijelaskan adanya perbedaan antara orang-orang muslim (ber-Islam), mukmin (beriman), dan muhsin (ber-ihsan).

Definisi keislaman dipaparkan dalam Al-Hujurat ayat 14: “Orang-orang Arab Badui (a’rab, pengembara Badui yang belum mengembangkan peradaban, bukan ‘arab) itu berkata: Kami telah beriman…. Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah menjadi muslim (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.”

Sedang definisi keimanan dipaparkan dalam Al-Anfal ayat 2 -3: “Sesungguhnya orang2 beriman ialah mereka yg bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Jadi kira-kira Muslim itu yang melaksanakan kewajiban syariah secara lahiriah, sedangkan Mukmin adalah sikap hati (batiniyah). Orang beriman (Mukmin) adalah yang gemetar hatinya bila mendengar kata Allah dan bertambah terus imannya ketika membaca ayat Allah. Mukmin menjaga dan menghayati shalatnya–yakni menghadirkan hati dalam ibadah–dan melahirkan amal-amal saleh antara lain dalam bentuk sedekah.

Sedang berkenaan dengan Ihsan, Allah Swt. berfirman dalam Al-Mulk, ayat 23: “… Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih sempurna amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Dalam hadis Jibril disebutkan ihsan adalah menyembahNya dalam keadaan kita (seolah-olah, yakni bukan dengan mata fisik) melihat Allah Swt. Atau kalau kita tidak bisa merasa seolah melihatNya, kita yakin bahwa Allah melihat/mengawasi kita. Dalam hadis lain dikatakan: “Allah Swt. cinta pada orang yang jika menyelesaikan pekerjaan, dia selesaikannya dengan ihsan (sempurna).”

Ada juga dalam hadis lain disebutkan: “Allah telah menetapkan al-ihsan dalam semua hal.” (HR Muslim)

Ada 166 ayat yang mengandung kata ihsan dan turunannya. Salah satunya yang populer: “Sungguh Allah menyuruh berlaku adil & berbuat ihsan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (An-Nahl: 90 )

Segera tampak bahwa ihsan terkait erat dengan kepemilikan dan penerapan akhlak mulia secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, orang yang berihsan tak hanya menahan marah, tetapi juga memaafkan orang yang bersalah padanya dan menyempurnakannya dengan berbuat baik padanya.

Sebagaimana firmanNya dalam QS. Ali Imran: 134; “Dan orang yang menahan marahnya & yg memaafkan kesalahan org2. Dan Allah mencintai org yang menyempurnakan kebaikan (berbuat ihsan).”

Yang menarik dalam ayat di atas adalah bahwa Allah sendiri tidak pernah menyebut diriNya “mencintai orang-orang beriman” atau “orang-orang Muslim”, tetapi “mencintai orang-orang yang berihsan”.

Ihsan adalah menyempurnakan seluruh amal agar secara spiritual kita makin dekat kepadaNya. Maka tak sedikit ulama mengidentikkan Ihsan dengan tasawuf.

Dan bukan kebetulan juga tasawuf disebut mazhab cinta, yang mempromosikan hubungan saling cinta manusia dengan Allah (dan dengan manusia serta makhluk-makhluk lain). Penjelasan lbh panjang tentang tasawuf sbg mazhab cinta al. ada di buku saya: ISLAM Risalah Cinta dan Kebahagiaan.

Jadi, Islam-Iman-Ihsan sejajar dengan Syariah-Akidah-Tasawuf (akhlak). Ketiganya tak terpisahkan, tapi puncaknya adalah akhlak. Dengan kata lain, puncak keislaman kita harus terwujud pada kepemilikan/penerapan akhlak mulia. Tak akan banyak berarti bila kita mengaku Islam, dan tak akan terbukti mengaku beriman, kecuali jika kita telah benar-benar memiliki/menerapkan akhlak mulia. Inilah makna hadis Nabi Saw.: “Aku tak diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Demikian juga inti dari firmanNya yang sering kita ulang-ulang: “Dan tak Kami utus kau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat (kasih-sayang) untuk alam semesta.”

Maka, orang-orang yang mengaku Muslim tapi tak berakhlak mulia bisa jadi baru mencapai tahap Islam, mungkin iman, tetapi belum ihsan. WalLah a’lam.

 

INILAH MOZAIK

Berapa Biaya Haji di Negara-Negara Mayoritas Muslim?

Tiap tahun, jutaan Muslim berdatangan ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji di Makkah. Perjalanan ibadah ke Makkah itu bisa memakan biaya bervariasi di negara Muslim satu dengan negara Muslim lainnya.

Bagi warga Muslim di Malaysia, biaya haji relatif murah dibandingkan negara mayoritas Muslim lain. Sebab, rata-rata pendapatan warga lebih besar dari biaya paket ibadah haji, demikian dilansir Aljazirah pekan ini.

Rata-rata, biaya haji di Malaysia setara sekitar enam bulan gaji pekerja. Sementara bagi Muslim Bangladesh, biaya haji di sana setara tiga tahun gaji.

Di Indonesia, seorang Muslim bisa berhaji dengan biaya yang dikumpulkan hampir setahun gaji. Sementara Muslim India, Pakistan, Nigeria, dan Mesir harus mengumpulkan dana setara dua tahun gaji untuk bisa berhaji.

Dari sisi besaran, biaya haji di Indonesia dan Pakistan adalah yang termurah, sekitar 3.000 dolar AS. Biaya haji termahal adalah di Mesir dengan biaya sekitar 6.000 dolar AS. Sementara biaya haji di Malaysia, Bangladesh, dan Nigeria hampir menyentuh 5.000 dolar AS. Di India, biaya haji hampir mencapai 4.000 dolar AS.

 

 

REPUBLIKA

Abdullah ibn Mas’ud, Orang Pertama yang Melantunkan Alquran

Dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah karya Khalid Muhammad Khalid, tercatat kisah orang pertama yang melantunkan ayat suci Alquran. Ia adalah Abdullah ibn Mas’ud, seorang pengembala domba milik ‘Uqbah ibn Abi Mu’ith, salah satu pembesar Quraisy.

Abdullah adalah orang keenam yang memeluk Islam dan beriman kepada Rasulullah. Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah berkumpul. Salah seorang berkata, “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar Alquran dibacakan kepada mereka. Nah, siapakah orang yang berani memperdengarkan Alquran kepada mereka?”

Pemuda pengembala domba itu menyahut, “Aku.” Mereka berkata, “Akan tetapi, kami mengkhawatirkanmu. Kami menghendaki seorang laki-laki yang memiliki keluarga besar sehingga bisa melindunginya dari kaum Quraisy yang hendak mengganggu.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Jangan khawatirkan aku karena Allah pasti melindungiku.”

Pemuda itu kemudian berangkat ke Kabah. Pada waktu dhuha, ia sampai di maqam Ibrahim, sementara kaum Quraisy sedang berkumpul. Abdullah Ibnu Mas’ud lalu membaca ayat-ayat pertama dari surah Ar Rahman dengan suara lantang.

Para pemuka Quraisy pun tercengang, tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga mereka. Mereka berseru, “Apa yang diucapkan oleh Ibnu Ummi Ma’bad itu? Apakah ia membaca sebagian dari Alquran yang dibawa oleh Muhammad?”

Para pemuka Quraisy segera bangkit menghampiri Abdullah Ibnu Mas’ud kemudian memukul wajahnya. Namun, Ibnu Mas’ud tetap melantunkan ayat-ayat suci Alquran hingga beberapa ayat. Setelah itu, ia kembali kepada para sahabat dalam kondisi wajah dan tubuh yang terluka.

Para sahabat berkata kepadanya, “Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu.” Namun Abdullah Ibnu Mas’ud menjawab, “Tidaklah ada yang lebih mudah bagiku sekarang ini selain menghadapi para musuh Allah itu. Jika kalian mau, besok aku akan melakukan hal yang sama kepada mereka.”

Saat itu, tindakan Abdullah Ibnu Mas’ud ini begitu fenomenal. Ia terus mendatangi kaum Quraisy dan melantunkan ayat-ayat Allah tersebut. Allah pun memberi balasan dengan mengaruniainya kemahiran membaca Alquran dengan sangat indah. Ia juga jadi memahaminya secara mendalam.

Rasulullah sampai berpesan kepada para sahabat untuk mengikuti bacaan Alquran Ibnu Mas’ud. Ia meminta para sahabat belajar padanya bagaimana seharusnya membaca Alquran.

 

REPUBLIKA

Haji dan Kesalehan

Pergi menunaikan haji bukan sekadar mendapatkan gelar kemudian pulang ke tanah air masing-masing. Ada nilai lingkungan hidup yang sebaiknya dipahami sehingga sampai di tanah air para haji menjadi manusia penebar kebaikan.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW ber sabda, “Bahwa Nabi Ibrahim telah mengharamkan negeri Makkah dan saya mengharamkan negeri Madinah ter masuk di dalamnya dua lembah yang berbatu kerikil. Tidak boleh dite bang pohonnya dan tidak boleh pula diburu hewan-hewannya.” (HR Imam Muslim).

Kemudian, umat disuruh menanam pohon dan bukan merusaknya. Dari Abu Hurairah, Ra sulullah SAW pernah bersabda, “Sese orang yang menanam benih kemudian hasilnya dimakan oleh burung, hewan liar, dan dicuri oleh manusia terhitung menjadi Ibadah dan sedekah.” (HR Imam Al-Bukhari).

Hadis ini menggambarkan, Makkah dan Madinah sebagai kota su ci dan dilarang merusak lingkungan di kedua kota ini. Sia pa pun yang mau pergi haji dan yang su dah kembali ke tanah air tak boleh merusak lingkungan.

Ada beberapa hikmah dari hadis di atas. Pertama, aman dari penjahat lingkungan. Larangan tadi apabila diberlakukan di tanah air akan menye lamatkan hutan, hewan, dan sungai sehingga terhindar dari kerusakan.

Kedua, motivator ibadah lingkung an. Seseorang yang sudah mendapat kan gelar haji sebaiknya memo tivasi umat lain untuk beribadah ling kungan.

Masalah banjir, suhu naik dan turun, hujan tidak tahu kapan waktu, dan kerusakan tanah tidak lain karena terjadi kegagalan untuk memo tivasi orang lain. Salah satu masalahnya adalah tidak terbukti bisa mengubah umat lain untuk tidak merusak. Lebih parah lagi apabila tidak bisa me nunjukkan aksi untuk menyelamatkan alam yang sudah rusak tadi.

Ketiga, terwujudnya kedaulatan pangan. Apabila nilai-nilai ekologis berhaji diterapkan, dapat me nyelesai kan masalah pangan. Masalah iklim, seperti suhu naik dan turun, banjir, longsor, dan serangan hama dapat diatasi dengan menjaga ekosistem hutan. Sementara, luasan hutan sema kin menciut setiap tahun.

Keempat, adanya pertang gung jawab an. Siapa pun yang sudah pergi haji kemudian kembali lagi dengan selamat, maka ada pertanggung jawaban terhadap apa yang sudah didapatkan. Haji yang sudah didapatkan bisa tidak membawa berkah apabila dana haji berasal dari merusak ling kung an. Misalkan, memperluas kebunkebun dengan jalan membakar hutan.

Padahal, keseimbangan ekosistem harus dipertahankan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sehingga tidak menimbulkan bencana lingkung an. Jika kita merujuk pada hadis di atas, syarat sah ibadah haji adalah tidak melakukan kerusakan.

Artinya, setelah pulang dari naik haji juga tidak diperkenankan untuk merusak tanaman, hewan, tanah, dan bagian-bagian alam ini. Semoga siapa pun tidak melakukan kerusakan lagi.

 

Oleh: Bahagia

REPUBLIKA

Salut! Letkol Ridwan Gendong Nenek 96 Tahun Saat Berhaji

Jakarta – Letkol Inf Ridwan Khoerul Anwar menunjukkan aksi heroik dengan menggendong nenek tua berusia 96 tahun yang sedang menunaikan ibadah haji. Ridwan juga tengah melaksanakan ibadah haji.

Aksi Ridwan ini diunggah ke akun instagram @puspentni. Dalam foto tersebut Ridwan yang berpakaian ihram tengah menggendong sang nenek. Di foto terlihat juga beberapa jemaah wanita berjalan bersama.

“Letkol Inf Ridwan Khoerul Anwar (Dosen Muda Seskoad/1993) sedang melaksanakan ibadah haji, menggendong seorang nenek Jemaah Haji Indonesia asal Bandung (Nenek Cucum Umur 96 Tahun). Pengabdian prajurit tanpa batas tanpa pamrih, luar biasa,” tulis akun Twitter @puspentni seperti dilihat detikcom, Sabtu (2/9/2017).

Beberapa pengguna instagram memuji aksi Ridwan tersebut. Ada yang menyebut aksi Ridwan sebagai pengabdian kepada masyarakat.

“Pengabdian tak mengenal tempat dan waktu, semoga sehat selalu pak,” ujar pemilik akun @julfahmisalim.

Dari mereka juga ada yang memberi hormat kepada Ridwan. “Salam hormat dari saya Pak, sehat selalu untuk semua,” tulis pemilik akun @wihanddd.
(nvl/fdn)

Bang Ali di Balik Sistem Kloter Haji

Julukan ‘Gubernur Judi’ dan ‘Gubernur Maksiat’ pernah disematkan kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin di era 1970-an. Hal ini terkait kebijakannya yang melegalkan perjudian dan lokalisasi pelacuran di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Tapi tak banyak yang peduli betapa Bang Ali, begitu sapaan popular sang gubernur, begitu berjasa dalam menata manajemen haji di tanah air.

Alkisah, di pengujung 1974 atas bujukan isterinya, Nani Sadikin, Bang Ali berkenan menunaikan rukun Islam kelima. Meski merupakan urusan pribadi, ia tak menyia-nyiakannya untuk mengaitkannya dengan posisi dirinya sebagai gubernur. Bukan soal fasilitas, tapi pembelajaran dari lapangan betapa manajemen pelayanan terhadap para jemaah harus dikelola dengan lebih profesional.

“Saya dan keluarga sih pelayanan serba beres dan menyenangkan karena menjadi tamu pangeran di Saudi,” kata Ali dalam biografi bertajuk Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota Manusiawi karya Ramadhan KH. “Tapi bagaimana dengan para Jemaah kebanyakan?,” ia membatin.

Sejak masuk karantina hingga tiba di Mekkah, Medinah, Arafah hati Ali miris melihat pelayanan yang diterima para jemaah. Mereka menggeletak di kamar sempit, pengap, kurang air, tempat buang hajat bersifat darurat, dan jauh dari masjid. Belum lagi berbagai aksi tipu yang menimpa sebagian dari jemaah. “Saya ngenas melihat mereka, sedih. Saya tak akan tinggal diam.”

Ali juga tak habis pikir bagaimana mungkin orang jompo, sakit, wanita hamil bisa lolos pemeriksaan petugas kesehatan. Mereka seharusnya disehatkan dahulu dan tidak dipaksakan berangkat. “Di mana-mana ada penyelewengan, ada saja amplop di bawah meja rupanya,” Ali mengeluh.

Begitu tiba kembali di tanah air, ia cuma beristirahat sehari. Sejumlah staf terkait dipanggilnya ke rumah dinas untuk diberikan briefing mengenai berbagai hal yang perlu dibenahi dalam manajemen haji. Salah seorang diantaranya Andi Mappetahang (AM) Fatwa, staf ahli bidang kerohanian Pemda DKI.

“Latar Bang Ali kan seorang militer. Dia ingin seluruh rombongan haji dibagi kedalam batalion, kompi, dan pleton agar mudah mengorganisirnya. Ini yang kemudian kita kenal sebagai Kloter (kelompok terbang),” papar AM Fatwa kepada Detikcom di Gedung DPD beberapa waktu lalu.

Untuk membahas berbagai ide perbaikan pelayanan haji yang dikehendaki Bang Ali, dia diminta membuat makalah untuk disampaikan dalam Lokakarya Perbaikan Pemberangkatan Haji pada 1975. Hasilnya diserahkan kepada Dirjen Urusan Haji Burhan Cokro Handoko. Menteri Agama Mukti Ali langsung menyetujui berbagai usul perbaikan untuk diberlakukan secara nasional.

“Inilah cikal bakal pembentukan kloter dan Indonesia yang pertama kali memberlakukannya dalam pemberangkatan haji,” jelasnya.

Sebelum lokakarya, Bang Ali berdialog dengan sekitar 50 tokoh masyarakat seperti KH Abdullah Syafi’I, Lukman Harun, RM Kafrawi, Yusuf Hasyim, Asa Bafagih, Yunan Helmy Nasution, dan M. Natsir.

Para tokoh semuanya sepakat, mengelola perjalanan haji pada prinsipnya adalah memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada para Jemaah. “Tidak boleh dijadikan proyek untuk mencari keuntungan.”

Khusus untuk para petugas haji yang akan mendampingi Jemaah selama di Arab Saudi, Bang Ali menekankan pentingnya dipilih yang masih muda dan kuat secara fisik maupun mentalnya, serta menguasai Bahasa Arab. “Kalau sudah pada tua ya bagaimana mereka mengurus orang lain, mengurus diri sendiri saja susah,” tandasnya. (ayo/jat)

 

DETIK

Ayat Motivasi Penghilang Pesimisme

SELALU disampaikan bahwa tak ada yang tak diuji dalam kehidupan ini. Dunia adalah ladang ujian. Tak salah apa yang diperintahkan seorang kiai di saat detik akhir kehidupannya agar semua keluarga dan santrinya mengadakan pesta tasyakkur jika kematian telah menjemputnya.

Semua kaget dengan perintah itu dan bertanya-tanya. Sebelum mulut mereka menganga melafalkan kalimat tanya, sang kiai berkata: “Itu karena dunia ini adalah ujian. Kematian bermakna bahwa ujian telah usai. Tak bahagiakah aku dengan selesainya ujian?”

Mungkin saja ujian hidup terasa sangat berat. Mungkin saja mata menangis, saraf melemah, otot mengendor dan nafas tersengal karena musibah itu. Saat seperti itu perlulah diingat pernyataan Allah bahwa musibah itu sesungguhnya tak pernah diciptakan melebihi kemampuan orang yang ditimpanya. Itu dengan sebuah catatan, yakni jika yang ditimpa musibah itu memaksimalkan potensi dan kesempatan untuk kembali kepada Allah.

Tidak ada yang sulit dan berat jika semuanya dikembalikan dan dipasrahkan kepada Allah. Ingat saja pada ayat berikut ini: “Begitulah, Tuhanmu berkata: Itu bagiku adalah mudah.”

Sungguh tak ada yang mustahil jika Allah mau. Demikian pula tak ada yang mungkin terwujud jika Allah tak mau. Allah adalah sumber segalanya, prima causa kata orang kampus.

Coba baca ayat itu dengan suara agak keras, renungi maknanya dan berkatalah: “DenganMu aku bisa, denganMu aku menjadi tenang, denganMu semuanya menjadi mudah.” Lalu tersenyumlah. Jangan pelihara masalah dan jangan ditangisi. Masalah itu agak manja. Tersenyumlah atas ujian atau musibah, maka ujian dan musibah itu akan mengecil, lalu pergi dan bergantikan bahagia. Demikian kata ulama yang kitabnya saya baca. Salam, AIM.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Doa Sholat Tahajud yang Diajarkan Rasulullah

Sholat tahajud adalah sholat sunnah yang paling utama. Selain itu, doa sholat tahajud juga mustajabah. Bagaimana doa sholat tahajud yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Berikut ini pembahasannya.

Waktu Sholat Tahajud

Sholat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan di sebagian waktu malam, diawali dengan tidur terlebih dulu. Waktunya terbentang setelah isya’ hingga sebelum Subuh. Dan waktu paling utamanya adalah di sepertiga malam yang terakhir.

Keutamaan Sholat Tahajud

1. Siapa yang ahli ahli tahajud akan diangkat Allah ke tempat/kedudukan terpuji sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Isra’ ayat 79.

2. Kunci masuk surga. Sebagaimana sabda Nabi dalam riwayat Tirmidzi, “Sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan), sambungkanlah silaturrahim, dan shalatlah pada malam hari ketika orang lain sedang tidur; niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.”

3. Sholat sunnah yang paling utama. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat An Nasa’i, “Sholat yang paling afdhol setelah sholat fardhu adalah sholat malam.”

4. Selain mendapatkan kedudukan mulia di akhirat kelak, orang-orang yang ahli tahajud juga akan mendapatkan kedudukan yang mulia di dunia. Allah akan memberinya kemuliaan dan kewibawaan.

5. Doanya dikabulkan Allah. Apalagi jika ia melakukannya di sepertiga malam yang terakhir.

6. Sholat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang shalih terdahulu. Maka siapa yang saat ini senantiasa mengerjakannya, maka ia pun tercatat sebagai orang-orang yang shalih sebagaimana mereka.

7. Penghapus dan pencegah dosa.

Pembahasan lebih lengkap mengenai keutamaan dan tata cara sholat tahajud bisa dibaca di artikel sholat tahajud

Keutamaan Doa

Doa adalah perintah Allah

Doa adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa. Adapun orang yang tidak mau berdoa, ia termasuk orang yang sombong.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al Mu’min: 60)

Doa adalah ibadah

Doa adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

Doa itu adalah ibadah (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Tazkiyatun Nafs menjelaskan surat Al Baqarah ayat 186 bahwa ayat tersebut mengandung dua makna. Pertama, Allah memberi apa yang diminta oleh hambaNya dalam doa. Kedua, Allah memberi pahala atas doa dan ibadah hambaNya.

Allah mengabulkan doa hambaNya

Sebagaimana surat Al Mu’min di atas, dan juga firman-Nya:

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu (QS. Al Baqarah: 186)

Allah memuliakan doa

Allah sangat memuliakan doa melebihi apa pun. Rasulullah bersabda:

لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Tidak ada sesuatu yang lebih dimuliakan Allah Ta’ala daripada doa (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Doa bisa mengubah qadha’

Takdir ketentuan Allah (qadha’) tidak bisa diubah kecuali dengan doa. Sebagaimana sabda Rasulullah:

لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيدُ فِى الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ

Tidak ada yang bisa menolak qadha kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali perbuatan baik (HR. Tirmidzi)

Keutamaan Doa Sholat Tahajud

Seperti dijelaskan di awal pada bagian keutamaan sholat tahajud, doa orang yang sholat tajahud akan dikabulkan Allah. Apalagi jika waktu tahajudnya di sepertiga malam terakhir. Sebab waktu ini adalah waktu yang paling mustajabah untuk berdoa.

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (lalu) Dia berfirman, “Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.” (Muttafaq ‘alaih)

Jadi, selain keutamaan doa secara umum, doa sholat tahajud memiliki keutamaan khusus ini.

Doa Sholat Tahajud

Bagaimana doa sholat tahajud yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?

Pertama, dari riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الْحَقُّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ،

اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، أَنْتَ إِلٰهِيْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau yang mengatur langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau pencipta langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Engkau Maha benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar. Surga itu benar, neraka itu benar, dan kiamat itu benar.

Ya Allah, hanya kepada-Mu aku pasrah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, hanya dengan petunjuk-Mu aku berdebat, hanya kepada-Mu aku memohon keputusan, karena itu, ampunilah aku atas dosaku yang telah lewat dan yang akan datang, yang kulakukan sembunyi-sembunyi maupun yang kulakukan terang-terangan. Engkau yang paling awal dan yang paling akhir. Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. (HR. Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)

Kedua, dari riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha:

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui yang gaib dan yang nampak. Engkau yang memutuskan diantara hamba-Mu terhadap apa yang mereka perselisihkan. Berilah petunjuk kepadaku untuk menggapai kebenaran yang diperselisihan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)

Doa tersebut dibaca Rasulullah saat mengawali sholat tahajud, yakni dibaca sebagai doa iftitah.

Bagaimana dengan doa lainnya? Tentu saja diperbolehkan. Khususnya setelah selesai sholat tahajud, setiap muslim dipersilakan untuk memperbanyak doa baik untuk kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat. Seperti dijelaskan di atas, doa pada sepertiga malam terakhir dikabulkan Allah demikian pula permintaan akan dipenuhi, permohonan ampun akan diampuni dan taubat akan diterima. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’:

  • Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
  • Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
  • Tazkiyatun Nafs karya Ibnu Taimiyah
  • Al Adzkar karya Imam Nawawi
  • Doa & Dzikir Sehari-Hari Menurut Al Qur’an dan Sunnah karya Abduh Zulfidar Akaha

 

BERSAMA DAKWAH

Melacak Asal Usul Etnis Rohingya

Derita nestapa seakan tiada henti melanda etnis Muslim Rohingya. Berbagai ujian dan cobaan berat kini harus mereka hadapi. Mulai dari penganiayaan, pembantaian, hingga terusir dari tanah kelahiran mereka sendiri yang sekarang disebut Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Pemerintah Myanmar saat ini menganggap masyarakat Rohingya sebagai “pendatang haram” yang tidak jelas asal-usulnya. Sebagai dampaknya, etnis Muslim itu kini harus berjuang keras menghadapi penindasan yang dilakukan etnis mayoritas Burma. Nyawa mereka pun menjadi taruhannya.

Benarkah orang-orang Rohingya adalah kaum pendatang di Rakhine? Pemimpin Rohingya yang juga politikus Partai Pembangunan Uni Nasional di Myanmar, Abu Tahay, memaparkan sejarah keberadaan kelompok etnis tersebut dalam karya tulisnya, “Rohingya Belong to Arakan and Then Burma and So Do Participate.”

Di situ disebutkan, sejarah etnis Rohingya bermula ketika masyarakat kuno keturunan Indo-Arya yang menetap di Arakan (Rakhine sekarang–Red) memutuskan untuk memeluk Islam pada abad ke-8. Pada masa-masa selanjutnya, generasi baru mereka kemudian juga mewarisi darah campuran Arab (berlangsung pada 788-801), Persia (700- 1500), Bengali (1400-1736), dan ditambah Mughal (pada abad ke-16).

Catatan sejarah mengungkapkan, syiar Islam mencapai Arakan sebelum 788 Masehi. Dalam dinamika selanjutnya, agama ini mampu menarik hati masyarakat lokal Arakan dan mendorong mereka untuk memeluk Islam secara massal.

Sejak itu, Islam memainkan peranan penting bagi kemajuan peradaban di Arakan. Umat Islam, Buddha, dan Hindu hidup berdampingan selama berabad-abad dalam suasana rukun dan penuh per sahabatan. “Tak hanya itu, mereka (ke lompok Muslim, Buddha, dan Hindu) juga memerintah negeri Arakan ber sama- sama,” imbuh Abu Tahay.

Dijelas kannya, Pemerintah Arakan pada masa itu pernah mengeluarkan koin dan medali bertu liskan kalimat syahadat dalam bahasa Arab dan aksara Persia. Bahasa Persia ketika itu memang menjadi bahasa kalangan istana sehingga lumrah bagi raja-raja Arakan untuk mengadopsi nama-nama Islam.

Letnan Kolonel Win Maung, yang pernah bekerja di Direktorat Transmigrasi Kementerian Pertahanan Myanmar, pernah menerbitkan buku berjudul The Light of Sasana (Cahaya dari Sasana) pada 1997 lalu. Pada halaman 65 buku itu disebutkan, agama Islam sudah diperkenalkan ke Myanmar sejak 1.000-1.200 tahun silam.

Bukan produk politik
Pada zaman kuno, Negara Bagian Rakhine dikenal dengan nama Rohang. Sementara, orang- orang yang menghuni negeri itu dipanggil dengan sebutan “Rooinga” atau “Rohingya”. Dengan demikian, Rohingya adalah kelompok etnik yang muncul melalui peristiwa sejarah yang panjang. Mereka bukanlah pro duk politik yang tiba-tiba muncul ketika Inggris menancapkan kekuasaan nya di Arakan dan Burma antara 1824-1948.

Peneliti asal Skotlandia, Francis Buchanan, mengungkapkan, kaum Mohammedan (yang secara harfiah berarti `pengikut Muhammad’ atau Muslim) telah lama menetap di Arakan.
“Orang-orang itu menyebut diri mereka sebagai Rooinga yang berarti masyarakat pribumi asli Arakan,” tulis Buchanan dalam laporannya, “Asiatic Research 5”, yang diterbitkan pada 1799.

Sementara, sensus yang dilakukan pemerintah kolonial Inggris di Burma pada 1826, 1872, 1911, dan 1941 juga menyebutkan, masyarakat Rohingya yang diidentifikasi sebagai Muslim Arakan adalah salah satu ras asli di Burma.

Menurut hasil dokumentasi SIL Internasional (sebuah lembaga bahasa dunia yang memiliki status konsultatif khusus dengan PBB), bahasa Rohingya Myanmar masuk dalam rumpun dialek Indo-Arya. Bahasa ini terdaftar dengan kode “rhg” dalam tabel ISO 639-3.

Meski dialek yang dipertuturkan orang-orang Rohingya berbeda dengan yang diucapkan penduduk Burma di Rakhine sekarang, fakta sejarah mem buktikan bahasa Rohingya mempunyai kesamaan dengan bahasa yang digunakan masyarakat Vesali kuno (antara 327-818).

Di samping itu, hasil kajian Universitas Oxford sepanjang 1935-1942 menyimpulkan, kebudayaan Rohingya sama tuanya dengan usia Monumen Batu Ananda Sandra yang didirikan di Arakan pada abad kedelapan silam.

Semua catatan di atas dapat menjadi gambaran bahwa etnik Muslim Rohingya memiliki akar sejarah yang kuat sebagai salah satu ras pribumi asli di Rakhine– yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Myanmar. Oleh karena itu, tidak ada pembenaran untuk mencap etnik Rohingya sebagai ras asing hanya karena mereka menganut ajaran Islam dan menggunakan nama-nama Muslim.

 

Oleh Ahmad Islamy Jamil ed: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA