Anda Pernah Wudu Telanjang di Kamar Mandi?

SESEORANG yang melakukan wudhu sambil telanjang di kamar mandi dan tidak ada seorang pun bersamanya, hukumnya boleh dan wudhunya sah.

Hanya saja, yang lebih afdhal dia tidak melakukan hal itu. Karena melepas pakaian tidak selayaknya dilakukan kecuali dalam keadaan dibutuhkan. Seperti ketika mandi.

Diriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah radhiallahu anhu, bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang auratnya, kapan wajib ditutup dan kapan boleh ditampakkan. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Jaga auratmu, kecuali untuk istrimu atau budakmu.”

Orang itu bertanya lagi: Bagaimana jika seorang lelaki bersama lelaki yang lain? Beliau menjawab: “Jika engkau mampu agar auratmu tidak dilihat orang lain, lakukanlah!” Orang itu bertanya lagi: Ketika seseorang itu sendirian? Beliau menjawab: “Allah lebih layak seseorang itu malu kepada-Nya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, Ibn Majah, dan dihasankan Al-Albani)

Disadur dari: Fatwa Syabakah islamiyah, no. 3762

Hal yang sama juga difatwakan Komite Fatwa Arab Saudi. Ketika ditanya masalah wudhu dalam kondisi telanjang atau hanya memakai celana pendek, tim fatwa menjawab: Wudhunya sah, karena membuka aurat maupun hanya memakai celana pendek, tidaklah menghalangi sahnya wudhu. (Fatwa Lajnah Daimah, 5:235)

 

Ustadz Ammi Nur Baits

MOZAIK

Adakah Bacaan Tertentu saat Salat Duha?

SALAT dhuha mempunyai keutamaan yang sangat banyak sekali. Di antaranya terdapat dalam hadits riwayat Abu Dzar, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,

“Pada setiap pagi hari wajib atas setiap ruas salah seorang di antara kalian dikeluarkan sedekahnya, maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, tahmid sedekah, tahlil sedekah, takbir sedekah, amar makruf sedekah, nahi mungkar sedekah, dan sesuatu yang mencukupi itu semua adalah dua rekaat yang dia kerjakan pada waktu dhuha.” (Hr. Muslim: 720)

Setahu kami pula, tidak ada bacaan tertentu yang wajib dibaca saat salat tersebut, kecuali bacaan yang dibaca seperti salat lainnya. Wallahu alam.

[Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon, edisi 12, tahun ke-7, 1430 H]

 

MOZAIK

Jabatan Hanya Ujian

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui segala kejadian, Maha Melihat segala urusan, menggolongkan kita sebagai orang-orang yang ikhlas. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt. berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.”(QS. Ali Imron [3] : 109)

Ada orang yang karena baru saja pensiun dari jabatannya, ia tidak lagi pergi ke masjid karena malu sudah bukan pejabat tinggi lagi. Ada orang yang baru saja naik jabatan menjadi direktur, tiba-tiba berubah gaya bicaranya, dibuat-buat agar berwibawa.

Saudaraku, jabatan, kedudukan itu memang melenakan. Bagaimana tidak, seorang jenderal akan disambut dengan penghormatan yang sigap dari bawahannya, seorang presiden akan disambut, diberi pengawalan dan perlakuan yang sangat istimewa, seorang direktur akan disegani dan diikuti perintah-perintahnya dengan patuh. Akan tetapi, sesungguhnya semua itu hanyalah sementara dan hanya sebentar saja.

Apalagi ketika musim mutasi tiba, ada orang yang begitu berat melepas jabatannya untuk ditempatkan di posisi yang baru disebabkan merasa sudah enak duduk di posisinya yang sekarang. Padahal bagi orang yang ikhlas dalam bekerja, penuh syukur dalam mengemban amanah, dia akan siap ditempatkan dimanapun karena baginya jabatan adalah ladang untuk beramal sholeh.

Saudaraku, tidak perlu takut kehilangan wibawa setelah jabatan lepas, tidak perlu takut tidak lagi dihormati setelah masa pensiun tiba. Pangkat dan jabatan hanyalah episode kecil dari hidup kita yang pasti datang dan pergi, pangkat dan jabatan hanyalah tugas yang singkat saja. Takutlah tidak amanah dalam mengemban jabatan, takutlah berbuat tak adil saat memikul jabatan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memanfaatkan masa jabatan yang singkat itu untuk beramal sholeh, menegakkan agama Allah Swt., sehingga saat hari penghitungan tiba, kita tidak menyesali hari-hari yang telah berlalu.Aamiin yaa Robbalaalamiin.

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

MOZAIK

Cerdasnya Syekh Abdul Qadir Lihat Perangkap Iblis

WALI Allah Syekh Abdul Qadir al Jaelani dan beberapa muridnya, suatu hari di bulan Ramadan sedang dalam perjalanan di padang pasir yang panas dengan bertelanjang kaki. Syekh Abdul Qadir kehausan.

Beliau mengungkapkan kepada murid-muridnya, “Aku sangat haus dan luar biasa lelahnya.”

Murid-murid beliau berjalan di depannya. Tiba-tiba awan muncul di atas mereka seperti sebuah payung yang melindungi dari panasnya matahari. Dan di depan mereka muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari.

Tiba-tiba ada suara mengatakan, “Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Tuhan kalian. Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!”

Murid-murid syekh yang berada di depan beliau berlari ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan ke arah pohon kurma untuk dimakannya. Beliau pun berteriak kepada murid-muridnya untuk berhenti, dan memutar kepalanya ke arah suara itu. “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk!” teriak Syek Abdul Qadir.

“Awan, sinar, mata air dan pohon kurma semuanya hilang. Iblis berdiri di hadapan beliau dalam rupanya yang paling buruk.

Iblis lalu bertanya, “Bagaimana kamu tahu bahwa itu aku?” Beliau katakan kepada Iblis yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa, firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar. Lebih lagi aku tahu bahwa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat yang haram menjadi halal bagi siapa yang dikasihiNya.

Mendengar hal ini, Iblis berusaha menggodanya lagi dengan memujinya. “Wahai Abdul Qadir,” katanya, “Aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!”

Kemudian menunjuk kepada murid-murid beliau, Iblis melanjutkan, “Hanya sekian banyak orang-orang bodoh saja yang menjadi pengikutmu? Seluruh dunia harusnya mengikutimu, karena kamu sebaik seorang nabi.”

Syekh Abdul Qadir al Jaelani Aku mengatakan, “Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun kebijakanku yang menyelematkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat dari Tuhanku.”

 

MOZAIK

Tahun Baru Islam, MUI Serukan Persatuan Umat

Majelis Uama Indonesia (MUI) menyerukan kepada Umat Islam untuk meningkatkan persatuan. Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid mengimbau kepada kaum muslimin untuk menjadikan tahun baru Hijriyah 1 Muharam 1439 H sebagai momentum kebangkitan spiritual berdasarkan iman, ilmu dan amal saleh guna mewujudkan kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial demi terwujudnya kemaslahatan umat dan bangsa.

“MUI menyerukan kepada kaum muslimin agar memasuki Tahun Baru 1439 H dengan penuh keimanan, ketakwaan dan keikhlasan serta senantiasa mengharap ridho Allah SWT dalam suasana hati yang sejuk, tenang dan damai seraya berdoa semoga di tahun 1439 H ini dapat meningkatkan amal kebajikan agar dapat memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis (21/9)

Zainut Tauhid melanjutkan, MUI juga menyerukan kepada kaum muslimin untuk mengembangkan sikap toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun) dan bersikap adil (i’tidal) dalam menjalankan ajaran agama agar tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan sempit (furu’iyyat) dalam menjalankan ajaran agama. Hal tersebut harus bisa dilakukan, demi mewujudkan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah), yang hakiki untuk menuju persatuan umat dan bangsa.

MUI juga mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk mengembangkan toleransi dan wawasan kebhinnekaan sejati. Menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang rukun, lanjut dia, dan harmonis, saling menghormati, saling mencintai dan saling menolong dalam semangat persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyyah).

“Hal ini dilakukan dalam rangka memelihara keamanan negara dan kerukunan bangsa,” kata dia.

 

REPUBLIKA

Kisah Pak AR Menolak Jabatan Menteri dari Pak Harto

Namanya Abdul Rozak Fachrudin. Orang Yogya memanggilnya Pak AR. Tubuhnya gemuk, mukanya agak bundar. Suaranya berat, tapi enak didengar.

Saya pernah kos di “rumah”nya di Jl Cikditiro 19 A, selama hampir dua tahun. Di awal-awal kos, sungguh aku tidak tahu siapa itu Pak AR. Saya nglamar kos di situ karena diberitahu oleh Mas Ikhsan Haryono, mahasiswa Matematika FMIPA UGM Angkatan 1978, teman kuliah saya yang sering menjemin buku-buku filsafat dan sastra.

Saya baru “ngeh” siapa itu Pak AR ketika Mas Supodo — mahasiswa Fakultas Tehnik Kimia UGM asal Madiun — memberitahu siapa gerangan beliau.

Waktu itu saya tanya ke Mas Podo — “Kok banyak sekali kartu lebaran dari orang besar sih Mas Podo, siapa sebenarnya Pak AR itu?” Saat itu, saya memang tidak tahu blas siapa Pak AR.

La, saya ini dari kecil sampai tamat SMA hidup di lingkungan pesantren klutuk. Yang saya tahu nama orang besar itu ya… KH Idham Cholid, KH Fatah Yasin, KH Musaddad, KH Subchan ZE, dan tokoh-tokoh NU lain. Tokoh-tokoh Muhammadiyah, blas gak ada yang tahu. Termasuk Pak AR. Bagaimana mau tahu, wong Muhammadiyah di kampung saya saat itu sempat dianggap aliran sesat.

Aku lihat di meja depan kamarku, ada kartu lebaran dari Pak Harto, Pak Wapres Umar Wirahadikusuma, Menteri Agama Alamsjah Ratu Prawiranegara, Menteri Sosial, dan banyak lagi. Batin saya, Pak AR ini pasti orang besar. Mana mungkin orang biasa dapat kiriman kartu lebaran dari Presiden Soeharto?

“Simon, Pak AR itu orang besar. Pak Harto saja sangat hormat kepada Pak AR,” kata Mas Podo. Pak AR itu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah — tambah orang Madiun dengan logat Jawa yang medok.

Ouh, saya kaget juga setelah Mas Podo cerita. Saya baru tahu siapa Pak AR setelah pemberitahuan Mas Podo tersebut. Selama ini saya baru menduga-duga kalau Pak AR itu bukan orang biasa.

Kenapa demikian? Karena keseharian hidup Pak AR sangat sederhana. Kemana-mana naik Yamaha warna oranye engkel tahun 70-an. Suaranya sudah kretek-kretek karena terlalu tua. Apalagi kalau boncengan sama Bu AR, joknya gak cukup, sampai bokong Bu AR nyaris menduduki lampu belakang motor.

Ya, hanya motor Yamaha butut itulah kendaraan miliknya. Putra Pak AR yang kuliah di Kedokteran UGM, Mas Fauzi, juga sering memakai motor tua itu.

Makanan keluarga Pak AR juga sama dengan anak-anak kos. Tahu tempe, sayur lodeh, sesekali ada telur dan ikan. Anak-anak kos yang orang tuanya kaya seperti Mas Udin (Kedokteran UGM) jarang makan di rumah. Ia makan di warung Padang di Terban. Saya pernah diajak Mas Udin makan di warung padang di Terban dekat MAN I . Enak sekali. Seumur-umur, itulah pertama saya makan di warung padang. Terimakasih Mas Udin!.

Maklumlah, saya berasal dari desa kecil Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Di Arjawinangun saat itu, tahun 1978, tak ada warung padang. Bahkan di kota Cirebon pun belum ada. Jika pun ada saya tak akan sanggup membeli nasi padang yang enak itu.

Saya sebagai anak sulung bisa merasakan bagaimana ‘rekosonya’ orang tua untuk menghidupi anak-anaknya. Untuk makan sehari-hari saja sudah empot-empotan. Ayah saya hanya guru SD, ibu hanya ngurus anak yang saat itu jumlahnya 8 orang. (Tahun 1985, adik ke-11 lahir setelah saya bekerja di Batan, Pasar Jumat, Jakarta. Hebat ya ibu saya. Tangguh dan produktif. Saya dan adik-adik sekarang, paling banyak punya anak 5 orang. Gak sanggup seperti ‘mamah’ dan ‘mimih’).

Suatu ketika, saat kultum usai salat Maghrib, Pak AR bercerita ada orang PT ASTRA datang mau memberi hadiah mobil Toyota Corolla DX tahun terbaru (1980) untuk Pak AR. Tapi Pak AR dengan halus menolaknya.

“Piye tokh, nyopir mobil saja ra iso (Bagaimana ya, nyopir mobil saja gak bisa). Parkirnya sulit. Repot kalau bawa mobil. Apalagi kalau harus masuk ke kampung-kampung di pinggir Kali Code untuk ceramah. Jalannya sempit gak bisa untuk mobil,” kata Pak AR.

“Jadi saya menolak hadiah mobil sedan Toyota itu,” ungkap Pak AR enteng. Di samping tak bisa nyopirnya, uang untuk bensin dan memeliharanya juga gak ada. “Repot!”, katanya singkat.

Pak AR memang paling suka memberi pengajian di kampung-kampung kecil seperti di pinggiran Kali Code, lereng Gunung Merapi, dan pelosok-pelosok desa lain di sekitar Yogya. Kalau tak ada yang menjemput, Pak AR datang sendiri naik motor Yamaha butut warna oranye tadi.Kadang-kadang dari kamar kos, terdengar Pak AR sedang menyela Yamahanya. Grek…grek…grek…tak bunyi-bunyi. Kasihan juga. Maklumlah motor tua. Kunci stater boro-boro ada.

Tak hanya pemberian mobil PT Astra yang ditolaknya. Pak AR juga menolak jabatan menteri agama. Pak AR pernah bercerita kepada kami, anak-anak kos — ditawari jabatan menteri agama berkali-kali oleh Pak Harto. Dan Pak AR berkali-kali pula menolaknya.

“Saya sudah cukup ngurusi Muhammadiyah saja Pak Harto, terimakasih” cerita Pak AR memberi alasan penolakan tawaran Presiden tersebut.

Meski demikian bukan berarti Pak AR gak pernah minta bantuan kepada Pak Harto.
Suatu ketika, sehabis kuliah tujuh menit usai salat Subuh berjamaah, Pak AR berkisah tentang permintaannya kepada Pak Harto.

“Beberapa hari lalu saya kirim surat ke Pak Harto. Isi suratnya sedikit sekali. Menggunakan bahasa Jawa kromo inggil.”

Isi suratnya pendek, “Pak Harto, Muhammadiyah bade mbangun universitas di Yogya. Menawi Bapak kerso, monggo. (Pak Harto, Muhammadiyah akan membangun univerwsitas di Yogya. Kalau bapak berkenan menyumbang, silahkan).

” Hanya itu isi surat Pak AR kepada Presiden. Tak lama kemudian, Pak AR ditelpon ajudan Pak Harto.
Kata ajudan, ada titipan dari Pak Harto untuk Pak AR. Titipannya ternyata hanya amplop. Tapi setelah dibuka, isinya sebuah cek yang nilainya cukup besar. Cek itu langsung diserahkan kepada Panitia Pembangunan UMY.

Itulah awal pembangunan universitas besar di dekat ring road itu. Kita lihat saat ini, UMY telah menjadi universitas besar di Yogyakarta. Tak kalah dengan UMS Surakarta dan UMM Malang.

Pak AR juga bercerita sering mendamaikan konflik antara militer dan tokoh-tokoh Islam. “Mendamaikannya cukup memakai tata krama Jawa yang halus,” kata Pak AR. Kalau mentok, yo ngomong ke Pak Harto. Kalau sudah ke Pak Harto, semuanya selesai.

Hubungan Pak AR dan Pak Harto memang sangat dekat. Komunikasinya pakai bahasa Jawa kromo Inggil. Pak Harto sangat menyukai Pak AR karena beliau tak pernah meminta apa pun untuk kepentingan pribadi. Tawaran menteri, jabatan, komisaris, mobil, rumah dari Pak Harto selalu ditolaknya. Kecuali untuk Muhammadiyah!

Pak AR selalu ingat pesan KH Ahmad Dahlan: Hidup-hidupkan Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.

Pak AR juga tidak pernah mau dikasih amplop kalau ceramah di mana pun. Beliau paling suka kalau diundang orang-orang kecil di lembah Kali Code. Tapi jika dipaksa panitia, Pak AR mau juga menerima amplop. Supaya panitia tidak gumun. Namun begitu, sampai rumah, amplop tak dibuka sama sekali. Langung diserahkan ke PP Muhammadiyah. Mas Fauzi, putranya, sering muring-muring(kesal) karena Pak AR tak penah mau membuka amplop tadi.

Aku selalu ingat pesan Pak AR. “Belajarlah untuk tidak mencintai dunia. Allah itu sangat pencemburu,” ujar Pak AR. Kalau hatimu dipenuhi cinta dunia, kata Pak AR, di mana tempat Allah di hatimu? Sebuah pesan yang amat menyejukkan.

“Njih Pak AR, kulo manut 
(Ya pak saya menurut),” batin saya. Tapi ternyata, pesan itu sulit saya penuhi sampai hari ini. Apalagi saya hidup di Jakarta yang kemrungsung dengan godaan dunia yang menyilaukan.

Namun, setidaknya dengan adanya pesan itu, setiap ada masalah besar, seakan Pak AR datang mengingatkannya.

 

Oleh Syaefudin Simon, Mantan Jurnalis Republika, Tenaga Ahli Fraksi PPP DPR RI

REPUBLIKA

Shalat dan Keberuntungan

Di antara amal yang membuat seseorang mendapatkan keberuntungan adalah shalat, baik fardu maupun sunah. Allah berfirman, “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS al-Baqarah [2]: 5)

Mereka yang dimaksud ayat ini adalah orang yang beriman kepada hal gaib, mendirikan shalat, bersedekah dari sebagian hartanya, beriman kepada Alquran dan kitab sebelumnya, serta meyakini hari akhirat (QS al-Baqarah [2]: 2-4)

Shalat secara bahasa artinya “doa”. Orang yang shalat berarti orang yang berdoa. Dalam hal ini, berdoa kepada Allah. Shalat ini ditujukan sebagai bentuk penghambaan dan pendekatan diri kepada Allah.

Seperti dikatakan dalam hadis, orang yang shalat sesungguhnya tengah bermunajat kepada Allah. Ia tengah berhadapan dengan Allah. Karena itu, seluruh bacaan shalat adalah doa, zikir, dan bacaan Alquran. Tidak ada bacaan selain itu.

Orang yang shalat, seperti disebutkan di dalam ayat Alquran di atas, termasuk orang yang beruntung, tidak hanya dalam kehidupan dunia, tetapi juga dalam kehidupan akhirat.

Ia beruntung karena dengan shalatnya, Allah menjadi dekat dengannya, dan dengan shalatnya pula ia tercegah dari perbuatan keji dan mungkar atau perbuatan buruk, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-‘Ankabut [29]: 45).

Orang yang telah dekat dengan Allah akan selalu dicintai oleh-Nya dan dilindungi dari hal-hal tercela, doanya selalu dikabulkan, dan dijauhkan dari hal-hal buruk.

Jika kemudian ia tertimpa suatu cobaan, misalnya sakit, itu sejatinya ujian kesabaran dari Allah yang justru akan meningkatkan kualitas dirinya di hadapan Allah dan manusia. Dengan shalatnya pula, seseorang akan bersih lahir batin.

Lahirnya bersih karena sebelum shalat ia selalu berwudhu, membasuh bagian-bagian wajah, tangan, kepala, dan telapak kaki, seperti disebutkan Alquran, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS al-Ma’idah [5]: 6).

Dalam hadis bahkan dikatakan, shalat fardu lima waktu itu, seperti air sungai yang dipakai mandi seseorang sehingga ia selalu bersih dari kotoran.

Orang yang shalat juga bersih batin karena kedekatannya dengan Allah melalui shalat, membuat hatinya selalu terpaut dan ingat Allah serta senantiasa mendapat cahaya petunjuk-Nya sehingga itu berimbas pada perilakunya.

Hatinya jauh dari rasa dengki, takabur, riya, sum’ah atau prasangka buruk. Hatinya selalu diisi dengan Alah, rasa syukur, ikhlas, dan prasangka baik. Hati dan perilakunya selalu terkontrol dan ketika suatu saat berbuat salah ia segera sadar dan kembali kepada Allah.

Tentu saja shalat yang dimaksud di sini adalah shalat yang diiringi hati yang penuh kekhusyukan dan ketawadhuan, sementara lahirnya bersih dari hadas kecil dan besar serta mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Jadi, bukan shalat main-main atau sebatas menuntaskan kewajiban, setelah itu tetap melakukan perbuatan buruk. Wallahualam.

 

REPUBLIKA

Punya Keluhan Sakit Pinggang? Shalatlah Lima Waktu dengan Benar

Anda pernah mempunyai keluhan sakit di sekitar punggung dan pinggang? Jika memang pernah, tampaknya hasil kajian yang dipublikasikan media Inggris, The Independent, patut menjadi bahan untuk salah satu alternatif mengatasi masalah fisik tersebut.

Belum lama ini, media yang berbasis di London tersebut mempublikasikan hasil riset bahwa shalat lima waktu tiap hari yang dilakukan secara kontinu dan sempurna sesuai dengan tata caranya, akan mengurangi sakit punggung di bagian bawah.

Kajian juga menyimpulkan, gerakan shalat yang teratur dan tertib tidak hanya memberikan efek rileksasi terhadap tubuh, tetapi juga sangat bermanfaat mengatasi sakit di kedua lutut dan ancaman vertebra lumbalis dan tulang belakang.

Menurut salah satu peneliti, Muhammad al-Hadhawanah, gerakan-gerakan yoga yang banyak direkomendasikan untuk kesehatan punggung, banyak terangkum dalam gerakan shalat.

Penelitian ini menggunakan simulasi angka untuk tubuh yang diterapkan kepada kalangan laki-laki dan perempuan dari berbagai dunia. Ini guna mengukur efektivitas gerakan shalat dalam mengurangi rasa sakit punggung.

Riset juga membuktikan temuan lain yang menarik dari gerakan shalat. Di antaranya, sujud membantu mendorong kelenturan urat di daerah punggung yang bisa mengurangi efek sakit.

 

REPUBLIKA

 

———————————————

Dapatkan artikel keislaman tiap hari dr HP Android Anda, undu Aplikasi Porsi Haji ini!  Anda juga dapat cek porsi haji/umrah.

Cerita Mohammad Ahsan Tentang Prosesnya Berhijrah

“Saya hanya berusaha menerapkan ajaran agama saya, yakni agama Islam semampu yang saya bisa. Semuanya mengalir begitu saja. Jika perilaku saya di tengah lapangan kemudian menjadi viral di media sosial, saya tidak memikirkannya. Kalau ada yang menggangap baik dan mencontoh apa yang saya lakukan, Alhamdullillah,”

begitulah kata-kata pertama yang meluncur dari mulut Mohammad Ahsan, salah satu atlet bulu tangkis andalan Indonesia di nomor ganda putra saat berbincang dengan Republika di acara persemian Gedung Bulutangkis milik Candra Wijaya di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, pekan lalu.

Penampilan dan perilaku Ahsan saat mengikuti Kejuaraan Dunia BWF 2017 lalu di Glasgow, Scotlandia menjadi perbincangan masyarakat, terlebih di dunia maya. Foto-foto Ahsan dan pasangannya di ganda putra, Rian Agung Saputra dengan menggunakan legging untuk menutup aurat hingga di bawah lutut menjadi pembeda dengan atlet lainnya.

Ditambah lagi dengan Ahsan saat minum setengah duduk, menjadi ‘buah bibir’ di media sosial. Pasalnya bisa dibilang pemain lainnya minum saat jeda pertandingan atau istirahat sambil berdiri dan hanya Ahsan yang minum setengah duduk.

Ahsan juga tidak menyalami wasit atau hakim garis perempuan karena bukan muhrimnya. Ahsan hanya menangkupkan kedua telapak tangan kepada wasit atau hakim garis perempuan dalam pertandingan yang dijalaninya sebagai pengganti bersalaman. Ahsan juga selalu sujud syukur setiap usai menjalani pertandingannya. Ahsan juga mulai memelihara Jenggot

“Semua mengalir begitu saja, pertama kali yang saya lakukan adalah menggunakan legging,” tuturnya.

Ini sudah ia lakukan saat ia masih berpasangan dengan Hendra Setiawan. Ia tidak ingat persis kapan pertama kalinya memakai legging. Namun Ahsan mengaku dirinya mantap memakasi legging di awal tahun 2017, ketika itu ia baru saja pulang menunaikan ibadah umrah.

“Saya lebih mantap dan memutuskan untuk memakai legging (menutup) aurat usai melakukan umrah awal tahun 2017,” ujarnya.

Sedangkan untuk minum sambal duduk dan tidak bersentuhan dengan lawan jenis itu berjalan begitu saja. Ketika ia tahu itu memang ajaran Islam dan Sunnah dari Nabi Muhammad SAW, maka ia mengikutinyaa. Tidak ada niat macam-macam, ternyata setelah itu ia ikuti, ia jadi lebih tenang, terlebih saat dalam pertandingan.

Ahsan mengungkapkan dirinya mendapat adab-adab Islam yang dia praktekkan tersebut dari pengajian maupun dari buku-buku ataupun artikel di internet yang dibacanya. “Saya ikut pengajian di Masjid dekat rumah, selain itu saya juga menambah pengetahuan dari membaca baik dari buku-buku islami ataupun artikel islami di internet,” jelasnya.

Sebagai pemain bulutangkis profesional dan menjadi andalan Indonesia, Ahsan mesti pandai mengatur waktu antara urusan dunia dan akhirat. “Saya berusaha menjalankan apa yang saya bisa, jika ada yang mengikuti saya alhamdulillah kalau itu baik, menjadi amal jariah bagi saya,” tegas Ahsan.

 

REPUBLIKA

Sumber Sakinah

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt, Dzat Yang Maha Menciptakan kita, tiada apapun di alam semesta ini kecuali semuanya adalah ciptaan Allah, ada dalam kekuasaan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman,“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. Al Fath [48]: 4)

Saudaraku, tidak ada yang bisa menanamkan sakinah, ketenangan di hati kita kecuali Allah Swt. Tidak ada yang bisa menyirnakan galau, gelisah, resah, cemas, kecuali hanya Allah Swt. Sakinah tidak datang dari pasangan kita, sakinah tidak datang dari harta kekayaan kita, sakinah tidak datang dari anak-anak kita, sakinah juga tidak datang dari pangkat, jabatan dan kedudukan kita di hadapan makhluk. Sakinah tidak ada hubungannya dengan berbagai aksesoris duniawi, sehebat apapun kemampuan kita membeli dunia, sungguh kita tidak akan bisa membeli ketenangan. Hanya Allah Yang Maha Kuasa melimpahkan ketenangan di hati kita.

Seperti rumah tangga yang sakinah, tidak bisa dibangun hanya karena suaminya kaya raya atau sang istri yang cantik jelita. Rumah tangga sakinah hanya datang ketika pasangan suami istri sama-sama mujahadah mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Ketika seseorang ikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mendekat kepada Allah dan Allah ridho kepadanya, maka disanalah Allah akan selimuti hatinya dengan rasa tenang yang tiada siapapun bisa merenggutnya.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah Swt. sehingga Allah ridho kepada kita dan melimpahi kita dengan ketenangan. Dengan hati yang tenang, niscaya kita akan lebih ringan, lebih mantap menjalani hidup ini dan lebih mudah menghadapi berbagai persoalan dalam hidup kita di dunia.Insyaa Allah.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

MOZAIK