Mewaspadai Riya

ALHAMDULILLAH. Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt. Tiada yang patut untuk disembah, selain Allah. Hanya kepada Allah kita memohon perlindungan dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt. berfirman,“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Robb-nya.”(QS. Al Kahfi [18] : 110]

Saudaraku, selain kita harus memperbanyak amal kebaikan dan meningkatkan kualitasnya, kita pun harus waspada jangan sampai amal kebaikan yang kita lakukan siang dan malam itu hangus, habis, rontok, atau tidak diterima oleh Allah Swt.

Salah satu hal yang membuat amal kita tidak diterima adalah disebabkan riya, ingin dilihat oleh orang lain. Sehebat apapun amal seseorang, Allah tidak akan menerimanya jikalau hatinya menghadap kepada selain Allah. Yaitu menghadap kepada pujian manusia, penghargaan manusia, sanjungan, kekaguman atau kedudukan dalam pandangan manusia.

Sudah sering kita mendengar hadits nabi Saw. tentang kisah seorang mujahid yang gugur di medan jihad. Dalam pandangan manusia, ia nampak meraih syahid. Tapi, ternyata di pengadilan Allah tidak demikian. Karena rupanya ia berjihad di jalan Allah bukan karena mengharap ridho Allah, melainkan karena mengharap dipandang pemberani di mata manusia.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang tersirat di hati hamba-Nya. Tidak ada rahasia bagi Allah. Serapat apapun manusia merahasiakan sesuatu di dalam hatinya, Allah pasti mengetahuinya. Sebagaimana firman Allah Swt.,“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”(QS. Faathir [35] : 38).

Ternyata apa yang ada di dalam hati sang mujahid tadi bukanlah Allah, melainkan makhluk. Ia berharap dilihat oleh makhluk, kemudian berharap dipuji, dikagumi, disanjung sebagai pemberani, pejuang, pahlawan. Akhirnya, jerih payahnya di medan jihad, bahkan sampai ia terkorban nyawanya sekalipun, menjadi tidak ada artinya di hadapan Allah Swt.

Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa betapa kita harus serius dalam urusan keikhlasan. Orang yang ikhlas itu secara sederhananya adalah orang yang putus harapan dari makhluk atas apapun yang dilakukannya. Cukup saja Allah baginya. Cukup saja hanya penilaian Allah baginya.WAllahu alam bishowab.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

MOZAIK

Hadirkan Allah di Hati

ALHAMDULILLAH. Puji dan syukur hanya kepada Allah Swt dan hanya milik-Nya. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui segala isi hati, senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang istiqomah menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, ada orang yang dirinya seringkali diperbudak oleh perasaan. Bisa karena sakit hati, cemburu, marah, tersinggung, dendam, dan lain bentuk-bentuk perasaan negatif lainnya. Orang seperti ini akan berlarut-larut dalam perasaannya yang demikian, merasa selalu harus dikasihani, merasa menjadi orang yang paling dizholimi. Langit baginya kelam, hidup baginya sempit, seolah hidupnya sendiri tanpa ada orang yang peduli kepadanya.Betapa berat hidup orang yang demikian.

Ketika hati berada dalam kondisi seperti itu, maka sebenarnya saat itu hati kita dipenuhi oleh sesuatu selain Allah Swt. Karena jikalau Allah yang mendominasi hatinya, niscaya segala bentuk perasaan negatif itu akan sirna. Sedangkan jika bukan Allah yang ada di hati kita, maka bagaikan sedang berjalan di dalam hutan belantara yang gelap gulita di malam hari tanpa ada setitikpun cahaya.

Tidak heran jika ada orang yang diperbudak oleh perasaan-perasaan negatifnya, kemudian ia memilih jalan yang sesat. Ia menyimpang pada minuman keras, atau ia menggunakan obat-obatan terlarang karena ia pikir barang-barang itu bisa memberinya ketenangan. Padahal ketenangan itu hanyalah ketenangan semu yang merusak. Dan, kejadian yang tidak kalah buruknya adalah orang seperti ini bisa saja memilih jalan bunuh diri yang sangat tidak disukai oleh Allah Swt.

Ingat utang, tapi tidak ingat kepada Allah, maka akan stress saja terus. Ingat rasa sakit hati, tapi tidak ingat kepada Allah, maka hati akan sempit oleh kekecewaan dan dendam, padahal membalas dendam sama sekali tidak akan memperbaiki keadaan.

Demikianlah manakala tidak ada Allah di hati kita. Tidak ada ketenangan, tak ada ketentraman, jauh dari kebahagiaan. Padahal Allah Swt. berfirman,“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar Rodu [13] : 28)

Maka saudaraku, marilah untuk senantiasa menghadirkan Allah Swt di dalam hati kita bagaimanapun kenyataan hidup yang sedang kita hadapi. Niscaya Allah akan memberikan petunjuk dengan jalan yang seringkali tidak kita bayangkan sebelumnya. Hanya kepada Allah kita memohon petunjuk dan perlindungan.WAllahualam bishowab.

 

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

MOZAIK

Sunnah-Sunnah Setelah Sholat Jumat

Setelah melakukan sholat Jumat, ada sunnah yang terlupakan oleh kita. Orang yang telah menghadiri sholat Jumat disunnahkan untuk melaksanakan sholat dua rakaat di rumahnya atau empat rakaat di masjid.

Abu Hurairah telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda,

“Bila salah satu telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka hendaklah dia sholat empat rakaat sesudahnya.”

Dalam teks lain disebutkan,

“Barangsiapa di antara kalian sholat setelah sholat Jumat, maka hendaklah ia sholat empat rakaat.” (HR. Muslim dan teks kedua ini juga miliknya)

Ibnu Umar menjelaskan sifat sholat sunnah Rasulullah dengan mengatakan,  “Setelahsholat Jumat, beliau tidak sholat lagi hingga beliau pulang, lalu beliau sholat dua rakaat di kediaman beliau.”  (HR. Al-Bukhari; Muslim)

Abu Daud meriwayatkan dari Atha’,  “Bila di Mekkah, Abdullah bin Umar sholat Jumat, setelah itu terkadang sholat empat rakaat di masjid. Dan bila di Madinah, maka dia sholat Jumat, lalu pulang dan sholat dua rakaat di rumahnya, dia tidak akan melakukan sholat sunnah di masjid. Lalu seseorang bertanya kepadanya mengenai amalannya ini dan dia pun menjawab, ‘Rasulullah melakukan seperti ini.’” (HR. Muslim)

Ibnul Qayyim dalam kitab Zad Al-Ma’ad mengatakan,  “Bila Rasulullah telah mengerjakan sholat Jumat, beliau akan masuk ke rumahnya, lalu beliau akan sholat sunnah dua rakaat. Beliau juga memerintahkan agar seseorang mengerjakan sholat sunnah empat rakaat setelah sholat Jumat selesai dikerjakan.”

Guru kami,  Abu Al-Abbas Ibnu Taimiyyah mengatakan,  “Bila beliau sholat sunnah di masjid,  maka beliau akan sholat sebanyak empat rakaat. Dan bila di rumah,  maka beliau akan sholat sebanyak dua rakaat.” Demikianlah hadits ini telah menjadi landasan dalil.

Wallahu a’lam

[@paramuda /BersamaDakwah]

Jejak Kejayaan Islam di Negeri Matador

Selama lebih dari tujuh abad, dari 8 M sampai 15 M, peradaban Islam pernah berakar kuat di Spanyol. Wilayah kekuasaan Islam itu lebih dikenal dengan Andalusia. Andalusia boleh saja lepas dari kekuasaan Islam, tetapi jejak peradaban Islam di wilayah barat daya Eropa masih bisa ditelusuri hingga kini dan menjadi situs sejarah yang berharga sekaligus objek wisata di Spanyol.

Meski sebagian peninggalan tersebut telah beralih fungsi, seperti Masjid Cordoba di masa Dinasti Umayyah yang sekarang difungsikan sebagai Gereja Katedral Katolik (Catedral de Cordoba), tak sedikit pula yang masih bertahan hingga sekarang. Warisan peradaban Islam itu bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga berupa istana, benteng, hingga bendungan. Berikut ini beberapa bukti dan sisa-sisa jejak Islam di Spanyol.

Palacio de Generalife

Di Spanyol, tak hanya Istana al-Hamra dengan keelokannya nan menawan yang diwariskan oleh peradaban Islam. Tak jauh dari istana tersebut ada pula Jannat al-Arif, sebuah istana megah yang dibangun penguasa Granada, Raja Nasrid Emir, sebagai tempat beristirahat dan rekreasi selama musim panas tiba. Tempat ini selain dipenuhi dengan aneka tanaman hias juga dipercantik dengan balutan ukiran kaligrafi khas Islam.

Benteng Malaga 

Benteng ini merupakan salah satu benteng warisan Islam di Spanyol. Selama Islam berkuasa di sana, sejumlah benteng didirikan di kota-kota besar utama antara lain di Granada dan Cordoba.

Motif pendirian banteng ini tak lain untuk melindungi dan mempertahankan daerah sekitarnya dari rongrongan musuh. Arsitektur bangunannya mirip dengan benteng-benteng di Maroko. Letaknya berada di lokasi strategis agar memungkinkan pertahanan selama mungkin dari serangan lawan.

Puente Romano

Jembatan dengan panjang 400 m, lebar 40 m, dan tinggi 30 m ini merupakan warisan Islam yang sangat berharga di Cordoba. Jembatan ini direkonstruksi dan disempurnakan oleh penguasa Andalusia, Ibnu Malik al-Khaulani atas perintah Umar bin Abd al-Aziz pada 101 H. Jembatan yang dikenal pula dengan Jisr atau Qintharah Qurthubah ini disebut-sebut sebagai jembatan termegah pada masa itu dengan detail arsitektur yang menawan.

 

REPUBLIKA

Selamat Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1439 H

Hijrah pengertiannya secara etimologis adalah meninggalkan suatu perbuatan, menjauhkan diri dari pergaulan, pindah dari satu tempat ke tempat lain atau meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain, misalnya berpindahnya orang Badui (penduduk padang pasir) menuju ke kota-kota. (Lisanul Arab, hal. Vo. 15, hal. 121-122). 

Secara terminologis yang dikaitkan dengan syari’at agama, hijrah itu pada hakikatnya terdiri dari empat macam. Pertama, berhijrah dengan meninggalkan semua kegiatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu menghindari segala perbuatan yang tercela yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Berhijrah dalam arti demikian, misalnya disebutkan dalam hadis Nabi: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ… وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin ‘Amr r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda: “… Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah s.w.t.”. (HR. Bukhari, No: 9). Dengan demikian, setiap orang yang telah meninggalkan larangan Allah berarti ia telah melakukan hijrah dalam arti yang pertama.

Kedua, berhijrah atau mengasingkan diri dari perbuatan dan tingkah laku orang-orang musyrik dan orang-orang kafir yang selalu memfitnah dan menyakiti orang-orang Islam. Demikian kerasnya tekanan dan permusuhan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang muslim, sehingga orang-orang muslim itu tidak mampu lagi melaksanakan ajaran agamanya. Apabila terjadi keadaan seperti ini, maka diwajibkan bagi setiap individu muslim untuk berhijrah meninggalkan kaum yang dzalim itu, kecuali apabila mereka tidak mempunyai kemampuan untuk berhijrah.

Ketiga, berhijrah dari suatu daerah yang diliputi kedzaliman, kerusakan, kehancuran akhlak dan kemaksiatan yang telah merajalela, berhijrah ke daerah yang lebih baik. Di daerah baru, tempat berhijrah itu diharapkan pelaksanaan ajaran Islam dapat ditegakkan oleh masyarakatnya, bergaul dengan orang-orang saleh dan bertakwa. Dengan demikian orang-orang muslim yang berhijrah itu akan dapat meningkatkan keimanan dan takwanya kepada Allah. Di daerah baru itu orang-orang muslim hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mengadakan perbaikan dan pengembangan ajaran Islam.

Keempat, berhijrah dengan sikap mental yang disebut al-hijrah al-qalbiyah, yaitu dengan jalan menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan dilarang oleh agama, meskipun banyak orang yang di sekelilingnya mengerjakan keburukan itu. Tugas orang-orang muslim dalam masyarakat seperti ini adalah berjuang menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam menurut kemampuan masing-masing yang dimilikinya.

Hijrah Rasul yang dimaksud dalam kajian ini adalah hijrahnya Nabi Muhammad s.a.w. tahun 622 M dari Makkah ke Madinah. Hijrah itu terjadi karena disebabkan oleh penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Nabi dan para sahabatnya. Sejak awal bangkitnya dakwah islamiyah yang disampaikan Rasul Muhammad s.a.w. permusuhan orang-orang musyrik Quraisy terhadap beliau tidak pernah bergeming setapakpun. Dengan berbagai cara, mereka lakukan untuk membendung dakwah Islam, dari cara yang halus sampai pada cara yang kasar dan sadis. Dari cara-cara yang masuk akal sampai cara yang tidak masuk akal, tetapi semua usaha mereka gagal sama sekali.

Cara yang amat halus misalnya, mereka mendatangi Abu Thalib sebagai pemimpin Quraisy yang amat berwibawa, agar mau membujuk Nabi s.a.w. keponakan yang sangat dicintainya. Mereka menawarkan, andaikata dengan gerakan dakwahnya Muhammad menghendaki harta benda dan emas permata, atau ingin menjadi raja, atau ingin menikahi wanita-wanita cantik. Akan kami berikan kekayaan yang banyak, kami jadikan raja kami dan kami pilihkan wanita-wanita cantik untuknya. Hanya saja kami mohon agar Muhammad meninggalkan kegiatan dakwahnya.

Bujukan yang teramat halus untuk mematikan dakwah Islam itu dijawab oleh Nabi s.a.w. dengan jawaban yang tegas dan tak kenal kompromi, beliau menjawab: “Demi Allah wahai pamanku!
Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan dakwah Islam itu, aku tidak akan meninggalkannya, sehingga aku mendapat pertolongan dari Allah atau aku hancur binasa karenanya.

Mendengar jawaban keponakannya yang begitu tegar dalam membela kebenaran agama Allah s.w.t. Abu Thalib merasakan adanya keagungan risalah yang dibawanya. Dengan demikian iapun bertambah simpati saja, ia berkata: “Lanjutkan apa yang engkau perjuangkan, dengan segala kemampuanku aku senantiasa melindungimu”.

Cara yang tidak masuk akal misalnya, tokoh-tokoh musyrik Quraisy pernah mendatangi Abu Thalib, mereka mengatakan: “Wahai Abu Thalib, kalau engkau senantiasa menyayangi dan melindungi Muhammad karena ia memiliki wajah yang tampan, gagah dan menarik, sekarang kami bawakan seorang pemuda yang kegagahan dan ketampanannya menyaingi Muhammad. Kami serahkan pemuda ini kepadamu sebagai pengganti Muhammad dan Muhammad serahkan kepada kami.” Abu Thalib menjawab: “Wahai para pemimpin Quraisy diletakkan di mana akalmu. Kamu serahkan anakmu kepadaku untuk aku pelihara dan aku harus menyerahkan anakku (keponakanku) untuk engkau bunuh”.

Setelah berbagai tipu daya mereka usahakan untuk mematikan cahaya kebenaran Islam, semuanya tidak berhasil, terakhir kali mereka mengadakan musyawarah penting di Dar al-Nadwa. Tempat ini merupakan tempat Qushay ibn Kilab, yang senantiasa dipakai untuk musyawarah.

Di sanalah perkara-perkara penting Quraisy diputuskan. Musyawarah yang dihadiri oleh wakil seluruh Kabilah Arab itu mengajukan berbagai pendapat yang beraneka ragam, di antaranya: (1) Muhammad harus diusir dari kota Makkah. (2) Muhammad harus dimasukkan dalam penjara. (3) Muhammad harus dibunuh. Usul yang pertama dan kedua ditolak oleh peserta musyawarah, usaha dengan jalan itu sia-sia. Karena jika Muhammad diusir, maka akan memberi kesempatan baginya untuk menyusun kekuatan di luar kota Makkah dengan para sahabatnya, usul ini dianggap membahayakan. Apabila Muhammad dimasukkan penjara, ia amat tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai musibah, malah akan menimbulkan simpati bagi para sahabatnya dan mengakibatkan pengikutnya semakin bertambah saja.

Usul yang ketiga dianggap paling tepat, Muhammad harus dibunuh. Akan tetapi mereka menjumpai kesulitan, kalau salah seorang dari suku tertentu membunuh Muhammad akan menghadapi pembalasan dari suku Nabi Muhammad s.a.w. yaitu suku Abdi Manaf. Masyarakat Arab waktu itu, sangat fanatik terhadap sukunya masing-masing. Kesulitan itu kemudian dapat mereka atasi dengan jalan menugaskan bagi setiap suku Arab agar mengirimkan satu utusan untuk membunuh Muhammad bersama-sama.

Dengan demikian suku Abdi Manaf tidak dapat membalas, karena berhadapan dengan seluruh suku Arab, paling mereka harus membayar denda atau diyat. Tipu daya kaum musyrik Quraisy yang amat keji, sadis dan tidak mengenal perikemanusiaan seperti itu, disebutkan al-Qur’an: وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ Artinya: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.

Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. al-Anfal, 8: 30). Di sisi lain ketika orang-orang Quraisy semakin mengganas, menyiksa dan menyakiti para sahabat Nabi s.a.w. dengan berbagai siksaan yang menyakitkan, Nabi s.a.w. menyuruh para sahabat agar berhijrah ke Madinah. Para sahabat Nabi, satu demi satu secara sembunyi-sembunyi berangkat hijrah ke Madinah, meninggalkan tanah kelahiran mereka, rumah tempat tinggal dan segala apa yang dicintainya menuju ridha Ilahi. Mereka semua rela mengorbankan apa saja yang dicintainya termasuk dirinya sendiri untuk menegakkan agama Allah.

Agama yang mengantarkan umat manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Setelah para sahabat berhijrah, tinggalah sebagian kecil umat Islam di Makkah, di antaranya Nabi s.a.w., Ali bin Abi Thalib yang tinggal serumah dengannya, dan Abu Bakar al-Shiddiq bersama keluarganya. Nabi belum berangkat berhijrah karena belum ada perintah dari Allah s.w.t. Ketika orang-orang musyrik telah siap dengan suatu pasukan yang terdiri dari berbagai kabilah Arab, mereka bergerak untuk mencari dan membunuh Nabi s.a.w.. Pada suatu malam, mereka mengintai Nabi, dan mereka menjumpai Nabi sedang tidur di atas dipannya yang sederhana. Nabi waktu itu mengenakan “selimut hijau dari Arabia Selatan”, tepatnya dari Hadramaut.

Orang-orang musyrik Quraisy merasa tenang, mereka yakin malam itu akan dapat membunuh Nabi s.a.w.. Rumah Nabi juga dijaga ketat, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan pembunuhan terhadap Rasul yang amat dicintai para sahabatnya. Pada malam itu juga Nabi diperintahkan Allah agar segera berhijrah, Jibril a.s. menyampaikan: “Muhammad janganlah kamu tidur malam ini di tempat tidurmu, karena sesungguhnya Allah s.w.t. memerintahkanmu untuk berhijrah ke Madinah”. (Ibn al-Atsir al-Kamil fi al-Tarikh, hal. 72). Setelah menerima perintah untuk berhijrah, Nabi memanggil Ali bin Abi Thalib, saudara misan beliau, yang senantiasa berjuang membela kebenaran, agar ia mencatat barang-barang berharga milik orang-orang Makkah yang dititipkan kepada Nabi.

Ali segera mencatat satu-persatu dan esok harinya akan disampaikan kepada pemiliknya. Karena Nabi terkenal jujur dan baik, sering dititipi barang-barang berharga oleh orang-orang Quraisy. Selesai mencatat barang-barang itu, Nabi memerintahkan Ali agar tidur di tempat tidurnya, dan mengenakan selimut hijau dari Hadramaut yang biasa dipakai Nabi. (Muhammad Husain Haikal, Hayatu Muhammad, hal. 210).

Di sini sayyidina Ali k.w. melakukan suatu kontrak, bukan kontrak rumah atau jual beli tanah, akan tetapi kontrak mati. Ali tidur di atas dipan Nabi, juga menggunakan selimutnya, padahal di luar, pemuda-pemuda Quraisy yang sadis siap membunuhnya. Akan tetapi Ali k.w. rela mati untuk membela Nabi dan membela kebenaran. Ali demikian juga sahabat yang lain lebih mencintai Nabi dari pada cintanya terhadap segala sesuatu termasuk dirinya sendiri. Malam itu, tanggal 2 Rabi’ul Awwal Tahun ketiga belas dari kenabian, bertepatan dengan 20 Juli 622 M, Nabi berangkat dari rumah untuk berhijrah. (Said Ramadhan, Fiqh al-Sirah, hal 185).

Keberangkatan Nabi dari rumah dilakukan malam hari setelah lewat dua pertiga malam. Nabi keluar dari rumah, kemudian mengambil segenggam pasir dan melemparkannya kepada orang-orang Quraisy yang akan membunuh beliau. Orang-orang Quraisy itu dengan takdir Allah, maka tertidur sejenak dan tidak mengetahui Nabi pergi meninggalkan rumahnya. Waktu keluar, Nabi membacakan awal surat Yasin sampai ayat, وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ “Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”. (QS. Yasin, 36: 9).

Setelah selamat, keluar dari rumah, Nabi terus menemui Abu Bakar. Ternyata Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta untuk berhijrah. Malam telah larut, tinggal sepertiganya, dengan penuh pasrah kepada Allah, Nabi s.a.w. dan Abu Bakar al-Siddiq berangkat menuju suatu Gua di Bukit Tsur, sebelum berangkat ke Madinah. (Khudri Bek, Nur al-Yaqien, hal 77). Setelah tinggal di Gua Tsur kurang lebih selama tiga hari, Nabi dan Abu Bakar al-Siddiq melanjutkan perjalanan berhijrah ke Madinah. Jalan yang ditempuh Nabi sangat sulit, bukan jalan biasa yang dilalui orang, karena menghindari pengawasan kaum musyrik Quraisy.

Nabi dan Abu Bakar ditemani oleh dua orang sebagai penunjuk jalan dan yang bertugas mengawal dua ekor unta yang mengangkut Nabi dan sahabatnya yang sangat dicintai itu. Perjalanan ke Madinah sangat berat dan mencemaskan, namun dengan ketabahan dan kesabaran serta keikhlasan beliau jalani semua dengan tawakkal kepada Allah s.w.t..

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1439 H.

 

 

oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

ARRAHMAH

Di Inggris, Nama Muhammad Lebih Populer Dibanding William

Olivia adalah nama populer untuk bayi perempuan di Inggris, sementara untuk bayi laki-laki nama yang banyak dipakaiadalahOliver.

Nama Muhammad masuk sepuluh besar nama bayi paling populer di Inggris, menggeser nama William, demikian menurut data terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Statistik (ONS).

Penentuan nama bayi populer tersebut didasarkan pada pendataan dari sertifikat kelahiran. Untuk anak laki-laki, urutan popularitas nama adalah: Oliver, Harry, George, Jack, Jacob, Noah, Charlie, Muhammad, Thomas, dan Oscar. Nama Muhammad masuk sepuluh besar dengan menggeser nama William.

Untuk anak perempuan, urutannya adalah: Olivia, Amelia, Emily, Isla, Ava, Isabella, Lily, Jessica, Ella dan Mia. Lily masuk daftar sepuluh besar dengan menggeser nama Poppy.

Nama Muhammad tercatat sebagai nama bayi yang paling populer di London dan kawasan West Midlands.

Film baru Star Wars sepertinya juga mempengaruhi penamaan bayi. Finn misalnya dipakai oleh 650 bayi. Finn adalah salah satu karakter di film The Force Awakens yang dimainkan oleh John Boyega.

DavidBeckhamdanVictoria menamai anak perempuanmerekaHarper.

Yang juga mengalami peningkatan popularitas adalah nama Rey, Jaxon, Arlo, dan Luna.

Juru bicara ONS, Nick Stripe, mengatakan menarik untuk mencermati nama-nama 696.000 bayi yang lahir di Inggris pada 2016.

“Dari kelahiran tersebut, terdapat 64.000 nama yang berbeda,” ujar Stripe.

“Yang juga menarik adalah sepuluh nama paling populer relatif tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.

Stripe menjelaskan naik turunnya nama di daftar terpopuler mencerminkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat.

Harper, misalnya, tak banyak dipakai sepuluh tahun lalu.

Namun sejak pasangan selebritas David Beckham dan Victoria memakai nama ini untuk anak perempuan mereka, banyak orang tua yang kemudian menggunakan nama tersebut.

Dari sekian banyak nama anak perempuan, Harper, mengalami peningkatan popularitas yang paling tajam.

 

Detik

Makna Sebenarnya “Kekasih Allah”

Seringkali kita mendengar lafal “habibullah” dan kerap diartikan secara sederhana menjadi kekasih Allah. Berlebihan kah makna itu?

Lafal tersebut lebih tepat diartikan sebagai orang yang dicintai oleh Allah–ini lebih selamat dari kesalahan interpretasi. Cinta dari Allah tentu terhindar dari kesan sebagaimana kasih sayang tak ubahnya sepasang kekasih.

Cinta Allah kepada hamba-Nya (termasuk Rasulullah SAW) tentu tak menjadikan Allah tersekutukan dengan makhluk. Pun tak lantas menyamakan Allah SWT serupa dengan makhluk.

Sifat Allah yang mencintai hamba-Nya telah ditetapkan di dalam Al-Quran dalam banyak kesempatan. Ada beberapa sifat hamba-hamba-Nya yang secara tegas menjadi sebab bagi Allah SWT untuk mencintainya. Apa saja itu?

1. Allah SWT Mencintai Orang yang Bertaubat dan Mensucikan Diri

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqrah:222)

2. Allah SWT Mencintai Orang Muhsin

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang muhsin (QS. Al-Baqarah:195)

3. Allah SWT Mencintai Orang yang Bertakwa

Maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 76)

4. Allah SWT Mencintai Orang yang Bertawakkal

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran:159)

5. Allah SWT Mencintai Orang yang Sabar

Allah mencintai orang-orang yang sabar (QS. Ali Imran: 146)

6. Allah SWT Mencintai Orang yang Adil

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maidah: 42)

7. Allah SWT Mencintai Orang yang Berperang di JalanNya

Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash-Shaff:4)

8. Allah SWT Cinta Generasi Islam yang Spesifik

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas, lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah: 54)

Kita pun mendapatkan lebih banyak lagi kriteria hamba yang Allah cintai jika kita membuka hadits-hadits nabawiyah. Cinta Allah SWT itu tak terbatas kepada Rasulullah SAW saja, namun juga kepada banyak orang yang memenuhi kriteria.

Khusus untuk Rasulullah SAW, ada “level” kecintaan Allah SWT tersendiri yang lebih khusus, lebih spesifik. Wajar bila salah satu julukan beliau adalah lafal di atas: “habibullah”. Orang yang dicintai Allah.

Wallahua’lam.

 

BERSAMA DAKWAH

Orang yang Makan Gaji Buta, Shalatnya tidak Diterima

Shalat merupakan ibadah yang utama bagi seorang Muslim. Sebab, shalat merupakan amal yang pertama dihisab pada Hari Perhitungan nanti.

Namun, tidak semua orang shalatnya diterima. “Nabi Muhammad SAW menyebutkan ada 10 kelompok  orang yang shalatnya tidak diterima,” kata Ustadz Taufiqurrohman saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Bosowa Bina Insani, Jumat (17 dan 24 Maret 2017).

Siapakah mereka itu? “Pertama, orang yang shalat tapi tidak membaca,” kata Ustadz Taufiqurrohman. Maksudnya, dia hanya diam saja atau membaca dalam hati. Padahal shalat merupakan perpaduan antara perkataan dan  perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Sejumlah rukun shalat harus diucapkan, seperti takbiratul ihram dan takbir antar rukun shalat, membaca Surah Fatihah, membaca doa tahiyat, dan  mengucapkan salam. “Jadi, kalau rukun-rukun yang wajib diucapkan itu hanya dibaca di dalam hati, maka shalatnya tidak diterima,” tutur Ustadz Taufiq, panggilan akrab Taufiqurrohman.

Kedua, orang yang shalat tapi tidak membayar zakat. “Perintah shalatbergandengan dengan perintah zakat. Orang yang shalat tapi tidak membayar zakat, kata Nabi, orang tersebut tidak diterima shalatnya,” ujar Taufiq.

Ketiga, kata Taufiq, imam shalat yang dibenci oleh makmumnya. Dia dibenci karena akhlaknya yang tidak baik.
Keempat, kata Taufiq, orang yang  makan gaji buta. Dia bekerja tidak sesuai dengan kewajiban yang harus dilaksanakannya.  “Kelima, orang yang mabuk dan istiqamah dalam mabuknya,” tuturnya.

Keenam, seorang istri yang enggan memenuhi permintaan suaminya dan suaminya marah kepada istrinya tersebut. “Itulah sebabnya, saling bermaafan antara suami itri, terutama istri minta maaf kepada suami, sebaiknya dilakukan setiap hari,” kata Taufiq.

Ketujuh, ujar Taufiq,  wanita yang shalat tapi  masih mengumbar aurat. Kedelapan, pemakan riba. Kesembilan imam atau pemimpin yang tidak amanah (curang).

Adapun kesepuluh, kata Taufiq,  adalah orang yang shalatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, tidak bertambah kecintaannya kepada Allah, bahkan ia makin jauh dari Allah.

“Semoga kita tidak termasauk salah satu dari 10 kelompok orang yang shalatnya tidak diterima oleh Allah SWT,” tutur Taufiqurrohman.

Ini Rezeki Istimewa bagi Orang yang Istimewa Pula

BERIKUT ini adalah beberapa cara Allah dalam memberikan rezeki kepada semua makhluknya menurut Alquran:

1. Tingkat rezeki pertama yang dijamin oleh Allah

“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.” (QS Hud: 6)

Artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Hal tersebut adalah rezeki dasar yang terendah.

2. Tingkat rezeki kedua yang didapat sesuai dengan apa yang diusahakan.

“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS An-Najm: 39)

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika seseorang bekerja selama dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, seseorang akan mendapat lebih banyak. Tidak pandang dia itu seorang muslim atau kafir.

3. Tingkat rezeki ketiga adalah rezeki lebih bagi orang-orang yang pandai bersyukur.

” Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)

Inilah rezeki bagi orang yang disayang oleh Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu.

4. Tingkat rezeki keempat adalah rezeki istimewa dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa dan bertawakal pada Allah Ta’ala.

“. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Ath-Thalaq: 2-3)

Peringkat rezeki yang keempat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Rezeki ini akan Allah berikan dari arah yang tidak disangka-sangka. Mungkin pada saat seseorang berada dalam kondisi sangat sangat membutuhkan.

 

MOZAIK

Benarkah Anak Cewek Penghalang Orangtua ke Neraka?

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memiliki tiga anak perempuan, lalu ia bersabar membesarkan mereka, memberi makan, minum, dan pakaian kepada mereka, niscaya anak-anak itu akan menjadi hijab/penghalang baginya dari api neraka.”

Menurut Samahatusy Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, hadis tersebut berlaku umum untuk ayah dan ibu dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

“Siapa yang memiliki dua anak perempuan lantas ia berbuat baik kepada keduanya, niscaya mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” [1]

Demikian pula apabila seseorang memiliki saudara perempuan, bibi dari pihak ayah (ammah) atau pihak ibu (khalah), atau semisal mereka, lantas berbuat baik kepada mereka, ia pantas beroleh pahala yang besar, terhalangi dari api neraka dan dijauhkan dari neraka karena amalnya yang baik.

Keutamaan ini khusus diberikan kepada kaum muslimin. Apabila seorang muslim mengamalkan kebaikan-kebaikan ini demi mengharap wajah Allah Subhanahu wa Taala, niscaya bisa menjadi sebab keselamatannya dari api neraka.

Memang ada banyak sebab untuk selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga. Di antaranya adalah orang yang diberi rezeki anak-anak perempuan atau saudara perempuan, lantas berbuat baik kepada mereka. Mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.

Demikian pula orang yang tiga anaknya meninggal sebelum berusia baligh, niscaya anak-anak tersebut akan menjadi penghalang baginya dari neraka.

Ketika ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana apabila dua anak?” Beliau menjawab, “Dua juga.”

Mereka tidak bertanya tentang satu anak, namun ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda,

“Allah Subhanahu wa Taala berfirman, ‘Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang beriman, saat Aku ambil penduduk dunia kesayangannya, lantas ia mengharapkan pahala dengannya, kecuali balasannya adalah surga.” [2]

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menerangkan bahwa tidak ada balasan bagi orang mukmin yang kehilangan orang yang dikasihinya dari penduduk dunia, lantas ia bersabar dan mengharapkan pahala, selain surga.

Jadi, seorang anak yang meninggal termasuk dalam hadis ini. Apabila ayah, ibu, atau kedua-duanya mau bersabar mengharap pahala Allah Subhanahu wa Taala atas musibah kehilangannya, niscaya keduanya akan beroleh surga. Ini adalah keutamaan yang agung dari Allah Subhanahu wa Taala.

Demikian pula seorang suami, istri, seluruh kerabat dan sahabat, apabila mereka bersabar dan mengharapkan pahala atas musibah tersebut, mereka pun termasuk dalam hadits ini (beroleh surga). Tentu saja dengan memerhatikan pula apakah mereka terbebas dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan keutamaan tersebut, yaitu meninggal dalam keadaan berbuat dosa besar. Nasalullaha as-salamah.”

 

MOZAIK