Israel Tembak Kepala Demonstran Palestina

Ibrahim Abu Thraya, demonstran terkenal asal Palestina, tewas ditembak kepalanya saat berlangsung demonstransi anti-Israel di Gaza. Diduga kuat, pelakunya adalah penembak jitu Israel.

Namun, Angkatan Darat Israel mengatakan, tentara memang menggunakan peluru tajam untuk membubarkan demonstrasi itu, tapi Abu Thraya bukan sasarannya. Laporan itu menyimpulkan “tidak mungkin diketahui siapa yang melepaskan tembakan” yang mematikan itu.

Menurut catatan Dines Medis Palestina, Abu Thraya ditembak dua minggu lalu saat berunjukrasa anti-Israel.

Banyak orang Palestina menganggap Abu Thraya sebagai lambang perlawanan terhadap Israel. Thraya menggunakan kursi roda setelah kehilangan kedua kaki pada 2008. Keluarganya mengatakan Thraya luka-luka dalam serangan udara yang dilancarkan Israel, ketika ia sedang membantu korban lain dalam serangan itu. Kantor berita Associated Press mengatakan Abu Thraya cedera dalam bentrokan dengan pasukan Israel di sebuah kamp pengungsi.

Kematiannya menambah kemarahan rakyat Palestina sejak Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, dan akan memindahkan Kedubes AS ke kota itu dari Tel Aviv. Aksi-aksi protes yang disertai kekerasan telah menewaskan 12 orang Palestina sejak itu.

Palestina menghendaki Kota Yerusalem timur sebagai Ibu Kota Palestina kelak, tapi Israel menganggap seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kotanya yang permanen. [voa/lat]

 

INILAH MOZAIK

Anda Masuk Masjid Setelah Ikamah?

ADA lima kesalahan yang sering ditemukan terkait salat berjamaah. Kita tahu bahwa shalat berjamaah sangat ditekankan terutama bagi kaum pria. Namun ada yang belum memahami mengenai aturan-aturan dalam shalat berjamaah. Ada yang hanya memahami ilmu turun-temurun, padahal kita harus bertambah baik dari sebelumnya. Berikut akan dijelaskan lima kesalahan yang sering ditemukan terkait shalat berjamaah.

Kedua, baru masuk masjid kalau sudah dikumandangkan iqamah. Awalnya sudah hadir, namun masih nongkrong di luar masjid. Kalau sudah iqamah kadang yang belum berwudhu, akhirnya terburu-buru untuk berwudhu. Ingatlah kalau kita datang duluan di masjid lalu selalu bertakbir pertama (takbiratul ihram) bersama imam, maka akan dapat keutamaan yang besar yaitu terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat kemunafikan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah, ia tidak luput dari takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dicatat terbebas dari dua hal yaitu terbebas dari siksa neraka dan terbebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, no. 241. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2652)

Adapun yang biasanya cepat-cepat berwudhu ketika sudah berkumandang iqamah, hati-hati akan terkena ancaman sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut dari Abdullah bin Amr, ia berkata, “Kami pernah kembali bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Makkah menuju Madinah hingga sampai di air di tengah jalan, sebagian orang tergesa-gesa untuk shalat Ashar, lalu mereka berwudhu dalam keadaan terburu-buru. Kami pun sampai pada mereka dan melihat air tidak menyentuh tumit mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, “Celakalah tumit-tumit dari api neraka. Sempurnakanlah wudhu kalian.” (HR. Muslim, no. 241).

 

INILAH MOZAIK

Mari Kita Mengaji Pagi

RENUNGKAN QS Al-Fath ayat 4: Allah SWT berfirman, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,” (QS. Al-Fath 48: Ayat 4)

Lalu baca juga ayat 7 pada surat yang sama, Allah SWT berfirman: “Dan milik Allah bala tentara langit dan bumi. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath 48: Ayat 7)

Tentara Allah begitu banyak, tak terhitung dan kadang tak terlihat. Tentara Allah siap selalu melaksanakan perintah Allah kapan saja dan di mana saja. Inilah alasan mengapa seorang mukmin sejati tak perlu menyuburkan gelisah dalam dirinya.

Selama taat kepada Allah, Allah akan senantiasa membantu kita dan mengatur hidup kita dengan caraNya yang pasti penuh hikmah. Tentara-tentaraNya akan mengawal kita.

Berhati-hatilah untuk tidak menyakiti orang-orang yang dijaga tentara Allah. Akibatnya bisa fatal, bisa terluka bahkan terbantai. Luka badan mungkin tak apa, tapi bagaimana dengan luka hati? Mati jasad mungkin tak seberapa, tapi bagaimana dengan mati nama dan mati hati?

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Jangan Abaikan Salat Sunah Antara Azan dan Ikamah

SEBENARNYA ada apa dengan waktu antara azan dan ikamah? Ada cerita apa di balik azan dan ikamah itu? Berikut beberapa faedah singkat seputar keutamaan dan hukum fikih terkait waktu antara azan dan ikamah.

1. Terdapat pahala salat sunah

Ketika seorang sampai di masjid, hendaknya ia tidak duduk terlebih dahulu, alangkah baiknya ia melakukan salat sunah dua rakat. Salat tersebut bisa jadi salat sunah wudhu, salat sunah tahiyyatul masjid, salat sunnah rawatib, atau sekadar salat sunah mutlak antara azan dan ikamah.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang salat sunah tahiyyatul masjid

“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya ia salat dua rakaat sebelum ia duduk.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Terkait salat sunah mutlak, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

“Antara azan dan ikamah itu terdapat salat Rasul mengulanginya tiga kali- bagi siapa yang berkehendak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Salat sunah rawatib yang paling utama adalah salat sunah fajar/salat sunah qabliyah subuh. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

“Dua rakaat salat sunah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”(HR. Muslim)

2. Salah satu waktu terkabulnya doa

Apabila ia telah selesai dalam salat sunahnya, hendaknya ia memanjatkan doa ketika masih ada waktu, sembari menunggu ikamah dikumandangkan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa antara azan dan ikamah, maka berdoalah (kala itu).” (HR. Ahmad, shahih)

Dari Anas bin Malik pula, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

“Doa yang tidak mungkin tertolak adalah ketika antara azan dan ikamah” (H.R. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih).

Jarak antara Azan dan Ikamah

Sebenarnya apa tolak ukur jarak waktu ikamah setelah azan dikumandangkan? Dari Ubay bin Kaab, Jabir bin Abdillah, Abu Hurairah dan Salman al-Farisi, Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda;

“Jadikan (waktu) antara azan dan ikamahmu, sesuai dengan orang yang tidak tergesa-gesa dalam menunaikan hajatnya dan orang yang tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan makannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Shahihah no. 887).

Jadi kesimpulannya, jarak antara azan dan ikamah dapat diperkirakan kurang lebih antara 10-15 menit. Disimpulkan dari hadis di atas yang menyebutkan bahwa waktu antara azan dan ikamah adalah seperti orang yang sedang makan dan dia tidak tergesa-gesa dalam makannya.

Oleh karena itu, sepatutnya bagi setiap pengurus masjid, tidak mematok waktu yang terlalu cepat untuk mengumandangkan ikamah, dalam rangka memberi kesempatan kepada jemaah masjid tuk datang ke masjid dan mengerjakan berbagai macam ibadah yang bisa dikerjakan di sela-sela azan dan ikamah. [Muslimorid]

 

INILAH MOZAIK

Saat Para Jenderal Shalat Berjamaah

Simbol soliditas antara dua angkatan bersenjata terbesar yang dimiliki Republik Indonesia, kembali ditunjukkan oleh kedua pemimpin tertinggi mereka. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian dan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal TNI Hadi Tjahjanto tampak menunaikan shalat berjamaah.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal, Tito dan Hadi menunaikan shalat berjamaah Ashar pada Kamis (28/12). Shalat ashar dilakukan di Kodam XII/Tanjungpura usai arahan panglima TNI dan Kapolri pada semua personel TNI POLRI jajaran kodam XII/TP dan Polda Kalbar. Keduanya sedang berkoordinasi untuk mendampingi kunjungan Presiden Joko Widodo.

“Setelah giat sholat ini mendampingi Presiden Jokowi dalam Kegiatan Natal bersama di Rumah Radank kota baru Jalan Sultan Rahman Pontianak,” kata Iqbal dalam pesan singkatnya, Kamis (28/12).

Saat shalat, Kapolri Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian menjadi Imam Shalat jamak Zuhur dan Ashar di ruang kantor Pangdam Tanjung Pura Pontianak.

Tampak dalam barisan Makmum antara lain: Panglima TNI Marsekal Hadi Djahjanto, Kasad Jenderal TNI Mulyono, Kasal TNI Laksamana Ade Supandi, AS SDM Kapolri lrjenpol Arief Sulistiyanto, Kalemdiklat Polri Komjen Pol Unggung, Karo Penmas Divhumas Polri Brigjenpol M Iqbal, dan Karo Provos Brigjen Pol Refdi Andri.

Kedekatan antara dua institusi kerap ditunjukkan secara simbolis oleh kedua pemimpin tersebut. Kapolri Jenderal Tito Karnavian terakhir kali melakukan pengamanan bersama untuk perayaan Hari Raya Natal 2017. Hadi Tjahjanto juga sebelumnya sempat mengajak Tito Karnavian untuk mencicipi pesawat tempur Sukhoi SU-38MK2 milik TNI AU dalam penghargaan brevet yang diterima oleh Kapolri.

 

REPUBLIKA

Mengobati Kesedihan

Merasakan kesedihan adalah manusiawi. Fitrah dan merupakan sifat alami yang dimiliki oleh setiap manusia. Kesedihan muncul akibat dari tidak dapat menerima keadaan, seperti kehilangan orang-orang yang dicintai, harta atau kedudukan. Sedih juga bisa karena kegagalan, kesusahan, kecewa, stres, atau patah hati.

Orang yang bersedih biasanya akan menangis. Akan tetapi,  orang yang menangis belum tentu bersedih. Karena orang yang menangis dapat juga disebabkan oleh perasaan senang atau terharu.

Sebenarnya bersedih dibolehkan dan memiliki dampak baik bagi tubuh, yakni dapat membersihkan racun dan meluapkan emosi yang terpendam. Akan tetapi, kesedihan juga dapat berdampak buruk jika terjadi berlarut-larut.

Kesedihan yang berlarut-larut inilah yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Seperti menangis berhari-hari tanpa henti karena ditinggal orang tercinta, menangis dalam waktu yang lama sehingga melupakan beribadah kepada Allah, dan bersedih hingga melukai dirinya sendiri. Seru Allah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS At Taubah: 40)

Lalu bagaimana Islam mengajarkan cara mengobati kesedihan? Pertama, ingatlah selalu seruan-Nya, “Allah bersama kita.” Karena seberat apapun kesulitan dan kesedihan yang dirasakan, kita tidaklah sendiri. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Allah bersama kita.

Dialah pemilik segalanya di dunia ini. Dia Mahakuasa atas segala sesuatunya. Dia Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya berlarut dalam kesulitan.

Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Dengan mengingat Allah akan membuat hati menjadi tenteram. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28)

Kedua, cara termudah adalah banyak berzikir; mengingat dan terus menyebut Allah. Berzikir tidak hanya mengunduh pahala besar karena sedang melakukan amalan yang disukai para malaikat dan rasul-Nya. Karena berzikir, telah tersedia hal-hal indah untuk kebaikan diri dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk sekarang atau nanti. Untuk di sini atau di sana (alam akhirat).

Saat bertasbih, sejatinya kita sedang mengakses kesucian dan kebeningan sifat rahman rahim-Nya. Tidak mungkin akan berlama-lama dengan kesedihan jika hatinya sedang dalam proses membeningkan dan menjernihkan, demi hadirnya sifat kasih dan sayang-Nya.

Saat bertahmid, bukankah saat itu kita sedang memuji keagungan dan kebesaran-Nya. Betapa pun kita masih diberi kesempatan menikmati semua karunia-Nya. Teramat banyak nikmat yang Allah beri. Dan itu jauh tidak sebanding dengan ujian yang Allah beri.

Ketika kita membaca tahlil, artinya kita sedang meneguhkan tauhid. Tidak ada Zat yang bisa memberikan kebaikan yang indah dan sempurna, kecuali Dia, Allah SWT. Dan tatkala takbir kita suarakan, kita sedang memproses pengerdilan diri di hadapan-Nya. Yang Besar dan Berkuasa atas diri kita dan setiap keadaan adalah Dia.

Berikutnya perbanyaklah doa. Ketika Rasullullah SAW  mendapati Abu Umamah RA sedang bersedih di dalam masjid, beliau mengajarkan sebuah doa, “Ya Allah, aku memohon perlindungan dengan-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, rasa lemah dan kemalasan. Aku memohon perlindungan dengan-Mu daripada sifat penakut dan kebakhilan. Dan aku memohon perlindungan dengan-Mu dari beban utang dan dikuasai seseorang.” (HR. Abu Daud)

Ikhwah filah tercinta. Jelang pergantian tahun Masehi, jika kita adalah yang masih dirundung kesedihan yang tak berkesudahan dan atau kita adalah yang berharap banyak hal dalam hari-hari kita dan atau kita adalah yang ingin mentaubati dosa salah khilaf kita sepanjang tahun, mari hadiri majelis-majelis zikir.

Alhamdulillah untuk kesekian kalinya, harian kesayangan kita ini kembali akan menghelat zikir akbar Tahun Baru 2018 di Masjid At-Tiin, TMII. Insya Allah, bersama puluhan ribu dan jutaan umat Islam yang berzikir dan berdoa, sirna sudah kesedihan kita. Dan kita akan menapaki hidup dalam ridha, rahmat dan berkah-Nya. Aamiin.

 

Oleh Muhammad Arifin Ilham

REPUBLIKA

Inilah 3 Wajah Ahli Surga yang Memukau Malaikat

Orang yang gemar shalat berjamaah di masjid di akhirat nanti memukau para malaikat. “Subhanallah, inilah tiga wajah ahli surga  yang memukau para malaikat di surga karena mereka hamba Allah yang taat dan gemar shalat berjamaah di masjid. Yakni, seperti bintang, seperti bulan dan seperti matahari,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham melalui pesan instan yang dikirimkan kepada Republika.co.id, langsung dari Makkah, Selasa (26/12) pagi WIB.

Pertama, kata Arifin, seperti bintang. “Orang yang wajahnya bercahaya seperti bintang adalah Muslim yang begitu mendengar adzan segera berwudhu lalu shalat berjamaah di masjid,” ujarnya.

Kedua, seperti bulan. Ini adalah orang yang saat terdengar adzan ia sudah berwudhu, lalu berjamaah di masjid.

Yang paling istimewa, ujar Arifin, yang wajahnya seperti mahatahari. Siapakah dia? “Dialah orang yang saat adzan berkumandanh sudah berada di masjid menanti datangnya waktu shalat,” tuturnya.

Di akhir pesan instannya, Ustaz Arifin Ilham berdoa,  “Allahumma ya Allah,  hidupkanlah kami dalam kenikmatan istiqamah di jalan-Mu dan selalu berjamaah di rumah-Mu. Aamiin.”

 

REPUBLIKA

Pelajaran Kematian

Suatu hari, Harun al-Rasyid pergi berburu. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang yang bernama Buhlul. Lalu, Harun berkata, “Berilah aku nasihat, wahai Buhlul!” Laki-laki itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, di manakah bapak dan kakekmu, sejak Rasulullah hingga bapakmu?” Harun menjawab, “Semuanya telah mati.” Di mana istana mereka?” tanya Buhlul. “Itu istana mereka,” jawab Harun. “Di situ istana mereka, dan di sini kuburan mereka. Bukankah sekarang istana itu sedikit pun tidak memberi manfaat bagi mereka?” tanya Buhlul.

“Kamu benar. Tambahlah nasihatmu, wahai Buhlul!” kata Harun. “Wahai Amirul Mukminin, engkau diberi kekuasaan atas perbendaharaan Kisra dan diberi umur panjang. Lalu, apa yang bisa kau perbuat? Bukankah kuburan adalah terminal akhir bagi setiap yang hidup, kemudian engkau akan disidang tentang berbagai masalah?” “Tentu,” jawab Harun.

Setelah itu al-Rasyid pulang dan jatuh sakit. Setelah beberapa hari sakit, sampailah ajal menjemputnya. Pada detik-detik terakhir kehidupannya, ia berteriak, “Kumpulkanlah semua tentaraku.” Maka, datanglah mereka ke hadapan Harun al-Rasyid, lengkap dengan pedang dan perisai. Saking banyaknya sehingga tak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah. Semuanya berada di bawah komandonya. Mereka melihat Harun menangis sambil berkata, “Wahai Zat yang tidak pernah kehilangan kekuasaan, kasihanilah hamba-Mu yang telah kehilangan kekuasaan ini.”

Tangisan itu tak berhenti hingga ajal mencabut nyawanya. Itulah sepenggal kisah yang memberikan pelajaran (ibrah) berharga kepada kita tentang nasihat kematian. Bahwa kematian tidak pilihpilih, anak kecil atau dewasa, muda atau tua, laki atau perempuan, kaya atau miskin, dan pejabat atau rakyat.

Kematian akan menyambangi siapa saja yang bernyawa (QS Ali Imran [3]:185). Tidak ada tawar-menawar, setiap orang memiliki ja tahnya masing-masing (QS al-A’raf [7]: 34). Karena itu, Nabi SAW memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat dan menyiap kan bekal untuk menghadapi kematian (HR Nasa`i, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah).

Ad-Daqqaq RA berkata, “Barang siapa yang banyak mengingat mati, ia diberi kemuliaan dengan tiga perkara: segera bertobat, hati bersifat qanaah, dan rajin dalam beribadah. Barang siapa yang lupa terhadap mati, ia disiksa dengan tiga perkara: menunda-nunda tobat, tidak ridha dengan menahan diri dari meminta, dan malas dalam beribadah.”

Alquran telah menjelaskan akan datangnya kematian dengan berbagai kondisi. Antara lain, kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia meskipun ia berusaha menghindari risiko kematian (QS Ali Imran [3]: 154).

Kematian akan mengejar siapa pun meskipun ia berlindung di balik benteng yang tinggi dan kokoh (QS an-Nisa [4]: 78), kematian mengejar siapa pun meskipun ia lari menghindar (QS al-Jumu’ah [62]: 8), kematian datang secara tiba-tiba (QS Luqman [31]: 34), dan kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat (QS al-Munafiqun [63]: 11).

Terkait dahsyatnya kematian (sakaratul maut), Nabi SAW bersabda, “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi). Dalam hadis lain, “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang tersobek?” (HR Bukhari).

Dalam atsar (pendapat) para sahabat Nabi SAW. Seperti Ka’ab al-Ahbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Lalu, seorang laki-laki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.”

Kemudian, Imam Ghozali berpendapat: “Rasa sakit yang dirasa kan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke selu ruh anggota tubuh sehingga bagi orang yang sedang sekarat merasa kan dirinya ditarik-tarik dan dicerabuti dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.” Semoga kita dapat meraih husnul khatimah. Amin.

Oleh:  Imam Nur Suharno

Shalawat di Hari Jumat

Ada sunah yang dianjurkan dilaksanakan pada hari Jumat. Sayyid Sabiq dalam bukunya, Fiqih Sunnah mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i. Rasulullah menyatakan, hari yang paling utama adalah Jumat. Pada hari itu, Adam diciptakan. Pada hari tersebut ia juga dicabut rohnya.

Pada Jumat, ujar Rasul, sangkalala ditiup dan semua manusia dimatikan. Karena itu, perbanyaklah shalawat atasku dan bacaanmu itu akan disampaikan kepadaku,’’ ujar beliau. Lalu, para sahabat bertanya bagaimana shalawat tersebut sampai kepada beliau padahal saat itu pasti jasadnya telah hancur luluh.

Sesungguhnya, Allah telah melarang bumi untuk memakan jasad para nabi, demikian jawab Nabi Muhammad SAW menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya itu. Ibnu Qayyim menyatakan, memperbanyak bacaan shalawat atas Nabi Muhammad pada hari dan malam Jumat disunahkan.

Ia memperteguh pendapatnya ini dengan menyatakan bahwa Rasulullah menyatakan hal itu. Perbanyaklah membaca shalawat atasku pada hari Jumat dan pada malamnya. Menurut Ibnu Qayyim, hal ini tepat karena Rasulullah adalah pemimpin umat dan Jumat merupakan pemimpin seluruh hari dalam satu minggu.

Dengan demikian, membaca shalawat merupakan keutamaan yang tidak terdapat pada hari-hari lainnya. Di samping itu, di antara hikmah lainnya adalah semua kebaikan umat Muhammad di dunia dan akhirat, sebenarnya terletak di dalam genggamannya. Melalui beliau, Allah mencurahkan kepada umatnya kebaikan di dunia dan akhirat.

Kemuliaan terbesar yang bisa diraih, ujar dia, adalah pada Jumat. Pada hari tersebut, doa yang dipanjatkan juga tak akan ditolak. Semua itu dapat diraih oleh umat karena adanya bimbingan dari Muhammad. Sebagai tanda terima kasih, kata dia, hendaklah memperbanyak bacaan shalawat pada Jumat.

 

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Taqwalah Kepada Allah, Engkau Akan Tercukupi

Jika engkau bertaqwa kepada Allah, manusia akan mencukupimu. Namun jika engkau bertaqwa kepada manusia, apa pun yang datang dari Allah tidak akan membuatmu merasa cukup.

 

 

Jika engkau bertaqwa kepada Allah, manusia akan mencukupimu. Namun jika engkau bertaqwa kepada manusia, apa pun yang datang dari Allah tidak akan membuatmu merasa cukup.

— Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

 

MUSLIMAH