Akhirnya, Keppres BPIH 2018 Ditandatangani

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali mengatakan, Keputusan Presiden (Keppres) tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2018 sudah ditandatangani Presiden Joko Widodo. “Pelunasan. Ini saya sudah ketemu Pak Mensesneg. Keppres BPIH sudah ditangani Presiden,” ujar Nizar dalam acara pembukaan kegiatan “Diseminasi Advokasi Haji” di Bogor, Senin (9/4).

Jadwal pelunasan jamaah haji reguler tahun ini memang sempat tertunda karena belum keluarnya Keppres BPIH tersebut. Sebelumnya, proses pelunasan, yang direncanakan akan dilakukan pada Selasa (3/4) lalu, akhirnya harus diundur.

Menurut Nizar, ternyata Keppres BPIH tersebut belum ditandatangani Presiden karena sempat tertahan di tata usaha di Sekretariat Negara (Setneg) selama kurang lebih sepekan. Menurut dia, seharusnya keppres tersebut memang terus dikawal.

“Kemarin sebenarnya katanya memang mesti ini harus dikawal. Jadi, surat tanggal 20 Maret itu sudah dilayangkan ke Setneg, ternyata berhenti di TU, tidak sampai ke Mensesneg,” ucapnya.

Dengan ditandatanganinya Keppres BPIH ini, menurut Nizar, pelunasan jamaah haji reguler sudah bisa dilakukan dalam waktu dekat sekitar tanggal 12 April mendatang. Namun, kepastiannya masih harus menunggu surat edaran terlebih dahulu.

“Mudah-mudahan pelunasan bisa dilakukan minggu kedua bulan April. Artinya sekitar tanggl 12 sampai berikutnya,” katanya.

Seperti diketahui, berdasarkan penetapan BPIH 2018 oleh Kemenag dan Komisi VIII DPR RI, masing-masing jamaah harus membayar Rp 35,23 juta. Biaya haji ini naik Rp 345 Ribu dibandingkan tahun lalu.

 

IHRAM

Ibadah Rabiah al-Adawiyah

SALAH satu wanita yang melayani Rabiah, bernama Abdah bintu Abi Syawwal pernah mengatakan,

“Rabiah melaksanakan shalat semalaman. Ketika sudah terbit fajar, beliau tidur sejenak di tempat shalatnya, hingga fajar mulai menguning.”

Ketika beliau terbangun dari tidurnya, aku sering mendengar beliau mengucapkan, “Wahai jiwaku, berapa lama kau tidur? Sampai berapa lama kau akan bicara? Hampir saja ketika kamu tidur, kamu tidak akan bangun kecuali sampai kiamat.” (Siyar Alam an-Nubala, 8/242)

Menurut Abdah bin Abi Syawal, ini merupakan kebiasaan Rabiah selama hidupnya hingga beliau wafat. Rahimahallah rahmatan wasiah. Tidak ada riwayat yang shahih mengenai mukjizat atau karamah Rabiah sebagaimana yang sering diramaikan masyarakat.

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa usia beliau 80 tahun dan beliau meninggal di tahun 180 H. Semoga Allah merahmati beliau dan semua umat yang meniti jalan kebenaran.

Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Laki-Laki Ini tak Jadi Membunuh Rasulullah, Penyebabnya?

Umair bin Wahb adalah seorang pahlawan Quraisy yang gagah berani dan ditakuti karena kecerdikannya. Dia berasal dari Kabilah Jamh dan sangat loyal pada kelompoknya bahkan sempat berencana untuk membunuh Rasulullah. Namun ketika hendak melaksanakan rencananya tersebut, Allah memberi hidayah kepadanya dan dia segera masuk Islam.

Sejarah tidak banyak menyebutkan tentang masa kecil Umair hanya menyentuh kehidupannya sebagai seorang remaja yang mempunyai kekuatan dan kedewasaan dalam berpikir. Pendapat-pendapatnya selalu dibenarkan orang-orang yang berpengaruh dalam kabilahnya. Tidak hanya itu sejarah menyebutkan tentang langkah dan kejutan yang dibuatnya serta kemahirannya dalam renang.

Dalam buku yang berjudul “Kasatria Pilihan di Sekitar Rasulullah” karya Abdurrahman Umairah dikisahkan bahwa kecepatan Umair bin Wahb dapat mengimbangi kecepatan burung yang terbang. Kecepatannya dapat mengalahkan kecepatan dua kuda yang menarik gerobak, dan kemampuannya dalam berenang dapat mengikuti kecepatan ikan berenang. Maka, diwaktu sore kepulangannya ke rumah, dia kerap membawa hewan buruannya seperti burung dan ikan laut.

Ketika masih dalam keadaan kafir, dirinya mendengar seorang pemuda keturunan Abdul Muthalib (Muhammad bin Abdullah) menghina patung dan berhala serta menyeru kepada umat manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, orang-orang Quraisy termasuk dirinya bertekad memerangi Muhammad dan para pengikutnya.

Menjelang perang Badar orang-orang kafir Quraisy tak terkecuali Umair keluar dengan peralatan perang yang lengkap untuk menghancurkan umat Islam. Mereka berjalan sampai ke air Badar. Namun, umat Islam telah mendahului mereka di tempat tersebut dan menguasainya. Kemudian mereka melakukan pengintaian tenntang jumlah pasukan dan kekuatan lawan. Di antara anggota dan pasukan pengintaian tersebut adalah Umair.

Sekembalinya Umair, dirinya menjelaskan hasil pengintaiannya, “Aku telah menaiki lembah tersebut dan tidak menemukan kekuatan sama sekali pada pasukan Muslim.”

Mereka yang mendengarkannya bertanya, “Berapa jumlah personil perang mereka? Umair menjawab, “ Mereka tidak lebih dari 300 personil. Kalaupun lebih hanya sedikit sekali, 70 pasukan unta dan dua orang pasukan berkuda.”

Mereka berteriak, “Kamu pasti dapat merampas senjata dan tanah akan dibanjiri dengan darah.” Mendengar yel-yel tersebut Umair berkata, “Wahai kaumku, aku melihat cita-cita yang mendatangkan kematian.”

Dia terdiam sejenak kemudian berkata, “Kami akan menyusuri Yastrib dengan penuh kematian. Satu umat yang tidak mempunyai perisai kecuali pedang (umat Islam). Bukankah, kamu dapat menyaksikan seorang tuna wicara? Tapi mereka dapat menyusuri kematian itu. Aku tidak melihat satu pasukan mereka kecuali satu personil pasukan kita yang terbunuh.”

Namun, Hakim bin Hizam mengatakan, kepada bangsanya untuk sebaiknya kembali ke Makkah saja. Kemudian pernyataan tersebut dibenarkan oleh Syaibah dan Utbah. Kedua orang itu adalah termasuk orang saleh. Keduanya mengingatkan pasukan Quraisy untuk kembali ke Makkah. Utbah berkata, “Janganlah kalian menolak nasihatku ini dan jangan meremehkannya.”

Namun di lain sisi, ketika Abu Jahal mendengar perkataan Utbah tersebut, dia terus menghasut orang-orang kafir Qurasiy untuk menyerukan peperangan. Orang-orang kafir Quraisy merasa mereka berada di atas angin. Namun, kenyataannya Allah memberikan kemenangan mutlak di pihak muslim pada perang tersebut.

Allah menurunkan firman-Nya dalam surat Ali Imran (3): 123-126, “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu (ketika itu) adalah orang-oranng yang lemah (keadaan kaum muslimin lemah karena jumlah mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang mencukupi). Karena itu, bertawakalah kepada Allah supaya kamu menysukurinya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Tentu (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerangmu dengan serta merta, niscaya Allah  membantumu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenanganmu) dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Kekalahan itu membuat Umair dan lainnya, kembali dengan membawa kesedihan yang mendalam. Terlebih Umair karena buah hatinya yang bernama Ahb bin Umair ditawan oleh umat Islam. Dirinya gelisah hingga tidak dapat menguasai diri untuk bersabar dan berlaku bijak. Begitu pula halnya dengan Sofwan bin Umayyah, sebab ayahnya terbunuh dalam perang Badar. Sufyan berkata, “Tidak ada kebaikan sedikit pun setelah perang Badar.”

Umair menanggapi perkataanya, “Jika aku tidak mempunyai agama dan keluarga, niscaya aku keluar untuk membunuh Muhammad.”

Sofwan bertanya, “Bagaimana mungkin kau bisa membunuhnya?” Umair menjawab, “Sesungguhnya aku masih memiliki hubungan keluarga (di antara umat islam) dengan mereka dan putraku di tawan.”

Mendengar ucapan kawannya tersebut Sofyan melihat jalan untuk dapat membalas dendam. Kemudian dia berkata pada Umair, “Agamamu adalah agamaku dan keluargamu adalah keluargaku. Aku akan membantu mereka selama mereka berada di sana.” Umair menjawab, “Rahasiakan rencana kita ini.”

Maka ketika bekal perjalanannya sudah siap, dia segera pergi ke Yastrib, mengendalikan kudanya bagaikan angin bertiup kencang. Dalam hatinya dia berharap pedangnya dapat memberi kenangan tersendiri, yakni membunuh Muhammad bin Abdullah. Tidak berapa lama kemudian kaki kudanya telah menginjak kota Madinah dan menerbangkan debu-debunya.

Kedatangannya diketahui oleh Umar bin Khaththab ra yang sedang duduk-duduk di depan pintu masjid dengan para sahabat. Menyaksikan kedatangannya tersebut, Umar tak henti-henti mengamatinya.

“Dia adalah musuh Allah. Kedatangannya pasti untuk berbuat jahat, karena dialah yang mengadu domba dan memaksa kami untuk berperang di Badar,” kata Umar.

Kemudian Umar menghadap Rasulullah dan berkata, “Wahai Nabi Allah, ini adalah musuh Allah datang dengan menyandang pedangnya.”

Rasulullah SAW bersabda, “Hadapkan dia kepadaku.”

Umar bin Khaththab memohon izin kepada Rasulullah SAW dengan mengalungkan pedang di lehernya dan memerintahkan orang-orang yang datang bersamanya untuk menghadapkan Umair bin Wahb kepada Rasulullah SAW.

Orang-orang Anshar segera membawa Umair menghadap Rasulullah SAW, sedang Umar memegangi tali pedang yang berada di leher Umair. Rasulullah SAW bersabda, “Lepaskanlah dia wahai Umar.”

Beliau berkata kepada Umair, “Mendekatlah.” Kemudian Umair pun mendekta dan berkata, “Berbuat baiklah kamu di waktu pagi.” Itulah kata penghormatan orang-orang jahiliah. Rasulullah SAW bersabda, “Allah telah memuliakan kami dengan penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu, ya Umair. Yakni penghormatan ahli surga.”

Umair berkata, “Ya Muhammad, jika engkau seperti itu berarti engkau mempunyai ajaran baru.”

Nabi bertanya, “Mengapa engkau datang ke sini?”

Umair menjawab, “Aku datang ke sini untuk memohon pembebasan seorang tawanan yang kau tawan.”

Nabi bertanya, “Mengapa engkau membawa pedang?”

Umair menjawab, “Ya hanya untuk menjaga diri.”

Nabi kembali bertanya, “Apa benar tujuanmu ke sini hanya untuk itu?”

Umair menjawab, “Memang benar, tujuanku ke sini untuk pembebasan seorang tawanan.”

Rasulullah lantas bersabda, “Bukankah engkau dan Sofyan duduk bersama di Hijr? Kalian berdua membicarakn tentang korban perang. Kemudian kau berkomentar, ‘Jika aku tidak mempunyai agama dan keluarga niscaya aku keluar untuk membunuh Muhammad.’ Sofwan bin Umayyah menanggung agama dan keluargamu agar kamu dapat membunuhku. Hanya Allah yang dapat menghalangimu dari masalah itu.”

Umair menjawab, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Ya Rasulullah, kami telah mendustakanmu dengan berita yang kau bawa dari langit dan wahyu yang turun kepadamu. Masalah tersebut hanya aku dan Sofwan yang tahu. Demi Allah, engkau mengetahui masalah tersebut hanya dari Allah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepadaku dan membawa ke hadapanmu.”

Lalu, dia bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarkan agama dan Alquran kepadanya dan bebaskan tawanannya.” Para sahabat segera melaksanakan perintah beliau.

Umair berkata, “Ya Rasululllah SAW aku telah berjuang sekuat tenaga untuk menghancurkan cahaya Allah dan sangat memusuhi orang-orang yang menganut agama Allah. Sekarang aku senang bila engkau mengizinkan kembali ke Makkah dan menyeru penduduk Makkah untuk masuk agama Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka untuk memeluk agama yang benar. Jika mereka tidak berkenan masuk Islam, maka aku akan menyakiti mereka seperti aku menyakiti para sahabatmu.” Rasulullah SAW mengizinkannya.

Umair segera kembali ke Mekah dengan perasaan bangga dan suka cita, karena pada dirinya terdapat keimanan yang baru, keimanan yang tidak terduga sebelumnya.

 

REPUBLIKA

Kiat Rifdah Menghafal Alquran dan Menjaga Hafalannya

Rifdah Farnidah, gadis berusia 22 tahun dan juara dua Musabaqah Hafalan Alquran (MHQ) Internasional Tahun 2018 di Jordania mengaku sangat bersyukur karena dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang penghafal Alquran dan meraih prestasi di ajang MHQ Internasional.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mewujudkan impian saya,  ini juga karena dukungan orang tua saya yang selalu berpuasa setiap kali saya mengikuti musabaqah agar diberikan kelancaran mengikuti MHQ,” ujar mahasiswi Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta usai bertemu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Senin (2/4).

Proses menghafal Alquran,  ia lakukan setiap usai shalat tahajud, karena waktu-waktu itu menurutnya mempermudah proses menghafal. “Tahap pertama saya menghafal  satu halaman dahulu, setiap ayatnya dihafal berulang-ulang hingga hafal betul, biasanya 1 hari dapat lima halaman Alquran,” ucapnya.

Dia menuntaskan hafalan 30 juz dalam kurun waktu 7 tahun, mulai menghafal sejak usia 10 tahun, dan menyelesaikannya saat tamat Madrasah Aliyah.

Lalu bagaimana kiat menjaga hafalannya, Firda menyampaikan, ia terus mengulangnya setiap harinya paling sedikit 5 juz. “Saya biasanya tidak berurutan, misal setelah shalat Shubuh mengulang hafalan (murojaah) juz 1, setelah Dzuhur juz 11, dan setelah Maghrib juz 21,” katanya.

“Mengapa tidak berurutan, supaya tidak ada kecemburuan antara juz lain, itu metode menghafal yang saya lakukan,” ujarnya tersenyum.

Ketika ditanya, adakah pantangan agar hafalannya terjaga dan dirinya masih muda. Menurutnya, sementara ini tidak mau berhubungan dengan lawan jenis dahulu.

Ia mengaku prihatin, saat ini banyak generasi muda dan masih sekolah sudah pacaran. Menurutnya, akan mempersulit menghafal Alquran dan menjaganya.

Sebagai anak muda, Rifdah ingin menemukan generasi penghafal Alquran, khususnya generasi muda sekarang yang sudah terkontaminasi gadget dan media sosial.

“Mudah-mudahan selanjutnya banyak generasi muda yang menghafal Alquran,” ucapnya.

Ia berpesan, bagi generasi muda untuk tetap semangat membaca, menghafal, dan mengkaji Alquran. Karena sesungguhnya,  ujarnya, bagi siapa yang membaca, menghafal, dan mengkaji Alquran akan mendapat syafaat di hari kiamat.

Rifdah (Jakarta) bersama tiga hafidz lainnya; Muhammad Abdul Faqih (Jawa Tengah) Juara III Musabaqah Hafalan Alquran (MHQ) tahun 2017 di Arab Saudi, Faisal Ilahi (Riau), Juara II MHQ tahun 2017 di Bahrain,  dan Ayatullah Ahmad Syuro (Banten) Juara III MHQ+Tilawah Tahun 2017 di Maroko mendapat hadiah berupa uang pembinaan dari Kementerian Agama yang diserahkan Menteri Agama.

Tampak hadir, Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Direktur Penais  Khoirudddin, Kakanwil Kemenag Riau Ahmad Supardi, Kakanwil Kemenag DKI Jakarta Saiful Mujab, keluarga dan pembimbing para hafidz.

Ini Cara Annisa Rahmah Khatamkan Hafalan 30 Juz Alquran

sejumlah santri Dayah Insan Qur’ani Aceh Besar, telah menyelesaikan 30 juz hafalannya. Salah satu dari mereka bernama Annisa Rahmah.

Siswi kelas 3 Madrasah Tsanawiyah ini merupakan santriwati pertama yang menyelesaikan hafalan Alquran 30 Juz. Butuh waktu 2 tahun 7 bulan bagi santriwati asal Gampong Kling Manyang Kecamatan Suka Makmur, tempat Dayah Insan Qur’ani berdiri.

Berasal dari keluarga kurang mampu, tidak mengurangi semangat Annisa untuk belajar. Ayahnya (Burhanuddin) bekerja sebagai penjual ikan keliling, sedang ibunya (Maiyanti) bekerja sebagai pembuat kue untuk dijual di kantin dayah Insan Qur’ani. Annisa adalah anak pertama dan memiliki tiga orang adik.

Kondisi keluarganya yang seperti itu justru semakin memotivasi Annisa untuk bisa menjadi orang yang lebih baik dikemudian hari. Melihat perjuangan kedua orangtuanya membesarkan dan memberi kehidupan yang layak menjadi semangat dara kelahiran 23 Desember 2003 ini untuk cepat mengkhatamkan Alquran.

“Annisa ingin melihat mak dan ayah bahagia,  dengan Alquran kelak mereka bisa mendapatkan syafaat. Nisa ingin bersama di syurga,” kata santriwati asal Asoe Lhok Kecamatan Suka Makmur Aceh Besar ini, Minggu (08/04).

Proses menghafal Alquran alumni MIN Jeureula ini dimulai ketika ia masuk Dayah Insan Qur’ani pada Agustus 2015. Proses menghafal ia lakukan dengan cara membaca arti terlebih dahulu setiap ayat sampai terhafal. Kemudian ia muraja’ah (mengulang) di sela-sela waktu sekolah. Ketika kelas 1MTs,  Annisa telah menghafal 4 Juz. Di kelas 2, dia menghafal 11 Juz, dan hingga kelas 3, khatam 30 Juz.

Untuk menguatkan hafalannya, santri yang hobi membaca ini selalu melakukan takrir hafalan setiap hari 1 hingga 2 lembar ketika siang hari.

“Tahap pertama saya menghafal  dengan membaca agar lancar. Setiap ayatnya dihafal berulang-ulang hingga benar-benar hafal,” kata siswi yang bercita-cita menjadi dokter ini.

Lulus MTs,  Annisa akan melanjutkan pendidikan ke jenjang Aliyah di Dayah yang sama.  Annisa telah dinyatakan lulus pada saat testing calon santri baru beberapa waktu lalu.

Lon hana meuphom tentang pendidikan ustaz, kamoe serahkan bak ureung droe neu mandum ustaz (kami kurang paham pendidikan, kami serahkan semuanya kepada Dayah),” ujar ibu Annisa Rahmah saat wawancara.

Pimpinan Dayah Insan Qur’ani, Muzakkir Zulkifli, menyampaikan bahwa Annisa Rahmah mampu menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz dalam waktu lebih cepat dari target yang diterapkan Dayah bagi santri kelas reguler.

“Dayah Insan Qur’ani memiliki program Tahfidz bagi santri reguler 5 Juz setahun, Alhamdulillah anak kita, Annisa Rahmah, mampu menyelesaikan 30 Juz dalam waktu tidak sampai tiga tahun,” ujarnya.

“Alhamdulillah, ini juga bisa memotivasi santri lain, sekaligus membuktikan bahwa azam untuk mengkhatamkan Alquran adalah kekuatan yang dasyat. Ekonomi lemah, fasilitas kurang, dan faktor lainnya tidak menjadi hambatan untuk sampai tujuan,” sambungnya.

Wakil Yayasan Dayah Insan Qur’ani, M Raihan, berpesan kepada Annisa untuk selalu istiqamah dan menjadikan Alquran menjadi pegangan hidup. “Semoga syafaat Alquran bisa menjadi penolong keluarga Annisa di yaumil qiyamah. Kami bangga dan haru. Sekali lagi selamat ya nak,” kata Raihan.

Ia juga berharap, Annisa Rahmah yang merupakan santri asli Kecamatan Suka Makmur dapat menjadi motivasi bagi santri lainnya. “Insya Allah, bisa menjadi motivasi bagi yang lainnya,” ujarnya.

Takdir Allah Selalu Tepat

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Baik senantiasa menerangi hati kita dengan cahaya hidayah sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang tersesat dalam hidup ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw bersabda, “Bagi segala sesuatu ada hakikatnya. Dan seorang hamba Allah tidak akan dapat mencapai hakikat iman sehingga ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak akan meleset atau terlepas darinya. Dan apa yang terlepas darinya tidak akan dapat menimpanya.” (HR. Ahmad dan Tobroni)

Jadi saudaraku, tidak perlu risau. Apa yang memang sudah Allah takdirkan menjadi milik kita pasti tidak akan kemana-mana. Dan, apa yang tidak Allah takdirkan menjadi milik kita, tidak akan jatuh ke tangan kita. Tugas kita hanyalah menyempurnakan niat dan ikhtiar.

Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan keinginan kita. Jangankan keinginan yang diucapkan atau diusahakan, keinginan yang masih terbersit di dalam hati saja Allah sudah mengetahuinya. Namun, Allah juga jauh lebih mengetahui kebutuhan kita yang sebenarnya.

Oleh karena itu, boleh kita memiliki keinginan. Boleh pula kita berupaya sekuat tenaga meraih keinginan kita, karena memang kewajiban kita adalah ikhtiar. Akan tetapi, hati harus tetap bergantung kepada Allah Swt. Apapun akhirnya hasil usaha kita, tetaplah berserah diri kepada Allah. Jika berhasil maka bersyukur dan jika tidak berhasil, maka yakinlah bahwa takdir Allah pasti yang terbaik bagi kita.

Resah, gelisah, tidak bahagia hadir karena hati kita tidak bergantung kepada Allah. Saat berhasil kita sibuk dengan berbangga diri, dan saat tidak berhasil kita sibuk dengan berpikir negatif dan putus asa.

Semoga kita termasuk orang-orang yang hatinya selalu terpaut kepada Allah Swt. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

RPUBLIKA 

Berlindung dari Bisikan Syaitan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Dzat Yang Maha Menutupi setiap keburukan kita. Kita dihormati bukan karena kita mulia, melainkan karena Allah masih menutupi berbagai keburukan kita dalam pandangan makhluk-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushilat [41] : 36)

Saudaraku, kita tersesat sesungguhnya bukan karena bisikan syaitan, melainkan karena mengikuti bisikan syaitan. Nabi Adam as mengikuti bisikan Iblis sehingga beliau sempat memakan buah yang dilarang Allah untuk dimakan. Kemudian, nabi Adam bertaubat. Namun, ketika bertaubat beliau tidak menyalahkan iblis. Ketika taubat beliau justru berdoa, “Ya Allah Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah berbuat zholim terhadap diri kami sendiri!”

Syaitan adalah musuh yang kuat. Kita banyak kesibukan mengurusi berbagai urusan hidup kita selain dari menghadapi tipuan dan hasutan syaitan, sedangkan syaitan tidak punya kesibukan lain selain terus-menerus menipu dan menghasut kita untuk mengikutinya.

Kita akan sangat kelelahan dan kewalahan jikalau sibuk dengan syaitan. Gambarannya adalah seperti kita bertemu dengan seekor anjing galak yang terus menggonggong, maka langkah terbaik tentu bukan dengan menghadapinya, melainkan mengadukannya kepada pemiliknya.

Demikian juga dengan syaitan. Langkah terbaik bagi kita adalah dengan berlindung pada Pencipta-nya, Penguasa-nya, yaitu Allah Swt. Tiada yang bisa melindungi kita dari berbagai godaan dan tipudayanya selain Allah Swt. Berlindunglah dengan dzikir, dengan mengingat Allah, semoga kita termasuk orang-orang yang selamat dari tipuan syaitan. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

REPUBLIKA

Untuk Apa Mencari Ilmu?

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Langit, bumi dan segala apa yang ada di dalamnya ada dalam kekuasaan Allah Swt. Tiada satupun kejadian sekecil apapun melainkan terjadi hanya atas izin-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, mencari ilmu adalah kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim. Banyak sekali keutamaan-keutamaan untuk seorang pencari ilmu. Salah satunya ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt., “..Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajatDan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah [58] : 11)

Akan tetapi, penting bagi kita untuk selalu memeriksa ke dalam hati, memeriksa niat kita, untuk apakah kita mencari ilmu? Karena tidak sedikit orang yang mencari ilmu dengan niat yang keliru, misalnya ada seorang pemuda tiba-tiba masuk ke pesantren dan ingin belajar mengaji karena alasan agar diterima sebagai menantu oleh orangtua wanita yang diinginkannya. Kalau niatnya begitu, kemungkinan besar ilmunya tidak ia dapatkan, dia pun dikelilingi kegelisahan dan kemungkinan besar maksudnya tidak akan tercapai.

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Langit, bumi dan segala apa yang ada di dalamnya ada dalam kekuasaan Allah Swt. Tiada satupun kejadian sekecil apapun melainkan terjadi hanya atas izin-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, mencari ilmu adalah kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim. Banyak sekali keutamaan-keutamaan untuk seorang pencari ilmu. Salah satunya ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt., “..Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajatDan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah [58] : 11)

Akan tetapi, penting bagi kita untuk selalu memeriksa ke dalam hati, memeriksa niat kita, untuk apakah kita mencari ilmu? Karena tidak sedikit orang yang mencari ilmu dengan niat yang keliru, misalnya ada seorang pemuda tiba-tiba masuk ke pesantren dan ingin belajar mengaji karena alasan agar diterima sebagai menantu oleh orangtua wanita yang diinginkannya. Kalau niatnya begitu, kemungkinan besar ilmunya tidak ia dapatkan, dia pun dikelilingi kegelisahan dan kemungkinan besar maksudnya tidak akan tercapai.

 

INILAH MOZAIK

Iman Inti Sebuah Ilmu

Ulama merupakan seseorang yang patut menjadi rujukan bagi mereka yang tidak mempunyai keilmuan yang tinggi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ulama merupakan pewaris nabi.Mereka menjadi jembatan pesan- pesan Allah dan nabi kepada masyarakat awam.

Oleh karena itu, mendekatkan diri dengan ulama merupakan anjuran yang sering ditekankan kepada orang awam. Dari para ulama, umat bisa mendapatkan ilmu tentang Alquran dan hadis mengenai apa yang harus dikerjakan dalam kehidupan sehari- hari.

Ustaz Muhammad Nuzul Dzik ri dalam kajian di Masjid Nurul Iman Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3) menjelaskan tentang hakikat ilmu. Menurut Ustaz Muhammad, inti dari ilmu adalah bertambahnya rasa takut kepada Allah.Ia membuka kajian yang mengambil tema Ilmu Itu Rasa Takut dengan ayat Alquran surah al-Muddassir, yaitu Dan pakaianmu bersihkanlah. Makna pakaian dalam ayat tersebut, kata Ustaz Muhammad, adalah jiwa.

Ulama kita mengatakan penting memperhatikan jiwa dan hati, itu adalah wadah untuk ilmu, ujar Ustaz Muhammad.

Kesuksesan seseorang dalam hidup, menurut Ustaz Muhammad, tidak terletak dari kecerdasan, melainkan pada hati mereka.

Mereka yang pandai menata hatinya dengan menjadikan hati penuh keimanan dan tauhid diyakini akan mendatangkan kesuksesan.

Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Muhammad juga mengutip surah Fatir ayat 28 yang berbun- yi, Dan demikian (pula) di antara manusia, bintang-bintang melata dan bintang-bintang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.

Ayat tersebut dikutip oleh Ustaz Muhammad karena sangat penting dalam dunia ilmu. Imam Ibnu Rajab bahkan memiliki risalah khusus tentang ayat ini. Ustaz Muhammad mengatakan, para ulama menyatakan bahwa surat tersebut memberikan penjelasan inti dari ilmu adalah rasa takut.

Abdullah bin Abbas, kata dia, mengatakan, barang siapa yang takut kepada Allah menandakan bahwa dia adalah ulama. Pendapat Abdullah bin Abbas tersebut juga disampaikan oleh Imam asy- Sya’bi.

Kealiman Imam asy-Sya’bi, kata Ustaz Muhammad, ia tunjukkan lewat sikap kerendahhatiannya. Pernah dalam suatu waktu terdapat seseorang yang memin ta fatwa kepada dirinya.Orang tersebut menyebut Imam asy-Sya’bi dengan sebutan ula ma.

Namun, ia tidak bangga dengan sebutan ulama dari orang yang meminta fatwa tersebut. Ia bahkan menilai dirinya belum pantas menyadang predikat ulama. Ia mengatakan, sesungguh- nya orang yang alim adalah ia yang takut kepada Allah.

Sebagian ahli ilmu mengatakan Imam Sya’bi memberikan pesan bahwa saya masih jauh dari kriteria ulama, kata Ustaz Muhammad menjelaskan kerendahanhatian Imam asy-Sya’bi.

Padahal Imam asy-Sya’bi, kata dia, merupakan satu dari tiga ulama yang alim. Dua di antaranya adalah Abdullah bin Abbas dan Sufyan ats-Tsauri.Kendati masuk ke dalam tiga jajaran ulama penting, Imam Sya’bi tetap merasa takut mengeluarkan sebuah fatwa.

Imam asy-Sya’bi merasa takut jika fatwanya mencelakakan orang lain. Sebab, fatwa harus didasari dengan ilmu. Contoh kerendahhatian Imam asy-Sya’bi tersebut diminta oleh Ustaz Muhammad agar ditiru oleh umat Muslim.

Ustaz Muhammad menying- gung mudahnya fatwa yang dikeluarkan oleh seseorang, tapi tidak didasari oleh kekuatan ilmu yang mendalam. Akibatnya, banyak fatwa yang tidak membawa kemaslahatan kepada masyarakat.

Semakin kita berilmu semakin takut kepada Allah, kata Ustaz Muhammad menegaskan.

Ustaz Muhammad mengajak Muslim agar membangun perasaan takut kepada Allah di dalam jiwa. Perasaan tersebut, menurut Ustaz Muhammad, yang membuat para sahabat menjadi orang- orang yang hebat.

Selain itu, Ustaz Muhammad juga mengajak agar meningkatkan keikhlasan kepada Allah.Sebagaimana telah banyak dicontohkan oleh para ulama. Dia mengatakan, salah satu ciri orang ikhlas adalah ia merasa khawatir jika perbuatannya tidak dilakukan dengan keikhlasan.

 

REPUBLIKA ONLINE

Humor yang tak Berlebihan

Syekh Muhammad Al Farabi dalam kajian “Ber canda Masa Gitu” di Masjid Agung Al Azhar, Ke bayoran Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini, menjelaskan bagaimana Islam memberikan pedoman dalam bercanda.

Ia menyinggung fenomena bercanda akhir-akhir yang berlebihan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Karena itu, ia mengingatkan supaya menghindari hal yang berlebihan. “Dulu zaman Nabi ada bercanda. Dalam Islam ada istilah ifrath (segala pekerjaan yang berlebihan) dan Tafrith (kurang, lesu dalam ibadah lesu itu tidak baik). Islam datang istilah wasath (tengah-tengah),” kata Al Farabi.

Islam tidak selalu menyajikan hal yang serius, tapi juga tidak selalu bercanda. Itu sebabnya dunia Islam juga terdapat kesenian dan mengakomodasi istilah-istilah kesenian. Al Farabi menegaskan, Islam tidak hanya fokus kepada akidah dan fikih, tapi juga ada hal tertentu yang membuat rileks. Hal tersebut yang dimaksud Al Farabi bahwa Islam meng ajarkan tentang istilah wasath (tengahtengah), yaitu tidak terlalu keras, tapi juga tidak lesu. Dalam istilah Arab, tutur Al Farabi, bercanda dikenal dengan sebutan Muzah. Kendati demikian, ber canda dalam Islam tidak diperbolehkan mengandung unsur mencela.

“Mencela dalam Islam meregangkan sendi-seni kehidupan. Bercanda tidak ada unsur penghinaan. Itulah bercanda yang sesuai dengan Islam,” ujar dia. Fenomena komika yang tersandung masalah akhir-akhir ini, kata Al Farabi, harus menjadi pelajaran bagi mereka untuk kedepannya agar lebih baik. Ber canda dalam Islam bisa menjadi rujukan dalam menyampaikan materi lawakannya. Menurut Al Farabi, Islam mena warkan dua syarat bagi mereka yang berprofesi komika atau siapa pun yang sering bercanda.

Dua syarat tersebut, yaitu mereka harus menyampaikan materi yang tidak mengandung unsur kebohongan. Ke mudian mereka juga wajib menghindari materi yang merendahkan, memarginalkan atau menghina Islam. “Jadi, harus ada dua syarat yang dikawal itu agar tak kebablasan,” ujar Al Farabi.

Rasulullah SAW dalam hadis Ibnu Umar mengatakan bahwa dirinya me nyukai humor. Namun, apa yang disampaikan tidak mengandung unsur kebohongan. Rasulullah juga bersabda bahwa mereka yang membuta materi candaannya dengan unsur kebohongan adalah orang-orang celaka. Allah juga sudah mengultimatum agar mereka membuat lawakan yang mencerdaskan. Dalam kesempatan itu, Al Farabi menyebutkan beberapa kisah tentang candaan Ra sulullah.

Salah satu contohnya, yakni seorang nenek yang mendatangi Rasulullah. Nenek tersebut meminta kepada Ra sulullah agar mendoakan dirinya masuk surga. Rasulullah menjawab permintaan nenek tersebut. “Oma, sesungguhnya surga tidak akan dimasuki oleh neneknenek,”. Nenek tersabut lalu menangis dan pergi setelah mendengar jawaban dari Rasulullah.

Rasulullah kemudian mengejar nenek tersebut dan menjelaskan jawabannya. Rasulullah menjelaskan bahwa semua penghuni surga akan berusia muda. Menurut Al Farabi, jawaban Ra sulullah tersebut merupakan candaan, tapi tidak ada unsur kebohongannya. Al Farabi meminta kepada umat Islam agar meningkatkan kemampuan bahasa Arab. Pasalnya, mereka yang memahami bahasa Arab akan banyak menemukan humor-humor dalam Islam serta merasakan sensasinya.

Dia juga mengingatkan agar memperhatikan rambu-rambu saat menik mati humor. Ia mengatakan Rasulullah selalu tersenyum (tabassum) ketika me nikmati materi-materi humor. Terse nyum sendiri mengandung makna menyejukkan.

Al Farabi mengingatkan agar kaum Muslimin untuk tidak terlalu banyak tertawa (dhahik). Sebab Al Farabi menilai terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati. Umat Islam juga dianjurkan agar menghindari qahqahah (terbahak-bahak) karena hal tersebut datang dari setan.