Wudu yang Sempurna dalam Hadis Rasulullah

HUMRAN bekas budak dari Utsman menceritakan bahwa ia pernah melihat Utsman bin Affan radhiyallahu anhu meminta air dalam wadah untuk berwudhu. Lalu ia menuangkan air pada telapak tangannya tiga kali, lalu membasuh kedua telapak tangannya. Kemudian memasukkan tangannya lagi ke dalam wadah, lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh wajah tiga kali. Kemudian membasuh tangan hingga siku tiga kali. Kemudian mengusap kepala, lalu membasuh kaki hingga mata kaki sebanyak tiga kali.

Kemudian ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian ia shalat dua rakaat lalu tidak berbicara dalam dirinya (maksudnya: tidak memikirkan urusan dunia dan hal-hal yang tidak terkait dengan shalat, pen.), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 159 dan Muslim, no. 226)

Bisa juga membasuh dua kali, dua kali sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Dari Abdullah bin Zaid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berwudhu dengan membasuh dua kali, dua kali.” (HR. Bukhari, no. 158)

Bisa pula berbeda-beda dalam membasuh misalnya berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung tiga kali, mencuci tangan dua kali dan mencuci kaki sekali. Keterangan yang dimaksud adalah seperti praktik wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam oleh Abdullah bin Zaid radhiyallahu anhu berikut ini.

Dari Amr menuturkan dari bapaknya bahwa ia mengatakan, “Aku menyaksikan Amr bin Abi Hasan bertanya kepada Abdullah bin Zaid tentang tata cara wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Abdullah lantas meminta sebaskom air, dan memberikan contoh berwudhu kepada orang-orang sesuai yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia menuangkan air dari baskom tersebut pada kedua telapak tangannya, lalu membasuhnya tiga kali. Ia lantas mencelupkan kedua tangannya ke dalam baskom lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali menggunakan tiga cidukan tangan. Ia lantas mencelupkan tangannya ke dalam baskom tersebut dan membasuh wajahnya tiga kali. Ia lalu mencelupkan tangannya ke dalam baskom dan membasuh tangannya itu sampai ke siku sebanyak dua kali. Beliau kemudian mencelupkan tangannya dan menggunakannya untuk mengusap kepala sekali dari belakang ke depan dan kembali dari depan ke belakang. Beliau lalu membasuh kedua kakinya hingga mata kaki.” (HR. Bukhari, no. 185 dan Muslim, no. 235)

INILAH MOZIK

10 Kiat Istiqamah (2)

Istiqamah Itu Anugrah, Mintalah Pada Sang Pemberi Anugerah

Di dalam Al-Qur`an terdapat banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menyandarkan kepada diri-Nya hidayah jalan yang lurus dan seluruh urusan itu ada di tangan-Nya. Allah Ta’ala lah yang memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan menyesatkan orang yang Dia kehendaki pula. Di tangan Allah-lah hati seluruh hamba-Nya, maka barangsiapa yang Allah kehendaki lurus hatinya, Allah-pun akan luruskannya sebagai karunia dari-Nya! Namun, barangsiapa yang hatinya Allah ketahui enggan untuk lurus, maka Allah simpangkan hatinya sesuai dengan keadilan-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S. An-Nisa`.

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ ۖ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتً. وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًاا. وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا.

Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami. Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus” (Q.S. An-Nisa`:66-68).

Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang lainnya, masih dalam surat yang sama,

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (yang khusus) dari-Nya dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya” (Q.S.An-Nisa: 175).

Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S. Yunus: 25,

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)” (QS.Yunus: 25).

Allah Ta’ala juga berfirman Q.S. Al-An’am, An-Nur, dan At-Takwir,

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ۗ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap yang pekat. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus” (Q.S. Al-An’am: 39).

لَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ ۚ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” (Q.S. An-Nur: 46).

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمينْ لمن شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيم َوَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Al-Qur`an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S. At-Takwir: 27-29).

[Bersambung]

 

MUSLIMorid

10 Kiat Istiqamah (1)

Bagaimana Cara Istiqamah?

Di antara perkara yang banyak ditanyakan masyarakat kepada ulama, para penuntut ilmu syar’i, dan para da’i adalah tentang masalah istiqamah (meniti jalan yang lurus), dan perkara-perkara yang dapat membantu seseorang untuk dapat tetap tegar meniti jalan Allah yang lurus (As-Shiratul Mustaqim). Sesungguhnya pembahasan istiqamah adalah pembahasan yang sangat penting, dan ajaran yang agung, layak bagi setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikannya dengan perhatian yang besar. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah.’ Kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian. Kami adalah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Fushshilat: 30-32).

Istiqamah dengan meniti jalan Allah Ta’ala yang lurus, membuahkan akibat yang baik dan buah manis berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat, keberuntungan yang hakiki, dan kebaikan seluruh urusan seorang hamba. Maka selayaknyalah seseorang yang menginginkan kebahagiaan, keselamatan, dan kebaikan di dunia dan akherat memperhatikan masalah istiqamah ini dengan sungguh-sungguh, baik dengan mempelajarinya, mengamalkan tuntutannya, maupun menjaga agar tetap istiqamah sampai meninggal dunia, dengan terus menerus hati bersandar kepada Allah Ta’ala semata.

10 Kiat Istiqamah

Penjelasan sepuluh kiat istiqamah ini diringkas dari buku

Asyru Qowa’id fil Istiqamah yang ditulis oleh Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah.Dalam buku tersebut, sang penulis hafizhahullah memaparkan dengan indah, singkat, dan jelas tentang pengertian istiqamah, dan kiat-kiat agar seseorang mampu untuk istiqamah di dalam hidupnya. Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah yang kini telah meraih gelar profesor doktor tersebut, menyebutkan sepuluh bab tentang istiqamah. Kendati buku ini tergolong buku yang tipis (kutaib), namun dengan taufik Allah sang penulis berhasil menjelaskan masalah istiqamah dengan baik melalui 10 bab tersebut, yaitu:

  1. Istiqamah adalah anugerah dari Allah Ta’ala.
  2. Hakikat istiqamah adalah meniti jalan yang lurus (Islam).
  3. Dasar istiqamah adalah keistiqamahan hati.
  4. Istiqamah yang tertuntut adalah sesuai Sunnah, apabila tidak mampu, maka mendekatinya.
  5. Istiqamah terkait dengan ucapan, perbuatan, dan niat.
  6. Istiqamah tidak terwujud kecuali dengan ikhlas karena Allah, dan dengan pertolongan Allah, serta sesuai dengan perintah Allah.
  7. Seorang hamba, meski bagaimanapun ketinggian tingkat istiqamahnya, maka ia tidak boleh bersandar kepada amalnya.
  8. Buah istiqamah di dunia adalah istiqamah di atas jembatan (Ash-Shiroth) pada hari kiamat.
  9. Penghalang istiqamah adalah syubhat yang menyesatkan, atau syahwat yang menggelincirkan.
  10. Tasyabbuh (meniru) orang kafir termasuk penghalang istiqamah terbesar.

[bersambung]

Cerita Ramadan Arek Suroboyo di Nigeria

Tak banyak orang Indonesia di Nigeria. Salah satunya adalah Abdul Azis, arek Suroboyo yang sudah 6 tahun tinggal di Lagos. Ia menceritakan soal suhu panas hingga pengalamannya saat memakai sarung.

 

Pada 2011, tempat terjauh yang dibayangkan Azis Abdul untuk bekerja adalah Jakarta. Ia lahir dan tumbuh besar di Surabaya, Jawa Timur. Setelah lulus dari jurusan Desain Produk, Institut Teknik Sepuluh Nopember, Azis sempat bekerja di sebuah perusahaan perhiasan di kampung halamannya. Ia bosan dan ingin mencari petualangan baru. Namun, tak ada nama Nigeria di benaknya. Hingga seorang dosen sekaligus kawan baiknya mengabari tentang lowongan di negara yang dijuluki Raksasa Afrika itu.

Didorong oleh keinginan melanglang dan menabrak zona nyaman, Azis menyanggupi tawaran itu. “Mungkin sebagai anak bungsu yang suka diam di rumah sejak kecil, dorongan pergi itu semakin kuat saat ada tawaran dari kakak kelas yang sudah bekerja tiga tahun di Lagos,” katanya.

Nigeria tentu jauh amat jauh dari Jakarta, tempat yang ia bayangkan. Tapi toh ia menandatangani kontrak kerja. Maka tiga bulan setelah memberikan surat pengunduran diri, ia berangkat menuju Lagos.

Azis bekerja sebagai Art& Design Manager di perusahaan Newton & David Events Ltd. Tugasnya merancang sebuah acara. Mulai mendesain interior, hingga mengawasi jalannya acara. Sebagai manajer bidang desain, tugasnya mencakup desain dan interior produk, fashion, furniture, hingga grafis. Waktu kerjanya lebih ketat ketimbang kerja di Indonesia.

“Kadang iri dengan teman-teman di Indonesia yang punya hari kejepit atau cuti panjang karena tanggal merah yang banyak. Hidup di luar itu tidak seenak yang dibayangkan, we work like a dog,” kata Azis sembari terkekeh.

Tak hanya iri soal jam kerja, Azis harus merasakan pedihnya merantau jauh, terutama ketika Ramadan datang. Kebetulan, Azis datang beberapa hari sebelum Ramadan.

Ramadan di Nigeria tak semeriah di Indonesia. Tak ada orang ngabuburit, katanya. Jelas pula nihil penjaja takjil di pinggir jalan. “Bahkan,” kata Azis, “selama di Lagos sepertinya saya tidak pernah lihat orang makan kurma sebagai takjil.”

Sebagai bujang rantau, Azis harus memasak sendiri supaya lebih hemat. Biaya hidup di Lagos lebih mahal ketimbang di kampung halamannya. Perbandingannya kira-kira 1:3. Jika di di Surabaya Azis mengeluarkan Rp20 ribu untuk makan, di Lagos ia harus merogoh Rp60 ribu.

Adaptasi Azis juga berkutat soal cuaca. Memang Azis terbiasa dengan iklim Surabaya yang panas dan berangin kering. Namun, Afrika tentu lebih panas. Bulan Mei 2017 ini, rata-rata suhu di Lagos mencapai 33-35 celcius. Aral bukan cuma itu, tapi juga perkara debu padang pasir.

Nigeria mengenal 3 musim: panas, hujan, dan harmattan. Ini adalah musim saat angin kering dan panas berhembus dari Sahara, melewati Afrika Barat menuju Teluk Guinea. Karena berhembus dari Sahara, ia membawa debu dan partikel pasir. Biasanya harmattan berlangsung pada November hingga Maret.

“Itu bulan yang paling aku benci, sebab rumah jadi amat berdebu,” ujar Azis.

Islam yang Penuh Warna

Nigeria punya komposisi penduduk yang unik. Negara ini punya lebih dari 500 etnis. Nyaris tak jauh berbeda dengan keberagaman suku dan sub-suku di Indonesia. Kelompok etnis terbesar di Nigeria adalah Hausa, Igbo, dan Yoruba. Orang-orang Nigeria ini punya 500 lebih bahasa, walau mereka punya bahasa resmi, bahasa Inggris.

Islam dan Kristen menjadi dua agama mayoritas di sini, meski jumlah pastinya berubah-ubah. Dalam sensus pemerintah Nigeria yang dilakukan pada 1963, 38 persen warga Nigeria adalah muslim, dan 36 persen adalah pemeluk Kristen. Pada 2008, MEASURE Demographic merilis data bahwa ada 53 persen muslim di Nigeria dan 45 persennya adalah umat kristiani. Sedangkan menurut survei dari Afrobarometer pada 2008, 50 persen warga Nigeria adalah Kristiani, dan 49 persen muslim. Terbaru, Pew Research mengadakan survei tentang agama di Nigeria pada 2010. Hasilnya, 52 persen adalah muslim, 46 persen pemeluk Kristen, dan 1 persen beragama lain.

Karena sudah terbiasa menghadapi keberagaman, tak heran jika kita ada wajah Islam yang beragam pula di sini. Mayoritas adalah pengikut Sunni mazhab Maliki. Namun, ada banyak aliran-aliran lain. Menurut temuan Pew Forum dalam The World’s Muslims: Unity and Diversity (2012), dari total umat muslim di Nigeria, ada 3 persen muslim Ahmadiyah, dan 12 persen muslim Syiah.

Selain itu ada juga pemeluk Islam sufi, tarekat. Yang juga menarik adalah penganut Islam Quraniyun, alias Quranisme. Aliran ini berpegang teguh pada Alquran dan menolak hadis. Para pemeluknya percaya bahwa pesan di Alquran sudah amat jelas, dan karenanya tak perlu dukungan hadis.

Menurut N. Hanif dalam Islam and Modernity (1997), juga Richard Voss dalam “Identifying Assumptions in the Hadith/Sunnah Debate” (1996), para Quranis ini menyangsikan keabsahan hadis dengan argumen bahwa Quran tidak pernah menyebut hadis sebagai sumber rujukan dalam Islam. Selain itu, menurut mereka, hadis ditulis sekitar 2 abad sejak Nabi Muhammad Muhammad, dan faktor itu membuat hadis bisa mengandung banyak kesalahan dan kontradiksi.

Sebenarnya, aliran ini bukanlah cabang baru, sebab pada era khalifah Abbasiyah, penulis dan ahli agama Ibrahim an-Nazzam membuat mazhab Nazzamiya yang menolak hadis dan memilih untuk berpegangan pada Alquran saja.

Jika itu belum cukup menarik, ada juga agama bernama Chrislam, sebuah perpaduan antara Kristen dan Islam. Praktiknya juga mengambil dari Alkitab dan Alquran. Penulis Sidney Greenfield menyebutnya sebagai “kearifan lokal warga Yoruba untuk sinkretisme.”

Gerakan ini berkembang sejak 1970-an. Pengikutnya memang tak banyak, tapi beberapa orang di Nigeria meyakini bahwa kearifan lokal ini bisa menjadi jembatan penengah antara Islam dan Kristen. Apalagi saat ini di Nigeria gerakan ekstremisme sedang membesar. Beberapa menebar teror, seperti yang dilakukan oleh Boko Haram.

Tarawih yang Panjang

Sama seperti di Indonesia, umat Islam di Nigeria harus berpuasa sekitar 14 jam. Azis paling merindukan suasana Ramadan yang meriah seperti di Indonesia. Di Lagos, tak ada tradisi tadarusan, misalkan. Di Indonesia, tradisi seperti ini masih banyak ditemui. Biasanya dilakukan selepas tarawih.

“Kalau di Lagos, setelah witir ya langsung pulang. Tapi mungkin di Abuja ada beberapa sih, soalnya saya pernah dengar orang mengaji di masjid jelang Subuh,” kata Azis.

Di Lagos, salat tarawih paling umum adalah 8 rakaat. Namun, surat bacaannya lebih panjang. Seperti di Ampel, kata Azis menyebut daerah di Surabaya yang merupakan kawasan religius. Setiap malam, surat-surat Alquran sebanyak 1 juz dibacakan saat tarawih.

“Kadang suka enggak konsentrasi karena kepanjangan,” ujarnya sambil tertawa.

Makanan kesukaan Azis di Nigeria adalah asun, kambing rempah pedas yang merupakan makanan khas orang Yoruba. Sebelumnya, pernah pula Azis suka sup egusi. Sedangkan nasi jollof mengingatkan Azis pada nasi goreng. Ramadan di Nigeria berjalan seperti hari biasa. Tak ada restoran atau warung yang disidak dan dipaksa untuk tutup. Di Nigeria, sebutan untuk warung adalah bukka.

Jauh dari rumah membuat Azis menjalani Ramadan dengan penuh kerinduan. Ia kangen suara tadarus di dekat rumahnya. Kangen suara sang ayah yang melantunkan ayat Alquran di masjid. Kangen masakan ibu, tongkol kecap, urap, dan sambal terasi. Apalagi tak banyak warga Indonesia di Nigeria. Azis memperkirakan hanya ada 300 orang saja.

Namun, nyaris 6 tahun tinggal di Nigeria, Azis sudah hafal kebiasaan warga muslim Nigeria. Misalkan: pria muslim Nigeria suka memakai gamis beraneka warna. Selain putih yang jadi warna umum, ada pula gamis berwarna kuning, cokelat, ungu, biru, bahkan merah muda. Selain itu Azis tak akan pernah lagi salat di masjid dengan menggunakan sarung. Ia pernah memakai sarung ketika salat Idul Adha di tahun pertama ia tiba. Sepanjang jalan, banyak orang memperhatikan sarungnya.

“Saya baru tahu kalau mereka tak tahu sarung. Kalaupun ada sarung, itu dipakai oleh perempuan.”

 

sumber: TIRTO

Awas! Cemburu yang Merusak dan Membinasakan

BARANGKALI, di antara para istri ada yang membantah dan berkata, adalah kebodohan apabila seorang istri tidak memiliki rasa cemburu pada suaminya, padahal cemburu ini merupakan ungkapan cintanya kepada suaminya, sekaligus sebagai bumbu penyedap yang bisa menimbulkan keharmonisan, kemesraan dan kepuasan batin dalam kehidupan rumah tangga.

Ya benar! Akan tetapi, apakah pantas seorang istri yang berakal sehat, jika ia tenggelam dalam rasa cemburunya, sehingga menenggelamkan bahtera kehidupan rumah tangganya, mencabik-cabik jalinan cinta dan kasih sayang dalam keluarganya, bahkan ia sampai terjangkiti penyakit psikis yang kronis, perang batin yang tidak berkesudahan, dan akhirnya merusak akal sehatnya?

Memang sangat tipis, perbedaan antara yang benar dengan yang salah, antara yang sakit dengan yang sehat, antara cemburu yang penuh dengan kemesraan dengan cemburu yang membakar dan menyakitkan hati dikarenakan penyakit kejiwaan yang berat.

Namun, tetap ada perbedaan antara cemburu dalam rangka membela kehormatan diri dan kelembutan karena didasari rasa cinta kepada suami, dengan cemburu yang merusak dan membinasakan. Kalau begitu, cemburulah wahai para istri, dengan kecemburuan yang membahagiakan suamimu, dan menampakkan ketulusan cintamu kepadanya!

Tetapi hindarilah kecemburuan yang merusak dan menghancurkan keluargamu. Cemburulah demi memelihara harga diri dan kehormatan suami. Dan lebih utama lagi, cemburu untuk membela agama Allah.

Istri yang selalu memantau kegiatan suaminya, mencari-cari berita tentangnya, serta selalu menaruh curiga pada setiap aktivitas suaminya, bahkan cemburu kepada teman dan sahabatnya, maka inilah istri yang bodoh. Dengan sifatnya tersebut, maka kehidupan rumah tangganya, rasa cinta, kepercayaan di antara keduanya akan terputus dan hancur.

Dan bagi wanita yang rasa cemburunya tersulut karena suatu sebab, kemudian ia merasa hal itu tidak pada tempatnya, hendaklah ia menyadari kesalahannya, lalu melakukan perbaikan atas sikapnya tersebut. Dan yang paling penting adalah, tidak mengulangi lagi kesalahan serupa di kemudian hari. [alsofwah]

 

INILAHMOZAK

Mengais Makna dari Beragam Aktivitas Harian

SAYA mendapat banyak pelajaran baru dari banyak kegiatan. Kegiatan pertama adalah mengisi acara studi banding IAIM NU Metro Lampung ke UINSA Surabaya. Saya diminta bicara tentang Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal.

Ternyata, karakter Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin itu salah satu wujudnya adalah kemampuan Islam berdialog dengan beragam masalah di beragam tempat dan berbedanya waktu. Prinsip dan nilai Islam adalah sama untuk semua, namun cara penyampaian dan bentuk pelaksanaan bisa saja berbeda. Kearifan lokal sangat perlu menjadi konsiderasi dalam upaya proses pengajaran Islam yang efektif.

Pulang dari acara di atas, datanglah seorang ustadz dari Pemalang Jawa Tengah yang menurutnya ingin bertemu saya setelah menonton seluruh video ceramah dan kajian saya di Youtube. Saya sampaikan bahwa itu bukan saya yang upload.

Pelajaran yang saya petik adalah betapa medsos itu dibaca dan ditonton orang banyak. Karenanya, jangan menulis atau membagikan sesuatu yang tak baik di media sosial. Dosanya bisa terus berjalan dan semakin menumpuk seiring semakin banyaknya yang membaca dan menonton dan lamanya ada di medsos itu.

Acara berikutnya menerima kunjungan dua keluarga besar. Pelajaran yang diterima adalah bahwa musyawarah antarkeluarga sungguh menenteramkan. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh orang lain. Membangun keakraban keluarga adalah anugerah indah yang sering dilupakan.

Acara terakhir kami adalah berkunjung ke rumah guru sekaligus orang tua kami. Menimba pengalaman dari guru dan orang tua sungguh memperluas wawasan kehidupan kita. Ada banyak hikmah didapat, hikmah yang tak didapat di ruang kelas. Nikmatnya belajar hidup kepada guru yang pantas digugu dan ditiru.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

INILAHMOZAIK

Tetap Ibadah Ketika Sibuk

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Kuasa, menggolongkan kita sebagai orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat. Sholawat dan salam semoga sealu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadah (kurban)ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al Anam [6] : 162-163)

Hampir setiap hari kita memiliki berbagai macam kegiatan, hampir setiap hari kita sibuk dengan berbagai macam tugas dan pekerjaan. Sampai-sampai kesibukkan itu benar-benar terasa melelahkan. Bahkan, ada sebagian orang yang tersandung-sandung, terseok-seok ibadahnya karena saking sibuknya. Ada yang sholatnya sering di akhir waktu, kalaupun di awal waktu jadi terburu-buru. Malah ada yang sampai terlewatkan waktu sholatnya hingga masuk waktu sholat berikutnya. Alasannya sama yaitu karena sibuk dengan pekerjaan.

Saudaraku, tugas atau pekerjaan kita adalah karunia dari Allah Swt yang sangat berharga. Allah memberi kita kesempatan untuk memiliki kegiatan di saat banyak orang lain yang bingung mau melakukan apa. Allah juga yang memberi kita kesempatan bekerja di saat banyak orang lain yang masih menganggur dan mencari-cari pekerjaan.

Oleh karena itu, pekerjaan, kesibukan, atau tugas-tugas kita sesungguhnya adalah karunia dari Allah yang wajib kita syukuri. Maka, seharusnya tidak ada alasan bagi kita untuk menomorsekiankan ibadah kepada Allah Swt. karena hanya Allah Yang Maha Kuasa memberi kita kesehatan dan kekuatan sehingga kita bisa bekerja. Upayakan sekuat tenaga agar Allah tetap menjadi prioritas utama.

Di sela-sela pekerjaan kita pun sebenarnya kita bisa tetap ibadah sembari melakukan pekerjaan kita. Hati dan lisan masih bisa berdzikir menyebut nama Allah. Kita pun bisa mempraktikan kejujuran, keikhlasan, menjaga lisan dan perbuatan dari hal-hal yang bisa menyakiti orang lain atau menimbulkan kerusakan. Semua ini bisa bernilai ibadah di hadapan Allah Swt. dan kesibukan kita pun menjadi penuh berkah.

Semoga Allah Swt menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang pandai mensyukuri karunia Allah berupa kesibukan. Sehingga kesibukan kita menjadi jalan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Aamin yaa Robbalaalamiin. [smstauhiid]

 

INILAH MOZAIK

Menguasai Huruf Hijaiyah Penting dalam Belajar Alquran

Pengasuh kegiatan “30 Menit Lancar Baca Alquran” Ustaz Achmad Farid Hasan menilai faktor paling penting belajar Alquran adalah menguasai huruf-hurufnya. “Untuk bisa lancar, pertama kuasai hurufnya,” kata dia di Kantor Republika, Jakarta, Sabtu (7/7).

Ia mengatakan huruf hijaiyah jumlahnya ada 30. Tanda bacanya berjumlah delapan. Ia meyakini apabila seseorang menguasai huruf dan tanda baca, maka bisa membaca Alquran terbitan dari seluruh dunia.

“Kalau hanya ingin sebatas membaca Alquran manapun seluruh dunia, cukup menguasai huruf dan tanda baca,” ujar dia.

Ustaz Farid menjelaskan, sebenarnya ada tiga hal yang harus dikuasai untuk bisa membaca Alquran, yakni huruf, tanda baca, dan tajwid. Kendati huruf dan tanda baca adalah faktor penting dalam metode membaca Alquran, tetapi menurut dia, peserta tetap harus belajar tajwid. Tajwid membuat peserta bisa membaca Alquran dengan sempurna sesuai bacaan Rasulullah SAW.

“Kalau hanya sekadar baca, (menguasai huruf dan tanda baca) itu boleh bagi yang pemula, lama-lama nanti lancar tajwid, wajib hukumnya,” kata dia.

Ustaz Farid menjelaskan dalam belajar Alquran, huruf memegang komposisi 90 persen. Sementara tanda baca dan tajwid hanya memiliki kekuatan 10 persen. Ia menjamin apabila sudah menguasai huruf, maka 100 persen bisa lancar membaca Alquran.

“Sudah keliatan, huruf adalah paling penting dan sangat penting. Kalau nggak lancar (membaca Alquran), pasti faktor huruf,” ujar Ustaz Farid.

 

REPUBLIKA

Shalat, Obat Hati dan Bekal Rohani

SHALAT yang khusyu’  mewujudkan ubudiah yang benar-benar karena Allah, ikhlas, pasrah, rendah diri terhadap Zat Yang Mahasuci. Di dalam shalat, mereka meminta segala sesuatu kepada Allah dan meminta dari Nya hidayah untuk menuju jalan yang lurus, dan Allah Mahakaya lagi mulia. Kepada-Nyalah, seseorang berkenan memohon ijabah dan mencurahkan segala sesuatu, baik dalam hal cahaya hidayah, limpahan rahmat, maupun ketenangan.

Shalat pada hakikatnya merupakan sarana terbaik untuk mendidik jiwa dan memperbarui semangat dan sekaligus sebagai peyucian akhlak. Bagi pelakunya sendiri, shalat merupakan tali penguat yang dapat mengendalikan diri. Ia adalah pelipur lara dan pengaman dari rasa takut dan cemas, juga memperkuat kelemahan dan senjata bagi yang merasa terasing.

Dengan shalat, kita dapat memohon pertolongan atas ujian zaman, tekanan-tekanan orang lain, dan kekejaman pada durjana. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang beriman, jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS: Al- Baqarah: 153 )

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ketika menghadapi persoalan genting, beliau berlindung melalui shalat. Ruku dan sujud dalam shalatnya dilakukan secara khusyu’  , membawa rasa dekat kepada Allah. Bersama Allah pula, beliau merasa berada di suatu tempat atau sandaran yang kokoh, sehingga merasakan aman tenteram, percaya diri, dan penuh keyakinan, dan memperoleh perasaan damai, sabar terhadap segala bentuk ujian dan cobaan, serta rela terhadap takdir Allah atas dasar kesetiaan sejati dan kejujuran, dan memperkokoh cita-cita yang besar dalam kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya bagi hamba-Nya yang beriman dan bekerja secara jujur tanpa pamrih.

Shalat itu membersihkan jiwa dan menyucikan dari sifat-sifat buruk, khususnya sifat-sifat yang dapat mengalahkan cara hidup materialis, seperti: menjadikan dunia itu lebih penting daripada segala-galanya, mengomersialkan ilmu, dan mencampakkan rohaninya. Kasus semacam ini dicontohkan Allah Subhanahu Wata’ala dalam ayat,

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً

إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً

إِلَّا الْمُصَلِّينَ

الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ

Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” ( QS:Al–Ma’aarij :19-23)

Dalam ayat lain,

 “… Sesunguhnya shalat itu mencegah dari [ perbuatan-perbuatan ] keji dan mungkar…”  ( Al-Ankabuut : 45 )

Orang yang benar-benar melaksanakan shalat, dari shalat yang satu ke shalat lain, merasakan sempitnya waktu di dalam bersimpuh di bawah kekuasaan Allah. Ia memohon kepada-Nya untuk ditunjukkan jalan yang lurus dalam keadaan pasrah dan khusyu’  . Begitulah seterusnya dalam menyambut shalat berikutnya, sehingga terasa taka da putus-putusnya hubungan dengan-Nya, dan tidak putus-putusnya pula mengingat Allah, diantara shalat yang satu dengan yang lain, sehingga tak sempat lagi melakukan maksiat. Demikianlah Allah menaungi hamba-Nya yang memelihara shalatnya karena merindukan perjumpaan dengan-Nya dan sama sekali tidak mungkin menjauhkan-Nya.

Bagi siapa saja yang memelihara waktu-waktu shalat dan tujuan shalatnya benar-benar karena Allah, melatih dirinya menentang dan mengalahkan arus kesibukan hidup, tidak mendahulukan kepentingan materi, dengan demikian jiwanya mampu menaklukkan ujian dunia beserta kesenangannya, begitu pula dalam menumpuk-numpuk harta.

Allah berfirman,

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak [pula] oleh jual beli dari mengingat Allah, dan [dari] mendirikan shalat, dan [dari] membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang [di hari itu] hati dan penglihatan menjadi gonjang.”  (QS: An-Nuur : 37 )

Dalam shalat terdapat bekas dan kesan pendidikan lainnya. Misalnya, mendidik jiwa seseorang, yang dengan shalat itu, ia mampu merasakan wujud dari kesatuan umat di kalangan kaum muslimin diseluruh penjuru dunia yang mengarahkan sasaran shalat mereka ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah al-Haram. Perasaan persatuan ini juga menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi sesame kaum muslimin dalam kehidupan atau tanah air yang satu, yang terhimpun di dalam masjid setiap shalat.

Setiap shalat, mereka selalu memperhatikan tibanya waktu shalat dan menjaga atau berusaha keras untuk menunaikan secara tepat pada waktunya, sesuai dengan ketentuan syara. Mereka juga menaklukkan nafsunya untuk tidak tenggelam dalam kesibukan-kesibukan demi terlaksananya kewajiban-kewajiban terhadap Rabb-Nya.

Juga menyangkut tertibnya shalat berjamaah yang barisnya lurus di belakang imam tanpa adanya celah kosong ( antara makmum yang satu dan makmum lainnya, di kanan dan di kirinya ), hal ini berarti mengembalikan kaum muslimim pada perlunya Nizham  ( tertib organisasi ).

Adapun yang berkaitan dengan disiplin terhadap imam yaitu tidak mendahuluinya, menunjukkan adanya ketaatan mutlak dan komitmen atau loyal, serta meniadakan penolakan terhadap perintah-perintahnya.

Kemudian berkaitan dengan imam yang lalai ( dalam bacaan, misalnya ) diharuskan bagi makmum untuk mengingatkannya (dengan membaca subhanallah) ini menunjukkan keharusan  makmum menegur atau mengingatkan pemimpinnya jika lalai atau melakukan kesalahan.

Demikian juga pada shalat berjamaah, agar diperhatikan dalam pengisian shaf , yaitu agar tidak didasarkan atas status social jamaah, juga tidak memandang  kekayaan atau pangkat walaupun dalam shaf  terdepan sekalipun. Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak ( al-musaawah) tanpa mempedulikan tingginya kedudukan maupun tuanya umur.

Shalat pun memberikan kesan kesehatan, yang terwujud dalam gerakan-gerakan pada setiap rakaatnya, yaitu pada shalat fardhu, lima kali sehari (17 Rakaat) secara seimbang. Hal ini menunjukkan suatu olahraga fisik pada waktu yang teratur, dengan cara yang sangat sederhana dan mudah dalam gerakan-gerakannya.*/Ziyad Makareem, dari buku Berjumpa Allah lewat Shalat karya Syekh Mustafa

 

HIDAYATULLAH

Zakat dari Harta Haram, Bolehkah?

Zakat menjadi salah satu pilar agama. Perintah zakat kerap disandingkan dengan shalat di dalam Alquran.

Abu Bakar ash-Shidiq saat diangkat menjadi khalifah, bersikap tegas terhadap orang-orang yang menolak kewajiban zakat. Kebijakannya saat itu, yakni diperangi. Karena, mengingkari zakat sama artinya dengan mengingkari bangunan iman.

Zakat selain bermakna tumbuh dan berkembang secara bahasa, juga bisa bermakna menyucikan. Hal ini terlihat dari surah ash-Syams ayat 9, Qad aflaha man zakkaha, (beruntunglah orang-orang yang  menyucikan jiwa).

Zakat dalam hal ini bermakna menyucikan harta. Dalam beberapa nash Alquran dan hadis, secara tegas disebutkan jika harta yang kita miliki hendaknya disucikan dengan membayar zakat. Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS at-Taubah [9]: 103).

Dalam hadis juga disebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan zakat sebagai penyucian harta.” (HR Bukhari).

Kemudian muncul pertanyaan, jika zakat digunakan sebagai penyucian harta, apakah harta haram termasuk salah satu yang bisa disucikan dengan zakat?

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa zakat wajib ditunaikan dari harta yang halal, baik hartanya maupun cara perolehannya. Secara tegas, dalam fatwa No 13 Tahun 2011, MUI menyebut harta haram tidak menjadi objek wajib zakat.

Kewajiban bagi pemilik harta haram, yakni segera bertobat dan membebaskan tanggung jawab dirinya dari harta haram itu.

Komisi Fatwa MUI mendasarkan keputusan tersebut pada firman Allah SWT, “Hai orang yang beriman,  nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari  bumi untuk kamu.” (QS al-Baqarah [2]: 267).

Harta haram, baik zat maupun cara memperolehnya, merupakan sesuatu yang tidak layak untuk dibelanjakan di  jalan Allah. Karena, Allah hanya menerima sesuatu yang baik. “Sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR Muslim).

Secara tegas juga disebutkan harta korupsi termasuk dari harta rampasan perang tidak bisa dinafkahkan. “Allah SWT tidak menerima sedekah dari harta korupsi rampasan perang.” (HR Muslim).

Bahkan, dalam sebuah hadis riwayat Baihaqi dan Hakim, seseorang yang berinfak dengan harta haram justru  kan mendapatkan dosa.

Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Nujaim dalam kitabnya al-Bahru ar-Raaiq yang tidak mewajibkan zakat atas harta haram meskipun sudah mencapai satu nisab. “Kewajibannya adalah mengembalikan kepada pemiliknya atau ahli waris jika harta itu curian atau disedekahkan seluruhnya kepada fakir miskin jika tidak diketahui asal usulnya.””

Imam Qurthubi menjelaskan sedekah dan zakat dari harta haram tidak diterima karena pada hakikatnya  harta tersebut bukan hak miliknya. Dengan demikian, pemilik harta haram dilarang menggunakan harta tersebut dalam bentuk apa pun, termasuk sedekah dan zakat.

Seandaianya sedekah dari harta haram diperbolehkan, ibaratnya mengumpulkan perintah dan larangan dalam satu amal. “Dan, itu sesuatu yang mustahil,” kata Imam Qurthubi.

Staf Ahli Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Dr Irfan Syauqi Beik mengungkapkan konsep menyucikan harta pada zakat hanya berlaku pada harta yang benar dari sisi zat maupun proses. Dalam proses, syarat harta dikatakan benar sesuai tuntunan syariat dan sesuai aturan yang berlaku dalam sebuah komunitas.

Zakat, kata Irfan, ibarat persembahan untuk Allah SWT. Jika mempersembahkan sesuatu yang buruk, sama saja dengan menghina Allah SWT. Yang datang bukan rahmat, melainkan justru azab. Prinsipnya zakat sendiri bukan money laundry.

Jika harta tersebut didapat dari korupsi, selain mengembalikan harta tersebut ke negara juga, harus mengikuti proses hukum. Setelah selesai proses hukum dan harta yang haram dikembalikan, harta sisanya yang bersih baru wajib zakat.

Namun, menurut Deputi Sekjen World Zakat Forum ini, sekadar harta yang bersih tidak cukup. Tapi juga mesti diiringi dengan kesungguhan dalam zakat dan sedekah. Seperti halnya kisah Habil dan Qabil. Proses mendapatkan harta keduanya baik, namun pengorbanan Qabil tidak diterima karena mempersembahkan hasil panen yang buruk.

Untuk bunga bank, Irfan menerangkan bahwa prinsipnya harta tersebut dimiliki oleh nasabah, namun termasuk yang haram. Solusinya, beberapa fatwa, seperti dari Syekh Yusuf Qaradhawi, bunga bank bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang bersifat fasilitas umum, namun dari sesuatu yang diinjak-injak, seperti membangun jalan atau sesuatu yang kotor, misalnya membangun toilet. Meski status asalnya tetap haram terutama jika digunakan untuk diri sendiri.

Status harta riba yang digunakan untuk membangun fasilitas umum seperti jalan, bisa bernilai pahala dari sisi pengorbanan sang pemilik. Hakikatnya hak harta tersebut ada pada nasabah, namun dikorbankan untuk digunakan bagi kepentingan umum.