Rasulullah Melarang Memelihara Anjing di Rumah

DARI ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang memelihara anjing selain anjing penjaga binatang ternak, atau anjing pemburu maka dikurangi dari pahala kebaikannya dua qirath setiap hari.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selalu saja di dalam ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kita temukan faidah, pencegahan dan penjagaan/perlindungan untuk diri kita, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat belas kasihan terhadap kita, sebagaimana dalam firman-Nya tentang sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

” (dia) Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS At-Taubah: 128)

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan untuk kita kebaikan dan menginginkan untuk kita kesehatan. Oleh karena itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengharamkan memelihara anjing, dan menganggapnya sebagai makhluk yang najis, serta memperingatkan manusia darinya.

Para ilmuwan telah mengungkapkan banyak hal tentang anjing, dan ini adalah hal paling akhir yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. Dalam sebuah penelitian terbaru yang pertama, yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Munich terbukti bahwa memelihara anjing di rumah meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara. Studi ini menemukan bahwa 80 persen wanita yang menderita kanker payudara ini adalah mereka yang memelihara anjing di rumah mereka dan melakukan kontak secara terus-menerus dengan anjing-anjing tersebut.

Sementara mereka menemukan bahwa orang-orang yang memelihara kucing tidak terinfeksi jenis kanker tersebut! Dan itu disebabkan karena sisi kesamaan yang besar antara kanker payudara pada anjing dan manusia. Mereka telah menemukan suatu virus yang menyerang manusia dan anjing secara bersamaan, dan terkadang ia berpindah (menular) dari anjing ke manusia. Virus ini memiliki peran yang utama dalam proses terjangkitnya kanker tersebut.

Mereka menemukan bahwa para wanita di negara-negara Barat lebih besar kemungkinannya untuk terjangkit kanker payudara dibandingkan para wanita di negara-negara Timur. Dan ketika mereka mengkaji tentang perbedaan mendasar antara kedua kelompok wanita ini, mereka menemukan bahwa para wanita di Barat terbiasa memelihara anjing “manja” di rumah mereka. Sementara di negeri Timur jarang ditemukan seorang wanita yang memelihara anjing!

Dalam studi lain, para ilmuwan menemukan bahwa anjing menyimpan virus-virus penyebab kanker payudara, yang namanya MMTV (mouse mammary tumour virus). Dan tatkala bersinggungan dan berinteraksi dengan anjing, virus-virus ini akan berpindah ke tubuh manusia dengan mudah.

Ini baru sedikit yang diketahui oleh manusia, sesungguhnya dampak buruk yang disebabkan karena bersinggungan dengan anjing adalah sangat besar. Para ilmuwan telah mengungkapkan “sesuatu” yang banyak di dalam air liur anjing, darah dan bulunya, semuanya adalah sarang bagi bakteri-bakteri dan virus. Dan yang perlu diketahui bahwa di dalam kucing tidak terkandung virus-virus tersebut!

Dari sini, wahai pembaca yang budiman mungkin kita dapat mengetahui mengapa Nabiyurrahmah (Nabi yang penuh kasih sayang) shallallahu ‘alaihi wasallam melarang ummatnya memelihara anjing di rumah, dan membatasi perannya (peran anjing) hanya pada penjaga di luar rumah. Bahkan beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan ummatnya agar mencuci wadah air tujuh kali, dan salah satunya dengan tanah jika ada seekor anjing yang minum air dari wadah tersebut. Subhanallahu.

[Abduddaim Kaheel/diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono]

INILAH MOZAIK

Bukti-Bukti Rasulullah Terjaga dari Dosa

Muhammad bin Abdullah lahir sebagai seorang yatim. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan ibunya, Aminah. Muhammad menghabiskan empat tahun pertamanya bersama ibu susuannya, Halimah Sa’diyah di dusun Bani Sa’ad, jauh dari hiruk-pikuk Makkah. Kampung Bani Sa’ad itu sekarang terletak di desa Asy-Syuhbah sekitar 100 km dari Thaif ke arah barat daya.

Akademisi Ilmu Alquran dan Tafsir, Muhammad Hariyadi dalam tulisan berjudul “Kemaksuman Nabi Muhammad SAW” yang diterbitkan Republikamenjelaskan, Allah SWT menjaga Nabi dan Rasul dari kesalahan dan dosa (maksum), termasuk Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam.

Allah menjaga kemaksuman Rasulullah secara fisik dan nonfisik. Muhammad bin Abdullah terlahir dalam keadaan tersunat, penjagaan atas keterbukaan auratnya di mata masyarakat, terlindungi dari kemaksiatan dan keburukan perilaku kaumnya, dan terjaga fisiknya terjatuh dalam kemungkaran. Itu beberapa bentuk penjagaan Allah secara fisik pada Muhammad.

Sedangkan penjagaan nonfisik dianugerahkan Allah dalam bentuk ketundukan hawa nafsu pada bimbingan illahi, pembersihan hatinya dari sifat tercela melalui pembedahan dadanya, dan kegemaran hatinya pada tradisi khalwat (menyepi), sebagai bentuk persiapan hati dan ibadah sebelum datangnya wahyu pertama.

Sejak kecil, Allah memasukkan jiwa keadilan pada diri Muhammad. Dia tidak ingin mengambil bagian yang bukan haknya. Salah satu contohnya, saat ibu susuan Muhammad, Halimah Sa’diyah ingin memberi air susu dari payudara sebelahnya, Muhammad menutup mulut rapat-rapat. Halimah paham, Muhammad ingin susu yang sebelah untuk saudara sesusuannya, Damrah.

Muhammad kecil tidak pernah menangis, seperti anak kecil lainnya. Dalam buku The Life of Prophet Muhammad karya Abdul Waheed Khan menyebut, tingkah laku dan perbuatan Muhammad sedikit berbeda dari anak seusianya. Muhammad tidak seperti anak seusianya. Dia membenci ketidaktahuan dari kedunguan. Allah menjauhkan Muhammad dari segala kejahatan dan tingkah laku yang tidak pantas.

Ibunda Muhammad, Aminah meninggal saat putranya berusia enam tahun. Kemudian, Muhammad berada di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthalib hingga berusia delapan tahun. Kemudian kakeknya meninggal dunia. Muhammad diasuh paman dari pihak ayahnya, Abu Thalib.

Saat berusia 13 tahun, Muhammad ikut bersama pamannya ke peternakan unta dan untuk berniaga di Syria. Dalam berjalanan, di suatu tempat bernama Busra, kepala suku Kristen melihat tanda-tanda tak biasa dalam diri Muhammad. Dia memberi tahu sukunya ihwal masa depan kenabian Muhammad itu.

Selama berada di bawah pengawasan pamannya, Muhammad mendapat pengetahuan tentang keadilan dalam berbisnis. Sikapnya itu menjadi pembicaraan banyak orang. Beberapa pedagang melibatkan Muhammad sebagai wakil dalam urusan bisnis penting. Karena itu, orang-orang sangat menghormati Muhammad dan biasa memanggilnya Sidiq (yang jujur) dan Al-Amin (yang dapat dipercaya).

Sejak masa kecilnya, Muhammad tidak pernah ambil bagian dalam ritual penyembahan berhala. Dia juga tidak pernah berbohong. Muhammad memiliki kebiasaan yang sangat baik dan karakter yang tidak tercela.

Prof Terry Mart: Alquran Petunjuk untuk Sains

Seorang pembicara dalam semiar Alquran Before Technologies di Universitas Indonesia Islamic Book Fair (UIIBF) 2018. Prof Terry Mart mengatakan Alquran merupakan panduan dan petunjuk bagi sains, bukan buku sains.  “Di dalam Alquran terdapat tanda-tanda sunnatullah, hukum alam yang mengajak orang untuk berpikir,” jelas dia di Balairung UI, Depok, Rabu (21/11).

Misalnya, dahulu guru mengajarkan bahwa babi haram dengan alasan sains. Bahwa di dalam daging babi banyak mengandung cacing pita. Tetapi ternyata dibuktikan cacing pita dapat dibersihkan.

Saat ini penelitian membuktikan bahwa DNA babi dekat dengan DNA manusia, meski DNA paling dekat dengan manusia adalah simpanse. Sehingga banyak eksperimen transplantasi pun banyak dilakukan menggunakan DNA babi. “Pemikiran saya, ketika seseorang memakan sesuatu yang memiliki DNA yang mirip dengan dirinya, maka dapat dianggap sebagai kanibal,”jelas dia.

Dampak dari kanibal secara teori evolusi adalah sulitnya mereka untuk berkembang sehingga mengakibatkan kepunahan pada akhirnya. Terry juga menjelaskan contoh lain dari Alquran yang menjadi petunjuk bagi orang yang berpikir. Di dalam Alquran terdapat ayat sunnatullah, hukum alam tetang pergantian siang dan malam.

Bagi orang yang berpikir, tentu mereka akan mencari secara logis bagaimana siang dan malam dapat muncul bergantian. Tentu mereka akan mengamati benda-benda langit yang menjadi petunjuk tanda-tanda alam tersebut.

Sebagai peneliti Fisika nuklir, Terry berusaha untuk menjadi ilmuwan yang sejalan dengan keyakinannya sebagai Muslim. Banyak buku-buku yang dipelajarinya untuk menambah keimanannya sebagai seorang ilmuwan.

Tiga buku yang menjadi favoritnya adalah buku //Bible, Quran and Sains Modern tulisan Maurice Bucaille. Buku ini menjelaskan bahwa tidak ada kontradiksi antara Islam dan ilmu pengetahuan modern.

Kedua, buku Perjuangan Melawan Ortodhoksi dalam Islam karangan Abdus Salam. Dia menyebut rel agama dan rel sains berjalan di jalan berbeda.

Abdus Salam bersama Steven Weinberg merupakan penerima nobel Fisika. Karya sumbangsihnya pada penemuan persatuan lemah dan interaksi elektromagnetik antara unsur dasar, termasuk, inter alia, perkiraan arus netral lemah.

Abdus Salam merupakan seorang Muslim yang semakin bertambahnya usia semakin bertambah keimanannya. Namun Weinberg fisikawan Amerika yang sebenarnya Yahudi, menjadi Atheis karena pemikirannya.

Ini membuktikan bahwa agama apapun, sains terlepas dari agama. “Rel mereka terpisah meskipun satu kali dapat bertemu, tetapi jika bercampur maka akan ada masalah,” ujarnya.

Tetapi Terry tidak berhenti dalam kedua buku tersebut. Dia melanjutkan perjalanan membaca pada buku ketiga dari seorang ilmuwan Timur Tengah, yang menyebut bahwa dalam menginterpretasikan Alquran itu berlapis-lapis. Lapis pertama dilakukan oleh orang awam secara harfiah. Sedangkan lapis kedua dilakukan oleh peneliti yang menggiatkan pada aktivitas ilmuwan.

“Buku ketiga inilah yang membuat saya yakin, bahwa sains dan agama dapat berjalan beriringan, karena Alquran merupakan sebuah panduan untuk sains,” jelas dia.

Jauhi Maksiat dan Kesia-siaan

SAUDARAKU, keburukan, kesempitan, ketidakbahagiaan yang terjadi pada diri kita adalah diundang oleh diri kita sendiri.

Saat berbuat maksiat, sikap terbaik adalah segera mengerem diri, segera berhenti, istighfar lalu berpaling meninggalkannya. Satu langkah kita meninggalkan kemaksiatan, maka seribu langkah pertolongan Allah SWT menghampiri kita. Satu langkah kita berjalan di jalan taubat, seribu langkah ampunan Allah SWT datang kepada kita.

Tidak ada manfaat sedikitpun dari maksiat yang kita lakukan, yang ada hanyalah dosa dan penyesalan. Semoga kita termasuk orang-orang yang jauh dari maksiat dan istiqomah dalam taubat. Aamiin yaa Robbalaalamin. [*]

KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Kejutan Allah di Balik Ketidaktahuan Hamba-Nya

NABI Nuh belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat Kapal dan ditertawai kaumnya. Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi Musa belum tahu laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya. Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yang terbaik.

Ternyata dibalik ketidaktahuan kita, Allah telah menyiapkan kejutan! Seringkali Allah Berkehendak di-detik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba-hamba-Nya.

Jangan kita berkecil hati saat sepertinya belum ada jawaban doa. Karena kadang Allah mencintai kita dengan cara-cara yang kita tidak duga dan kita tidak suka.Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan!

Lakukan bagianmu saja, dan biarkan Allah akan mengerjakan bagian-Nya. Tetaplah Percaya. Tetaplah Berdoa. Tetaplah Setia. Tetaplah meraih ridho-Nya. Aamiin.

Tetap semangat meski dalam kesederhanaan. Pada hakikat nya: “Tidak ada yang dapat memberikan kemanfaatan bagimu kecuali Salatmu”

Duduk setelah salam dari salat yang telah diwajibkan adalah waktu yang paling mulia sebab pada waktu itu turun Rahmat Allah Azza wajalla. Jangan tergesa-gesa berdiri, Bacalah Istighfar, bertasbihlah, baca ayat Alquran dan jangan lupa bahwa sesungguhnya engkau berada dalam jamuan dzat yang maha Rahman Azza wa jalla.

Apabila kamu telah selesai salat, kerjakanlah pekerjaan lainnya dengan bersungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

INILAH MOZAIK

Duhai Pemburu Dunia

BAGAIMANA kabar Anda hari ini setelah beraktifitas memenuhi kebutuhan duniawi? Apakah hasil usaha dunia sesuai harapan?

Saudaraku, jangan sampai kita terlena oleh dunia. Mengejar dan memburu segala hal materi di dunia ini yang padahal tidak akan kita bawa masuk ke liang kubur. Jangan ‘ngoyo’ mengejar dunia. Semua akan kita tinggalkan. Ya, semua yang ada di dunia akan kita tinggalkan. Hanya amalan yang mengikuti kita ke alam kubur.

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, cinta dunia tidak lepas dari tiga hal; kesedihan yang terus menerus, kelelahan yang terus menerus, dan kerugian yang tidak ada habisnya.

Jangan biarkan jasad kita terpaku dan lelah hanya mengejar dunia. Pergi mengais dunia pada pagi buta. Bergulat dan menantang waktu seharian untuk mendapatkan dunia. Lalu pulang di akhir hari dengan jasad yang kelelahan. Setiap hari demikian, seakan kita akan hidup selama-lamanya di dunia. Setiap hari mengais dunia dan menjadikannya sebagai bekal untuk hidup besok dan lusa kita. Ya, seakan-akan kita memastikan besok kita masih bernafas di dunia. Subhanallah.

Bila dunia terluput dari kejaran kita, kita pun sedih. Kita tangisi dengan sedih mendalam apa yang tak kita raih. Hidup merana seakan tak ada satupun kebaikan yang Allah pernah beri. Bila kita dapatkan satu bagian dunia, kita bahkan bersedih mengapa hanya satu yang kita dapat, bukan dua atau lebih? Dan kesedihan ini tak akan pernah berujung karena dunia di hati pemburunya tak pernah ada tepi. Sementara jasad semakin menua, kemampuan semakin terbatas, dan waktu semakin hilang tak bermakna..

Berhentilah sejenak. Mari merenung. Seberapa hasil dunia kita pada hari ini? Bertambahkah? Lalu, berapa hasil akhirat kita peroleh hari ini? Bertambahkah? Bandingkan.

Sungguh kasihan diri kita yang menangisi dan mengasihani diri karena duniawi yang luput dari kejaran kita, namun kita tak pernah bersedih dan murung atas kondisi ukhrowi kita,..

Dunia bagi seorang muslim bukanlah tujuan hidupnya. Akhiratlah yang menjadi tujuan hidup kita. Kebahagiaan akhirat adalah kebahagian hakiki dan kekal. Kejar dan raihlah dunia sebatas kebutuhan kita. Dunia ini tidak haram, namun membatasi kemampuan dan waktu kita untuk dunia semata jelaslah bukan yang dibolehkan oleh agama. Adapun di dunia semua adalah fana. Akan musnah. Bahkan termasuk kesedihan maupun kebahagiaan di dunia.

Mari ubah sudut pandang kita tentang dunia. Jangan sampai dunia melenakan kita dari tujuan Allah Azza Wa Jalla menghidupkan kita di dunia.

Allahu A’lam.

 

 

Jangan Kau Cela Makananmu

“NABI Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika beliau mau, beliau makan, dan jika tidak suka, beliau meninggalkannya.” (HR Bukhari: 5409, Muslim: 2064 dan Abu Dawud: 3763. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa ketidaksukaan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallamterhadap suatu makanan maksudnya Rasulullah shallallaahu alaihi wassalam tidak pernah mengomentari makanan tersebut. Misal dengan hanya terlalu manis, terlalu asin, dan seterusnya.

Berbeda dengan kita tentunya, sekarang hampir tidak dapat kita jumpai manusia yang tidak mengomentari makanan. Padahal yang ia makan adalah makanan yang halal. Mungkin seseorang tidak mengatakan, “Makanan ini tidak enak!” yang jelas-jelas kategori mencela makanan, boleh jadi seseorang mengatakan “Makanan ini terlalu keras”, atau “Makanan ini terlalu manis,” atau “Makanan ini asem,” dan yang semisalnya. Dalam agama Islam dan dalam sunnah nabi, hal itu termasuk mencela makanan. Makanlah bila kita menyukainya, dan tinggalkan tanpa komentar celaan terhadap makanannya.

Bagaimana teladan nabi saat beliau menjumpai makanan yang beliau tidak menyukainya? Tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Imam Muslim dan yang lain, dari Khalid bin Walid radliyallahu anhu, di mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam enggan makan makanan berupa daging dhabb (kadal padang pasir). Beliau ditanya tentang dhabb apakah haram dimakan, maka Rasulullah mengatakan, “Tidak. Hanya saja daging dhabb ini tidak terdapat di daerah kaumku. Karena itu, saya merasa kurang berselera memakannya,”.

Berkaitan dengan hadits Khalid di atas, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Dan ini juga termasuk dari petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa jika beliau menyukai suatu makanan maka beliau akan memujinya. Dan seperti itu pula seandainya engkau menyanjung (kelezatan rasa) roti yaitu engkau mengatakan, Roti yang paling nikmat adalah roti si Fulan atau yang semisalnya. Maka ini juga jelas termasuk dari sunnah rasul shallallahu alaihi wa sallam“.

Nah, mari perbaiki akhlak kita terhadap makanan. Makan bila kita menyukai makanannya, atau tinggalkan bila kita tidak menyukainya. [*]

 

 

Agar Dicintai Allah

KITA semua ingin dicintai Allah. Sebagaimana Ibnul Qayyim berkata, “Bukan perkaranya engkau mencintai Allah, melainkan engkau juga dicintai Allah”. Karena betapa banyak orang mengaku mencintai Allah. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, Allah tidak mencintainya. Padahal bila Allah mencintai seorang hamba, maka menjadi kebahagiaan baginya. Karena tiada lain balasan bagi yang dicintai Allah, kecuali surgaNya.

Lalu bagaimana agar cinta kita padaNya tidak bertepuk sebelah tangan? Bagaimana agar Allah Azza Wa Jalla mencintai kita? Jawabannya tentu dengan melakukan ketaatan kepadaNya. Banyak amalan ketaatan yang dijelaskan oleh dalil shahih agar seseorang bisa dicintai Allah Subhanahu Wa Taala. Beberapa diantaranya adalah senantiasa bertaubat.

Allah Azza Wa Jalla berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al Baqarah: 222).

At-tawwabin dalam ayat ini bermakna yang selalu kembali bertaubat bila ia berdosa.

Jadi bila kita melazimkan bertaubat, menyeringkan beristighfar, itu adalah tanda kita dicintai Allah Azza Wa Jalla. Karena berdasar dalil ini, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Hal ini senada dengan hadits Nabi shallallaahu alaihi wasallam yang artinya, “Sungguh beruntung seseorang yang mendapati pada catatan amalnya istighfar yang banyak” (HR Ibnu Maajah no 3818, dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah). Orang yang beruntung di akhirat dengan mendapatkan buku catatan amalnya dalam keadaan banyak istighfar tentu tanda ia dicintai Allah.

Berikutnya adalah berbuat Ihsan. Allah azza wa jallaberfirman yang artinya, “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allh menyukai orang-orang yang berbuat baik.”. (QS. Al-Baqarah: 195)

Ihsan adalah berbuat baik kepada orang lain. Berbuat baik dapat menyebabkan seseorang dicintai Allah. Tentu apabila pelakunya adalah orang beriman. Karena segala amal shalih hanya diterima Allah bila dilakukan oleh orang yang beriman. Makna Ihsan dijelaskan dalam hadits Jibril yang cukup panjang. Hadits ini dimuat pula di kitab karya Imam an Nawawi rahimahullah. Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda, “”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Bagi siapa saja yang yang berbuat ihsan, maka ia berbuat baik hanya mengharap ridho Allah Azza Wa Jalla. Ia tidak mengharapkan manusia melihat, mendengar atau pun mengetahui perbuatan baiknya. Karena ia yakin Allah melihatnya dan perbuatan baiknya. Dan memaafkan kesalahan orang, adalah salah satu amalan ihsan.

Selain melazimkan bertaubat dan berbuat ihsan, amalan yang menyebabkan Allah mencintai seorang hamba adalah takwa. Firman Allah, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa“. (QS. At Taubah: 7).

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata dalam Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, “Asal makna ketakwaan adalah engkau menjadikan antara dirimu dengan siksaan Allah berupa penghalang yang akan melindungi kamu darinya.”

Maka segala bentuk keyakinan di dada, ucapan di lisan, serta amalan perbuatan kita yang menjadi penghalang antara kita dengan neraka, adalah bentuk takwa. Seperti yang disampaikan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang artinya, “Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemudian hal lain yang menyebakan pelakunya diganjar cinta Allah adalah berbuat adil

Allah berfirman yang artinya, “Dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil“. (Al-Hujurat: 9).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hakikat keadilan, “Makna adil adalah menunaikan hak kepada setiap pemiliknya. Atau bisa juga diartikan dengan mendudukkan setiap pemilik kedudukan pada tempat yang semestinya”. Jadi adil adalah tentang hak dan kedudukan.

Orang-orang yang saling mencintai karena Allah pun akan mendapatkan cinta Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini, “Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk menemui orang tersebut di tengah perjalanannya, maka ketika malaikat tersebut mendatanginya, malaikat bertanya: “Hendak pergi ke mana kamu?” Orang itu menjawab: “Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di desa ini”. Malaikat itu terus bertanya kepadanya: “Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?” Laki-laki itu menjawab: “Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah azza wa jalla.” Akhirnya malaikat itu berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan Allah yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah”. (Sahih Muslim).

Semoga Allah memberikan hidayah taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan amalan-amalan yang dapat mendatangkan cinta-Nya. [*]

INILAH MOZAIK

Bersikap Tadharru’

Pada suatu malam di pelataran Ka’bah, Thawus bin Kisan RA mendapati Ali bin Husein—yang lebih dikenal dengan Zainul Abidin RA—sedang bermunajat kepada Allah SWT. Dengan penuh pengharapan (tadharru’), terdengar ia merendahkan dan menghinakan dirinya diiringi dengan deraian air mata bermohon agar Allah SWT memberikan ampunan kepadanya.

Setelah Ali bin Husein menyelesaikan munajatnya, Thawus menghampirinya. Ia berkata, “Wahai cucu Rasulullah SAW, mengapa engkau menangis seperti ini, sementara engkau memiliki tiga keistimewaan yang tak dipunyai orang lain. Pertama, engkau adalah cucu Rasulullah SAW. Kedua, engkau akan mendapat syafaat dari Rasulullah SAW. Dan ketiga, keluasan rahmat-Nya untukmu.”

Mendengar pernyataan Thawus itu, Ali bin Husein menjelaskan kepadanya bahwa semuanya itu bukan jaminan ia akan mudah mendapatkannya. Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa hubungan nasabku dengan Rasulullah, bukan jaminan keselamatanku di akhirat sana setelah aku mendengar firman Allah SWT, ‘Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya’.” (QS al-Mukminun [23]: 101).

Sedangkan syafaat Nabi SAW, maka Allah SWT berfirman, “Dan mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS al-Anbiya` [21]: 28). Dan terakhir, terkait rahmat-Nya, Allah berfirman, “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-A’raf [7]: 56).

Kisah di atas mengajarkan kepada kita untuk bersikap tadharru’ (penuh harap dan merendahkan diri) dalam beribadah kepada Allah SWT, terutama ketika sedang berdoa. “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (penuh harap) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-A’raf [7]: 55).

Tadharru’ merupakan akhlak dan etika yang harus kita bangun ketika membina hubungan dengan Allah SWT. Hal ini kita lakukan sebagai wujud penghambaan diri kita kepada Zat Penguasa alam semesta, Allah SWT.

Tadharru mengandung makna tadzallul (kerendahan dan kehinaan diri) dan istiqamah (ketundukan diri). (Jami’ul bayan ‘an ta’wil al-Qur’an, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari). Oleh karena itu, ketika kita ber-tadharru’ kepada Allah SWT, akan menumbuhkan kesungguhan dan kekhusyukan dalam beribadah dan berdoa serta menjadi sebab Allah SWT akan meninggikan derajat kita di sisi-Nya.

Mari kita renungi penjelasan Imam Ahmad bin Hambal ketika mendeskripsikan tadharru agar kita dapat bersikap tadharru, beliau berkata, “Bayangkan seseorang yang tenggelam di tengah lautan dan yang dimilikinya hanyalah sebatang kayu yang digunakannya supaya terapung.”

“Ia menjadi semakin lemah dan gelombang air mendorongnya semakin dekat pada kematian. Bayangkanlah ia dengan tatapan matanya yang penuh harapan menatap ke arah langit dengan putus asa sambil berteriak, “Ya Tuhanku, Tuhanku!” Bayangkanlah betapa putus asanya dia dan betapa tulusnya ia meminta pertolongan Tuhan. Itulah yang disebut dengan tadharru’ di hadapan

Oleh: Moch Hisyam

KHAZANAH REPUBLIKA

Orang tak Menyukai Sunah Bukan Golongan Rasulullah

Al Qurthubi rahimahullahu berkata:

“Siapa yang terus menerus meninggalkan sunah, maka itu kekurangan dalam agamanya. Jika ia meninggalkannya karena meremehkan dan tidak suka. Maka itu kefasikan.”

Karena adanya ancaman dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan dari golonganku.”

Dahulu para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya senantiasa menjaga yang sunah sebagaimana menjaga yang wajib. Mereka tidak membedakan keduanya dalam meraih pahala. (Fathul Baari syarah Shahih Al Bukhari 3/265).

Banyak sunah yang diremehkan di zaman ini. Dengan alasan: ah itu kan cuma sunah.

Padahal sunah bukanlah untuk ditinggalkan. Banyak perkara sunnah yang berpahala amat besar.

Seperti salat qabliyah subuh yang lebih baik dari dunia dan seisinya. Bahkan ada amalan sunah yang menjadi tonggak kebaikan.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Senantiasa manusia di atas kebaikan selama mereka bersegera berbuka puasa.” (HR Bukhari dan Muslim).

Bagi kita penuntut ilmu. Mari hiasi hari hari dengan sunah. Meraih cinta Allah. Dia berfirman dalam hadis qudsi:

“Senantiasa hambaKu bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan ibadah yang sunah hingga Aku mencintainya.”

Untuk inilah kita berlomba. Barakallahu fikum, semoga bermanfaat.

 

[Ustz Abu Yahya Badrusalam, Lc]

inilah MOZAIK