Penjelasan Hadits Doa Rasulullah Bagi Para Pemimpin

Terdapat sebuah hadits yang di dalamnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan keburukan dan kebaikan bagi para pemimpin, yaitu hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اللَّهُمَّ، مَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَشَقَّ عليهم، فَاشْقُقْ عليه، وَمَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَرَفَقَ بهِمْ، فَارْفُقْ بهِ

“Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia membuat susah umatku, maka susahkanlah dia. Dan siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia sayang pada umatku, maka sayangilah ia.” (HR. Muslim, no. 1828)

Hadits ini sering dijadikan alasan untuk mencela ulil amri, atau alasan untuk melakukan demonstrasi atau bahkan dijadikan alasan memberontak kepada ulil amri. Sama sekali ini pendalilan yang tidak tepat. Karena beberapa poin:

Pertama, para ulama, seperti Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Sulaiman Ar Ruhaili, dan para ulama sunnah lainnya, ketika menjelaskan hadits ini, penjelasan mereka tidak lepas dari:

1. Hadits ini adalah ancaman bagi para pemimpin yang zalim kepada rakyatnya.

2. Hadits ini adalah motivasi bagi para pemimpin untuk menyayangi rakyatnya.

3. Hadits ini menunjukkan al jaza’ min jinsil ‘amal, balasan sesuai dengan perbuatan.

4. Hadits ini menunjukkan sayangnya Rasulullah kepada umatnya.

Tidak kami ketahui di antara ulama Ahlussunnah yang memahami dari hadits ini, bahwa maknanya boleh mencela ulil amri atau bahkan sampai jadi dalil bolehnya memberontak.

Intinya, hadits ini adalah salah satu dari dalil wa’id (ancaman) bagi para pemimpin (secara umum) yang tidak menjalankan amanah dengan baik. Dan dalil-dalil ancaman bagi pemimpin itu banyak sekali. Tidak hanya hadits ini.

Kedua, dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan pemimpin yang zalim secara umum. Yang disebutkan oleh beliau adalah sifatnya, yaitu yang zalim kepada umat. Bukan nama atau individu secara spesifik.

Maka tidak tepat jika dijadikan dalil untuk mencela seorang ulil amri atau pemimpin secara mu’ayyan (spesifik).

Contoh lain, hadits tentang doa keburukan bagi orang yang disebutkan sifatnya:

Diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192) juga pada kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254),

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya: “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” (Dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679)).

Di dalam hadits ini Malaikat Jibril ‘alaihissalam mendoakan keburukan bagi:

1. Orang yang tidak mendapat ampunan di bulan Ramadhan.

2. Anak yang tidak berbakti kepada orang tua.

3. Orang yang tidak bershalawat ketika disebut nama Nabi.

Dan diaminkan doanya oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Bukan berarti artinya kita boleh mencela secara spesifik orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut. Apalagi dicela di depan umum, semisal mengatakan:

“Sesungguhnya Fulan telah durhaka kepada orang tuanya”.

“Dasar kau Fulan, ahli maksiat di bulan Ramadhan”.

“Dasar laknat kau Fulan, disebut nama Nabi kok tidak shalawat”.

Demikian juga hadits-hadits Rasulullah tentang laknat beliau kepada beberapa jenis orang:

– Rasulullah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah

– Rasulullah melaknat pelaku maksiat dan pelaku bid’ah

– Rasulullah melaknat orang yang mencela kedua orang tuanya

– Rasulullah melaknat orang yang mengubah batas tanah

– Rasulullah melaknat orang menyerupai lawan jenis

– Rasulullah melaknat orang yang minum khamr

– Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut

– Rasulullah melaknat orang yang mentato

dll.

Padahal “laknat” itu artinya: mendoakan agar jauh dari rahmat Allah.

Namun Rasulullah menyebutkan dalam hadits-hadits tersebut berupa sifat-sifat secara umum. Sehingga bukan berarti kita boleh mencela orang-orang tersebut secara spesifik dan di depan umum. Semisal mengatakan, “dasar kau Fulan, tukang tato“, “dasar kau Fulan pemabuk“, “saudara-saudara sekalian… ketahuilah Fulan itu banci, ia menyerupai lawan jenis…“.

Ini semua tidak dibenarkan karena:

1. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mencela perbuatan secara umum, bukan individu secara mu’ayyan (spesifik). Perlu kehati-hatian menerapakan hukum yang umum kepada individu secara spesifik.

2. Andaikan ada yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, bukan berarti boleh kita cela di depan umum. Namun kita nasehati secara pribadi dengan cara yang baik.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

تعمدني بنصحك في انفرادي . وجنبْني النصيحة في الجماعهْ .فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ . وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56)

Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang menasehati pemimpin,

من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية، ولكن ليأخذ بيده فيخلو به، فإن قبل منه فذاك،وإلا كان قد أدى الذي عليه

“Barangsiapa ingin menasehati penguasa dengan sesuatu hal, maka janganlah tampakkan nasehat tersebut secara terang-terangan. Namun ambillah tangannya dan bicaralah empat mata dengannya. Jika nasehat diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima, engkau telah menunaikan apa yang dituntut darimu.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Takhrij As Sunnah Libni Abi Ashim, 1097)

Ketiga, dalil yang mutasyabih (samar maknanya atau pendalilannya) harus dibawa kepada dalil yang muhkam (jelas maknanya atau pendalilannya). Inilah jalannya orang-orang yang Allah berikan ilmu yang benar. Inilah jalannya salafus shalih dan ulama Ahlussunnah. Adapun ahlul bid’ah dan orang-orang menyimpang, mereka menonjolkan pendalilan yang mutasyabih dan meninggalkan dalil-dalil yang muhkam.

Allah ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 7)

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,

طريقة الصحابة والتابعين وأئمة الحديث؛ كالشافعي، والإمام أحمد، ومالك، وأبي حنيفة، وأبي يوسف، والبخاري، وإسحاق… أنهم يَردون المتشابه إلى المحكَم، ويأخذون من المحكم ما يُفسِّر لهم المتشابه ويُبينه لهم، فتتَّفق دَلالته مع دَلالة المحكَم، وتوافق النصوص بعضُها بعضًا، ويُصدِّق بعضُها بعضًا، فإنها كلها من عند الله، وما كان من عند الله فلا اختلاف فيه ولا تناقض

“Jalannya para sahabat, tabi’in dan para imam ahlul hadits seperti Asy Syafi’i, imam Ahmad, Malik, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Al Bukhari dan Ishaq … mereka mengembalikan ayat-ayat yang mutasyabih kepada yang muhkam. Mereka mengambil dalil-dalil yang muhkam untuk menafsirkan dan menjelaskan ayat-ayat yang mutasyabih. Sehingga sejalanlah ayat-ayat yang mutasyabih dengan ayat-ayat yang muhkam. Dan nash antara satu dengan yang lain akan sejalan serta saling membenarkan. Karena semua nash tersebut berasal dari Allah. Dan apa yang berasal dari Allah, tidak akan ada perselisihan dan tidak ada pertentangan.” (I’lamul Muwaqqi’in, 2/209-210)

Ada banyak sekali dalil yang dengan jelas dan tegas memerintahkan untuk mendengar dan taat pada ulil amri secara mutlak, baik dia shalih atau fajir, selama bukan dalam maksiat.

Diantaranya Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda,

من أطاعني فقد أطاع الله ومن يعصني فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعني ومن يعص الأمير فقد عصاني

“Barang siapa yang mentaati aku sungguh ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang durhaka padaku sungguh ia telah mendurhakai Allah, barang siapa yang taat pada pemimpin sungguh ia telah taat padaku, dan barang siapa yang durhaka pada pemimpin sungguh ia telah durhaka padaku.” (HR. Muslim no. 1835)

Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, ia berkata:

دعانا النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فبايعناه، فقال فيما أخذ علينا : أن بايعنا على السمعِ والطاعةِ، في منشطِنا ومكرهِنا، وعسرِنا ويسرِنا وأثرةٍ علينا، وأن لا ننازعَ الأمرَ أهلَه، إلا أن تروا كُفرًا بَواحًا، عندكم من اللهِ فيه برهانٌ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memanggil kami, kemudian membaiat kami. Ketika membaiat kami beliau mengucapkan poin-poin baiat yaitu: taat dan patuh kepada pemimpin, baik dalam perkara yang kami sukai ataupun perkara yang tidak kami sukai, baik dalam keadaan sulit maupun keadaan lapang, dan tidak melepaskan ketaatan dari orang yang berhak ditaati (pemimpin). Kecuali ketika kalian melihat kekufuran yang jelas, yang kalian punya buktinya di hadapan Allah.” (HR. Bukhari no. 7056, Muslim no. 1709)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من كَرِه من أميرِهِ شيئا فليصْبِرْ عليهِ . فإنّه ليسَ أحدٌ من الناسِ خرج من السلطانِ شِبْرا ، فماتَ عليهِ ، إلا ماتَ ميتةً جاهليةً

“Barang siapa yang tidak suka terhadap suatu hal dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena tidak ada yang memberontak kepada penguasa satu jengkal saja, kemudian ia mati, kecuali ia mati jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 7054, Muslim no. 1849)

Dari Abu Bakrah Nafi bin Al Harits Ats Tsaqafi, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَكرم سُلطانَ اللهِ أَكرمَه اللهُ ، ومَنْ أهانَ سُلطانَ اللهِ أهانه اللهُ

“Barangsiapa yang memuliakan penguasa, maka Allah akan memuliakan dia. Barangsiapa yang menghinakan penguasa, maka Allah akan menghinakan dia.” (HR. Tirmidzi no. 2224, Ahmad no. 20433, dihasankan Al Albani dalam Zhilalul Jannah Takhrij Kitabus Sunnah li Abi Ashim no. 1017)

Dan banyak sekali dalil-dalil lainnya, yang tidak samar lagi bagi para penuntut ilmu.

Ulama juga ijma’ wajibnya mendengar dan patuh kepada ulil amri walaupun fasiq dan zalim. An Nawawi mengatakan,

وأما الخروج عليهم وقتالهم فحرام بإجماع المسلمين وإن كانوا فسقة ظالمين وقد تظاهرت الأحاديث بمعنى ما ذكرته وأجمع أهل السنة على أنه لا ينعزل السلطان بالفسق

“Adapun memberontak kepada ulil amri dan memerangi ulil amri, hukumnya haram berdasarkan ijma ulama. Walaupun ulil amri tersebut fasiq dan zalim. Hadits-hadits yang telah saya sebutkan sangat jelas dan ahlussunnah sudah sepakat tentang tidak bolehnya memberontak kepada penguasa yang fasiq.” (Syarah Shahih Muslim, 12/228)

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan:

قال بن بطال في الحديث حجة في ترك الخروج على السلطان ولو جار وقد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء

“Ibnu Bathal mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat hujjah terhadap haramnya memberontak kepada penguasa (Muslim) walaupun ia zalim. Dan ulama telah ijma akan wajibnya taat kepada penguasa yang berhasil menguasai pemerintahan. Serta wajibnya berjihad bersama dia. Dan taat kepadanya lebih baik daripada memberontak. Karena taat kepadanya akan menjaga darah dan menstabilkan keamanan masyarakat.” (Fathul Bari, 7/13)

Maka mengapa dalil-dalil dan ijma yang terang benderang ini ditinggalkan demi membela pendalilan yang samar? Allahul musta’an.

Kesimpulannya, tidak benar menjadikan hadits di atas sebagai dalil untuk mencela ulil amri di depan publik atau mengajak umat untuk memberontak kepada ulil amri. Ini adalah talbis (upaya menutupi kebatilan sehingga nampak seolah benar) dan mencampurkan yang haq dan yang batil.

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan:

ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة وذكر ذلك على المنابر لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف ، ويفضي إلى الخوض الذي يضر ولا ينفع ، ولكن الطريقة المتبعة عند السلف النصيحة فيما بينهم وبين السلطان ، والكتابة إليه ، أو الاتصال بالعلماء الذين يتصلون به حتى يوجه إلى الخير

“Bukan termasuk manhaj salaf, menyebarkan aib-aib pemerintah dan menyebutkannya di mimbar-mimbar. Karena hal ini akan membawa pada chaos (kekacauan) dan akan hilangnya ketaatan pada pemerintah dalam perkara-perkara yang baik. Dan akan membawa kepada perdebatan yang bisa membahayakan dan tidak bermanfaat. Adapun metode yang digunakan para salaf adalah dengan menasehati penguasa secara privat. Dan menulis surat kepada mereka. Atau melalui para ulama yang bisa menyampaikan nasehat kepada mereka, hingga mereka bisa diarahkan kepada kebaikan.” (Majmu Fatawa wal Maqalat Mutanawwi’ah, 8/194)

Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Wahai Dunia, Inilah Sayyidil Wujud Muhammad! (Bag 1)

Nabi Muhammad Saw di utus untuk merubah pola hidup manusia. Mengembalikan manusia dalam posisi yang sebenarnya, setelah mereka tenggelam dalam kebodohan dan adat jahiliyah yang penuh kedzaliman.

Nabi Muhammad Saw di utus untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan demi kegelapan menuju cahaya. Dan membimbing mereka menuju jalan yang lurus dan mengeluarkan mereka dari penyembahan sesama hamba menuju penyembahan kepada Allah Yang Esa.

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS.At-Taubah:33)

Allah Swt tidak mengutus Nabi Muhammad Saw kecuali hanya karena Rahmat dan Kasih Sayang-Nya pada manusia dan alam semesta. Demi menyelamatkan mereka dari kehancuran dan kerugian. Dan karenanya misi dakwah beliau adalah menyelamatkan seluruh umat manusia.

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiya’:107)

Seruan dan dakwah Nabi Muhammad Saw adalah kunci-kunci kebahagiaan dunia dan agar mereka semua meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Seluruh yang beliau sampaikan adalah ingin mengajak manusia menuju “kehidupan”.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (QS.Al-Anfal:24)

Nabi Muhammad Saw sangat menginginkan kebahagiaan untuk manusia. Beliau rela mengorbankan jiwa dan semua yang dimilikinya demi keselamatan umat manusia.

Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang penuh cinta dan kasih sayang sehingga beliau sedih ketika melihat umatnya dalam kesulitan dan kesengsaraan.

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS.At-Taubah:128)

Sehingga Al-Qur’an menceritakan begitu besarnya rahmat dan kasih sayang Nabi Muhammad Saw kepada umat hingga hampir saja beliau membinasakan diri karena terlalu memikirkan umatnya.

فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا

“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” (QS.Al-Kahfi:6)

Nantikan bagian selanjutnya besok, Insya Allah !

Terapi Istighfar dan Sedekah, Pembuka Rezeki dan Keturunan

SUATU ketika datang seseorang kepada Hasan al Bashri. Dia mengadu soal masa maceklik yang menimpa wilayahnya. Sang ulama lantas berkata kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah.”

Selang beberapa saat, datang seseorang lagi. Dia mengeluhkan kemiskinan yang menghimpitnya. Hasan pun berkata yang sama, “Beristighfarlah kepada Allah.”

Datang lagi laki-laki lain yang meminta, “Doakanlah aku, agar Allah memberiku anak.” Lagi-lagi jawaban Hasan tak berubah, “Beristighfarlah kepada Allah.”

Masih ada laki-laki lain yang berkonsultasi. Kali ini dia mengeluhkan kebunnya yang mengalami kekeringan. Jawaban Hasan persis sama “Beristighfarlah kepada Allah.”

Rupanya ada orang yang mangamati peristiwa di atas. Ia merasa heran, ditanya macam-macam jawabannya sama. Ia lantas bertanya kepada Hasan, “Beberapa orang datang kepadamu mengeluhkan berbagai macam, tetapi engkau menyuruh mereka melakukan hal yang sama. Membaca istighfar. Bagamaimana ini?”

Hasan menjawab, “Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku, selain itu firman Allah.” Hasan, sebagaimana dikutip al-Qurthubi dari Ibnu Shabib, lalu menyitir ayat al-Qur`an yang artinya:

فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّکُمۡ ؕ اِنَّہٗ کَانَ غَفَّارًا

يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,  niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS: Nuh {71}: 10-12)Benar, istighfar  artinya meminta ampun. Tentu saja minta ampun terhadap segala dosa. Kita dianjurkan memperbanyak istighfar.  Rasulullah ﷺ sendiri senantiasa beristighfar.

Dalam  riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ tak kurang seratus kali beristighfar tiap hari. Dalam riwayat lain, disebut tujuh puluh kali. Itu Rasulullah ﷺ, yang sudah dijamin masuk surga. Bagaimana dengan kita?

Mestinya lebih banyak. Manusia adalah tempatnya dosa. Tidak ada manusia tanpa dosa. Kadarnyalah yang berbeda-beda. Tapi dosa kecil maupun dosa besar, sama-sama harus memperbanyak istighfar. Firman Allah yang artinya:

وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS: An- Nuur: 31).

Tentang dahsyatnya istighfar, dalam Musnah Abu Hanifah disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika ada seseorang yang datang menemui Rasulullah  ﷺ. Orang ini berkata, “Wahai Rasulullah, aku sama sekali belum diberi rezeki berupa anak dan aku tidak memiliki anak.”

Rasulullah ﷺ kemudian berkata, “Dimana engekau berbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah maka engkau akan diberi rezeki dengan lantaran keduanya.”

Lelaki itu lalu memperbanyak istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa akhirnya laki-laki itu dikaruniai sembilan anak laki-laki. Masyaallah.

Syaikh ‘Aidh al-Qarni, penulis buku super laris, La Tahzan, dalam sebuah ceramahnya bercerita. Ada seorang mandul tak punya anak. Para dokter sudah angkat tangan. Dan obat-obatan juga sudah tidak mempan lagi. Orang yang mandul itu, lalu bertanya kepada seorang ulama.

Dijawab oleh ulama: “Hendaklah engkau memperbanyak bacaan istighfar di kala Subuh dan sore. Sesungguhnya Allah mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar  ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.” (QS: Nuh: 10-12).’

Lelaki itu nurut. Ia memperbanyak istighfar  terus menerus. Akhirnya, dengan izin Allah SWT, Dia membernya keturunan yang saleh-saleh.

Adapun lafanya, ada beberapa yang tercantum dalam hadis-hadis sahih dan disabdakan secara langsung oleh Rasulullah ﷺ. Di antaranya:

  1. رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Rabbigh-firlii wa tub `alayya innaka anta-tawwaaburrahiim.

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau zat Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang.” (HR Bukhari)

  1. أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ اَلَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullaahal-ladzii laa ilaaha huwal-hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi.

“Aku memohon ampunan kepada Allah, Zat yang tiada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Menegakkan dan aku bertaubat kepada-Nya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim)

  1. أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Astaghfurullaaha wa atuubu ilaih.

Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. (Mutafaqn `alaih).*

HIDAYATULLAH



Ketika Nabi Muhammad Menolak Binasakan Orang Kafir

Nabi Muhammad diutus untuk membawa rahmat.

Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur’an, Bandung, Teguh Turwanto, mengatakan Rasulullah pernah diminta untuk berdoa agar Allah binasakan orang kafir. Namun Rasulullah menolak permintaan itu dan berkata.

“Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.”

Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik.” Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.

Atas dasar penolakan itu, Rasulullah merupakan rahmat bagi semua umat manusia termasuk orang kafir.  Sehingga sudah sepatutnya di bulan Maulid ini semua umat manusia membela dengan meneladani sifatnya yang tanpa cela.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 107.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’ 107).

Dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

“إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ”
Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, Rasulullah Saw bersabda:

إِنِّي رَحْمَةٌ بَعَثَنِي اللَّهُ، وَلَا يَتَوفَّاني حَتَّى يُظْهِرَ اللَّهُ دِينَهُ، لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحِي اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ”

“Sesungguhnya aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku adalah Al-‘Aqib.”

Diriwayatkan oleh Abu Ja’far ibnu Jarir, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.

Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka.

(Diringkas dari kitab tafsir Ibnu Katsir).

Lalu al-Qadhi Iyadh mengutip penjelasan dengan shighat tamridh,

قيل لجميع الخلق: للمؤمن رحمةً بالهداية، ورحمةً للمنافق بالأمان من القتل ورمحةً للكافر بتأخير العذاب

“Dikatakan (kerahmatan Rasulullah) bagi seluruh makhluk. Bagi orang mukmin rahmat dengan hidayah, rahmat bagi orang munafik berupa amannya mereka dari pembunuhan, dan rahmat bagi orang kafir dengan ditundanya azab atas mereka (karena umat terdahulu, azab bagi yang ingkar pada Rasulnya diazab langsung di dunia-pen).” (al-Qadhi ‘Iyadh, al-Syifa’ Bi Ta’rifi Huquq al-Musthafa, hlm. 58).

Syekh Sulaiman al-Jamal, dalam kitab tafsirnya yang berjudul Al-Futuhat al-Ilahiyyah (komentar atas kitab Tafsīr al-Jalalain) mengatakan:

المراد بالرحمة الرحيم. وهو ﷺ كان رحيما بالكافرين أيضا. ألا ترى أنهم لما شجوه وكسروا رباعيته حتى خر مغشيا عليه، قال بعد إفاقته: اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون. فاندفع ما قيل: كيف قال ذلك ذلك مع أن النبي ﷺ لم يكن رحمة للكافرين بل نقمة.

“Yang dimaksud dengan rahmat adalah ar-rahīm (bersifat penyayang). Nabi saw. adalah orang yang bersifat penyayang, tak terkecuali kepada orang kafir. Tidakkah Anda melihat bahwa saat orang kafir melukai Nabi dan mematahkan beberapa gigi beliau hingga beliau terjatuh dan pingsan, lalu ketika sadar beliau berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, berilah petunjuk pada kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu’?!”

“Dengan ini maka terbantahlah pertanyaan yang berupa: ‘Bagaimana Allah berfirman demikian padahal Nabi tidak menjadi rahmat orang kafir dan justru menjadi kutukan.”

KHAZANAH REPUBLIKA


Beberapa Penyebab Ustaz Masuk Neraka

SIAPA yang tahu di akhirat nanti kita akan termasuk ke dalam penghuni neraka atau bahkan penghuni surga. Semua amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia akan diperhitungkan dengan adil.
Di neraka nanti tidak ada yang dapat mengetahui siapa yang akan menjadi penghuninya, tidak menutup kemungkinan untuk para dai/ustaz. Bisa saja orang yang sudah saleh setingkat dai masuk ke dalam neraka. Mengapa bisa demikian? Bukankah para dai selama ini yang selalu menasihati kita, dan memberitahu perkara yang baik? Mengapa orang-orang saleh juga ikut masuk neraka?

Ternyata, para dai yang masuk neraka itu dikarenakan mereka yang selalu memberi nasihat, namun mereka sendiri yang tidak menjalankannya. Astaghfirullahalaziim Agar kita juga tidak ikut terjebak dalam api neraka, berikut ini penjelasannya agar tidak terjadi kekeliruan.

1. Dari Abu Hurairah RA, ia pernah meriwayatkan tentang hadis isra bahwa Rasulullah SAW telah melihat suatu kaum yang memotong lidah dan mulut mereka sendiri dengan menggunakan gunting dari besi. Setiap kali dipotong, lidah-lidah mereka tumbuh kembali dan utuh seperti semula. Tidak ada waktu sebentar pun bagi mereka untuk berhenti melakukannya. Rasulullah SAW bertanya perihal identitas mereka, dan mengapa mereka mendapat siksaan seperti itu. Kemudian malaikat menjawabnya, bahwa mereka adalah para khatib fitnah.

2. Imam Bukhari dan Muslim juga pernah meriwayatkan sebuah hadis dari Usamah bin zaid yang mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kelak di hari kiamat, ada seseorang yang didatangkan lalu dilemparkan ke neraka. Seisi perutnya tiba-tiba keluar dalam neraka. Laki-laki tersebut berputar-putar seperti halnya seekor keledai yang berputar-putar di padang rumputnya.

Para penghuni neraka kemudian berkumpul dan bertanya, Kenapa engkau ini? Bukankah engkau dulu selalu memerintahkan kami untuk mengerjakan kebaikan dan melarang kami mengerjakan kemungkaran? Laki-laki tersebut menjawab, Aku pernah memerintahkan kalian untuk mengerjakan kebaikan namun aku sendiri tidak mengerjakannya. Aku juga melarang kalian untuk tidak mengerjakan kemungkaran namun aku sendiri mengerjakannya,” (HR. Bukhari). []

Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Cable Book/Juni 2012.

INILAH MOZAIK

Harta Melimpah Belum Tentu Berkah

HARTA yang didapatkan dengan cara tidak berkah semisal hasil korupsi, hasil mencuri, hasil riba, hasil menjadi pelacur dan lain-lainnya, tidak akan berkah dan akan cepat hilang tanpa disadari.

Betapa banyak orang yang dahulunya tidak peduli dengan halal dan haramnya harta, setelah hijrah dan bertaubat, dia pun berkata,

“Dulu harta saya banyak, tapi cepat juga habisnya entah ke mana, tanpa saya sadari. Siang-malam saya lembur mencari harta yang banyak, tapi harta itu lenyap dengan cepat. Yang paling miris, saya tidak bahagia dengan harta tersebut. Sekarang setelah hijrah, saya mencari harta yang halal, harta saya cukup untuk hidup dan saya merasakan kebahagiaan.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

.

“Harta halal yang sedikit diberkahi daripada harta haram yang banyak. Harta haram ini cepat hilangnya dan Allah hancurkan.” (Majmu Fatawa, 28: 646)

Hendaknya ini menjadi perhatian kita semua, terutama di zaman ini, zaman yang sudah mendekati akhir zaman di mana orang-orang mulai tidak peduli dengan halal dan haramnya harta yang dia dapatkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alahi wa sallam,

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram”. (HR. Bukhari)

Yang perlu kita cari dari rizki bukan jumlahnya semata, tetapi juga keberkahannya. Dengan harta yang berkah, hidup kita jadi mudah dan dimudahkan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Cara mendapatkan keberkahan adalah dengan ketakwaan, yaitu rasa takut kepada Allah Taala akan harta yang haram dan cara mendapatkannya yang haram. Apabila kita bertakwa, maka Allah Taala akan turunkan keberkahan kepada kita

Sumber: Muslim.or.id

INILAH MOZAIK

Inilah 10 Sahabat Terbaik Hasil Didikan Nabi ﷺ

SETIAP bulan Rabiul Awwal tepatnya tanggal 12 diperingati sebagai hari lahir Nabi Muhammad ﷺ. Pada peringatan kali ini penulis mencoba untuk menelusuri kesuksesan Nabi ﷺ dalam mendidik para sahabatnya sehingga disebut sebagai generasi terbaik.

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad ﷺ adalah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan. Nabi ﷺ bersabda, “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah. (HR Muslim).

Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan nilai emosional yang dilakukan oleh Nabi ﷺ dapat dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa. Keberhasilan pendidikan Nabi ﷺ terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi ﷺ bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalaian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”

Di bawah ini adalah para sahabat hasil didikan ‘madranah’ langsung dari Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Bakar ash-Shiddiq

Beliau adalah orang laki-laki pertama yang beriman, dan merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan Surga. Dengan dakwahnya, banyak sahabat masuk Islam, seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk yang mendapat dijaminan masuk Surga.

Abu Bakar adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan diri, kaya harta, berakhlak mulia, dan kesempurnaan iman. Namanya menjadi hiasan Al-Quran, yang mengisyaratkan tentang sikap dan perilaku Abu Bakar (QS al-Lail [92]: 5-7; QS Al-Lail [92]: 17-21; dan QS Fushshilat [41]: 30.

Pada masa kekhalifahannya, selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari, Abu Bakar berhasil menghimpun Al-Quran, memerangi orang-orang murtad dan yang enggan membayar zakat. Dan selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 142 hadis Nabi ﷺ.

Umar bin Al-Khathab

Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam sesudah kenabian. Beliau pertama masuk Islam, dan termasuk sahabat yang disegani.

Banyak ayat Al-Quran yang diturunkan membenarkan pendapat Umar bin Khathab, di antaranya adalah ketika terjadi fitnah dan berita bohon yang menyangkut Aisyah RA, kemudian turunlah firman Allah SWT, antara lain QS an-Nur [24]: 16; QS al-Maidah [5]: 90; QS al-Munafiqun [63]: 8; dan QS at-Taubah [9]: 84.

Pada masa kekhalifahannya, selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, banyak wilayah yang berhasil ditaklukkan seperti Syam, Iraq, Persbeliau, Mesir, Burqah (nama daerah di Libia), Azerbaijan,

Mencetak uang dirham dengan cap “Alhamdulillah” pada satu sisinya dan di sisi lainnya tertulis cap “La ilaha illa Allah” dan “Muhammad Rasulullah”; yang pertama menetapkan tahun hijrah sebagai kalender Islam; meriwayatkan sebanyak 527 hadis.

Umar bin Khathab meninggal pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi dan Abu Bakar saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Nabi dan makam Abu Bakar.

Utsman bin Affan

Beliau masuk Islam setelah dbeliaujak oleh Abu Bakar, dan termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk Surga. Digelari Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi ﷺ. Setelah Ruqayyah menbeliaunggal beliau menikahi Ummu Kultsum.

Utsman menjabat khalifah selama 11 tahun 11 bulan 14 hari. Beliau berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Quran. Pada masa pemerintahannya, wilayah Afrika, Cyprus, Tabaristan, Khurrasan, Armenia, Qauqaz, Kirman, dan Sajastan berhasil dibebaskan. Beliau orang pertama memperluas Masjidil Haram dan Nabawi, membangun pangakalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan membangun gedung peradilan.

Selama hidupnya, meriwayatkan 146 hadis dari Nabi ﷺ. Beliau meninggal dunia pada tahun 35 H dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Ali bin Abi Thalib

Beliau masuk Islam pada usia sepuluh tahun karena pada usia itulah diumumkan dakwah Islam, dan termasuk sahabat yang diberitakan jaminan Surga.  Beliau orang pertama yang mengorbankan dirinya demi dakwah Islam.

Pada malam hijrah, Nabi ﷺ menugaskan Ali untuk tidur di tempat tidur beliau. Beliau ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang-orang musyrik pada pagi harinya.

Ali menjabat khalifah selama 4 tahun 8 bulan, selama hidupnya meriwayatkan 586 hadis. Beliau meninggal pada 17 Ramadhan 40 H, dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Kufah.

Zubair bin Awwam

Beliau masuk Islam pada usia lima belas tahun dan hijrah dalam usia delapan belas tahun setelah menderita penganiayaan dan siksaan yang bertubi-tubi. Dalam Perang Al-Jamal, beliau mengundurkan diri dari barisan pasukan Mu’awiyah setelah diingatkan oleh Ali dengan sabda Nabi ﷺ;  “Wahai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?” Zubair menjawab, “Tidakkah aku mencintai putra pamanku sendiri (dari pihak ibu dan bapak) dan orang yang seagama denganku?” Beliau mengatakan, “Wahai Zubair, demi Allah, kelak kamu akan memeranginya (Ali) dan kamu berlaku aniaya terhadapnya.”

Mendengar hadits Nabi ini, beliau langsung mengundurkan diri dari Pasukan Mu’awiyah dan tidak mau memerangi Ali.

Setelah menarik diri dari perang tersebut, Amr bin Jurmuz membuntutinya, lalu membunuhnya pada saat Zubair sedang shalat. Kejadian ini terjadi pada tahun 36 H. Semasa hidupnya beliau meriwayatkan 38 hadis.

Sa’ad bin Abi Waqash

Beliau termasuk orang yang awal masuk Islam dan pada saat itu usianya baru 17 tahun. Beliau pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Iraq.

Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Beliau meninggal di istananya di daerah Al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Beliau adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin, meninggal pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya meriwayatkan 271 hadis.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah

Ketika Perang Badar, beliau ikut memperkokoh dan membela kaum Muslimin, sedangkan ayahnya berada dalam barisan kaum Quraisy yang musyrik dan kafir. Dalam perang tersebut, ayahnya selalu memburunya, tetapi selalu mengelak, menghindar dan menjauh.

Ayahnya tidak menyadari kenapa sang anak sengaja menghindar. Karena penasaran, ayah Ubaidah terus mengubernya hingga tak ada pilihan lain untuk Abu Ubaidah selain menghadapinya.

Dalam perang itu Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya yang terus mendesak dan melawannya. Walaupun hatinya terasa berat tapi demi menegakkan amanat Allah dan Rasul-Nya, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya.

Ketika menjabat sebagai panglima perang, Abu Ubaidah berhasil membebaskan Kota Damaskus, Himsh, Anatokia, Ladziqiyah, Halb, dan pada akhirnya seluruh wilayah Syam dapat dibebaskan. Semasa hidupnya meriwayatkan 14 hadis, dan meninggal dunia pada tahun 18 H, jasadnya dimakamkan di Ghorbaristan.

Abdurrahman bin Auf

Beliau masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Abdurrahman sangat mahir dalam berdagang.

Beliau memulai usaha dengan berdagang keju dan minyak samin. Tidak lama kemudian sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha keuntungan dagangnya. Dan, Abdurrahman menguasai perekonomia dan keuangan.

Dalam sehari, Abdurrahman memerdekakan 30 budak, banyak mendermakan harta kepada fakir miskin, kepada istri-istri Nabi, untuk keperluan militer, dan ketika akan meninggal mewasiatkan 400 dinar bagi setiap orang yang ikut dalam Perang Badar. Di samping itu, juga mewasiatkan 1000 ekor kuda dan 50.000 dinar untuk perjuangan di jalan Allah.

Abdurrahman bin Auf meninggal dunia di usia 75 tahun, dimakankan di Makam al-Baqi. Selama hidupnya meriwayatkan 65 hadits.

Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah adalah salah seorang dari kaum Muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Suatu hari istrinya, Su’dan binti Auf, melihat Thalhah murung dan duduk termenung.

Melihat keadaan suaminya, sang istri menanyakan sebab kesedihannya. Thalhah mengatakan, “Uang yang ada di tanganku ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan?”

Istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikan saja kepada fakir miskin.” Maka dibagikanlah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepersen pun.

Thalhah meninggal dalam usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 38 hadits.

Sa’id bin Zaid

Sa’id bin Zaid termasuk gelombang pertama yang masuk Islam sebelum Nabi ﷺ memasuki Darul Arqam. Beliau memeluk Islam sebelum Umar bin Khathab. Istrinya adalah adiknya Umar, yaitu Fathimah binti Khathab.

Dalam usianya yang mencapai tujuh puluh tahun lebih, Sa’id selalu siap terjun ke medan perang, dan lebih condong memilih pendekatan dirinya dengan Masjid Nabawi. Di situ beliau menunaikan shalat fardhunya dengan khusyu dan sambil mengenang masa lalu.

Sa’id meninggal di Al-Aqiq, dekat Kota Madinah, tahun 51 H, dan dimakamkan di Kota Madinah. Selama hidupnya meriwayatkan 48 hadits.

Itulah sebagian dari sahabat hasil pendidikan Nabi ﷺ.

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS: Yusuf [12]: 111).

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup para sahabat sehingga dapat bertemu mereka di Surga-Nya bersama Nabi ﷺ yang senantiasa kita rindukan. Amin.

*/H Imam Nur Suharnopenulis buku Muhammad ﷺ The Great Educator, dan Kepala Divisi HRD Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH



Labbaika Ya Rasulullah!

llah Swt Berfirman :

إِنَّا كَفَيۡنَٰكَ ٱلۡمُسۡتَهۡزِءِينَ

“Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau).” (QS.Al-Hijr:95)

Semua orang mengenal keagungan dan kemuliaan akhlak Sayyidul Wujud Muhammad Saw. Dunia secara umum telah mengakuinya. Namun masih saja disana banyak musuh Islam yang ingin merendahkan dan menghina Nabi Muhammad Saw.

Karikatur Denmark, film dari Belanda dan hari-hari ini Perancis juga ikut melecehkan Nabi Muhammad Saw dengan cara-cara yang sangat keji.

Kita yakin bahwa apapun yang mereka lakukan tidak akan mampu menggoyahkan kemuliaan Baginda Nabi Saw. Mereka hanya bangkai-bangkai kecil yang tidak akan pernah memcemari lautan yang begitu luas.

Setiap kali mereka ingin merendahkan dan menghina kemuliaan Nabi Muhammad Saw, di saat itu pula manusia akan berbondong-bondong ingin mengenal sosok mulia Nabi Muhammad Saw.

Di sisi lain Allah Swt telah menjamin akan membalas setiap hinaan yang di arahkan kepada kekasih-Nya, Muhammad Saw.

إِنَّا كَفَيۡنَٰكَ ٱلۡمُسۡتَهۡزِءِينَ

“Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau).” (QS.Al-Hijr:95)

Ayat ini menggunakan bentuk fi’il madhi sebagai isyarat bahwa pasti, pasti dan pasti Kami (Allah) akan membelamu wahai Muhammad di hadapan orang-orang yang merendahkanmu.

Tetapi walaupun Allah Swt telah menjamin akan membalas hinaan orang-orang tersebut, kita sebagai seorang muslim yang mencintai Nabi harus melakukan pembelaan kepada beliau. Kita harus memiliki keyakinan bahwa semua yang kita miliki ini murah demi membela kemuliaan Sayyidul Wujud Muhammad Saw.

Rapatkan barisan agar musuh sadar bahwa kaum muslimin bersatu dan kuat. Karena apabila mereka melihat kita bertengkar di dalam, maka mereka akan lebih berani untuk menghina Nabi kita.

Tampilkan keindahan akhlak yang di contohkan oleh Nabi Muhammad Saw sehingga mereka melihat bahwa inilah pengikut Nabi Muhammad yang sejati !

Dan yang tak kalah penting adalah kita memanfaatkan media yang kita miliki untuk selalu menampilkan akhlak-akhlak mulia beliau. Khususnya di momen bulan Maulid ini adalah momen yang paling pas untuk mengenalkan Nabi Muhammad kepada manusia.

Dan yang terakhir, belajar lah untuk memboikot barang-barang yang di produksi oleh Negeri yang membenci Nabi kita Muhammad Saw. Sebagai bentuk protes kita atas sikap keji mereka.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Pertanyaan Di Alam Kubur Beserta Penjelasannya

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, tanpa ada pengecualian. Hanya Allah Yang Maha Hidup tidak akan mati, semua makhluk hidup di alam semesta ini, jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki hilangnya nafas kehidupan mereka, maka tak ada satupun yang bisa berpaling dan berlepas diri.

Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS. Ali Imran/3: 185).

Salah satu rukun iman yang enam adalah beriman tentang adanya hari akhir. Iman kepada hari akhir maknanya adalah beriman terhadap segala peristiwa yang terjadi setelah kematian yang telah dijelaskan secara umum dalam Al Qur’an atau pun yang telah disampaikan secara rinci oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui lisan beliau. Dengan demikian, iman kepada hari akhir mencakup juga iman terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di alam kubur, diantaranya adalah pertanyaan dua malaikat, juga iman terhadap nikmat dan siksa kubur. Inilah akidah Ahlus sunnah wal jama’ah.

1. Kengerian Alam Kubur

Gelapnya alam kubur, himpitannya yang sangat mengerikan menjadi kengerian tersendiri bagi para penghuni kubur. Dalam sebuah riwayat adalah Hani radhiallahu ‘anhu, bekas budak sahabat mulia ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu pernah berkisah, beliau menceritakan keadaan tuannya pada waktu itu,

“Kebiasaan ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau radhiallahu ‘anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini melihat kuburan, mengapa demikian?’
Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sesungguhnya kuburan adalah fase pertama alam akhirat. Jika seseorang selamat di fase pertama ini, selanjutnya akan lebih mudah. Tetapi jika gagal di fase pertama ini, fase setelahnya akan semakin berat.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda;

مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

“Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2308, Ibnu Majah, no. 3461, dan lainnya; dinilai hasan oleh Al hafizh Ibnu Hajar dalam Al futuhat Rabbaniyyah, 4/192)

2. Fitnah Kubur, Ujian Pertama Di Akhirat

Kebanyakan manusia tidak mau tahu bahwa kelak di dalam kubur setiap jenazah bakal mengalami fitnah (ujian) berat. Sedemikian beratnya fitnah itu sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkannya sebagai fitnah yang menyerupai fitnah Dajjal. Inilah peristiwa besar pertama di alam akhirat yang akan dilalui oleh manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

قَدْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي الْقُبُورِ قَرِيبًا مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di kubur kalian setara atau hampir sama dengan fitnah Dajjal”
(HR. Bukhari, no. 1373 secara ringkas, dan An Nasai, no. 2062).

3. Apa Itu Fitnah Kubur?

Fitnah kubur adalah ujian untuk ruh berupa pertanyaan dua orang malaikat, Munkar dan Nakir.
Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihiy rahimahullah menjelaskan

ﻭﺍﻟﻔﺘﻨﺔ : ﺍﻻﺧﺘﺒﺎﺭ ﻭﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ ، ﻓﻴﺄﺗﻲ ﻧﻜﻴﺮ ﻭﻣﻨﻜﺮ ﻳﺒﺘﻠﻴﺎﻧﻪ ﻭﻳﺨﺘﺒﺮﺍﻧﻪ ﺑﺎﻟﺴﺆﺍﻝ : ﻣﻦ ﺭﺑﻚ؟ ﻣﺎ ﺩﻳﻨﻚ؟ ﻭﻣﻦ ﻧﺒﻴﻚ؟ ﺛﻢ ﺗﺄﺗﻲ ﺍﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ، ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺑﺎﻟﺴﺆﺍﻝ ﺛﻢ ﻳﻌﺬﺏ ، ﻓﺎﻟﻌﺬﺍﺏ ﺷﻲﺀ ﻭﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﺷﻲﺀ

Fitnah kubur adalah ujian, di mana malaikat Nakir dan Mungkir menguji dengan memberikan pertanyaan: ‘Siapa Rabb-mu, Apa agama-mu dan siapa Nabi-mu’, lalu memberikan hukuman setelahnya (apabila tidak bisa menjawab). Adzab kubur dan fitnah kubur adalah suatu hal yang berbeda.
(lihat Syarh Sunnah Al-Barbahary, sumber link: (http://majles.alukah.net/t89962/)

Hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan adanya fitnah kubur mencapai derajat mutawatir dari segi makna, diriwayatkan dari sejumlah sahabat semisal Al Baraa bin ‘Azib, Anas bin Malik, Abu Hurairah, dan selain mereka radhiallahu ‘anhum ajma’in.

4. Pertolongan Menjawab Pertanyaan Di Alam Kubur

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, fitnah kubur adalah ujian yang tidak biasa. Sebab, bukan semata lisan dan pengetahuan yang akan menjawabnya. Namun, keimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya yang akan menjadi penentunya. Orang yang beriman akan ditolong untuk bisa menjawab pertanyaan dengan “qaulus tsabit”, sedangkan orang kafir dan munafik tidak bisa menjawab dan diadzab. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala;

ﻳُﺜَﺒِّﺖُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْﻝِ ﺍﻟﺜَّﺎﺑِﺖِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻳُﻀِﻞُّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻭَﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎﺀُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”
(QS. Ibrahim: 27).

Jangan pernah menyamakan antara menjawab pertanyaan fitnah kubur dengan menjawab pertanyaan biasa, walaupun kita hapal jawabannya, belum tentu kita mampu menjawab. Karena perkara dunia berbeda dengan perkara di alam akhirat.

5. Apakah Mayat Yang Tidak Dikubur Juga Ditanya?

Seseorang yang meninggal karena dimangsa hewan buas, atau tenggelam di lautan dan mayatnya tidak ditemukan, ia akan tetap mendapatkan pertanyaan kubur beserta siksa atau nikmat kubur. Akan tetapi, bagaimana caranya dan dimana dia ditanya, wallaahu a’lam, kita tidak tahu. Beriman terhadap hal ini termasuk beriman terhadap hal yang ghaib sehingga tidak ada ruang bagi akal untuk menerka-nerka.

6. Perjalanan Panjang Ruh Di Akhirat

Dalam sebuah hadits yang panjang dari sahabat Al Baraa bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan perjalanan pertama ruh di alam barzakh, “Sesungguhnya hamba yang beriman bila bersiap menghadapi alam akhirat dan meninggalkan dunia, malaikat-malaikat akan turun kepadanya seakan-akan wajah mereka seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga.

Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di sisi kepalanya lantas berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan ridha Allah!”. Keluarlah ruhnya mengalir (dari jasadnya) seperti mengalirnya air dari wadah.
Kemudian rombongan malaikat (yang membawa kafan dan wewangian dari surga) langsung mengambil ruh tersebut dan tidak membiarkannya tetap di tangan malaikat maut walau sekejap mata. Kemudian mereka memakaikan ruh tersebut kafan dan wewangian dari surga. Terciumlah bau kasturi yang paling wangi yang pernah ada di atas muka bumi dari ruh tersebut.

Para malaikat lalu naik membawa ruh tersebut. Tibalah rombongan malaikat tersebut ke langit. Mereka meminta izin supaya pintu langit dibukakan untuk mereka. Kemudian dibukalah pintu langit. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya.

Hingga tibalah para malaikat ke langit yang di atasnya ada Allah. Allah ‘Azza wa Jalla lalu berfirman, “Tulislah nama hamba-Ku ini di ‘illiyyin. Kemudian kembalikanlah ia ke bumi. Karena darinyalah Aku menciptakan mereka, kepadanya Aku mengembalikan mereka, dan darinya pula Aku membangkitkan mereka di kesempatan yang lain” Lalu ruh tersebut pun dikembalikan ke jasadnya.

ﻓَﻴَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻣَﻠَﻜَﺎﻥِ ﻓَﻴُﺠْﻠِﺴَﺎﻧِﻪِ : ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻣَﻦْ ﺭَﺑُّﻚَ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺭَﺑِّﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻣَﺎ ﺩِﻳﻨُﻚَ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺩِﻳﻨِﻲَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑُﻌِﺚَ ﻓِﻴﻜُﻢْ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻫُﻮَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻭَﻣَﺎ ﻳُﺪْﺭِﻳْﻚَ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻗَﺮَﺃْﺕُ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺂﻣَﻨْﺖُ ﺑِﻪِ ﻭَﺻَﺪَّﻗْﺖُ ﻓَﻴُﻨَﺎﺩِﻱ ﻣُﻨَﺎﺩٍﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ : ﺃَﻥْ ﻗَﺪْ ﺻَﺪَﻕَ ﻋَﺒْﺪِﻳﻔَﺄَﻓْﺮِﺷُﻮﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ‏( ﻭَﺃَﻟْﺒِﺴُﻮﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ‏) ﻭَﺍﻓْﺘَﺤُﻮﺍ ﻟَﻪُ ﺑَﺎﺑًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ , ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻣِﻦْ ﺭَﻭْﺣِﻬَﺎ ﻭَﻃِﻴﺒِﻬَﺎ ﻭَﻳُﻔْﺴَﺢُ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻣَﺪَّ ﺑَﺼَﺮِﻩِ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ ﺣَﺴَﻦُ ﺍﻟْﻮَﺟْﻪِ ﺣَﺴَﻦُ ﺍﻟﺜِّﻴَﺎﺏِ ﻃَﻴِّﺐُ ﺍﻟﺮِّﻳﺢِ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﺑْﺸِﺮْ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺴُﺮُّﻙَ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻣُﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻛُﻨْﺖَ ﺗُﻮﻋَﺪُ , ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ : ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﺖَ , ﻓَﻮَﺟْﻬُﻚَ ﺍﻟْﻮَﺟْﻪُ ﻳَﺠِﻲﺀُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻴْﺮِ , ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢُ , ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺭَﺏِّ ﺃَﻗِﻢِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺭْﺟِﻊَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻫْﻠِﻲ ﻭَﻣَﺎﻟِﻲ

Artinya :
Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu? “Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.

Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”.
Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?”
Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”.
Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (yang artinya):

“Sesungguhnya hamba yang kafir jika akan berpisah dengan dunia dan menghadapi akhirat, turunlah rombongan malaikat berwajah hitam kepadanya sambil membawa kain wol kasar.

Datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lantas berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju murka dan amarah Allah!”. Maka ruhnya terpencar-pencar di dalam jasadnya. Malaikat maut kemudian mencabut nyawanya seperti orang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Setelah malaikat mau mencabutnya, rombongan malaikat berwajah hitam langsung mengambil ruh tersebut dalam sekejap dan membungkusnya dengan kain wol kasar. Keluarlah bau paling busuk yang pernah tercium di atas muka bumi.

Lalu ruh tadi di bawa ke langit. Hingga sampailah mereka ke langit dunia, lalu meminta izin agar dibukakan pintu langit, namun tidak diizinkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat (yang artinya), “Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai unta bisa memasuki lubang jarum” (QS. Al A’raaf: 40)

Lalu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Tulislah namanya di Sijjin di bumi paling bawah”. Dicampakkanlah ruh tersebut.

Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat (yang artinya), “Barang siapa mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al Hajj: 31)

ﻭَﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻣَﻠَﻜَﺎﻥِ ﻓَﻴُﺠْﻠِﺴَﺎﻧِﻪِ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻣَﻦْ ﺭَﺑُّﻚَ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻫَﺎﻩْ ﻫَﺎﻩْ ﻟَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ : ﻣَﺎ ﺩِﻳﻨُﻚَ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻫَﺎﻩْ ﻫَﺎﻩْ ﻟَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑُﻌِﺚَ ﻓِﻴﻜُﻢْ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻫَﺎﻩْ ﻫَﺎﻩْ ﻟَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻓَﻴُﻨَﺎﺩِﻱ ﻣُﻨَﺎﺩٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺃَﻥْ ﻛَﺬَﺏَ ﻓَﺎﻓْﺮِﺷُﻮﺍ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺍﻓْﺘَﺤُﻮﺍ ﻟَﻪُ ﺑَﺎﺑًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻓَﻴَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻣِﻦْ ﺣَﺮِّﻫَﺎ ﻭَﺳَﻤُﻮﻣِﻬَﺎ ﻭَﻳُﻀَﻴَّﻖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﺒْﺮُﻩُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺨْﺘَﻠِﻒَ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺿْﻠَﺎﻋُﻪُ ﻭَﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ ﻗَﺒِﻴﺢُ ﺍﻟْﻮَﺟْﻪِ ﻗَﺒِﻴﺢُ ﺍﻟﺜِّﻴَﺎﺏِ ﻣُﻨْﺘِﻦُ ﺍﻟﺮِّﻳﺢِ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﺑْﺸِﺮْ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺴُﻮﺀُﻙَ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻣُﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻛُﻨْﺖَ ﺗُﻮﻋَﺪُ , ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﺖَ ﻓَﻮَﺟْﻬُﻚَ ﺍﻟْﻮَﺟْﻪُ ﻳَﺠِﻲﺀُ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮِّ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ﺍﻟْﺨَﺒِﻴﺚُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺏِّ ﻟَﺎ ﺗُﻘِﻢِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔَ

Artinya :
Lalu ruh tadi dikembalikan ke jasadnya. Datanglah dua malaikat dan memerintahkannya untuk duduk. Keduanya bertanya, “Siapa Rabb-mu?”. Dia menjawab, “Hah…hah… Tidak tahu”
Malaikat bertanya lagi, “Apa agamamu?”. Ia menjawab, “Hah … hah … Tidak tahu”
Malaikat bertanya lagi, “Siapa orang yang telah diutus kepada kalian?”. Ia kembali menjawab, “Hah…hah… Tidak tahu”

Kemudian terdengar suara dari langit, “Hamba-ku berdusta. Hamparkanlah neraka untuknya dan bukakanlah pintu menuju neraka”. Maka hawa panas dan bau busuk neraka menghampiri orang tersebut. Kemudian kuburnya disempitkan sampai tulang rusuknya patah dan bersilangan.”

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?”
Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”
(HR. Ahmad, no. 18557, Abu Daud, no. 4753 dan lainnya secara ringkas; dinilai shahih oleh ahli hadits syaikh Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1672).

7. Berlindung Dari Fitnah Kubur

Diantara cara untuk berlindung dari fitnah kubur adalah dengan mengucapkan doa berikut di penghujung shalat, selepas tasyahhud akhir sebelum salam,

وعن أَبي هريرة رضي الله عنه : أنَّ رسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أرْبَعٍ ، يقول : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ

Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan mengucapkan,

‘ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAM, WA MIN ‘ADZABIL QOBRI, WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT, WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAAL’
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim, no. 588).

Dan setelah fitnah kubur, seseorang akan mendapatkan nikmat atau adzab kubur sesuai dengan kemampuannya menjawab pertanyaan dua malaikat; Munkar dan Nakir, sembari menunggu keputusan Allah ‘Azza Wa Jalla akan datangnya hari kebangkitan. Semoga Allah Yang Maha Pemurah meneguhkan hati kita semua baik ketika di dunia maupun di akhirat. Wallaahul muwaffiq.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله

BIMBINGAN ISLAM

Keistimewaan dan Fadhilah Bulan Maulid Nabi

BAGI umat muslim, bulan Rabiul Awal adalah bulan yang dimuliakan dan bulan yang ditunggu-tunggu. Sebab di bulan inilah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Bertepatan pada hari senin, 12 Rabiul Awal di tahun gajah.

Terdapat sejumlah keutamaan yang ada di bulan Rabiul Awal yaitu sejumlah peristiwa penting seperti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke kota Madinah dan masih banyak yang lainnya. Ketika sudah memasuki bulan Rabiul Awal, maka alangkah baiknya kita sebagai umat muslim untuk mengerajakan amalan di bulan Rabiul Awal. Beginilah 4 amalan di bulan Rabiul Awal yang harus kita ketahui.

Dibawah ini merupakan bentuk dari sebuah amalan-amalan yang harus kita ketahui dan kita laksanakan di bulan Rabiul Awal, karena banyak sekali pahala yang akan didapatkan. Berikut amalannya :

1. Membaca sholawat Nabi

Sebagaimana ketika kita membaca tasyahud akhir ketika sholat. Inilah sholawat ini lah yang paling diagungkan oleh para sahabat Nabi dan generasi penerusnya. Di antara bentuk bacaan sholawat Nabi yang utama dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ialah :

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kamma shallaita ala Ibrahim wa ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kama barakta ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim, innaka Hamidum Majid)

Artinya : “Ya Allah. Berilah (yakni, tambahkanlah) sholawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi sholawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha terpuji (lagi) Maha Mulia.” (HR. Bukhari dan Muslim)


2. Memperbanyak sedekah

Memperbanyak sedekah tidak akan membuat kita menjadi miskin. Bahkan sebaliknya dengan banyak bersedakh maka akan semakin banyak pula rezeki yang kita punya. Keberkahan adalah berkumpulnya orang yang selalu melakukan dan mendapatkan kebaikan.

3. Melaksanakan puasa sunnah

Melakukan puasa sunnah seperti senin dan kamis, serta puasa tengah bulan Yaumul Bids pada tanggal 13-14-15 Hijriyah. Karena dengan berpuasa sunnah pada tanggal tersebut pahala kita akan dilipat gandakan oleh Allah SWT.


4. Memperbanyak amalan kebaikan

Bagi kita semua alangkah baiknya untuk melakukan dan mengerjakan amal yang baik-baik. Jangan sampai kita melakukan amalan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT dan bersifat maksiat. Orang-orang zaman dahulu pernah mengatakan, bahwa di bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW ini pantang untuk melakukan segala bentuk maksiat.

Demikianlah 4 Amalan di Bulan Rabiul Awal, semoga kita semua bisa menjaga amalan yang baik-baik di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan menjaga semua tingkah laku kita semua, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sumber: Umma.id

INILAH MOZAIK