5 Keajaiban Sedekah yang dapat Membuatmu Bahagia

Sedekah atau Shadaqah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infaq. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta, namun, mencangkup segala amal atau perbuatan baik.

Allah berfirman di dalam  Surat An-Nisa Ayat 114 yang artinya :

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar.”

Di dalam surat itu dijelaskan bahwa bersedekah merupakan upaya menemukan ridho Allah. Sedekah mengundang pahala dan kebaikan bagi pelaksananya.

Hukum sedekah dalam Islam ialah sunah atau dianjurkan. Jadi, apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Apabila ditinggalkan juga tidak mendatangkan dosa.

Namun, sedekah dapat berubah hukumnya menjadi wajib jika seorang muslim telah mampu dan berkecukupan berjumpa dengan orang lain yang kekurangan.

Allah sangat menyukai orang-orang bersedekah sebagaimana dikutip dari surat Al-Baqarah ayat 276 yang artinya :

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”

hadis sedekah yang paling utama diriwayatkan Abu Hurairah R.A. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada bulan Ramadan, Allah SWT membuka pintu pahala seluas-luasnya. Jaminan ganjaran pahala yang berlipat ganda membuat umat Muslim banyak berlomba-lomba berbuat kebaikan, bersedekah, dan beribadah saat Ramadan. Tak hanya kabar gembira soal pahala, bersedekah juga memberikan manfaat bagi si pemberi dan penerima.

Berdasarkan penelitian dari Harvard Business Scholl, kebiasaan memberi atau membantu sesama akan membuat mereka, para donatur merasa lebih bahagia. Penelitian tersebut menggambarkan bahwa kebiasaan memberi atau bersedekah dengan tulus membantu dan perasaan bahagia membentuk sebuah lingkaran yang saling terhubung. Orang yang bersedekah akan merasa hidupnya lebih bahagia dan orang yang merasa bahagia akan lebih banyak bersedekah. Begitu seterusnya.

Berikut ini keutamaan dan 5 keajaiban bersedekah yang dapat membuatmu bahagia :

  1. Sedekah Merupakan Bentuk Rasa Syukur

Sedekah bisa dilakukan dalam berbagai cara. Sedekah juga jadi salah satu cara untuk bersyukur kepada Allah SWT. Salah satu hadist tentang sedekah:

“Setiap persendian manusia wajib disedekahi, setiap hari yang padanya matahari terbit. Beliau bersabda,”Mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, membantu seseorang dalam masalah kendaraannya lalu menaikannya ke atas kendaraannya atau mengangkat bawang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Beliau bersabda, “(Mengucapkan) kalimat yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dia berjalan menuju masjid untuk sholat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

  1. Bisa Menolak Munculnya Penyakit

Bila kamu sakit, bersedekahlah. Ini merupakan salah satu keajaiban sedekah anak yatim. Bila sudah bersedekah dan belum juga sembuh, maka perbanyaklah lagi sedekah. Allah sedang mendengarkan doa orang-orang yang pernah kamu beri sedekah.

Keajaiban sedekah dan istighfar tidak hanya dapat membuat kamu sembuh dari penyakit. Sedekah juga bisa mencegah penyakit. Bila ada orang bermaksud jahat atau penyakit menyerang, sedekah akan menangkal bala.

Dalam sebuah hadist, Nabi SAW berpesan:

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Beliau menjawab” “Bersedekahlah sedangkan kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih berkeinginan kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai tenggorokan, maka kamu baru berkata: “Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hal si fulan (ahli warisnya),” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Dimudahkan Mencari Rezeki Halal

Sedekah akan membuat kamu selalu ingat, bahwa kamu bekerja di bawah pengawasan Allah SWT. Inilah sebabnya, sedekah akan membuat kamu berusaha mengumpulkan rezeki dengan cara yang halal.

Rezeki halal yang dimakan seseorang akan membuat orang tersebut mudah mensyukuri anugerah yang diberikan Allah. Seperti dalam firman Allah SWT berikut:

“Maka makanlah yang halal lagi baik dan rezeki yang telah diberikan Allah kepada kalian. Dan syukurilah nikmat Allah jika kalian hanya kepada-Nya saja beribadah”. (An-Nahl:114).

  1. Harta yang Disedekahkan akan Kekal di Sisi Allah

Harta yang kita sedekahkan di jalan Allah akan membantu kita kelak di akhirat. Allah nantinya akan menyimpan harta yang umatnya sedekahkan, dalam hadist yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang bersedekah senilai dengan satu butir kurma dari hasil usaha yang halal dan Allah tidak menerima kecuali yang halal, maka Allah menerimanya dengan tangan kananNya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala kembangbiakkan sedekah itu untuk orang yang bersedekah seperti salah satu diantara kalian mengembangbiakkan anak kudanya sehingga semakin banyak sampai seperti gunung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada pula keajaiban sedekah subuh yang pahalanya ratusan ribu kali lipat. Yakni, sedekah kepada orang tua, hingga sedekah kepada ulama atau fuqaha.

  1. Sedekah Melipatgandakan Pahala

Perbanyaklah bersedekah sebagai amalan hari Jumat. Sedekah bisa berupa uang, makanan, atau lainnya. Jangan takut uang menjadi habis jika bersedekah. Karena keajaiban sedekah di hari Jum’at adalah Allah akan melipatgandakan pahala sedekah. Bahkan Allah akan menambah rezeki jika kita bersedekah. Nabi bersabda :

“Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan”. (Imam al-Syafi’i, al-Umm, juz 1, hal. 239). (rin)

BAZNAS

Bergembira Sebagai Seorang Muslim

Segala puji bagi Allah. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah. Amma ba’du. Allah Ta’ala berfirman,

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan kepada-Nya. Dan janganlah kamu meninggal, kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Menjadi muslim merupakan kebahagiaan. Bagaimana tidak? Sebab dengan memeluk Islam kita bisa merasakan nikmatnya hidayah. Tahukah anda, seberapa besar keagungan nikmat ini?

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ بَعَثَ فِیهِمۡ رَسُولࣰا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینٍ

Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada orang-orang yang beriman, yaitu ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah), padahal sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)

Seorang ahli tafsir kontemporer kenamaan Syekh As-Sa’di rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) mengatakan, “Nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya ini merupakan nikmat yang terbesar, bahkan itulah pokok seluruh kenikmatan yang ada; yaitu karunia kepada mereka dengan diutusnya Rasul yang mulia ini yang dengan perantara (dakwah)nya Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan menjaga mereka dari kehancuran…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 155)

Ketika menguraikan ayat di atas, Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri hafizhahullah (semoga Allah menjaganya) mengatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari ayat ini adalah, “Islam merupakan kenikmatan yang paling agung dan paling mulia bagi umat Islam. Maka, wajib untuk menyukurinya dengan mengamalkan (ajaran)nya serta mengikatkan diri dengan aturan syari’at dan hukum-hukum-Nya.” (Aisar At-Tafasir, Makt. Asy-Syamilah)

Maka, menjadi seorang muslim adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan kenikmatannya, karena betapa agungnya nikmat ini. Inilah kenikmatan yang membuat para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum rela mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa mereka untuk berjihad di jalan-Nya. Dahulu, ketika belum mengenal Islam, ada di antara mereka yang begitu benci kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, setelah mereka mengenal kebenaran Islam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berubah menjadi manusia di atas muka bumi ini yang paling mereka cintai.

Ini bukan dongeng atau khayalan. Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu mengatakan (setelah masuk Islam) bahwa dulu (di masa jahiliah) tidak ada orang yang lebih dia benci daripada beliau (Nabi). Namun tatkala sudah masuk Islam, maka tidak ada lagi orang yang lebih dia cintai daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. (lihat Kitab At-Tauhid li Shaffits Tsalits Al-‘Ali, hal. 66)

Oleh sebab itu, merupakan sebuah keburukan dan tindakan yang amat ceroboh tatkala banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan nikmat ini, bahkan menelantarkannya. Benarkah demikian? Lihatlah di sekeliling anda, berapa banyak kaum muslimin yang hidup di negeri ini? 100 juta lebih bukan? Jutaan manusia mengucapkan la ilaha illallah, namun banyak di antara mereka yang belum mengerti kandungan kalimat syahadat yang agung ini. Apa buktinya? Lihatlah, berapa banyak di antara mereka yang masih sering berdoa di kubur-kubur wali dengan tujuan untuk ber-tawassul kepada mereka?! Berapa banyak di antara mereka yang masih percaya dengan dukun dan paranormal?! Berapa banyak di antara mereka yang meremehkan masalah syirik dan menganggap dakwah tauhid sudah ketinggalan jaman?! Cermatilah kenyataan yang pahit ini, niscaya anda akan mengerti bahwa kenikmatan Islam yang Allah anugerahkan kepada anda merupakan kenikmatan yang tiada tara.

Maka, tidak semestinya seorang muslim merasa rendah diri di hadapan orang-orang kafir yang konon katanya telah mengalami kemajuan teknologi yang ‘sundul langit’ (mencapai langit, istilah orang Jawa, saya sering mendengar kata-kata ini dari ceramah ustadz Afifi hafizhahullah). Namun, hendaknya dia merasa bangga dan mulia dengan keislamannya. Bergembiralah saudaraku dengan nikmat Islam yang Allah berikan kepadamu! Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰ⁠لِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ

Katakanlah, dengan keutamaan Allah dan dengan rahmat-Nya, maka dengan itu semua hendaknya mereka merasa bergembira. Hal itu lebih baik daripada apa yang mereka (orang-orang kafir) kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)

Semoga Allah menambahkan kenikmatan ini kepada saya dan anda. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77747-bergembira-sebagai-seorang-muslim.html

Asmaul Husna

Al-asmaa-al-husna atau asmaul husna adalah nama-nama Allah yang baik,  para ulama menetapkan jumlah-nya 99 buah

ASMAUL HUSNA adalahnama-nama yang dikenakan kepada Allah ﷻ secara langsung atau tidak langsung dalam Al-Quran dan Al-Hadits.

Asmaul Husnaa artinya nama-nama terbaik atau terindah. الأسماء/ Asmaa– artinya nama/ penyebutan. Dan الحسنى/ Al-Husnaa artinya baik atau indah. Jadi asmaul husna adalah nama, gelar, pujian, pemuliaan atribut kesempurnaan dan keagungan Allah.

Penyebutan atau penulisan yang lebih tepat adalah الأسماء الحسنى/ Al-asmaa- al-husnaa atau أسماء الله الحسنى/ Asmaa Allah al-Husnaa. Syeikh Wahbah Az-Zuhayli dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, Al-Asmaa merupakan bentuk jamak dari ism (اسم), yaitu sesuatu yang menunjukkan pada sebuah dzat.

Atau setiap lafal yang dibentuk untuk menunjukkan sebuah makna jika ia tidak bersifat musytaq (pecahan dari kalimat lain). Kalau bersifat musytaq, ia adalah sifat.

Al-Husna merupakan bentuk muannats dari al-ahsan (الأحسن). Artinya, yang terbaik. Dengan demikian, al asmaa- al-husna adalah nama-nama Allah yang baik.

Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia (terbitan IAIN Syarif Hidayatullah) disebutkan bahwa para ulama menetapkan jumlah Al Asmaa- Al-Husna ada 99 buah. Penetapan itu mereka dasarkan pada sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Sebagian besar dari 99 nama itu adalah nama-nama yang dikenakan kepada Allah secara langsung dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sebagian lagi dirumuskan dari ‘perbuatan’ Allah yang diuraikan dalam Al-Quran. Jadi al asmaa- al-husna memberikan gambaran tentang banyak aspek kesempurnaan hakikat sifat dan perbuatan Allah.

Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan, “Nama adalah perkataan yang menunjukkan sesuatu dzat atau menunjukkan dzat dan sifat. Allah mempunyai nama-nama dan semua nama itu adalah nama yang baik. Serulah Dia dengan nama-namaNya yang semuanya baik itu.”

Ibnu Katsir menjelaskan, Al Asmaaul Husnaa tidak hanya terbatas 99 nama. Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra, dari Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Tidak sekali-kali seseorang tertimpa kesusahan, tidak pula kese­dihan, lalu ia mengucapkan doa berikut”:

“مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حُزْنٌ فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكِ، ابْنُ أَمَتِكِ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَعْلَمْتَهُ أَحَدًا مَنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا”. فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ فَقَالَ: “بَلَى، يَنْبَغِي لِكُلٍّ مِنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا”.

Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambamu, anak hamba, dan amat (hamba perempuan)-Mu, ubun-ubun (roh)ku berada di dalam genggaman kekuasaan-Mu, aku berada di dalam keputusan-Mu, keadilan belakalah yang Engkau tetapkan atas diriku. Aku memohonkan kepada Engkau dengan menyebut semua nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan dengannya diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau Engkau menyimpannya di dalam ilmu gaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur’an yang agung sebagai penghibur kalbuku,-cahaya dadaku, pelenyap dukaku, dan penghapus kesusahanku,” melainkan Allah menghapuskan darinya kesedihan dan kesusahannya, dan menggantikannya dengan kegembiraan. Ketika ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?” Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, dianjurkan bagi setiap orang yang mendengarnya (asmaul husna) mempelajarinya.”

Nama Allah

Allah ﷻ sendiri yang menamakan diri-Nya dan itu termaktub dalam kitab-kitab-Nya atau melalui lisan RosulNya.  Allah ﷻ memuji diriNya sendiri dalam القرآن yang Mulia.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ

“Dialah Allah, tidak ada ilaah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ/ Al Asmaa Al-Husna (nama-nama yang baik).” (QS:Thoha: 8)

Dalam القرآن/ Al-Quran istilah Asmaul Husnaa disebut empat kali. Yaitu dalam

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah  ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ/ Al Asmaa Al Husnaa, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa Al-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: Al-A’raf : 180)

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: ‘Serulah Allah atau serulah ٱلرَّحْمَٰنَ/ Ar-Rohmaan.” (QS: Al-Isra’:110)

Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaa Al Husnaa. Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu’.

هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Al Asmaa Al Husnaa. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: Al-Hasyr : 24)

اَللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ‌ؕ لَـهُ الۡاَسۡمَآءُ الۡحُسۡنٰى

“(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (QS: Thoha: 8).

Asmaul Husna dalam hadits

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا ، مِائَةً إِلا وَاحِدَةً ، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhorii, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493).

Keterangan Syekh Abdul Aziz bin Baz mengenai makna hadits:

Makna dari ‘menjaga’ adalah dengan menghafalnya, merenungkan maknanya, dan mengamalkan kandungan maknanya… mengingat adanya kebaikan yang banyak dan ilmu yang bermanfaat dalam mengamalkan kandungan makna asmaul husna tersebut. Karena mengamalkannya merupakan sebab kebaikan bagi hati, kesempurnaan takut kepada Allah ﷻ dan menunaikan hak-Nya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لِلَّهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ اسْمًا، مَنْ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَإِنَّ اللهَ وِتْرٌ، يُحِبُّ الْوِتْرَ»

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: “Allah memiliki 99 nama, siapa yang menjaganya akan masuk surga. Allah itu ganjil (esa), dan menyukai bilangan yang ganjil.” (HR: Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Allah ﷻ memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Dan dia yang menghafal semuanya dengan iman akan masuk surga.” Menghitung sesuatu berarti mengetahuinya dengan keimanan penuh.

Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud, beberapa nama Allah ﷻ disembunyikan dari manusia.  Ibnul Qoyim mengatakan dalam Syifa-ul Alil Hal. 472, Sabda Nabi ﷺ:

“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama” tidaklah meniadakan bahwa Allah memiliki nama-nama yang lain. Sebagaimana ada orang mengatakan, “Fulan memiliki 100 budak untuk dijual dan 100 budak untuk pasukan perang.” Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Tidak sebagaimana pendapat Ibnu Hazm, yang beranggapan bahwa nama-nama Allah hanya terbatas 99 saja. (Al-Qowaydul Mutsla, Hal. 13 – 14).

Lebih dari 1.000 nama Allah tercantum dalam doa جَوْشَنُ ٱلْكَبِير/ Jawsyan Al Kabiir. Dalam tasawuf dikenal istilah yang menyatakan bahwa 99 nama Allah menunjuk ke الاسْمُ لْأَعْظَم/ Al Ismu Al ‘Azhom – Nama Yang Maha Agung dan Tertinggi.

Nama Allah tidak terbatas dengan bilangan tertentu

Berdasarkan sabda Nabi ﷺ:

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

“Aku meminta kepada-Mu dengan perantara semua nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk menamakan diri-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang diantara makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam sebagai rahasia di sisi-Mu.” (HR. Ahmad, Ibn Hibban, dan dishohihkan Syua’aib Al-Arnauth).

Ibn ‘Arobi (26 Juli 1165 – 16 November 1240) tidak menafsirkan nama-nama Allah sebagai sebutan belaka. Tetapi sebagai atribut aktual yang memisahkan alam semesta, baik dalam bentuk yang diciptakan maupun yang mungkin.

Dengan nama nama ini, sifat-sifat ilahi diungkapkan agar manusia, yang potensi ilahinya tersembunyi, dapat belajar menjadi cerminan dari nama-nama tersebut. Namun, refleksi seperti itu terbatas; atribut ilahi tidak sama dengan esensi ilahi dari nama-nama.

Nama Allah yang digunakan manusia

Orang Arab sejak dulu terbiasa menggunakan nama Allah sebagai nama mereka. Tetapi nama Allah ditambahkan di depannya dengan (kata) عَبْدُ/ ‘Abdul.

Biasanya nama ini untuk laki-laki. Pencantuman kata ‘Abdul ini untuk menghormati kesucian nama-nama Allah. Sedangkan manusia adalah makhluk yang terbatas dan hina.

Dua bagian nama yang diawali dengan ‘Abdul dapat ditulis secara terpisah (seperti pada contoh sebelumnya) atau digabungkan menjadi satu dalam bentuk transliterasi. Dalam kasus seperti itu, vokal yang ditranskripsikan setelah ‘Abdu sering ditulis sebagai u ketika dua kata ditranskripsi menjadi satu: misalnya, عَبْدُ لْرَّحْمَان/ ‘Abdur Rohmaan, ‘Abdul Aziz, Abdul ‘Jabbar atau bahkan ‘Abdullah (عَبْدُ ٱللّٰه: ‘Hamba Allah’).

Quran ayat 3:26 dikutip sebagai bukti terhadap keabsahan penggunaan nama-nama Ilahi untuk orang, dengan contoh Mālik ul-Mulk (مَـٰلِكُ لْمُلْكُ: ‘Penguasa’ atau ‘Pemilik semua Kedaulatan’):

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: “Wahai Allah Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS: Ali Imran: 26)

Keutamaan Asmaul Husnaa

Secara umum, Asmaul Husnaa memiliki banyak keutamaan yang luar biasa. Mulai dari terkabulnya doa yang menggunakan Asmaul Husnaa hingga pahala surga bagi yang mengamalkannya.

1. Terkabulnya doa

Syeikh Wahbah Az Zuhayli dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan seorang hamba mesti berdoa kepada Allah dengan nama-nama-Nya dan tidak boleh menyeru Allah kecuali dengan nama-nama-Nya yang baik.  Berdoa dengan menyebut Asmaul Husnaa baik secara keseluruhan atau sesuai dengan konteks doanya, Allah akan mengabulkan doa tersebut.

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah Asmaul Husnaa, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husnaa itu…” (QS: Al-A’raf: 180)

2. Sunnah mempelajarinya

Dalam Tafsir Al-Qur-anil Azhim, Ibnu Katsir mengetengahkan hadits tentang doa dengan Asmaul Husnaa. Lalu seorang sahabat bertanya: “Wahai Rosulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?”

Rosulullah ﷺ lantas bersabda:

بَلَى يَنْبَغِى لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا

Benar, dianjurkan bagi setiap orang yang mendengarnya (asmaul husna) mempelajarinya. (HR. Ahmad)

3. Masuk surga

Siapa yang menghafal dan merenungi 99 Asmaul Husnaa, ia akan masuk surga.

Sebagaimana sabda Rosulullah ﷺ:

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمَا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghafalnya ia akan masuk surga.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili kemudian menjelaskan, pengertian ah-shoohaa (أحصاها) adalah menghitung, menghafal dan merenungi maknanya.*/ Haryono dari berbagai sumber

HIDAYATULLAH

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan

KEUTAMAAN memuliakan anak perempuan sangat besar dalam Islam.

Anak laki-laki ataupun perempuan sama saja. Tetap tahukah Anda, Rasul menyebutkan sebuah kecenderungan orang tua yang menyukai seorang anak laki-laki.

Sebagaimana dikatakan Rasulullah dalam hadits ‘Aisyah :

Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

“Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka,” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629).

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Berkaca pada Zaman Jahiliyah

Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah  SWT:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59)

Islam sangat memuliakan anak perempuan. Allah SWT yang menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Kisah dari Aisyah

‘Aisyah pernah mengatakan: Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun  kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah. Beliau  berkata: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630)

Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan baik kelak pada hari kiamat:

“Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari jemarinya. (HR. Muslim no. 2631).

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Tiga Anak Perempuan

Al-Imam An-Nawawi  menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

BACA JUGA: Islam Mengubah Cara Perlakukan Anak Perempuan

Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir  pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”)

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Fitrah Seorang Anak

Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga dia membutuhkan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam.

Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama maupun dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Nasihat yang Baik

Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah, Abu Bakr Ash-Shiddiq, dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah:

“Kami pernah keluar bersama Rasulullah  dalam salah satu safarnya. Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ.

Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari mengeluhkan, “Tidakkah engkau lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu Bakr segera mendatangi ‘Aisyah.

Sementara itu Rasulullah sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr berkata, “Engkau telah membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tidak berair, padahal mereka juga tidak membawa air!”

Aisyah melanjutkan, “Abu Bakr pun mencelaku dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahku untuk bergerak karena rasa sakit, kecuali karena Rasulullah sedang tidur di pangkuanku.

Keesokan harinya, Rasulullah bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun melakukan tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berkata, “Ini bukanlah barakah pertama yang ada pada kalian, wahai keluarga Abu Bakr.”

‘Aisyah berkata lagi, “Kemudian kami hela unta yang kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 267)

Keutamaan Memuliakan Anak Perempuan: Pendidikan Adab

Al-Imam An-Nawawi t mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58).

Jadi, punya anak perempuan? Bersyukur, dan muliakanlah ia. []

SUMBER: ASY-SYARIAH

ISLAMPOS

Arti 12 Nama Marga Habaib di Indonesia

SAHABAT, seperti diketahui, ada banyak habaib yang tinggal di Indonesia. Nama mereka bahkan sudah terkenal di kalangan muslim tanah air. Namun, tahukah arti nama marga habaib tersebut?

Habib (Habaib untuk jamak) adalah sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad ﷺ di Indonesia. Ada juga yang disebut Syed atau Sayyid. Sedangkan bagi perempuan, biasanya dipanggil Syarifah atau Sayyidah.

Arti nama marga habaib di Indonesia

Berikut arti nama marga habaib yang tinggal di Indonesia.

1 Al-Attas

Dalam bahasa Arab ialah Athasa dan orang yang bersin disebut Al-Athtas.

2 Al-Haddad

Al-Haddad bermakna pandai besi atau sering berada di tempat penempaan besi.

3 Asegeaf/Al-Saqqaf

Nama ini mengandung arti pengayom para Wali, tinggi derajatnya dari para wali lainnya bagaikan kedudukan atap bagi rumah.

4 Alaydrus

Arti nama Alaydrus eperti macan dan singa, pemilik ilmu dan pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi.

5 Al-Habsyi

Disebut Al-Habsyi karena sering bepergian ke Habasyah (Afrika) dan pernah tinggal 20 tahun untuk berdakwah.

6 Al-Bahar

Al-Bahar identik dengan kata yang bermakna laut. Sebutan nama ini muncul bersama banyak keramat ketika sering berlayar di laut, juga karena ilmunya yang luas seperti luasnya laut.

Al-Jufri

Disebut demikian karena melekat dengan makna suci. Arti lain adalah anak kecil berbadan gemuk dan kekar dan setelah dewasa menjadi ahli dalam bidang ilmu fajar, rumus yang menggunakan huruf dan angka yang ditulis di klit Jafar (anak kambing).

8 Al-Kaf

Al-Kaf memiliki makna mempunyai kekuatan luar biasa, dalam bahasa Hadramaut kekuatan itu disebut Kaf, selain karena adanya seorang waliyullah yang menuliskan kode pada suatu pengadilan, kode tersebut adalah huruf Kaf.

9 Al-Musawa

Nama ini merupakan merujuk tabaruk kepada seorang guru besar yang tinggal di Yaman bernama Al-Musawa.

10 Al-Baharun

Maknanya berharap anaknya mempunyai sifat seperti Nabiyullah Harun.

11 Al Bin Jindan

Al bin Jindan merupakan anak cucu dari Waliyullah Syaikh Abu Bakar bin Salim.

12 Sumait/Smith

Nama ini merujuk kepada kalung dari benang yang biasa dipakai oleh anak kecil. Pada masa kecilnya kalung ini sering dipakai dan disebut Sumaith. []

SUMBER: OKEZONE

Siapa Sebenarnya Salman Rushdie?

Salman Rushdie dibesarkan di keluarga Muslim namun lebih memilih atheis, dia menikah empat kali namun mayoritas gagal dalam membina rumah tangganya

NAMA  Salman Rushdie kembali mencuat setelah puluhan tahun hilang. Penulis novel The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) paling diburu akibat fatwa hukuman mati ulama Iran ini baru saja dikabarkan mengalami penikaman saat berbicara di sebuah acara di Chautauqua Institution, di negara bagian New York.

Siapa sebenarnya Salman Rushdie? Nama lengkapnya adalah Ahmed Salman Rushdie.  

Novelis kelahiran 19 Juni 1947 dibesarkan dari kelurga  Muslim India, yang kemudian memilih menjadi seorang Atheis.  Rushdie dibesarkan di Bombay dan dididik di Katedral dan Sekolah John Connon di Fort , Bombay Selatan sebelum pindah ke Inggris dari India untuk menghadiri Sekolah Rugby di Rugby, Warwickshire , dan kemudian King’s College, Cambridge , dan lulus dengan gelar Sarjana gelar Seni dalam sejarah.

Setelah lulus dari Cambridge , Rushdie tinggal sebentar bersama keluarganya di Pakistan (yang telah pindah ke sana dari Bombay , India), sebelum pindah secara permanen ke Inggris. Sejak tahun 2000, Rushdie telah tinggal di Amerika Serikat, sebagian besar di dekat Union Square di Lower Manhattan , New York City.

Ia menulis novel Midnight’s Children pada tahun 1981, yang kemudian terjual lebih dari satu juta kopi di Inggris. Namanya kembali melambung setelah menulis novel berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) tahun 1988.

Novel ini telah memicu kemarahan di dunia Islam, bahkan 45 orang tewas dalam kerusuhan terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai.  Novel ini juga dilarang di banyak negara dengan komunitas Muslim yang besar seperti di  Iran, India, Bangladesh, Sudan, Afrika Selatan, Sri Lanka, Kenya, Thailand, Tanzania, Indonesia, Singapura, Venezuela, dan Pakistan.

Salah satu yang memuci kemarahan dunia Muslim adalah penggambaran karakter The Satanic Verses. Salman Rushdie  menggambarkan karakter bernama “Mahound”, memiliki kemiripan dengan kisah Nabi Muhammad ﷺ. Nama Mahound (Muhammad) sendiri sering digunakan dalam drama Kristen abad pertengahan untuk menggambarkan tokoh setan.

Banyak Muslim menyimpulkan Rushdie, dalam novelnya, nampak ingin mengarahkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang nabi palsu.  Dalam novel tersebut, Rushdie juga menamai dua belas pelacur di rumah bordil dengan nama-nama istri Nabi.

Dia menggunakan tradisi yang didiskreditkan dan palsu – yang disebut Ayat-ayat Setan – di mana Setan mengilhami Muhammad ﷺ untuk berkompromi dengan orang-orang Makkah dan membiarkan mereka terus menyembah dewa-dewa lain dalam upaya untuk memikat mereka masuk Islam.

Selain mengejek Nabi Muhammad ada karakter yang secara jelas didasarkan pada Pemimpin Tertinggi Syiah Iran.  Pada 14 Februari 1989, Ayatollah Khomeini, mengeluarkan tanggapan paling keras, menyerukan “semua Muslim pemberani” untuk membunuh Rushdie dan penerbitnya.

Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati dan sayembara bagi yang bisa membunuhnya akan mendapat hadiah $ 3 juta kala itu (sekarang sekitar Rp 44 miliar), dan sebuah yayasan keagamaan Iran menambahkan lebih $500.000 hadiah tambahan pada tahun 2012.

Warga negara Inggris-Amerika – yang seorang ateis ini – telah telah menghadapi ancaman pembunuhan selama lebih dari 30 tahun sejak penerbitan The Satanic Verses. Sejak peristiwa ini membuatkan harus bersembunyi selama hampir sembilan tahun.

Rushdie sendiri mengklaim, bahwa dorongan utama novelnya adalah untuk memeriksa pengalaman imigran, tetapi beberapa Muslim tersinggung oleh penggambaran Nabi Muhammad ﷺ dan mempertanyakan sifat wahyu Al-Qur’an sebagai firman Tuhan.

Novel Ayat-ayat Setan dilarang pertama kali di negara kelahiran penulisnya, India, dan kemudian beberapa negara lain sebelum Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati baginya.  Fatwa yang belum dibatalkan sampai hari ini menyerukan pembunuhan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan buku tersebut dan menawarkan hadiah kepada mereka yang mengambil bagian dalam pembunuhan tersebut.  

Ia sempat meminta maaf kepada umat Islam namun tetapi bersembunyi selama 10 tahun setelah keluarnya fatwa. Namun Salman Rushdie sendiri tidak pernah menyesal telah menulis The Satanic Verses.

Sejak difatwakan hukuman mati, ia mengasingkan diri dan dengan hati-hati kembali tampil di depan umum. Di sisi lain, ia banyak dilindungi negara-negara Barat, bahkan  mendapat program perlindungan pemerintah Inggris, mencakup penjaga bersenjata sepanjang waktu.

Tidak hanya itu, ia bahkan dianugerahi gelar bangsawan pada tahun 2007 oleh Ratu Inggris atas jasanya dalam bidang sastra, yang memicu aksi protes di Iran dan Pakistan.  Pada tahun 1983, Rushdie terpilih menjadi anggota Royal Society of Literature, yang merupakan organisasi sastra senior Inggris.

Ia diangkat pula menjadi Commandeur de l’Ordre des Arts et des Lettres of France pada Januari 1999.  Majalah The Times bahkan menempatkannya di urutan ke-13 dalam daftar 50 penulis Inggris terbesar sejak 1945.

Rushdie telah menikah empat kali namun mayoritas gagal dalam rumah tangganya. Sejak tahun 2000, Rushdie telah tinggal di Amerika Serikat. *

HIDAYATULLAH

Dukun, Kiayi dan Ikhtiar Mencari Kesembuhan, Jangan Salah Kaprah!

Beberapa waktu terakhir, Indonesia sempat digegerkan dengan kasus yang cukup viral, yakni seorang dukun yang menggunakan trik sulap dan mendokumentasikan aksinya melalui kanal Youtube. Namun, trik sulap dari dukun yang dipanggil Gus Samsudin itu dibongkar oleh Pesulap Merah. Perseteruan pun terjadi hingga ke ranah hukum.

Banyak memang masyarakat awam yang masih mengandalkan praktek perdukunan untuk mencari kesembuhan atau karena kepentingan lain. Begitu pula juga banyak masyarakat yang meminta kesembuhan dengan mendekati para ulama dan kiayi untuk meminta doa. Namun, jangan mengaburkan antara dukun dengan kiayi.

Dukun biasanya ditandai dengan pakaian yang serba hitam, menggunakan blangkon di kepalanya, serta tak lupa lekat dengan aksesoris dupa bersama dengan keris yang ada di ruangannya. Namun tak sedikit juga dukun yang berpenampilan agamis dengan jubah putih dilengkapi dengan sorban, dan tak lupa sebagai senjatanya tak lupa mereka menggunakan tasbih supaya lebih terlihat relijius. Dengan penampilannya yang islami ini sang dukun bisa menggunakan kedok ustad, kiai, gus, bahkan habib sekalipun untuk menutupi praktek perdukunannya.

Pada dasarnya dukun atau kiayi tidak bisa kita tandai dari sudut cara berpakaiannya saja. Alasannya karena baik atau buruknya perilaku seseorang tidak bisa kita nilai dari penampilan luarnya saja. Bukan melulu masalah cara berpakaian saja, namun, dalam diri seorang kiai pasti mengajarkan orang lain untuk senantiasa berbuat baik. Salah satu usahanya ialah dengan memberikan amalan untuk dibaca sesuai syariat agama untuk nantinya mendapatkan hal-hal yang baik.

Contohnya saja, wirid yang dibaca rutin setiap habis shalat. Artinya, sang kiai menyuruh untuk melakukan shalat dengan rutin. Apabila seseorang memiliki target ataupun hajat tertentu, pastinya ia akan semangat untuk melakukan shalat seperti apa yang disarankan oleh sang kiai.

Berbeda dari praktek perdukunan, meski menggunakan simbol-simbol keagaamaan, namun banyak dari mereka yang berani untuk menyakiti orang lain yang dianggap target ataupun yang dianggap akan menghalangi jalan kesuksesaannya. Dukun lebih berorientasi pada kepentingan praktis-pragmatis.

Jika sang dukun mengklaim apa yang dilakukannya adalah sebuah karomah, namun kita perlu ingat bahwa keanehan yang dilakukan seorang dukun itu tidak diajarkan oleh Nabi. Nabi hanya mengajari umatnya untuk menjalankan shalat, wirid, dan juga tidak menyakiti sesama makhluk Allah. seperti contoh dengan memindahkan penyakit yang dideritanya kepada objek lain seperti binatang maupun telur. Jelas pemindahan seperti ini menyalahi aturan dan menyakiti makhluk Allah yang lain. Dan tentunya hal-hal yang dilakukan semacam ini tidaklah bisa dibenarkan dalam syariat Islam.

Kita harus mulai bisa memahami tentang wujud keanehan yang seperti ini. Memang kita tidak bisa menyangkal bahwa karomah memang benar adanya, namun, kita sebagai muslim harus mampu memahami bahwa karomah merupakan suatu keluarbiasaan yang dianugrahkan Allah kepada hambanya yang beriman dan bertakwa.

Sementara kedigdayaan yang muncul dari perilaku yang menyimpang seperti kesesatan dengan cara menyekutukan Allah atau dengan tipu daya iblis dan dengan sejumlah syarat yang harus di lakukan bukan bagian dari karomah. Salah satu contoh syarat yang dilakukan biasanya seperti melakukan ritual mandi kembang dengan waktu yang ditentukan, menjalankan puasa mutih yang jelas puasa ini tidak masuk dalam syariat.

Sebagai seorang muslim sebaiknya kita lebih kritis dan selektif supaya kita tidak terjerumus dalam hal yang justru menjatuhkan diri kita pada kemusyrikan. Memang bagi muslim yang tidak mengetahui kesalahan yang dilakukan dukun, maka ia tidak akan terkena hukum yang berlaku, namun kita juga harus tahu bahwa menjadi seorang yang bodoh dan tidak berusaha mencari tahu akan kebenaran juga merupakan hamba yang tidak disukai Allah.

Nabi Muhammad menyebutkan dalam sebuah hadis, “… Dia berilmu tentang dunia tapi bodoh tentang kehidupan akhirat.” (HR. Al-Baihaqi). Siapa yang masuk dalam kategori ini adalah orang yang berilmu tentang berbagai macam pengetahuan dunia, namun ia tidak mau untuk mendalami ilmu akhirat. Ilmu agama di pandang sebagai ilmu yang remeh sehingga kemudian ia menjadi orang yang jahil terhadap kehidupan akhirat.

Meminta doa kepada seorang kiayi atau ulama untuk mencari kesembuhan juga bukan syirik. Tujuannya adalah meminta doa kesembuhan, tetapi segala suatu yang menentukan adalah Allah. Keyakinan ini harus tertanam. Doa dari kaiyi adalah wasilah karena kedekatan seorang alim kepada Allah. Namun, iktiar mencari kesembuhan secara medis tetap wajib dilakukan.

Mencari kesembuhan adalah sebuah kewajiban. Nabi pernah menjawab pertanyaan seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah kita harus berobat?” Beliau menjawab, “Berobatlah! Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula penyembuhnya, kecuali satu penyakit, yaitu usia tua.” (Riwayat Abu Dawud

ISLAM KAFFAH

Para Pengabdi Setan dalam Al-Quran

Artikel ini tentang para pengabdi setan dalam Al-Quran. Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan terkait para pengabdi setan yang termaktub dalam Al-Quran.

Film Pengabdi Setan 2: Communion telah tayang dan mendapatkan banyak atensi dari berbagai pihak, terutama para sineas dan penonton film horor. Film ini merupakan sequel dari film pertama dengan judul sama, mengisahkan kelanjutan kehidupan keluarga Bapak pasca pindah dari rumah berhantu.

Salah satu hal yang paling mencolok dalam film ini adalah cerita sekte pengabdi setan yang dianggap rela melakukan berbagai hal, meskipun menyalahi agamanya, termasuk berhubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan sahnya. Hal ini sebagaimana disebutkan Joko Anwar, sutradara film ini dalam serial twitnya.

29 is a special number. Begitu juga dengan 4-17. ‘Mereka’ suka mengejek. That’s why their deity always smiles. Because they mock what came before them. Including the holy books,” tulis Anwar.

Beberapa warganet memberikan komentar terkait angka 4-17 dalam twit sang sutradara. Di antaranya menyebut bahwa 4-17 adalah nomer surat dan ayat dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran, surat ke-4 ayat 17 jika mengacu pada urutan mushaf saat ini adalah surat an-Nisa’ ayat 17.

اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

Artinya; Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Ayat tersebut menjelaskan tentang pertaubatan yang pantas didapatkan bagi orang yang melakukan kejahatan tanpa kesadaran. Dalam Tafsir at-Thabari disebutkan bahwa ayat ini ditujukan kepada manusia yang sejatinya masih memiliki keimanan di hatinya namun karena kebodohan dan ketidaktahuan, ia melakukan sebuah dosa.

Maka agar diampuni, ia harus segera melakukan taubat. Imam Mujahid dan Qatadah menyebut bahwa yang dimaksud jahalah dalam ayat di atas adalah semua orang yang melakukan dosa adalah kebodohan.

Sehingga jahalah bukan dimaknai sebagai sebab melakukan dosa, melainkan sebutan bagi orang yang berdosa. Dalam konteks film Pengabdi Setan, bisa jadi sang sutradara ingin menyebut para pengabdi setan tersebut adalah orang yang ‘bodoh.’

Pengabdi Setan dalam Al-Qur’an

Ala kulli hal, sebenarnya ada satu ayat yang, menurut hemat penulis, lebih cocok menjelaskan pengabdi setan dalam Al-Quran adalah Q.S Yasin ayat 60.

۞ اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya,

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu.

Secara term, ayat di atas jelas menyebut kata pengabdi setan atau penyembah setan (ta’budus syaithan). Ayat yang sering dibaca pada malam Jumat ini juga memperingatkan pada manusia untuk tidak sesekali menyembah setan. Karena setan adalah musuh abadi umat manusia, bahkan sejak nenek moyang manusia, Nabi Adam dan Hawa diciptakan, setan telah memiliki dendam abadi.

Kata “penyembah setan” dalam ayat di atas dimaknai oleh para mufassir, termasuk Imam Abu Ja’far at-Thabari dengan melakukan maksiat dan menaatinya untuk berbuat hal-hal yang melanggar perintah agama.

Imam Fakhruddin al-Razy dalam Mafatih al-Ghaib-nya menjelaskan, ketaatan terhadap setan bisa melalui diri pribadi maupun orang lain. Sehingga manusia perlu berhati-hati saat menerima ajakan dari orang lain maupun inisiatif pribadi.

Satu hal yang perlu diteliti adalah, apakah hal tersebut bertentangan dengan perintah Allah, Rasulnya, dan ajaran-ajaran baik lain. Jika tidak, maka itu sudah termasuk taat kepada setan dan menjadi penyembahnya.

فَإِذَا جَاءَكَ شَخْصٌ يَأْمُرُكَ بِشَيْءٍ، فَانْظُرْ إِنْ كَانَ ذَلِكَ مُوَافِقًا لِأَمْرِ اللَّهِ أَوْ لَيْسَ مُوَافِقًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُوَافِقًا فذلك الشخص معه الشَّيْطَانِ يَأْمُرُكَ بِمَا يَأْمُرُكَ بِهِ، فَإِنْ أَطَعْتَهُ فَقَدْ عَبَدْتَ الشَّيْطَانَ، وَإِنْ دَعَتْكَ نَفْسُكَ إِلَى فِعْلٍ فَانْظُرْ أَهُوَ مَأْذُونٌ فِيهِ مِنْ جِهَةِ الشَّرْعِ أَوْ لَيْسَ كَذَلِكَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَأْذُونًا فِيهِ فَنَفْسُكَ هِيَ الشَّيْطَانُ، أَوْ مَعَهَا الشَّيْطَانُ يَدْعُوكَ، فَإِنِ اتَّبَعْتَهُ فَقَدْ عَبَدْتَهُ،

Ketika ada seorang memerintahkanmu melakukan sesuatu, maka lihatlah perintah itu, sesuai dengan perintah Allah atau tidak, jika tidak, maka ia adalah orang yang sedang diikuti setan dan memerintahkanmu perintah setan. Jika kamu mengikutinya, maka kamu telah menjadi pengabdi setan.

Jika nafsumu memintamu melakukan sesuatu, maka perhatikanlah terlebih dahulu, apakah perkara itu diizinkan syariat atau tidak. Jika ternyata tidak sesuai syariat, maka nafsumu adalah setan, atau setan sedang bertengger dalam dirimu. Jika kamu mengikutinya, maka kamu telah menjadi pengabdinya.” (Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib)

Balasan dan Azab bagi Pengabdi Setan

Dalam ayat-ayat setelahnya, Allah telah memperingatkan bahwa setan telah menyesatkan sebagian besar manusia dan neraka Jahannam adalah tempat yang dijanjikan untuk setan dan orang-orang yang menjadi pengabdinya.

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْن

Artinya,

Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu. (Q.S Yasin: 62-63)

Dalam surat al-Maidah ayat 60 juga dijelaskan balasan bagi orang-orang yang menyembah setan. Di antaranya, mereka akan diserupakan dengan kera dan babi. Selain itu, mereka dianggap lebih buruk dari orang-orang yang berbuat kefasikan.

قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ

Artinya; Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.

Q.S As-saba 40-41 juga memberi gambaran adzab yang akan diterima para penyembah jin kelak saat dikumpulkan di Mahsyar.

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا ثُمَّ يَقُوْلُ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اَهٰٓؤُلَاۤءِ اِيَّاكُمْ كَانُوْا يَعْبُدُوْنَ

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ اَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُوْنِهِمْ ۚبَلْ كَانُوْا يَعْبُدُوْنَ الْجِنَّ اَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُّؤْمِنُوْنَ

Artinya; Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, “Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?” Para malaikat itu menjawab, “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”

Dari beberapa ayat dan penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa pengabdi setan yang disebut dalam Al-Quran bukan hanya penganut sekte sesat, menyekutukan Allah, atau berbuat syirik kepada-Nya dengan menyembah jin, melainkan juga termasuk orang-orang, pelaku perbuatan-perbuatan yang menyalahi ajaran dan ketentuan agama.

Meskipun demikian, kita dilarang untuk mencela dan melaknat mereka. Karena sejatinya, Allah telah menyediakan cara terbaik untuk mereka yang telah melakukan maksiat dan menjadi pengabdi setan untuk kembali kepada-Nya, yaitu dengan bertaubat dan selalu mengerjakan perbuatan baik.

Selain itu, kita tidak mengetahui akhir perjalanan manusia, bisa jadi dalam hembusan nafas terakhirnya, seorang yang diklaim mengabdi kepada setan itu bertaubat kepada-Nya. (AN)

Demikian penjelasan para pengabdi setan dalam Al-qur’an. Wallahu a’lam.

Tulisan ini telah di Islami.co

Tipu Jamaah Umroh, Direktur Travel di Kedah Divonis 10 Tahun Penjara

Seorang direktur pelaksana (MD) sebuah perusahaan perjalanan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh Mahkamah Agung. Ia dinyatakan bersalah atas 23 tuduhan penipuan terkait paket wisata umroh dan Mesir antara 2015 dan 2016.

Hakim Arif Mohamad Shariff membuat keputusan ini setelah mengetahui penuntut telah berhasil membuktikan kasus tanpa keraguan, terhadap terdakwa Misbahalmunir Omar, yang berusia 56 tahun.

Hakim lantas menjatuhkan hukuman penjara 10 tahun untuk setiap tuduhan, dengan total 230 tahun. Ia juga membiarkan hukuman itu berjalan bersamaan sejak tanggal penangkapannya.

Selain itu, pengadilan membebaskan terdakwa dari hukuman cambuk karena usianya di atas 50 tahun. Mereka mengizinkan pembelaan untuk menunda hukuman, sambil menunggu banding di Pengadilan Tinggi.

Dilansir di Malay Mail, Kamis (11/8/2022), pengadilan lantas menetapkan jaminan 88 ribu ringgit Malaysia dengan satu penjamin. Terdakwa diperintahkan menyerahkan paspor internasionalnya sampai proses banding selesai.

Menurut fakta kasus, Misbahalmunir yang saat itu menjabat sebagai MD perusahaan Raudah Mawaddah Travel & Tours Sdn Bhd, terdaftar di Jalan Kuala Ketil, telah berurusan dengan seorang individu untuk mengatur kelompok umroh dan perjalanan ke Mesir pada 2015.

Pengadu dalam kasus ini, Amzari Halim selaku konsultan dan mutawwif (pemandu haji), diminta oleh terdakwa untuk menyetorkan uang secara bertahap ke rekening bank yang disediakan. Uang ini disebut bertujuan pembelian tiket pulang pergi.

Namun, terdakwa tidak memberitahukan kepada pelapor jika perusahaannya telah gulung tikar sejak 14 Januari 2015, atas perintah Pengadilan Tinggi Alor Setar. Terdakwa bahkan meminta kepada pelapor untuk menyetorkan pembayaran peserta tour ke beberapa rekening bank, milik pelapor, istrinya dan karyawan perusahaan.

Sebanyak 56 transaksi tercatat dilakukan antara 2 November 2015 hingga 28 Januari 2016. Total transaksi ini mencapai 434.250 ringgit Malaysia yang melibatkan 202 peserta.

Selanjutnya, terdakwa disebut mengirimkan itinerary tiket seluruh peserta kepada pelapor, dimana penerbangan dijadwalkan pada tanggal 29 dan 30 Januari 2016. Namun, setelah pelapor dan peserta tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), ternyata semua itinerary tiket yang diberikan oleh terdakwa tidak sah dan tidak ada, yang selanjutnya dibuatlah laporan polisi.

Terdakwa didakwa di Pengadilan Magistrat pada 26 Juni 2018 dengan 23 tuduhan menipu korban dengan menyetorkan uang yang dikumpulkan dari 202 peserta, masing-masing senilai antara 2.000 hingga 36.600 ringgit Malaysia.

IHRAM

Sudahkah Persaudaraan dan Persahabatanmu Sesuai Ajaran Islam?

Ikatan persaudaraan dan persahabatan yang berlandaskan agama Islam merupakan ikatan yang paling dijaga dan dikuatkan oleh agama ini. Islam memiliki konsep yang berbeda dengan konsep orang-orang terdahulu. Kala itu, ikatan nasab dan suku sangatlah diunggulkan dari ikatan-ikatan selainnya. Barulah kemudian Islam datang dengan menjadikan ikatan persaudaraan berlandaskan agama unggul dan berada di atas ikatan-ikatan selainnya.

Ikatan persaudaraan dengan asas agama Islam ini bukanlah sekedar omong kosong yang tidak ada maknanya. Sungguh ia membawa makna yang sangat mulia. Dengan ikatan ini, seorang muslim dengan muslim lainnya akhirnya memiliki hak-hak dan kewajiban di antara mereka. Semuanya melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak saudaranya dengan kerelaan dan tanpa paksaan. Karena Islam sejatinya tidak pernah membuat hukum dan syariat yang berlawanan dengan fitrah manusia.

Bahkan, syariat dan hukum terkait persaudaraan dan persahabatan ditegakkan karena melihat kebutuhan manusia. Di mana seseorang tidak dapat hidup, kecuali dengan adanya orang lain. Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sifat membutuhkan saudara dan teman. Anak kecil yang belum paham makna persaudaraan dan persahabatan saja fitrahnya akan akrab dengan saudara dan berteman dengan yang sebaya dengannya. Apalagi mereka yang sudah dewasa, tentu ia lebih memerlukan sahabat dan orang selainnya.

Besarnya kebutuhan seorang manusia terhadap temannya ini, sampai-sampai Allah Ta’ala jadikan ‘kawan atau sahabat’ sebagai salah satu anggota keluarga seseorang. Hal ini karena seringnya ia keluar masuk rumahnya dan seringnya ia bepergian bersamanya serta seringnya mereka saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,

لَيْسَ عَلَى الْاَعْمٰى حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْاَعْرَجِ حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْمَرِيْضِ حَرَجٌ وَّلَا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَنْ تَأْكُلُوْا مِنْۢ بُيُوْتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اٰبَاۤىِٕكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اُمَّهٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اِخْوَانِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخَوٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَعْمَامِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ عَمّٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخْوَالِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ خٰلٰتِكُمْ اَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَّفَاتِحَهٗٓ اَوْ صَدِيْقِكُمْۗ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَأْكُلُوْا جَمِيْعًا اَوْ اَشْتَاتًاۗ فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ࣖ

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu mengerti.” (QS. An-Nur: 61)

Lihatlah bagaimana Allah Ta’ala menyebutkan kawan/ teman saat menyebutkan bapak dan ibu serta saudara-saudara lainnya. Karena seringnya mereka bersama kita, baik dalam kemudahan maupun dalam kesulitan, kebahagiaan maupun kesengsaraan, saat dalam kondisi sehat maupun sakit, sehingga mereka seakan-akan adalah saudara kita sendiri.

Kriteria sahabat yang sesuai dengan ajaran Islam

Selain memperhatikan pentingnya teman dalam kehidupan seseorang, Islam juga memperhatikan beberapa kriteria teman yang seharusnya kita perhatikan, sehingga kita lebih selektif di dalam memilih siapa yang akan kita jadikan sahabat dekat dan kawan kita.

Pertama: orang yang jujur

Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)

Di dalam Tafsir As-Sa’di disebutkan,

“Dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”, dalam ucapan, perbuatan, dan keadaan mereka, orang-orang yang perkataannya adalah benar, perbuatannya dan keadaannya tidak lain kecuali benar, bebas dari kemalasan dan kelesuan, selamat dari maksud-maksud buruk, mengandung keikhlasan dan niat yang baik, karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga.”

Teman yang baik adalah teman yang membimbing dan menunjukkan kepada kebenaran dan kebaikan dan mengingatkan saat terjatuh ke dalam keburukan.

Kedua: Teman yang mencintai kita karena Allah Ta’ala bukan karena faktor yang lain

Karena hal ini menyebabkan kecintaan Allah Ta’ala kepada kita. Allah Ta’ala berfirman di dalam hadis qudsi,

وجبَتْ محبَّتي للمُتحابِّين فيَّ وللمُتجالسين فيَّ ، وللمُتباذلين فيَّ

“Kecintaan-Ku wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku (orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku), dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad no. 22030 dan Malik dalam Muwattha’-nya no. 2/953)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Di antaranya beliau bersabda,

ورَجُلَانِ تَحَابَّا في اللَّهِ اجْتَمعا عليه وتَفَرَّقَا عليه

“Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.” (HR. Bukhari no. 660)

Indahnya persaudaraan dan persahabatan di atas agama Islam

Ketahuilah, bahwa hanya dengan masuk Islamnya seseorang, maka ia sudah menjadi salah satu saudara kita. Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Dalam persaudaraan Islam ini, secara umum ada beberapa hak dan kewajiban yang harus dijaga oleh seorang muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjelaskan,

لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

”Janganlah kalian saling dengki, melakukan najasy, saling membenci, saling membelakangi. Dan janganlah sebagian dari kalian berjual beli di atas jual beli saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzaliminya, menghinanya, mendustakannya, dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini (sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta, dan kehormatannya.” (HR. Muslim no. 2564)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 2580)

Persahabatan dan persaudaraan di dalam Islam bukan hanya sekedar tentang bercengkerama dan bergembira saja. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis, sebuah persahabatan dan persaudaraan harus diisi dengan saling menjalankan kewajiban dan pemenuhan hak-hak saudara serta sahabatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menjadi teladan dan panutan kita, sudah mempersaudarakan di antara kaum muhajirin sebelum hijrahnya ke kota Madinah. Beliau menjadikan untuk setiap individu kaum muslimin seorang saudara yang didasari oleh Islam. Kemudian setelah hijrahnya beliau ke Madinah, beliau kembali menjadikan untuk masing-masing individu muhajirin seorang saudara dari kalangan anshor.

Sungguh persaudaraan yang mereka amalkan merupakan pemandangan yang indah. Karena persaudaraan itu telah melampaui level cinta ‘mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri’ yang disebutkan di dalam hadis,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

”Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Mereka telah sampai pada level cinta ‘mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri’. Cukuplah pujian Allah bagi mereka sebagai tanda kemuliaan dan keindahan persaudaraan tersebut,

وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ 

“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga hubungan baik kita dengan saudara dan sahabat, menjadikan persaudaraan dan persahabatan ini berlandaskan agama Islam. Sungguh sahabat dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter seseorang sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّما مثَلُ الجلِيس الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ: كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحامِلُ المِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحًا طيِّبةً، ونَافِخُ الكِيرِ إِمَّا أَن يَحْرِقَ ثِيابَكَ، وإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا مُنْتِنَةً

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 2101 dan Muslim 2628)

Wallahu A’lam Bisshowaab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77732-sudahkah-persaudaraan-dan-persahabatanmu-sesuai-ajaran-islam.html