Arab Saudi akan Izinkan Pemegang Visa Biasa Bisa Lakukan Umroh

Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi mengumumkan akan mengizinkan pengunjung yang memegang visa turis dapat melakukan ibadah umroh.

Warga dari 49 negara dapat melakukannya dengan memperoleh visa mereka secara daring di Visit Saudi Arabia atau segara pada saat kedatangan di bandara.

Keputusan tersebut diambil bertujuan mengizinkan sebanyak mungkin orang untuk melakukan ibadah umroh. Mereka yang memenuhi syarat termasuk pemegang visa ke Amerika Serikat (AS) dan Inggris dan mereka yang memiliki visa Schengen.

Peraturan yang memungkinkan pengunjung untuk mendapatkan visa turis berlaku selama 12 bulan untuk mengunjungi kota-kota lain di Kerajaan. 

Mereka yang memiliki visa kunjungan keluarga diperbolehkan untuk melakukan ibadah umroh dengan memesan melalui aplikasi Eatmarna.

Dilansir Arab News, Kamis (11/8/2022), untuk melaksanakan ibadah umroh, pengunjung wajib memiliki asuransi kesehatan yang komprehensif, meliputi biaya pengobatan Covid-19, kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat, dan biaya yang timbul akibat penundaan atau pembatalan penerbangan.

Mereka yang ingin melakukan ibadah umroh dari negara-negara selain yang saat ini memenuhi syarat, harus mengajukan permohonan visa di kedutaan Kerajaan di negara asal mereka. 

Dokumen yang diperlukan termasuk bukti tempat tinggal dan pekerjaan, tiket pulang, laporan bank yang membuktikan stabilitas keuangan, rencana perjalanan, dan informasi pribadi yang lengkap. 

Sementara itu, Wakil menteri Kementerian Haji dan Umroh Saudi, Abdul Tahman Shams mennyatakan semua pemegang jenis visa, termasuk visa turis ke Arab Saudi diizinkan untuk melakukan umrah atau ziarah kecil. 

“Sudah menjadi mungkin bagi siapa saja yang datang ke Arab Saudi dengan jenis visa apa pun, baik itu untuk pariwisata atau untuk tujuan lain seperti pekerjaan atau bisnis untuk melakukan umroh,” kata Shams dilansir dari Gulf News, Kamis (11/8/2022). 

“Ini dilakukan melalui beberapa prosedur organisasi, melalui aplikasi Eatmarna di mana janji temu yang disukai dipesan untuk melakukan umroh,” katanya. 

“Keputusan tersebut bertujuan untuk memenuhi tujuan Visi Saudi 2030 untuk mencapai 30 juta jamaah umrah per tahun,” kata pejabat itu 

Saudi 2030 Vision adalah rencana pembangunan ambisius yang dirancang untuk mendiversifikasi ekonomi kerajaan yang bergantung pada minyak. 

Musim umrah baru dimulai pada 30 Juli tak lama setelah berakhirnya ritual haji tahunan di Arab Saudi. Lebih dari 10 juta jamaah umroh diharapkan di musim mendatang.

Sumber: arabnews , gulfnews

IHRAM

3 Keutamaan Bersiwak

ada banyak keutamaan bersiwak. Siwak atau miswak adalah batang atau ranting dari pohon arak (Salvador persica). Pohon yang termasuk dalam ketegori semak belukar ini banyak ditemui di wilayah Timur Tengah.

Manfaat siwak untuk kesehatan gigi dan mulut memang sudah tak diragukan lagi. Salah satunya adalah untuk mencegah gigi berlubang.

Tak heran jika tradisi bersiwak (membersihkan gigi dengan siwak) masih cukup populer di negara Timur Tengah dan beberapa negara Afrika.

Namun nyatanya, Bersiwak adalah salah satu ibadah sunnah yang paling sering dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Meskipun merupakan pekerjaan yang ringan, bersiwak memiliki manfaat mulai dari Kesehatan gigi dan mulut hingga keridhaan Allah SWT. Sebagaimana disebutkamn dalam hadits:

“Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi Rabb”. (H.R.Ahmad)

1 Keutamaan Bersiwak: Bersiwak sebelum sholat sangat disukai Rasulullah

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Nu’aim:

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَاَنْ أُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ بِسِوَاكٍ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ أُصَلِّىَ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً بِغَيْرِسِوَاكٍ.

Nabi Muhammad bersabda: “Sungguh andai aku sholat dua rakaat saja tapi dengan pakai siwak itu lebih disenangi olehku daripada aku sholat 70 rakaat tanpa siwak,”

2 Keutamaan Bersiwak: Bersiwak sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad)

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Bazzar dan Thabrani:

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لَفَرَضْتُ عَلَيْهِمُ السِّوَاكَ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ كَمَافَرَضْتُ عَلَيْهِمُ الْوُضُوْءَ.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Andai tidak karena memberatkan atas umatku niscaya aku wajibkan atas umatku siwak setiap akan sholat sebagaimana aku wajibkan atas umatku berwudhu,”

3 Keutamaan Bersiwak: Bersiwak menguatkan hafalan

Ini mungkin merupakan keutamaan bersiwak yang cukup menegejutkan bagi beberapa orang. Namun dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa:

وَقَالَ سَيِّدُنَاعَلِيٌّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ : السِّوَاكُ يَزِيْدُ فِى الْحِفْظِ وَيُذْهِبُ الْبَلْغَمَ.

Sayidina Ali berkata: Siwak itu menambah (menguatkan) hafalan dan siwak itu menghilangkan dahak.

Keutamaan bersiwak
Foto: Sehatqu

Dikutip dari Alodokter pula, dengan menggosok gigi atau membersihkan gigi secara perlahan dengan rutin setiap pagi dapat membersihkan dahak yang ada di tenggorokan. Tentu saja, hal ini didukung oleh penelitian yang sudah pasti. Jika gigi bersih, maka keadaan mulut hingga ternggorokan kita pun akan ikut bersih.

Di samping itu semua, Rasulullah ﷺ pun bersabda pada riwayat lain bahwa:

“Hendaklah kalian selalu bersiwak karena dalam bersiwak ada 10 perkara terpuji, yaitu: 1. Dapat membersihkan mulut 2. Membuat Allah Ridha 3. Membuat setan marah 4. Disukai Allah dan Malaikat pencatat amal 5. Dapat menguatkan gusi 6. Menghilangkan lendir (dalam tenggorokan) 7. Menyegarkan napas 8. Menghilangkan cairan yang tidak berguna 9. Menguatkan pandangan (mata) 10. Menghilangkan bau busuk di mulut. []

Zikir, Rahasia Andrika Fathir Rachman Gemilang Jaga Gawang Timnas U-16

Hal yang mengagumkan muncul dari sosok Andrika Fathir Rachman, kiper TimnasU-16. Dia tampil gemilang ketika babak adu penalti melawan Myanmar pada Rabu malam (10/8/2022). Apa, sih, rahasianya?

Andrika mengaku dirinya terus berdzikir saat menghadapi pemain Timnas Myanmar menendang penalti dalam pertandingan semifinal Piala AFF U-16 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, kala itu.

“Saya dibekali orangtua di rumah dan saudara-saudara juga agar terus berdzikir supaya diberikan rezeki sama Allah Subhanahu wa ta’ala,” ungkap Andrika usai pertandingan di Yogyakarta, sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (11/8/2022).

Berkat dzikir, Andrika mengaku tampil lebih tenang sehingga sukses menghalau tendangan penalti pemain Timnas Myanmar Shine Wanna Aung.

Upaya pemain muda Borneo FC ini pun membawa Timnas Indonesia memenangi adu penalti dengan skor 5-4 setelah imbang 1-1 selama 120 menit.

Selain nasihat keluarga, Andrika mengakui ketenangan dirinya muncul setelah mendapat masukan pelatih kiper Timnas Indonesia U-16 Markus Horison.

“Coach Markus menyuruh saya lebih tenang dan fokus menerapkan apa yang sudah dilatih. Saya mempraktikkan tips dari Coach Markus dan Alhamdulillah hari ini membuahkan hasil,” kata pemain berusia 16 tahun ini.

Timnas Indonesia kini berhasil melaju ke final Piala AFF U-16 2022 untuk menghadapi Vietnam yang mengalahkan Thailand 2-0 dalam semifinal lainnya.

Timnas Indonesia mencetak gol dari Muhammad Riski Afrisal. Sedangkan Myanmar dari gol Nay Min Htet.

Dalam adu penalti, seluruh penendang Indonesia yakni Muhammad Iqbal Gwijangge, Figo Dennis, Arkhan Kaka, Muhammad Riski Afrisal, dan Muhammad Nabil Asyura berhasil menuntaskan tugas dengan baik.

Sedangkan Timnas Myanmar hanya empat pemain yang berhasil membobol gawang Timnas Indonesia U-16 yaitu Kaung Khant Zaw, Brang Don Le, Khon Cho Htoo, Myat Phone Khant. []

SUMBER: OKEZONE

Menyelami Makna Tauhid

Syekh Ibnu ‘Utsaimin memaparkan bahwa kata tauhid secara bahasa adalah isim (kata benda) yang berasal dari perubahan fiil (kata kerja) ’wahhada-yuwahhidu’ yang bermakna menunggalkan sesuatu. Sedangkan dalam kacamata syari’at tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ washifat (Al-Qaul Al-Mufid, I/5)

Syekh Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Zat dan Sifat-sifat-Nya. Tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadahan. Tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini (rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat, pen). Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya, maka hal itu tidak mungkin terjadi. Hal ini disebabkan dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama. (Ibthal At-Tandid, hal. 5-6).

Syekh Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). ’La ilaha’ adalah penafian. Kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan ’illallah’ adalah itsbat/ penetapan. Kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat Al-Kasyifat, hal. 49).

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata,

“Ketahuilah –semoga Allah membimbingmu untuk menaati-Nya. Sesungguhnya hakikat al-hanifiyah millah Ibrahim adalah engkau beribadah kepada Allah semata dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Dengan maksud itulah seluruh umat manusia diciptakan oleh Allah.

Sebagaimana ditegaskan Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.’ (QS. Az-Zariyat: 56)

Makna ‘supaya mereka beribadah kepada-Ku’ dalam ayat tersebut adalah agar mereka men-tauhid-kan-Ku. Perintah terbesar yang dititahkan Allah adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam hal peribadahan. Sedangkan larangan Allah yang terbesar adalah kesyirikan, yaitu berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

 وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ 

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.’ (QS. An-Nisa’ : 36)”

(Tsalatsatul Ushul)

Hanifiyah = beribadah dengan ikhlas

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan bahwa makna hanifiyah adalah beribadah dengan mengikhlaskan agama kepada Allah. Ibadah memiliki asal makna merendah dan menundukkan diri. Oleh sebab itu, berbagai tugas yang dibebankan Allah kepada umat manusia disebut ibadah karena mereka diperintahkan mengerjakannya dalam keadaan tunduk dan patuh kepada Allah. Adapun makna ibadah dalam terminologi syariat yaitu suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridai-Nya, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Dan sebagaimana sudah dimaklumi bahwa ibadah hanya akan diterima jika dilandasi dengan keikhlasan. Makna ikhlas adalah seorang hamba beramal dengan mengharapkan rida dan pahala dari Rabbnya, bukan dalam rangka mencari tujuan lain berupa kepemimpinan, kedudukan, ataupun perkara duniawi lainnya. Mengharapkan rida dan pahala dari Allah tidaklah mengurangi keikhlasan. Bahkan orang yang beribadah kepada Allah tanpa mengharapkan pahala itu tercela. Hal itu merupakan tata cara beragama kaum sufi yang bertentangan dengan dalil-dalil syari’at. (lihat Hushuulul Ma’muul, hal. 43)

Buah keikhlasan

Syekh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan menyebutkan beberapa buah dari keikhlasan.

Menyempurnakan tauhid dan memurnikan ibadah hanya kepada Allah akan menyempurnakan ketaatan dan melenyapkan segala bentuk penyembahan dan pemujaan kepada selain-Nya.

Orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah akan dibersihkan dari maksiat dan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

كَذَ ٰ⁠لِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوۤءَ وَٱلۡفَحۡشَاۤءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِینَ

Demikianlah agar Kami memalingkan darinya (Nabi Yusuf) keburukan (maksiat) dan perbuatan keji. Sesungguhnya dia termasuk hamba Kami yang terpilih (dikaruniai keikhlasan).” (QS. Yusuf : 24)

Orang yang ikhlas dalam beribadah, maka dia akan terjaga dari tipu daya setan. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِبَادِی لَیۡسَ لَكَ عَلَیۡهِمۡ سُلۡطَـٰنٌ 

Sesungguhnya tidaklah engkau (setan) mampu menyesatkan hamba-hamba-Ku (yang terpilih).” (QS. Al-Hijr : 42)

Dan setan pun berkata,

فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِیَنَّهُمۡ أَجۡمَعِینَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِینَ

Demi kemuliaan-Mu sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (ikhlas).” (QS. Shad : 82-83)

Haram masuk neraka, sebagaimana disebutkan dalam hadis ‘Itban, “Sesungguhnya Allah mengharamkan orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah dengan mengharapkan wajah Allah masuk ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

(lihat Majmu’ Fatawa, 10/260-261. disadur dari Hushuulul Ma’muul, hal. 43-44)

Millah Ibrahim adalah Tauhid

Syekh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan berkata, “Al-Hanifiyah adalah millah (agama) Ibrahim. Agama Ibrahim biasa disebut dengan istilah al-hanifiyah.” (Hushulul Ma’mul, hal. 42). Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, ”Al-Hanifiyah adalah millah (agama) yang memiliki kecenderungan menjauhi syirik. Agama yang ditegakkan di atas landasan keikhlasan untuk Allah ‘Azza Wajalla.” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 37)

Sykh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafizhahullah berkata, ”Yang dimaksud dengan al-hanifiyah millah Ibrahim ‘alaihis salam adalah ajaran yang dititahkan Allah Jalla Wa‘ala kepada Nabi-Nya. Ajaran yang diperintahkan Allah untuk diikuti oleh seluruh umat manusia. Allah Jalla Wa‘ala berfirman,

ثُمَّ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ حَنِیفࣰاۖ

”Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengikuti millah Ibrahim dengan hanif.” (QS. An-Nahl : 123)

Hakikat millah Ibrahim adalah ajaran tauhid…” (Syarh Kitab Tsalatsatil Ushul, hal. 16)

Imam Ath-Thabari menafsirkan kata-kata ‘dengan hanif’ dalam ayat tersebut (QS. An-Nahl : 123) adalah dengan “istikamah di atas agama Islam”. Imam Ibnu Katsir berkata bahwa makna kata hanif ialah almunharif qashdan ‘an syirki ila tauhid (sengaja menjauhi dan meninggalkan syirik menuju tauhid). Imam Al-Baghawi mengatakan bahwa makna hanif adalah, ”Muslim yang lurus berada di atas agama Islam.” Imam Al-Alusi mengatakan bahwa makna hanif adalah, ”Berpaling dari semua agama yang batil menuju agama yang hak dan tidak bergeser darinya.” Tafsiran serupa disampaikan oleh Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir. Syekh As-Sa’di mengatakan bahwa makna hanif adalah muqbilan ‘alallah bil mahabbah wal inaabah wal ‘ubuudiyah mu’ridhan ‘an man siwaahu  (menghadapkan jiwa raga kepada Allah dengan rasa cinta, tobat, dan penghambaan serta berpaling dari segala sesembahan selain-Nya). Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri mengatakan tentang makna hanif adalah condong kepada agama yang lurus, yaitu Islam.

(lihat Maktabah Syamilah)

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77699-menyelami-makna-tauhid.html

3 Kemukjizatan Alquran yang Jarang Disadari

Alquran adalah mukjizat dari Allah SWT. Alquran merupakan kalamullah yang berisikan kebenaran dan petunjuk kepada jalan hidup yang akan menuntun manusia supaya selamat di dunia dan akhirat. Namun, ada sebuah kemukjizatan Alquran yang jarang disadari. Apakah itu?

Mantan Mufti Mesir, Syekh Dr Ali Jum’ah menyampaikan penjelasan soal keagungan kitab suci Alquran. Ada banyak hal yang menunjukkan kemuliaan Alquran yang ternyata jarang disadari. Berikut beberapa kemukjizatan tersebut:

1 Kemukjizatan Alquran yang jarang disadari: Qiroat

Syekh Jum’ah menjelaskan, akar kata yang ada dalam Alquran berjumlah 1.810 kata, dan kata yang tidak berulangnya berjumlah 1.620 kata.

Dia juga mengungkapkan, ada 10 qiroat Alquran dan semuanya terjaga dari penyelewengan. Qiroat sendiri adalah mazhab dalam membaca Alquran yang dipengaruhi perbedaan dialek.

“Ini membuktikan bahwa Alquran terjaga sepanjang waktu dan zaman, sampai Hari Kiamat. Alquran adalah kalam Allah dan bukan makhluk. Alquran melampaui zaman, tempat, manusia dan keadaan,” tutur dia seperti dilansir Elbalad, Ahad (7/8/2022).

Syekh Jum’ah juga memaparkan, ada 90 qiroat Alquran yang menyeleweng dan salah. Qiroat yang menyeleweng dan salah ini diketahui dan tentu tidak digunakan.

2 Kemukjizatan Alquran yang jarang disadari: Dijaga Allah SWT bahkan hingga ke tingkat bunyi bacaannya

Anggota dewan ulama senior Al-Azhar Mesir itu juga menyampaikan, Allah SWT menjaga Alquran pada tingkat bunyi bacaannya. Ini tidak hanya satu kali, tetapi bahkan sampai 10 kali.

“Tidak ada teks di muka bumi ini yang menggunakan cara ini,” ujarnya.

3 Kemukjizatan Alquran yang jarang disadari: Bisa dihafal bahkan oleh anak kecil sekalipun

Syekh Jum’ah juga mengingatkan, Alquran bahkan sampai bisa dihafal oleh anak-anak kecil padahal mereka tidak mengerti bahasa Arab. Umat Muslim melaksanakan sholat karena mereka hafal Alquran.

“Jelas ini adalah mukjizat ilahi. Nabi Muhammad ﷺ datang sebagai rahmat bagi semesta alam, dengan mukjizat Alquran,” katanya.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ia benar-benar adalah bacaan sempurna yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara. Tidak ada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS Al-Waqi’ah ayat 77-80) []

SUMBER: EL BALAD

7 Manfaat Buah Kurma

Kurma adalah jenis buah yang bisa tumbuh kapan saja sepanjang tahun. Namun umumnya, buah ini sering dipanen pada musim gugur atau awal musim dingin di negara asalnya. Alasannya, karena di musim dingin buah ini berada dalam kondisi paling segar.

Kurma sendiri merupakan salah satu makanan manis dan multiguna yang dapat meregulasi proses pencernaan. Kurma dapat meningkatkan energi dalam waktu 30 menit bagi yang mengkonsumsinya.

American Cancer Society merekomendasikan asupan serat 20 hingga 35 gram per hari, yang dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi kurma. Mengkonsumsi 1 buah kurma per hari juga dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan mata seumur hidup. Kurma dikenal cukup efektif melindungi mata dari rabun senja.

Dikutip dari Alodokter, Di dalam 100 gram buah kurma, terkandung sekitar 280 kalori dan aneka nutrisi berikut:

2–2,5 gram protein
75 gram karbohidrat
65 gram gula
7–8 gram serat
65 miligram kalsium
650 miligram kalium
1 mg zat besi
0,5 miligram zinc
150 IU vitamin A

Selain nutrisi di atas, buah kurma juga mengandung folat, vitamin B, vitamin K, mangan, dan beragam jenis antioksidan, termasuk lutein dan flavonoid.

1 1. Manfaat Buah Kurma: Menstabilkan gula darah

Sahabat Islampos, buah kurma dianjurkan untuk berbuka puasa. Pasalnya, kandungan gula dalam buah kurma bermanfaat untuk mengembalikan gula darah yang sempat drop karena puasa sehari penuh.

Meski rasanya manis dan mengandung gula yang cukup tinggi, buah kurma ternyata cukup aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Ini karena buah ini memiliki indeks glikemik yang tergolong rendah, sehingga tidak membuat kadar gula darah cepat melonjak.

Makan tiga butir kurma saat berbuka dibarengi satu gelas air putih, selain sehat ini juga mengenyangkan dan bisa mengembalikan stamina.

2 2. Manfaat Buah Kurma: Baik untuk pencernaan

Manfaat buah kurma yang selanjutnya adalah, kurma berguna untuk melancarkan pencernaan. Hal ini dikarenakan buah Kurma mengandung serat pangan yang membantu proses pencernaan dengan baik sehingga melancarkan buang air besar.

teka teki fiqih, Mood Booster, Manfaat Puasa Sunnah Senin dan Kamis, Sunnah Puasa Ramadhan, Hukum Puasa tapi Tidak Shalat, Utang Puasa Ramadhan, Manfaat Buah Kurma
Foto: Dreamstime.com

Buah ini merupakan sumber serat makanan yang baik. Tergantung pada varietas dan tahap kematangannya, sekitar 6,4% hingga 11,5% kandungan kurma terdiri dari serat terutama jenis yang tidak larut.

Sahabat Islampos, makanan yang kaya akan jenis serat tidak larut dapat membantu memadatkan feses dan melancarkan pencernaan. Dengan kata lain, makan makanan berserat setiap hari (sekitar 25-30 gram/ hari) dapat menghindari Anda dari masalah diare dan sembelit.

Dalam studi yang diterbitkan di British Journal of Nutrition menyebut sebanyak 21 orang yang mengonsumsi 7 butir kurma per hari selama 21 hari mengalami peningkatan gerakan usus dan lebih sering buang air besar dibanding mereka yang tidak mengonsumsi kurma.

3 3.Manfaat Buah Kurma: Menurunkan berat badan

Kurma mengandung karbohidrat dan gula yang bersifat mengenyangkan. Jika memakan kurma saat berbuka, ini akan membuat perut lebih cepat kenyang. Advertisements https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-4444279039602201&output=html&h=188&slotname=2575252184&adk=2961452354&adf=2766499589&pi=t.ma~as.2575252184&w=750&fwrn=4&lmt=1660240257&rafmt=11&psa=1&format=750×188&url=https%3A%2F%2Fwww.islampos.com%2F7-manfaat-buah-kurma-257340%2F&host=ca-host-pub-2644536267352236&wgl=1&dt=1660240212056&bpp=4&bdt=1654&idt=1734&shv=r20220809&mjsv=m202208110101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Dcaabdb99b43d3df2-226ff76636d5005a%3AT%3D1658077799%3AS%3DALNI_Mb7XVd12zbwb1E7g9d9ragJyBxaHQ&gpic=UID%3D000007cbb0cfac2d%3AT%3D1658077799%3ART%3D1660240203%3AS%3DALNI_MYd0zN548n0HtmbODwtnQmnXmt1fw&prev_fmts=0x0%2C728x90%2C320x100%2C300x250%2C300x600%2C750x280&nras=1&correlator=3070127153317&frm=20&pv=1&ga_vid=957391734.1658077802&ga_sid=1660240214&ga_hid=390239479&ga_fc=1&rplot=4&u_tz=420&u_his=4&u_h=864&u_w=1536&u_ah=824&u_aw=1536&u_cd=24&u_sd=1.25&adx=190&ady=4462&biw=1519&bih=711&scr_x=0&scr_y=1896&eid=44759876%2C44759927%2C44759842%2C44763506%2C31068937&oid=2&psts=AEC3cPKiCw3-Da7vLdcGGxCBh3f5J7c4vcbDlkk0wVlg6pCMh7urvEwAzGvQ0Tsg6UgdbxNbYG_nUzmCVxKu5h_Omg%2CAEC3cPLFXvzaGhoY48MnEpWyTlgx-dApheUGtq95vbzRBqAXnGO7OqSwKxfDVSv69JJ_gCPYdrjKZfRfYE2jd1JM-Q%2CAEC3cPL37Et2LdJHoIhAh_5fFCA3sbNYDRL-0WW5h8s4POpmiyzU99Ye3xxwJ1NxyTh4o-p3agZ5JBqbQZsnGKgLQA&pvsid=3975345755935384&tmod=1247824579&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.islampos.com%2F&eae=0&fc=1920&brdim=-7%2C-7%2C-7%2C-7%2C1536%2C0%2C1550%2C838%2C1536%2C711&vis=1&rsz=%7C%7CoeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&ifi=5&uci=a!5&btvi=4&fsb=1&xpc=kE080iT4I1&p=https%3A//www.islampos.com&dtd=45165

Manfaat ini membantu proses penurunan berat badan karena jadi tidak terlalu banyak konsumsi makanan berat saat berbuka.

4 4.Manfaat Buah Kurma: Meningkatkan kesehatan tulang

Sahabat Islampos, sebagaimana dilansir Food NDTV, kurma kaya akan selenium, mangan, tembaga, dan magnesium, semua ini diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah kondisi seperti osteoporosis.

5 5. Manfaat Buah Kurma: Baik untuk kulit

Jika Anda menderita masalah kulit, konsumsi kurma bisa membantu kondisi ini dalam jangka panjang. Ini  adalah manfaat buah kurma yang jarang diketahui orang-orang.

Sahabat Islampos, di samping itu, kurma disebut turut memiliki manfaat yang membantu mencegah penuaan dini dan akumulasi melanin di tubuh Anda.

6 6. Manfaat Buah Kurma: Menjaga kesehatan otak

Menurut laporan Healthline, manfaat kurma untuk kesehatan lainnya adalah meningkatkan fungsi otak.

Studi laboratorium menemukan kurma bermanfaat untuk menurunkan penanda inflamasi di otak dan menurunkan risiko terkena alzheimer.

BACA JUGA: 20 Fakta Unik Kurma yang Jarang Diketahui

7 7. Manfaat Buah Kurma: Memperkuat kekebalan tubuh

Manfaat Buah Kurma
Foto: Livestrong.com

Sahabat Islampos, kandungan antioksidan pada kurma akan membantu melawan radikal bebas sehingga membantu memperkuat kekebalan tubuh.

Buah kurma diketahui mengandung banyak antioksidan alami, seperti fenolik dan flavonoid. Kandungan ini memiliki peran penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker.

Ada sebanyak tiga jenis antioksidan paling potensial dalam kurma yakni:

– Flavonoid, jenis antioksidan yang ampuh untuk menurunkan inflamasi dan berpotensi menurunkan risiko diabetes, Alzheimer dan beberapa jenis kanker.

– Karotenoid, terbukti mendukung kesehatan jantung dan menurunkan risiko gangguan mata.

– Asam fenolat, dikenal dengan sifat antiinflamasi sehingga menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung. []

ISLAMPOS

Kisah Khalifah Al-Hakam II Mendamaikan Konflik Nasrani

Artikel ini akan menjelaskan tentang Khalifah Al-Hakam II mendamaikan konflik Nasrani. Dalam literatur sejarah Islam, Andalusia merupakan sebuah peradaban Islam yang dikenal dengan masa keemasan dan mengalami banyak kemajuan. 

Salah satu khalifah yang dikenal sebagai mercusuar dalam menyempurkan Spanyol dan membuat Cordoba semakin dikenal oleh dunia adalah Hakam II. Ia adalah anak dari Abdurrahman III. 

Ia diangkat sebagai khalifah pada umur 45 tahun menggantikan ayahnya. Kekuasaan umayyah di Andalusia menjadi babak baru dalam kekhalifahan Islam pada saat itu. Jika dilihat dari silsilah khalifah, Hakam II merupakan khalifah kesembilan dalam sejarah dinasti Umayyah di Andalusia. 

Namun, karena pada masa Daulah Umayyah di Andalusia dari Abdurrahman Ad-Dakhil hingga Abdullah bin Muhammad tidak disebut Khalifah, tapi amir. Baru kemudian, sebutan khalifah terjadi pada Abdurrahman III. Maka Hakam II disebut sebagai khalifah kedua Daulah Umayyah di Andalusia (Faisal IsmailSejarah dan kebudayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XIII M, Yogyakarta: IRCiSoD, 2017).

Secara kepribadian, ia adalah pembaca ulung yang sangat mencintai ilmu. Ia juga disebut sebagai pecinta sastra yang memiliki ribuan sumber referensi. Bacaan yang dimilikinya pada saat itu merupakan bentuk tulisan tangan. Karena pada waktu, mesin percetakan belum ada. Tidak hanya kecintaan itu, ia juga menghargai para pecinta ilmu dengan memberikan apresiasi yang besar terhadap sebuah karya. 

Dikisahkan bahwa, ada seorang pejangga Arab yang bernama Abul Faraj. Saat itu ia sedang Menyusun sajak dan lagu yang diber nama Al-Aghani. Mengetahui hal itu, Hakam II segera mengirimkan utusan untuk menemui sang penulis. Dalam pertemuan itu, Abul Faraj dibayar dengan harga 1.000 dinar emas untuk karya tersebut. Hal ini barangkali menurun dari ayahnya, Abdurrahman III yang juga berhasil membawa Spanyol kepada zaman keemasan Islam. 

Ia melakukan berbagai terobosan untuk kemajuan terutama di bidang keilmuan dan juga kedokteran. Sebagai seorang pemuda yang sudah sering mengetahui kegiatan ayahnya dan juga ikut andil dalam kegiatan yang dilakukan sang ayah, ia tampil sebagai seorang pemuda terdidik yang sangat mendukung terhadap kemajuan bidang keilmuan. 

Hal itu terbukti dalam masa kepemimpinannya, ia mendirikan banyak universitas, yang kemudian banyak mahasiswa dari kalangan Yahudi, Kristen belajar di kampus tersebut. pada setiap ibu kota di bawah naungan kekuasaannya, sekolah-sekolah dibangun, hingga tidak ada satu kota kecil pun yang tidak ada sekolahnya.

Ilmuwan dan akademisi didatangkan untuk mengajar di Spanyol, ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat menghargai terhadap ilmu. 

Berdasarkan silsilah keturunan, serta pengalaman mendampingi ayahnya, ia sudah mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin menggantikan ayahnya. Tidak heran, dalam kepemimpinannya ia banyak sekali melakukan terobosan baru yang dilakukan, dimana sebelumnya pernah dilakukan oleh ayahnya. 

Pemerintah al-Hakam ditandai dengan rasa aman dan tentram di kalangan penduduk karena mereka bukan saja makmur yang berlimpah akan tetapi kuga berkeadilan. Para penguasa Nasrani yang bertetangga dengannya, di daerah Spanyol atau Andalusia mengakui kedaulatan al-Hakam. 

Bahkan dalam beberapa perselisihan antar mereka, bila tidak mampu menyelesaikan sendiri, para penguasa Nasrani sering memohon agar khalifah al-Hakam II turut mengulurkan tangan dalam kemelut tersebut dengan memberikan keputusan. 

Al-Hakam II tidak membeda-bedakan bantuan yang diberikan kepada orang lain. Selain itu, peran tersebut membuktikan bahwa, keputusan yang berasal dari al-Hakam II memberi pengaruh cukup besar terhadap penguasa Yahudi. 

Selain memiliki toleransi yang cukup besar dalam hubungannya dengan masyarakat penguasa non-muslim. Ia juga sangat baik dengan kerajaan Kristen di Iberia Utara, dan menggunakan stabilitas kepada pengembangfan agrikultur melintasi pembangunan irigasi. Relasi itu kemudian memperkenalkan kemajuan Islam Andalusia, pada masa kepemimpinan Hakam II  dalam kemajuan Teknik pembuatan kapal dan navigasi (Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2016).

Tidak hanya itu, kemajuan ilmu pengetahuan di bawah kepemimpinan Hakam II diantaranya: kemajuan intelektual dari bidang saasntra, pembangunan fisik, dll. Selain itu, bidang filsafat, Fiqih, pembangunan arsitektur. Kita meyakini bahwa, al-Hakam II adalah sosok khalifah yang memiliki integritas tinggi.

Terbukti, dalam melakukan perannya sebagai khalifah, ia tampil sebagai sosok yang bisa berdiri di tengah-tengah perbedaan, dan memiliki pengaruh tidak hanya bagi kalangan muslim saja. 

Demikian penjelasan kisah Khalifah Al-Hakam II mendamaikan konflik Nasrani. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Khotbah Jumat: Memuliakan Bulan Muharam Sesuai Petunjuk Rasulullah

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sungguh takwa adalah sebaik-baik bekal kita di hari akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman,

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Hari-hari berlalu. Siang berganti malam. Bulan demi bulan. Dan tahun demi tahun. Namun, masih saja ada dari sebagian manusia yang terus-menerus bermain dalam kemaksiatan dan pelanggaran. Sibuk dengan urusan dunia, hingga tidak ada impiannya yang tidak terwujud. Padahal waktu dan ajalnya tak pernah sekalipun diakhirkan oleh Allah Ta’ala.

Kaum muslimin yang semoga senantiasa di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Saat musim berbuat kebaikan berlalu, pasti akan datang musim kebaikan yang lain. Saat hilang sebuah kesempatan untuk berbuat kebaikan, maka akan Allah gantikan dengan kesempatan lainnya. Sesungguhnya, saat ini kita berada di bulan Muharam yang penuh kemuliaan dan keutamaan. Sebuah kesempatan emas yang datang setelah berlalunya bulan Zulhijah yang juga penuh dengan kemuliaan dan keutamaan.

Bulan Muharam ini merupakan bulan yang mulia. Bukan bulan sial serta bulan kesedihan sebagaimana yang menjadi anggapan sebagian orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan menjelaskan bahwa Muharam termasuk bulan yang mulia dan menisbatkan bulan mulia ini kepada Allah Ta’ala. Sahabat Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi,

سألتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: أيُّ اللَّيلِ خيرٌ، وأيُّ الأشهُرِ أفضَلُ؟ فقال: خيرُ اللَّيلِ جَوفُه، وأفضَلُ الأشهُرِ شَهرُ اللهِ الذي تَدْعونَه المُحَرَّمَ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Apakah malam yang paling baik dan apakah bulan yang paling  utama?’ Beliaubersabda, ‘Sebaik–baik malam adalah pertengahannya, dan seutama-utamanya bulan adalah bulan Allah yang kalian menamainya dengan Al-Muharram.” (HR. An-Nasai no. 4216 dalam As-Sunan Al-Kubra)

Hikmah dari penyebutan Muharam sebagai ‘bulan Allah’ sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz Al-Iraqi di dalam kitab Syarhu At-Tirmidzi adalah,

“Bisa kita katakan, karena Muharam merupakan salah satu bulan suci/ haram yang Allah haramkan di dalamnya peperangan. Dan ia merupakan bulan yang pertama kali dinisbatkan kepada Allah Ta’ala secara khusus. Dan tidak ada bulan-bulan lainnya yang secara sahih dinisbatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Allah Ta’ala, kecuali bulan Allah Muharam ini.”

Penisbatan ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitabnya Lathoif Al-Ma’arif, menunjukkan besarnya keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Beliau rahimahullah berkata,

فَإِنَّ اللَّهَ -تَعَالَى- لَا يُضِيفُ إِلَيْهِ إِلَّا خَوَاصَّ مَخْلُوقَاتِهِ، كَمَا نَسَبَ مُحَمَّدًا وَإِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَغَيْرَهُمْ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَى عُبُودِيَّتِهِ، وَنَسَبَ إِلَيْهِ بَيْتَهُ وَنَاقَتَهُ

“Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menisbatkan kepada diri-Nya, kecuali makhluk-makhluk yang khusus dan tertentu. Sebagaimana Ia menisbatkan Nabi Muhammad, Ishak, Yakub dan nabi-nabi yang lain kepada penghambaan terhadap diri-Nya. Sebagaimana juga Allah Ta’ala menisbatkatkan ka’bah dan unta Nabi Shalih kepada-Nya.”

Maasyiral Mukminin, yang dirahmati Allah Ta’ala.

Bulan Muharam merupakan bulan yang paling mulia setelah bulan Ramadan. Inilah pendapat yang banyak diambil oleh para ulama. Hasan Al-Basri rahimahullah berkata,

إِنَّ اللَّهَ -تَعَالَى- افْتَتَحَ السَّنَةَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ -أَيِ: الْمُحَرَّمِ- وَخَتَمَهَا بِشَهْرٍ حَرَامٍ -أَيْ: ذِي الْحِجَّةِ- فَلَيْسَ شَهْرٌ فِي السَّنَةِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْمُحَرَّمِ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengawali tahun dengan dengan bulan yang suci dan mulia, yaitu Muharam. Dan menutupnya juga dengan bulan yang suci dan mulia, yaitu bulan Zulhijah. Maka, tidak ada bulan yang lebih mulia setelah bulan Ramadan, kecuali bulan Muharam.”

Begitu mulianya bulan ini hingga Allah Ta’ala tekankan haramnya  berbuat kezaliman dan kemaksiatan di bulan ini, serta Allah Ta’ala lipat gandakan dosa kemaksiatan di dalamnya. Oleh karenanya, Ia berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Al-Qurtubi rahimahullah mengatakan,

“Allah khususkan penyebutan bulan-bulan haram serta Allah larang perbuatan zalim di dalamnya sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan, walaupun (perbuatan zalim) itu terlarang di setiap zaman dan waktu. Inilah (tafsir ayat di atas) yang banyak diambil oleh ulama tafsir, yaitu: ‘janganlah kamu sekalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan haram yang empat itu.’”

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Setelah mengetahui besarnya keutamaan bulan Muharam ini, serta mengetahui bahwa kemaksiatan dan kezaliman padanya dosanya lebih besar, seorang muslim seharusnya semakin sadar diri. Mengisi bulan ini dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Ia juga harus sadar bahwa ke-bid’ah-an dan mengada-adakan hal baru dalam urusan agama dosanya sangatlah besar. Sehingga ia berhati-hati dari terjerumus pada setiap amal ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh generasi terdahulu, karena sejatinya ke-bid’ah-an akan merugikan pelakunya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.’” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Begitu banyak dari kaum muslimin yang terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah, baik pada hari Asyura secara khusus, maupun pada bulan Muharam secara umum. Padahal semuanya itu tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pernah dicontohkan juga oleh para sahabatnya dan para pengikutnya. Abu Syamah rahimahullah seorang ahli sejarah dan ahli hadis dari Damaskus berkata,

وَلَمْ يَأْتِ شَيْءٌ فِي أَوَّلِ لَيْلَةِ الْمُحَرَّمِ، وَقَدْ فَتَّشْتُ فِيمَا نُقِلَ مِنَ الْآثَارِ صَحِيحًا وَضَعِيفًا، وَفِي الْأَحَادِيثِ الْمَوْضُوعَةِ، فَلَمْ أَرَ أَحَدًا ذَكَرَ فِيهَا شَيْئًا، وَإِنِّي لَأَتَخَوَّفُ -وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ- مِنْ مُفْتَرٍ يَخْتَلِقُ فِيهَا حديثاً

“Tidak ada riwayat apapun yang menyebutkan keutamaan malam pertama Muharam. Saya telah meneliti berbagai riwayat dalam kitab kumpulan hadis yang sahih maupun yang daif, atau dalam kumpulan hadis-hadis palsu, namun aku tidak menjumpai seorang pun yang menyebutkan hadis itu. Saya khawatir, wal iyadzu billah, hadis ini berasal dari pemalsu, yang membuat hadis palsu terkait tahun baru.” (Al-Bahis ’ala Inkar al-Bida’ wa al-Hawadits, hlm. 77)

أقول قولي هذا. أستغفر الله لي ولكم فاستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jemaah yang berbahagia.

Salah satu keutamaan bulan Muharam yang mulia ini adalah anjuran untuk memperbanyak puasa di dalamnya. Bahkan, sebagian ulama membolehkan berpuasa sunah sebulan penuh di dalamnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah (puasa) di bulan Allah (yaitu) Muharam. Sedangkan salat yang paling utama setelah (salat) fardu adalah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

Pada bulan ini juga terdapat satu hari, yang Rasulullah sangatlah bersemangat untuk berpuasa di dalamnya serta memerintahkan para sahabatnya untuk turut serta berpuasa, bahkan para sahabat mengajak serta dan mengajarkan anak-anak yang belum baligh untuk berpuasa di dalamnya.

Ketahuilah wahai jemaah sekalian, hari tersebut adalah hari Asyura, hari kesepuluh dari bulan Muharam. Hari di mana Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis salam dari kekejaman raja Firaun dan hari di mana Allah Ta’ala tenggelamkan Firaun dan bala tentaranya. Dari sinilah puasa Asyura disyariatkan sebagai bentuk rasa syukur atas selamatnya Nabi Musa dari kekejaman Firaun dan bala tentaranya.

Jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala. Syariat juga memberikan balasan yang besar bagi siapa saja yang berpuasa di hari Asyura ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Dan puasa hari Asyura saya berharap kepada Allah dapat menghapus (dosa) tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, no. 1162)

Semangat Nabi dalam berpuasa Asyura juga terlukis pada perkataan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang artinya,

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersemangat serta sangat mengharapkan pahala dari berpuasanya pada suatu hari yang lebih ia utamakan dari berpuasa di hari-hari lainnya, kecuali pada hari ini, yaitu hari Asyura dan pada bulan bulan ini, yaitu bulan Ramadan.”

Puasa pada tanggal 10 Muharam ini akan semakin sempurna pahalanya dan akan lebih utama bila kita dahului dengan berpuasa pada hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 9 Muharam. Hal ini berdasarkan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

لَئِنْ بَقِيتُ أو لئِنْ عِشْتُ إلى قابلٍ لأصومَنَّ التاسِعَ

“Seandainya umurku sampai tahun depan atau aku masih hidup, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal Sembilan (tasyu’a).” (HR. Muslim no. 1134 dan Ibnu Majah no. 1736 dan lafaz ini merupakan lafaznya)

Maasyiral muslimin, jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala.

Semoga kita semua termasuk hamba Allah Ta’ala yang bisa memanfaatkan momen bulan Muharam ini dengan maksimal, menjaga batasan dan larangan Allah dengan tidak melanggarnya, serta memperbanyak berpuasa di bulan yang mulia ini. Semoga kita semua dikumpulkan bersama Nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam surga Allah Ta’ala yang kekal nanti.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُBaca Juga:

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77439-khotbah-jumat-memuliakan-bulan-muharam-sesuai-petunjuk-rasulullah.html

Mengapa Iblis Menolak Sujud kepada Nabi Adam?

Dalam Surat Al-Kahfi ayat 50, Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.” (QS Al-Kahfi ayat 50)

Guru Besar Hukum Islam Fakultas Dar al-Ulum Universitas Kairo Mesir, Ahmad Youssef Suleiman menyampaikan penjelasan mengenai mengapa iblis menolak sujud kepada Nabi Adam AS.

Suleiman menjelaskan, ayat tersebut menunjukkan bahwa iblis berasal dari golongan jin. Tetapi iblis hadir di antara para malaikat atas perintah Allah SWT untuk menyambut Nabi Adam dengan bersujud kepada Nabi Adam karena keunggulannya.

Dari ayat itu, lanjut Suleiman, Allah berfirman kepada para malaikat. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat…” Ayat ini memang menunjukkan adanya perintah kepada malaikat, tetapi bukan berarti tidak menunjukkan perintah kepada golongan lainnya, yang dalam hal ini adalah iblis.

Penggunaan kata ‘para malaikat’ pada ayat itu, karena betapa banyaknya jumlah malaikat. Karena itu, meski dihadiri golongan lain yang bukan dari golongan malaikat, yaitu iblis, ayat tersebut secara bahasa memerintahkan semua golongan, termasuk iblis, untuk sujud kepada Nabi Adam.

Namun, iblis tidak terima karena bukan termasuk golongan yang diperintah untuk melakukannya, karena ia bukan dari golongan atau salah satu dari malaikat. Iblis menggunakan analogi yang rasional untuk melawan perintah Allah SWT dan dia menganggap perintah sujud kepada Nabi Adam adalah tidak adil.

Setan melihat dirinya lebih baik dari Nabi Adam karena ia diciptakan dari api sedangkan Nabi Adam dari tanah. Dalam sudut pandang iblis, api lebih baik dari tanah sehingga dia menolak sujud kepada Nabi Adam AS.

Jawaban-jawaban penolakan iblis untuk sujud kepada Nabi Adam, di antaranya:

Dalam Surat Al-A’raf ayat 12, “(Allah) berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ (Iblis) menjawab, ‘Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.'”

Dalam Surat Al-Isra ayat 62, “Ia (Iblis) berkata, “Terangkanlah kepadaku, inikah yang lebih Engkau muliakan daripada aku? Sekiranya Engkau memberi waktu kepadaku sampai hari Kiamat, pasti akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.”

IHRAM

Faedah-Faedah dari Hadis Niat

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin (pemimpin kaum beriman), Abu Hafsh Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ’anhu, beliau mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّما الأعمالُ بالنِّيَّاتِ وإنَّما لِكلِّ امرئٍ ما نوى فمن كانت هجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ فَهجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ ومن كانت هجرتُهُ إلى دنيا يصيبُها أو امرأةٍ ينْكحُها فَهجرتُهُ إلى ما هاجرَ إليْهِ

Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.’” (HR. Bukhari [Kitab Bad’i Al-Wahyi, hadis no. 1, Kitab Al-Aiman Wa An-Nudzur, hadis no. 6689] dan Muslim [Kitab Al-Imarah, hadis no. 1907])

Hadis yang mulia ini menunjukkan bahwa niat merupakan timbangan penentu kesahihan amal. Apabila niatnya baik, maka amal menjadi baik. Apabila niatnya jelek, amalnya pun menjadi jelek. (Syarh Arba’in Li An-Nawawi, sebagaimana tercantum dalam Ad-Durrah As-Salafiyah, hal. 26)

Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Bukhari mengawali kitab Sahihnya (Sahih Bukhari) dengan hadis ini dan dia menempatkannya laiknya sebuah khotbah (pembuka) untuk kitab itu. Dengan hal itu, seolah-olah dia ingin menyatakan bahwa segala amal yang dilakukan dengan tidak ikhlas karena ingin mencari wajah Allah, maka amal itu akan sia-sia, tidak ada hasilnya baik di dunia maupun di akhirat.” (Jami’ Al-‘Ulum, hal. 13)

Ibnu As-Sam’ani rahimahullah mengatakan, “Hadis tersebut memberikan faedah bahwa amal-amal non-ibadah tidak akan bisa membuahkan pahala, kecuali apabila pelakunya meniatkan hal itu dalam rangka mendekatkan diri (kepada Allah). Seperti contohnya adalah makan. Bisa mendatangkan pahala apabila diniatkan untuk memperkuat tubuh dalam melaksanakan ketaatan.” (Sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fath Al-Bari [1: 17]. Lihat penjelasan serupa dalam Al-Wajiz fi Idhah Qawa’id Al-Fiqh Al-Kulliyah, hal. 129, Ad-Durrah As-Salafiyah, hal. 39-40)

Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan bahwa hadis ini juga merupakan dalil yang menunjukkan tidak bolehnya melakukan suatu amalan sebelum mengetahui hukumnya. Sebab di dalamnya ditegaskan bahwa amalan tidak akan dinilai jika tidak disertai niat (yang benar). Sementara niat (yang benar) untuk melakukan sesuatu tidak akan benar, kecuali setelah mengetahui hukumnya. (Fath Al-Bari [1: 22])

Macam-macam niat

Istilah niat meliputi dua hal, yaitu: (1) menyengaja melakukan suatu amalan (niyat al-‘amal) dan (2) memaksudkan amal itu untuk tujuan tertentu (niyat al-ma’mul lahu).

Yang dimaksud niyatu al-‘amal adalah hendaknya ketika melakukan suatu amal, seseorang menentukan niatnya terlebih dulu untuk membedakan antara satu jenis perbuatan dengan perbuatan yang lain. Misalnya mandi, harus dipertegas di dalam hatinya apakah niatnya untuk mandi biasa ataukah mandi besar. Dengan niat semacam ini, akan terbedakan antara perbuatan ibadah dan non-ibadah/ adat. Demikian juga, akan terbedakan antara jenis ibadah yang satu dengan jenis ibadah lainnya. Misalnya, ketika mengerjakan salat (2 raka’at), harus dibedakan di dalam hati antara salat wajib dengan yang sunah. Inilah makna niat yang sering disebut dalam kitab-kitab fikih.

Sedangkan niyat al-ma’mul lahu maksudnya adalah hendaknya ketika beramal tidak memiliki tujuan lain, kecuali dalam rangka mencari keridaan Allah, mengharap pahala, dan terdorong oleh kekhawatiran akan hukuman-Nya. Dengan kata lain, amal itu harus ikhlas. Inilah maksud kata niat yang sering disebut dalam kitab akidah atau penyucian jiwa yang ditulis oleh banyak ulama salaf dan disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalam Al-Qur’an, niat semacam ini diungkapkan dengan kata-kata iradah (menghendaki) atau ibtigha’ (mencari). (Diringkas dari keterangan Syekh As-Sa’di dalam Bahjat Al-Qulub Al-Abrar, sebagaimana tercantum dalam Ad-Durrah As-Salafiyah, hal. 36-37 dengan sedikit penambahan dari Jami’ Al-‘Ulum oleh Ibnu Rajab hal. 16-17)

Pentingnya Ikhlas

Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ

Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kalian siapakah di antara kalian orang yang terbaik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menafsirkan makna ‘yang terbaik amalnya’ yaitu ‘yang paling ikhlas dan paling benar’. Apabila amal itu ikhlas namun tidak benar, maka tidak akan diterima. Begitu pula, apabila benar tapi tidak ikhlas, maka juga tidak diterima. Ikhlas yaitu apabila dikerjakan karena Allah. Benar yaitu apabila di atas sunah/tuntunan, (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyat Al-Auliya’ [8: 95] sebagaimana dinukil dalam Tajrid Al-Ittiba’ fi Bayan Asbab Tafadhul Al-A’mal, hal. 50. Lihat pula Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, hal. 19)

Pada suatu saat sampai berita kepada Abu Bakar tentang pujian orang-orang terhadap dirinya. Maka, beliau pun berdoa kepada Allah, ”Ya Allah. Engkaulah yang lebih mengetahui diriku daripada aku sendiri. Dan aku lebih mengetahui diriku daripada mereka. Oleh sebab itu ya Allah, jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka kira. Dan janganlah Kau siksa aku karena akibat ucapan mereka. Dan ampunilah aku dengan kasih sayang-Mu atas segala sesuatu yang tidak mereka ketahui.” (Kitab Az-Zuhd, Nu’aim bin Hamad, dinukil dari Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 119)

Mutharrif bin Abdullah rahimahullah mengatakan, “Baiknya hati dengan baiknya amalan, sedangkan baiknya amalan dengan baiknya niat.” (Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab dalam Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, hal. 19). Ibnu Al-Mubarak rahimahullah mengatakan, “Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab dalam Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, hal. 19)

Seorang ulama yang mulia dan sangat wara’ (berhati-hati) Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, ”Tidaklah aku menyembuhkan sesuatu yang lebih sulit daripada niatku.” (Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 19)

Pada suatu ketika sampai berita kepada Imam Ahmad bahwa orang-orang mendoakan kebaikan untuknya, maka beliau berkata, ”Semoga saja, ini bukanlah bentuk istidraj (yang membuatku lupa diri).” (Siyar A’lamin Nubala’, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 22)

Begitu pula ketika salah seorang muridnya mengabarkan pujian orang-orang kepada beliau, maka Imam Ahmad mengatakan kepada si murid, ”Wahai Abu Bakar. Apabila seseorang telah mengenali hakikat dirinya sendiri, maka ucapan orang tidak akan berguna baginya.” (Siyar A’lamin Nubala’, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 22)

Ad-Daruquthni rahimahullah mengatakan, ”Pada awalnya, kami menuntut ilmu bukan semata-mata karena Allah. Akan tetapi, ternyata ilmu enggan sehingga menyeret kami untuk ikhlas dalam belajar karena Allah.” (Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 20)

Asy Syathibi rahimahullah mengatakan, ”Penyakit hati yang paling terakhir menghinggapi hati orang-orang saleh adalah suka mendapat kekuasaan dan gemar menonjolkan diri.” (Al-I’tisham, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 20)

Di dalam biografi Ayyub As-Sikhtiyani disebutkan oleh Syu’bah bahwa Ayyub mengatakan, ”Aku sering disebut orang, namun aku tidak senang disebut-sebut.” (Siyar A’lamin Nubala’, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 22)

Seorang ulama mengatakan, ”Orang yang benar-benar berakal adalah yang mengenali hakikat dirinya sendiri serta tidak terpedaya oleh pujian orang-orang yang tidak mengerti hakikat dirinya.” (Dzail Thabaqat Hanabilah, dinukil dari Ma’alim Fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 118)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, ”Tahun ibarat sebatang pohon, sedangkan bulan-bulan adalah cabang-cabangnya, jam-jam adalah daun-daunnya, dan hembusan nafas adalah buah-buahannya. Barangsiapa yang pohonnya tumbuh di atas kemaksiatan, maka buah yang dihasilkannya adalah hanzhal (buah yang pahit dan tidak enak dipandang, pent). Sedangkan masa untuk memanen itu semua adalah ketika datangnya Yaumul Ma’aad (kari kiamat). Ketika dipanen barulah akan tampak dengan jelas buah yang manis dengan buah yang pahit.

Ikhlas dan tauhid adalah ‘sebatang pohon’ di dalam hati yang cabang-cabangnya adalah amal-amal, sedangkan buah-buahannya adalah baiknya kehidupan dunia dan surga yang penuh dengan kenikmatan di akhirat. Sebagaimana buah-buahan di surga tidak akan habis dan tidak terlarang untuk dipetik, maka buah dari tauhid dan keikhlasan di dunia pun seperti itu. Adapun syirik, kedustaan, dan riya’ adalah pohon yang tertanam di dalam hati yang buahnya di dunia adalah berupa rasa takut, kesedihan, gundah gulana, rasa sempit di dalam dada, dan gelapnya hati, dan buahnya di akhirat nanti adalah berupa buah Zaqqum dan siksaan yang terus menerus. Allah telah menceritakan kedua macam pohon ini di dalam surah Ibrahim.” (Al-Fawa’id, hal. 158).

Syekh Prof. Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah mengatakan, “Ikhlas dalam beramal karena Allah Ta’ala merupakan rukun paling mendasar bagi setiap amal saleh. Ia merupakan pondasi yang melandasi keabsahan dan diterimanya amal di sisi Allah Ta’ala, sebagaimana halnya mutaba’ah (mengikuti tuntunan) dalam melakukan amal merupakan rukun kedua untuk semua amal saleh yang diterima di sisi Allah.” (Tajrid Al-Ittiba’ Fi Bayan Asbab Tafadhul Al-A’mal, hal. 49)

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77443-faedah-faedah-dari-hadits-niat.html