Anda Berwudu di dalam WC? Ini Hukumnya!

PADA dasarnya tidak ada ketentuan khusus yang mengatur tempat untuk berwudu. Berwudu boleh dilakukan di mana saja, baik di dalam kamar mandi, tempat wudu, sumur, sungai, laut dan lainnya. Kita tidak menemukan dalil yang melarang tempat tertentu untuk berwudu. Kecuali bila tempat itu memang najis sehingga tidak dimungkinkan terlaksananya wudu, maka tempat itu memang tidak bisa dijadikan tempat wudu.

Misalnya, berwudu di dalam kubangan najis, seperti septik tank, comberan, genangan darah atau saluran air limbah/ tinja. Jelas tidak dimungkinkan untuk melakukan wudu di sana, karena tubuh kita pasti bercampur terus menerus dengan benda-benda najis. Ada pun kamar mandi yang ada WC-nya, tidak bisa dikatakan sebagai benda yang selalu najis. WC memang najis bila sedang digunakan untuk buang air. Namun setelah disiram, tentu sudah tidak najis lagi. Lantai kamar mandi mungkin ada najisnya, tetapi setelah disiram tentu sudah tidak najis lagi.

Walhasil, tidak ada najis yang akan melekat saat sedang berwudu. Sehingga tidak ada halangan untuk berwudu. Akan tetapi manakala sebuah kamar mandi yang ada WC-nya dikelola dengan sangat jorok, sehingga ada najis di mana-mana, bahkan sulit dibersihkan, maka memang sebaiknya kita tidak berwudu di dalamnya. Sebab keadaannya mengkhawatirkan. Demikian semoga menjadi lebih jelas.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369516/anda-berwudu-di-dalam-wc-ini-hukumnya#sthash.uZ7Z903q.dpuf

Jangan Sia-siakan Bulan Rajab, Bulan yang Mulia

BULAN suci Ramadan hampir tiba, tepatnya Mei mendatang. Sejak 29 Maret 2017 lalu, saat ini dalam hitungan kalender hijriah adalah bulan Rajab. Alhasil, Ramadan tinggal satu bulan lagi. Rajab merupakan bulan ketujuh dalam kalender Islam, bulan suci yang diistimewakan dan dimuliakan.

Jadi, tidak heran juga jika setiap memasuki bulan Rajab, banyak umat Muslim yang melakukan amalan-amalan seperti puasa, dan dianjurkan banyak berselawat kepada Rasulullah SAW. Kenapa? Karena bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram yang telah dikenal di dalam tradisi Islam. Tiga bulan lainnya telah berurutan yakni Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram dan terakhir adalah bulan Rajab.

Beberapa alasan mengapa bulan Rajab disebut bulan haram, yakni:

Di dalam bulan Rajab diharamkan pembunuhan. Para orang jahiliyah pun telah meyakini hal itu. Pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih diketatkan lagi dari pada bulan yang lainnya. Ini tidak lain karena mulianya bulan Rajab. Demikian juga kebalikannya pada bulan yang dimuliakan ini sangatlah baik untuk melakukan ketaatan.

Di bulan yang telah dimuliakan ini, tentu saja terdapat keistiewaan di dalamnya. Berikut ini adalah beberapa hadis yang menerangkan mengenai keutamaan dan juga kekhususan puasa Rajab:

Telah diriwayatkan bahwa pada Rasulullah SAW dalam memasuki bulan Rajab. Beliau telah berdoa “Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Syaban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan”. (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).

“Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia Puasa Rajab selama sebulan, bila puasa tujuh hari maka ditutuplah untuknya tujuh pintu neraka Jahim, bila puasa delapan hari, maka dibukakan untuknya delapan pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan”.

“Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa Puasa Rajab sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut”.

Riwayat secara Mursal Abul fath dari Al Hasan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda “Rajab itu bulannya Allah, Syaban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku”.

Nabi Muhammad SAW bersabda: Pada malam miraj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril as: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini? “Maka berkata Jibril as: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca selawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.

Subhanallah, saudaraku Muslim apakah kita tidak ingin mendapatkan kemuliaan di bulan Rajab untuk meraih janji-janji Allah SWT kelak sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW tersebut. Karena itu, marilah kita melakukan amalan di bulan Rajab.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2370076/jangan-sia-siakan-bulan-rajab-bulan-yang-mulia#sthash.ZJ3KJ7xN.dpuf

Inilah Sosok Anak Zakir Naik, yang katanya Lebih Hebat dari Ayahnya

Dai kondang Dr Zakir Naik memulai safari dakwahnya di Indonesia.

Minggu (2/4/2017) Zakir Naik memberikan ceramah di Universitas Pendidikan Indonesia.

Zakir Naik selama ini begitu dikagumi karena kepintarannya. Dia menghafal sejumlah kitab dan menguasai sains.

Terlepas dari itu semua, siapa sangka jika Zakir Naik memiliki seorang putra yang tak kalah hebatnya.

Zakir Naik bahkan dalam sebuah kesempatan menyebut jika putranya itu lebih baik darinya.

Fariq Naik, demikianlah nama putra Zakir Naik tersebut.

 Pada akun instagram Dakwah Positif dikatakan bahwa Fariq Naik telah menyelesaikan studinya di Islamic International School & Junior College, di Mumbai.

Berikut fakta-fakta tentangnya:

  1. Fariq telah menjadi hafiz Quran saat usianya masih 13 tahun.
  2. Dalam situs she.id disebutkan perjalanan dakwah Farid Naik dimulai saat dia masih berusia 8 tahun.
  3. Mulanya, Fariq memberi ceramah singkat dengan menggunakan bahasa Inggris dan Arab.
  4. Meski usianya masih tergolong muda, tetapi Fariq sudah mampu berceramah di depan ribuan orang di Chennai, Pune, Dubai, Italia, dan Trinidad.
  5. Bahkan saat usianya memasuki 9 tahun, Fariq sudah berdakwah di hadapan lebih dari 50ribu orang di Srinagar dan semakin bertambah besar pendengarnya saat ia berusia 12 tahun.
  6. Setelah memberi perkenalan singkat di Peace TV, ia diundang untuk berdakwah di berbagai belahan dunia termasuk Arab Saudi, UEA, Bahrain, Italia, Sri Lanka dan Maladewa. Seiring dengan perjalanan dakwahnya ini, ia berkeinginan untuk menguasai bahasa Arab dan pengetahuan Islam yang lebih dalam lagi. Impian Fariq kini ingin mengikuti jejak sang ayah.
  7. Saat ini, Fariq memperdalam studi keislaman di Al-Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University di Riyadh, Arab Saudi.
  8. Fariq juga sukses menjadi sosok inspratif bagi anak muda sebagai pembicara di Peace TV dalam program “Teen Star”.

Zikir dan Berhati Lurus Ciri Ahli Surga

DALAM sanad Imam Ahmad diriwayatkan dari Anas ra bahwa ketika itu para sahabat tengah duduk-duduk bersama baginda Rasul, kemudian beliau bersabda, “Akan datang kepada kalian di jalan yang kecil ini seorang laki-laki diantara ahli surga (rojulun min ahli jannah)..”

“Dan kemudian datang seorang laki-laki dari golongan Anshar yang jenggotnya itu basah bekas air wudhu, ia menjinjing sandalnya di tangan kirinya kemudian dia mengucapkan salam kepada Rasul dan para sahabat yang ada di sana.”

“Besoknya Rasulullah SAW bersabda lagi, “Akan datang kepada kalian seorang laki-laki calon ahli surga” Dan ternyata, orangnya sama, kemudian di hari ketiga Rasulullah SAW kembali bersabda, dan yang muncul orang itu lagi”

“Hal demikian mengundang rasa penasaran salah seorang sahabat, yang bernama Abdullah bin Amr untuk mengetahui amaliah apa yang dilakukan oleh si laki-laki yang disebut-sebut oleh Rasulullah sebagai calon ahli surga, kemudian Abdullah bin Amr bersiasat untuk mengetahui amaliah tersebut dengan berpura-pura tengah bertengkar dengan keluarganya di rumah, sehingga ia minta izin untuk tinggal di rumah si laki-laki calon ahli surga tersebut..”

“Abdullah bin Amr akhirnya tinggal di rumah laki-laki tersebut hingga tiga malam, ia mencoba mengamati setiap gerak-gerak sang calon ahli surga; ternyata sang calon ahli surga tidak pernah salat malam, salat tahajud, kecuali tatkala dia berbalik dalam tidurnya, ia selalu berzikir kepada Allah dan bertakbir, demikianlah, sampai ia terjaga hanya untuk salat subuh saja..,

“Dan setelah hari ketiga, setelah Abdullah bin Amr mengetahui hanya amalan itu saja yang dilakukan oleh si ahli surga, akhirnya Abdullah berterus terang kepada orang tersebut; dan ia berkata kepada Anshor tadi bahwa sebenarnya antara ia dan bapaknya tidak ada kebencian pertengkaran, tapi sebetulnya ia hanya ingin tinggal di rumah calon ahli surga saja, sebab Rasulullah pernah berkata tiga kali bahwa ia calon ahli surga., hanya ingin tahu apa yang dilakukan oleh si calon ahli surga agar ia bisa mencontohnya..”

“Si calon ahli surga mengatakan bahwa ia tidak melakukan amaliah lain kecuali yang dilihat oleh Abdullah bin Amr, ditambah dengan sedikit amal lain yaitu bahwa ia tidak pernah menyimpan rasa benci, ia tidak pernah menipu atau berbuat curang kepada orang lain dan tidak pernah punya rasa hasad atau iri atas kebaikan yang telah Allah berikan atas orang lain.”.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2370351/zikir-dan-berhati-lurus-ciri-ahli-surga#sthash.CiC9pH1t.dpuf

Jamaah Umrah Jangan Permisif, Hak Terabai, Segera Lapor!

Ratusan calon Jamaah umrah First Travel yang mengalami penundaan pemberangkatan umrah, dinilai permisif karena tidak berani melapor kasus tersebut pada pihak kepolisian. Hal tersebut dinilai perlu, karena pengelola travel sudah mengabaikan hak-hak jamaah.

“Ya harusnya berani melapor, berani berbicara, ini kan terkait hak-hak mereka yang diabaikan travel. Jamaah kita terlalu baik,  apa-apa ya diikhlasin. Padahal haknya terabai,” tegas Ketua Komisi VIII DPR-RI Ali Taher Parasong saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (4/4).

Ali mengatakan, seharusnya kalau sudah pasti waktu keberangkatan, dan visa sudah turun, baru ada imbauan pada calon jamaah untuk berangkat. “Inikan masuk pada kasus penipuan, jangan berlindung dibalik persoalan masyarakat yang permisif,” tegas Ali.

Ali mengaku, sangat miris, melihat orang mencari uang dengan cara yang kasar seperti itu. Ali mengimbau, calon jamaah harus punya sikap dan tegas terhadap travel yang sudah berani mengabaikan hak Jamaah.

Karena, lanjut Ali, opini masyarakat atau calon jamaah sering digiring untuk melihat kejadian tersebut sebagai suatu hal yang biasa, dan tidak dikatergorikan pada penipuan.

 

sumber:IHRAM

Kisah Sahabat yang Jenazahnya Dilindungi Lebah

DIRIWAYATKAN dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutus 10 mata-mata yang dipimpin Ashim bin Tsabit al-Anshari kakek Ashim bin al-Khaththab. Ketika mereka tiba di daerah Huddah antara Asafan dan Makkah mereka berhenti di sebuah kampung suku Hudhail yang biasa disebut sebagai Bani Luhayan. Kemudian Bani Luhayan mengirim sekitar 100 orang ahli panah untuk mengejar para mata-mata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berhasil menemukan sisa makanan berupa biji kurma yang mereka makan di tempat istirahat itu. Mereka berkata, Ini adalah biji kurma Madinah, kita harus mengikuti jejak mereka.

Ashim merasa rombongannya diikuti Bani Luhayan, kemudian mereka berlindung di sebuah kebun. Bani Luhayan berkata, Turun dan menyerahlah, kami akan membuat perjanjian dan tidak akan membunuh salah seorang di antara kalian. Ashim bin Tsabit berkata, Aku tidak akan menyerahkan diri pada orang kafir. Lalu memanjatkan doa, Ya Allah, beritakan kondisi kami ini kepada Nabi-Mu shallallahu alaihi wa sallam. Rombongan Bani Luhayan melempari utusan Rasulullah dengan tombak, sehingga Ashim pun terbunuh. Utusan Rasulullah tinggal tiga orang, mereka setuju untuk membuat perjanjian. Mereka itu adalah Hubaib, Zaid bin Dasnah dan seorang lelaki yang kemudian ditombak pula setelah mengikatnya. Laki-laki yang ketiga itu berkata, Ini adalah penghianatan pertama. Demi Allah, aku tidak akan berkompromi kepadamu karena aku telah memiliki teladan (sahabat-sahabatku yang terbunuh).

Kemudian rombongan Bani Hudhail membawa pergi Hubaib dan Zaid bin Dasnah, mereka berdua dijual. Ini terjadi setelah peperangan Badar. Adalah Bani Harits bin Amr bin Nufail yang membeli Hubaib. Karena Hubaib adalah orang yang membunuh al-Harits bin Amir pada peperangan Badar. Kini Hubaib menjadi tawanan Bani al-Harits yang telah bersepakat untuk membunuhnya. Pada suatu hari Hubaib meminjam pisau silet dari salah seorang anak perempuan al-Harits untuk mencukur kumisnya, perempuan itu meminjaminya. Tiba-tiba anak laki-laki perempuan itu mendekati Hubaib bahkan duduk dipangkuannya tanpa sepengetahuan ibunya. Sementara tangan kanan Hubaib memegang silet. Wanita itu berkata, Aku sangat kaget. Hubaib pun mengetahui yang kualami. Hubaib berkata, Apakah kamu khawatir aku akan membunuh anakmu? Aku tidak mungkin membunuhnya.

Wanita itu berkata, Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Hubaib. Dan demi Allah pada suatu hari, aku melihat Hubaib makan setangkai anggur dari tangannya padahal kedua tangannya dibelenggu dengan besi, sementara di Makkah sedang tidak musim buah. Sungguh itu merupakan rizki yang dianugrahkan Allah kepada Hubaib. Ketika Bani al-Harits membawa keluar Hubaib dari tanah haram untuk membunuhnya, Hubaib berkata, Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat dua rakaat. Mereka mengizinkan shalat dua rakaat. Hubaib berkata, Demi Allah, sekiranya kalian tidak menuduhku berputus asa pasti aku menambah shalatku. Lalu Hubaib memanjatkan doa, Ya Allah, susutkanlah jumlah bilangan mereka, musnahkanlah mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari keturunannya yang hidup, lalu mengucapkan syair:

 

 

Mati bagiku bukan masalah, selama aku mati dalam keadaan Islam
Dengan cara apa saja Allahlah tempat kembaliku
Semua itu aku kurbankan demi Engkau Ya Allah
Jika Engkau berkenan,
berkahilah aku berada dalam tembolok burung karena lukaku (syahid)

Lalu Abu Sirwaah Uqbah bin Harits tampil untuk membunuh Hubaib. Hubaib adalah orang Islam pertama yang dibunuh dan sebelum dibunuh melakukan shalat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memberitahu para sahabat pada hari disiksanya Hubaib, bahwa kaum Quraisy mengutus beberapa orang untuk mencari bukti bahwa Ashim bin Tsabit telah terbunuh dalam peristiwa itu, mereka mencari potongan tubuh Ashim. Karena Ashim adalah yang membunuh salah seorang pembesar Quraisy. Tetapi Allah melindungi jenazah Ashim dengan mengirim sejenis sekawanan lebah yang melindungi jenazah Ashim, sehingga orang-orang itu tidak berhasil memotong bagian tubuh jenazah Ashim sedikit pun.” (HR. Al-Bukhari, no. 3989; Abu Dawud, no. 2660.)

 

 

[Sumber: 99 Kisah Orang Shalih (alsofwah.or.id)]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369054/kisah-sahabat-yang-jenazahnya-dilindungi-lebah#sthash.Oh3d7vt9.dpuf

Umar: Inilah 3 Orang Pemuka Quraisy yang Mulia

ABU Ubaidah adalah seorang sahabat yang berperawakan tinggi, kurus dan berwajah tampan. Orang yang melihatnya akan merasa senang dan membuat jiwa tenang dan ingin selalu berjumpa dengannya. Beliau sangat tawadhu, pemalu, tetapi jika keadaan harus memaksa beliau untuk bertindak dan berbuat, maka ia bergegas melakukan bagaikan singa yang hendak menerkam mangsanya.

Abu Ubaidah bernama Amir bin Abdillah bin Jarrah Al-Qurasy dan memiliki kunyah Abu Ubaidah. Abdullah bin Umar bin Khaththab berkata, “Tiga orang yang merupakan pemuka orang Quraisy dan sangat dihormati akhlak mereka, mulia, pemalu, jika mereka berbicara kepada kalian tidak akan berdusta, jika kalian berbicara dengan mereka, merekapun tidak mendustakan kalian. Mereka adalah Abu Bakar as Siddiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin Jarrah.”

 

 

Menurut tarikh, Abu Ubaidah termasuk orang yang pertama masuk dalam agama islam. Beliau masuk Islam setelah mendapat ajakan Abu Bakar As Siddiq, sehari setelah Abu Bakar menyatakan keislamannya. Setelah itu berturut-turut diikuti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Maduun dan Al Arqam bin Abi al Arqam. Mereka semua masuk Islam di hadapan Rasulullah dan mengumumkan keislaman mereka dan merekalah tonggak dan pilar umat ini.

 

MOZAIK

Kisah Sahabat Nabi: Hudzaifah Ibnul Yaman, Pemegang Rahasia Rasulullah

Hudzaifah Ibnul Yaman lahir di rumah tangga Muslim, dipelihara dan dibesarkan dalam pangkuan kedua orang tuanya yang telah memeluk agama Allah, sebagai rombongan pertama.

Oleh sebab itu, Hudzaifah telah Islam sebelum dia bertemu muka dengan Rasulullah. Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya, kecuali dalam Perang Badar.

Dalam Perang Uhud, Hudzaifah ikut memerangi kaum kafir bersama dengan ayahnya, Al-Yaman. Dalam perang itu, Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang dengan selamat, tetapi bapaknya syahid oleh pedang kaum Muslimin sendiri, bukan kaum musyrikin. Kaum Muslimin tidak mengetahui jika Al-Yaman adalah bagian dari mereka, sehingga mereka membunuhnya dalam perang.

Rasulullah menilai dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat tiga keistimewaan yang menonjol. Pertama, cerdas, sehingga dia dapat meloloskan diri dalam situasi yang serba sulit. Kedua, cepat tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya setiap diperlukan. Ketiga, cermat memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi, sehingga tidak seorang pun dapat mengorek yang dirahasiakannya.

Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin di Madinah ialah kehadiran kaum Yahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat. Untuk menghadapi kesulitan ini, Rasulullah memercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman—dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang.

Dengan memercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin. Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan “Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).

Pada puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang amat berbahaya. Beliau mengutus Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.

“Ada beberapa peristiwa yang dialami musuh. Pergilah engkau ke sana dengan sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti. Dan laporkan kepadaku segera!” perintah beliau.

Hudzaifah pun bangun dan berangkat dengan takutan dan menahan dingin yang sangat menusuk. Maka, Rasulullah berdoa, “Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah.”

“Demi Allah, sesudah Rasulullah selesai berdoa, ketakutan yang menghantui dalam dadaku dan kedinginan yang menusuk-nusuk tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar dan perkasa,” tutur Hudzaifah.

Tatkala ia memalingkan diri dari Rasulullah, beliau memanggilnya dan berkata, “Hai Hudzaifah, sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali kepadaku!”

“Saya siap, ya Rasulullah,” jawab Hudzaifah.

Hudzaifah pun pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam kegelapan malam yang hitam kelam. Ia berhasil menyusup ke jantung pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah anggota pasukan mereka. Belum lama berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu Sufyan memberi komando.

“Hai, pasukan Quraisy, dengarkan aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat khawatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdengar oleh Muhammad. Karena itu, telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!”

Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, “Siapa kamu?”

Jawabnya, “Aku si Fulan, anak si Fulan.”

Sesudah dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, “Hai, pasukan Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat.”

Selesai berkata demikian, Abu Sufyan kemudian mendekati untanya, melepaskan tali penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat. Seandainya Rasulullah tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, tentu ia akan membunuh Abu Sufyan dengan pedangnya.

Hudzaifah Ibnul Yaman sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang munafik selama hidupnya, sampai kepada seorang khalifah sekali pun. Bahkan Khalifah Umar bin Khathtab, jika ada orang Muslim yang meninggal, dia bertanya, “Apakah Hudzaifah turut menyalatkan jenazah orang itu?” Jika mereka menjawab, “Ada,” Umar turut menyalatkannya.

Suatu ketika, Khalifah Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, “Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?”

“Ada seorang,” jawab Hudzaifah.

“Tolong tunjukkan kepadaku siapa?” kata Umar.

Hudzaifah menjawab, “Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya.”

Walau demikian, amat sedikit orang yang mengetahui bahwa Hudzaifah Ibnul Yaman sesungguhnya adalah pahlawan penakluk Nahawand, Dainawar, Hamadzan, dan Rai. Dia membebaskan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin dari genggaman kekuasaan Persia. Hudzaifah juga termasuk tokoh yang memprakarsai keseragaman mushaf Alquran, sesudah kitabullah itu beraneka ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.

Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka,”Pukul berapa sekarang?”

Mereka menjawab, “Sudah dekat Subuh.”

Hudzaifah berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka.”

Ia bertanya kembali, “Adakah kalian membawa kafan?”

Mereka menjawab, “Ada.”

Hudzaifah berkata, “Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih baik. Dan jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku.”

Sesudah itu dia berdoa kepada Allah, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, aku lebih suka mati daripada hidup.”

Sesudah berdoa demikian, ruhnya pun pergi menghadap Ilahi. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya.

Kisah Islamnya Sahabat Abu Dzar Al-Ghifari

DARI Abdullah bin Ash-Shamit, ia mengatakan bahwa Abu Dzar menuturkan, “Kami keluar dari kaum kami (Ghifar), dan mereka menghalalkan bulan suci. Aku keluar bersama adikku, Unais, dan ibu kami. Kami singgah di rumah paman kami (dari pihak ibu). Paman memuliakan kami dan berbuat baik kepada kami, sehingga kaumnya iri hati terhadap kami. Kata mereka, Jika kamu pergi meninggalkan keluargamu, maka Unais memimpin mereka. Kemudian pamanku datang lalu menyampaikan kepada kami apa yang dikatakan kepadanya. Mendengar hal itu kami mengatakan, Kebaikan yang anda perbuat selama ini telah anda cemari. Kami tidak bisa meneruskan hubungan lagi denganmu.

Kemudian kami mendekati sekawanan unta kami dan kami menungganginya. Sedangkan paman kami menutup wajahnya dengan pakaiannya sambil menangis. Kami pun pergi sehingga kami tiba di gerbang kota Mekkah. Unais membangga-banggakan sekawanan unta kami dibandingkan unta lainnya. Keduanya lalu pergi kepada seorang dukun (sebagai hakim untuk memutuskan keduanya siapa yang lebih baik), lalu hakim tersebut menilai milik Unaislah yang terbaik. Lalu Unais datang kepada kami dengan membawa sekawanan unta kami bersama unta lainnya.

Ia mengatakan, Aku sudah melaksanakan shalat, wahai saudaraku, tiga tahun sebelum aku bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku bertanya, Karena siapa? Ia menjawab, Karena Allah. Aku bertanya, Kemana kamu menghadap? Ia menjawab, Aku menghadap di mana Tuhanku menghadap kepadaku. Aku shalat isya hingga ketika akhir malam, aku terhempas seolah-olah aku pakaian, hingga matahari terbit.

Unais berkata, Aku perlu pergi ke Makkah, berilah aku bekal. Ia pun berangkat hingga sampai di Makkah, dan cukup lama meninggalkanku. Kemudian ia kembali, maka aku bertanya, Apa yang kamu lakukan di Makkah? Ia menjawab, Di Makkah aku bertemu dengan seorang laki-laki yang beragama seperti kamu, yang menyangka bahwa Allah telah mengutusnya (sebagai rasul). Aku bertanya, Apa yang dikatakan orang-orang? Mereka mengatakannya sebagai penyair, dukun dan penyihir. Unais adalah seorang penyair.

Kata Unais, Aku telah mendengar ucapan-ucapan para dukun, tetapi ucapan orang ini tidak seperti ucapan mereka. Aku telah membandingkan ucapannya dengan cara (yang ditempuh) para penyair, tetapi tidak ada yang sesuai dengan ucapan seorang pun, bahwa itu syair. Demi Allah, ia benar dan mereka berdusta.” Aku katakan, Berilah aku bekal untuk pergi ke Makkah dan melihat orang itu. Aku pun tiba di Makkah, dan mencari orang yang paling lemah di antara mereka, lalu aku bertanya, Di manakah orang yang kamu katakan sebagai Shabi (pembawa agama) itu? Ia mengisyaratkan kepadaku seraya mengatakan, (Kamu) shabi. Maka penduduk lemah itu melempariku dengan batu dan tulang sehingga aku jatuh pingsan.

Ketika aku terbangun, seolah-olah aku batu merah karena banyaknya darah di tubuhku. Kemudian aku menuju sumur Zam-zam untuk membersihkan darah dari tubuhku dan minum airnya. Aku sudah berada ditempat ini, wahai anak saudaraku, selama 30 hari 30 malam, tanpa memakan sesuatu pun selain air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga hilang lekukan perutku dan aku tidak pernah merasa lemah karena kelaparan. Tatkala penduduk Makkah di malam purnama yang terang benderang, ketika mereka telah tidur, tidak ada seorang pun yang thawaf di Ka`bah, selain dua orang wanita yang bernama Isaf dan Nailah.

Lalu keduanya datang kepadaku dalam thawaf keduanya, maka aku katakan, Nikahlah salah satu dari kalian. keduanya mengomel tidak karuan. Lalu keduanya datang kepadaku, maka aku katakan, Aku lelaki perkasa. Kemudian keduanya pergi sambil mencaci maki dan mengatakan, Seandainya di sini ada seseorang dari para pembela kami. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar menyambut keduanya, saat keduanya turun. Beliau bertanya, Ada apa dengan kalian berdua? Keduanya menjawab, Ada shabi di antara Kabah dengan penutupnya. Beliau bertanya, Apa yang diucapkan kepada kalian berdua? Ia menjawab, Ia mengatakan kepada kami dengan ucapan yang tidak pantas.

 

 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang hingga mencium hajar Aswad. Beliau thawaf di Baitullah beserta sahabatnya, kemudian mengerjakan shalat. Setelah menyelesaikan shalatnya, -Abu Dzar mengatakan, Aku adalah mula-mula orang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam-, maka aku mengucapkan, As-Salamu `alaika, ya Rasulallah! Beliau menjawab, Wa `alaika wa rahmatullah. Kemudian beliau bertanya, Siapa kamu? Aku menjawab, Dari Ghifar.

Tapi, lanjut Abu Dzar, beliau menarik tangannya dan meletakkan jarinya pada dahinya. Aku bergumam dalam hatiku, Mungkin beliau tidak suka jika aku menyebut Ghifar. Aku pun pergi untuk memegang tangan beliau tapi sahabatnya menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertanya, Sejak kapan kamu berada di sini? Aku menjawab, Sejak 30 hari 30 malam yang lalu. Beliau bertanya, Siapa yang memberimu makan? Aku menjawab, Aku tidak pernah memakan makanan kecuali air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Air Zam-zam itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang mengenyangkan.

Abu Bakar berkata, Wahai Rasulullah, izinkan aku malam ini untuk menjamunya.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar pergi, dan aku ikut pergi bersama keduanya. (Setelah sampai rumahnya) Abu Bakar membuka pintu dan menyuguhkan kepada kami kismis Thaif. Itulah jamuan pertama yang aku santap. Kemudian aku boleh pergi sesukaku. Aku datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak melihatnya kecuali Yatsrib; apakah kamu sudi menyampaikan kepada kaummu tentang dakwahku? Mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka berkat dakwahmu dan memberi pahala kepadamu karena mendakwahi mereka.

Kemudian aku mendatangi Unais, maka ia bertanya, Apa yang kamu lakukan di sana? Aku menjawab, Yang aku perbuat ialah bahwasanya aku telah masuk Islam dan beriman. Unais berkata, Aku tidak membenci agamamu. Sebab aku sudah masuk Islam dan beriman. Lalu kami menemui ibu kami, maka ibu mengatakan, Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman. Kemudian kami berangkat hingga datang pada kaum kami, Ghifar. Maka, sebagian dari suku Ghifar masuk Islam. Mereka dipimpin oleh Ima bin Ruh-shah al-Ghifari, sesepuh mereka.

Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madinah, maka kami akan masuk Islam. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisa masuk ke dalam Islam. Mereka datang untuk masuk Islam seraya mengatakan, Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah masuk Islam, maka kami pun masuk Islam. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa, Semoga suku Ghifar mendapatkan ampunan Allah. Dan suku Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka.” (Muslim, No. 2473.)

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2369361/kisah-islamnya-sahabat-abu-dzar-al-ghifari#sthash.YgGP1bI0.dpuf

Kisah Sahabat Nabi: Ikrimah bin Abu Jahal, Mukmin Muhajir dan Mujahid

Ikrimah berusia 30 tahun ketika Rasulullah mulai menyampaikan dawah Islam secara terbuka. Ia adalah seorang bangsawan Quraisy yang dihormati, kaya, dan berasal dari keturunan ningrat. Kalaulah tidak terhalang oleh sikap ayahnya yang sangat keras menentang Islam, agaknya ia telah masuk Islam lebih awal, sebagaimana putra-putra Makkah yang berpandangan luas dan maju, seperti Saad bin Abi Waqqash dan Mush’ab bin Umair.

Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ia memusuhi Rasulullah hanya karena didorong oleh sikap keras ayahnya yang sangat membenci beliau. Oleh sebab itu, Ikrimah turut memusuhi Rasulullah lebih keras lagi dan menganiaya para sahabat lebih kejam dan bengis, untuk menyenangkan hati ayahnya.

Sejak kematian ayahnya dalam Perang Badar, sikap dan pandangan Ikrimah terhadap kaum Muslimin berubah. Kalau dulu ia memusuhi kaum Muslimin lantaran untuk menyenangkan hati ayahnya, maka kini ia memusuhi Rasulullah dan para sahabatnya karena dendam atas kematian ayahnya. Dan dendam itu ia lampiaskan dalam Perang Uhud.

Ketika Perang Khandaq meletus, kaum musyrikin Quraisy mengepung kota Madinah selama berhari-hari. Ikrimah bin Abu Jahal tak sabar dengan pengepungan yang membosankan itu. Lalu ia nekad menyerbu benteng kaum Muslimin. Usahanya sia-sia, bahkan merugikannya hingga ia lari terbirit-birit di bawah hujan panah kaum Muslimin.

Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan kaum Muslimin masuk kota Makkah. Tapi Ikrimah dan beberapa orang pengikutnya tak mengindahkan keputusan itu. Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Panglima Khalid bin Walid. Ikrimah melarikan diri ke Yaman lantaran takut dihukum mati oleh Rasulullah.

Ummu Hakim, istri Ikrimah, menemui Rasulullah untuk meminta ampunan. Rasulullah memenuhi permohonan itu. Maka Ummu Hakim pun berangkat menyusul Ikrimah. Setelah bertemu dengan Ikrimah di tempat pengasingannya, Ummu Hakim membujuk suaminya agar mau kembali ke Makkah. Ummu Hakim juga mengabarkan bahwa Rasulullah telah mengampuni dan memaafkannya.

Ketika Ikrimah dan istrinya hampir tiba di kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai Mukmin dan Muhajir. Karena itu, janganlah kalian memaki ayahnya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang hidup. Padahal makian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal.”

Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau dan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keislamannya. Setelah itu, Ikrimah memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang telah lalu. Rasulullah pun memenuhi permintaan Ikrimah itu.

Maka wajah Ikrimah pun berseri-seri. Kemudian ia berkata, “Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus dengan dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan agama Allah.”

Sejak itu, Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan dakwah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani di medan perang. Disamping itu, Ikrimah juga menjadi seorang ahli ibadah dan pembaca Alquran yang tekun di masjid.

Ketika terjadi Perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan nekat itu, Khalid bin Walid, yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, “Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin.”

Namun Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. “Biarkan saja, ya Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sesekali tidak!” Kemudian dia berteriak, “Siapakah yang berani mati bersamaku?”

Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah, kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan, mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.

Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.

Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. “Berikan dulu kepada Ikrimah,” kata Al-Harits.

Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. “Berikan dulu kepada Ayyasy!” ujarnya.

Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.