4 Macam Sabar Menurut Syekh Sahal Al-Tustari

Artikel ini akan mengulas tentang 4 macam sabar dan hikmahnya menurut ulama sufi yaitu, Syekh Sahal bin Abdullah Al-Tustari. Sabar merupakan kata yang sangat mudah untuk diucapkan, tapi bisa jadi sangat sulit untuk dilakukan. Sifat sabar sangat dibutuhkan terutama di saat menghadapi berbagai masalah.

Ibnu Khamis, dalam karyanya Munakib Al-Abrar Wa Muhasini Al-Ahyar Fi Tabaqat As-Sufiyyah Juz 1, halaman 231, mengisahkan  Syekh Sahal bin Abdullah Al-Tustari ketika ditanya tentang sabar. Adapun redaksinya sebagai berikut:

وسُئل عن الصبر، فقال: الصبر على أربعة أوجه، صبر على المصائب، وصبر على الفرائض، وصبر على أذى النَّاس، وصبر على الفقر

Artinya: Syekh Sahal Al-Tustari ditanya tentang kesabaran, dan beliau menjawab, kesabaran mempunyai empat aspek, kesabaran terhadap musibah, kesabaran menunaikan kewajiban, kesabaran terhadap gangguan manusia, dan kesabaran terhadap kemiskinan.

Sabar Menurut Syekh Sahal Al-Tustari

Ungkapan Syekh Sahal Al-Tustari di atas, menjadi acuan atau arahan untuk bersikap sabar dalam menghadapi berbagai masalah. Selanjutnya Syekh Sahal Al-Tustari menjelaskan hikmah atau buah dari kesabaran. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Pertama, kesabaran terhadap musibah. Allah menguji hambanya dengan bermacam-macam musibah, seperti, kebakaran, banjir, wabah, kelaparan, dan sebagainya. Apabila seorang hamba sabar atas musibah yang menimpanya, maka wajib baginya mendapatkan pahala yang besar, kelak ia akan mendapatkan derajat tinggi di sisi Allah.

Kedua, kesabaran menunaikan kewajiban. Allah telah membebankan kewajiban terhadap hambanya, seperti, kewajiban menunaikan shalat lima waktu dan sebagainya. Apabila seorang hamba sabar menunaikannya, maka Allah akan memberi pertolongan dengan dimudahkan untuk menunaikannya. Jika tanpa pertolongan dari Allah maka sulit untuk menunaikannya kewajiban.

Ketiga, kesabaran terhadap gangguan manusia. Dalam menjalani kehidupan seorang hamba tidak akan selamat dari gangguan orang lain. Apabila seorang hamba sabar atas gangguan orang lain, maka Allah akan menganugerahkan rasa cinta manusia kepadanya. Karena orang yang diganggu oleh orang lain, akan ada manusia yang menaruh simpati kepadanya.

Keempat, kesabaran terhadap kemiskinan. Orang miskin yang sabar atas kemiskinannya, ia akan mendapatkan ridha Allah, asalkan ia bisa bersabar terhadap kemiskinan yang ia alami. Kekayaan dan kemiskinan adalah ujian dari Allah, Apabila seorang hamba bersabar atas ujian tersebut, maka ia akan di ridhai oleh Allah. Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Dari Mana Datangnya Rezeki

Salah jika ada orang yang memahami rezeki itu harus berupa harta.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Surah adz-Dzariyat dibuka dengan sumpah yang di dalamnya menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang memberikan rezeki dan mencegahnya. Para ulama tafsir ketika menerangkan tentang sumpah-sumpah Allah SWT dalam Alquran itu untuk menunjukkan keagungan-Nya.

Maka ketika Allah SWT bersumpah angin dan awan itu membuktikan bahwa sesuatu tersebut sangat agung bagi-Nya. Perhatikan Allah SWT membuka sumpah-Nya dengan angin yang membuyarkan awan sehingga tidak terjadi hujan (Wadzdzaariyaati dzarwaa).

Lalu dilanjutkan dengan sumpah berikutnya, yaitu awan yang menggumpal yang datang darinya hujan (Falhaamilaati wiqraa) (QS adz-Dzariyat: 1-2).

Maka ketika Allah SWT bersumpah angin dan awan itu membuktikan bahwa sesuatu tersebut sangat agung bagi-Nya.

Kedua sumpah ini menggambarkan bahwa yang menggagalkan hujan dan menurunkannya adalah Allah SWT. Apapun penyebabnya, entah dengan dikirimkannya angin sehingga awan menjadi buyar sehingga tidak jadi turun hujan, atau dengan digumpalkannya awan sehingga terjadi turunnya hujan.

Itu semua tidak terlepas dari ketentuan-Nya. Artinya bahwa rezeki yang dirasakan setiap manusia tidak lain hanyalah karunia-Nya.

Jadi surah adz-Dzariyat sejatinya adalah surah tentang rezeki. Allah SWT menegaskan pada ayat 22 bahwa di langit itulah rezeki manusia ditentukan (Wafis samaai rizqukum).

Ini bukti bahwa yang menjamin rezeki adalah langit, bukan usaha manusia. Memang usaha wajib dilakukan, tetapi harus dipahami bahwa usaha tidak bisa memberikan kepastian.

Karena itu tidak perlu manusia ngoyo dalam mencari rezeki sehingga tidak sempat melaksankan kewajibannya kepada Allah SWT, misalnya tidak sempat shalat pada waktunya.

Sebab, bagaimanapun tidak ada rezeki tertukar. Rezeki akan datang tepat sasaran sekalipun dihalangi oleh berbagai tangan jahil manusia. Maka janganlah manusia merasa hebat dengan jabatan dan kepintarananya karena kehebatan tersebut tidak lain hanyalah karunia-Nya.

Sebab, bagaimanapun tidak ada rezeki tertukar. Rezeki akan datang tepat sasaran sekalipun dihalangi oleh berbagai tangan jahil manusia.

Bahkan langit yang membentang di angkasa raya dengan sangat luasnya tanpa tiang itu dari Allah SWT, bumi pun tempat manusia berpijak juga dari-Nya. Termasuk penciptaan manusia berpasang-pasangan sehingga terjadi keberlanjutan hidup juga dari-Nya.

Sungguh tidak ada yang pantas manusia sombongkan kecuali hanya mengakui kebesaran-Nya. Inilah makna takbir yang selalu diulang-ulang dalam setiap gerakan shalat supaya setiap hamba Allah menyadari kebesaran-Nya.

Berdasarkan ini maka Allah SWT memanggil manusia agar segera kembali kepada-Nya (Fafirruu ilallahi) (QS adz-Dzariyat: 50). Kata “fafirru” (berlarilah) menunjukkan makna segera tanpa berlambat-lambat.

Panggilan ini sangat indah menggambarkan betapa kehambaan itu harus dibuktikan dengan cara bersegera dan berlomba menuju Allah SWT. Sebab, hanya dengan mendekat kepada-Nya manusia akan menjadi bahagia.

Silakan manusia menggunakan segala fasilitas yang dimilikinya untuk mencari kebahagiaan, tetapi tanpa Allah SWT pasti akan jatuh dalam kesengsaraan.

Dari sini kita mengerti mengapa pada ayat 56, Allah SWT memastikan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya (Wa ma khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduuni). Hanya dengan jalan ibadah kepada Allah SWT, manusia akan menjadi benar-benar manusia.

Sebaliknya, ketika manusia menjauh dari Allah SWT dan tidak membuktikan kehambaannya kepada-Nya, dipastikan ia akan sengsara di dunia dan di akhirat.

Surah adz-Dzariyat: 28-30 menggambarkan tentang kisah Nabi Ibrahim dan istrinya yang mendapatkan kabar gembira dengan datangnya seorang anak. Padahal, istri Nabi Ibrahim sudah mandul (Wa qaalat ‘ajuuzun ‘aqiim).

Cerita ini diselipkan dalam surah ini yang membicarakan tentang rezeki untuk menunjukkan bahwa definisi rezeki bagi Allah SWT bukan hanya harta, tetapi mencakup apa saja yang dirasakan manfaatnya (Ar rizqu huwa maa tantafiu bihii). Jadi rezeki bisa berupa kesehatan, ketenangan, kebahagiaan, dan sebagainya. Termasuk diberinya seorang anak juga adalah rezeki.

Maka salah jika ada orang yang memahami rezeki itu harus berupa harta, sehingga merasa tidak puas jika tertakdirkan sebagai orang miskin. Padahal boleh jadi Anda dari segi harta tidak kaya, tetapi secara medis Anda sehat.

Bayangkan seorang yang dari segi harta kaya, tetapi setiap hari ia keluar masuk rumah sakit karena harus melakukan pengobatan atas penyakit kronisnya sehingga hartanya habis untuk pembiayaan medis.

REPUBLIKA

10 Khasiat Basmalah

Pertanyaan:

Assalammu’alaikum.

Saya agak musykil dan igin bertanya tentang khasiat/amalan bismillah.

Dari: Deq

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Yang kami maksud khasiat basmalah adalah keutamaan basmalah. Berikut beberapa keutamaan kalimat basmalah,

Pertama, pembukaan Alquran

Allah Ta’ala membuka kitab-Nya yang paling angung, yaitu Alquran dengan lafadz basmalah. Demikian pula, semua surat dalam Alquran diawali dengan basmalah, kecuali surat At-Taubah.

Kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali surat yang beliau kirim ke raja-raja, untuk mengajak mereka masuk Islam, dengan lafadz basmalah. Seperti surat yang beliau kirim ke raja heraklius. Sebagaimana yang pernah kita bahas di:

https://konsultasisyariah.com/isi-surat-rasulullah-kepada-heraclius/

Ketiga, basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis shalatu was salam kepada Ratu Saba’ yang ketika itu masih menyembah matahari. Allah berfirman, menceraitakan kisah mereka,

قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ( ) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ( ) أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

Sang ratu berkata: Wahai para menteri, saya mendapatkan sepucuk surat yang mulia. Surat itu dari Sulaiman, isinya: Bismillahir rahmanir rahiim. Janganlah kalian bersikap sombong di hadapanku dan datanglah kepadaku dengan tunduk.” (QS. An-Naml: 29 – 31).

Tujuan utama Nabi Sulaiman mengirim surat ini adalah untuk mengajak mereka masuk Islam dan meninggalkan kekufurannya. Mengingat pentingnya tujuan ini, Nabi Sulaiman mengawalinya dengan basmalah.

Keempat, bacaan basmalah menjadi pemula untuk berbagai bentuk ibadah, seperti wudhu, atau mandi dan tayamum, menurut pendapat sebagian ulama. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْه

Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca basmalah).” (HR. Abu Daud 101 dan dishahihkan al-Albani).

Hadis ini berbicara tentang wudhu, namun ulama mengqiyaskannya untuk mandi dan tayamum, karena semuanya adalah kegiatan bersuci.

Kelima, perlindungan dari setan ketika makan

Orang yang makan atau minum dengan didahului membaca basmalah sebelumnya maka setan tidak mampu untuk turut memakannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani).

Dari hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ الَّذِى لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya setan dibolehkan makan makanan yang tidak dibacakan nama Allah ketika hendak dimakan.”(HR. Abu Daud no. 3766 dan dishahihkan al-Albani)

Keenam, penjagaan dari gangguan setan ketika berhubungan badan

dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ: “بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا“، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا

Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin menggauli istrinya, dan dia membaca doa: ‘Dengan (menyebut) nama Allah, …dst’, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.” (HR. Bukhari no.141 dan Muslim no.1434)

Ketujuh, penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia.

Seperti yang sering kita bahas, kita tidak bisa melihat jin, namun jin bisa melihat kita dalam semua keadaan. Tidak segan-segan, jin yang kurang bertanggung jawab, juga akan melihat kita dalam posisi ketika tidak berbusana. Untuk menanggulangi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar ketika buka pakaian, kita tidak lupa membaca basmalah.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ: إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الخَلَاءَ، أَنْ يَقُولَ: بِسْمِ اللَّهِ

“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian masuk kamar kecil, ucapkanlah bismillah.” (HR. Turmudzi 606 dan dishahihkan al-Albani).

Kedelapan, penghalang setan untuk membuka tempat barang berharga.

Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akan menjadi incaran setan. Dia berusaha mengganggu kita dengan mengotori makanan atau mengambil barang berharga itu. Untuk mengatasi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umatnya agar ketika menutup semua makanan dengan membaca basmalah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، وَأَغْلِقُوا الْبَابَ، وأطفؤا السِّرَاجَ، فإن الشَّيْطَانَ لَا يَحُلُّ سِقَاءً، ولا يَفْتَحُ بَابًا، ولا يَكْشِفُ إِنَاءً، فَإِنْ لم يَجِدْ أحدكم إلا أَنْ يَعْرُضَ على إِنَائِهِ عُودًا وَيَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ، فَلْيَفْعَلْ

Tutuplah bejana, ikatlah geribah (tempat menyimpan air yang terbuat dari kulit), tutuplah pintu, matikanlah lentera (lampu api), karena sesungguhnya setan tidak  mampu membuka geribah yang terikat, tidak dapat membuka pintu, dan tidak juga dapat menyingkap bejanan yang tertutup. Bila engkau tidak mendapatkan tutup kecuali hanya dengan melintangkan di atas bejananya sebatang ranting, dan menyebut nama Allah, hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim)

Kesembilan, menghalangi setan menginap di dalam rumah

Bacaan basmalah diucapkan ketika masuk rumah, bisa menjadi penghalang bagi setan untuk ikut memasukinya atau menginap di dalamnya.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Jika seseorang masuk rumahnya dan dia mengingat nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan akan berteriak: ‘Tidak ada tempat menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam.’ Namun jika dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’ dan jika dia tidak mengingat nama Allah ketika makan maka setan mengundang temannya, ‘Kalian mendapat jatah menginap dan makan malam’.” (HR. Muslim).

Kesepuluh, menjadi syarat halalnya hewan sembelihan

Diantara keberkahan basmalah, orang yang menyembelih binatang dengan menyebut basmalah, hewan sembelihannya bisa menjadi halal. Sebaliknya, orang yang menyembelih binatang tanpa mengucapkan basmalah, baik disengaja maupun lupa, sembelihannya batal, dan hewan itu tidak boleh dimakan. Allah berfirman,

وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

Janganlah kalian makan (hewan) yang tidak disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya. Itu sesuatu yang fasik (tidak halal).” (QS. Al-An’am: 121).

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Referensi: https://konsultasisyariah.com/16182-10-khasiat-basmalah.html

Bersyahadat tanpa Paksaan, Mualaf Julianne Froyseth: Islam Agama yang Rasional

Julianne Froyseth masuk Islam setelah lama belajar agama ini

Julianne Froyseth (26 tahun) wanita yang berasal dari Norwegia ini berkenalan dengan suami Muslimnya 10 tahun lalu. 

Namun memutuskan menjadi seorang Muslim dan menikah dengannya adalah keputusan pribadi tanpa paksaan siapapun.

Sebelum memeluk Islam lima tahun lalu Froyseth mempelajari Islam selama sembilan bulan. Sumber utama yang penting bagi dia untuk mempelajari agama adalah kitab suci, yakni Alquran.

Dalam akun youtube pribadinya, Froyseth berbagi kisah perjalanannya menjadi seorang Muslim. Dia mengakui butuh waktu untuk meyakini diri bahwa Islam adalah agama yang benar.

Kedua orang tuanya merupakan penganut agama yang taat. Meski demikian, tidak seperti penganut agama lainnya, dia dan keluarga terpaksa tidak melaksanakan ibadah di rumah ibadah.

Ayahnya adalah seorang tentara yang harus bertugas untuk penyelamatan. Sehingga dia harus bermukim di asrama khusus tentara.

“Aku hanya bisa mempelajari agama ketika sekolah Minggu,”ujar dia.

Saat masih anak-anak pernah satu ketika dia mempelajari kitab suci pada agama terdahulu. Bahwa dalam kitab itu disebutkan bahwa Nabi Isa berdoa dengan tersungkur (bersujud).

“Aku sempat berpikir mengapa kini agamaku tidak mengajarkan cara ibadah yang sama dengan Isa sesuai dalam kitab suci, hanya saja pemikiran ini tak sempat saya pertanyakan kepada siapapun,” tutur dia.

Pemikiran itupun terbawa hingga dia dewasa. Baru setelah bertemu pria yang kini menjadi suaminya, dia sering bertukar pikiran. 

Sehingga Froyseth pun banyak membaca Alquran terutama kisah-kisah para Nabi Allah SWT. Lagi-lagi dia pun membandingkan antara kisah nabi dalam kitab suci agamanya terdahulu dengan Alquran. 

Beberapa kisah yang menurutnya tidak masuk akal. Beberapa kisah nabi di agama lampaunya menggambarkan sosok yang melakukan banyak dosa.

Sebutlah Nabi Dawud, di agama lamanya disebutkan bahwa sebelum bertaubat, dia pernah memperkosa dan membunuh seorang wanita. 

Demikian juga Nabi Nuh akibat anaknya durhaka dan tenggelam, dia pun mabuk-mabukkan dengan alkohol.

Padahal jelas di dalam kitab suci, bahwa minum alkohol itu diharamkan. Berbeda saat membaca Alquran, seluruh Nabi yang dikisahkan memiliki perangai mulia. 

Contohlah Nabi Dawud yang sepanjang hidupnya terus melantunkan zikir kepada Allah SWT. Sehingga kitab Zabur yang diturunkan padanya pun banyak berisi tentang puji-pujian untuk Allah SWT. 

Selama sembilan bulan lamanya dia memperdalam pemahamannya tentang Islam. Dan dia meyakini bahwa Islam adalah agama yang logis.

Bahwa semua kisah dalam Alquran dapat dijadikan pelajaran dan masuk akal. Ini karena banyaknya pertanyaan tentang kehidupan, mampu Alquran jawab meski dia tidak bertanya kepada ulama.

Tepat pada 8 September 2018, Froyseth memeluk Islam di Swedia. Dan satu bulan kemudian dia mengenakan jilbab sebagai salah satu kewajiban seorang muslimah.

Satu tahun kemudian, Froyseth pun menikah dengan pria yang berasal dari Malaysia. Ujian pun tiba, dia diharuskan  tinggal berjauhan dengan sang suami karena pandemi Covid-19.

Froyseth yang berprofesi sebagai konten kreator bersama sang suami pun berpisah setahun lamanya. Aturan di Norwegia cukup sulit untuk mengurus warga negara asing menetap sementara meski telah menikah dengan warga negaranya. 

Sehingga di tahun pertamanya menjalankan puasa Ramadhan pun seorang diri. Berpuasa memiliki kesulitannya sendiri karena di Norwegia dia harus berpuasa selama 18 hingga 20 jam.

Demikian juga ketika belajar shalat. Di dua tahun pertama menjadi seorang muslim, dia belum berani untuk shalat di masjid. 

Selain itu, masjid yang ada di kota tempat tinggalnya berada cukup jauh dengan rumahnya. Sehingga akan menghabiskan banyak waktu jika ingin menjalankan shalat lima waktu untuk shalat.

“Saya juga tidak merasa percaya diri untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid,” tutur dia.

Diakui oleh Froyseth, komunitas muslim di Norwegia sangat minim. Sehingga untuk mempelajari Islam dan mempraktikkannya pun dia seorang diri. “Saya merasa kesepian, karena sulit menemukan komunitas Muslim di negara ini,”ujar dia.

Apalagi media di negaranya terlalu membesar-besarkan isu Islamofobia. Padahal faktanya kehidupan Muslim di negara itu tidak masalah.

Hanya saja sebagai negara minoritas Muslim tentu perayaan Muslim sangat minim. Mereka lebih banyak merayakan budaya non Muslim.

Berbeda dengan Oslo misalnya, negara yang pernah dikunjunginya. Disana banyak Muslim, sehingga suasana akhir tahun tidaklah terlalu berbeda dibandingkan bulan-bulan lainnya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Dilema Mualaf Aliyah Umm Raiyaan yang Ditolak Ibunda Masuk Islam, Ini Justru yang Terjadi

Mualaf Aliyah Umm Raiyan hadapi rintangan hidup sejak masuk Islam

Aliyah Umm Raiyaan merupakan mualaf yang tinggal dan besar di Inggris. Dia dibesarkan di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan cukup sering melihat Muslim. 

Dia tumbuh sebagai seorang Kristiani dan selalu percaya pada hadirnya sosok Tuhan dalam hidup manusia. Sang ibu termasuk sosok yang terus mendorongnya untuk mencari tahu tentang apapun, termasuk tentang hidup, tujuannya dan dunia ini.  

“Jadi, meskipun saya seorang Kristen, saya merasa semacam ada celah kekosongan sejak saya muda,” ujar dia dalam wawancara dikutip di akun Youtube Towards Eternity, Sabtu (5/8/2023). 

Secara emosional dan spiritual, saat itu dirinya merasa benar-benar penuh dengan keimanan dan konsep ketuhanan yang ada. 

Namun secara rasional, ada hal yang dirasa tidak pas dan tidak pada tempatnya. Karena alasan ini, dia pun meninggalkan agamanya terdahulu.

Dia lantas menceritakan kisah unik tentang sang ayah. Ayahnya merupakan orang kelahiran Nigeria dari Afrika Barat, yang mana dulu merupakan seorang Muslim. Namun, ketika sang kakek meninggal dunia, Ayahnya pun memilih meninggalkan Islam.

“Jadi ketika dia (Ayah) bertemu ibuku di London, dia bukanlah seorang Muslim. Keluarga saya tidak pernah memberikan saya pemahaman apa itu Islam,” lanjut dia.

Wanita yang menjadi Pendiri dan CEO dari Registered Charity, Solace UK, ini menyebut pengalaman pertamanya melihat Muslim beribadah terjadi di usianya 8 tahun. 

Kala itu, seberang rumahnya adalah masjid yang terbuat dari kontainer dan ia merasa takjub melihat orang-orang melakukan shalat.

Masih di usia yang sama, dia menyebut kondisi rumahnya seolah sedang ditimpa masalah. Orang tuanya kerap bertengkar, yang mana pada suatu hari pertengkaran ini terasa berada di puncaknya.

Aliyah pun memutuskan pergi ke kamar. Namun sebelumnya, dia sempat mengambil selendang milik sang Ibu, yang merupakan hadiah dari koleganya asal Pakistan.

“Selendang itu aku taruh di lantai, lalu aku sujud dan rukuk, seperti seorang Muslim ketika sholat,” ucap dia. Dalam kondisi sujud itu, ia berdoa agar pertengkaran Ayah dan Ibunya berhenti.

Dia mengaku tidak sepenuhnya memahami apa yang dia lakukan saat itu. Semata-mata dia hanya menyontoh apa yang kerap dilihat di dalam masjid, di seberang rumahnya itu. 

Saat berada dalam posisi sujud, dia merasa saat itu adalah titik terdekat antara dia dan Tuhan. Momen ini pula yang dia sebut sebagai pengalaman pertama tentang Islam.

Momen kedua terjadi dua tahun kemudian, ketika muncul berita salah satu teman kelasnya meninggal dunia karena tertabrak truk. Pihak sekolah kemudian mengajak seluruh murid untuk datang ke pemakaman.

Saat hendak berangkat, Aliyah sempat bertanya pada temannya yang Muslim untuk meminjam sebuah syal dan ia mendapatkannya. Momen itu pula yang membuat ia pertama kalinya menginjakkan kaki di Masjid London Timur.

“Saat itu sepertinya aku adalah satu-satunya murid non-Muslim yang pergi ke pemakaman. Aku ikut sholat Zhuhur dan sholat jenazah,” kata Aliyah.

Saat sholat zhuhur dan dalam kondisi sujud, dia mengaku merasakan kedekatan yang pernah dia rasakan dua tahun sebelumnya, saat dia berdoa agar Ayah dan Ibunya berhenti bertengkar. Ini menjadi pengalaman keduanya berdiri dalam jarak yang dekat dengan Islam.

Seiring berjalannya waktu, dia merasa kondisi keluarganya tak kunjung membaik, bahkan menuju ke arah yang semakin buruk. Kekerasan dalam rumah tangga menjadi hal yang tak terelakkan lagi.

Dalam situasi itu, dia merasa Allah SWT menempatkan seseorang di hidupnya yang sangat membantu. Dia adalah temannya di SMP, seorang Muslim yang taat.

Berteman dengan sosok ini dan berkaca pada kondisi keluarga yang sama, bahkan kondisi temannya lebih buruk, Aliyah merasa ada yang berbeda dari sosoknya. Temannya ini digambarkan sebagai sosok yang sangat tenang dan damai. 

Ketika bertanya apa yang bisa membuatnya tetap tenang dan tegar, sang teman menjawab keimanannya lah yang membuatnya tetap bertahan. Dari situ, Aliyah pun mulai mempelajari dan mendalami Islam, bahkan membaca Alquran. 

Semula, dia belajar untuk menemukan sesuatu yang kontradiktif dan menyelamatkan temannya ini. Saat itu dia merasa hijab adalah sesuatu yang salah dan menahan sang teman dari kesuksesan.

“Momen saat itu sangat mengherankan. Di satu sisi aku merasa keimanan ini menghasilkan kedamaian yang indah pada sosok temanku, tapi di sisi lain aku merasa iman ini akan mengekangnya,” ujar dia.

Akhirnya dia sampai pada satu titik, yang mana semakin dia mempelajari Islam, dia merasa kewalahan dan takut akan apa yang dia percaya. Dia takut ketika dia menerima Islam, dia harus meninggalkan kebebasan yang dimiliki saat itu. Aliyah pun memutuskan untuk meninggalkan sosok temannya itu dan segala hal tentang Islam.

Namun, datang suatu waktu ketika harusnya dia belajar untuk ujian, satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah Islam. Bahkan, dia semakin teringat tentang bukti-bukti ilmiah yang ada dalam Alquran, maupun hal lain yang berkaitan dengan agama Allah SWT ini.

Untuk menenangkan pikirannya, Aliyah memutuskan untuk berjalan-jelan di sekitar rumah. Saat hendak menyeberang di jalur yang biasa dia lewati, tiba-tiba dia tersadar akan kemungkinan meninggal akibat tertabrak mobil, tetapi sambil membawa pengetahuan dan keyakinannya tentang Islam yang dia tentang selama ini.

“Jadi aku memutuskan untuk pulang ke rumah, menelpon sang teman dan berkata jika dia percaya akan Islam dan secepatnya mengucapkan syahadat,” kata dia.

Sehari setelahnya, atau di hari Senin, dia pun langsung mengucap dua kalimat syahadat ini. Setelahnya, dia kembali ke rumah dengan mengenakan hijab, yang mana membuat sang Ibu merasa bingung dan berpikir jika ini hanyalah sebuah fase yang semantara. Namun, 24 tahun kemudian Aliyah membuktikan diri tetap menjadi seorang Muslimah yang taat.

Momen setelah dirinya masuk Islam disebut sebagai sesuatu yang berat. Dia kehilangan keluarga dan banyak teman.

Bagi Aliyah, tantangan terbesar yang dia hadapi setelah menjadi Muslim adalah hilangnya hubungan ibu dan anak. Sang ibu saat itu disebut sedang dekat dengan sosok yang baru, yang mana dia sangat membenci Islam dan membuat ibunya juga membenci Islam.

“Aku ingat saat berusia 17 tahun, Ibu berkata padaku bahwa dia telah menyelesaikan pekerjaannya dan tidak mau lagi menjadi ibuku. Aku harus berdiri sendiri. Ini sangat menyakitkan,” kenangnya.

Di usia itu, dia merasa tiap anak sangat membutuhkan dukungan orang tuanya. Namun, yang dia hadapi adalah penolakan dari sang Ibu dan membuatnya sangat sedih. Bukan hanya itu, dia pun secara tiba-tiba dan terpaksa harus mandiri, menghidupi dirinya sendiri.

Kehidupannya setelah menjadi Muslim tidaklah semulus yang dibayangkan. Bukan hanya harus menghadapi masalah keluarga, Aliyah juga merasa dia tidak menemukan kelompok Muslim yang membuat dia bisa merasa tenang dan nyaman.

Hingga suatu hari, di tengah kondisi ekstrem ini, dia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu, dia menelpon sang ibu untuk meminta bantuan dan mengatakan jika dia berhenti menjadi Islam dan melepaskan jilbabnya.

Beberapa waktu setelahnya, dia akhirnya mendapatkan pekerjaan dan bisa keluar dari rumah sang Ibu. Di momen ini dia merasa kembali bebas dan tidak lagi menemukan tantangan seperti saat dia baru menjadi seorang Muslim, tetapi ada kekosongan di hatinya.

“Ada sesuatu yang membuatku merasa kosong dan sangat mengganggu. Akhirnya aku sadar jika ini terjadi karena aku menjalani hidup yang tidak sesuai dengan keimananku, Islam,” ujar Aliyah.

Setelahnya, perlahan-lahan dia kembali ke Islam. Kembali ke Allah SWT dan Islam, tanpa tekanan dari berbagai pihak atau paksaan dari seseorang, murni dari hati baginya adalah jalan yang indah dan manis. 

 Perihal hubungannya dengan sang ibu saat ini, dia menyebut semua sudah kembali membaik. Ibunya telah meninggalkan hubungannya dengan pria baru itu dan ikut menjadi mualaf pada 2015 lalu. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Nasihat Bijak Imam Ja’far Ash-Shadiq Tentang Pergaulan

Berikut ini nasihat bijak Imam Ja’far Ash-Shadiq tentang pergaulan. Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW, yang mempunyai akhlak yang mulia. Dan nasihatnya banyak di kutip oleh para ulama sesudahnya.

Diantara nasehat Imam Ja’far Ash-Shadiq diabadikan oleh Syekh Fariduddin Attar dalam karyanya Tadzkiratul Auliya’ Juz 1, halaman 38. Adapun nasehatnya tertera sebagai berikut:

اجتنبوا من مصاحبة خمسة: الأول: الكذاب، فأنت تكون معه في غرور. الثاني: الأحمق، فإنه وإن أراد نفعك يضرك ولا يدري. الثالث: البخيل، فإنه ينقطع منك في أول زمان الوصلة . الرابع: الجبان، فإنّه يُضيعُكَ في وقت الحاجة. الخامس: الفاسق، فإنه يبيعك بأدنى شيء، ويطيع بأدنى شيء

Artinya: “Hindarilah berteman dengan lima orang. Pertama, pembohong, karena kamu akan bersamanya dalam kebohongan. Kedua, orang bodoh, karena jika dia ingin memberi manfaat bagimu, dia akan merugikanmu tanpa dia sadari.

 Ketiga, orang yang kikir, karena dia terputus darimu pada saat pertama kali berhubungan. Keempat, pengecut, dia menyia-nyiakanmu pada saat dibutuhkan. Kelima, orang fasik, karena dia menjualmu dengan harga yang paling rendah, dan menurutinya dengan harga yang paling rendah”.

Nasihat bijak Imam Ja’far As-Shadiq di atas, dapat kita pahami, bahwa dalam pergaulan sehari-hari kita harus selektif dan hati-hati dalam mencari teman bergaul. Adapun perincian nasehat Imam Ja’far Ash-Shadiq sebagai berikut:

Pertama, jauhi pembohong, karena kamu akan bersamanya dalam kebohongan. Berteman dengan orang yang suka berbohong tidak dapat dipungkiri, kita akan mengikuti kebohongan atau bahkan mendukung kebohongannya.

Kedua, jauhi orang bodoh, karena jika dia ingin memberi manfaat bagimu, dia akan merugikanmu tanpa dia sadari. Berteman dengan orang bodoh, dia tidak bisa memberi manfaat untuk kebaikan, justru dia merugikan karena kebodohannya. Karena sikap dan perilaku orang bodoh tanpa di dasari dengan ilmu pengetahuan.

Ketiga, jauhi orang yang kikir, karena dia terputus darimu pada saat pertama kali berhubungan. Orang yang kikir tidak bisa diminta pertolongan di saat kita membutuhkan pertolongannya. Oleh karena itu, berteman dengan orang kikir sama halnya kita tidak berteman dengannya.

Keempat, jauhi pengecut, dia menyia-nyiakanmu pada saat dibutuhkan. Orang yang mempunyai sifat pengecut, tidak mempunyai rasa simpati kepada teman yang mengalami musibah, dia selalu menyia-nyiakan temannya.

Kelima, jauhi orang fasik, karena dia menjualmu dengan harga yang paling rendah. Berteman dengan orang fasik kehormatan kita akan dijual, dalam artian dia tidak bisa menjaga rahasia dan terkadang dia merendahkan kita di depan orang lain.

nasihat bijak Imam Ja’far Ash-Shadiq tentang pergaulan.Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Inilah Alasan Kenapa Sebaiknya Imam Memperingan Shalat Berjamaah

Inilah alasan kenapa shalat berjamaah kenapa diperingan.

Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani

Kitab Shalat

فَضْلُ صَلاَةِ الجَمَاعَةِ وَالإِمَامَةِ

Keutamaan Shalat Berjamaah dan Masalah Imam

Hadits #410

ـ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ فِيهمُ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الحَاجَةِ، فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian mengimami orang-orang hendaknya ia memperingan shalatnya karena sesungguhnya di antara mereka ada anak kecil, orang dewasa, orang yang lemah, dan orang yang punya hajat duniawi. Bila ia shalat sendiri, maka ia silakan shalat sekehendaknya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 703 dan Muslim, no. 467]

Faedah hadits

  1. Hadits ini menjadi dalil, hendaklah imam memperingan shalat dengan tetap memperhatikan sunnah-sunnah shalat.
  2. Jika shalat sendirian, silakan memperlama shalat semaunya dengan memperlama bacaan, rukuk, sujud, dan tasyahud. Adapun iktidal dan duduk di antara dua sujud tidak dibuat lama karena bukanlah bagian yang diperintahkan untuk lama.
  3. Hendaklah tidak memperlama bacaan sampai mengakibatkan shalat dikerjakan keluar dari waktunya. Memperlama bacaan termasuk maslahat, sedangkan mengerjakan shalat sampai keluar waktunya adalah mafsadat. Meninggalkan mafsadat dalam hal ini lebih utama.

Dalam kaidah fikih disebutkan:

دَرْأُ المَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ

“Menghindari mafsadat (mudarat) lebih didahulukan daripada mengambil maslahat (manfaat).”

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:393-396.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:29-30.

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/37560-inilah-alasan-kenapa-sebaiknya-imam-memperingan-shalat-berjamaah.html

Hukum Anak Kecil Menjadi Imam Shalat, Sahkah?

Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalani

Kitab Shalat

فَضْلُ صَلاَةِ الجَمَاعَةِ وَالإِمَامَةِ

Keutamaan Shalat Berjamaah dan Masalah Imam

Hadits #411

Imam Anak Kecil Belum Baligh

عَنْ عَمْرو بْنِ سَلِمَةَ قَالَ: قَالَ أَبِي: جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقّاً،قَالَ: «فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآناً»، قَالَ: فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآناً مِنِّي، فَقَدَّمُونِي، وَأَنَا ابْنُ سِتِّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَالنَّسَائِيُّ.

Dari ‘Amr bin Salimah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa bapaknya berkata, “Aku sampaikan sesuatu yang benar-benar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bila waktu shalat telah datang, maka hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan azan dan hendaknya orang yang paling banyak menghafal Al-Qur’an di antara kalian menjadi imam.” Amr berkata, “Lalu mereka memeriksa dan tidak ada seorang pun yang lebih banyak menghafal Al-Qur’an melebihi diriku. Kemudian mereka menyarankan padaku untuk maju menjadi imam, padahal usiaku masih enam atau tujuh tahun.” (HR. Bukhari, Abu Daud, dan An-Nasai) [HR. Bukhari, no. 4302; Abu Daud, no. 585; An-Nasai, 2:80].

Faedah hadits

  1. Hadits ini menjadi dalil bahwa yang lebih banyak hafalan Al-Qur’an lebih didahulukan menjadi imam. Aqra’ dalam hadits lainnya yang dimaksudkan adalah yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya. Namun, Imam Syafii rahimahullah mengatakan al-aqra’ dari kalangan sahabat adalah yang paling fakih.
  2. Urutan yang menjadi imam dalam madzhab Syafii: (1) yang paling fakih, (2) yang paling banyak hafalan, (3) yang paling wara’, (4) yang paling tua, (5) yang paling baik nasabnya, (6) yang paling bagus penyebutannya, (7) yang paling bersih bajunya, (8) yang paling bagus suaranya, (9) yang paling bagus akhlaknya, (10) yang paling bagus wajahnya. Namun, jika di masjid ada imam tetap, maka ia lebih didahulukan. Lihat Al-Imtaa’ bi Syarh Matn Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii, hlm. 107.
  3. Anak kecil sah menjadi imam dalam shalat fardhu jika memang ia pandai membaca Al-Qur’an, ia memahami Al-Qur’an, dan sudah tamyiz.
  4. Anak kecil boleh mengimami orang dewasa dan yang berusia tua. Namun, imam anak kecil yang memimpin kaum baligh/ dewasa itu khilaful awla (menyelisihi hal yang utama).
  5. Menjadi imam lebih utama daripada menjadi muazin. Karena muazin tidak diberikan syarat tertentu.

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:397-400.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:27-28.
  • Al-Imtaa’ bi Syarh Matn Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Daar Al-Manaar. Hlm. 107.



Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/37564-hukum-anak-kecil-menjadi-imam-shalat-sahkah.html

Apakah Berhenti Kerja Berarti Kurang Bersyukur?

Pertanyaan:

Saya seorang Muslimah. Saya berniat untuk berhenti dari tempat kerja yang sekarang karena ingin lebih dekat dengan keluarga. Tapi saya berpikir berarti saya termasuk tidak bersyukur karena dahulu untuk mendapatkan pekerjaan ini susah. Sekarang ketika pekerjaan sudah didapatkan saya malah berhenti. Jadi, apakah saya dikatakan tidak bersyukur ustadz?

Jawaban:

Alhamdulillah, ash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa man walah, amma ba’du,

Pertama, berhenti dari pekerjaan itu perkara muamalah yang hukum asalnya mubah. Ibnul Qayyim mengatakan:

والأصل في العقود والمعاملات الصحة حتى يقوم دليل على البطلان والتحريم

“Hukum asal akad dan muamalah adalah sah kecuali terdapat dalil yang membatalkannya atau mengharamkannya” (I’lamul Muwaqqi’in, 1/259).

Oleh karena itu, sah-sah saja dan boleh Anda berhenti dari tempat kerja Anda sekarang. Karena tidak ada dalil yang melarang orang untuk berhenti bekerja di suatu tempat.

Kedua, berhenti bekerja di suatu tempat tidak dikatakan tidak bersyukur. Karena syukur adalah memuji Allah atas nikmat yang didapatkan dan menggunakannya untuk ketaatan. Ibnul Qayyim rahimahullah :

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).

Para ulama mengatakan bahwa rukun syukur ada dua:

1. Memuji Allah ta’ala dan mengakui bahwa nikmat yang didapatkan adalah dari Allah ta’ala.

Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, ia berkata,

مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا

“Ketika itu hujan turun di masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

2. Menggunakan nikmat Allah untuk ketaatan bukan untuk maksiat

Allah ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Orang yang tidak mengakui nikmat Allah, tidak memuji-Nya atas nikmat yang diberikan atau menggunakan nikmat dari-Nya untuk bermaksiat, itulah orang yang tidak bersyukur.

Adapun melakukan muamalah yang dibolehkan syariat, tidak dianggap keluar dari syukur. Sebagaimana jika Allah ta’ala memberikan kita nikmat berupa kendaraan, bukan berarti dianggap tidak bersyukur jika menjual kendaraan tersebut. Jual-beli dibolehkan dalam syariat, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pun melakukan jual-beli.

Ketiga, jika niat Anda keluar dari pekerjaan untuk lebih dekat dengan keluarga, justru ini perkara yang baik dalam pandangan syariat. Karena tempat terbaik bagi wanita adalah di rumahnya. Sehingga ia jauh dari berbagai gangguan dan juga tidak menjadi fitnah (godaan) bagi para lelaki di luar. Allah ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

“Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al-Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir menjelaskan, “Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan” (Tafsir Al-Quran Al-Adzim 6/408)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

المرأةُ عورةٌ ، فإذا خرَجَتْ اسْتَشْرَفَها الشيطانُ

Wanita adalah aurat. Jika ia keluar, setan memperindahnya” (HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi).

Ibunda Aisyah radhiyallahu’anha mengatakan:

لو أدرك رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أحدث النساء لمنعهن كما منعت نساء بني إسرائيل

Andai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengetahui apa yang diperbuat para wanita, sungguh ia akan melarang para wanita (pergi ke masjid) sebagaimana dilarangnya para wanita Bani Israil dahulu” (HR. Bukhari no. 831, Muslim no. 445).

Maka, niat Anda untuk lebih banyak di rumah dan membersamai keluarga adalah niat yang baik, sesuai dengan bimbingan Allah dan Rasul-Nya, sehingga perlu untuk diusahakan. 

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

***

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

Referensi: https://konsultasisyariah.com/42809-apakah-berhenti-kerja-berarti-kurang-bersyukur.html

Selamat, Prof. KH Hamid F Zarkasyi jadi Tokoh Perbukuan Islam

Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi terus menggulirkan gerakan Islamisasi Ilmu dan kebangkitan literasi Islam, larisnya buku-buku Gus Hamid, sebagai tanda sekularisasi dan liberalisasi pemikiran Islam tidak menarik generasi Muslim

IKATAN Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta menobatkan Prof. Dr. KH Hamid Fahmy Zarkasyi sebagai Tokoh Perbukuan Islam tahun 2023. Penobatan itu diumumkan dalam acara Pembukaan Islamic Book Fair (IBF), pada 20 September 2023, di Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta yang dihadiri ribuan hadirin.

Tentu saja, penghargaan itu sangat wajar. Dalam paparan kisah hidup Kiai Hamid Fahmy Zarkasyi, disebutkan peran panjang aktivitas Kiai Hamid Zarkasyi dalam dunia penerbitan buku dan peningkatan literasi.

Sejak nyantri di Gontor, Gus Hamid, panggilan populer lainya, sudah terbiasa menulis dan memimpin majalah. Tahun 2004, ia mulai dikenal luas sebagai penulis handal saat memimpin Majalah Islamia.

Tahun 2005, ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang Islamic Thought di Intenational Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Tahun 2009, Kiai Hamid mulai menulis kolom Misykat secara rutin, setiap bulan, di Harian Republika, sampai edisi cetak Harian Republika berhenti terbit tahun 2023.

Lebih dari 100 artikel dalam kolom Misykat Republika yang ditulisnya. Survei Litbang Harian Republika tahun 2010 menunjukkan, Jurnal Islamia-Republika, merupakan rubrik non-berita yang paling banyak dibaca oleh pembaca Republika.

Kumpulan artikel Kiai Hamid di kolom Misykat itu kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Misykat. Buku inilah yag semakin mengokohkan posisi Kiai Hamid sebagai salah satu pakar pemikiran Islam di Indonesia. Buku berikutnya, yang berjudul Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual juga diserbu oleh pembaca.

Setelah memangku jabatan Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor dan meraih gelar Profesor dalam bidang Filsafat Islam, nama Prof. Hamid semakin dikenal sebagai salah satu cendekiawan yang dihormati di Indonesia.

Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi kini terus menggulirkan gerakan Islamisasi Ilmu dan kebangkitan literasi Islam. Salah satu rintisan pendidikannya yang fenomenal adalah Program Kader Ulama Unida Gontor.

Program intensif selama enam bulan ini telah meluluskan 600 lebih kader-kader ulama muda dari seluruh Indonesia.

Membaca beberapa karya Gus Hamid, khususnya buku Misykat dan Minhaj ini, tidaklah berlebihan jika kita berkesimpulan, bahwa Era Sekularisasi dan Gerakan Liberalisasi Islam telah mendapatkan kritik serius, dan sepertinya semakin memasuki usia senja.

Sekularisasi dan liberalisasi pemikiran Islam semakin tidak menarik bagi banyak generasi mudah Islam.

Hamid Fahmy Zarkasyi, begitulah nama pria kelahiran Gontor, pada 13 September 1958 ini. Gus Hamid adalah putra ke-9 dari KH Imam Zarkasyi, yang tak lain adalah pendiri Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Ayahnya telah mendidiknya dengan kasih sayang dan disiplin yang tinggi.

Sejak kecil, Hamid Fahmy bisa dikatakan orang yang haus ilmu dan pendidikan. Menamatkan pendidikan di Pesantren Gontor, Hamid Fahmy mengambil master di dua tempat, di Pakistan dan Birmingham University.

Perubahan secara intelektual yang sangat besar diraihnya setelah ia berguru kepada Prof Dr Syed Muhammad Naquib al-Attas di International Institute of Islamic Thought and Civilization – International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) Malaysia.

Disertasinya yang berjudul ‘Al-Ghazali’s Concept of Causality’ mendapat pujian. Di hadapan para penguji, yang terdiri dari Prof. Dr. Osman Bakar, Prof. Dr. Ibrahim Zein, dan Prof. Dr. Torlah, Gus Hamid berhasil menjelaskan sesuatu yang selama ini telah dilewatkan oleh kebanyakan pengkaji al-Ghazali.

Prof. Dr. Alparslan Acikgence, penguji eksternal dari Turki, memuji kajian Dr. Hamid Fahmy terhadap teori kausalitas al-Ghazali pada kajian sejarah pemikiran Islam.

Sebab, pendekatan Hamid terhadap konsep kausalitas al-Ghazali telah menjelaskan sesuatu yang selama ini telah dilewatkan oleh kebanyakan pengkaji al-Ghazali.

Harian Republika, 28 Desember 2006, pernah menurunkan satu artikel panjang Hamid Zarkasyi dengan judul “Menyoal Pembaruan Islam”. Dalam pembukaan artikelnya, ia menulis: “Tantangan ekternal terberat yang dihadapi Muslim dewasa ini adalah hegemoni konsep-konsep Barat dalam berbagai bidang ilmu termasuk dalam pemikiran keagamaan Islam. Kini tidak sedikit konsep, metode, dan pendekatan yang digunakan cendekiawan Muslim dalam studi Islam berasal dari atau dipengaruhi Barat.”

Kemajuan suatu bangsa senantiasa dimulai dari kebangkitan budaya literasi. Gus Hamid mengajukan tiga langkah untuk membangun budaya literasi: “Membaca, berdiskusi, dan menulis!”

Tiga langkah itulah yang diserukannya kepada ribuan santri yang hadir dalam acara Pembukaan Islamic Book Fair ke-21 di Istora Senayan itu. Selamat kepada Prof. Kiai Hamid Fahmy Zarkasyi atas penganugerahan Tokoh Perbukuan Islam. Kita doakan, semoga beliau tetap sehat wal-afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Aamiin. (Depok, 20 September 2023).*

Oleh: Dr. Adian Husaini,

Penulis pendiri Pondok Pesantren Attaqwa-Depok (Atco) dan Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

HIDAYATULLAH