Tanda-tanda Akhir Zaman

TANDA-TANDA akhir zaman adalah bahwa yang bodoh jadi guru dan yang pintar menjadi murid. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang suka berkhianat menjadi pejabat sementara yang jujur amanat dianggap penjahat. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang kaya menjadi pengemis sementara yang miskin menjadi ahli shadaqah. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang benar dicari-cari kesalahannya sementara yang jelas-jelas salah disembunyikan rapi kesalahannya. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa para pelanggar hukum diangkat menjadi duta teladan sementara mereka yang taat hukum dipandang sebagai pihak yang harus meneladani. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa orang yang merusak dan memusuhi dipeluk dan dijadikan teman sementara orang yang memperbaiki dan menyayangi malah dijadikan musuh. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa tontonan dijadikan tuntunan sementara tuntunan dijadikan tontonan. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa para pemimpin diarahkan oleh yang dipimpin sementara yang dipimpin malah mengarahkan pimpinannya. Kemudian banyak yang bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah ketika semuanya serba terbalik, yang normal dianggap tak normal dan yang tak normal dijadikan rujukan norma. Lalu siapa yang bertanggung jawab meluruskan? Dari mana kita memulai meluruskan? Kembalilah ke norma yang normal. Salam, AIM@Pascasarjana_UINSA Sby. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296504/tanda-tanda-akhir-zaman#sthash.nJQcoJP8.dpuf

Umat Islam yang Diusir oleh Nabi di Hari Kiamat

SAHABAT Abu Hurairah radhiallahu anhu mengisahkan, pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:

“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian”. Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku”.

Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak”.

Kembali para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum terlahir?”. Beliau menjawab, “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab: “tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya”. Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda, “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia”.

Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah”.

Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata, “sejatinya mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu”. Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata:

“menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).

Anda tidak ingin bernasib seperti mereka? Tentu jawabannya: tidak. Karena itu, mari kita menjaga kemurnian ajaran beliau dan mengamalkannya dengan seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi.

Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak. Aamiin. [DR.Muhammad Arifin Baderi]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2291017/umat-islam-yang-diusir-oleh-nabi-di-hari-kiamat/#sthash.UERUB3TU.dpuf

Salah Satu Tanda Jelang Kiamat: Kabah Hancur

Pada suatu hari nanti Kabah akan dirobohkan oleh seorang manusia terkutuk bernama Dzussuwaiqatain dari Habasyah. (Dzussuwaiqatain adalah nama gelar yang berarti si pemilik dua betis yang kecil betisnya dikatakan kecil, karena pada umumnya betis orang Habasyah memang kecil-kecil).

Sebagaimana diriwayatkan dari Kaab Al-Ahbar dalam tafsir Ibnu Katsir, tentang bahasan firman Allah, Sehingga, apabila telah dibukakan (pintu) Yajuj dan Majuj… QS. Al-Anbiya : 96.

Bahwa munculnya Dzussuwaqatain bermula pada masa turunnya Nabi Isa Alaihis Salaam, yaitu setelah dibinasakannya Yajuj dan Majuj.

Ketika itu Nabi Isa Alaihis Salaam mengirim pasukannya untuk memerangi balatentara Dzussuwaiqatain. Mereka berkekuatan antara 700 sampai 800 orang. Namun ketika mereka berjalan, Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang beriman. Dan sisanya tinggal manusia-manusia jahat. Mereka bersetubuh bebas seperti binatang.

Kaab Al-Ahbar mengatakan, pada saat itu Kiamat sudah dekat.

HADIST-HADIST YANG BERKAITAN DENGAN DZUSSUWAIQATAIN

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Kabah ini akan dirobohkan oleh Dzussuwaiqatain dari Habasyah. Dia merampas perhiasannya dan melepaskan kiswahnya. Aku seakan-akan melihatnya, orangnya kecil botak dengan tulang-tulang persendian bengkok, sedang menghantam Kabah dengan sekop dan kapaknya. isnad hadist ini Jayyid dan qawiy HR.Ahmad dalam musnadnya no.7053.

Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa Beliau bersabda, Biarkan orang-orang Habasyah selagi mereka membiarkan kamu (tidak mengganggu kamu). Sesungguhnya tidak akan ada orang yang (berani) membongkar barang-barang simpanan dalam Kabah selain Dzussuwaiqatain dari Habasyah.

Imam Ahmad meriwayatkan pula bahwa Ibnu Abbas mengabarkan kepada perawi hadist ini, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seakan-akan aku melihatnya, orangnya hitam, dengan congkaknya dia merobohkannya (Kabah) batu demi batu.

Dan menurut riwayat Imam Ahmad pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, Malam dan siang tak akan berhenti bergulir sebelum ada seorang lelaki dari kalangan kaum budak menjadi raja, dia bernama Jahjah.

YAUMUL KHALASH (HARI PEMBERSIHAN)

Adapun kota Madinah, sebagaimana telah Salsa bahas dalam catatan terdahulu mengenai Dajjal, bahwa Dajjal tidak dapat memasuki kota Madinah dan Makkah. Di setiap sudut jalan di Madinah ada malaikat-malaikat yang menjaganya agar tidak dimasuki Dajjal.

Dalam shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, Madinah tidak dapat dimasuki Dajjal maupun wabah penyakit.

Telah dijelaskan pula bahwa Dajjal hanya bisa tinggal diluar kota, lalu terjadilah goncangan hebat tiga kali, yang mengakibatkan kaum munafik maupun orang-orang fasik, laki-laki dan perempuan, semuanya keluar dari dalam kota, dan tinggallah orang-orang mukmin dan muslim, laki-laki dan perempuan di dalam kota MAdinah. Dan hari itu disebut sebagai Yaumul Khalash (Hari Pembersihan).

Demikian sebagaimana pernah dinyatakan oleh Rasulullah, Sesungguhnya kota ini (Madinah) adalah Thaibah (harum). Dia sendiri akan membuang kotorannya lalu semerbaklah keharumannya.

Kota Madinah akan tetap ramai pada saat Dajjal beroperasi, dan ramai pada masa datangnya Rasulullah Isa bin Maryam Alaihis Salaam, sampai beliau wafat dan dikubur disana. Sesudah itu semua, barulah penduduk Madinah akan keluar meninggalkan kota. [ ]

Sumber resensiakhirzaman/Inilah.com

Jika Allah sudah Menakdirkan, Manusia Bisa Apa?

“KAK, jemput ayah dan urus ayah, aku udah gak bisa mengurusnya. Sakitnya makin parah, untuk bergerak dari kasur pun sudah tidak bisa. Aku gak sanggup menggendongnya, begitu juga suamiku. Kita sudah terlalu sibuk.”

Adikku mengomel panjang lebar, mengeluh atas kondisi ayah kami yang kian hari penyakit diabetes semakin mengerogoti tubuhnya. Walaupun aku seorang dokter, tapi aku belum bisa berbuat banyak untuk pengobatan ayahku.

Banyak hal, yang membuat aku sulit untuk sesering mungkin menjenguk orangtuaku di Ibu Kota Jakarta. Profesi sebagai dokter, tidak serta merta menaikkan tingkat ekonomi kehidupanku. Ditambah saat ini aku sedang melanjutkan sekolah spesialis.

Namun, mendengar ocehan adik perempuanku yang selama ini hidup seatap dengan orangtuaku, cukup menyayat hatiku dan bagaikan tamparan keras untukku. Apa yang sudah aku perbuat untuk kedua orangtuaku? Dan apa yang bisa untuk membantu pengobatan ayah? Rabb, bantu hamba.

Malam itu, selesai fardu Isya aku benar-benar menyampaikan semua beban hidupku kepada-Nya. Zat yang Maha mendengar dan Maha Besar. Permintaan yang selama ini hampir tidak pernah kusebut dalam doaku. Ya, permintaan agar Allah memberikan aku kemampuan untuk menjemput orangtuaku. Dan yang paling penting adalah keikhlasan untuk mengurus ayahku sampai akhir hayatnya. Sosok yang begitu keras dan kejam padaku saat ku kecil dulu, dan begitu sayang pada adik perempuanku. Dan hampir aku membencinya karena sikap kasar dan pilih kasihnya itu. Ya Allah, maafkan pikiran kotor hamba.

Akhirnya, aku terbang ke Jakarta, menjemput orangtuaku untuk kubawa ke Aceh, kota kedua yang selama 12 tahun ini menjadi tempat tinggalku. Aku memboyong orangtuaku ke Aceh dengan segala kemampuan tenaga dan keuanganku.

Di rumah kontrakan kecil itu aku mengurus ayah. Menggendongnya setiap pagi ke kamar mandi, mengelap tubuh dan membersihkan belatung-belatung kecil di luka kakinya akibat diabetes. Hal ini selalu aku lakukan sebelum aku berangkat beraktivitas. Tidak ada lagi sosok kasar dan kejam yang selalu memukul dan mengusirku. Yang ada hanya seonggok tubuh yang lemah dan pasrah akan sakitnya.

Aku mengurus ayah dan ibuku semampuku. Ku obati ayah dengan kemampuan medisku. Aku menegakkan salat, dan ibuku berdoa sesuai keyakinannya, Kristen. Toleransi, itulah yang kami tanamkan dalam keluarga.

Sebulan, hanya sebulan Allah memberiku kesempatan mengurus orangtuaku, terutama ayah. Hingga pada akhirnya roh itu diambil dari raga ayah. Tepat menjelang Asar, Izrail menjemput ayah. Dan, yang paling membuatku bersyukur adalah kesempatan dari Allah yang selama ini menjadi harapan tersembunyi dalam ibadahku. Aku membimbing ayah mengucap dua kalimat syahadat di ujung napasnya. Alhamdulillah, ayah menghadap Illahi dalam keadaan muslim.

Memaafkan dan keikhlasan adalah memang pelajaran hidup yang sangat sulit untuk dipraktikkan. Tidak semudah saat kita menyebutnya. Allah memang telah menakdirkanku hidup jauh dari keluarga. Memiliki keyakinan berbeda dengan keluarga. Menjalani kehidupan seorang diri di kota orang. Tak mengapa, aku ikhlas menjalani takdirku. Sebab, akan ada balasan dari-Nya atas sebuah keikhlasan. Jika Allah swt telah menakdirkan, manusia bisa apa? Cukuplah dengan ikhlas menjalani takdir-Nya. [yha]

 

sumber:Inilah.com

 

Himpuh: Masih Banyak Persoalan Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) menerima kunjungan silaturahim Pimpinan Redaksi Republika Irfan Junaedi di kantor Himpuh, Jakarta, Kamis (19/5) petang.

Irfan diterima Ketua Himpuh H Baluki Ahmad dan Sekjen Himpuh, H Mucharom. Hadir dalam pertemuan tersebut wartawan seniorRepublika Ikhwanul Kiram serta sejumlah anggota Himpuh.

Dalam pertemuan tersebut, Baluki menyampaikan jumlah persoalan yang terkait dengan penyelenggaraan umrah dan haji khusus, termasuk kabar pemerintah akan ikut mengatur penyelengaraan umrah.

“Saat ini masih dalam draft dan setelah reses akan dibahas antara dewan dan pemerintah. Kita sudah menyampaikan masukan kepada DPR agar ada jaminan terhadap usaha kami,” ujar Baluki.

Baluki mengungkapkan, jika nanti penyelenggaraan umrah dikelola pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama maka tentu pemerintah tidak bisa melakukan intervensi langsung kepada persoalan yang menjadi urusan pengusaha.

“Masyarakat perlu tahu juga dengan persoalan ini, karena regulasi umrah ini akan menyangkut urusan jamaah,” katanya.

Lewat media, Baluki berharap persoalan seputar regulasi umrah sebelum disetujui DPR dan pemerintah mendapat masukan positif dari masyarakat.

“Ini persoalan yang publik harus ketahui soal penyelenggaraan umrah dan haji,” ucapnya.

 

 

sumber: Republika Online

Pesan dari Penjaga Makam Nabi SAW

Kesempatan bertemu langsung dengan penjaga Makam Nabi Muhammad SAW, Syekh Maulana Said Adam Umar ke Indonesia, tak disia-siakan ribuan umat Muslim di Jakarta. Mereka pun berbondong-bondong menuju ke Masjid At-Tiin, Jakarta Timur, akhir pekan lalu, untuk menyimak pengalaman sekaligus berdialog dengan Syech Maulana.

Sebelumnya, kedatangan penjaga makam Nabi akhir zaman itu terwujud atas undangan Syekh Ali Aljabir, seorang imam Masjid Nabawi, asal Indonesia. “Sepekan lalu, Syekh Maulana diundang ke Maroko, tapi beliau tidak bisa datang. Namun, saat diundang ke Indonesia, beliau sanggup datang,” kata Syekh Ali.

Selama sekitar dua jam, Syekh Umar memaparkan pengalamannya menjaga makam Rasulullah SAW di Masjidil Nabawi, Madinah. “Saya sudah selama 65 tahun menjaga makam Rasulullah, sejak berusia 21 tahun,” paparnya.

Dirinya mengaku sangat bersyukur dapat menjaga makam Rasulullah. “Ini adalah amanah yang begitu istimewa,” ujar Syekh Umar. Syekh Aljabir lebih jauh menuturkan, keterpilihan Syekh Umar sebagai penjaga makam, karena ketulusan dan kesungguhannya. Hingga dia  dipercaya oleh Raja Saudi untuk menjaga makam Nabi SAW.

Tugas pria yang kini berumur 88 tahun itu adalah menjaga dan membersihkan dan merawat makam Nabi. Suatu ketika, Syekh Umar bertemu Rasulullah dalam mimpinya. “Walaupun hanya sekali bertemu Rasulullah, saya seakan-akan bertemu Rasulullah setiap saat,” ungkap Syekh tersebut.

Menurutnya, mimpi bertemu Rasulullah adalah sebuah kebenaran. Sebab, setan ataupun jin tidak mampu menyerupai wajah Rasulullah SAW.Di samping makam Rasulullah SAW, terdapat dua makam sahabat yaitu Abu Bakar Assiddiq dan Umar bin Khattab. Selain itu, di tempat yang sama juga terdapat hujrah atau kamar makam putri Nabi yakni Fatimah Az-Zahra.

Makam Nabi berada di area Masjid Nabawi di Kota Suci Madinah. Selain menjaga makan, para  khadim atau penjaga itu juga menjadi pemandu untuk para tamu negara yang akan melihat atau datang ke makan Nabi tersebut. Dikatakan Syekh Maulana, bagi umat Muslimin yang singgah ke Masjid Nabawi, diwajibkan berkunjung ke makam Nabi dan sahabatnya.

Syekh Umar lantas berpesan kepada kaum Muslimin untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Minimal 10 kali dalam sehari. “Barang siapa yang mengucapkan shalawat, maka akan diangkat dosanya dan dimudahkan kehidupannya,” kata Syekh Umar.

Ia menambahkan, Allah SWT saja memberikan shalawat kepada Nabi. “Jadi, orang yang paling  bakhil atau pelit adalah orang yang tidak membaca shalawat kepada Rasulullah,” ujarnya.

Saat ditanya tentang beredarnya pesan pendek atau SMS maupun di internet yang menerangkan bahwa hari kiamat akan datang pada waktu tertentu, dan bagi yang tidak menyebarkannya akan mendapat musibah, Syekh Umar membantahnya dengan keras.Pasalnya, kapan tibanya hari kiamat tidak ada yang tahu kecuali Sang Khalik, Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW pun tidak tahu.

Syekh Umar justru menduga pesan seperti itu disebarkan oleh kaum Yahudi atau Nasrani yang ingin merusak akidah umat. Dalam Alquran ditegaskan bahwa umat Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha terhadap umat Muslim hingga umat Muslim mengikuti ajarannya. “Jadi, sampai kapan pun mereka (Yahudi dan Nasrani-Red) tak akan rela,” ujar dia. Oleh karenanya, umat diminta waspada terhadap bahaya semacam ini, dan itulah pesan Syekh Umar yang kedua.

 

sumber: Republika Online

Soal Kota Islami, Didin: Jangan Patahkan Perda Syariah

Maarif Institute baru saja merilis penelitian Indeks Kota Islami (IKI), Selasa (17/5). Denpasar, Yogyakarta, Bandung merupakan tiga kota mendapatkan nilai tertinggi kota Islami.

Cendekiawan muda Yuddy Latief saat rilis menyebut Perda Syariah tidak menjamin sebuah kota sebagai kota Islami. Sebagian pihak mempertanyakan pernyataan tersebut.

Namun,  cendekiawan Muslim, Didin Hafidhuddin berpendapat lain. Menurut Didin, terkait kota yang menerapkan Perda Syariah harus dilihat proses penerapan tersebut.

Didin mengatakan, harus dilihat proses pemerintah daerah memberlakukan Perda syariah. Termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan warga setempat. “Jangan langsung dipatahkan,” tutur Didin, saat dihubungi republika, Jumat (20/5).

Berbicara kota Islami, lanjut Didin, semestinya juga melihat bagaimana masyarakat menjalankan wakaf, zakat dan infaq. Jika zakat, wakaf, dan infaq tidak dimasukkan dalam variabel penelitian sebaiknya tidak menggunakan istilah kota Islami.

Baca juga, Penelitian Ungkap Tiga Kota Paling Islami.

 

sumber: Republika Online

Tata Cara Salat Jamak dan Qashar

SALAT jamak adalah salat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat fardu dalam satu waktu, baik dikerjakan pada waktu salat pertama maupun pada salat kedua.

Sholat yang bisa di jamak hanyalah sholat dzuhur dengan asar dan sholat maghrib dengan isya. Adapun sholat subuh tidak dapat dijamak dengan sholat fardu manapun.

Sholat boleh dijamak karena beberapa alasan:
1. Berada di arafah dan muzdalifah pada saat melakukan ibadah haji
2. Musyafir (sedang mengadakan perjalanan)
3. Karena hujan
4. Karena sakit dan udzur
5. Karena ada keperluan penting yang bukan menjadi kebiasaan

Sholat jamak ada dua macam, yakni jamak takdim dan jamak takhir. Sholat jamak takdim adalah sholat dzuhur dan asar dikerjakan pada waktu dzuhur atau maghrib dan isya dikerjakan pada waktu maghrib. Adapun jamak takhir yaitu sholat dzuhur dan asar dikerjakan pada waktu asar atau sholat maghrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.

Dalam melakukan sholat jamak takdim ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
1. Tertib yaitu mengerjakan sholat pertama terlebih dahulu, misalnya: dzuhur dahulu kemudian asar atau maghrIb dahulu baru isya.
2. Niat menjamak sholat dilakukan pada saat takbiratulihram
3. Langsung melaksanakan sholat berikutnya yaitu setelah salam langsung ikamah dan kemudian melaksanakan sholat asar atau isya tanpa diselingi sholat sunnah.

Adapun syarat-syarat sholat jamak takhir adalah sebagai berikut:
1. Niat menjamak takhir dilakukan pada waktu sholat pertama; jika waktu masuk sholat pertama, maka niat jamak takhir harus dilakukan tanpa langsung sholat karena sholat dilakukan pada waktu sholat berikutnya
2. Masih dalam perjalanan disaat datangnya waktu yang kedua (hal ini khusus bagi yang melakukan sholat jamak karena musyafir)

Dalam menjamak sholat dapat dilakukan pemendekkan bilangan rakaat sholat, yaitu dari empat menjadi dua. Sholat jamak yang bilangan rakaatnya dipendekkan ini disebut sholat Qashar.

Ada beberapa pendapat mengenai hukum sholat jamak qasar: wajib menurut madzhab Hanafi, sunnah muakad menurut madzhab syaf’i dan Hanbali.

Sholat fardu yang boleh di jamak qasar hanyalah sholat yang terdiri atas empat raka’at, yaitu sholat dzuhur, asar, dan isya. Sholat jamak qasar boleh dilakukan oleh musyafir bila syarat-syarat berikut terpenuhi, yaitu:
1. Perjalanannya jauh (memakan waktu dua hari)
2. Niat qasar dilakukan pada waktu takbiratul ihram
3. Tidak bermakmum pada orang yang bukan musyafir yang tidak mengerjakan sholat qasar

Khusus mengenai batas jarak perjalanan yang menyebabkan musafir dibolehkan mengqasar sholat, para ulama berbeda pendapat.
1. Menurut Imam Syafe’i dan Imam Malik beserta para pengikut keduanya, batas minimal jarak bepergian (safar) untuk dapat mengqasar sholat ialah dua marhalal (48 mil)
2. Menurut abu hanifah dalam salah satu riwayat, mengqasar sholat baru boleh dilakukan apabila jarak perjalanan yang ditempuh mencapai tiga marhalah (72 mil) atau sekitar 24 farsakh (1 farsakh = 5.541 m).

Wallahu a’lam. [Ustadzah Ida Faridah/iman-islam]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296313/tata-cara-salat-jamak-dan-qashar#sthash.7PnijpX4.dpuf

Antara Azan dan Ikamah, Doa tak Akan Ditolak

BANYAK di antara kita datang ke masjid pada waktu setelah azan dan sebelum ikamah. Namun, tahukah Anda bahwa waktu antara azan dan ikamah adalah waktu yang sangat berharga? Tahukah Anda sunah apa yang bisa kita lakukan di waktu tersebut?

Berikut ini adalah dua hadis yang akan senantiasa mengingatkan kita untuk bisa lebih memanfaatkan waktu antara azan dan ikamah dengan melakukan sunah.

1. “Doa tidak akan ditolak antara azan dan ikamah.” (HR Abu Daud)

Mulai sekarang, yuk manfaatkan waktu yang penuh berkah ini untuk memohon kepada Allah segala kebaikan di dunia dan akhirat. Jangan lupa doakan juga kebaikan orang-orang yang Anda sayangi ya.

2. “Antara dua azan (azan dan ikamah) ada salat (sunah). Kemudian pada ucapan beliau yang ketiga kalinya, beliau menambahkan, bagi yang mau.” (HR Bukhari)

Rasulullah saw sangat menganjurkan untuk melakukan salat sunah pada waktu antara azan dan ikamah.

Tidak diragukan lagi, insya Allah, jika kita mengamalkan sunah-sunah tersebut, kita dapat menjalankan salat wajib dengan lebih khusyuk. Yuk, mulai biasakan.

Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rida-Nya untuk kita semua. Amin. [yha]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296619/antara-azan-dan-ikamah-doa-tak-akan-ditolak#sthash.4CY5dcEP.dpuf

12.000 Keutamaan Salat dalam 12 Perkara (bagian 2)

PARA ahli tasawuf mengatakan bahwa ada 12.000 keutamaan dalam shalat yang disimpan Allah Ta’ala dalam dua belas perkara. Dua belas perkara itu penting sekali untuk dijaga supaya shalat menjadi sempurna dan kita mendapatkan faidah yang penuh darinya.

Dua belas perkara itu sebagai berikut: (1) ilmu (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Amal yang sedikit tetapi dilakukan dengan ilmu, lebih baik daripada amal yang banyak tanpa ilmu.”), (2) wudhu, (3) pakaian, (4) waktu, (5) menghadap kiblat, (6) niat, (7) membaca takbir pertama (takbiratul ihram), (8) berdiri, (9) membaca Al-Quran, (10) rukuk, (11) sujud, dan (12) duduk dalam tahiyyat.

Penyempurnanya adalah ikhlas. Dari kedua belas perkara itu setiap perkara memiliki tiga bagian penting, yaitu sebagai berikut:

4. Waktu, ada tiga hal yang harus diperhatikan
a. Memperhatikan posisi matahari, bintang-bintang, dan lain-lain supaya mengetahui waktu yang tepat (pada waktu kini sebagai gantinya adalah jam)
b. Memperhatikan adzan
c. Hati senantiasa memikirkan waktu shalat, jangan sampai terlewat tanpa disadari

5. Menghadap kiblat, ada tiga hal yang harus diperhatikan
a. Secara zhahir badan menghadap kiblat
b. Hati menghadap Allah Ta’ala, sebab Dialah kiblat bagi hati
c. Menghadap kepada Allah Ta’ala dengan sepenuh adab

6. Niat, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
a. Sadar akan shalat apa yang akan dikerjakan
b. Berdiri di hadapan Allah Ta’ala dengan merasa dilihat oleh-Nya
c. Merasa bahwa Allah mengetahui keadaan hati kita

[bersambung]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296596/12000-keutamaan-salat-dalam-12-perkara-bagian-2#sthash.fhSsHSVM.dpuf