Kultum Ramadhan; Alasan Dinamakan Ramadhan

Dalam kesempatan kultum Ramadhan ini, penulis akan membahas tentang alasan di balik penamaan Ramadhan, dengan tema, “Kultum Ramadhan alasan dinamakan Ramadhan”.

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta, yang telah memberikan kesempatan kepada kita semua untuk melaksanakan ibadah wajib di bulan Ramadhan, yaitu puasa. Semoga puasa kita semua diterima oleh Allah dan kita bisa meraih ridha dari-Nya, amin.

Pembaca yang budiman!

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan maghfirah. Hanya saja, kita semua tidaklah mudah untuk mendapatkan semua itu. Semuanya butuh usaha. Jika berhasil, maka keberkahan dan maghfirah di bulan ini akan kita raih. Jika tidak, maka keduanya hanya lewat tanpa ada yang bisa kita dapatkan.

Salah satu cara untuk mendapatkan berkah dan maghfiran di bulan ini adalah dengan cara puasa, yaitu yaitu menahan diri dari syhwat perut dan syahwat kemaluan. Syahwat perut berarti menahan dari makan dan minum, sedangkan syahwat kemaluan adalah menahan dari jima’ atau yang bisa menjadi penyebabnya.

Semua itu dimulai sejak terbitnya fajar sadiq hingga terbenamnya mata hari. Kewajiban puasa sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Pembaca yang budiman!

Orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah SWT, namun juga diampuni segala dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Karenanya, bulan ini dinamakan “Ramadhan” yang memiliki arti membakar, karena semua dosa orang yang berpuasa akan terbakar.

Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah pernah ditanya perihal alasan di balik penamaan Ramadhan, kemudian nabi menjawab karena bisa membakar dosa-dosa. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

وَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ

Artinya, “Dan sungguh, Anas bin Malik telah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw telah berkata: Sesungguhnya, dinamakan Ramadhan karena karena membakar dosa-dosa.”

Maksud dari membakar dosa pada hadits di atas, karena dengan beribadah puasa, semua dosa-dosa yang ada dalam diri umat Islam akan hilang. Puasa tersebut akan menghapus dan menghilangkan semua dosa-dosanya. Syekh Sulaiman al-Bujairami dalam kitabnya mengatakan:

لِأَنَّهُ يُرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ يُحْرِقُهَا، وَقِيلَ: لِأَنَّ الْقُلُوبَ تُؤْخَذُ فِيهِ مِنْ حَرَارَةِ الْمَوْعِظَةِ

“Sesungguhnya, (dinamakan Ramadhan) karena menghilangkan dosa-dosa, atau membakar (dosa-dosa). Dikatakan (menurut satu pendapat), karena hati menerima panasnya nasihat (mauidzah).” (Imam Bujairami, Hasiyah al-Bujairami ‘alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XII, halaman 43).

Pembaca yang budiman!

Selain itu mendapatkan pahala dan diampuni dosa-dosa, jika kita beruntung maka akan mendapatkan surprise dari Allah SWT, yaitu akan dipertemukan dengan malam Lailatul Qadar, malam yang sangat agung dan mulia, lebih baik daripada seribu bulan.

Oleh karena itu, keberadaan malam yang satu sangat dirahasiakan oleh Allah, agar manusia sama-sama berusaha untuk terus memaksimalkan dan memperbanyak ibadah di setiap malam bulan Ramadhan. Dengan harapan salah satu dari malam yang dijalaninya bisa bertepatan dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3).

Demikian kultum Ramadhan tentang alasan kenapa dinamakan Ramadhan, serta hal-hal luar biasa di dalamnya. Semoga ibadah puasa yang kita jalani ini bisa menjadi ibadah yang diterima oleh Allah dan dihapus segala dosa-dosa.

BINCANG SYARIAH

11 Tips Agar Anak Kuat Berpuasa Ramadhan

Berikut ini 11 tips agar anak kuat berpuasa Ramadhan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah menganjurkan pada orang tua untuk melatih anaknya yang belum dewasa [kecil] untuk berpuasa.

Melatih anak sejak dini berpuasa Ramadhan membuat anak kelak terbiasa puasa ketika sudah dewasa. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW;

مَنْ كَانَ أَصبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِه فَكُنَّا نَصُوْمُهُ بَعْدَ ذلِكَ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ، وَنَذْهَبَ إِلَى المَسْجِدِ فَنَجْعَلَ لَهُمُ اللَّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ. فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُم مِنَ الطَّعَامِ، أَعْطَيْنَاهُ إِيَاهُ حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ الإِفْطَارِ

Barangsiapa pada pagi hari-nya berpuasa, maka hendaklah menyempurnakan puasanya. Barangsiapa pada pagi hari-nya telah makan, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa waktunya.

Oleh karena itu, setelah kejadian itu kami berpuasa dan kami ajak anak-anak kecil kami ikut berpuasa dan kami pergi ke masjid, lalu kami buatkan mereka mainan dari bulu. Jika di antara mereka itu ada yang menangis karena ingin makan, kami berikan mainan itu kepadanya, sehingga sampailah waktu berbuka tiba.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

11 Tips Agar Anak Kuat Berpuasa Ramadhan

Nah berikut beberapa tips agar anak kecil dapat kuat berpuasa Ramadhan:

Pertama, persiapkan mental anak sejak dini dengan menjelaskan pentingnya berpuasa dan manfaat yang akan diperoleh dari berpuasa.

Kedua, biasakan anak untuk makan sahur. Pastikan makanan yang dikonsumsi saat sahur mengandung gizi yang cukup dan tidak terlalu pedas atau berat.

Ketiga, buat jadwal aktivitas anak yang ringan dan tidak terlalu melelahkan selama bulan puasa. Hal ini penting untuk menjaga stamina dan energi anak.

Keempat, berikan asupan cairan yang cukup pada saat berbuka dan sahur. Anak juga bisa mengonsumsi buah-buahan yang mengandung banyak air, seperti semangka dan melon.

Kelima, jak anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan ibadah, seperti shalat tarawih dan membaca Al-Quran. Hal ini dapat membantu memperkuat iman dan motivasi anak untuk tetap berpuasa.

Keenam, berikan pujian dan dukungan pada anak ketika ia berhasil berpuasa. Hal ini dapat memberikan motivasi dan semangat pada anak untuk terus berpuasa dengan baik.

Ketujuh, jangan lupa untuk selalu memantau kesehatan anak selama bulan puasa. Jika anak merasa tidak enak badan atau kelelahan, segera berikan istirahat dan berikan asupan cairan yang cukup.

Kedelapan, memilih makanan yang tepat: Anak-anak harus mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi saat sahur dan berbuka puasa, seperti makanan yang tinggi protein, karbohidrat, dan serat. Pastikan mereka juga menghindari makanan yang terlalu pedas atau asin, yang dapat meningkatkan rasa haus.

Kesembilan, mengatur aktivitas: Anak-anak sebaiknya menghindari aktivitas fisik yang berat selama bulan Ramadhan. Berikan mereka waktu istirahat yang cukup dan pastikan mereka mengatur jadwal tidur dengan baik.

Kesepeluh, memberikan dukungan dan dorongan: Anak-anak membutuhkan dukungan dan dorongan dari keluarga dan teman-teman untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik. Jangan lupa untuk memberikan pujian dan hadiah kecil untuk memotivasi mereka.

Kesebelas, membiasakan doa dan ibadah lainnya: Selain berpuasa, ajarkan anak-anak untuk melakukan ibadah lain seperti shalat dan membaca Al-Quran. Hal ini akan membantu mereka merasa lebih terhubung dengan agama dan memperkuat tekad mereka untuk menjalankan puasa dengan baik.

Semoga tips di atas dapat membantu anak kecil kuat berpuasa Ramadhan. Selamat mencoba!

BINCANG SYARIAH

Bulan Ramadhan dan Alquran Ibarat Sahabat, Mengapa?

Alquran diturunkan ke langit dunia dan Lauhul Mahfuz di bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Al Baqarah ayat 185)

‘Aidh Abdullah Al-Qarni dalam bukunya, Tsalaatsuna Dirasan Li Ash-Shaaimiina (diterjemahkan Anding Mujahidin menjadi 30 Renungan Ramadhan), menjelaskan Alquran mencintai Ramadhan. Begitu pun Ramadhan, yang juga mencintai Alquran. Keduanya adalah sahabat yang saling mengasihi.

Alquran diturunkan ke langit dunia dan Lauhul Mahfuz di bulan Ramadhan. Bulan ini menjadi terhormat seiring dengan diturunkannya Alquran di bulan tersebut. Rasulullah SAW mengkaji Alquran bersama malaikat Jibril di bulan Ramadhan.

Karena itu, orang yang melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dan membaca Alquran berarti ia telah membuat paduan antara Ramadhan dan Alquran. Alquran pun telah menyampaikan Ramadhan hidup bersama Alquran yang mulia itu.

Allah SWT berfirman, “Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS Shad ayat 29)

Dalam surat lain, Allah SWT berfirman, “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Alquran? Sekiranya (Alquran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”

Ulama-ulama terdahulu, bila telah memasuki bulan suci Ramadhan, mereka ibarat tenggelam dalam menikmati Alquran karena di bulan suci itu mereka semakin dekat dengan Alquran. Semua aktivitas selain yang berkaitan dengan Alquran, bahkan ditinggalkan.

Imam Malik tidak memiliki kesibukan apapun di bulan suci Ramadhan, kecuali dengan Alquran. Ia tinggalkan aktivitas mengajar, memberi fatwa, dan acara-acara pertemuan bersama orang-orang untuk sementara waktu. Mengapa demikian? Imam Malik berkata, “Ini adalah bulan Alquran.”

REPUBLIKA

Arab Saudi Desak Jamaah Hanya Umroh Sekali Selama Ramadhan

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mendesak jamaah membatasi kunjungan umroh. Kementerian berharap jamaah bisa melakukan umroh satu kali saja di bulan suci Ramadhan ini.

Dilansir dari Al Arabiya, Selasa (28/3/2023), Kementerian mendesak umat Islam hanya melakukan umroh sekali selama bulan suci untuk mengurangi kepadatan dan memastikan perjalanan yang lancar dan mudah bagi para peziarah di lokasi.

Sebelum pandemi Covid-19, kepadatan di tempat-tempat suci menjadi masalah mendesak bagi otoritas Saudi. Otoritas berusaha memastikan kondisi jamaah aman saat dan selama perjalanan ibadah mereka. Kali ini pun, Kerajaan mengharapkan hal serupa, agar jamaah aman selama melakukan ibadah umroh di bulan Ramadhan.

Umat Muslim dari seluruh dunia dapat mendaftar untuk menunaikan ibadah umroh melalui aplikasi Nusuk dan mengatur seluruh perjalanan mereka, mulai dari mengajukan elektronik Visa hingga memesan akomodasi dan penerbangan di platform Nusuk.

Umrah adalah ziarah Islam ke Makkah yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun, kecuali pada musim haji. Namun seringkali ibadah umroh menjadi lebih ramai setiap bulan Ramadhan datang.

Ramadhan adalah bulan suci, di mana selama sebulan penuh umat Islam diwajibkan berpuasa sejak matahari terbit hingga terbenam. Hal yang menjadikan umroh lebih ramai pada bulan Ramadhan adalah hadits Nabi SAW yang menyebutkan barangsiapa umroh di bulan Ramadhan, niscaya ia sedang berhaji bersama Nabi Muhammad SAW.

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863).

Ramadhan dimulai pada 23 Maret 2023 dan akan berakhir pada 21 April 2023.

IHRAM

Memahami Makna “Laa Ilaaha Illallah”

Kalimat laa ilaaha Illallah (لآ إِلَهَ إِلاَّ الله) adalah kalimat yang agung. Ia adalah inti dan pokok dari Islam. Maka, dengan mengucapkan ini, seseorang nonmuslim menjadi seorang muslim. Kalimat inilah yang membedakan antara muslim dan kafir. Kalimat ini juga disebut dengan kalimat tauhid, juga disebut dengan kalimat ikhlas, juga disebut dengan ‘urwatul wutsqa.

Kalimat ini adalah salah satu dari rukun Islam yang lima. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت

Islam dibangun di atas lima perkara: (1) syahadat ‘an laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuulullah’, (2) mendirikan salat, (3) menunaikan zakat, (4) puasa Ramadan, dan (5) berhaji ke Baitullah.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Kalimat ini juga yang menjadi prioritas dan inti dari dakwah Islam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma, ia berkata,

لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka, hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka men-tauhid-kan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (salat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)

Makna laa ilaaha illallah yang benar

Dalam kalimat ( لآ إِلَهَ إِلاَّ الله ) terdapat empat komponen, yaitu:

Pertama: Laa (لآ) yang artinya: tidak ada; meniadakan; menafikan.

Kedua: ilaah ( إِلَهَ) artinya: sesuatu yang disembah; sesuatu yang menjadi tujuan ibadah.

Ketiga: illa (إِلاَّ ) artinya: kecuali.

Keempat: Lafadz jalalah Allah (الله ), yaitu nama Allah Ta’ala.

Maka, memang makna dari laa ilaaha illallah secara sekilas adalah ‘tidak ada sesembahan, kecuali Allah’. Namun, ini makna yang belum sempurna dan belum tepat. Belum tepat secara bahasa Arab maupun secara syar’i.

Secara bahasa, pada kata لآ إِلَهَ, Huruf laa ( لآ)  di sini disebut dengan laa nafiyah lil jinsi. Dia memiliki dua komponen setelahnya: [1] isim laa dan [2] khabar laa. Sedangkan kata ilaah ( إِلَهَ) di sini adalah sebagai isim laa. Adapun khabar laa-nya tidak disebutkan, maka perlu kita taqdir (diperkirakan) agar mendapatkan makna yang sempurna.

Maka, khabar laa yang tepat untuk membentuk makna yang sempurna dari “Laa ilaaha illallah” adalah kata حَقً atau بِحَقٍ sehingga maknanya:

لآ إِلَهَ حَقٌ إِلاَّ الله

atau

لآ إِلَهَ بِحَقٍ إِلاَّ الله

Yang artinya:

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah, selain Allah.

atau

Tidak ada sesembahan yang benar, kecuali Allah.

Ini dalam tinjauan bahasa Arab. Demikian juga dalam tinjauan syari’at, makna dari laa ilaaha illallah adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah, selain Allah. Berdasarkan banyak dalil, di antaranya firman Allah Ta’ala,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Hajj: 62)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ

Dan janganlah kamu menyembah sesuatu yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.“ (QS. Yunus: 106)

Dan ayat-ayat lainnya yang menetapkan adanya penyembahan kepada selain Allah, namun semua itu penyembahan yang batil, hanya penyembahan kepada Allah satu-satunya yang haq.

Kekeliruan memaknai laa ilaaha illallah

Di antara kesalahan dalam memaknai laa ilaaha illallah:

Pertama: laa ilaaha illallah dimaknai “tidak ada sesembahan, kecuali Allah”

Ini adalah batil, karena bisa berujung kepada dua makna yang keliru:

Pertama: “Tidak ada sesembahan, kecuali Allah” bermakna “Tidak ada sesembahan, kecuali itu semua adalah Allah”. Sehingga semua yang disembah oleh manusia hakikatnya adalah Allah atau bagian dari Allah. Maka, berhala itu Allah, pohon keramat itu Allah, kuburan keramat itu Allah, dewa itu Allah, dan seterusnya. Ini adalah keyakinan wihdatul wujud atau hululiyyah yang berkeyakinan bahwa Allah itu bersatu dengan makhluk-Nya. Dan para ulama telah menyatakan kufurnya keyakinan seperti ini. Allah berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura: 11)

Kedua: “Tidak ada sesembahan, kecuali Allah” bermakna “Hal-hal yang disembah selain Allah, itu tidak ada”. Maka, ini bertentangan dengan realita. Karena realitanya banyak sesembahan yang disembah selain Allah. Ada orang yang menyembah matahari, menyembah bulan, menyembah nabi, menyembah malaikat, menyembah orang saleh, menyembah kuburan, menyembah pohon keramat, dan lainnya. Contohnya disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang menyembah bulan dan matahari,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fussilat: 37)

Kedua: laa ilaaha illallah dimaknai “tidak ada Rabb selain Allah”

Yaitu, laa ilaaha illallah dimaknai tidak ada pencipta, pemberi rezeki, pengatur alam semesta, penguasa alam semesta, kecuali Allah. Sebenarnya ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi, bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup. Andaikan ini makna laa ilaaha illallah tentu orang musyrikin dahulu tidak akan menolak mengucapkannya. Karena mereka pun menyembah Allah dan meyakini bahwa Allah satu-satunya Rabb, yang menciptakan dan menguasai dan mengelola alam semesta. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka, betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS. Al-Ankabut: 61)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, niscaya mereka akan menjawab, ‘Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.’“ (QS. Az-Zukhruf: 9)

Allah Ta’ala juga berfirman,

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ

Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka, mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka, katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?’” (QS. Yunus: 31)

Maka, kaum musyrikin mengenal Allah dan menyembah Allah. Namun, yang menjadi masalah adalah mereka tidak mau menyembah hanya kepada Allah semata. Mereka mengatakan,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad: 5)

Dengan demikian, makna yang benar dari kalimat ( لآ إِلَهَ إِلاَّ الله ) adalah “tidak ada sesembahan yang berhak disembah, selain Allah”, atau “tidak ada sesembahan yang benar, kecuali Allah”.

Wallahu a’lam. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

***

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/83956-memahami-makna-laa-ilaaha-illallah.html

Inilah Amalan Bulan Ramadhan dan Keutamaannya

Sejumlah amalan bisa dilakukan saat Ramadhan.

Karena keutamaan bulan Ramadhan, setiap kebaikan dan bermacam perbuatan baik pun diutamakan. Maka tak heran, terdapat jenis ibadah-ibadah tertentu yang menjadi ciri khas di bulan Ramadhan yang juga memiliki keutamaan tersendiri.

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menjabarkan ibadah-ibadah khas yang ada di bulan Ramadhan. Berikut dijelaskan:

Pertama, keutamaan sedekah pada bulan Ramadhan. Terdapat banyak dalil yang menjelaskan mengenai keutamaan sedekah pada bulan Ramadhan. Salah satunya adalah sabda Nabi, “Afdhalu as-shadaqati shadaqatun fi Ramadhan,”. Yang artinya, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan,”.

Dijelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan di antara manusia dalam melakukan kebaikan. Dan Rasulullah SAW juga lebih dermawan lagi melakukan kebaikan tersebut pada bulan Ramadhan, di mana malaikat Jibril sampai mendatangi beliau dan memanjatkan shalawat baginya pada malam Lailatul Qadar.

Kedua, qiyamul lail. Hal ini berdasarkan hadis, “Man qaama Ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbih,”. Yang artinya, “Barang siapa yang melakukan qiyamul lail pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,”.

Ketiga, membaca Alquran. Karena Rasulullah SAW memperbanyak membaca Alquran pada bulan Ramadhan dan malaikat Jibril membacakan Alquran kepada beliau di bulan Ramadhan.

Dijelaskan bahwa Rasulullah membaca Alquran di dalam shalat lebih lama pada bulan Ramadhan dari pada bacaannya pada bulan-bulan yang lain. Pada suatu malam Hudzaifah melaksanakan shalat bersama Rasulullah, dan beliau membaca Surah Al-Baqarah, kemudian Ali Imran, dan An-Nisa.

Setiap kali membaca ayat yang memberikan peringatan tentang sesuatu yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa. Tidaklah beliau melakukan shalat melainkan dua rakaat sampai Bilal datang dan mengumandangkan adzan untuk shalat.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Puasa dan Alquran akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb, aku menahannya dari makan dan minum pada siang hari,’. Dan Alquran berkata, ‘Wahai Rabb, aku menahannya dari tidur pada malam hari, maka izinkan kami memberikan syafaat kepadanya,”.

Keempat, iktikaf. Yakni menetap di masjid untuk melakukan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah selalu melakukan iktikaf selama 10 hari terakhir dalam bulan Ramadhan sampai Allah memanggilnya sebagaimana disbeutkan dalam sebuah hadis shahih.

Rasulullah SAW bersabda, “Al-masjidu baitu kulli taqiyyi wa takallafallahu liman kaana al-masjidu baitahu birruhi warrahmati wal-jawaazi ala as-shirathi ila ridwanillahi ilal-jannati,”. Yang artinya, “Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa, dan Allah akan menjamin bagi orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan memberinya kasih sayang, rahmat, dan keberhasilan melewati titian menuju keridhaan Allah sampai ke surga,”.

Kelima, umrah. Yakni melakukan ziarah ke Baitullah untuk melaksanakan thawaf dan sai pada bulan Ramadhan. Umrah pada bulan Ramadhan memiliki keutamannya tersendiri sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi.

Rasulullah SAW bersabda, “Umratun fi Ramadhaba ta’dilu hajjatan ma’iy,”. Yang artinya, “Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan haji bersamaku,”. Rasulullah juga bersabda, “Al-umratu ilal-umrati kaffaratun lima bainahuma,”. Yang artinya, “Umrah satu dengan umrah yang berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara keduanya,”.

RAMADHAN

Tips Buka Bersama (Bukber) Sesuai Syar’i

Banyak acara-acara Bukber hanya digunakan ngobrol, ketawa-ketiwi, swafoto narsis-narsisan, tidak sesuai syariah, menjadikan hilangnya kesunahan puasa Ramadhan itu sendiri

SALAH satu tempat paling menyenang selama bulan Ramadhan adalah masjid. Di berbagi tempat di belahan dunia, masjid lebih meriah dari bulan biasa selama Ramadhan.

Di bulan ini, banyak masjid mengakomodasi masyarakat umum. Jadwal kegiatan masjid lebih padat; mulai acara pengajian, shalat Tarawih, ceramah, hingga kultum (kuliah tujuh menit) menjelang berbuka.

Dan tidak ketinggalan yang adalah menyediakan iftar (berbuka puasa). Ini adalah bagian dari pelayanan jamaah, berupa iftar jama’i atau berbuka bersama (Bukber) yang diselenggarakan di masjid untuk jamaah dan warga masyarakat setiap hari di bulan Ramadhan, dilanjutkan dengan shalat Maghrib dan Tarawih secara berjamaah.

Namun dalam perjalanan selanjutnya, tradisi iftar yang tadinya banyak diselenggarakan di masjid atau mushola, mulai bergeser di luar masjid. Maka, mulailah orang mengadakan acara Buka Bersama (Bukber), yang kini menjadi salah satu keunikan tradisi Ramadhan di sebagian masyarakat Muslim di Indonesia.

Bukber menjadi momentum bersilaturrahim, temu-kangen, santunan untuk anak yatim dan dhuafa, atau pertemuan penting lainnya. Termasuk keluarga besar, teman-teman kantor/tempat bekerja, mitra bisnis, komplek perumahan, hingga alumni sekolah, dan alumni perguruan tinggi.

Jika umumnya iftar diadakah di masjid, Bukber diadakan di rumah, ruang pertemuan, ruang kelas, hotel, kafe, dan lain-lain. Bukber adalah tradisi yang belum pernah ada sebelumnya di kalangan sahahat atau para ulama salaf alias muhdats, maka sebagian kalangan menyebutnya tradisi ini sebagai al-urf ash- shalih (tradisi yang baik) yang perlu dianjurkan dalam Islam, tentu saja harus menjaga adab-adab Islami dalam penyelenggaraannya.

Kenapa demikian? Sebab dalam banyak kasus (meski tidak semua), acara-acara Bukber ini justru menghilangkan sunnah-sunnah puasa Ramadhan dan kewajiban umat Islam.

Coba saja bayangkan. Banyak acara-acara Bukber hanya digunakan untuk ngobrol, ketawa-ketiwi, cekakak-cekikik, swafoto alias selfie-selfi-an, narsis-narsisan, hingga hilangnya kesunahan puasa Ramadhan.

Sebab, ada doa yang mustajab bagi orang berpuasa itu adalah; doa menjelang waktu berbuka dan doa saat berbuka itu sendiri.

Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do’a. Ini penting agar seorang muslim yang berpuasa tidak melewatkannya.

Nabi ﷺ bersabda,

ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ

“Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (HR. Tirmidzi).

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Sering karena kangen dengan sahabat lama, momen-momen penting ini justru hilang. Bahkan tidak sedikit setelah adzan masih sibuk ngobrol, makan dan minum, hingga lupa ada shalat Maghrib, akhirnya lewat sampai Isya’.

Akibatnya, dua shalat wajib, Maghrib dan Isya (plus tarawih berjamaah), terlewati begitu saja, gara-gara asyik dengan yang mereka sebut Bukber.

Agar acara Buka Bersama (Bukber) lebih aman dan tidak kehilangan sunnah puasa Ramadhan, di bawah ini tips ikut acara Bukber yang syar’I;

Pertama. Memilih resto Muslim yang menyediakan menu jaminan halalan thoyyiban

Kedua. Memilih resto yang memiliki tempat sholat dan tempat wudhu’ layak dan representatif. Tidak cukup hanya memilih resto yang instagramable saja.

Ketiga. Panitia Bukber harus memisahkan meja makan antara muslimin dan muslimat agar tidak terjadi ikhtilat (campur laki perempuan).

Keempat. Panitia menghimbau peserta Bukber agar datang dalam keadaan berwudhu’ sehingga mempermudah setelah santap ta’jil (kurma + zamzam/air putih), segera sholat Maghrib berjamaah sebelum “acara inti” berbuka.

Kelima. Panitia memimpin pembacaan doa sebelum dan sesudah berbuka serta mengarahkan peserta agar sholat Isya’ + Tarawih berjamaah agar kegiatan Bukber tidak kehilangan berkah.*

HIDAYATULLAH

Tiga Penyebab Batal Puasa karena Menelan Ludah

Menelan ludah di mulut adalah perkara ijma’, bahkan para ulama juga membahas hukum menghisap ludah ‘orang lain’

Ibnu Hazm menjelaskan bahwa tidak batalnya menelan ludah bagi orang yang berpuasa, ketika ludah masih di dalam mulut merupakan perkara ijma (kesepakatan para ulama). (Maratib Al Ijma`, 1/40).

Imam An-Nawawi menyatakan bahwa menelan ludah tidak membatalkan, dengan beberapa syarat:

Pertama: Ludah tidak berubah karena tercampur dengan benda lainnya, baik benda itu suci atau najis. Benda suci semisal zat pewarna yang ada pada benang yang bercampur dengan ludah.

Sedangkan yang najis adalah darah karena luka di gusi. Dengan demikian ketika ludah bercampur dengar unsur lainnya dan ludah itu ditelan, maka hal itu menyebabkan batalnya puasa.

Kedua: Ludah yang ditelan tidak keluar dari mulut. Kalau sekiranya ludah sudah dikeluarkan dari mulut kemudian dimasukkan lagi dengan lidah atau dengan yang lainnya maka puasa batal.

Namun jika seorang menjulurkan lidahnya ke luar mulut sedangkan pada lidahnya terdapat ludah kemudian ia mengambalikan lidahnya dan menelan ludahnya maka itu tidak membatalkan menurut pendapat paling shahih.

Jika seorang penjahit membasahi benang melalui mulut dengan ludah, lantas mengulanginya, jika benang yang dibasahi masih lembab oleh ludah sebelumnya jika ia menelannya maka menurut mayoritas ulama madzhab hal itu membatalkan puasa.

Ketiga: Menelan ludah dengan cara seperti kebiasaan. Jika seorang mengumpulkan ludahnya terlebih dahulu di dalam mulut kemudian ia menelannya, maka ada dua pendapat dalam masalah ini, yang paling shahih bahwa perbuatan itu tidak membatalkan puasa. (Lihat, Raudhah Ath Thalibin, 2/326).

Menelan Ludah Orang Lain Batalkan Puasa

Sedangkan Imam An-Nawawi menyatakan bahwa para ulama juga sepakat bahwasannya menelan ludah orang lain membatalkan puasa. (Al Majmu` Syarh Al Muhadzab, 6/308).

Adapun mengenai sebuah hadits:

عن عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” كَانَ يُقَبِّلُهَا وَهُوَ صَائِمٌ وَيَمُصُّ لِسَانَهَا ” (رواه أبو دود)

“Artinya: Dari Asiyah Radhiyallahu `anha bahwasannya Nabi ﷺ suatu saat menciumnya sedangkan beliau dalam kondisi berpuasa dan menghisap lidahnya.” (Riwayat Abu Dawud).

Para ulama mengomentari hadits ini bahwa Ibnu Al A`rabi mendapatkan khabar bahwasannya Imam Abu Dawud tidak menshahihkan sanad hadits ini. (Lihat Sunan Abu Dawud, 4/61).

Al Hafidz Az Zailai juga menyatakan bahwa menghisap tidak otomatis menelan ludah, bisa saja meludahkannya. (Nashb Ar Rayah, 4/253).

Sedangkan Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, ”Dan isnad-nya dhaif, kalau sekiranya ia shahih maka ia dimaknai bahwa beliau tidak menelan ludah yang bercampur dengan ludah Sayyidah Aisyah.” (Fath Al Bari, 4/153).*/Thoriq, LC, MA

HIDAYATULLAH

Saudi Tegaskan Jamaah Umroh Selama Ramadhan Punya Jatah Hanya Satu Kali

Otoritas Arab Saudi telah mengeluarkan kebijakan terkait pelaksanaan ibadah umroh di bulan suci Ramadhan. Kementerian Haji dan Umrah Saudi menegaskan jamaah umroh tidak boleh mengulang umroh selama Ramadhan.

Karena itu, jamaah umroh hanya berhak melakukan ibadah umroh sekali selama Ramadhan. Dilansir Saudi Gazette, Sabtu (25/3/2023), kebijakan ini untuk memberikan kesempatan kepada seluruh jamaah haji lainnya yang memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah umrah di bulan suci dan dapat menunaikan ibadah dengan mudah dan nyaman.

Kementerian menekankan perlunya jamaah untuk mengeluarkan izin dari aplikasi Nusuk untuk melakukan umroh, selain pentingnya komitmen mereka terhadap waktu yang ditentukan.

Tidak ada fitur untuk mengubah tanggal umroh, namun jamaah bisa menghapus janjinya melalui aplikasi Nusuk, sebelum masuk waktu izin, baru bisa mengeluarkan izin baru.

Kementerian menegaskan bahwa janji temu diperbarui secara berkala, mengingat jika jemaah tidak menemukan tanggal reservasi, maka mereka dapat mencari tanggal lain di lain waktu.

Kerajaan Arab Saudi mencatat sekitar 800 ribu Muslim dari luar Arab Saudi telah mendaftar untuk melakukan umroh di bulan Ramadhan 1444 H. Pendaftaran ini dibuka sejak satu pekan yang lalu.

Arab Saudi mengatakan izin umroh selama Ramadhan, yang akan dimulai akhir bulan ini, dapat dilakukan umat Islam dari dalam dan luar kerajaan melalui aplikasi Nusuk.

“Jumlah orang-orang dari luar kerajaan, yang telah mendaftar di platform Nusuk untuk umrah Ramadhan, telah mencapai hampir 800 ribu sampai sekarang,” kata Asisten Wakil Menteri Kementerian Haji untuk Urusan Umroh Abdul Rahman Shams, dikutip di Gulf News, Rabu (15/3/2023).

Platform Nusuk memungkinkan umat Islam yang ingin melakukan umroh atau mengunjungi tempat-tempat suci mendapatkan visa dan izin yang diperlukan, serta memesan paket terkait secara elektronik.

IHRAM