Bernazar Puasa Senin-Kamis Seumur Hidup, Apakah Boleh?

Nazar biasanya dilakukan oleh seseorang dengan niat agar harapannya tercapai, dan ada juga dengan niat agar dirinya diberi kesembuhan dari penyakit yang diderita, dan tujuan dan niat lainnya. Bahkan ada sebagian orang yang melakukan nazar ingin berpuasa Senin-Kamis seumur hidup jika dirinya diberi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Sebenarnya, bagaimana hukum bernazar puasa Senin-Kamis seumur hidup ini, apakah boleh?

Melakukan nazar puasa Senin-Kamis seumur hidup hukumnya adalah boleh. Tidak masalah melakukan nazar puasa Senin-Kamis seumur hidup, baik nazar itu dikaikatkan dengan kesembuhan dari penyakit dan lainnya, maupun tidak dikaitkan dengan apapun. Jika dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, misalnya, maka puasa nazar Senin-Kamis itu menjadi wajib dilakukan jika penyakitnya sudah sembuh.

Terkait puasa nazar Senin-Kamis ini, meskipun pada dasarnya adalah sunnah, namun jika diniatkan sebagai nazar, maka hukumnya menjadi wajib. Artinya, jika dilakukan akan mendapatkan pahala sebagaimana perbuatan wajib, dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa dan harus membayar fidyah dengan ukuran satu mud beras dalam satu hari puasa yang ditinggalkan.

Ini sebagaimana disebutkan dalam Darul Ifta’ Al-Mishriyah berikut;

السؤال: نذرت أن أصوم كل إثنين وخميس والأيام البيض ما دمت حية، ما حكم نذري؟

الجواب: النذر قربة من القربات أمر الله تعالى بالوفاء به، قال تعالى: وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وقد مدح الله تعالى الذين يوفون بنذرهم بقوله تعالى: يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا، ونذر صوم أيام الإثنين والخميس والأيام البيض يجعل صوم هذه الأيام واجباً وأجر صيامها أجر فعل الواجب لا أجر النفل؛ لذا عليك الوفاء بنذرك ما استطعت إلى ذلك سبيلاً؛ لأنه بالنذر أصبح واجباً عليك، ويبقي النذر في ذمتك ما دام أنك تستطيعين الصوم

Pertanyaan; Aku bernazar berpuasa Senin-Kamis dan ayyamul bidh selama saya hidup, bagaimana hukum nazarku?

Jawaban; Nazar termasuk perbuatan ibadah yang diperitahkan oleh untuk ditepati. Allah berfirman; Hendaklah mereka menepati nazar-nazar mereka. Allah juga memuji orang-orang yang menepati melalui firman-Nya; Mereka menepati nazar mereka, dan mereka takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

Adapun bernazar puasa Senin-Kamis dan ayyamul bidh menyebabkan puasa di hari-hari tersebut menjadi wajib dan pahalanya sama seperti melakukan puasa wajib, bukan puasa sunnah. Karena itu, wajib bagimu menepati nazarmu selama kamu melakukannya. Karena puasa itu menjadi wajib dengan nazar, dan nazar tetap menjadi tanggunganmu selama kamu melakukan puasa.

BINCANG SYARIAH

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 1)

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Rasa lapang dada adalah sebuah tujuan yang sangat besar dan mulia, yang mana setiap hamba pasti ingin memilikinya. Bagaimana tidak? Rasa lapang dada adalah salah satu sebab paling utama agar kita selalu mensyukuri semua yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita. Rasa lapang juga merupakan kunci utama agar selalu bersabar. Dimana sabar merupakan pintu kesuksesan kita di kehidupan dunia ini.

Jika Allah Ta’ala telah mengaruniakan rasa lapang dada ini kepada salah satu hamba-Nya, maka itu pertanda bahwasannya Allah Ta’ala telah memudahkan urusannya. Sehingga akan mudah baginya untuk melaksanakan ibadah dan ketaatan, serta dimungkinkan baginya untuk selalu konsisten di dalam melakukan kebaikan.

Adapun jika Allah Ta’ala menyempitkan hati seorang hamba, maka urusan hamba tersebut akan menjadi kacau balau. Sehingga ia tidak bisa fokus di dalam menjalankan pekerjaannya, dan aktivitas kesehariannya tidak akan mengarah kepada kebaikan, bahkan ia akan selalu merasa khawatir dan sedih.

Makna lapang dada

Syekh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzhohullah menyebutkan di dalam karangannya,

“Maksud dari lapang dada adalah rasa puas, rasa tenang, hilangnya rasa tidak nyaman, dan masalah dari hati, serta terus menerus merasa bahagia di kehidupan yang mulia dan baik.”

Maka bisa diambil kesimpulan bahwasannya lapang dada adalah sebab terbesar yang dapat menolong seorang hamba didalam mencapai tujuannya dan meraih semua keinginannya. Maka ketika Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya Musa Alaihissalam untuk pergi menemui Fir’aun, dalam rangka mendakwahinya dan memberi peringatan kepadanya akan konsekuensi dari kecongkakannya, Nabi Musa Alahissalam mengangkat wajahnya ke langit seraya berdoa,

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي

Wahai Rabb-ku lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah semua urusanku” (QS. Thaha: 25).

Dan Allah Ta’ala juga berfirman,

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (wahai Muhammad)?” (QS. As-Syarh: 1).

Dari kedua ayat ini bisa kita ketahui bahwa hakikat lapang dada yang sebenarnya adalah yang bersumber dari Allah Ta’ala semata. Itu merupakan karunia yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya yang ia kehendaki. Oleh karena itu, orang yang memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya berpeluang besar mendapatkan hidayah.

Sedangkan orang yang menyia-nyiakan nikmat lapang dada yang Allah berikan, maka akan mudah baginya terjerumus ke dalam kesesatan. Sebagaimana lapangnya dada adalah seutamanya kenikmatan, maka menyia-nyiakannya adalah seberat-beratnya ujian.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk meraih rasa lapang dada

Syekh Abdurrazzaq Hafidzhohullah menjelaskan, “Tidaklah mungkin kita memperoleh kedudukan yang agung ini, kecuali dengan memperhatikan agama kita dengan sebenar-benarnya, serta menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Setiap kali seorang hamba bersemangat istikamah menjalankan agama ini, serta berkomitmen dengan apa yang datang dengannya, maka ia layak mendapatkan kelapangan dada sesuai dengan apa yang dia perbuat.”

Oleh karena itu, seluruh sebab yang akan mengarahkan kita untuk mendapatkan kelapangan dada bermuara pada dua hal yang saling berkaitan, sebagai berikut:

Pertama, lapang dada tidak akan bisa kita raih kecuali dengan taufik atau petunjuk dari Allah Ta’ala, dan pertolongan dari-Nya.

Kedua, pemberian dari Allah ini tidaklah datang kepada seorang hamba, kecuali dengan cara mentaatinya dan konsisten di dalam menjalankan syariatnya.

Maka kedua hal ini merupakan intisari dari pembahasan lapang dada. Sejatinya karena hati kita berada di tangan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Dimana Allah dapat membolak-balikkan hati sesuai kehendak-Nya. Apa yang Allah kehendaki akan terjadi, dan apa yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ  ۖ  وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya hidayah maka Allah akan lapangkan dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatan baginya,  Allah akan jadikan dadanya sempit dan sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke langit ” (QS Al-An’am 125).

Satu-satunya meraih kelapangan dada adalah dengan taufik dari Allah Ta’ala. Sudah sepantasnya kita hanya meminta kepada-Nya dengan cara yang sesuai syariat dan wahyu dari-Nya. Hal yang bisa dilakukan seorang mukmin untuk meraih kelapangan dada adalah dengan berdoa kepada Allah Ta’ala dan menyandarkan semua urusan hanya kepada-Nya. Kemudian diikuti dengan menjalankan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya untuk meraih tujuan mulia ini. Ibnul Qayyim Rahimahullah pernah menyebutkan,

أن حال العبد في القبر كحال القلب في الصدر نعيما وعذابا، وسجنا وانطلاقا

“Keadaan seorang hamba di alam kubur itu sebagaimana keadaan hati didalam dada, baik itu merasakan kenikmatan atau kesengsaraan, rasa terkekang maupun kebebasan.”

Barangsiapa yang dadanya terasa sempit dan sesak karena menjalankan agama ini, begitu pula-lah keadaan kuburannya; akan sempit dan sesak pula. Barangsiapa yang dadanya lapang serta menerima agama ini, maka Allah Ta’ala akan lapangkan kuburnya.

Ciri-ciri hamba yang Allah lapangkan dadanya

Kelapangan dada itu tanda-tandanya sangat jelas, serta nampak pada seorang mukmin dan itu terangkum pada tiga hal.

1. Menerima dan meyakini akan adanya akhirat atau alam keabadian.

2. Menjauhkan diri atau mencukupkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan dunia yang fana ini.

3. Menyiapkan diri dari kematian dan kehidupan setelahnya.

Sehingga bila terwujud tiga hal ini dihati seorang hamba, sungguh itu adalah tanda bahwa Allah melapangkan dadanya dan menenangkan hatinya.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

… كما في الأثر المشهور: إذا دخل النور القلب انفسح وانشرح، قيل : ومت علامة ذلك ؟ قال: التجافي عن دار الغرور، والإنابة إلى دار الخلود، والإستعداد للموت قبل نزوله

“Disebutkan didalam sebuah atsar yang terkenal, bilamana cahaya masuk kedalam hati, maka hati tersebut akan merasa lapang dan menerima. Dikatakan kepadanya, ‘Apa tandanya?’ Dijawab, ‘(1) Mencukupkan diri dari dunia yang penuh tipuan; (2) condong kepada kehidupan abadi (akhirat); dan (3) menyiapkan diri menghadapi kematian sebelum kematian itu mendatanganinya.’”

Sepuluh sebab yang dianjurkan syariat untuk meraih lapang dada

1. Mengesakan Allah Ta’ala dan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya.

2. Cahaya yang Allah Ta’ala karuniakan ke dalam hati hamba-Nya.

3. Menuntut ilmu yang bermanfaat.

4. Kembali kepada Allah Ta’ala dan menghadap kepadanya dengan sebaik-baik kondisi.

5. Konsisten di dalam berzikir (mengingat Allah).

6. Berbuat baik kepada hamba-hamba Allah Ta’ala.

7. Keberanian dan kuatnya hati.

8. Menjauhkan diri dari penyakit-penyakit hati dan racun-racunnya.

9. Meninggalkan berlebih-lebihan di dalam semua aspek kehidupan.

10. Mengikuti petunjuk Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebaik-baiknya.

[Bersambung]

***

Penulis: Muhammad Idris

Artikel: Muslim.or.id

Daftar Pustaka:

Bersumber dari Asyartu Asbabin Linsyirahi As-sadr (10 Sebab Memperoleh Rasa Lapang Dada) karya Syekh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzhohullah dengan beberapa perubahan.

Sumber: https://muslim.or.id/70391-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-1.html

Senang di Atas Penderitaan Orang Lain adalah Ciri Munafik?

Islam melarang sesama manusia bahagia di atas penderitaan orang lain

Musibah atau peristiwa buruk pasti pernah dirasakan setiap manusia, entah kematian saudara, kehilangan harta atau hal menyedihkan lainnya.

Pada saat-saat seperti ini, Islam mengajarkan untuk saling tenggang rasa atau juga membantu meringankan beban sesama. 

Namun ada juga orang-orang yang justru senang dengan penderitaan orang lain, baik ditunjukkan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Hal ini merupakan perilaku yang dilarang dalam Islam. 

Dilansir dari Elbalad, Lembaga Fatwa Mesir, Dar Ifta bahkan menyebut perilaku senang atas penderitaan orang adalah tindakan orang munafik. 

Perbuatan ini juga disebut sebagai perbuatan orang-orang sombong karena seakan tidak menyadari bahwa suatu saat akan ada masa ia merasa kesulitan. 

Seperti diketahui, seorang Muslim diajarkan bahwa penderitaan tidak akan bertahan lama sebagaimana kebahagiaan tidak akan terjadi selamanya. 

Karena buruknya tindakan ini, Rasulullah ﷺ melarang hal ini di lebih dari satu riwayat hadits. Senang dengan penderitaan orang lain juga dikatakan akan mendatangkan musibah bagi orang yang melakukannya. Rasulullah ﷺ bersabda: 

لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ 

Artinya, “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.” (HR Tirmidzi) 

Menunjukkan kesenangan atas musibah yang dialami sesama, dikatakan juga merupakan perbuatan yang merendahkan orang lain. Padahal seorang mukmin diajarkan untuk saling menjaga kehormatan sesama mukmin. Rasulullah ﷺ bersabda: 

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

Artinya, “Seseorang dicap jelek jika ia merendahkan saudara muslim yang lain. Sesama Muslim itu haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR  Muslim).   

KHAZANAH REPUBLIKA

Hadis Tentang Tiga Orang Terkunci di Dalam Gua

Bismillah….

Hadis yang mengisahkan tentang tiga orang yang berada di dalam gua yang terkunci oleh batu besar yang menutupi mulut gua diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mengkisahkan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ

‘Ada tiga orang dari umat sebelum kalian bepergian dalam sebuah perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka bermalam di sebuah gua. Mereka pun masuk ke dalam gua tersebut. Tiba-tiba batu besar jatuh dari gunung sampai menutupi mulut gua. Lalu mereka berkata, ‘Tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini, kecuali berdoa kepada Allah dengan perantara amal-amal saleh kalian.”

فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، وَكُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً ، فَنَأَى بِى فِى طَلَبِ شَىْءٍ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ

‘Lalu seorang dari mereka memanjatkan doa, ‘Ya Allah, dulu aku punya dua orang tua yang sudah lanjut usia. Aku tidak pernah memberi susu kepada siapa pun sebelum kepada mereka berdua. Pada suatu hari, aku pergi untuk suatu keperluan. Saat aku pulang, ternyata keduanya telah tertidur. Aku bergegas memerahkan susu, namun kudapati beliau berdua masih tertidur. Aku bertekad tidak akan memberikan minum susu itu kepada keluarga atau budakku sebelum kedua orang-tuaku meminumnya. Maka, aku menunggu mereka bangun, sambil tanganku memegang gelas yang terisi susu hingga fajar subuh tiba. Keduanya lalu terbangun kemudian meminum susu tersebut.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun celahnya belum cukup dilalui mereka untuk keluar dari gua.

قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِى بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَىَّ ، فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا ، فَامْتَنَعَتْ مِنِّى حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ ، فَجَاءَتْنِى فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّىَ بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا ، فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لاَ أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ . فَتَحَرَّجْتُ مِنَ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا ، فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهْىَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَىَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِى أَعْطَيْتُهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا

‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan kisah, ‘Yang lain kemudian ikut berdoa, ‘Ya Allah, aku punya sepupu perempuan. Dahulu ia adalah orang yang paling aku cintai. Aku sangat berharap ia menjadi kekasihku. Namun, ia menolak cintaku. Setelah berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku karena sedang butuh uang. Aku pun memberi 120 dinar dengan syarat ia mau tidur satu ranjang denganku (berzina). Ternyata ia mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, wanita itu berucap, ‘Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang halal (maksudnya dengan akad nikah).” Kata-kata itu tiba-tiba membuatku sadar. Sehingga aku urungkan hasrat buruk itu dan aku pergi meninggalkannya. Padahal wanita itu orang yang paling aku cintai. Aku tinggalkan dia bersama kepingan emas yang sudah aku berikan kepadanya.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Batu besar itu tiba-tiba kembali bergeser membuka, namun celahnya belum cukup dilalui mereka untuk keluar dari gua.

قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّى اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِى لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الأَمْوَالُ ، فَجَاءَنِى بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَىَّ أَجْرِى . فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنَ الإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ . فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لاَ تَسْتَهْزِئْ بِى . فَقُلْتُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ . فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ »

‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallammelanjutkan, ‘Orang ketiga juga berdo’a, ‘Ya Allah, dulu aku punya beberapa pegawai. Gaji aku berikan kepada mereka. Namun, ada satu pegawai saya yang berhenti bekerja kepada saya. Dia pergi meninggalkan jatah gajinya. Gaji itupun aku kembangkan hingga menghasilkan banyak harta. Setelah beberapa waktu, pegawai itu datang menemuiku. Ia menagih padaku, ‘Wahai hamba Allah, saya ingin mengambil gajiku yang belum saya ambil dahulu.’ Maka aku menjawab, ‘Semua yang kamu lihat ini, berupa unta, sapi, kambing, dan budak adalah gajimu yang belum kamu ambil.’ Maka ia menjawab, ‘Wahai hamba Allah! Jangan bercanda denganku!’ Aku menjawab, ‘Saya tidak bercanda denganmu.’ Kemudian semua harta diserahkan pada si pegawai tanpa sisa sedikitpun.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Gua yang sebelumnya tertutup pun terbuka. Akhirnya mereka semua dapat keluar.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)

Pelajaran dari hadis di atas:

1. Menunjukkan tingginya kedudukan ikhlas di sepanjang generasi manusia. Peristiwa yang diceritakan dalam hadis di atas terjadi pada umat sebelum kita. Dan ikhlas telah menjadi amalan yang penuh berkah dan tinggi ketika itu, bahkan setiap zaman.

2. Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas bisa membuahkan kemudahan untuk kesulitan yang menimpa seseorang, serta menyelamatkan seseorang dari segala marabahaya sebagaimana puncak hasil dari amalan ikhlas adalah memasukkan seorang ke surga dan menyelamatkan dari neraka.

3. Bolehnya menjadikan amal saleh sebagai perantara (tawasul) dalam berdoa.

4. Kisah atau cerita umat sebelum kita banyak mengandung pelajaran berharga yang harus dipelajari dan diresapi oleh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam. Oleh karenanya, sepertiga isi Al-Qur’an adalah tentang kisah-kisah para nabi dan umat sebelum kita.

5. Berbakti kepada kedua orang tua adalah amalan yang dapat melapangkan seorang dari kesulitan-kesulitan hidup yang sedang menimpanya dan menghantarkan seorang kepada keinginan yang ingin dia gapai. Sebagaimana kesulitan penghuni gua itu terangkat karena sebab amalan ini dan keinginannya untuk keluar dari gelapnya gua tergapai.

6. Keutamaan bertakwa kepada Allah Ta’ala padahal mampu melanggar larangannya.

7. Keutamaan menjaga diri dari zina, padahal sarana ada, dia menyendiri dengan wanita, dia bersama wanita yang sangat ia cintai, dan sang wanita mau diajak berzina. Namun, ia tinggalkan karena takut kepada Allah Ta’ala. Amalan seperti ini, selain merupakan sebab terangkatnya kesusahan, juga sebab mendapatkan ganjaran yang besar yang disebutkan dalam hadis lain tentang tiga golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah di hari kiamat,

رجل دعته امرأة ذات منصب وجمال، فقال: إني أخاف الله.

“Seorang yang diajak berzina oleh wanita yang punya kedudukan dan kecantikan, lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah.’”

8. Keutamaan dari sikap amanah.

9. Doa akan semakin mustajab saat dalam kondisi genting. Sebagaimana juga disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ

Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml: 62)

10. Allah akan menguji kehambaan manusia dengan kesusahan dan kesenangan. Apakah ia akan sabar dan meminta kepada Allah saat jatuh susah, atau apakah ia akan bersyukur saat mendapat kesenangan.

11. Amal saleh yang ikhlas dapat menjadi sebab lapangnya kesulitan-kesulitan. Terutama ketiga amal yang disebutkan di hadis di atas: berbakti kepada kedua orang tua, menjaga kehormatan (iffah), dan amanah.

13. Keteladanan atau nasehat untuk mengemis kepada Allah Ta’ala saat mendapat kesusahan hidup.

14. Perintah berbuat baik kepada orang lain tanpa berharap imbalan.

Demikian, Wallahu’alam bis showab.

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Artikel: www.muslim.or.id

Referensi :

– situs ilmiah : https://www.alukah.net/sharia/0/136570/, https://www.dorar.net/hadith/sharh/25934

Jami’ Al-Masa-il Al-Haditsiyyah jilid 5, hal. 337 – 340

Sumber: https://muslim.or.id/70394-hadis-tentang-tiga-orang-terkunci-di-dalam-gua.html

Peziarah Kini Dapat Melakukan Umrah Beberapa Kali

Menteri Federal untuk Urusan Agama Pakistan, Pir Noorul Haq Qadri, bertolak ke Arab Saudi, Senin (22/11). Keberangkatan ini dilakukan guna bertemu dengan pejabat Kerajaan Saudi, mengenai pemulihan penerbangan umrah dari Pakistan.

Jika sesuai jadwal menteri urusan agama, Noorul Haq Qadri disebut akan berpartisipasi dalam konferensi Islam selama tujuh hari di Kerajaan, selain bertemu dengan pejabat Saudi.

Dilansir di Daily Times, Rabu (24/11), Noorul Haq Qadri juga disebut akan membahas masalah izin jamaah umrah dari Pakistan dengan pejabat terkait.

Baru-baru ini, Duta Besar Arab Saudi untuk Pakistan Nawaf bin Saeed Al-Malki telah mengeluarkan indikasi akan dimulainya kembali penerbangan umrah dari Pakistan. Hal ini ia sampaikan dalam pertemuan dengan Menteri Agama Noor ul Haq Qadri.

Dalam pertemuan dengan duta besar Saudi itu, Noor ul Haq Qadri menegaskan kementeriannya akan mengikuti pedoman dari otoritas Saudi, serta memperluas kerja sama penuh kepada mereka.

Berbicara dalam pertemuan itu, Nawaf bin Saeed Al-Malki mengatakan akan segera mempresentasikan rencana dimulainya kembali penerbangan umrah di hadapan otoritas terkait di Arab Saudi.

Tak hanya itu, dia juga mengisyaratkan bahwasanya pembatasan penerbangan umrah akan segera dicabut.

Umrah bisa dilakukan beberapa kali

Sebelumnya, Arab Saudi telah mencabut larangan jamaah haji untuk melakukan umrah untuk satu waktu, pada 21 Oktober. Hal ini dilakukan beberapa hari setelah Kerajaan mencabut pembatasan jarak sosial dan penggunaan masker.

Menurut laporan media lokal, para peziarah sekarang dapat melakukan umrah beberapa kali. Sebelumnya, hanya satu kali izin yang diberikan selama 15 hari untuk melakukan umrah pada tanggal dan waktu yang disebutkan.

Sementara itu, para peziarah wajib menggunakan masker dan mendaftarkan diri mereka dengan aplikasi pelacakan. 

Terkait hal itu, Direktur Utama Yasinta Travel, Muharom Ahmad, mengatakan memang kini Arab Saudi suadh memperbolehkan peziarah bisa melakukan umrah lebih satu kali. Syaratnya mereka harus mendapat aproval (persetujuan) dari aplikasi Eatmarna. Aplikasi ini ada di dalam bisa didownload di dalam handphone ketika hendak melakukan umrah setela satu kali.

”Jadi kalau sudah diaproval itu jamaah bisa umrah lagi. Tapi sebelum ada persetujuan melalui cara mendaftrakan izin di aplikasi itu maka jamaah tidak bisa melakukannya. Setidaknya tak bisa masuk Masjidil Haram untuk melakukan tawaf dan sa’i,” ujarnya.

Meninyinggung mengenai kapan jamaah umrah Indonesia akan bisa ke tanah suci, Muharom mengatakan, kini tengah dibahas oleh pihak terkait. Dan tampaknya mulai depan, yakni Desember 2021, ada fase masa percobaan pemberangkatan. Mereka yang bisa berangkat adalah para penguasaha travel dan pembimbing jamaah terlebih dahulu.

”Percobaan ini dilakukan selama satu bulan yang kemudian dilakukan evaluasi dan pengawasan. Kalau lancar mulai Januari 2022 jamaah umrah umum sudah mulai bisa berangkat ke tanah suci. Kita tunggu saja apa nanti hasilnya. Mudah-mudahan ada titik terang dengan semakin redanya pandemi COvid-19,” kata Muharom menandaskan.

IHRAM

Peran Ganda Perempuan yang Berprofesi sebagai Guru

Belum lama, 25 November 2020 telah diperingati Hari Guru Nasional. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Tak dipungkiri bahwa dewasa ini tak sedikit para perempuan yang memilih berperan di dunia pendidikan dan mengambil “guru” sebagai profesinya.

Profesi guru dianggap sebagai profesi yang mempunyai fleksibilitas waktu, tuntutan yang tidak terlalu tinggi dan kesejahteraan yang memadai. Sehingga alasan itulah yang mendasari para perempuan berprofesi sebagai guru. Terlebih saat perannya sudah ganda menjadi seorang istri.

Boulding dalam Kusnadi (2001:3-4), bahwa ada 3 peran utama yang harus dimiliki perempuan yairu breeder, feeder, dan producer. Peran pertama yakni berkaitan dengan pemeliharaan dan pengasuhan anak-anak. Perang kedua yakni tanggung jawab seorang perempuan menyediakan makan kepada anggota keluarga. Bisa dibilang bahwa kedua peran ini adalah peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Peran ketiga berkaitan dengan peran publik yakni seorang perempuan ikut andil dalam perekonomian keluarga.

Konsep tersebut memberikan gambaran bahwa peran perempuan telah melebar. Tak hanya sebagai ibu rumah tangga, perannya sekaligus sebagai perempuan karir. Guru adalah suatu profesi sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan. Guru juga bertugas sebagai penjaga moral bagi anak didiknya. Bahkan tak jarang julukan “orang tua kedua” tersemat pada seorang guru.

Sedangkan arti “guru” dalam rumah tangga yakni seorang perempuan yang berperan sebagai istri yang baik bagi suami dan madrasah pertama bagi anaknya. Sehingga, ini merupakan peran ganda bagi guru perempuan yang sudah menikah. Tak jarang, mereka pun harus berperan “multifungsi”.

Tugas guru di sekolah yang menumpuk terkadang menjadi sebuah tekanan. Tak jarang ada beberapa tugas yang belum selesai dan dibawa ke rumah. Sehingga membuat waktu untuk keluarga tersita. Oleh karena itu, penting bagi para guru perempuan yang telah berkeluarga untuk membagi waktu antara pekerjaan sebagai guru dan ibu rumah tangga.

Pekerjaan perempuan sebagai guru memang sangat mulia. Terlepas dari alasan untuk membantu perekonomian keluarga. Para perempuan pejuang pendidikan ini pun juga berusaha dalam segenap perannya yang ganda agar dapat berjalan dengan baik. Hal yang penting adalah meskipun perempuan diperbolehkan untuk bekerja di sektor publik, perempuan tidak boleh menelantarkan sektor domestik dan pengasuhannya terhadap anak-anak.

BINCANG MUSLIMAH

Pesan untuk Pendidik di Hari Guru

BANGSA Indonesia kembali memperigati Hari Guru Nasional (HGN), tepatnya tanggal 25 November. Pada peringatan hari guru ini penulis menyampaikan pesan untuk guru di hari guru. Harapannya, pesan ini dapat menjadi tambahan energi bagi guru dalam menjalankan profesinya.

Dahulu, orang tua yang hendak menyerahkan anaknya ke guru ngaji, tidak ingin begitu saja pasrah terhadap pendidikan anaknya. Seperti yang terjadi dan dicontohkan oleh Utbah bin Abu Sufyan.

Utbah berpesan kepada pendidik anaknya sejumlah pesan bijak. Utbah bin Abi Sufyan mengatakan, “Hal pertama yang mesti engkau lakukan (sebelum mendidik anak-anakku) adalah perbaiki dulu dirimu, karena mata mereka tertuju padamu, yang baik menurut mereka adalah apa yang engkau anggap baik, dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang engkau anggap buruk. Ceritakan pada mereka kisah orang-orang bijak. Maksimalkan usahamu untuk mendidik mereka niscaya aku tambahkan kebaikanku untukmu.”

Kisah di atas memberikan pesan yang berharga bagi guru. Hal itu menunjukkan strategisnya peran dan pengaruh guru terhadap pendidikan anak. Karenanya sebelum membentuk karakter anak didik, guru mesti berkarakter terlebih dahulu.

Guru merupakan profesi paling mulia. Saking mulianya kedudukan guru, Ahmad Syauki, seorang penyair Mesir, pernah menyatakan bahwa guru itu hampir seperti seorang rasul.

Mungkin itu terlalu berlebihan. Tapi pada dasarnya antara rasul dan guru memiliki tugas dan peranan yang sama, yaitu mendidik, mengajar, dan membina umat.

Dalam surah Ali Imran [3] ayat 164 Allah SWT menegaskan tugas para rasul. Setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh guru, yaitu membacakan ayat-ayat Allah (at-tilawah); membersihkan jiwa (at-tazkiyah); dan mengajarkan Al-Quran dan sunah (al-hikmah).

Selain itu, menjadi guru berarti memiliki peluang besar mendapatkan amalan yang terus mengalir, yaitu dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada siswa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR:Muslim no. 1631)

Menurut Syekh Jamal Abdul Rahman, jika guru mampu mendidik siswa menjadi saleh maka hal itu akan masuk ke dalam ketiga kategori amal yang tidak akan putus pahalanya. Maksudnya, waktu dan tenaga yang disisihkan guru untuk mendidik siswa bisa menjadi sedekah jariyah.

Ilmu yang sampaikan kepada siswa akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan, siswa yang dididik guru akan menjadi anak yang shaleh, yang akan mendoakan dirinya, baik ketika guru masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Berikut pesan untuk para pendidik dan guru di Hari Guru Nasional ini:

Sarana Ibadah

Manusia diciptakan untuk ibadah (QS adz-Dzariyah [51]: 56). Semua aktifitas yang dilakukan dalam rangka beribadah kepada-Nya, termasuk aktifitas mengajar (QS al-An’am [6]: 162-16). Karena mengajar adalah ibadah yang pahalanya akan terus mengalir, maka dalam menjalankan aktifitas mengajar selain hanya karena Allah semata, harus sesuai dengan apa yang diteladankan oleh Nabi ﷺ.

Pertama, mengucapkan salam

Ketika guru hendak masuk kelas mengucapkan salam kepada siswa, assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian). Dan, Nabi ﷺ sangat menekankan kepada kita (guru) untuk menyebarkan salam (HR Ibnu Majah).

Dalam majelis ilmu, Nabi ﷺ mengajarkan agar mengucapkan salam di awal dan di akhir majelis. “Jika salah seorang di antara kalian mengakhiri suatu majelis, ucapkanlah salam. Jika ingin memulainya (suatu majelis tanpa salam), maka mulailah. Jika ingin berdiri (mengakhirinya), ucapkanlah salam. Tindakan pertama tidaklah lebih benar dibanding dengan tindakan terakhir.” (HR Tirmidzi dan Abu Daud).

Kedua, berwajah ceria

Guru hendaknya menunjukkan wajah ceria setiap kali bertemu siswa, sebagaimana diajarkan oleh Nabi ﷺ;

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ: لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Artinya: Dari Abu Dzar dia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.” (HR: Muslim)

Ketiga, membaca pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi

Setiap kali guru memulai pelajaran hendaknya diawali dengan membaca pujian dan shalawat. Misalnya, ’Alhamdulillahirabbil ’alamin, washshalatu wassalamu ’ala Muhammadin, wa’ala alihi washahbihi ajma’in’.

Terkait hal ini, Nabi ﷺ bersabda;

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع (أخرجه ابن حبان)

“Setiap perkara yang mempunyai nilai baik, jika tidak dimulai dengan menyebut asma Allah, maka perkara itu akan terputus (tidak membawa berkah).” (HR: Ibnu Hibban)

Keempat, jika guru hendak menulis di papan tulis, buatlah tulisan basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) terlebih dahulu, agar kalimat itu yang pertama kali dilihat oleh siswa. Dengan demikian, siswa mengetahui bahwa setiap akan memulai aktivitas harus dimulai dengan membaca basmalah.

Dengan mengucapkan basmalah guru menyadari akan kekuatan dan pertolongan-Nya dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Nabi ﷺ bersabda,

كل أمر ذي بال لا يبدأ بـ : بسم الله ، فهو أجذم

“Setiap perkara penting menurut syariat yang tidak dimulai dengan bismillah adalah perkara yang tidak diberkahi.” (HR: Abu Dawud)

Kelima, setelah selesai pelajaran dan sebelum berpisah dengan siswa, hendaknya proses belajar mengajar ditutup dengan membaca hamdalah (Alhamdulillah) bersama-sama, lalu dilanjutkan membaca doa kafaratul majelis.

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( مَنْ جَلَسَ في مَجْلِسٍ ، فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ في مَجْلِسِهِ ذَلِكَ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن صحيح )) .

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat untuk akhiranya), maka hendaklah ia mengucapkan sebelum bangun dari majelisnya itu, ‘SUBHAANAKALLOHUMMA WA BIHAMDIKA, ASY-HADU ALLA ILAHA ILLA ANTA, AS-TAGH-FIRUKA WA ATUUBU ILAIK’ (Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu); kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.” (HR: Tirmidzi, no. 3433).

Keenam, mengucapkan salam kepada siswa setiap hendak meninggalkan kelas.

Sehingga dengan doa keselamatan, rahmat dan keberkahan ini yang akan mengiringi setiap kali pertemuan dan perpisahan dalam proses belajar mengajar.

Pentingnya Doa

Sebagai manusia, guru hanya mampu berusaha. Selebihnya, keputusan akhir tentang hasil usaha dalam proses pendidikan itu –siswa menjadi sukses, cerdas dan saleh– bergantung kepada Allah SWT. Sikap terlalu yakin dengan kemampuan diri hingga mengabaikan-Nya akan membuatnya kehilangan kekuatan jiwa dan keberkahan.

Mendidik adalah soal menyentuh hati. Sedangkan pengendali dan yang membolak balikkan hati, hanya Allah semata.

Sesungguhnya hal mudah bagi Allah menjadikan seseorang (siswa) sukses, cerdas dan shaleh. Maka itu, guru harus selalu dekat dengan-Nya, dan mendekatkan siswa kepada-Nya, salah satunya melalui kekuatan doa.

Doa termasuk hal penting yang harus selalu dipegang teguh. Melalui doa, rasa cinta dan kasih sayang kepada siswa akan bertambah mekar dalam hati. Untuk itu, hendaklah guru senantiasa memohon kepada-Nya agar Dia meluruskan (hati) siswanya.

Guru sebagai orang tua bagi siswa. Karenanya, Nabi ﷺ melarang kepada orang tua (guru) mendoakan keburukan bagi siswa. Mendoakan keburukan merupakan hal berbahaya, dapat mengakibatkan kehancuran siswa dan masa depannya (HR Abu Dawud).

Guru sebagai arsitek peradaban, jika ia salah dalam mendidik, berarti telah salah dalam membentuk peradaban. Ingat, tanggung jawab guru tidak sebatas di dunia, juga di akhirat kelak. Karena itu, guru harus selalu mendoakan untuk kesuksesan, kecerdasan, dan kesalehan siswa pada setiap waktu.

Dengan pesan ini, semoga Allah membimbing para guru agar dapat mendidik siswa menjadi insan yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual, sekaligus sebagai amal saleh yang pahalanya akan terus mengalir meski guru telah tiada. Amin.*/ H. Imam Nur Suharno,  penulis Buku Muhammad SAW The Great Educator,  Kepala Divisi HRD dan Personalia Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH

Doa-doa Malam Jum’at, Agar Malaikat Mau Menaungimu dengan Sayap Ampunan

Hari Jum’at dikenal sebagai hari yang istimewa. Betapa tidak, hari ini dinamakan dengan Sayyidul Ayyam, atau tuannya hari. Banyak hadis Nabi Muhammad yang menjelaskan tentang keutamaan hari mulia ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Saaaw bersabda:

“خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ.”

Artinya: “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit di saat itu adalah hari Jum’at. Pada hari ini Adam diciptakan, hari ketika ia dimasukkan ke dalam Surga dan hari ketika ia dikeluarkan dari Surga. Dan hari Kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum’at.

Dalil lain yang menyebutkan keutamaan hari Jumat diriwayatkan Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad dari Sa’ad bin ‘Ubadah dalam sebuah hadits:

سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Artinya: “Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban dan hari raya Fitri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali silaturrahim. Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat”.

Amalan yang dapat diamalkan di hari Jum’at dan akan mendatangkan malaikat untuk memberi rakhmat adalah membaca doa-doa malam Jum’at.

Berdoa di malam Jum’at, sebagaimana dalam buku hadits Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah RA berkata, bahwasanya:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّيْ، يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.

Artinya: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut hari Jum’at, lalu menyatakan, ‘Di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba muslim menepatinya dalam keadaan ‘berdiri melaksanakan shalat’ untuk memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah mengabulkan permintaannya,seraya mengisyaratkan dengan tangannya bahwa waktunya cuma sebentar.”

Adapun doa-doa malam Jum’at adalah sebagai berikut:

Pertama, doa khusus malam Jum’at

اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبّي لاَ اِلَهَ إلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِي وَاَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ اَمَتِكَ وَفِي قَبْضَتِكَ وَنَاصِيَتِي بِيَدِكَ اَمْسَيْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْـتَطَعْتُ اَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ شَـرِّ مَا صَنَعْتُ اَبُوءُ بِنِعْمَتِكَ وَاَبُوءُ بِذُنُوبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى اِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلاَّ اَنْتَ .

Allahumma anta robbi la ilaha illa anta kholaqtani wa ana ‘abduka wabnu amatika wafi qobdhotika wa nashiyati biyadika amsaitu ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’uzu biridhoka min syarri ma shona’tu abu-u bini’matika wa abu-u bizunubi faghfirli zunubi innahu la yaghfiruz zunuba illa anta

Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, putra hamba-Mu dan berada dalam genggaman-Mu dan nasibku berada di tangan-Mu. Aku memasuki petang ini atas perjanjian kepada-Mu sesuai dengan kemampuanku, aku berlindung dengan ridha-Mu dari keburukan perbuatanku, aku kembali kepada-Mu dengan nikmat-Mu dan aku kembali kepada-Mu dengan membawa dosa-dosaku, maka ampuni dosa-dosaku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”

Kedua, membaca shalawat

Pada malam Jum’at kita dianjurkan untuk untuk memperbanyak shalawat. Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

Artinya: “Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap jumat. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap jumat. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”

Ketiga, membaca surah Yasin dengan didahului doa-doa berikut:

إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى

Ilana hadhrotin nabiyyil mushthofaa

مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Muhammadin shollallohu ‘alaihi wa sallam

وَاَلِهِ وَاَزْوَخِهِ وَاَوْلَادِه وذُرَّيَّا تِهِ

Wa aalihii wa azwaajihii wa aulaadihii wa dzurriyaatih

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

وَاِلَى اَرْوَاحِ سَيِّدِنَا اَبِيْ بَكْرٍوَّعُمَرَ

Wa ilaa arwaahi sayyidinaa abii bakriw wa ‘umar

Wa ‘utsmaana wa ‘ali

وَاَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِاَجْمَعِيْنَ

Wa alaa baqiyyatish shohaabati ajma’iin

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِوَالْمُرْسَلِيْنَ

Tsumma ilana hadh roti ikhwaanihi minal ambiyaa-i wal mursaliin

وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ

Wal auliyaa-i wasy syuhadaa-i wash sholihiin

وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ

Wash shohaabati wat taabi’iin

وَالْعُلَمَاءِ وَالْمُصَنِّفِيْنَ

Wal ‘ulamaa-i wal mushonnifiin

وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ

Wa jamii’il malaa ikatil muqorrobiin

Khushuushon sayyidina syaihkh ‘abdil qoodiri jailaani rodiyalloohu ‘anhu

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ

Tsumma ilana jamii’i ahlul qubuur

مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ

Minal muslimiina wal muslimaat

وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Wal mu-miniina wal mu-minaat

مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا

Min masyaariqil Ardhi ilaa maghooribihaa

بَرِّهَاوَبَحْرِهَا

Barrihaa wa bahrihaa

خُصُوْصًا أَبَاءَنَا وَأَمَّهَاتِنَا

Khushuushon abaa-anaa wa ummahaatinaa

وَأَجْدَنَا وَجَدَّاتِنَا

Wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa

وَهَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا

Wa hasyaa yikhanaa wa masyayikha masyaa yikhinaa

وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ

Wa limanijtama’naa hahunaa bisababih

وَخُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ…..، لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Wa khushuushon ilaa ruuhi, ……..lahumul faatihah

Keempat, membaca Surah Al-Kahfi

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi SAW bersabda:

إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين

Artinya: “Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua Jum’at. Dalam lafazh lainnya dikatakan.

Selain itu hadis dalam kitab yang lain juga disebutkan,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

Artinya: “Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, maka ia akan mendapat cahaya antara dirinya dan rumah yang mulia (Mekkah).

Semoga bermanfaat untuk menjalankan malam Jum’at yang penuh berkah. Sehingga malaikat mau datang kepadamu untuk memberikan ampunan Allah kepada para hamba-Nya.[]

AKURAT

Kyai Kholil Bangkalan Sang Maha Guru

25 November diperingati sebagai hari guru. Sebuah momen untuk kembali merefleksikan nilai-nilai perjuangan guru dan jasa-jasanya. Begitu juga guru-guru di pesantren yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan, mengenal kearifan, dan jalan menuju Tuhan. Geneologi guru-guru di pesantren kebanyakan bersambung kepada satu guru yang masyhur, Kyai Kholil Bangkalan yang menjadi sang maha guru.

Dalam khazanah kepesantrenan, kisah tentang Kyai Kholil Bangkalan tentu takkan absen dari pengisi kelas-kelas sebelum belajar. Mengenal kisahnya bertujuan untuk mengenalkan karomah guru dan tentu, tirakatnya. Kyai Kholil merupakan guru dari beberapa kyai pesantren di Indonesia. Termasuk para pendiri Organisasi Masyarakat (ormas) salah satunya adalah Kyai Hasyim Asy’ari.

Beliau bernama lengkap KH. Muhammad Kholil, lahir di desa Kemayoran, Bangkalan, Madura, Jawa Timur pada bulan Desember tahun 1820. Beliau hidup dengan laku harian yang penuh tirakat dan kesederhaan. Hingga pantaslah pada hari kemudian beliau menjadi sosok ulama karismatik yang ilmunya ditimba oleh ulama-ulama nusantara.

Dalam catatan biografi “KH. M. Kholil Bangkalan; Biografi Singkat 1835-1925” yang ditulis oleh Muhamamd Rifa’i dan diresensikan oleh Moh. Riwwan Rifa’i, diceritakan di dalamnya tentang perjalanan singkat hidupnya termasuk pengembaraan keilmuannya dan murid-murid yang mengais ilmu darinya.

Beberapa di antara muridnya adalah KH. Hasyim Asy’ari yang kemudian menjadi pendiri Nahdhatul Ulama. Organisasi dengan anggota terbanyak di Indonesia. Selain Kyai Hasyim, ada juga Kyai Wahab Hasbullah dan Kyai Bisri Syansuri yang sama-sama berperan dalam pendirian NU. Juga ada Kyai Abdul Manaf dari Lirboyo, Kyai Bisri Musthofa dari Rembang, Kyai Ahmad Shiddiq dari Jember, dan beberapa tokoh ulama lainnya.

Dalam proses pengajarannya, Kyai Kholil menekankan sikap zuhud dan ikhlas. Banyak cerita mengenai karomah beliau semasa penulis mesantren di Jawa Timur. Salah satunya adalah adalah perintah Kyai Kholil kepada Kyai Hasyim yang masih nyantri dengan beliau untuk mencarikan cincin istrinya yang masuk ke septitank. Tanpa berlama-lama, Kyai Hasyim langsung terjun ke dalam septitank dan menemukan cicin istri dari Kyai Kholil. Tindakan tersebut menunjukkan khidmat dan kepatuhan. Lantas Kyai Kholil mendoakan Kyai Hasyim agar kelak menjadi tokoh panutan dan dicintai banyak orang.

Ajaran-ajarannya kepada murid-muridnya yang kemudian hari menjadi orang bermanfaat adalah ajaran yang tidak hanya ilmu pengetahuan, tapi juga penempaan karakter. Terbukti dari apa yang diceritakan tentang Kyai Hasyim Asy’ari. Dan juga kyai-kyai lain yang pernah menimba ilmu darinya.

Tidak hanya menjadi guru bagi para santrinya, beliau juga memiliki peran besar di lingkungan sosialnya. Diceritakan dalam biografi singkat tersebut, Kyai Kholil merupakan pemimpin bagi masyarakat desa sekitar yang sangat rendah hati dan merakyat. Beliau terjun langsung untuk bisa memahami kondisi masyarakat. Kewibawaannya lahir dari ilmu dan karakter, sehingga tak heran beliau melahirkan banyak murid yang pada kemudian hari menjadi tokoh besar yang juga menyebarkan ilmu melalui lembaga-lembaga pesantren dan masyarakat.

Pengembaraan keilmuannya dimulai dari rumahnya, beliau kali pertama berguru kepada ayahandanya. Lalu beliau melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Kemudian ke Pesantren Bangil, lalu Keboncandi dan Sidogiri. Setelah pengembaraan ilmu di Indonesia selama bertahun-tahun, beliau berangkat ke Mekkah untuk menimba ilmu di sana membawa serta istrinya.

Sepulang dari Mekkah, beliau kembali ke Madura, tanah kelahirannya untuk mengabdi dan mengamalkan ilmunya. Setelah pengabdiannya yang panjang, beliau wafat di usianya yang ke-104 tahun pada tahun 1925 di Madura. Makamnya kini banyak dikunjungi oleh para peziarah baik santri maupun non santri. Sebab karomah dan cerita-ceritanya membawa para peziarah menuju ke sana untuk turut mendoakannya.

Beliaulah Kyai Muhammad Kholil Bangkalan, sang maha guru yang patut diteladani. Selamat hari guru!

BINCANG MUSLIMAH

Pencemaran Lingkungan Hidup Menurut Fikih

Pencemaran lingkungan masih marak terjadi di Indonesia. Misalnya hutan yang lebat dibabat habis sehingga berubah menjadi hutan gundul. Penebangan liar untuk mengambil kayu juga marak terjadi.

Terlebih alih lahan hutan menjadi perkebunan, belakangan marak terjadi. Sehingga paru-paru dunia kian menipis. Akibatnya sudah mudah ditebak; banjir dan pemanasan global (global warming).

Pada sisi lain, banyak pabrik-pabrik tak memiliki Instalasi pengolahan air limbah. Sehingga limbah berbahaya beracun (B3) dibuang sembarangan. Ada yang dibuang dipemukiman warga. Ada juga yang dibuang dibuang dialiran sungai. Ini berpotensi mencemari aliran sungai yang dipakai warga .

Begitu juga masih tingkat pencemaran laut di Indonesia cukup  mengkhawatirkan. Pasalnya, masih banyak perusahaan industri yang seenaknya membuang limbah ke laut. Pun masih banyak juga tumpahan minyak, yang jatuh ke laut. Sehingga laut Indonesia tercemar.

Pencemaran sampah plastik kini pun masih menjadi ancaman. Jumlahnya juga sangat besar. Sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan laut yang cukup parah. Ikan-ikan mati. Terumbu karang rusak parah.

Pendek kata, pencemaran lingkungan hidup merupakan musuh utama manusia hari ini. Fenomena ini marak terjadi di Indonesia. Tak hanya di kota besar, di daearah pun, pencemaran lingkungan seolah tak terkontrol. Mengakibat kerugian besar bagi masyarakat luas.

Nah bagaimana fikih Islam menyikapi persoalan perusakan lingkungan?

Islam adalah agama yang bersifat universal. Agama yang di bawa Nabi Muhammad ini mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk etika dan norma terhadap ingkungan hidup. Pasalnya, alam merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Lebih lanjut, Islam berpesan melalui Al-Qur’an, seyogianya manusia melestarikan alam semesta dan lingkungan hidupnya. Hal ini bertujuan untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Bila tidak? Kehidupan manusia di bumi terancam punah. Allah berfirman;

وَلَا تُفۡسِدُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.

Imam Asy Syaukani dalam kitab Fathul Qadir menjelaskan bahwa ayat ini  (Q.S al A’raf/7;56) merupakan dasar dari larangan memperbuat kerusakan di muka bumi. Pun ayat ini menjadi dasar fikih, mengharamkan tindakan pencemaran lingkungan hidup. Simak penjelasan Imam Syaukani berikut;

نهاهم الله سبحانه عن الفساد في الارض بوجه من الوجوه قليلا كان او كثيرا ومنه قتل الناس وتخريب منازلهم وقطع اشجارهم وتغوير انهارهم

Artinya;   Allah SWT melarang mereka dari kerusakan di muka bumi dengan cara apapun, baik sedikit atau banyak, termasuk membunuh orang, menghancurkan rumah mereka, menebang pohon mereka, dan merusak/mencemari sungai mereka.

Demikianlah pandangan fikih terkait haramnya perusakan lingkungan. Pasalnya, itu merupakan tindakan yang dapat merugi ligkungan dan manusia pada umumnya.

BINCANG SYARIAH