Hartaku untuk Surgaku

Allah ta’ala memberi tahu mengenai orang yang paling baiknya bicara. Dia berfirman:

(لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا)

Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar” (QS. An-Nisa’ 114).

Inilah yang bermanfaat bagi manusia di dunia dan di akhirat.

Allah ta’ala memberi kita nikmat diantaranya adalah harta kita, yang mana tidak ada makhluk yang mendapatkan dan merasakan nikmat sebagaimana manusia, seperti; gajah dia tidak mampu untuk memproduksi sesuatu sebagaimana layaknya manusia. Hal itu dikarenakan Allah ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَق َلَكُم ماَ فِي الأَرضِ جَمِيعا ً

Artinya: “Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini untuk kalian (manusia)“. (QS. Al Baqarah: 29).

Namun dibalik itu semua apabila tidak mampu menginfaqkan harta kita yang itu merupakan nikmat Allah maka bahayanya melebihi bahaya hewan / bahaya makhluk lain. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

إِن َّلِكُل ِّأُمَّةٍ فِتْنَةٌ وَ فِتٔنةُ أمَّتِي المَالُ

Artinya: “sesungguhnya setiap ummat itu memiliki fitnah ( ujian ) dan fitnah ummatku adalah harta“.

Banyak sekali orang yang hancur dikarenakan hartanya. Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُم لِيَصُدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ

Artinya: “Dan orang-orang kafir mereka menginfaqkan harta mereka untuk menghalang – halangi dan jalan Allah“.

Allah berfirman:

إِنَّمـَا أَمْوَالَكُم وَأَولَادُكُم فِتْنَةٌ

Artinya: “Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian“.

Perlu diketahui bahwasannya apabila Allah memberi harta yang banyak kepada seseorang bukan berarti Allah telah memuliakannya dan bukan berarti dengan Allah menyempitkan rizqi seseorang berarti Allah telah menghinakannya. Namun sesungguhnya seseorang yang memiliki harta yang banyak dan sedikit dia mampu menjadi mulia apabila kita gunakan untuk infaq dijalan Allah.

Allah berfirman:

الذين ينفقون أموالهم با لليل والنهار سرا وعلانية فلهم أجرهم عند ربهم

Artinya: “Orang – orang yang menginfaqkan harta mereka pada malam hari dan siang hati dalam keadaan sembunyi – sembunyi dan terang – terangan maka baginyalah pahala disisi Rabb mereka” (QS. Al Baqoroh: 274).

Pada ayat diatas adalah isim maushul yang itu menunjukkan umum, yang berarti bukan hanya orang kaya saja. Inilah janjinya bagi orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah, dan inilah makna “hartaku untuk surgaku” .

Sesungguhnya harta yang Allah berikan kepada kita baik sedikit maupun banyak maka akan ditanya oleh Allah ta’ala, oleh karena itu mari kita siapkan jawaban kita. Allah ta’ala berfirman:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Artinya : “Dan kamu benar -benar akan ditanya tentang nikmat yang diberikan kepadamu” (QS. At-Takathur 8).

Harta adalah amanah yang dititipkan Allah kita oleh karena itu jangan sampai kita abaikan karena itu semuanya akan ditanya. Kenapa kita harus menginfaqkan harta kita di jalan Allah yang menuju ke Surga? Banyak sekali jawabannya, diantaranya:

Pertama: Karena perintah Allah ta’ala, Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ

Artinya: “Dan carilah dengan apa -apa yang Allah berikan kepadamu negeri akhirat” (QS. Al-Qasas 77).

Kedua: Harta yang kita nikmati di dunia ini sedikit sekali sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya : Berkata Bani adam “Ini hartaku, ini hartaku“. Lalu Rosululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Kamu tidak memiliki harta apapun kecuali shodaqoh yang telah engkau keluarkan atau makanan yang telah engkau makan, atau pakaian yang telah engkau pakai yang telah usang, maka itulah milikmu”.

Ketiga: Orang yang meninggal tidak akan dikubur bersama hartanya, semuanya harus ditinggal. Namun yang dibawanya adalah amalnya.

Keempat: Surga itu dibeli dengan infaq. Allah ta’ala berfirman:

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan itulah surga yang engkau warisi dengan sebab aoa yang telah engkau amalkan” (QS. Az-Zukhruf 72).

Yaitu amal sholih, termasuk kedalamnya adalah kedermawanan orang yang berinfaq. Lihatlah Abu Tholhah, saat beliau mendengar nabi membacakan ayat :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya : “Kalian tidak akan mendapatkan surga sampai kalian menginfaqkan apa-apa yang kalian cintai” (Surat Ali-Imran 92).

Datanglah Abu Tholhah dan berkata: ” Wahai Nabi, aku mempunyai tanah di Buwairuhah, tanah yang paling bagus, berapun harganya dia takkan dijual, silahkan gunakan lebun ini untuk di jalan Allah”. Lalu apa yang dikatakan Nabi kepadanya? Beliau berkata: “Bagikanlah kepada keluargamu yang terdekat yang miskin“.

Kelima: Hidup kita di dunia ini sangatlah sebentar , sedangkan akherat adalah kekal. Allah berfirman :

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ

Artinya: “Katakanlah, kenikmatan dunia adalah sedikit dan akherat adalah lebih baik bagi orang yang bertaqwa” (Surat An-Nisa’ 77).

Dan solusi agar kita dapat berinfaq adalah, dengan hidup sederhana. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

انظر إلى من هو أسفل منكم ولا تنظر إلى من هو فوقكم

Artinya: “Lihatlah kepada yang dibawah kalian dan jangan lihat kepada yang di atas kalian (dalam urusan dunia)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda, pada hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari sahabat Abu Hurairah:

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به وولد صالح يدعو له

Artinya: “Apabila anak Adam telah meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu *shodaqoh jariyah*, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendo’akannya“.

Syaikh Bin Baz mengatakan yang dimaksud shodaqoh jariyah adalah : Yang terus menerus bermanfaat seperti waqaf masjid, atau bangunan yang disewakan lalu hasilnya dishodaqohkan atau kebun / sawah yang disedekahkan.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصدقة لاتنقص المال

Artinya: “Shodaqoh itu tidak mengurangi harta“.

Dan sebaliknya apabila ada orang kaya atau pengusaha yang bangkrut maka sesungguhnya itu adalah karena akibat dosanya sendiri, sebagaimana Allah berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya: “Dan tidaklah musibah itu menimpamu kecuali karena perbuatan yang telah kalian perbuat, dan Allah telah banyak mengampuni kalian” (QS. Ash-Shura 30).

***

Penulis: Ust. Aunur Rofiq Ghufron, Lc.

Artikel Muslim.or.id

Waspada dengan Fitnah Harta

Pada asalnya, harta tidaklah tercela. Allah bahkan menyebut harta sebagai “khair” (kebaikan) dalam Al-Quran.

 كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak (khair), berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”(QS Al-Baqarah [2]: 180)

Allah juga menyebutkan bahwa harta Allah jadikan sebagai “qiyâm”; atau sesuatu yang menopang kehidupan manusia. Allah berfirman,

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya (anak yatim yang belum baligh), harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan (qiyâman). (QS. An-Nisa [4]: 5)

As-Syaikh Sa’di –rahimahullah- berkata, “Allah melarang para wali untuk menyerahkan uang kepada mereka yang belum sempurna akalnya, khawatir mereka akan merusak dan menghancurkannya. Karena Allah menjadikan harta sebagai pokok kehidupan bagi hamba-hambanya baik dalam kemaslahatan agama atau dunianya.” (Tasîr al Karîm 1/164)

Kemaslahatan harta dalam urusan dunia sangat jelas. Adapun kemaslahatannya dalam urusan agama, maka ia juga sangat banyak. Banyak jenis ibadah yang tidak bisa dilakukan kecuali dengan harta. Keterbatasan dalam harta bisa menjadi keterbatasan dalam beribadah. Dalam kendali dan pengaturan orang sholeh, harta adalah karunia terbaik yang mampu melesatkannya menjadi manusia mulia dan terhormat, baik dalam pandangan Allah, ataupun dalam pandangan manusia.

Hubungan dengan Allah akan semakin kuat, karena dengan hartanya seseorang akan lebih leluasa dalam mencari ilmu dan lebih tenang saat beribadah. Begitupun hubungannya dengan sesama, ia akan dengan mudah mempererat hubungan persaudaraan dan pergaulan dengan hartanya seperti dengan banyak memberi hadiah, makanan dan lain sebagainya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang shaleh.” (HR Bukhari dalam al Adab al Mufrad: 299, dishahihkan al Albani)

Dari sisi yang lain, Allah sering mengingatkan, bahwa harta adalah fitnah. Sebagaimana dengan sebab harta manusia bisa beribadah, dengan sebab harta pula manusia bisa dengan mudah berbuat kemungkaran. Inilah diantara hikmah mengapa Allah membatasi rizki-Nya kepada sebagian manusia. Agar manusia tidak melakukan perbuatan melampaui batas. Allah berfirman,

 وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syura [42]: 27)

Dengan harta biasanya manusia menjadi orang yang suka bermewah-mewahan. Dan, Allah mengabarkan kepada kita bahwa orang-orang yang hidup mewahlah yang selalu menjadi penentang para utusan Allah.

 وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

 “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (QS Saba’ [34]: 34)

Disebabkan harta, perhelatan manusia di dunia dalam mengumpulkan pundi-pundi kehidupan menjadi begitu ketat. Manusia saling berlomba, saling mengejar, dan tidak jarang saling menjatuhkan demi memperebutkan “nasib” dunianya. Hidup menjadi ajang persaingan yang pemenangnya ditentukan oleh banyaknya harta dan kekayaan. Nasib baik dan keuntungan didasarkan pada perolehan materi semata.

Kecenderungan inilah yang membuat manusia kerap lupa bahwa ada hak Allah yang harus ditunaikan dalam sikapnya terhadap harta. Padahal manusia tidak dibenarkan bersikap rakus, sombong dan berlebih-lebihan dengan harta. Harta merupakan karunia Allah yang seharusnya disyukuri dengan cara mengusahakan harta itu dari jalan yang halal dan membelanjakannya pada jalan yang juga diridhoi Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«مَا ذئبان جَائِعَانِ أُرسِلاَ في غَنَمٍ بأفسَدَ لها مِنْ حِرصِ المرء على المال والشَّرَف لدينهِ »

Tidaklah dua serigala lapar yang menghampiri seekor kambing lebih berbahaya baginya dari ambisi seseorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya” (HR Tirmidzi no. 2376, ia berkata: hasan shahih, Ahmad: 3/656)

Sebuah ilustrasi yang sangat mengena dari Rasulullah untuk menggambarkan rusaknya agama seorang manusia disebabkan karena ambisi terhadap harta benda dan kedudukan di dunia. Kerusakan agama yang ditimbulkannya tidak lebih besar dari bahaya yang mengancam seekor kambing yang didatangi dua serigala lapar dan siap menerkamnya.

Ibnu Rajab menjelaskan, orang yang berambisi terhadap harta ada dua jenis:

Pertama, orang yang sangat mencintai harta, semangat dalam mencarinya dengan cara yang mubah, namun ia berlebihan dalam mendapatkan dan mengusahakannya. Orang ini tercela dari sisi bahwa semua usahanya itu bisa jadi sebuah bentuk mensia-siakan hidup, padahal ia seharusnya bersungguh-sungguh itu dalam mendapatkan kenikmatan akhirat yang abadi. Orang yang berambisi ini malah mensia-siakannya untuk mencari rizki yang sesungguhnya terjamin dan sesuatu yang Allah bagi-bagikan, yang tidak datang kecuali seukuran dengan takdir Allah, harta yang kelak tidak akan mendatangkan manfaat baginya, ia akan tinggalkan semua itu, dengan tetap hisabnya akan berlaku atasnya.”

Dikatakan kepada seorang ahli Hikmah, “Si fulan telah mengumpulkan harta.” lalu ia berkata, “Apakah ia juga mengumpulkan hari demi hari yang ia berinfak padanya?” dijawab, “tidak”

Seseorang berkata, “jika engkau di dunia lemah dalam berbuat kebaikan, maka apa yang kelak akan engkau perbuat di hari kiamat?”

Ibnu Mas’ud berkata, “Keyakinan itu adalah engkau tidak meridhai manusia dengan kemurkaan Allah, tidak memuji seseorang karena rizki Allah, tidak mencela seseorang atas sesuatu yang Allah tidak berikan kepadamu. Sesungguhnya rizki Allah tidak diraih dengan ambisi orang yang berambisi dan tidak akan tertolak karena bencinya orang yang benci. Allah dengan sifat adil dan ilmu-Nya menjadikan ruh (kehidupan yang hakiki) dan kebahagiaan terdapat pada sifat yakin dan ridha, menjadikan kesedihan dan gundah gulana pada sifar ragu dan kemurkaan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada sahabatnya Hakim bin Hizam,

 « يَا حَكِيمُ ، إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ ، وَكَانَ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى »

Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini indah dan manis. Barangsiapa mengambilnya dengan keluasan jiwanya, ia akan diberkahi pada hartanya. Dan barangsiapa yang mengambilnya dengan tanpa berlebihan, maka perumpamaannya adalah seperti orang yang makan dan tidak pernah kenyang.” (HR Bukhari no: 1472, 2750, 3143, Muslim no: 1035)

Kedua, orang yang kondisinya lebih buruk dari jenis pertama. Ia adalah orang yang berambisi terhadap harta, hingga mengusahakannya dengan cara-cara yang diharamkan Allah dan menghalanginya untuk menunaikan kewajiban hartanya. Perutnya penuh dengan harta haram. Merasa harta yang dimilikinya adalah hasil dari seluruh usahanya, ia menjadi manusia yang sangat takut kehilangan hartanya. Ia jadi sangat kikir, malas bersedekah dan individualis. Ia terjerumus pada sikap kikir yang tercela. Padahal Allah berfirman,

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr [59]: 9)

Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

Peliharalah dirimu dari sifat kikir, karena sifat kikir telah membinasakan orang-orang sebelum kamu. Sifat itu telah menyuruh mereka memutuskan persaudaraan, maka mereka pun memutuskan persaudaraan. Sifat itu telah menyebabkan mereka saling membunuh dan menghalalkan perkara-perkara yang diharamkan (HR Muslim no: 6741)(Lihat Majmû Rasâ`il Ibnu RajabSyarh Hadîts Mâ Dzi`bâni Jâ`I’âni, Hal. 65 – 69)

Mudah-mudah Allah senantiasa menjaga kita semua dari fitnah harta yang merugikan. Amin.***Wallâhu a’lam bish-shawâb

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)

Artikel Muslim.Or.Id

Mengapa Disebut Sebagai “Budak Harta”

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia bisa menjadi “budak harta” atau “budak uang” karena tamak dan rakusnya mereka dengan harta.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﻳْﻨَﺎﺭِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﺭْﻫَﻢِ، ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﺼَﺔِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﻠَﺔِ ﺇِﻥْ ﺃُﻋْﻄِﻲَ ﺭَﺿِﻲَ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻂَ ﺳَﺨِﻂَ

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah”.[HR. Bukhari]

Maksud dari “budak harta” adalah harta dan uang tersebut memperbudak dan memerintahkan manusia untuk mencari mereka (uang). Manusia yang tamak akan patuh saja dengan perintah harta atau uang tersebut. Uang akan “berkata”:

Carilah aku dan kerahkan semua tenaga kalian‘ (manusia tamak pun patuh pada uang)

Uang “berkata” lagi:

Carilah aku lagi, belum cukup, engkau perlu kerja sampai malam dan lembur sampai libur akhir pekan’ (manusia tamak pun patuh pada uang)

Uang “berkata” lagi:

Carilah aku, engkau perlu mengorbankan sedikit kehormatan dirimu, engkau harus mengorbankan sedikit prinsip hidupmu, agar bisa dapat uang di zaman ini’ (manusia tamak pun patuh pada uang)

Selama uang yang didapatkan tersebut belum dipakai dan hanya “dikoleksi” saja, misalnya berupa tanah atau tabungan yang mengendap lama, maka hakikatnya manusia telah diperbudak oleh harta dan menjadi budak harta, karena manusia patuh saja pada harta.

Ibnu Katsir berkata dan membawakan syair:

ﺃﻧﺖَ ﻟﻠﻤﺎﻝ ﺇﺫﺍ ﺃﻣﺴﻜﺘَﻪ … ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻧﻔﻘﺘَﻪ ﻓﺎﻟﻤﺎﻝُ ﻟَﻚْ …

“Engkau akan menjadi budak harta jika engkau MENAHAN harta tersebut. Akan tetapi, jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu.” [Tafsir Ibnu Katsir 14: 443]

Manusia yang rakus dan tamak menjadi budak harta karena manusia harus menjaga harta tersebut, yang terkadang menjaga harta seperti seorang budak yang menjaga seorang raja atau menjaga majikannya. Perlu tenaga, perhatian dan konsentrasi yang benar-benar penuh untuk menjaga harta, bahkan untuk menjaga harta perlu mengorbankan segalanya.

Ibnul Qayyim menjelaskan perbedaan harta dan ilmu, beliau berkata:

ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ

“Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.” [Miftah Daris Sa’adah 1/29]

Tidaklah heran apabila manusia banyak yang menjadi budak harta dan dunia karena harta adalah fitnah (ujian) terbesar bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” [HR. Bukhari]

Manusia menjadi budak harta juga karena kerakusan dan ketamakan mereka dengan harta, bahkan manusia lebih rakus daripada serigala yang lapar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«مَا ذئبان جَائِعَانِ أُرسِلاَ في غَنَمٍ بأفسَدَ لها مِنْ حِرصِ المرء على المال والشَّرَف لدينهِ »

“Tidaklah dua serigala lapar yang menghampiri seekor kambing lebih berbahaya baginya dari ambisi seseorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya” [HR Tirmidzi no. 2376, ia berkata: hasan shahih]

Inilah hakikat harta dan dunia yang bisa menipu manusia. Manusia yang tamak mengira bahwa merekalah raja dan tuan, tetapi sesungguhnya mereka telah diperbudak oleh harta dan dunia.

Allah Ta’ala berfirman,

ﻭَﻏَﺮَّﺗْﻬُﻢُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺷَﻬِﺪُﻭﺍ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻛَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ

“Kehidupan dunia telah menipu mereka.” [Al-An’am 6:130]

Karenanya kita diperintahkan agar benar-benar menjaga diri kita dari kelalaian karena harta. Allah Ta’ala berfirman,

ﻳﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻَ ﺗُﻠْﻬِﻜُﻢْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﺃَﻭْﻻَﺩُﻛُﻢْ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮُﻭﻥَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [Al Munafiqun 63: 9]

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Artikel: Muslim.Or.Id

Inilah Amalan Hari Jumat, Sejak Pagi hingga Petang

DALAM satu pekan ada satu hari yang disebut-sebut istimewa, khususnya dalam Islam. Hari tersebut adalah Jumat.

Apa sih artinya Jumat dan kenapa dinamakan Jumat?

Kata “Jumat” dalam bahasa Arab bisa dibaca dengan tiga cara, yaitu jumu’ah, jum’ah, atau juma’ah. Adapun bacaan yang terkenal adalah “jumu’ah”. Demikian pula cara baca pada qiraah sab’ah, dalam firman Allah ta’ala,

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka bersegeralah mengingat Allah.” (Q.S  Al-Jumu’ah: 9).

Adapun bacaan “jum’ah” adalah bacaan ringan, yaitu dengan menghilangkan harakat pada huruf mim, menjadi lebih mudah diucapkan.

Sedangkan cara baca “juma’ah” berasal dari sifat hari Jumat yang mengumpulkan banyak orang, seperti kata “humazah” yang berarti ‘orang yang banyak mengumpat’ dan kata “dhuhakah” yang berarti ‘orang yang banyak tertawa’. Bacaan “juma’ah” dalam bahasa Arab dikenal sebagi dialek Bani Uqail. Adapun bentuk jamak kata “jumu’ah” adalah jumu’at atau juma’.

Dalam ajaran Islam, semua hari adalah baik. Namun hari Jumat mempunyai kemuliaan dan keutamaan tersendiri karena di hari itu juga memiliki nilai historis dalam sejarah islam.

Rasulullah teramat memuliakan hari Jumat dan sudah banyak riwayat yang membahas tentang keutamaan hari jumat.

Ada banyak amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yang nilai pahalanya sangat besar.

Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam, menyebut keistimewaan hari Jumat.

“Hari terbaik di mana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat”. (H.R Abu Hurairah).

Berikut amalan apa saja yang disunahkan untuk dikerjakan bagi umat Islam:

1. Membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW

Ketika Jumat datang, umat Muslim disunahkan untuk memperbanyak membaca shalawat.

“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat di hari Jum’at, karena shalawat akan disampaikan kepadaku.” (Aus Bin Aus ra)

Nabi menganjurkan agar memperbanyak membaca shalawat pada hari Jumat.

Dalam sebuah hadits yang lain ditegaskan:

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari dan malam Jumat. Barangsiapa membaca shalawat untuku satu kali, maka Allah membalasnya sepuluh kali”.

Hadits tersebut diriwayatkan al-Baihaqi dengan beberapa sanad hasan.

2. Memperbanyak berdoa

Dan ketika Jumat datang, umat Muslim disunahkan untuk memperbanyak berdoa, tentu di hari lain pun dianjurkan untuk berdoa. Hanya, di hari jumat Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan keutamaannya.

“Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah mengisyaratkan dengan tangan beliau sebagai gambaran akan sedikitnya waktu itu” (H.R Muttafaqun Alaih).

3. Membaca Surat Al Kahfi

Dalam hadits Imam Muslim disebutkan:

“Barang siapa berwudhu kemudian memperbaiki wudhunya, lantas berangkat Jumat, dekat dengan Imam dan mendengarkan khutbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat berikutnya ditambah tiga hari diampuni”. (HR. Muslim).

Muslim yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat, ia akan dinanugi cahaya di antara dua Jumat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat, maka Allah memberinya sinar cahaya di antara dua Jumat”.

Hadits tersebut diriwayatkan dan dishahihkan oleh imam al-Hakim.

Demikianlah keutamaan hari Jumat yang harus kita tahu. Namun masih banyak dalil-dalil yang menyebutkan keutamaan hari Jumat, jauh lebih banyak dari apa yang telah disebutkan di atas. Allahu A’lam. []

ISLAMPOS



Mengapa Kita Harus Meminta Perlindungan kepada Allah?

Sebelum menjawab pertanyaan dalam judul diatas, kita akan mengutip sebuah surat yang tentu sudah kita hafal bersama. Yaitu Surat An-Nas, Allah swt berfirman :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

مَلِكِ النَّاسِ

Raja manusia.

إِلَٰهِ النَّاسِ

Sembahan manusia.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

dari (golongan) jin dan manusia. (QS.an-Nas:1-6)

Manusia berpotensi melakukan penyimpangan setiap waktu. Hidupnya tak pernah lepas dari bisikan dan godaan sang musuh. Pada ayat diatas, Allah menyuruh nabi-Nya untuk meminta perlindungan dari bisikan setan. Padahal nabi Muhammad saw terjaga dari segala bentuk kesalahan dan penyimpangan dengan penjagaan Allah yang sempurna.

Ya, pasti perintah ini ditujukan untuk umatnya, dan itu adalah bukti bahwa manusia dapat terjerumus dalam bisikan setan yang tersembunyi. Lalu jika nabi saja diperintahkan untuk berlindung, bagaimana dengan kita? Yang setiap saat bisa tergoda. Yang setiap waktu bisa lalai kapan saja.

Namun kita tidak boleh putus asa dihadapan bisikan dan godaan yang selalu datang. Disaat kita tergoda, segera-lah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Karena orang-orang mukmin tidak sendirian dalam mengahadapi peperangan dalam hatinya. Jika ada setan yang selalu menggoda, ada pula Malaikat yang selalu mengiringi orang-orang mukmin yang sedang berjalan di jalan-Nya. Tidak hanya mengiringi, para Malaikat itupun menjaga hamba tersebut.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS.Fussilat:30)

Pada intinya, jangan pernah menganggap diri kita tidak butuh dengan bantuan dan penjagaan Allah. Jangan pernah acuh dengan peringatan dari-Nya. Karena  musuh manusia tidak pernah tidur untuk menggoda dan menyesatkannya, maka mari kita berupaya untuk selalu sadar dan mengingat-Nya. Dan tak lupa untuk selalu meminta perlindungan kepada-Nya.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Mana yang Kamu Pilih, Wanita, Dunia Atau Bidadari?

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya, Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga,
Terindah dari yang ada (Hanan)

Ya, bidadari surga yang Allah segerakan berikutnya adalah wanita saleh. Konteks tulisan ini sama sekali bukan tentang fisik. Kita hanya akan membahas hal-hal substansial yang bernama kesalehan.

Untuk itu, cukuplah dialog penuh ibrah antara Ummu Salamah Radhiyallahu Anha dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang didokumentasikan oleh Imam Ath-Thabrani sebagai pecut penyemangat, pengobar ruh kesalehan.

Ummu Salamah Radhiyallahu Anha berkata, “Wahai Rasulullah, Shallallahu Alaihi wa Sallam jelaskanlah kepadaku firman Subhanahu wa Taala tentang bidadari-bidadari yang bermata jelita.” (QS. Ad-Dukhan: 54) Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”

Aku berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, “Laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Al-Waqiah: 23) Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”

Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahman: 70) Beliau menjawab, “Akhlaqnya baik dan wajahnya cantik jelita.”

Aku berkata lagi, “Jelaskan kepadaku firman Allah, “Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaffat: 49) Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, Penuh cinta lagi sebaya umurnya” (Al-Waqiah: 37) Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli” Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Aku bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?” Beliau menjawab, “Karena salat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas.

Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami rida dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya”. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”

Keshalihan dan akhlak baiklah sumber kemuliaan, semoga kita dapat meraihnya. Aamiin. [dakwatuna]

INILAH MOZAIK

Kegemparan Saat Uskup Agung Uganda Umumkan Memeluk Islam

Mantan uskup agung Lutheran Mwaipopo alami ujian setelah memeluk Islam.

Martin John Mwaipopo memberanikan diri mengumumkan soal keIslamannya. Di hadapan jemaatnya, Martin yang menjabat sebagai Uskup Agung ketika itu, mengumumkan ia meninggalkan Kristen untuk Islam.

Momen ini terjadi pada 23 Desember 1986, dua hari menjelang Natal. Jemaat yang mendengar berita itu begitu terkejut. Bahkan, administratornya langsung bangkit dari tempat duduk, menutup pintu dan jendela. Ia mengatakan kepada para anggota gereja, bahwa pikiran sang Uskup gusar dan telah gila.

Bagaimana tidak, hanya beberapa menit sebelumnya, Mwaipopo mengeluarkan alat musiknya dan menyanyi begitu mengharukan bagi anggota gereja. Namun, di dalam hati sang Uskup, ada keputusan yang hendak ia utarakan yang akan membuat seisi gereja gempar. Hiburan itu nyatanya hanyalah pesta perpisahan.

Reaksi jemaat sama mengejutkannya. Mereka bahkan memanggil polisi untuk membawa sang Uskup yang disebut ‘gila’ itu pergi. Mwaipopo ditahan di sel hingga tengah malam ketika Sheikh Ahmed Sheik, orang yang mengakuinya masuk Islam datang untuk menyelamatkannya.

Kejadian itu hanyalah awal dari guncangan ringan baginya. Reporter Al Qalam, Simphiwe Sesanti, berbicara kepada mantan Uskup Agung Lutheran kelahiran Tanzania tersebut. Setelah masuk Islam, Mwaipopo kemudian dikenal dengan nama Al Hajj Abu Bakr John Mwaipopo.

Sang penulis merasa terpancing keingintahuannya setelah diberi tahu oleh saudara laki-laki asal Zimbabwe, Sufyan Sabelo, setelah ia mendengarkan ceramah Mwaipopo di Wyebank Islamic Center, Durban. Sufyan inilah yang menceritakan tentang Mwaipopo, yang tidak hanya memperoleh gelar BA dan Master, tetapi juga doktor, di Divinity, namun kemudian beralih agama kepada Islam.

Mwaipopo memperoleh diploma dalam Administrasi Gereja di Inggris dan gelar-gelar terakhir di Berlin, Jerman. Sebelum menjadi seorang Muslim, ia pernah menjadi Sekretaris Umum untuk Afrika Timur di Dewan Gereja-Gereja Dunia, yang meliputi Tanzania, Kenya, Uganda, Burundi, dan bagian-bagian dari Ethiopia dan Somalia.

Di Dewan Gereja, dia bercampur baur dengan ketua Komisi Hak Asasi Manusia Afrika Selatan, Barney Pityana, dan ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Uskup Desmond Tutu. Sang penulis, Sesanti, kemudian menceritakan kisah kehidupan Mwaipopo, pria yang lahir 61 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Februari di Bukabo, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Uganda.

Dua tahun setelah kelahirannya, keluarga Mwaipopo membaptisnya. Lima tahun kemudian, mereka menyaksikan dia dengan bangga menjadi alter boy (seseorang yang membantu anggota pendeta di gereja. Keluarga begitu bangga ketika melihatnya membantu menteri gereja, mempersiapkan ‘tubuh dan darah’ Kristus. Pikiran sang ayah dipenuhi dengan ide-ide untuk masa depan putranya itu.

“Ketika saya berada di sekolah asrama, kemudian, ayah saya menulis kepada saya, menyatakan dia ingin saya menjadi seorang imam. Dalam setiap surat, dia menulis ini,” kenang Mwaipopo, dalam artikel di laman Islamweb, dilansir Selasa (4/8).

Namun, Mwaipopo alias Abu Bakr memiliki ide sendiri tentang hidupnya, ia bergabung dengan kepolisian. Namun pada usia 25, Mwaipopo menyerah pada kehendak ayahnya. Tidak seperti di Eropa di mana anak-anak dapat melakukan apa yang mereka kehendaki setelah usia 21 tahun, di Afrika, anak-anak diajarkan menghormati kehendak orangtua mereka di atas kehendak mereka sendiri.

“Putraku, sebelum aku menutup mataku (mati), aku akan senang jika kau bisa menjadi pendeta”, begitulah kata ayahnya pada Mwaipopo.

Nasihat sang ayah kemudian mendorongnya melangkah ke Inggris pada 1964, untuk mengejar diploma dalam Administrasi Gereja. Setahun kemudian, dia pergi ke Jerman untuk membuat gelar BA. Sekembalinya, setahun kemudian, dia diangkat menjadi Penjabat Pelaksana. Hingga kemudian meraih gelar Master. Pada saat mengambil gelar doktor, Mwaipopo mulai mempertanyakan berbagai hal.

“Selama ini, saya hanya melakukan berbagai hal, tanpa bertanya. Saya mulai bertanya-tanya … ada agama Kristen, Islam, Yahudi, Budha, masing-masing agama yang berbeda mengklaim jadilah agama yang benar. Apa kebenarannya? Saya menginginkan kebenaran,” ujarnya.

Sejak itu, Mwaipopo memulai pencarian hingga ia menguranginya menjadi empat agama besar. Suatu waktu, ia mendapatkan salinan Alquran. Ketika pertama kali membuka lembaran Alquran, ayat-ayat yang pertama ia temukan adalah surah al-Ikhlas.

“Katakan: Dialah Allah, Yang Esa dan Satu-Satunya; Allah, Yang Abadi, Mutlak; Dia tidak beranak, juga tidak diperanakkan; Dan tidak ada yang seperti Dia?” demikian Mwaipopo coba mengingatnya.

Saat itulah, benih-benih Islam mulai tertanam untuk pertama kalinya. Kala itu, dia menemukan Alquran adalah satu-satunya kitab suci yang telah dihilangkan oleh manusia sejak wahyu tersebut diturunkan.

“Dalam menyimpulkan tesis doktoral saya, saya mengatakan demikian. Saya tidak peduli apakah mereka memberi saya doktor atau tidak, itu adalah kebenaran dan saya sedang mencari kebenaran,” kata Mwaipopo.

Dalam pikiran demikian, Mwaipopo memanggil Profesor Van Burger. Kala itu, ia menutup pintu dan menatap mata sang profesor. Mwaipopo lantas bertanya, mana yang benar dari semua agama di dunia.

Sang profesor menjawab, “Islam.” Mwaipopo lantas bertanya, “Kalau begitu, mengapa kamu bukan seorang Muslim?”

Profesor menjawab, “Pertama, saya membenci orang Arab, dan kedua, apakah Anda melihat semua kemewahan yang saya miliki? Apakah Anda pikir saya akan menyerahkan semuanya untuk Islam?”

“Ketika saya memikirkan jawabannya, saya berpikir tentang situasi saya sendiri juga,” kenang Mwaipopo.

Kala itu, yang terlintas dalam imajinasinya adalah misinya dan hartanya, seperti mobilnya. Dia berpikir dirinya tidak bisa memeluk Islam dan selama satu tahun lamanya dia melupakannya.

Namun kemudian, mimpi menghantuinya, ayat-ayat Alquran terus muncul, orang-orang berpakaian putih terus berdatangan, terutama pada hari Jumat, hingga dia tidak tahan lagi. Hingga akhirnya, pada 22 Desember 1986, dia secara resmi memeluk Islam. Mimpi-mimpi itu yang membimbingnya untuk masuk Islam. Mwaipopo meyakini bahwa mimpi bukan takhayul.

“Tidak, saya tidak percaya bahwa semua mimpi itu buruk. Ada yang memandu Anda ke arah yang benar dan yang tidak, dan mimpi-mimpi ini, khususnya, membimbing saya ke arah yang benar, kepada Islam,” katanya.

Karena keputusannya memeluk Islam itulah, gereja menyita rumahnya dan mobilnya. Istrinya pun harus mengepak pakaiannya, mengambil anak-anaknya dan pergi. Mwaipopo menjamin sang istri tidak diwajibkan untuk menjadi seorang Muslim.

Ketika Mwaipopo pergi kepada orang tuanya, mereka juga telah mendengar cerita tentang langkahnya itu. Kala itu, sang ayah justru memintanya mencela Islam. Sementara sang ibu mengatakan dia tidak ingin mendengar omong kosong dari Mwaipopo.

Namun begitu, Mwaipopo mengungkapkan perasaannya bahwa dia telah memaafkan orang tuanya. Sebab, dia akhirnya bisa menemukan waktu untuk berdamai dengan ayahnya sebelum sang ayah meninggal.

“Mereka hanya orang tua yang tidak tahu. Mereka bahkan tidak bisa membaca Alkitab, yang mereka tahu hanyalah apa yang mereka dengar dari pendeta yang membaca,” ungkapnya.

Setelah meminta untuk menginap satu malam, pada hari berikutnya, ia memulai perjalanannya ke tempat asal keluarganya, Kyela, di dekat perbatasan antara Tanzania dan Malawi. Orang tuanya telah menetap di Kilosa, Morogoro.

Selama perjalanannya, dia terdampar di Busale di rumah satu keluarga yang menjual bir buatan rumah. Di sanalah ia bertemu calon istrinya, seorang biarawati Katolik, dengan nama Suster Gertrude Kibweya, yang sekarang dikenal sebagai Suster Zainab.

Bersama biarawati itulah, Mwaipopo pergi ke Kyela. Di sana, ia bertemu lelaku tua yang memberinya tempat berteduh malam sebelumnya. Lelaki tua itu juga yang mengatakan kepadanya bahwa di situlah dia akan menemukan Muslim lainnya.

Tetapi sebelum itu, pada pagi harinya Mwaipopo mengumandangkan adzan (seruan sholat). Mendengar adzan, penduduk desa keluar dari rumah masing-masing. Mereka bertanya kepada sang tuan rumah, mengapa dia menyimpan seorang pria ‘gila’.

Beruntung, kala itu sang biarawati menjelaskan Mwaipopo tidak gila, melainkan seorang Muslim. Suster Zainab juga yang membantu Mwaipopo membayar biaya pengobatannya di Rumah Sakit Misi Anglican, ketika dia sakit parah.

Kisah berlanjut tatkala Mwaipopo bertanya kepada sang biarawati soal mengapa dia mengenakan rosario. Suster Zainab kala itu menjawab, hal itu karena Kristus digantung di sana.

“Tapi, katakanlah seseorang telah membunuh ayahmu dengan pistol, akahkah kamu berkeliling membawa senjata di dadamu?”

Sang biarawati itu berpikir, benaknya menantang keyakinan lamanya. Tidak lama kemudian, Mwaipopo melamar Suster Zainab, dan sang biarawati itu pun menerimanya.

Mereka kemudian menikah secara diam-diam. Empat pekan kemudian, Suster Zainab menulis surat kepada otoritasnya perihal kepergiannya. Lelaki tua yang memberinya perlindungan, yang juga paman Suster Zainab, mendengar pernikahan tersebut, mereka diberitahu agar meninggalkan rumahnya. Sang paman tidak bisa menerima keputusan Suster Zainab. Ayahnya pun begitu marah dengan keputusan Zainab.

Dari rumah Uskup itu, Mwaipopo pergi dan kemudian tinggal di rumah lumpur yang dibangunnya sendiri. Dari mencari nafkah sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Dunia Gereja untuk Afrika Timur, ia mulai mencari nafkah sebagai pemotong kayu dan mengolah tanah beberapa orang.

Selain pekerjaan demikian, Mwaipopo juga berdakwah Islam di muka umum. Hal inilah yang menyebabkan serangkaian pemenjaraan jangka pendek, karena khutbah yang dianggap penghinaan terhadap Kristen.

Saat melaksanakan haji pada 1988, tragedi melandanya. Rumahnya dibom, dan akibatnya tiga bayinya terbunuh. “Seorang uskup, yang memiliki ibu dan ibu saya sendiri adalah anak dari ayah yang sama, terlibat dalam rencana tersebut,” kenang Mwaipopo.

Namun, alih-alih melemahkan, semangat Mwaipopo justru kian bertambah. Sebab, jumlah orang yang memeluk Islam kala itu kian meningkat, termasuk ayah mertuanya.

Pada 1992, ia ditangkap selama 10 bulan, bersama dengan 70 pengikut. Dia didakwa melakukan pengkhianatan. Hal ini terjadi setelah beberapa toko daging babi dibom.

Dia memang berbicara menentang penjualan daging babi tersebut. Dia mengatakan, secara konstitusional, sejak 1913, ada undang-undang yang menentang keberadaan bar, klub, dan toko daging babi di Dar es Salaam, Tanga, Mafia, Lindi dan Kigoma.

Beruntung, kala itu dia dibebaskan. Segera setelah itu, dia melarikan diri ke Zambia. Dia mengasingkan diri setelah diberitahu ada rencana untuk membunuhnya.

Mwaipopo mengatakan, pada hari dia dibebaskan, polisi datang untuk menangkapnya kembali. Namun, menurutnya, para wanita mengatakan mereka akan menentang penangkapan Mwaipopo secara fisik terhadap polisi. Mereka juga yang membantu Mwaipopo melintasi perbatasan tanpa diketahui.

Saat itu, Mwaipopo dipakaikan pakaian perempuan. Karenanya, ia mengatakan itulah salah satu alasan yang membuatnya mengagumi wanita.

“Wanita harus diberi tempat tinggi, mereka harus diberi pendidikan yang baik dalam Islam. Kalau tidak, bagaimana dia bisa mengerti mengapa seorang pria menikahi lebih dari satu istri. Adalah istri saya, Zainab, yang mengusulkan agar saya menikahi istri kedua saya, Shela (temannya), ketika dia harus pergi untuk studi Islam di luar negeri,” kata Mwaipopo.

Mwaipopo atau Haji Abu Bakr pun berpesan kepada umat Islam. Ia mengatakan, ada perang melawan Islam, yang membanjiri dunia dengan literatur. Saat ini, kata dia, umat Islam dibuat merasa malu untuk dianggap sebagai fundamentalis.

“Muslim harus menghentikan kecenderungan individualistis mereka. Mereka harus bersama (bersatu). Anda harus membela tetangga Anda jika Anda ingin selamat,” katanya.

Dalam pesannya, ia juga menyerukan umat Islam untuk berani. Ia lantas mengutip Ahmed Deedat dari Pusat Dakwah Islam Internasional.

“Orang itu tidak terpelajar, tetapi lihat cara ia menyebarkan Islam,” tambahnya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Indonesia Susun Protokol Kesehatan Umroh dan Haji

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan haji tengah menyusun pedoman kesehatan umroh dan haji di masa Pandemi Covid-19. Pedoman protokol kesehatan ini mesti dilaksanakan semua stakeholder demi tercapainnya tujuan bersama mencegah jamaah terpapar Covid saat ibadah di Tanah Suci.

“Protokol Kesehatan Umrah dan Haji harus dilaksanakan bersama-sama oleh semua stakeholder demi melindungi seluruh umat Islam,” kata Kapala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka saat dihubungi, Rabu (5/8).

Eka mengatakan, protokol kesehatan memang memberikan kesan sangat membatasi semua aktifitas. Maka dari itu perlu sosialisasi yang mendalam kepada semua stakeholder yang berkepentingan dengan haji dan umroh.

“Stakeholder harus bersama-sama sepemahaman bahwa ini adalah pola kehidupan New Normal dalam menyikapi Covid 19,” katanya.

Menurut dia, jika suda ada vaksin yang efektif mencegah Covid-19, maka penyelenggaraan haji dan umrah yang merupakan prosesi berkumpulnya massa akan lebih aman. Karena vaksinya belum ditemukan, jamaah harus patuh pada protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah.

“Maka higiene dan sanitasi masih menjadi hal yang sangat penting dilaksanakan, termasuk social distancing,” katanya.

Dihubungi terpisah, Kapala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji, Pusat Kesehatan Haji, Indro Murwoko mengatakan, penyusunan pedoman kesehatan haji dan umrah ini dalam rangka pencegahan penyakit Covid 19.

“Jadi diharapkan ini menjadi persiapan untuk penyelenggaraan haji tahun depan,” katanya.

Memang, lokasi penyelenggaraan umrah dan haji sama yakni terpusat di Arab Saudi, hanya saja rangkaian kegiatan antara umrah dan haji yang sedikit berbeda. Kata dia, maksud dari penyusunan pedoman ini adalah memberi informasi kepada jamaah agar mereka tahu apa yang harus dilakukan agar tidak terinfeksi Covid-19.

“Dari awal diharapkan panduan ini memberi arahan agar para jamaah itu mempersiapkan diri dan tentu harapannya mereka dapat menjalankan aktivitas haji atau umrohnya dengan baik tetap sehat dan kembali dengan sehat,” katanya.

Ia memastikan, apa yang dilakukan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan haji ini untuk mengantisipasi apabila pada penyelenggaraan haji tahun depan Covid-19 masih terjadi di Arab Saudi, Indonesia dan negara-negara lain di dunia.

Harapannya, kata Indro memang vaksin Covid-19 dapat segera ditemukan, karena sangat bisa mengurangi risiko jamaah haji itu terinfeksi covid 19. Akan tetapi sambil menunggu vaksin itu ditemukan para ahli, maka Pusat Kesehatan Haji harus menyiapkan pedoman public health atau pedoman kesehatan masyarakat.

“Pedoman protokol kesehatan harus diketahui agar tidak terjadi penyebaran Covid kepada jamaah,” katanya.

Jangan sampai, kata dia, pedoman public health tidak disiapkan, jamaah terpapar Covid, sehingga rencana atau kegiatan mereka untuk berhaji atau umroh tidak bisa dijalankan. Dan tentunya hal ini dapat dicegah ketika

pedoman ‘public health’ dijalankan.

Indro menjelaskan, sebenarnya semua protokol kesehatan masyarakat yang ada saat ini pada prinsipnya sama. Akan tetapi aktivitas masyarakat yang akan menjalankan ibadah haji atau umrah ini memiliki beberapa rangkaian kegiatan yang spesifik yang mesti diperhatikan.

“Mulai dari rumah kemudian di embarkasi, hotel, di dalam penerbangan, kemudian fasilitas di Arab-nya itu kita harapkan mereka terinformasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan yang sebaiknya tidak dilakukan untuk mencegah penyebaran itu,” katanya.

Jadi pedoman protokol kesehatan dari Pusat Kesehatan Haji untuk ‘strengthen’

atau memperkuat informasi tersebut. Diharapkan, ketika masyarakat itu tahu bahwa telah ada protokol kesehatan haji atau umroh mereka akan lebih nyaman atau lebih lebih dapat menerima dengan baik dibanding dengan protokol kesehatan masyarakat secara umum.

“Tetapi pada prinsipnya protokol kesehatan itu sama,” katanya.

Indro memastikan setelah pedoman protokol ini selesai disusun akan dicetak dan disebarkan melalui jejaring kesehatan. Mulai dari dinas kesehatan provinsi, kabupaten, kota sampai ke para jamaah di wilayahnya Indonesia. Pedoman ini juga bisa diakses di media sosial untuk mudah dibaca semua pihak yang berkepentingan dengan kegiata penyelenggaraan ibada haji dan umrah.

IHRAM

Belajar dari Rumah

Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya; sang penyeru menuju agama Allah di atas bashirah. Amma ba’du.

Pandemi yang melanda dunia mempengaruhi berbagai lini aktifitas manusia. Perekonomian, ibadah, pendidikan dan juga kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan rutin di masjid-masjid yang dulunya berjalan berupa majelis ilmu dan pengajian kini pun lama tak lagi kita jumpai seperti di masa-masa sebelum pandemi. Inilah kenyataan yang semestinya menyadarkan kita tentang pentingnya pendidikan dan proses pembelajaran yang bisa dilakukan di rumah atau di tengah keluarga. 

Bagi mereka yang telah menempuh jalan ilmu, maka muroja’ah atau mengulang-ulang pelajaran tentu satu hal yang bisa lebih maksimal dilakukan pada masa-masa semacam ini. Bagi mereka yang selama ini menekuni dunia dakwah maka metode pelajaran online pun menjadi salah satu solusi yang paling digemari. Bahkan sekolah, pendidikan tinggi dan pesantren pun banyak yang harus mengalihkan metode pembelajaran dengan lebih banyak secara online atau belajar dari rumah. 

Hal ini kembali menyadarkan kita tentang pentingnya menciptakan suasana rumah yang tarbawi. Suasana rumah yang diwarnai pembinaan dan pendidikan bagi manusia dan keluarga. Rumah adalah sekolah pertama bagi generasi. Hal ini yang selama ini luput dan banyak dilalaikan para orang tua dengan alasan kesibukan mencari nafkah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga; anak dan istri. Maka pendidikan anak pun seolah kurang mendapat prioritas oleh ayah dan ibunya sendiri. Kondisi pandemi semacam ini mau tidak mau menuntut ayah dan ibu untuk lebih perhatian kepada pendidikan dan pembinaan anak-anaknya sendiri.

Pada hari ini, sesungguhnya peran orang tua dalam menanamkan kecintaan kepada ilmu agama adalah sesuatu yang dinilai sangat-sangat berharga. Karena situasi pandemi yang masih saja meliputi dan anak-anak yang berada di rumah bersama sarana-sarana yang bisa saja merusak generasi tanpa mereka sadari. Orang tua sering beranggapan bahwa kunci kesuksesan anak adalah dengan semata-mata menyekolahkan anak setinggi mungkin. Padahal, kunci kebaikan itu ada pada kepahaman tentang agama. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kebaikan seorang terletak sejauh mana dia memahami agama ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan kepada ilmu agama inilah modal yang harus diberikan dan dipupuk oleh orang tua kepada anak-anaknya. Para ulama kita terdahulu pun telah mengajarkan kepada kita untuk menjadi sosok pendidik yang rabbani; yaitu yang membina manusia dengan ilmu-ilmu yang dasar sebelum ilmu-ilmu yang besar. Ilmu itu dipelajari dan dicari seiring dengan perjalanan malam dan siang hari. Sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Sehingga dengan panduan ilmu itulah seorang hamba mengenali jalan menuju Rabbnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran dan perjuangan. Yahya bin Abi Katsir mengatakan, “Ilmu tidak diperoleh hanya dengan cara bersantai-santai.” Sebagian penyair arab berkata:

Katakan kepada orang yang mendamba

Perkara-perkara mulia dan utama

Tanpa perjuangan maka

Kau hanya mengharap sesuatu yang mustahil adanya

Kemuliaan umat ini bergantung pada perjuangan mereka untuk memahami agama ini dan mengamalkannya. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong umatnya untuk belajar Islam dan mengajarkannya. Beliau bersabda, 

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Belajar al-Qur’an mencakup membacanya dengan benar, memahami isinya dan merenungkan kandungan hukum dan pelajaran berharga yang tersimpan di dalamnya. Sebab ia menjadi petunjuk bagi manusia dan pembimbing bagi orang yang bertakwa. Dengan mengikuti ajarannya manusia menjadi mulia. Dan karena mencampakkan ajarannya manusia pun hina. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِين

“Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan Kitab ini beberapa kaum dan akan merendahkan kaum-kaum yang lain dengannya pula.” (HR. Muslim)

Mendidik keluarga untuk mengenali al-Qur’an dan mencintainya adalah perkara yang banyak dilupakan oleh manusia, bahkan oleh banyak di antara kaum muslimin sekalipun. Rutinitas membaca al-Qur’an pun terkalahkan oleh hoby membaca komik, kegemaran menonton televisi, dan bermain game yang tidak mendidik. Padahal al-Qur’an menyimpan obat bagi penyakit-penyakit hati. Ia menjadi rahmat bagi manusia yang beriman dan pelajaran bagi ulil albab. 

Sosok kepahlawanan para pendahulu yang salih diantara umat ini pun tersingkir oleh pahlawan fiktif dan tokoh-tokoh khayalan. Hal ini tidaklah terjadi kecuali disebabkan kesalahan manusia dan masyarakat itu sendiri. Allah berfirman, 

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra’d : 11)

Maka minimnya suasana tarbawi dan kurangnya pembinaan nilai-nilai agama di tengah keluarga dan masyarakat secara umum adalah fenomena yang timbul akibat kurangnya perhatian kita terhadap ilmu agama dan sikap meremehkannya. Padahal ilmu agama ini adalah ‘panglima’ bagi seluruh ucapan dan amal perbuatan hamba. Mungkin kita masih ingat perkataan emas Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya yaitu Bab Ilmu sebelum ucapan dan amalan.

Di masa pandemi ini, tidaklah berlebihan kalau para orang tua kembali memberikan perhatian besar kepada pembinaan ruhiyah anak-anaknya. Karena rumah anda adalah sekolah pertama bagi generasi penerus bangsa. Keteladanan dan bimbingan dari orang tua akan memberikan pengaruh besar ke dalam pertumbuhan dan keadaan anak setelah taufik dari Allah kepadanya. Karena itu Islam mengajarkan kepada para orang tua untuk memerintahkan anak-anak untuk mulai mengerjakan sholat walaupun usianya masih belia. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengajarkan aqidah kepada anak kecil di antara para sahabatnya. 

Para orang tua hendaknya belajar kembali tentang Islam dengan pemahaman yang benar. Karena tidaklah Islam itu terbatas hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memahami isi dan konsekuensinya. Sebagaimana yang dijelaskan para ulama bahwa islam adalah kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam dan tauhid inilah agama yang diajarkan oleh setiap nabi kepada umatnya, walaupun syari’at mereka berbeda-beda. 

Islam tegak di atas tauhid; yaitu pemurnian ibadah kepada Allah dan meninggalkan syirik kepada-Nya. Tauhid ini pula yang menjadi tujuan penciptaan segenap jin dan manusia. Allah berfirman, 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). 

Seorang ulama besar binaan manusia terbaik dan teladan bagi para pemuda Islam yaitu Ibnu Abbas menafsirkan maksud ayat ini bahwa maksud beribadah kepada Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya, sebagaimana disebutkan al-Baghawi dalam tafsirnya.

Tauhid ini pula perintah terbesar di dalam agama. Hak Allah yang paling wajib untuk ditunaikan oleh setiap insan kepada Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ

“Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sudahkah para orang tua belajar tentang tauhid dan mengajarkan tauhid ini kepada keluarganya? 

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

Artikel: Muslim.or.id

Solatku dan Seluruh Aktifitas Hidupku Hanya Untuk Allah!

Allah swt berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS.Al-An’am:162)

Tentu ayat ini tak asing ditelinga kita. Sebuah ayat yang bagi sebagian kaum muslimin dijadikan sebagai doa pembuka ketika memulai solatnya. Ayat yang mungkin telah kita hafal begitu lama, tapi pernahkah kita merenungkan maknanya?

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”

Ayat ini menggabungkan antara ibadah dan seluruh aktifitas kehidupan, bahkan detik-detik akhir dalam hidup kita hendaknya diniatkan untuk Allah swt. Dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.

Ya, hanya untuk Allah swt ! Bukan untuk mengikuti trend, adat ataupun pemikiran manusia !

Ayat ini ingin membongkar pemikiran sempit yang menganggap agama hanya ada di mimbar-mimbar dan masjid-masjid…

Ayat ini secara gamblang ingin mengajarkan bahwa :

Dimanapun aku berada…
Solatku…
Ibadahku…
Seluruh aktifitas hidupku…
Bahkan detik-detik akhir kematianku…

Hanya untuk Allah swt…
Akan selalu berada dijalan Allah swt…
Dan tidak pernah lepas dari syariat Allah swt…

Karena Islam bukan hanya mengajarkan kepada kita cara solat dan berpuasa. Tapi Islam sedang membimbing dan mengajarkan dalam seluruh aspek kehidupan agar kita menjadi manusia yang benar-benar layak disebut manusia.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN