Risalah Tentang Palestina

Syaikh ‘Utsman Al-Khamis -hafizhahullaah- berkata:
Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh

Malam ini saya akan menyampaikan empat risalah.
Risalah Pertama : Kepada orang-orang zionis yang menjajah Palestina, menjajah Baitul Maqdis, Masjidil Aqsha. Maka saya katakan kepada mereka: Demi Allah, kalian tidak akan senang selama-lamanya dengan penjajahan kalian terhadap Baitul Maqdis dan terhadap kaum muslimin. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia : Kami akan mengusir kalian darinya baik cepat ataupun lambat, sebagai pembenaran terhadap sabda Nabi yang mulia -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ ؛ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berada di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka: orang yang membiarkan (tidak menolong) mereka dan tidak pula orang yang menyelisihi mereka; sampai datang perintah Allah dan mereka tetap dalam keadaan tersebut.”

Dan tatkala Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ditanya tentang mereka; maka beliau menjawab: Mereka berada di sisi Baitul Maqdis.

Dan Allah -Jalla wa ‘Alaa- mengabarkan kepada kita dalam kitab-Nya yang mulia:

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيْرًا * فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُوْلَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلَالَ الدِّيَارِ

“Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung…” [Al-Israa’/17: 4-5]

Maka kami beriman dengan pasti bahwa Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- akan menolong kami untuk mengalahkan kalian cepat atau lambat. Dan janganlah kalian tertipu dengan koalisi Amerika, Eropa, dan negara-negara lain bersama kalian. Karena hal ini juga telah dikabarkan oleh Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa-. Allah berfirman:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوْا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” [Ali ‘Imran/3: 112]

Maka kehinaan telah ditetapkan atas kalian, dan para pahlawan akan mengusir kalian dari negeri yang disucikan ini. Dan janganlah kalian tertipu dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan sebagian negara Islam, karena perjanjian-perjanjian ini akan dibatalkan, bahkan undang-undang negara-negara ini juga akan dibatalkan. Dan yang akan tetap adalah undang-undang kami yang pertama dan yang terakhir: Kitab Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- (Al-Qur-an).

Maka, sungguh, kami akan mengeluarkan kalian dari negeri ini, dan sungguh, Allah akan menolong kaum muslimin untuk mengalahkan kalian; maka janganlah kalian senang dengan keadaan kalian sekarang, karena kaum muslimin akan mengalahkan kalian pada waktunya dan akan mengusir kalian. Pohon dan batu akan menyaksikan kalian dan mengatakan: “Wahai Muslim, ini Yahudi di belakangku; maka kemari dan bunuhlah dia!” Iya, sungguh kami akan membunuh kalian dan akan mengusir kalian dari negeri yang disucikan ini. Negeri yang merupakan tempat Israa’ Nabi kita Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-. Negeri yang berkumpul padanya para Nabi Allah -shalawaatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim-. Negeri yang darinya Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- di-mi’raj-kan ke langit.
Baca Juga Keutamaan Kota Suci Mekkah

Inilah risalah yang pertama.

Risalah Kedua : Kepada bangsa Palestina, kepada saudara-saudara kami kaum muslimin yang ada di sana, saya katakan pada kalian: Bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.

Demi Allah, sungguh, Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- akan menolong kalian, dan sungguh kalian akan gembira dengan pertolongan Allah:

…وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَ * بِنَصْرِ اللهِ…

“…Dan pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah…” [Ar-Rum/30: 4-5]

Dan sungguh, Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- akan menolong kalian. Dengan kesabaran dan keyakinan; maka akan diraih kepemimpinan adalam agama.

Dan ingatlah kalian semua akan sabda Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- kepada Ibnu ‘Abbas:

وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ

“Ketahuilah, seandainya semua umat berkumpul untuk membahayakanmu; niscaya mereka tidak dapat membahayakanmu, terkecuali dari apa yang memang Allah tetapkan untuk dirimu.”

Maka janganlah kalian pedulikan berkumpulnya negara-negara ini melawan kalian jika Allah -Subhaanahu wa Ta’aalaa- bersama kalian.

Ingatlah firman Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa-:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوْحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِيْ وَتَذْكِيْرِيْ بِآيَاتِ اللهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوْا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوْا إِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُوْنِ

“Dan bacakanlah kepada mereka berita penting (tentang) Nuh ketika (dia) berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku! Jika terasa berat bagimu aku tinggal (bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah aku bertawakal. Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), dan janganlah keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian bertindaklah terhadap diriku, dan janganlah kamu tunda lagi.” [Yunus/10: 71]

Jadilah seperti itu. Kalian adalah keturunan para nabi -shalawaatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim ajma’iin-.

Risalah Ketiga : Kepada gerakan-gerakan di Palestina. Gerakan-gerakan ini banyak yang meletakkan tangannya di tangan Iran, Hizbullah dan kelompok-kelompok menyimpang lainnya. Maka apa yang telah mereka berikan kepada kalian?! Dimana Failaqul Quds?! Dimana Iran?! Dimana Hizbullah?! Mereka telah berlepas tangan dari kalian!! Maka sadarlah kalian, bertakwalah kepada Rabb kalian, dan berjihadlah di jalan Allah; tidak di jalan kelompok dan tidak juga di jalan selain Allah. (Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda):

دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ

“Tinggalkanlah (seruan-seruan Jahiliyah) tersebut, karena itu busuk.” [Muttafaqun ‘Alaih]

Berjihadlah hanya di jalan Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa-, hendaklah kalian bersama Allah; maka niscaya Allah akan bersama kalian, dan tinggalkanlah orang-orang menyimpang tersebut karena mereka tidak akan memberikan manfaat bagi kalian sama sekali.

Risalah Keempat : Kepada negara-negara Islam.

Pada awal permasalahan Palestina; maka ketika itu yang melawan Yahudi adalah negara-negara Islam.
Kemudian orang-orang berkata: “Ini adalah permasalahan negara-negara Arab!” Sehingga mereka mengeluarkan banyak negara-negara Islam (dari perlawanan terhadap Yahudi -pent).
Kemudian orang-orang berkata: “Ini adalah permasalahan negara-negara Timur Tengah!” Sehingga mereka mengeluarkan negara-negara Arab di luar Timur Tengah (dari perlawanan terhadap Yahudi -pent).
Kemudian orang-orang berkata: “Ini adalah permasalahan negara-negara sekitar Palestina!” Sehingga mereka mengeluarkan negara-negara Islam Arab (dari perlawanan terhadap Yahudi -pent).
Kemudian orang-orang berkata: “Ini adalah permasalahan Palestina!” Sehingga mereka mengeluarkan negara-negara sekitar Palestina (dari perlawanan terhadap Yahudi -pent).
Dan sekarang mereka mengatakan: “Ini adalah permasalahan Gerakan Munazhzhamah Tahrir!”…

*Dan sekarang Israel mengatakan: “Saya (hanya) memerangi Hamas!” Demi Allah mereka (Israel) berdusta. Anak-anak yang terbunuh hampir empat puluh, para wanita yang terbunuh hampir tiga puluh, dan laki-laki yang terbunuh bukanlah bagian dari Hamas. Mereka (Israel) hanyalah menjadikan alasan ini sebagai tameng untuk melegalkan kezhaliman dan gangguan mereka terhadap kaum muslimin.
Baca Juga Fatwa Palestina (Pembunuhan, Pengepungan Dan Pengeboman Jalur Ghaza)

Risalah Kelima : Kepada para penguasa kaum muslimin. Bertakwalah kalian kepada Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- dalam masalah negeri (Palestina) ini yang merupakan tempat Israa’ Nabi Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-. Maka (para penguasa muslim) harus mengingkari (perbuatan Yahudi) dan menolong saudara-saudara kita kaum muslimin yang ada di sana (Palestina). Kalau kalian tidak mampu berperang; maka minimal menolong dengan materi dan secara makna.

Dan negara-negara yang menjalin kerjasama dengan Yahudi: hendaknya ikut mengutuk perkara ini (kejahatan Yahudi) dan hendaknya mereka menarik para duta besar yang ada di sana (Israel), serta menolak kerjasama-kerjasama yang zhalim ini, mereka harus bertaubat kepada Allah.

Permasalahannya bukanlah permasalahan Hamas melawan Israel, akan tetapi permasalahannya adalah permasalahan Palestina, permasalahannya adalah permasalahan Baitul Maqdis, dan permasalahannya adalah permasalahan Islam. Mereka (Yahudi) telah melampaui batas terhadap kaum muslimin, dan mereka terus menerus bersikap melampaui batas terhadap kaum muslimin.

Risalah kelima ini juga terlintas di benakku sekarang; yaitu (kepada): bangsa-bangsa Islam: Apa yang wajib kita lakukan? Pertama: kita mendo’akan kebaikan untuk mereka (kaum muslimin di Palestina).

Apakah engkau meremehkan do’a dan mengolok-oloknya?!
Engkau tidak tahu apa yang kan terhasilkan dengan do’a!!
Anak panah (do’a) di malam hari tidak akan luput.
Akan tetapi ada waktu (yang telah ditetapkan oleh Allah) [untuk terkabulnya do’a].
Dan waktu itu pasti akan tiba.

Jangan kalian lupakan saudara-saudara kalian di Palestina dengan do’a kebaikan untuk mereka, do’a agar Allah -Tabaaraka wa Ta’aalaa- menolong mereka dan agar Allah menjaga darah mereka, harga diri mereka, harta mereka, dan negeri mereka: dari kejahatan para pendosa (Yahudi ) tersebut.

Demikian juga menolong mereka dengan perkataan dan dakwah, dan menolong mereka dengan harta jika kalian mampu. Semua ini termasuk pertolongan terhadap saudara-saudara muslim kita di sana.

Sebagian orang beralasan bahwa orang-orang di Palestina mencela kita dan mereka telah berbuat salah terhadap kita. Maka tidak boleh memukul rata seluruh penduduk Palestina dengan hal ini. Dan kalaupun mereka telah berbuat salah kepada kita; maka (sebagaimana firman Allah):

…فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ…

“…tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah…” [Asy-Syuuraa/42:40]

Dan (kesalahan mereka) ini tidak menghalangi kita untuk menolong mereka atas musuh mereka yang zhalim: Yahudi, Zionis, yang jahat. Maka kita bersabar menghadapi sikap saudara-saudara kita terhadap kita. Dan kita minta ampunan dan rahmat kepada Allah bagi mereka, dan kita tolong mereka, walaupun mereka salah tentang kita. (Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersbada):

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu yang zhalim atau dizhalimi.”

Maka kami bersama kalian, kami tolong kalian wahai suadara-saudara muslim kami di Palestina, dan kami minta kepada Allah -Jalla wa ‘Alaa- untuk menolong kalian dengan cepat -tidak lambat- atas musuh kalian dan musuh kami.

Wassalaamu ‘Alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh.

–ditranskrip oleh: Ahmad Hendrix-
Referensi : https://almanhaj.or.id/93577-risalah-tentang-palestina.html

Pohon dan Ekologi: Perhatian Islam terhadap Lingkungan

Dalam proyek melestarikan lingkungan, umat beragama terkadang sering tidak ikutkan dalam promosi tersebut. Namun, ini juga menjadi wajar karena sedikit sekali umat beragama dan tokoh beragama sekalipun yang memiliki konsen terhadap lingkungan. Seolah persoalan pelestarikan lingkungan hidup bukan menjadi tanggungjawab keagamaan.

Beragama yang hanya menekankan hubungan dengan Tuhan dan manusia, sejatinya, telah mengabaikan aspek relasi dengan makhluk yang lain. Memang banyak yang berargumen tentang keseimbangan relasi dengan Tuhan, Manusia dan Alam sekitar. Namun, nampaknya konsep ini hanya teori dan tidak pernah menjadi praktek dalam umat beragama bahkan di materi-materi khutbah yang ada.

Padahal, dalam Islam misalnya, hal teknis seperti penghargaan terhadap pohon menjadi konsen. Pohon dianggap sebagai salah satu manifestasi kebesaran Allah yang harus dihormati dan dijaga oleh manusia. Pandangan ini tercermin dalam nilai-nilai keislaman yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.

Dalam Al-Qur’an, pohon disebut sebagai bukti kekuasaan dan keindahan penciptaan Allah, mengajarkan umatnya untuk menghargai keberagaman alam semesta. Pohon, sebagai ciptaan Allah yang mulia, memiliki peran penting dalam konteks ekologi, ekonomi, dan sosial dalam perspektif Islam.

Dalam ekologi, pohon menjaga keseimbangan ekosistem dengan menyediakan oksigen, menyaring udara, dan mendukung keberlangsungan kehidupan. Aspek ekonomi juga tidak terlepas, karena pohon memberikan manfaat ekonomi melalui hasilnya seperti buah, kayu, dan produk lainnya.

Pentingnya menjaga pohon dan lingkungan sejalan dengan konsep tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Dalam Islam, manusia diberikan amanah untuk merawat alam semesta, termasuk menjaga kelestarian pohon dan tumbuhan lainnya. Prinsip ini senada dengan semangat pelestarian alam dan keberlanjutan yang semakin mendapat perhatian di tingkat global.

Nabi Muhammad SAW juga pernah menyampaikan tentang urgensi menjaga alam, termasuk pohon. Rasulullah bersabda, “Jika seorang muslim menanam atau menanamkan tanaman, lalu burung, manusia, atau binatang makan darinya, itu dihitung sebagai sedekah baginya.” Hal ini menunjukkan bahwa tindakan positif terhadap alam dianggap sebagai amalan kebajikan.

Dalam hadist yang lain, Rasulullah melarang umat Islam dalam peperangan sekalipun untuk menebang pepohonan. Jika dalam masa perang saja dilarang, tentu di kondisi normal juga sangat dilarang. Artinya, penjagaan terhadap pohon sebagai salah satu penentu pelestari lingkungan menjadi konsen utama.

Pohon dalam tradisi Islam juga dihubungkan dengan simbol-simbol kehidupan dan keberkahan. Beberapa hadis mencatat bahwa pohon di surga memberikan pakaian kepada penghuninya, menciptakan citra keberlimpahan dan kemurahan di surga. Bahkan, memberikan minuman dari air zamzam di bawah pohon di surga dianggap sebagai salah satu kenikmatan bagi orang-orang beriman.

Dalam konteks kekinian, pandangan Islam tentang pohon menunjukkan kesadaran akan keharmonisan antara manusia dan alam. Pohon bukan hanya dianggap sebagai anugerah Allah yang harus dijaga, tetapi juga sebagai mitra hidup yang perlu dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian alam dan nilai-nilai keberkahan yang menjadi inti ajaran Islam.

Dengan demikian, pandangan Islam tentang pohon bukan hanya relevan dalam konteks spiritual dan moral, tetapi juga memiliki dasar ilmiah dalam pelestarian lingkungan. Keseluruhan pandangan ini memperkuat kesadaran akan perlunya menjaga keberlanjutan alam semesta, menggambarkan betapa pohon sebagai ciptaan Allah memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan manusia.

Alam kini sedang menggeliat sehingga sering kali menimbulkan bencana, baik gempa, banjir, tanah longsor, angin topan. Alam marah karena tingkah laku manusianya yang sudah berada di ambang batas normal. Banyaknya penebangan liar, industrialisasi tanpa wawasan lingkungan, dan perbuatan buruk lainnya manusia telah membuat alam menjadi murka.

Karena itu, masyarakat harus menjaga lingkungan hidup secara baik dan manusia harus mampu mengubah sikap hidup secara Islami dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan perintah al-Qur’an yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan hidup dan merawat alam semesta serta menghindari perbuatan yang berpotensi merusak alam dan lingkungan.

ISLAMKAFFAH

Penyebab Seseorang Memiliki Sifat Ujub Menurut Imam Al-Ghazali

Ujub adalah sifat yang senang membanggakan diri sendiri, seolah-olah ia merasa hebat dan kuat dalam hal apapun. Ujub merupakan penyakit hati yang harus dihindari. Nah berikut  penyebab seseorang memiliki sifat ujub menurut Imam Al-Ghazali.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ

Artinya: “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR. Al-Baihaqi)

Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, merasa takut umatnya akan memiliki sifat ujub. Karena ujub adalah sumber dari perbuatan dosa. Imam Al-Ghazali dalam karyanya Sulwatul Arifin Juz 2, halaman 128, menjelaskan tentang 8 penyebab seseorang memiliki sifat ujub. 

Pertama, ujub karena sehatnya badan. Orang yang sehat badannya, ia tidak menyadari bahwa badannya kelak akan ditumpuk tanah dan badannya akan di kubur di tanah. 

Kedua, ujub karena kekuatan. Orang yang memiliki kekuatan fisik terkadang ia ujub akan kekuatannya, ia tidak merasa bahwa fisiknya yang kuat tidak akan dapat mendaki gunung yang tinggi.

Ketiga, ujub karena mempunyai akal yang cerdas. Orang yang cerdas terkadang tidak mau diajak bermusyawarah, ia menganggap orang lain bodoh. Seseorang tidak bisa mengukur kecerdasannya sebelum ia berdiskusi dengan orang lain, terkadang ia ujub dan menganggap pendapatnya yang paling benar.

Keempat, ujub dengan nasab atau keturunan. Orang yang mempunyai garis nasab yang mulia, terkadang menyangka bahwa nasabnya akan menyelamatkannya. Ia tidak tahu bahwa kemuliaan bukan sebab nasab, akan tetapi sebab ketaatan, ilmu, dan perilaku yang terpuji.

Kelima, ujub dengan pengabdian kepada pemimpin yang zalim. Orang yang mengabdi kepada pemimpin yang zalim terkadang ujub atau berbangga diri, ia tidak sadar bahwa hal itu merupakan suatu kebodohan, kelak di hari kiamat kezalimannya akan diperlihatkan oleh malaikat, dan ia akan dimasukkan ke neraka Jahanam.

Keenam, ujub dengan banyak famili, anak, pembantu, dan pengikut. Ia tidak sadar bahwa yang ia sayangi dan ia banggakan akan berpisah saat kematiannya telah tiba. Ujub dengan banyak famili, anak, pembantu, dan pengikut, tidak akan memberikan manfaat, yang memberikan manfaat adalah amal dan keutamaan dari Allah.

Ketujuh, ujub dengan harta benda. Harta benda yang kita miliki akan ditanyakan dari mana diperoleh, dan dibelanjakan untuk apa saja. Ujub dengan harta bisa melalaikan ibadah karena ia sibuk mengurus hartanya.

Kedelapan, ujub dengan pemikiran yang menyesatkan. Di akhir zaman akan banyak para pemikir yang menyesatkan umat, ia merusak sendi-sendi pemikiran ulama salaf, namun ia merasa bangga atas pemikirannya. 

Demikian penjelasan terkait penyebab seseorang memiliki sifat ujub menurut Imam Al-Ghazali. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissawab.

BINACANG SYARIAH

4 Golongan yang Dirindukan Surga

Berikut ini ada 4 golongan yang dirindukan surga. Manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami kematian, dan kematian adalah pintu pertama untuk menuju ke alam akhirat. Jika kita bercita-cita ingin menjadi orang yang selamat dan bahagia di alam akhirat, maka kita harus memperbanyak amal kebajikan dan berusaha meninggalkan larangan. 

Sebab, kebajikan dan keburukan yang kita kerjakan di dunia, nanti akan mendapatkan balasan. Di akhirat ada beberapa golongan orang yang selamat dan celaka. Dan kelak akan ada 4 golongan yang dirindukan surga

Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali dalam karyanya Sulwatul Arifin Juz 2, halaman 138, membagi golongan orang selamat dan celaka atas empat bagian. Imam Al-Ghazali menegaskan:

اعلم أن الناس في الآخرة ينقسمون على أربعة أقسام: الهالكون، والمعذبون، والناجون، والفائزون

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya manusia di akhirat mereka terbagi atas empat bagian: Orang-orang yang celaka, Orang-orang yang disiksa, orang-orang yang selamat, dan orang-orang yang beruntung”.

Penjelasan Imam Al-Ghazali terkait pembagian orang-orang yang selamat dan celaka di atas, dapat diuraikan satu persatu. Adapun uraiannya sebagai berikut:

Pertama, orang-orang yang celaka. Orang yang celaka adalah orang yang putus asa dari rahmat Allah. Diantara orang-orang yang putus asa dari rahmat Allah, yaitu, orang yang sombong dan orang yang suka berbohong. Mereka terhalangi dari rahmat Allah dan kelak mereka akan celaka, dan mereka akan menjadi penghuni neraka jahanam.

Kedua, orang-orang yang disiksa. Orang yang disiksa dikarenakan kelemahan imannya, lisannya mengaku orang yang beriman tetapi hakikat keimanannya sangat lemah, ia tergoda oleh bujuk rayu setan, dan ia mengikuti hawa nafsunya. 

Dihadapan orang lain yang ia mengaku bertaubat, dan orang lain mempercayai pengakuan taubatnya secara zahir saja, akan tetapi secara batin ia masih sering melakukan dosa, karena hatinya sangat kotor sekali.

Ketiga, orang-orang yang selamat. Yang dimaksud dengan orang yang selamat bukanlah orang yang beruntung dan bahagia dengan memperoleh derajat yang tinggi. Contoh orang yang selamat, seperti, anak-anak orang kafir yang meninggal ketika masih kecil atau orang-orang yang tidak sampai kepadanya dakwah Islam. Mereka tidak memiliki pengetahuan, tidak ingkar,  tidak taat dan juga tidak bermaksiat.

Keempat, orang-orang yang beruntung. Orang yang beruntung adalah orang yang derajatnya sangat tinggi di sisi Allah SWT. Mereka adalah para Nabi dan para waliyullah (kekasih Allah)  ketika mereka dimasukkan ke surga mereka tidak menginginkan kenikmatan surga seperti bidadari, tempat tidur yang megah dan mewah, yang mereka inginkan hanya ingin selalu melihat Allah. Bagian yang keempat ini merupakan kesempurnaan keselamatan dan puncak dari segala kenikmatan. 

Demikian 4 golongan yang dirindukan Surga. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Inilah Perbandingan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2010 Sampai 2024

Biaya haji 2024 mengalami kenaikan.

Biaya haji setiap tahun mengalami kenaikan karena banyak faktor di antaranya inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, kenaikan harga barang dan jasa di dalam negeri maupun di Arab Saudi.

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) adalah sejumlah dana yang digunakan untuk operasional penyelenggaraan ibadah haji. Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) adalah biaya yang harus dibayar oleh warga negara yang akan menunaikan ibadah haji atau calon jamaah haji. Nilai manfaat (NM) adalah nilai imbal hasil dari hasil pengelolaan dan optimalisasi keuangan haji yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Berikut ini BPIH, Bipih dan Nilai Manfaat tahun 2010 sampai 2024:

Tahun 2010

Bipih: Rp 30,05 juta

Nilai manfaat: Rp 4,45 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 34,50 juta

Tahun 2011

Bipih: Rp 32,04 juta

Nilai manfaat: Rp 7,31 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 39,34 juta

Tahun 2012

Bipih: Rp 37,16 juta

Nilai manfaat: Rp 8,77 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 45,93 juta

Tahun 2013

Bipih: Rp 43 juta

Nilai manfaat: Rp 14,11 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 57,11 juta

Tahun 2014

Bipih: Rp 40,03 juta

Nilai manfaat: Rp 19,24 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 59,27 juta

Tahun 2015

Bipih: Rp 37,49 juta

Nilai manfaat: Rp 24,07 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 61,56 juta

Tahun 2016

Bipih: Rp 34,60 juta

Nilai manfaat: Rp 25,40 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 60 juta

Tahun 2017

Bipih: Rp 34,89 juta

Nilai manfaat: Rp 26,90 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 61,79 juta

Tahun 2018

Bipih: Rp 35,24 juta

Nilai manfaat: Rp 33,72 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 68,96 juta

Tahun 2019

Bipih: Rp 35,24 juta

Nilai manfaat: Rp 33,92 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 69,16 juta

Tahun 2020

Indonesia tidak mengirimkan jamaah haji karena pandemi Covid-19

Tahun 2021

Indonesia tidak mengirimkan jamaah haji karena pandemi Covid-19

Tahun 2022

Bipih: Rp 39,89 juta

Nilai manfaat: Rp 57,91 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 97,79 juta

Tahun 2023

Bipih: Rp 49,81 juta

Nilai manfaat: Rp 40,23 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 90 juta

Tahun 2024

Bipih: Rp 56,04 juta

Nilai manfaat: Rp 37,36 juta

BPIH per jamaah haji: Rp 93,41 juta

Sumber: Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)

Dianjurkannya Mendoakan Orang yang Memberi Zakat

Diriwayatkan dari Amru bin Murrah, dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ، قَالَ: اللهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ، فَأَتَاهُ أَبِي، أَبُو أَوْفَى بِصَدَقَتِهِ، فَقَالَ: اللهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى

Apabila seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa sedekahnya, maka beliau mendoakan, ‘ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAIHIM.’ (Ya Allah, berikan selawat atas mereka).

Kemudian bapakku, Abu Aufa, mendatangi beliau (dengan membawa sedekah). Maka, beliau pun mendoakan, ‘ALLAHUMMA SHALLII ‘ALA ALI ABI AUFA.’ (Ya Allah,  berikan selawat kepada keluarga Abu Aufa).” (HR. Bukhari no. 4166 dan Muslim no. 1078)

Kandungan hadis

Pertama, hadis ini adalah dalil disyariatkannya mendoakan orang yang mengeluarkan atau memberikan zakat dengan mendoakan semoga selawat Allah Ta’ala tercurah kepada mereka. Tidak ada ketentuan khusus lafaz doa tersebut. Selain mendoakan dengan lafaz doa yang terdapat dalam hadis di atas, seseorang boleh saja mendoakan dengan,

اللهم بارك لهم فيما أعطيتهم

“ALLAHUMMA BARIK LAHUM FIIMA A’THAITAHUM” (Ya Allah, berkahilah mereka dalam harta yang Engkau berikan kepada mereka)

Atau bisa juga dengan lafaz,

اللهم أعنهم به على طاعتك

“ALLAHUMMA A’INHUM BIHI ‘ALA THA’ATIKA.” (Ya Allah, tolonglah mereka untuk taat kepada-Mu)

Dan juga doa-doa lain yang mengandung kebaikan.

Faedah dari mendoakan orang yang memberi zakat adalah untuk menenteramkan jiwanya agar dia merasa ringan ketika mengeluarkan harta zakat, karena harta adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh jiwa manusia. Allah Ta’ala berfirman,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mematuhi dan melaksanakan perintah Allah Ta’ala tersebut, yaitu mendoakan orang yang memberikan harta zakat kepada beliau. Apabila seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa sedekahnya, maka beliau pun mendoakan,

اللهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAIHIM”, maksudnya adalah berikanlah pujian untuk mereka.

Yang dimaksud dengan doa, “Ya Allah,  berilah selawat kepada keluarga Abu Aufa.” adalah Abu Aufa itu sendiri. Ath-Thahawi rahimahullah memaksudkan diksi “keluarga fulan” sebagai “fulan” itu sendiri, kemudian beliau pun berdalil dengan hadis ini. (Syarh Al-Ma’ani Al-Atsar, 8: 61)

Kedua, hadis ini menunjukkan bolehnya berselawat kepada selain para Nabi. Akan tetapi, jumhur ulama berpendapat bahwa hal itu makruh. Hal ini karena selawat itu adalah syiar untuk para Nabi ketika disebutkan nama mereka. Sehingga selain Nabi, tidaklah disamakan dengan para Nabi dalam hal selawat. Jumhur ulama memaknai hadis ini, dan juga firman Allah Ta’ala,

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

Mereka itulah yang mendapat selawat dan rahmat dari Tuhan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 157)

dengan “doa untuk mereka”. Oleh karena itu, tidak terdapat keterangan bahwa selawat kepada keluarga Abu Aufa itu sebagai syiar di kalangan mereka. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

وهذا مسلك حسن

Ini adalah keterangan yang baik.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6: 467)

Demikian pembahasan singkat ini, semoga bermanfaat.

Wallahu Ta’ala a’lam.

***

@Rumah Kasongan, 13 Rabi’ul akhir 1445/ 28 Oktober 2023

Penulis: M. Saifudin Hakim

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/89982-dianjurkannya-mendoakan-orang-yang-memberi-zakat.html

Memahami Kalimat Takwa

Takwa adalah menaati apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, bukan sebaliknya

TAKWA (atau taqwa), adalah kata yang selalu kita dengarkan di setiap khutbah Jumat, saking penting nya takwa, Allah perintahkan untuk mewasiatkan bertakwa disetiap khutbah Jumat yang biasa disampaikan dengan kalimat marilah kita tingkatkan iman dan takwa.

Takwa dalam artian menjalankan segala perintah nya dan menjauhi segala larangan nya. Bahkan menjadi rukun di dalam khutbah yang dimana ketika salah satu rukun tidak di kerjakan maka batal lah suatu ibadah tersebut.

Jadi takwa adalah menaati apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Bukan malah sebaliknya menjalankan larangan nya dan menjauhi perintahnya, nyatanya sekarang ada orang yang mengharapkan rizki dari permainan judi-judi online.

Bekerja siang malam sampai melupakan sholat, bekerja siang malam untuk mencari rezeki dengan cara meninggalkan sang pemberi rezeki? Sepertinya itu adalah hal yang tidak mungkin.

Maka seharusnya kita sebagai mahluk selalu butuh kepada Khaliq ( sang pencipta ), Dialah yang memberikan rizki dan hanya kepadaNyalah kita akan kembali, jadi disetiap ikhtiar atau usaha kita ingatlah selalu untuk membersamainya dengan do’a dan tawakkal kepada Allah, karena usaha tanpa doa sombong, doa tanpa usaha bohong.

Karena dengan takwa itu sendiri akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat, karena apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang Allah semuanya baik dan bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.

Tidak ada satupun larangan ataupun perintah yang tidak ada manfaatnya ataupun hikmah didalamnya. Sebagaimana firman Allah SWT yang terdapat pada surat Ali-Imron ayat 102 :

قال تعالى : يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِه وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Kosa Kata dan Makna Takwa

Kata  اٰمَنُوۡا berasal dariآمَنَ – يُؤْمِنُ – إِيْمَانًا  yang memiliki arti beriman atau percaya, dikarenakan fi’il tersebut terdapat dhomir  هُمْ maka jadilah اٰمَنُوۡا. Iman memiliki arti membenarkan dengan hati, mengakui/menetapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan anggota tubuh. (Abu Al-Qasim Muhammad ibn ar-Raghib al Asfahani, al-Mufrodat fi Ghoribul Qur’an (Dar Ma’rifah, Beuirut) jilid 1, H. 26).

Kata اٰمَنُوۡا aamanuu merupakan sebuah fi’il madhi atau kata kerja lampau.

Kata اتَّقُوا merupakan sebuah fi’il amr (kata perintah), kata اتَّقُوا berasal dari kata    اتّقَى – يَتَّقِى – اِتِّقاَءً   yang memiliki arti bertakwa, yang mengikuti wazan اِفْتَعَلَ – يَفتَعِلُ -اِفْتِعاَلاً . takwa merupakan menjaga diri dari sesuatu yang merugikan ataupun membahayakannya, serta menjaga dari azab allah SWT dengan taat kepadanya. (Muhammad Ali Ash-shobuni, Shofwatut Tafaasiir, Darul Qur-an Al-karim, Beirut, h. 31).

Kata مُّسۡلِمُوۡنَ muslimuun merupakan sebuah bentuk isim fa’il, kata tersebut adalah bentuk jamak sedangkan untuk bentuk mufrod (tunggal) nya adalah musliim مُسْلِمٌ  kata tersebut besaral dari أَسْلَمَ – يُسْلِمُ – اِسْلاَماً (isalama – yuslimu- aslama) yang memiliki arti berserah diri, yang mengikuti wazan أَفْعَلَ – يُفْعِلُ – اِفْعاَلاً. (Muhammad Ma’sum bin Ali, Amtsilaatu at-Tashrifiyyah, Pustaka Alawiyah, Semarang,  h. 16).

Adapun uraian tafsir dari ayat di atas dalam Tafsir Al-wasith terkait dengan firman allah SWT :

قَوْلُهُ تَعاَلىَ : : يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِه

Ibnu mas’ud berkata, maksud dari  حَقَّ تُقٰتِه adalah taat dan tidak membangkang, mengingat dan tidak melupakan, bersyukur serta  tidak kufur. Dan kalbi berkata dari ibnu abbas : ketika diturunkannya ayat ini kaum muslim mengalami penderitaan yang sangat dahsyat dan mereka tidak tahan akan hal tersebut.

Dan maksud kalimat حَقَّ تُقٰتِه adalah taat dan tidak membangkang, mengingat dan tidak melupakan, bersyukur serta  tidak kufur. Seseorang tidak mampu/kuasa akan perihal tersebut maka  allah SWT menurunkan ayat فاتقوا اللهَ ماستطعتم, tidaklah seorang hamba dibebani ketaatan serta ibadah kepadanya kecuali dengan semampunya. Maka ayat ini menaskh ayat sebelumnya. (Abu Hasan Ali Ahmad al-Wahidi al-Nisaburi, Tafsir al-Wasith, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut) jilid 1, h. 472)

Adapun Dr Ali Ash-Shobuni mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari  حَقَّ تُقٰتِه adalah dengan takwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan meninggalkan segala kemaksiatan kepadanya. 

Abu Ja’far berkata; “Wahai kalian yang telah percaya (membenarkan) bahwa Allah adalah Tuhan dan nabi muhammad adalah utusannya, ( اتَّقُوا اللّٰهَ ) takutlah kepada allah SWT dengan ketaatan kepadanya serta meninggalkan seluruh kemaksiatan.”

Muhammad bin Misyar menceritakan kepada kami, ia berkata; “Abdur Rahman menceritakan kepada kami, ia berkata: “dan Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata; Abdur Razak mengabarkan kepada kami, ia berkata : Tsauri mengabarkan kepada kami, dari Zubaid dari Murrah dari Abdullah : اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِه , ia berkata taat dan tidak membangkang, mengingat dan tidak melupakan, bersyukur serta  tidak kufur . (Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, Maktabah ibnu Taimiyah, Qohirah, jilid 5, h. 65).

Saking penting nya takwa, Allah perintahkan untuk mewasiatkan bertakwa di setiap khutbah Jumat, yang biasa disampaikan dengan kalimat “marilah kita tingkatkan iman dan takwa, takwa” dalam artian menjalankan segala perintah nya dan menjauhi segala larangan nya.

Jadi takwa adalah menaati apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. Bukan malah sebaliknya menjalankan larangan nya dan menjauhi perintahnya, nyatanya sekarang ada orang yang mengharapkan rizki dari permainan judi-judi online.

Bekerja siang malam sampai melupakan shalat. Bekerja siang malam untuk mencari rezeki dengan cara meninggalkan sang pemberi rezeki? Sepertinya itu adalah hal yang tidak mungkin. Wallahu a’lam bishowab.*/ Ikrar Rafi Hakiki, pengajar di Pondok Pesantren Daar El-Haq Rangkasbitung, Lebak, Banten

HIDAYATULLAH

Biaya Haji Naik? Baca Doa Ini Agar Mudah Pergi Haji

Meski biaya haji mengalami kenaikan, namun jangan sampai menyurutkan semangat.

Kementerian Agama dan DPR RI, telah menyetujui kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2024 menjadi sebesar Rp 93,4 juta. Sehingga dana yang harus dibayarkan oleh calon jamaah haji 2024 mendatang adalah Rp 56 juta, atau naik sekitar tujuh juta rupiah dari tahun lalu Rp 49 juta.

Meski biaya haji mengalami kenaikan, namun jangan sampai menyurutkan semangat untuk menunaikan ibadah haji. Sebab boleh jadi Allah ta’ala membukakan pintu rezekinya dari arah yang tak disangka-sangka sehingga dapat menunaikan ibadah haji. Selain terus berupaya dengan ikhtiar lahiriah sehingga biaya haji dapat terpenuhi, seorang Muslim tidak boleh berhenti untuk berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam beribadah haji. 

Ada banyak amaliyah dan doa agar dimudahkan Allah ta’ala untuk menunaikan haji. Berikut beberapa di antaranya:

1)Memperbanyak Baca Sholawat

Memperbanyak sholawat dapat mempermudah terkabulnya hajat. Salah satu sholawat yang khusus agar dimudahkan beribadah haji adalah sholawat Syaikh Ahmad Qusyairi atau sholawat hajjiyah yang terdapat dalam kitabnya al-Wasiilatul Hariyyah Fi Al-Shalawati ‘ala khairil Bariyyah.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أَفْضْلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ فِيْ لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهٖ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ.

(Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin tuballighunaa bihaa hajja baitikal haraam wa ziyaarata qabri nabiyyika alaihi afdhalus shalaatu was salaamu fi luthfin wa ‘aafiyatin wa salaamatin wa bulughil maraam wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa barik wa sallim).

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah shalawat yang dapat menyampaikan kami dengannya untuk berkunjung ke rumah Mu yang mulia dan mengunjungi makam nabi-Mu, atasnya shalawat dan salam yang paling utama dalam kelembutan, sehat, selamat, dan tercapai cita-citanya, serta berkahilah dan salam untuk keluarganya dan sahabat-sahabatnya,”.

2) Membaca doa 

اَللَّهُمَّ الرْزُقْنَا زِيَارَةَ بَيْتِكَ اَلْمُعَظَّمْ وَرَسُوْلِكَ اَلْمُكَرَّمْ فِى هَذَا الْعَامْ وَفِى كُلِّ عَامْ بِاَحْسَنِالْحَالْ

Artinya : “Ya Allah, Berilah karunia-Mu untuk mengunjungi rumah-Mu yang agung dan Rasul-Mu yang mulia, di tahun ini dan setiap tahun, dengan keadaan sebaik-baiknya,”.

Selain itu, doa berikut:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Rabbana taqabbal minna innaka anta sami’ul alim rabbana waj’alna muslimaini laka wamin zurriyatina ummatam muslimatan laka wa’arina manasikana wa tub’alaina innaka anta tawwabur rahim

Artinya: “Ya Tuhan kami semoga Engkau menerima (amalan ibadah kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

IHRAM

Kasus KDRT di Masa Rasulullah

Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) telah terjadi sejak zaman dahulu, termasuk di masa Rasulullah. Beberapa kasus KDRT yang terjadi di masa Rasulullah yang melibatkan para sahabat Nabi.

Hal ini terekam dalam reportase Abu Daud dalam Sunan-nya, Nabi bersabda;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي خَلَفٍ وَأَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ ابْنُ السَّرْحِ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ إِيَاسِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي ذُبَابٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَضْرِبُوا إِمَاءَ اللَّهِ فَجَاءَ عُمَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ذَئِرْنَ النِّسَاءُ عَلَى أَزْوَاجِهِنَّ فَرَخَّصَ فِي ضَرْبِهِنَّ فَأَطَافَ بِآلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِسَاءٌ كَثِيرٌ يَشْكُونَ أَزْوَاجَهُنَّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ طَافَ بِآلِ مُحَمَّدٍ نِسَاءٌ كَثِيرٌ يَشْكُونَ أَزْوَاجَهُنَّ لَيْسَ أُولَئِكَ بِخِيَارِكُمْ

Artinya; Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Abu Khalaf], serta [Ahmad bin ‘Amr bin As Sarh], mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dari [Abdullah bin Abdullah], Ibnu As Sarh ‘Ubaidullah bin Abdullah berkata; dari [Iyas bin Abdullah bin Abu Dzubab], ia berkata; Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian memukul hamba-hamba wanita Allah (yakni, istri-istri kalian)!” Kemudian Umar datang kepada Rasulullah SAW dan berkata; para wanita berani kepada suami-suami mereka. Kemudian beliau memberikan keringanan untuk memukul meraka. Kemudian terdapat banyak wanita yang mengelilingi keluarga Rasulullah SAW, mereka mengeluhkan para suami mereka.

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sungguh telah terdapat wanita banyak yang mengelilingi keluarga Muhammad dan mengeluhkan para suami mereka. Mereka bukanlah orang pilihan (terbaik) diantara kalian.” (HR. Abu Daud Nomor 1834).

Dalam hadis ini terlihat jelas bahwa Nabi Muhammad menjelaskan tentang larangan memukul istri. Pada awalnya, Nabi Muhammad SAW melarang para suami untuk memukul istri mereka. Namun, setelah Umar bin Khattab datang dan mengadu bahwa para istri telah berani kepada suami-suami mereka, Nabi Muhammad SAW memberikan keringanan untuk memukul istri, tetapi dengan syarat yang ketat.

Kemudian, banyak wanita yang mendatangi keluarga Nabi Muhammad SAW untuk mengadukan suami mereka. Mendengar hal tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa mereka bukanlah orang-orang pilihan.

Lantas siapakah para sahabat Rasulullah Saw yang pernah melakukan KDRT? Salah satu sahabat yang melakukan KDRT yang diadukan kepada Rasulullah SAW, yakni Zubair bin al-‘Awwam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Thabari;

عَنْ أَسْمَاءَ بْنَتِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ: «كُنْتُ رَابِعَ أَرْبَعِ نِسْوَةٍ تَحْتَ الزُّبَيْرِ، فَكَانَ إِذَا عَتَبَ عَلَى إِحْدَانَا، فَكَّ عُودًا مِنْ عِيدَانِ الْمِشْجَبِ، فَضَرَبَهَا بِهِ حَتَّى يَكْسِرَهُ عَلَيْهَا»

Artinya; Dari Asma’ binti Abu Bakar beliau berkata, ‘Aku adalah istri ke-4 dari empat istri al-Zubair. Jika beliau marah kepada salah satu di antara kami, maka beliau melepas kayu cantolan pakaian kemudian memukul salah satu istrinya itu dengan kayu tersebut sampai beliau mematahkan kayu tersebut karenanya.” (Tahdzib Al-Atsar, 1/414).

Kasus ini pun oleh Asma’ diadukan kepada orang tuanya, yakni Abu Bakar Al-Shiddiq. Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad;

عَنْ عِكْرِمَةَ: ” أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ كَانَتْ تَحْتَ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ. وَكَانَ شَدِيدًا عَلَيْهَا، فَأَتَتْ أَبَاهَا فَشَكَتْ ذَلِكَ إِلَيْهِ فَقَالَ: ” يَا بُنَيَّةُ اصْبِرِي فَإِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا كَانَ لَهَا زَوْجٌ صَالِحٌ ثُمَّ مَاتَ عَنْهَا فَلَمْ تَزَوَّجْ بَعْدَهُ ، جُمِعَ بَيْنَهُمَا فِي الْجَنَّةِ “.

“Asma binti Abi Bakar adalah istrinya Zubair bin Al-Awwam. Dia berlaku kasar terhadapnya, maka dia mendatangi bapaknya dan mengadu kepadanya, dan bapaknya berkata: “Wahai putriku, bersabarlah, karena jika seorang wanita mempunyai suami yang saleh lalu dia meninggal, dan ia tidak menikah lagi, maka mereka akan dipertemukan kembali di surga. (Al-Tabaqat, https://shamela.ws/book/1686 197/8) 

Sementara itu, Rasulullah SAW termasuk seorang suami yang tidak pernah memukul istrinya.  Riwayat tentang Rasulullah saw tidak pernah melakukan kekerasan diriwayatkan oleh Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi yang paling dicintai. Riwayat tersebut dimuat dalam kitab Shahih Muslim, hadis nomor 6195.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَىْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ إِلاَّ أَنْ يُنْتَهَكَ شَىْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Artinya; Dari Aisyah ra, berkata: Bahwa Rasulullah Saw tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi Saw juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah Swt. (HR. Imam Muslim, Nomor 6195).

Menanggapi hadis ini Imam Al-Bahuti dalam kitab Kasyyaf al-Qina’ an Matn al-Iqna’, Jilid V, halaman 210 mengatakan bahwa kendatipun diperbolehkan namun lebih baik tidak dilakukan [tidak melakukan kekerasan pada istri]. Simak penjelasan berikut;

وَالْأَوْلَى تَرْكُ ضَرْبِهَا إبْقَاءً لِلْمَوَدَّةِ

Artinya; yang lebih utama adalah tidak memukul istri, demi mempertahankan keharmonisan rumah tangga”. (Kasyyaf al-Qina’ an Matn al-Iqna’, Jilid 5, halaman 210).

Demikian penjelasan terkait kasus KDRT di masa Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Pemilu Jangan Sampai Hancurkan Kerukunan, Utamakan Persaudaraan

Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Abdul Manan Ghani menegaskan agar Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang tidak menghancurkan kerukunan bangsa Indonesia yang sudah terjalin apik. Untuk itu, ia meminta seluruh elemen bangsa untuk mengutamakan persaudaraan dalam melalui proses demokrasi lima tahunan itu.

“Bukan hanya dialog, saya inginnya nanti Pemilu itu jangan sampai memporakporandakan kerukunan. Karena kita mengutamakan persaudaraan. Jangan sampai pemilu yang kegiatan rutin lima tahunan ini akan menjadikan bangsa ini terpecah belah. Harus tetep membangun kerukunan,” ujar Kiai Abdul Manan Ghani dikutip dari MUI Digital.

Pernyataan itu diucapkan Kiai Abdul Manan Ghani saat memberi sambutan dialog antarumat beragam bertajuk “Berbagi Good Practices dalam Pengembangan Toleransi Agama Menghadapi Perbedaan Pilihan Politik Pemilu 2024” di Jakarta, pekan lalu.

Lebih lanjut, Kiai Manan menjelaskan bahwa perbedaan harus menjadi kekuatan di Indonesia dan rasa cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan sebagian dari iman.

“Yang namanya perbedaan suku dan perbedaan bahasa harus jadi kekuatan di negeri kita. Semuanya harus mempunyai hubbul wathon minal iman. Bukan hanya muslim, tapi dari agama-agama lain pun harus menjadikan salah satu bahwa cinta negeri, cinta NKRI merupakan bagian daripada iman,” jelasnya.

Ia menambahkah bahwa Indonesia dihiasi oleh beragam perbedaan dan terdiri dari berbagai pulau. Meskipun demikian, Indonesia menjaga kerukunannya bahkan menjadi teladan kerukunan di dunia.

“Kita bersyukur punya negeri yang besar dan terdiri dari berbagai pulau dan harus menjadi contoh teladan kerukunan di dunia,” pungkasnya.

ISLAMKAFFAH