Alasan Anak-Anak Tidak Keluar Rumah pada Waktu Magrib

Berikut adalah kelanjutan dari pembahasan surat Al-Falaq. Di dalam bahasan ini akan disinggung tentang kejahatan makhluk dan keburukan pada waktu malam, termasuk kenapa anak-anak kita tidak dibolehkan keluar rumah pada waktu Magrib.

BERLINDUNG DARI KEJAHATAN MAKHLUK

Dalam surat Al-Falaq disebutkan bahwa kita berlindung dari kejahatan makhluk.

Seperti disebutkan sebelumnya oleh Jalaluddin Al-Mahalli,

{ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ } مِنْ حَيَوَانٍ مُكَلَّفٍ وَغَيْرِ مُكَلَّفٍ وَجَمَادٍ كَالسَّمِّ وَغَيْرِ ذَلِكَ .

“(dari kejahatan makhluk-Nya), yaitu dari kejahatan makhluk hidup yang berakal dan yang tidak berakal, serta dari kejahatan benda mati seperti racun dan sebagainya.”

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa kejahatan makhluk bisa jadi berasal dari: (a) manusia dan jin yang mukallaf (dibebankan syariat), (b) hewan yang tidak dibebankan syariat, (c) benda mati seperti racun yang bisa memberi dampak bahaya.

Secara umum, ayat ini berarti kita meminta perlindungan kepada Allah dari segala keburukan makhluk. Namun, hal ini bukan berarti semua makhluk itu jelek. Ada surga yang tidak ada keburukan di dalamnya sama sekali. Ada para malaikat dan para nabi yang hanya memiliki kebaikan saja.

Kita dapat katakan bahwa meminta perlindungan di sini adalah dari keburukan makhluk yang bisa bertindak buruk. Ini berlaku untuk segala kejelekan di dunia dan akhirat. Misal dari hal ini adalah keburukan manusia dan jin, keburukan hewan buas dan binatang pengganggu, kejelekan api, dan kejelekan dari cuaca.

Khalwah binti Hakim As-Sulamiyyah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرَّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan ‘A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ (artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang Maha sempurna dari kejahatan setiap makhluk)’, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudaratkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut.” (HR. Muslim no. 2708).

Setelah menyebutkan kejahatan atau kejelekan secara umum pada ayat “MIN SYARRI MAA KHOLAQ”, kemudian disebutkan rinciannya pada ayat selanjutnya, yaitu:

  1. ghasiq (kegelapan malam),
  2. an-naffaatsaat (sihir),
  3. al-haasid (orang yang hasad).

Karena ketiga hal ini kejelekannya amat berbahaya. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 697.

GELAP MALAM ADA KEJAHATAN, JAGALAH ANAK KITA

Ingat, setan itu menyebar pada malam hari. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

Apabila datang gelap malam (sore hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah berkata, “Begitu pula binatang pengganggu, hewan buas akan keluar dari tempat tinggalnya pada malam hari. Yang ingin berbuat buruk dan jahat keluar juga ketika datang malam.” (At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 692)

Arti GHOOSIQIN IDZA WAQAB telah dijelaskan oleh Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Al-Jalalain,

{ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ } أَيْ اللَّيْلُ إِذَا أَظْلَمَ ، أَوِ القَمَرُ إِذَا غَابَ

(dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita), artinya kejahatan malam hari apabila telah gelap, dan dari kejahatan waktu purnama apabila telah terbenam.

Semoga bermanfaat. Nantikan lagi bahasan berikutnya mengenai tafsir surah Al-Falaq.

Selesai disusun Senin siang, 22 Dzulqa’dah 1441 H, 13 Juli 2020

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/25332-alasan-anak-anak-tidak-keluar-rumah-pada-waktu-magrib.html

Putri Salehah

Anak-anak adalah perhiasan hidup. Firman Allah SWT:Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS al-Kahfi: 46).

Namun, hanya anak yang terdidik dengan baik yang akan menjadi perhiasan hidup. Pembiasaan baik terhadap anak akan sangat ampuh dilakukan melalui keteladanan. Keteladanan hidup dari ayah dan ibu sangat menentukan kadar keberhasilan pendidikan di keluarga.

Pendidikan pada masa kecil bagaikan memahat batu. Bahkan, menurut Freud, sebagian besar dari kompleks kejiwaan yang tampak saat dewasa merupakan dampak dari perlakuan dan pengalaman saat kanak-kanak. Ibu, karena kedekatan dan keterikatan batinnya, berperan dalam pembentukan watak anak.

Saya teringat Syifa, putri semata wayang kesayangan kami. Sepanjang istri sakit dan meninggal dunia beberapa waktu lalu, sikap Syifa menyiratkan banyak pelajaran hidup, khususnya bagi saya sebagai seorang ayah. Sejak kecil, Syifa sudah dikenalkan dengan konsep kematian oleh ibunya. Kematian itu keniscayaan. Jangan takut dengan kematian, tetapi takutlah jika kita tak punya bekal amal kebajikan yang cukup untuk hidup setelah mati.

Syifa memiliki kesabaran dan ketabahan dalam menjalani ujian hidup yang seolah terwariskan dari ibunya. Saat kami dihadapkan dengan kenyataan sulit, istri harus keluar masuk rumah sakit untuk mengobati penyakit yang dideritanya maka Syifa sering kami tinggalkan. Jika waktu libur sekolah, Syifa ikut bersama kami tinggal di rumah sakit. Luar biasanya, kemandirian belajar dan kemandirian hidup Syifa terbangun dengan sendirinya.

Syifa tetap menjalani hari-hari indah di sekolah dengan penuh kec eriaan. Hal tersebut membuat guru- guru Syifa heran sekaligus menimbul kan rasa salut karena Syifa sangat tegar menghadapi satu kenyataan hidup, ibunya sedang sakit. Sikap hidup Syifa merupakan cerminan sikap hidup ibunya. Sosok ibu yang memahami puncak kesabaran, tetap tersenyum menikmati ujian sakit yang mendera, mensyukuri ujian sakit yang Allah berikan. Allah SWT berfirman:Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS al-Ma’arij: 5).

Syifa punya sifat penyayang dan mudah berempati dengan kesusahan orang lain. Tulisan penyemangat Syifa untuk ibunya sungguh mengharukan. Saat ibunya dilanda sakit hebat, secarik kertas berisi tulisan Syifa dititipkan kepada saya agar dibacakan khusus untuk ibunya, Syifa sayang Bunda (pang gilan sayang untuk ibunya). Bunda harus kuat. Bunda harus semangat. Aku yakin Bunda bisa sembuh.

Tak terasa air mata menetes di pelupuk mata saya. Tiba-tiba Syifa sudah berada di belakang saya dan mengusap punggung saya sambil berucap, Ayah sabar ya! Tangis saya tertahan, lalu saya anggukkan kepala dan mengusap kepala Syifa.

Menjelang detik-detik terakhir kepergian istri, kami menyaksikan dokter dan perawat berjibaku mengembalikan kesadaran istri setelah mengalami koma selama enam jam. IIkhtiar sudah sempurna dilakukan. Di satu titik, kami sudah ikhlas melepas kepergian sosok yang sangat kami sayangi.

Syifa menghampiri ibunya dan berbisik di telinga kiri ibunya, Syifa sayang Bunda. Syifa ikhlas Bunda pergi. Ketegaran Syifa menguatkan saya untuk melakukan hal serupa, membisikkan kata-kata di telinga kanan istri saya, Ayah tahu Bunda sudah berjuang luar biasa melawan sakit ini. Terima kasih sudah menemani perjuangan Ayah selama ini. Ayah ikhlas melepas kepergian Bunda. Ayah dan Syifa sayang Bunda.

Saat dokter menyatakan istri sudah meninggal dunia, Syifa memeluk saya dan berkata, Alhamdulillah Bunda gak akan merasa sakit lagi, Yah. Syifa, putri salehah. Anugerah terindah dari Allah SWT yang dihadiahkan untuk kami.Wallahu a’lam bishawab.

OLEH ASEP SAPA’AT

 

KHAZANAH REPUBLKA

Penyejuk Mata dan Hati

Dalam setiap doa orang tua hampir selalu disebutkan keinginan untuk memiliki anak yang saleh penyejuk mata dan hati. Anak yang mem buat kedua orang tua menjadi bangga dan penuh kasih setiap mengingatnya. Anak yang dengan kesalehan nya dapat mengangkat derajat orang tua menjadi orang terhormat dan ter pandang sehingga membuat orang tua merasa bahagia karena amal dan perbuatan anaknya.

Terkadang, tanpa disadari, orang tua menjadikan doa-doanya sebagai tun tutan terhadap anak-anaknya. Menuntut anak untuk selalu bersikap baik, tidak banyak ribut, tidak rewel, dan lainlain. Berharap anak dapat menjadi baik dan saleh, secara otomatis menuruti semua nasihat dan perintah orang tuanya.

Pernahkah orang tua memikirkan bahwa untuk menjadi anak yang baik dibutuhkan contoh-contoh dan panduan yang juga baik, bukan hanya sekadar kata-kata? Bayangkan kesulitan yang dihadapi anak-anak yang diharapkan menjadi anak saleh tanpa diberikan contoh, arahan, dan panduan untuk menjadi anak saleh.

Padahal, pendidikan anak secara utuh adalah tanggung jawab orang tua sebagaimana firman Allah SWT dalam QS at-Tahrim ayat 6 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” Kemudian, sabda Rasulullah SAW diriwayatkan oleh al- Hakim yang artinya: “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.”

Cara paling efektif dalam mem beri kan nasihat adalah dengan memberi kan contoh yang baik. Anak-anak akan le bih mudah untuk mengikuti dan me nu ruti jika orang tua telah melakukan apa yang diperintahkan. Orang tua se baiknya selalu memberikan contohcon toh perbuatan yang baik dan tidak me lakukan hal-hal buruk. Sebagai con toh, akan sulit melarang anak untuk ti dak merokok sedangkan ayahnya merokok.

Rasulullah SAW adalah suri teladan yang sempurna. Beliau mengajarkan para sahabat dengan perbuatannya. Memberikan contoh dan perkataan langsung untuk hal-hal yang dilarang, segala sesuatu yang dikerjakannya adalah panutan umat, baik dalam beribadah maupun berakhlak. Rasulullah SAW memberikan contoh cara berakhlak yang baik, termasuk dalam hal mendidik anak.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita seharus nya menjaga sikap dan per buatan kita, menerapkan pola kehidupan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sehingga anak-anak mempunyai panutan dan dapat mengikuti contoh yang diberikan orang tua. Semoga kita akan dapat memiliki anak keturunan yang saleh penyejuk mata dan hati.

oleh: Dian Nuraini

 

REPUBLIKA

Kaya Bukan Ukuran Mulia, Miskin Bukan Kehinaan

JIKA kita disuruh memilih dua pilihan; kaya atau miskin, tentu kita akan memilih menjadi kaya daripada orang miskin. Hal ini sangatlah wajar dan masuk akal. Bahkan mungkin tidak ada orang yang mau dirinya jadi orang miskin.

Dengan kekayaan (uang) melimpah, kita bisa memperoleh segala yang kita butuhkan dan menikmati fasilitas yang barangkali orang lain tak mampu menikmatinya. Inilah jawaban praktis yang umumnya dilontarkan oleh mayoritas orang. Namun begitu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan ke-Mahatahuan akan hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh hamba-hamba-Nya, ternyata kaya dan miskin mutlak harus ada. Apa jadinya jika dunia ini hanya dipenuhi oleh orang kaya saja, atau sebaliknya. Jelas roda kehidupan tidak akan berputar dengan baik.

Kaya dan miskin adalah ketetapan dari Allah yang harus disikapi dengan bijak, menurut kacamata Islam. Ketahuilah bahwasanya kemiskinan dan kekayaan hanyalah ujian. Kaya atau miskin bukan urusan mulia atau hina. Kekayaan bisa berarti siksaan, sedangkan kemiskinan bisa jadi karunia.

Keduanya tak lebih dari ujian; mana yang mulia atau mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing di antara kita menyikapi ujian tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, ‘Rabbku telah memuliakanku.’ Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, ‘Rabbku menghinaku.’ Sekali-kali tidak (demikian).” (QS. Al-Fajr: 15-17)

Ayat di atas menerangkan bahwasanya Allah Ta’ala menguji hamba-Nya dengan memberikan kenikmatan dan melimpahkan rezeki atasnya. Allah juga menguji manusia dengan sempitnya rezeki. Keduanya adalah ujian dan cobaan.

Kemudian Allah menyanggah atas anggapan orang bahwa terbukanya pintu rezeki dan melimpahnya harta adalah bukti Allah memuliakannya, dan sempitnya rezeki pertanda Allah menghinanya. Allah menyanggah anggapan itu, “Sekali-kali tidak demikian!”

Yakinlah, anggapan orang-orang itu tidaklah benar. Terkadang Allah menyiksa dengan nikmat-Nya dan memberikan nikmat dengan cobaan-Nya.

Oleh karena itu, anggapan orang yang mengatakan apabila seseorang diberi kekayaan harta yang melimpah pasti hal itu pertanda Allah memberikan kebaikan kepada dirinya adalah tidak benar. Sebab, kekayaan itu sendiri merupakan bentuk ujian dari Allah. Lulus atau tidaknya seseorang akan terlihat sejauh mana ia mempergunakan hartanya di jalan Allah. Berapa banyak orang yang celaka karena diuji dengan kekayaan!

Harta tak selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi pemiliknya. Pikiran tegang memburunya, memeras keringat ketika mendapatkannya, dan kekhawatiran akan lenyapnya harta dalam genggamannya menghantui pikiran. Ujung dari siksa itu berupa penyesalan mendalam saat perpisahan antara dirinya dengan hartanya benar-benar terjadi; mungkin lenyap oleh bencana, atau lantaran ajal yang memisahkan ia dengan hartanya. Pintu yang terakhir ini hanya tinggal menunggu waktu, tak satu pun manusia yang mampu mengelak darinya.

Kalaupun mereka mampu merasakan manisnya hasil jerih payah yang diupayakannya, toh tak akan bertahan lama. Karena muara harta dari tangan pemburu dunia dan lalai dari agamanya, tak akan jauh dari kesenangan berbau maksiat. Dan pasti, kesenangan itu akan berbuntut penderitaan di dunia, kesengsaraan di akhirat, kecuali siapa saja yang mau bertaubat.

Semua alasan di atas menjadikan kita tidak kesulitan memahami maksud firman Allah Ta’ala:

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.“ (QS. At-Taubah: 55)

Ya, harta yang Allah tumpahkan atas mereka itu adalah untuk menyiksa mereka, bukan untuk memuliakan mereka.*/Sudirman STAIL (sumber buku: Hidup Susah Tak Lupa Bersedekah, penulis: Abu Ahmad Abdul Fattah)

 

HIDAYATULAH

Pesan Nabi SAW Supaya Anak tak Terjangkit LGBT

DALAM sebuah tayangan talkshow di sebuah stasiun swasta, seorang psikiater mengatakan bahwa lesbian, gay, biseks dan transgender (LGBT) merupakan kelainan.

Ya, LGBT memang meresahkan propaganda dan kampanyenya. Banyak kalangan harus diselamatkan termasuk anak-anak. Lalu, bagaimana jurus yang diajarkan Rasulullah SAW agar anak sesuai kodratnya?

Berikut untaian yang diajarkan Rasulullah agar anak laki-laki berperilaku seperti laki-laki sejati dan anak perempuan menjadi perempuan sejati:

– Pisahkan tempat tidur sedari kecil “Suruhlah anak-anak kalian untuk salat bila mereka telah berumur 7 tahun. Pukullah mereka karena tidak salat bila telah berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dari tempat tidur kalian.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Abu Daud, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, baihaqi, dan Ahmad)

– Ajari olahraga atau mainan yang sesuai dengan gendernya “Ajarilah anak-anak (laki-laki) kalian berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat Sahih Bukhari/Muslim)

Dari Aisyah R.A “Aku biasa bermain-main dengan anak-anakan perempuan (boneka perempuan) di sisi Rasulullah SAW dan kawan-kawanku datang kepadaku, kemudian mereka menyembunyikan boneka-boneka tersebut karena takut kepada Rasulullah SAW tetapi Rasulullah SAW malah senang dengan kedatangan kawan-kawanku itu, kemudian mereka bermain-main bersama aku.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam salah satu riwayat diterangkan: “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pada suatu hari bertanya kepada Aisyah: Apa ini? Jawab Aisyah: Ini anak-anak perempuanku (boneka perempuanku); kemudian Rasulullah bertanya lagi: Apa yang di tengahnya itu? Jawab Aisyah: Kuda. Rasulullah bertanya lagi: Apa yang di atasnya itu? Jawab Aisyah: Itu dua sayapnya. Kata Rasulullah: Apa ada kuda yang bersayap? Jawab Aisyah: Belumkah engkau mendengar, bahwa Sulaiman bin Daud as mempunyai kuda yang mempunyai beberapa sayap? Kemudian Rasulullah tertawa sehingga nampak gigi gerahamnya.” (Riwayat Abu Daud)

– Ajari untuk menutup aurat. “Hai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah sampai umur/dewasa, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini. Rasulullah berkata sambil menunjukkan kepada muka dan telapak tangan hingga pergelangannya sendiri.” (HR. Abu Dawud dan Aisyah)

– Berikan pemahaman bahwa laki tidak boleh menyerupai perempuan dan sebaliknya. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).

“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari).

Wallahualam.

 

INILAH MOZAIK

Motivasi Anak-Anakmu untuk Mencintai Kebaikan

Setelah seseorang menjalani kehidupan rumah tangga dimulai dari proses lamaran (khitbah) dan akan nikah, maka salah satu impian utama adalah lahirnya anak-anak yang shalih dan shalihah.

Kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga merupakan penyejuk mata dan penawar duka bagi kedua orang tuanya.

Begitu pentingnya keberadaan anak yang shalih, dalam salah satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dinyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya, kecuali dari tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Barangkali ada yang bertanya, bagaimana agar anak Anda menjadi shalih? Caranya adalah motivasi anak-anakmu untuk mencintai perbuatan-perbuatan baik dan keshalihan.

Hal ini tidak akan terwujud dari sela-sela pembicaraan dan nasihat saja tetapi dibutuhkan pada perbuatan langsung sejak kecil sampai ia menjadi seorang pemuda.

Segala puji bagi Allah, ini adalah perkara fitrah pada setiap manusia. Demikian juga di sebagian negeri-negeri Islam, hal ini merupakan adat istidat yang dibiasakan.

Perkara yang paling diharapkan dari anak-anak adalah tumbuh dalam kebiasaan mengerjakan shalat pada waktunya.

Sungguh, sangat perlu bagi seorang bapak menuntun anak-anaknya ke masjid dan membuat mereka ikut serta dalam shalat. Ibu juga mengajak anak-anak putri untuk menegakkan shalat bersamanya di rumah.

Begitu juga, kewajiban-kewajiban lain bisa dianalogikan dengannya, seperti meletakkan uang di tangan-tangan mereka supaya mereka meletakannya di kotak-kotak derma.

Hal ini dilakukan supaya menumbuhkan rasa cinta dalam hati anak-anak Anda untuk bersedekah, menunaikan zakat, membantu orang lain, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

Sudah sepatutnya, para orang tua memotivasi anaknya melakukan hal-hal ini pada usia dini. Tidaklah diragukan, perbuatan-perbuatan baik tersebut akan berpengaruh pada anak-anak dan orang tua.

Oleh karena itu, motivasilah mereka untuk mencintai perbuatan baik di sela-sela keikutsertaan di setiap kegiatan-kegiatan yang menghubungkan antara mereka dengan orang-orang muslim yang ditemui.

Hal tersebut sama saja, apakah kegiatan itu ada di dalam negeri atau atau luar negeri.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Ini Akibat Makanan Haram terhadap Anak

DOA orangtua adalah salah satu doa yang diijabahi Allah. Namun mengapa ada doa orangtua yang tertolak, hingga seakan tak berpengaruh sama sekali untuk anak? Berikut ini kisah dan penjelasan tertolaknya doa orang tua akibat makanan.

“Saya sudah mendoakan anak saya untuk sekian lama, ustaz. Selesai salat fardhu, selesai salat malam. Tapi anak saya tetap nakal. Tidak ada perubahan sama sekali. Doa saya seperti tidak mempan,” kata seorang ibu menceritakan kondisi anaknya yang duduk di bangku sekolah menengah.

Sang ustaz diam sejenak. Ia mencoba mencerna keseluruhan cerita ibu tadi. Dengan nada berhati-hati ia mencoba menggali pertanyaan. “Mohon maaf apakah Ibu pernah memberikan makanan dari hasil syubhat atau haram kepada anak ibu?”

Mendengar pertanyaan itu, sang ibu terdiam. Air mukanya menyiratkan kegundahan dan perlahan matanya berkaca-kaca.

“Iya, ustaz. Kalau dari uang syubhat sering. Suami saya sering mendapatkan uang yang tidak jelas. Kadang sebagai bentuk terima kasih customer yang telah dilayaninya. Kadang pemberian pimpinan yang nggak jelas dari mana. Kadang juga ada rekayasa laporan di tempat kerjanya.”

“Nah, itu Bu. Ketika anak-anak mendapatkan asupan makanan yang haram atau syubhat, salah satu efeknya ia bisa terhijab dari doa. Apalagi orangtuanya juga memakan makanan haram. Semakin tidak nyambung itu doanya. Allah tidak berkenan mengabulkan doa orangtua tersebut”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk sama seperti yang diperintahkan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dia juga berfirman yang artinya, Hai orang-orang mukmin, makanlah makanan yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, Ya Rabb, ya Rabb. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.” (HR. Muslim)

Ketika menjelaskan hadis ini, para ulama menerangkan bahwa laki-laki tersebut telah memenuhi empat hal yang semestinya membuat doanya terkabul yakni ia seorang musafir, ia lelah, ia menengadahkan dua tangan dan sangat berharap kepada Allah. Namun karena ia menggunakan barang haram, doanya tertolak. Sebab makanan haram, minuman haram dan pakaian haram adalah penghalang terkabulnya doa.

Para orangtua muslim, mari kita menjaga diri dari makanan dan hal-hal yang haram. Kita jaga pula anak-anak kita dari makanan dan hal-hal yang haram. Dengan demikian, semoga tak ada penghalang antara doa kita dan ijabah Allah. Semoga tak ada penghalang terkabulnya doa kita untuk kebaikan anak-anak kita. [bersamadakwah]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2341311/ini-akibat-makanan-haram-terhadap-anak#sthash.k4bTrCs3.dpuf

Ramadhan Lahirkan Kesadaran Tanggung Jawab atas Anak

JAKARTA — Kesakralan dan kemuliaan Ramadhan baru benar-benar terasa di dalam hati Reza Indragiri Amriel.

Pakar psikologi forensik itu mengaku sudah menerima ajaran tentang Ramadhan sejak kecil. Akan tetapi, ia merasa Ramadhan tidak hanya cukup ada di benak melainkan juga harus di hati.

“Ramadhan sebagai sebuah perasaan, bukan hanya sebagai pemikiran, itu baru saya alami seiring pertambahan usia. Harus saya akui kebeningan dan kesyahduan Ramadhan baru saya rasakan belakangan ini,” ujarnya belum lama ini.

Reza mengaku momentum yang paling fenomenal dalam Ramadhan adalah munculnya kesadaran bahwa anugerah, tantangan, sekaligus kesedihan terbesar dalam hidupnya berkaitan dengan anak-anaknya.

Ia mengaku, setiap Ramadhan doa yang paling khusyuk ia panjatkan adalah doa untuk kehidupan buah hatinya.

Reza mengaku menjadi orang tua adalah pekerjaan yang meletihkan. Namun, menurutnya rasa letih itu tidak berpamrih. “Di satu sisi memang sangat melelahkan tapi justru di sisi lain cinta terdalam saya ada pada mereka,” ujarnya.

Reza mengatakan, kesadaran itu lahir pada Ramadhan. Hal itu lantas mendorongnya untuk memberikan ikhtiar yang terbaik untuk anak-anaknya. Ikhtiar itu berupa wakaf atas nama anak-anaknya.

“Saya setiap hari punya kebiasaan menabung dalam sebuah celengan kecil seribu rupiah per hari. Hampir lima tahun celengan itu tak pernah luput dari perhatian saya,” ujar Reza.

Reza mengaku, dana yang terkumpul akan ia gunakan untuk menjadi wakaf.

“Saya sadar dalam Ramadhan beberapa waktu lalu, dengan segala keterbatasan saya, saya harus tetap berinvestasi untuk anak-anak saya. Investasi terbaik menurut saya adalah wakaf,” ujar Reza.

Smartphone, Media Sosial dan Anak-anak Muslim

Di era digital saat ini, anak-anak tumbuh dengan obsesi yang kuat pada gadget teknologi modern. Mereka benar-benar ‘gila’ untuk menggunakan setiap jenis gadget yang tersedia seperti komputer, tablet, smartphone dan orang tua tampaknya telah kehilangan kontrol atas mereka. Di sisi lain, sebagian dari kita benar-benar mendorong anak-anak kita untuk menggunakan gadget ini. Orangtua memberikan perangkat ini untuk mereka sebagai hadiah ulang tahun atau sebagai bujukan agar mereka lulus ujian.

Kebutuhan untuk melindungi anak-anak kita dari penyalahgunaan gadget ini dan dari sudut gelap web memang tidak bisa terlalu ditekankan. Membiarkan mereka tanpa mengontrol aksesnya ke internet berarti memberi mereka undangan terbuka terhadap perbuatan keji dan tak tahu malu. Hal ini juga merupakan ancaman utama bagi keimanan mereka karena internet, selain memiliki beberapa informasi yang dapat diandalkan, juga mengandung sejumlah besar komponen yang melukiskan gambaran yang sangat negatif dari Islām dan syariah. Kita harus memahami bahwa anak-anak belum siap untuk membedakan antara Haqq (kebenaran) dan Bathil (kepalsuan).

Facebook, di samping situs sosial lainnya, adalah tempat yang menakutkan bagi anak-anak kita dan mereka tidak boleh diizinkan untuk mengunjunginya. Mereka dapat dengan mudah tertarik berinteraksi dengan lawan jenis, sebuah tindakan yang dilarang dalam Islam.

Bahkan orang Barat yang berpikiran liberal, kini mempertimbangkan tentang dampak perangkat ini jika dimiliki anak-anak. Berikut ringkasan dari salah satu penulis Barat yang berpikir tentang efek negatif perangkat ini bagi anak :

10 Alasan agar Anda tidak Memberikan Anak Anda Sebuah Smartphone

Teknologi telah banyak membuat hidup kita lebih mudah dan lebih efisien. Namun sebagai orang tua, Anda harusnya khawatir tentang dampak perangkat seperti smartphone yang anak Anda miliki. Ketika memiliki perangkat mobile sendiri bagi anak-anak dianggap sesuatu yang biasa, tidakkah seharusnya Anda khawatir tentang dampak negatif apa yang akan ditimbulkan smartphone pada pertumbuhan anak Anda?

  1. Mengubah hubungan antara orangtua dan
  2. Membatasi pikiran kreatif mereka.
  3. Menyebabkan mereka kurang tidur.
  4. Tidak memberikan waktu bagi anak-anak untuk merenung atau belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka.
  5. Menghambat kemampuan mereka untuk belajar.
  6. Menyebabkan kecanduan.
  7. Memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak Anda.
  8. Menyebabkan obesitas secara tidak langsung.
  9. Menyebabkan masalah perilaku.
  10. Menyebabkan sensitifitas anak untuk melakukan

Melalui smartphone, anak-anak terkena dampak kekerasan dalam game dan melaluicyberbullying di situs chat. Ini menyebabkan sensitifitas anak-anak dan mendorong mereka untuk menerima bahwa perilaku kekerasan hanyalah sebuah cara biasa untuk memecahkan masalah.

Bukankah kita umat Islam seharusnya lebih sensitif berkaitan dengan masalah ini?

Wallahu’alam.

(fauziya/muslimahzone.com)