Bertasbih dengan Pahala Berlipat

DARI Juwairiyah bahwa Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam keluar dari sisinya di pagi hari setelah shalat Subuh, sementara dia masih di tempat shalatnya. Kemudian Nabi kembali kepadanya di waktu Dhuha, sedang dia masih duduk. Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Kamu masih dalam keadaan seperti waktu aku meninggalkanmu?”

Dia menjawab, “Ya.”

Nabi bersabda, “Sungguh aku telah mengucapkan empat kalimat sesudahmu tiga kali. Seandainya ia ditimbang dengan apa yang kamu katakan sejak pagi, niscaya ia menandinginya, yaitu (hadis yang diriwayatkan Muslim):

Renungkan ungkapan Nabawiyah yang singkat tersebut. Berapa tambahan pahala yang didapat dalam waktu singkat? Al-Banna berkata, “Jika dia mengucapkan empat kalimat ini, masing-masing kalimat tiga kali, niscaya pahalanya lebih banyak daripada pahala tasbih (dzikir) yang diucapkannya hingga kelelahan selama rentang waktu yang panjang.”

Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa barangsiapa mengucapkan kalimat tasbih (“Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya… seberat timbangan Arsy-Nya…”) tersebut, niscaya ditulis untuknya kadar tersebut dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang begitu luas. Ini termasuk pintu yang diberikan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam kepada hamba-hamba Allah untuk memberi kemudahan kepada mereka dan memperbanyak pahala mereka, tanpa kesulitan dan kelelahan.

Maka, Alhamdulillah, jika Anda melelahkan diri dengan dzikir lain secara terus-menerus sepanjang hari, maka Anda tidak akan mencapai ratusan ribu kali, lebih-lebih jutaan kali. Bahkan Anda kehilangan kemaslahatan yang lain. Akan tetapi, karunia Allah datang kepada umat ini untuk membimbing kita kepada kalimat pendek, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala menulis pahalanya tiada terhitung.

Bayangkan jumlah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di alam raya ini. Bayangkan kebesaran planet yang dihuni oleh miliaran makhluk, mulai dari Malaikat, manusia, jin, bintang-bintang, hewan-hewan, burung-burung, ikan, serangga, pohon, pasir, mikroba, dan masih banyak lagi. Semua itu tidak mungkin ada yang menghitung. Akan tetapi Allah memberikan kebaikan sejumlah mereka jika kita mengucapkan tasbih tersebut sebanyak tiga kali.

Bagaimana bentuk dan ukuran Arsy Allah sebagai wujud meraih pahala seberat timbangannya, insya Allah perkara yang tidak terbayangkan. Dan Ibnu Zaid berkata, ayahku bercerita kepadaku bahwa ia telah mendengar Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Perbandingan ketujuh langit dengan kursi Allah, tiada lain hanyalah bagaikan tujuh keping dirham yang dilemparkan di atas perisai.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abu Syaibah, dan Baihaqi secara marfu dari Abu Dzar)

Jika jarak antara planet yang satu dengan lainnya dihitung dengan tahun cahaya dan semua itu berada di langit terdekat, maka jarak antara langit pertama dan langit kedua adalah sepanjang perjalanan selama 500 tahun, dan seterusnya sampai langit ketujuh. Setelah itu jarak antara kursi dengan langit ketujuh adalah perjalanan selama 500 tahun, dan perbandingan ketujuh langit dengan kursi adalah seperti tujuh keping dirham yang diletakkan di perisai.

Allah telah menyatakan keluasan Kursi-Nya dalam firman-Nya,

Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” (Al-Baqarah: 255).

Perbandingan ‘Arsy dengan Kursi adalah seperti sepotong besi yang dilemparkan di padang pasir. Dari Abu Dzar berkata bahwa, Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Perbandingan Kursi dengan Arsy, tiada lain hanyalah bagaikan sebuah gelang besi yang dicampakkan di tengah padang pasir.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abu Syaibah, dan Baihaqi secara marfu dari Abu Dzar)

Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan keagungan-Nya dan kebesaran-Nya adalah lebih besar dari segala sesuatu. Setelah Anda merenungkan keagungan ciptaan-ciptaan Allah, khususnya Arsy maka Anda wahai saudaraku seiman, memperoleh kebaikan seberat timbangan Arsy tersebut jika Anda mengucapkan, “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya seberat timbangan Arsy-Nya…”

Apakah Anda akan meninggalkan tasbih yang padat ini? Apakah Anda akan meninggalkan kebaikan-kebaikan besar ini? Bukankah tasbih Anda dengan kalimat-kalimat seperti ini, dengan mengulang-ulangnya, adalah lebih baik bagi Anda daripada Anda mengulang lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian atau ucapan kotor, di mana Anda tidak sedikit pun meraih kebaikan darinya? Bahkan dosa yang Anda peroleh! Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam telah memberi kita beberapa macam tasbih, lalu mengapa kita tidak membatasi lisan kita dengannya?

Di samping pahala besar tersebut, faedah lain yang bisa kita petik dari hadist tersebut bahwa ia membantu kita merenungkan keagungan makhluk Allah dan kecilnya Bani Adam bila dibandingkan dengannya. Selanjutnya, kita bisa merenungkan kebesaran Pencipta makhluk-makhluk tersebut.

Tidak aneh kalau Allah memerintahkan agar kita bertakbir ketika adzan, di dalam shalat, dan sehabis shalat –lebih dari 280 kali dalam satu hari– agar yang selain-Nya tidak menjadi agung di dalam jiwa kita dan agar kita tidak mencari pertolongan kecuali dari-Nya.*

Dari buku Rahasia Umur Panjang karya Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim.

HIDAYATULLAH

Mana yang Utama, Bertasbih atau Beristighfar?

PENULIS banyak kitab bernama Ibnul Jawzi ini suatu waktu ditanya seseorang mana yang paling bagus dilakukannya antara membaca tasbih dan membaca istighfar. Jawaban beliau indah sekali: “Baju yang kotor lebih membutuhkan sabun ketimbang parfum.”

Istighfar adalah sabun untuk dosa dan kesalahan kita. Tasbih adalah parfum pengharum kehidupan kita. Manusia yang rajin beristighfar dan bertasbih sungguh akan memiliki kehidupan yang bersih dan wangi.

Kegalauan, kecemasan dan kesedihan yang kita rasakan adalah karena badan kita kotor dengan kemaksiatan. Lihatlah kehidupan orang-orang yang hidupnya penuh dengan nilai positif, dalam kondisi bagaimanapun mereka tenang dan tetap bersahaja. Pikiran yang positif, niat yang positif, praduga yang positif dan perbuatan positif adalah dasar-dasar utama kebahagiaan yang dimiliki oleh semua ahli surga. Mari kita bersihkan yang negatif dengan istighfar.

Tasbih adalah dzikir i’tiraf, ingat kepada Allah dengan pengakuan penuh akan kesucian Allah dari segala macam aib dan kekurangan. Bagaimana hidup kita tak akan wangi kalau kita berkeyakinan bahwa semua takdir Allah adalah bentuk puncak kesempurnaan dan keindahan? Mengakui kesucian dan kesempurnaan Allah dengan tasbih juga mensyaratkan kita untuk tidak mensuci-sucikan diri. Kesombonganpun hilang, arogansipun lenyap, maka hidup berwujud menjadi terang, rukun dan damai.

Begitu luar biasanya istighfar dan tasbih ini. Jangan lupa perbanyak pula dengan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dari beliaulah kita mengerti makna hakikat hidup dan cara menjalaninya. Shalawat ini adalah bukti cinta kita kepada beliau. Shalawat dengan cinta ini akan berbuah lebat untuk keselamatan dan kebahagiaan kita.

INILAH MOZAIK

Mengucapkan Tasbih, Tahmid, Takbir Setelah Shalat Wajib

Dr. Sa’id Al Qohtoni dalam kitab Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa terdapat enam cara yang bisa dilakukan dalam melafalkan dzikir-dzikir setelah shalat

 

Di antara aktifitas dzikir yang bisa dilakukan oleh seorang muslim setelah shalat fardhu adalah dengan bertasbih, bertahmid, dan bertakbir. Yang dimaksud dengan bertasbih adalah mengucapkan “subhanallah (سبحان الله)”, dan bertahmid adalah mengucapkan “alhamdulillah(الحمد لله)”, sedangkan bertakbir mengucapkan “Allahu-akbar (الله أكبر)”. Lalu, bagaimana caranya mengucapkan kalimat-kalimat dzikir tersebut? Berapa kali masing-masing harus diucapkan?

Dr. Sa’id Al Qohtoni dalam catatannya untuk kitab Syarh Hishnul Muslim (145-146), menjelaskan bahwa terdapat enam cara yang bisa dilakukan dalam melafalkan dzikir-dzikir tersebut. Keenam cara tersebut merupakan cara yang sah diajarkan oleh Nabi karena berasal dari hadis-hadis yang sahih. Berikut keenam cara tersebut.

Pertama

Cara yang pertama adalah dengan membaca subhanallah sebanyak 33x, alhamdulillahsebanyak 33x, dan allahu-akbar sebanyak 33x, lalu ditutup dengan kalimat

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

/laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku walalhul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir/

Cara pertama ini berdasarkan hadis yang diriwayatkatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah, dimana Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Barang siapa yang bertasbih sebanyak 33x, bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 33x setelah melaksanakan shalat fardhu sehingga berjumlah 99, kemudian menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ucapan laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku walalhul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir, maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim no. 597).

Kedua

Cara yang kedua adalah dengan membaca subhanallah sebanyak 33x, alhamdulillahsebanyak 33x, dan allahu-akbar sebanyak 34x.

Cara ini berdasarakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dimana Rasulullahshallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

معقبات لا يخيب قائلهن أو فاعلهن دبر كل صلاة مكتوبة ثلاث وثلاثون تسبيحة وثلاث وثلاثون تحميدة وأربع وثلاثون تكبيرة

Ada beberapa amalan penyerta yang barangsiapa mengucapkannya atau melakukannya setelah usai shalat wajib maka dirinya tidak akan merugi, yaitu bertasbih sebanyak 33x, bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 34x.” (HR. Muslim no. 596).

Ketiga

Cara yang ketiga adalah dengan membaca kalimat “subhanallah, walhamdulillah, wallahu-akbar” sekaligus sebanyak 33x.

Cara ketiga ini dilandaskan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang mengisahkan bagaimana Rasulullah menanggapi keluhan orang-orang miskin yang merasa kalah beramal dengan orang-orang kaya karena harta mereka. Rasulullahshallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أفلا أعلمكم شيئا تدركون به من سبقكم وتسبقون به من بعدكم ولا يكون أحد أفضل منكم إلا من صنع مثل ما صنعتم قالوا بلى يا رسول الله قال تسبحون وتحمدون وتكبرون خلف كل صلاة ثلاثا وثلاثين

Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dapat membuat kalian mengejar orang-orang yang mendahului kalian, dan yang dapat membuat kalian mendahului orang-orang yang sesudah kalian, serta tidak ada seorang pun yang lebih utama kecuali ia melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka (para orang miskin) menjawab: “tentu, ya Rasulullah”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kemudian menjelaskan: “kalian bertsabih, dan bertahmid, dan bertakbir setiap selesai shalat sebanyak 33x.” (HR. Bukhari no. 843 dan HR. Muslim no. 595).

Keempat

Cara yang keempat adalah dengan mengucapkan subhanallah sebanyak 10x, alhamdulillahsebanyak 10x, dan allahu-akbar sebanyak 10x.

Cara keempat ini dilandaskan pada hadis yang bercerita tentang kisah yang sama dengan hadis di atas, hanya saja diriwayatakan dengan kandungan dan jalur yang berbeda oleh Imam Bukhari. Dalam hadis ini Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَفَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَمْرٍ تُدْرِكُونَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَتَسْبِقُونَ مَنْ جَاءَ بَعْدَكُمْ وَلَا يَأْتِي أَحَدٌ بِمِثْلِ مَا جِئْتُمْ بِهِ إِلَّا مَنْ جَاءَ بِمِثْلِهِ تُسَبِّحُونَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَتَحْمَدُونَ عَشْرًا وَتُكَبِّرُونَ عَشْرًا

Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dapat membuat kalian mengejar orang-orang yang mendahului kalian, dan yang dapat membuat kalian mendahului orang-orang yang sesudah kalian, serta tidak ada seorang pun yang lebih utama kecuali ia melakukan seperti yang kalian lakukan? Yaitu kalian bertasbih sebanyak 10x, bertahmid sebanyak 10x, dan bertakbir sebanyak 10x.” (HR. Bukhari no. 6329).

Kelima

Cara kelima yaitu dengan membaca subhanallah sebanyak 11x, alhamdulillah sebanyak 11x, dan allahu-akbar sebanyak 11x.

Hadis yang menjadi landasan cara kelima ini adalah hadis yang sama dengan hadis Muslim no. 595 di atas. Hanya saja pada akhir riwayat tersebut, terdapat tambahan keterangan dari salah seorang periwayatnya yang bernama Suhail.

وزاد في الحديث يقول سهيل إحدى عشرة إحدى عشرة فجميع ذلك كله ثلاثة وثلاثون

Terdapat tambahan pada hadis tersebut, dimana Suhail berkata: masing-masing (tasbih, tahmid, dan takbir) berjumlah sebelas kali, sehingga total seluruhnya menjadi 33x.” (HR. Muslim no. 595).

Keenam

Cara keenam adalah dengan membaca kalimat “subhanallah,  walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallahu-akbar” sekaligus sebanyak 25x.

Cara keenam ini berdasarkan hadis yang mengisahkan tentang seorang sahabat Anshor yang bermimpi mengenai cara berdzikir yang kemudian disetujui oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Dalam mimpi tersebut ada yang berkata,

سبحوا خمسا وعشرين واحمدوا خمسا وعشرين وكبروا خمسا وعشرين وهللوا خمسا وعشرين فتلك مائة

Bertasbihlah 25x, bertahmidlah 25x, bertakbirlah 25x, dan bertahlillah 25x, maka totalnya menjadi 100x.”

Pada pagi harinya, sahabat tersebut mengabarkan tentang mimpinya kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pun bersabda,

افعلوا كما قال الأنصاري

Lakukanlah sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Anshor ini.” (HR. An Nasa-i no. 1351).

Yang mana yang lebih afdhol untuk diamalkan?

Dikarenakan keenam cara tersebut sah datangnya dari Nabi, maka sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Sa’id Al Qohtoni, yang paling afdhol untuk diamalkan adalah dengan secara bergantian mengamalkan cara yang ada. Terkadang berdzikir dengan cara pertama, terkadang dengan cara kedua, terkadang dengan cara ketiga, dst. Dengan demikian kita akan mengamalkan dan menghidupkan sunnah Nabi dengan lebih komprehensif.

Demikian pembahasan singkat ini. Semoga lisan kita senantiasa dimudahkan untuk berdzikir kepada Allah. Wallahua’lam.

Penulis: Muhammad Rezki Hr, ST., M.Eng
Artikel Muslim.Or.Id